Anda di halaman 1dari 89

STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK

PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL


DALAM PERSPEKTIF ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam

Oleh
QUMI LAILA
NIM 11107108

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2011

xi

xii

STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK


PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam

Oleh
QUMI LAILA
NIM 11107108

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2011

xiii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara :


Nama

: Qumi Laila

NIM

: 11107108

Jurusan

: Tarbiyah

Progdi

: Pendidikan Agama Islam

Judul

: METODESTIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL


ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN
PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Telah disetujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 11 Agustus 2011


Pembimbing

Prof. Dr. Mansur, M.Ag


NIP: 196806131994031004

xiv

KEMENTRIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
JL. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721
Website :www.stainsalatiga.ac.id E-Mail:administrasi@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN
SKRIPSI
METODE STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE
PENDIDIKAN PRANATAL
DALAM PERSPEKTIF ISLAM

DISUSUN OLEH
QUMI LAILA
NIM: 11107108
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusn Tarbiyah, Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga, pada tanggal 19 Agustus 2011 dan telah
dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar sarjana SI Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji


Ketua Penguji

: H. Agus Waluyo, M.Ag

Sekretaris Penguji

: M. Hafidz, M.Ag

Penguji I

: Mufiq, S. Ag. M. Phil

Penguji II

: M. Ghufron, M.Ag

Penguji III

: Prof. Dr. H. Mansur , M.Ag


Salatiga, Agustus 2011
Ketua STAIN Salatiga

Dr. Imam Sutomo, M.Ag


NIP. 195808271983031002

xv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Bismillahirrohmanirrohim
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Qumi Laila

NIM

: 11107108

Jurusan

: Tarbiyah

Bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain
yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 11 Agustus 2011


Yang menyatakan

Qumi Laila
NIM: 11107108

xvi

MOTTO

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati,
agar kamu bersyukur.
~ An-Nahl (Lebah) 78 ~

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari


sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
~ Al-Araaf (Tempat yang tinggi) 172~

Jiwa anak-anak adalah jiwa yang suci yang dapat merasakan betapa besar
karya-karya Tuhan di bumi ini. Maka kembalilah pada jiwa anak-anak tetapi
bukan kekanak-kanakan

Penulis ~

xvii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :


1. Dua orang terhebat dan sumber motivasi dalam hidupku Ayahanda Bp.
Jumardi dan Bunda Ibu Yasiroh

yang telah mempertaruhkan hidup

mereka untuk membesarkan dan mendidikku. Yang tanpa lelah


memberikan segenap kebahagiaan untuk

ku walaupun dengan

mengabaikan kebahagiaan mereka. Ya Robb curahkan lah kasih sayangMu seperti mereka mencurahkan kasih sayang mereka untukku
2. Sofhatun Jamilah, Tri Lutfatul Hasanah, dan Atika Nur Hanifah, adikadik ku tersayang yang senantiasa memberikan warna-warni pelangi
dalam kehidupanku
3. Sahabat-sahabat terbaik ku Sidah, Umi W, Kasun, Dina, dan Intan yang
tak pernah lelah memberi motivasi dan semangat dalam menjalani pahit
manisnya perjalanan ini. Semoga Allah senantiasa mengukuhkan tali
persaudaraan kita. Amin
4. Teman-teman ku Seven D Best PAI D 2007 yang selalu bersama dalam
menapaki hari hari untuk menuntut ilmu di jalan Illahi. We are
Seven DBest
5. Teman-teman Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga
dan Panter-panter Brigade Khusus Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi.
6. Teman-teman ku KKN yang berjuang bersama-sama di Kampung Bambu
Sidodadi .Semoga apa yang pernah kita dapatkan di sana menjadi guru
yang baik untuk kehidupan kita. Dan seluruh teman-teman, saudara ku di
Kampung Bambu Dusun Sidodadi trimakasih atas segala pelajaran
berharga yang pernah kalian berikan .
7. Seluruh teman-teman PAI angkatan 2007 STAIN Salatiga. Semoga
kesuksesan mengiringi kita semua

xviii

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Segenap rasa syukur terucap atas kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat
Iman Islam, taufik serta hidayahnya kepada kita semua. Sholawat beriring salam
senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di yaumil akhir nanti.
Tak henti tercurah rasa yukur penulis kepada Allah SWT yang senantiasa
membukakan pintu kemudahan sehingga dengan pertolongan dan ijin dari Allah
dan usaha yang dilakukan penulis maka skripsi ini dapat terselesaikan
Skripsi ini diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucakan terima kasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga
2. Dra. Siti Asdiqoh selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga
3. Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku pembimbing yang telah membibing penulis
dengan sabar untuk menyelesaikan skripsi ini
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah
memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

xix

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan


bagi pengembangn dunia Pendidikan khususnya dan di dunia Pendidikan Islam
pada umumnya.
Amin ya robbal alamin

Salatiga, 11 Agustus 2011


Penulis

xx

ABSTRAK
Laila, Qumi. 2011. Stimulasi Kecerdasan Spiritual Pada Periode Pendidikan
Pranatal dalam Perspektif Islam . Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program
Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing. Prof. Dr. Mansur, M.Ag
Kata Kunci: Kecerdasan Spiritual, Pendidikan Pranatal
Manusia di dunia ini dibekali dengan kecerdasan oleh Tuhan, kecerdasan
tersebutlah yang dapat menjadikan perbedaan antara manusia dengan makhluk
lain. Ada banyak jenis kecerdasan yang ditemukan oleh para ahli, diantaranya tiga
kecerdasan Q, yaitu IQ,EQ,SQ. masyarakat pada umumnya lebih cenderung
memperhatikan kecerdasan otak saja (IQ), padahal ada kecerdasan yang lebih
utama yaitu EQ, seiring dengan perkembagan jaman EQ juga dirasa kurang dapat
memberikan makna dalam kehidupan manusia, dan pada akhirnya ditemukan jenis
kecerdasan tertinggi yaitu SQ atau Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual rupaya sudah dianugerahkan oleh Allah saat manusia belum
dilahirkan, akan tetapi perlu adanya stimulus-stimulus yang berfungsi untuk
menjaga dan mengembangkan kecerdasan tersebut. Stimulasi tersebut dilakukan
oleh orang tua khususnya ibu sebagai orang yang paling dekat dan berinteraksi
paling banyak dengan sang janin. Dalam skripsi ini peulis membahas tentang
kecerdasan spiritual dalam prspektif Islam dan bagaimana menstimulasi
kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam
Jenis dalam penelitian ini penulis adalah library research maka penulis
menggunakan metode content analysis, yaitu metode menganalisis isi dari
berbagai kajian pustaka yang dapat berupa buku, jurnal, artikel dari internet, dan
skripsi. Dan akhirnya skripsi ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang tua dapat
memberikan stimulasi kecerdasan spiritual pada anak yang masih berada dalam
periode prenatal, dengan melakukan atau menjalankan ibadah dengan tekun,
Menjalankan ibadah dengan tekun, membaca al-Quran, berzikir,
memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak dalam kandungan,
berakhlak mulia, menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak
dalam kandungan.

xxi

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... ii
LEMBAR JUDUL ........................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I: PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 9

xxii

D. Manfaat Penelitian ....................................................... 9


E. Metode Penelitian......................................................... 10
F. Penegasan Istilah .......................................................... 13
G. Sistematika Penulisan .................................................. 15
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Spiritual .................................................... 17
B. Pendidikan Pranatal ...................................................... 22
C. Kecerdasan Spiritual dan Pendidikan Pranatal dalam
Skripsi Ini ..................................................................... 26
BAB III

: KONSEP KECERDASAN SPIRITUAL DAN PENDIDIKAN


PRANATALDALAM PERSPEKTIF ISLAM
A. Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Islam .............. 28
B. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam ................ 45

BAB IV

: STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA


PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
A. Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam ............... 53
B. Tahap Perkembangan Janin Menurut Islam ................. 56
C. Prinsip dan Metode pendidikan pranatal ...................... 58

xxiii

D. Metode Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada


Periode Pendidikan Pranatal Perspektif Islam ............. 60

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 69
B. Saran-saran ................................................................... 70
C. Penutup......................................................................... 71

xxiv

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Ary Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi


dan Spiritual ESQ The ESQ Way 165. Jakarta: Arga.
Ari Kunto, Suharsimi. 1990. Managemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin. 1977. Hubungan Timabl balik Pendidikan Agama di Sekolah dan
Keluarga (Sebagai Pola Pengembangan Metodologi). Jakarta: Bulan
Bintang
Az-Zumaro, Lutfil Kirom. 2011. Aktifitas Energi Doa & Dzikir Khusus Untuk
Kecerdasan Super (Otak + Hati). Jogjakarta: Diva Press.
Badiah, Zahrotul. 2006. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan

Emosional dan Spiritual Anak dalam Perspektif Islam. Skripsi tidak


diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
Buzan, Tony. 2003.The Power Of Spiritual Intelligence, Sepuluh Cara Jadi Orang
Yang Cerdas Secara Spiritual. Terjemahan oleh Alex dan Febrina. Jakarta:
Gramedia

Fajri, Em Zul dan Senja, Ratu Aprilia. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Jakarta:
Difa Publisher
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penelitian
Fakultas Psikologi UGM..
Hasbi, ash-Shiddieqy. 2003. Tafsir al-Quranul Majid An-Nur. Semarang: PT.
Rineka Cipta
Hujjati, MuhammadBaqir. 2008. Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan.
Terjemahan oleh MJ. Bafaqih.Jakarta: Cahaya.
Hurlock, Elizabeth. 1996. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Ridwa.Erlangga
J. Suherman, Rizki dan Suherman. 2010.Menstimulasi Kecerdasan Anak Sejak
Dalam Kandungan. Jogjakarta:Madani
Mansur. 2004. Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Jogjakarta:Mitra Pustaka
Marimba. 1964. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: al- Maarif
Maslikhah. 2009. Ensiklopedi Pendidikan.Salatiga: Salatiga Press

xxv

Monks, Knoers, dan Siti Rahayu. Tt. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya.Jogjakarta : UGM Press

Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting.Jogjakarta : Diva Press.


Mudrikah, Siti. 2003. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam.Skripsi tidak

diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga


Mufida, Fitria. 2003. Pendidikan Pranatal dan Implikasinyaterhadap
Pembentukan Kepribadian Anak. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga :
Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
Munir, Moh.2007. Pranatal Dalam Perspektif Pendidikan Islam Dan Barat.
Cendekia Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan.
Mustafidz, Chairil. 2009. Pendidikan Yang Kaffah Bagi Anak Kita. Jogjakarta:
Unggun Religi
Nataatmadja, Hidayat. 2003 . Intelegensi Spiritual. Jakarta: Intuisi Press.
Nurfaijah.2010. Pengaruh Qiyamul al-Lail Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri

Asrama Pendidikan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo


Magelang tahun 2009. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga : Jurusan
Tarbiyah STAIN Salatiga
Peperonity. com
Rahman, Jamal Abdur. 2005. Tahapan Mendidik Anak Teladan Rosulullah.
Terjemahan oleh Bahrun Abu bakar. Bandung: Irsyad Baitussalam.
Rejeki, Sri. 2006. Spiritual Quotient (SQ) Korelasinya Terhadap Motivasi
Berprestasi Pada Mahasiswa STAIN Salatiga Jurusan Tarbiyah Program
Studi PAI Tahun Angkatan 2002/2003.Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga :
Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
Rumini, Sri dan Sundari, Siti. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Rineka Cipta
Sambasalim.com
Sriyanti, Lilik , Muna Erawati, dan Suwardi. 2009. Teori-teori Pembelajaran.
Salatiga:STAIN Salatiga

Taufik Nasution, Ahmad. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul


Khusna. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Uhbiyati, Nur. 2009. Long Life Education Pendidikan Anak Sejak Dalam
Kandungan Sampai Lansia. Semarang : Walisongo Press.

xxvi

Van de Carr, Rene dan Lehrer, Marc. 1997. Cara Baru Mendidik Anak Sejak
Dalam Kandungan. Terjemahan oleh Alwiyah Abdurrahman Bandung :
Kaifa.
www.itb.ac.id
http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-content-analysis/.
yundahamasah.blogspot.com
Zohar, danah dan Marshal, Ian. 2000. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
dalam Integralistik & Holistik Untuk Memaksimalkan Kehidupan.
Bandung. Mizan

xxvii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sempurna yang dikaruniai oleh Allah seuatu
kecerdasan.Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia dapat berfikir dan
memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam dunia sains telah lama
dikenal

istilah

Kecerdasan

Intelektual

(Intelligence

Quotient).

IQ

diperkenalkan oleh William Stern dan mejadi sebuah patokan bagi sukses atau
tidaknya seseorang, padahal menurut seorang psikolog yang bernama Daniel
Goleman IQ hanya menyumbangkan 5-10 % bagi kesuksesan hidup (Taufiq,
2004:15). Banyak masyarakat mengira jika seseorang memiliki IQ yang tinggi
berarti dia memiliki peluang sukses yang lebih besar dari pada orang yang
memiliki IQ yang lebih rendah. Padahal dalam kehidupan nyata orang yang
secara akademis memiliki nilai yang tinggi dan berprestasi belum tentu
mendapatkan pekerjaan yang layak yang sesuai kapabilitas mereka. Hal
tersebut membuktikan bahwa orang yang ber-IQ tinggi tidak menjamin akan
mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya.
Masyarakat pada umumnya masih menekankan pentingnya nilai dan
makna rasional murni yang menjadi tolak ukur IQ dalam kehidupan seharihari, akan tetapi kecerdasan tidak akan berarti apa-apa bila emosi yang
berkuasa (Goleman, 1997:5). Kecerdasan Emosional merupakan suatu bentuk
kecerdasan dalam pengolahan emosi, menurut Daniel Goleman pencetus

xxviii

kecerdasan emosional, keberhasilan seseorang ditentukan oleh 20% IQ dan


80% EQ (Lutfil, 2011:95), oleh sebab itu EQ dipandang lebih penting
eksistensinya dibanding dengan IQ.
Selain dua kecerdasan di atas ditemukan lagi sebuah konsep
kecerdasan yang tidak hanya berkutat pada ranah otak dan emosi saja, tapi
lebih jauh lagi kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang mempunyai esensi
yang lebih dalam tentang makna hidup seseorang. Kecerdasan tersebut yakni
kecerdasan spiritual (SQ).
Kecerdasan spiritual merupakan serangkaian kecerdasan yang ada pada
diri manusia, yaitu IQ, EQ, SQ. Kecerdasan spiritual adalah suatu kemampuan
untuk memberikan makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan
serta mampu mengkombinasikan 3 kecerdasan yang lain secara komprehensif.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang menyinergikan 2 kecerdasan
lain secara komprehensif (Ginanjar, 2007:47).
Konsep Kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) pertama kali
dicetuskan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, mereka mendefinisakan
kecerdasan spiritual sebagai bentuk dari kecerdasan untuk menghadapi
persoalan makna atau value (Ginanjar, 2004:47). Zohar berpendapat bahwa
pengenalan diri terutama kesadaran diri adalah suatu kesadaran internal otak,
Zohar juga berpendapat bahwa proses yang berlangsung pada otak sendirilah
tanpa pengaruh panca indra dan dunia luar yang membentuk kesadaran sejati
manusia (Taufiq, 2004:27).

xxix

Dengan SQ manusia mampu memandang kehidupan dengan penuh


makna, tidak sebatas ukuran materiil saja yang dicari akan tetapi kehidupan
imateriil yakni kepercayaan kepada Tuhannya. Orang yang cerdas secara
spiritual membentuk suatu kesadaran bahwa eksistensinya tidak terjadi begitu
saja dan bukan merupakan suatu kebetulan akan tetapi dia sadar sepenuhnya
bahwa eksistensinya di dunia merupakan maha karya dari sang pencipta
(Taufik, 2009:37).
SQ tidak terbatas hanya pada pemberian makna dalam setiap kegiatan
atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang akan tetapi SQ adalah
kemampuan memberikan makna spiritual dalam setiap apa yang dia perbuat
dan yang dia kerjakan, ada suatu hubungan yang integral antara apa yang
terjadi dalam kehidupan manusia dengan campur tangan yang Maha Kuasa.
Pada masa modern ini banyak terjadi degradasi moral pada
masyarakat, banyak terjadi kasus pembunuhan, bunuh diri, perampokan
karena kemiskinan dan lain sebagainya, Hal tersebut terjadi tentunya
disebabkan tidak adanya nilai spiritual yang tertanam dalam diri manusia,
bukan hanya terbatas bahwa nilai spiritual itu berkaitan dengan pengetahuan
seseorang terhadap suatu permasalahan agama akan tetapi jauh lebih penting
nilai spiritual itu adalah tentang bagaimana seseorang memahami dan
melaksanakan agama. SQ tidak dapat datang dengan begitu saja pada diri
manusia akan tetapi perlu suatu proses untuk bisa cerdas secara spiritual yakni
dengan pendidikan.

xxx

Pendidikan sangat diperlukan untuk mengurangi dan mencegah


dekadensi moral pada diri manusia. Pendidikan dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja, tidak terbatas pada suatu instansi kelembagaan saja akan tetapi
pendidikan juga dapat diperoleh dari lingkungan. Lingkungan pendidikan
yang paling utama adalah lingkungan keluarga terutama orang tua karena
orang tua mempunyai intensitas komunikasi dan interaksi yang paling banyak
dengan anak atau seseorang sejak kecil sebelum mereka mengenal pendidikan
dari lingkungan luar (masyarakat dan sekolah).
Pendidikan dalam keluarga tidak terbatas ketika anak sudah dilahirkan
ke dunia maupun setelah dia dewasa akan tetapi pendidikan sudah dapat
diberikan sejak masa pranatal atau masa sebelum kelahiran anak. Penelitianpenelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dari luar negeri menumbangkan
asumsi masyarakat bahwa pendidikan hanya dapat diberikan setelah anak
sudah dilahirkan.
Dua orang pakar yang pertama kali mendirikan pelatihan pranatal
adalah F. Rene Van De Carr dan Marc Lehrer (1999:39), melalui penelitian
mereka diketahui bahwa pada periode pranatal pendidikan sudah dapat
diberikan, janin yang ada dalam kandungan dapat merespon apa yang
diberikan kepadanya. Dari hasil penelitian mereka diketahui bahwa anak yang
pada saat dalam kandungan mendapatkan stimulasi pranatal maka setelah dia
dilahirkan anak tersebut menjadi pribadi yang lebih perhatian dan
memperhartikan apa yang disampaikan orang tuanya.

xxxi

Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang


kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal (yundahamasah.blogspot.com).Dalam periode pranatal sangat penting
memberikan stimulasi stimulasi kepada janin, stimulasi tersebut dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung, stimulasi langsung adalah
stimulasi yang dilakukan secara langsung kepada sang janin, sedangkan
stimulasi tidak langsung dapat berupa berjalannya aktifitas otak yakni dengan
belajar atau berfikir yang dilakukan oleh seorang ibu (Suherman & Rizki,
2010:63).
Seperti apa yang disampaikan F. Rene Van De carr dan Marc Lehrer
(1999:40), dalam bukunya yang telah diterjemahkan yakni Cara Baru
Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan yakni sebagai berikut
Banyak orang tua yang mengikuti Pendidikan Pralahir
memberitahukan kepada kami bahwa dengan memberikan perhatian
penuh selama dilakukannya stimulasi, sekalipun hanya dua menit atau
kurang, mengajarkan pelajaran penting bagi mereka, yaitu bahwa
stimulasi membuat mereka siap dan merasa senang memenuhi
kebutuhan bayi mereka setelah dilahirkan.
Dalam Islam, pendidikan pranatal bahkan dimulai sebelum masa
kehamilan. Pendidikan pranatal sudah dapat dilakukan sejak masa prakonsepsi
yaitu dalam masa dalam memilih jodoh. Seperti apa yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW:

xxxii

Artinya: Dari Abi Hurairoh, dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Wanita
itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlah karena
agamanya, niscaya kamu akan beruntung (HR. Ibnu Majjah)
Hadits tersebut menjelaskan kepada kita untuk memilih jodoh karena
agamanya. Hal tersebut lebih penting dari pada hal-hal yang lain seperti
karena kecantikannya dan karena hartanya. Orang tua yang memiliki akhlak
yang baik tentu akan menurunkan sifat baiknya tersebut kepada sang anak.
Sebagai contoh, orang tua yang berbakti kepada orang tuanya dimungkinkan
akan menurunkan sifat-sifat berbaktinya tersebut kepada anak-anak mereka
melalui gen-gen yang disumbangkan. Sedangkan jika ditinjau dari segi
paedagogis dan lingkungan, orang yang berbakti kepada orang tuanya tentu
akan mendidik anak-anaknya untuk berbakti kepada orang tuanya juga
(Munir, 2007:159).
Perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang tua tentu akan
berpengaruh terhadap perkembangan anak yang masih berada dalam
kandungan atau masih dalam masa pranatal. Perilaku yang dapat
mempengaruhi hal tersebut adalah perilaku secara fisik dan psikhis (spiritual),
atau perilaku jasmani dan rohani. Perilaku-perilaku tersebut dapat berakibat
baik secara langsung maupun tidak langsung (Mansur, 2004:200).
Ayah dan ibu memiliki peran dalam memberikan pengaruh secara
genetik kepada anak. Penelitian pernah dilakukan pada sebuah keluarga di
New York seperti yang dikutip dalam buku Mendidik Anak Sejak dalam
Kandungan karya yang telah diterjemahkan yang ditulis oleh Muhammad

xxxiii

Baqir Hujjati, penelitian dilakukan oleh Gedard terhadap seorang prajurit


Amerika yang menikah dengan wanita yang lemah secara mental, keluarga
tersebut menghasilkan keturunan yang kurang baik, keturunan mereka ada
yang menjadi pelaku criminal, pelacur, mengalami cacat mental. Penelitian
yang kedua dilakukan pada keluarga yang sama akan tetapi dari istri yang
berbeda. Prajurit tersebut menikah kembali dengan wanita terhormat dan
keturunan yang dihasilkan adalah keturunan yang berkualitas baik kecuali tiga
orang, diantaranya menjadi dokter, hakim, guru.
Jelas dari hasil penelitian ilmiah di atas bahwa kondisi kepribadian
maupun kecerdasan seseorang mempunyai andil yang besar bagi terbentuknya
karakter seorang anak. Tidak cukup dengan sifat luhur dan kecerdasan dari
orang tua saja yang diperlukan untuk memperoleh anak yang cerdas secara
spiritual perlu adanya treatmen yang harus diberikan selama anak dalam
kandungan.
Dalam perspektif agama Islam pendidikan pranatal adalah salah satu
pendidikan yang sangat diperhatikan. Perhatian Islam terhadap pendidikan
pranatal seperti halnya tentang mewajibkannya Islam kepada para suami untuk
menafkahi isterinya yang mengandung walaupun sudah ditalak tiga. Nafkah
suami memang telah gugur ketika sudah dijatuhkannya talak tiga akan tetapi
nafkah yang diwajibkan kepada seorang suami tersebut ialah bertujuan untuk
menafkahi anak yang sedang dikandung (Munir, 2007:154)
Perhatian Islam terhadap pendidikan pranatal yang lain adalah
diperbolehkannya seorang ibu yang tengah hamil untuk tidak berpuasa pada

xxxiv

bulan Romadhon karena dikhawatirkan dapat membahayakan kondisi janin


dan dapat diganti dengan membayar fidyah, selain hal tersebut Islam juga
memerintahkan untuk menunda hukuman bagi wanita yang sedang hamil
karena dikhawatirkan dapat membahayakan keadaan janin dalam kandungan
(Munir, 2007:154)
Selama periode pranatal orang tua hendaknya memberikan pendidikan
tentang agama, misalnya dengan memperdengarkan ayat-ayat al-Quran,
berzikir, sholawat dan amalan-amalan Islam lainnya sehingga nilai-nilai
spiritual sudah tertanam sejak anak masih dalam kandungan dan mempelajari
kitab suci al-Quran dengan mendalam akan mengembangkan kecerdasan
spiritual pada anak (Muallifah, 2009:185).
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui ulama-ulama besar atau
kyai-kyai pemimpin pesantren merupakan keturunan dari seseorang yang
menguasai ilmu agama, juga memiliki kecerdasan secara spiritual, dan tentu
saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap keturunannya.
Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang tema di atas dan penulis mengangkat sebuah
judul

penelitian

yaitu

METODE

STIMULASI

KECERDASAN

SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL


DALAM PERSPEKTIF ISLAM

xxxv

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.

Bagaimana konsep kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam?

2.

Bagaimana metode stimulasi kecerdasan spiritual anak pada periode


pendidikan pranatal dalam perspektif Islam?

C. Tujuan Penelitian
Dalam menyusun penelitian ini penulis memiliki beberapa tujuan
yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam
2. Untuk mengetahui bagaimana metode stimulasi kecerdasan spiritual anak
pada periode pendidikan pranatal dalam perspektif Islam.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya tentang pendidikan pranatal
2. Manfaat secara praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan pemahaman bagi
masyarakat tentang pentingnya pendidikan pranatal untuk membentuk anak
yang cerdas secara spiritual.

xxxvi

E. Metode Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode library research
yaitu suatu research kepustakaan (Hadi, 1981:9) atau penelitian yang
dilakukan dengan cara menggali informasi dari literature-literatur yang
dapat berupa buku, majalah, jurnal, internet dan sebagainya.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber bahan atau dokumen yang
ditemukan atau digambarkan sendiri oleh orang atau pihak yang hadir
pada waktu kejadian yang digambarkan tersebut berlangsung,
termasuk sember primer adalah misalnya buku harian, notulen, dan
lain-lain (Ari Kunto,1990). Sedangkan dalam penelitian ini yang
termasuk dalam sumber data primer adalah naskah-naskah atau bukubuku yang membahas tentang judul skripsi di atas, yaitu:
1) F. Rene Van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D, bukunya
berjudul Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan
berisi

tentang

metode-metode

pelatihan

pranatal.

(Kaifa,

Bandung:1999)
2) Dr. Mansur, M.A berjudul Mendidik Anak Sejak Dalam
Kandungan, berisi tentang pendidikan yang dimulai sebelum
masa dalam kandungan, yakni sejak pemilihan jodoh, perkawinan,

xxxvii

hingga

masa

kandungan

atau

pranatal.

(Mitra

Pustaka,

Jogjakarta:2004)
3) Dra. Nur Uhbiyati, dengan buku yang berjudul Long Life
Education Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Sampai
Lansia berisi tentang paparan tentang pendidikan yang dimulai
dari masa pranatal sampai masa lansia. (Walisongo Press,
Semarang:2009)
4) Rizki J. Suherman dan Suherman dalam bukunya yang bertajuk
Menstimulasi Kecerdasan Anak Sejak Dalam Kandungan berisi
cara-cara menstimulasi kecerdasan anak selam dalam kandungan.
(Madani, Jogjakarta:2010)
5) Ary Ginanjar Agustina. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan
Emosi dan Spiritual ESQ The ESQ Way 165. Yang mengupas
secara mendalam tentang ESQ dalam hal ini kecerdasan spiritual.
(Arga, Jakarta:2007)
6) Muhammad

Baqir

Hujjati.

Mendidik

Anak

Sejak

Dalam

Kandungan. Berisi tentang pembahasanpembahasan tantang


pendidikan dan pembinaan dalam perspektif al-Quran. (Cahaya,
Jakarta:2008)
7) Ahmad Taufik Nasution. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul
Husna. Berisikan tentang asmaul husna sebagai sarana melejitkan
SQ. (Gramedia, Jakarta:2009)

xxxviii

b. Sumber Data Skunder


Sumber data sekunder adalah sumber kajian yang digambarkan
oleh bukan orang yang ikut mengalami (ibid), dalam penelitian ini
maksudnya adalah sumber yang memiliki tema serupa dengan judul
skripsi akan tetapi tidak secara khusus membahas tema judul skripsi
ini.
3. Metode Analisis Data
Mengacu pada metode pengumpulan data pada penelitian ini yang
berupa metode library research maka penulis menggunakan metode
content analysis untuk menganalisis penelitian ini. Sedangkan metode
content analysis itu sendiri yaitu suatu metode untuk menganalisis isi
sebuah teks (www.itb.ac.id), metode ini digunakan untuk menganalisis
semua bentuk komunikasi, baik berupa surta kabar, buku, majalah, dan lain
sebagainya, penelitian dimulai dengan merumuskan beberapa masalah yang
akan diteliti kemudian dilanjutkan dengan pencarian data pokok dan data
primer, yakni yang berup teks, karena sebagai metode analisis isi maa teks
adalah objek yang paling pokok (www.wordpress.com).

xxxix

F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan terjadi kesalahan pemahaman atau
pemahaman yang berbeda dengan maksud penulis mengenai judul dari
penelitian ini perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah dari judul
penelitian ini
Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1.

Metode
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki (Depdiknas, tt:740)

2. Stimulasi
Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal

(yundahamasah.blogspot.com),

sedangkan

stimulasi

yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah merangsang janin dalam kandungan


supaya janin tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
3. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual terdiri dari dua suku kata yang masing-masing
mempunyai makna tersendiri yakni:
a. Kecerdasan : kesempurnaan perkembangan akal budi
b. Spiritual: berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin)
(Depdiknas, 2000:263)

xl

Sedangkan definisi dari kecerdasan spiritual adalah pengetahuan akan


kesadaran diri, makna hidup, tujuan hidup atau nilai-nilai tertinggi (Taufiq,
2009 : 4)
Kecerdasan Spiritual sejati adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, tidak saja terhadap manusia tetapi
juga dihadapan Allah (M. Suyanto, 2006:1)
4. Anak
Yang dimaksud dengan anak adalah keturunan dari ayah dan ibu.
5. Periode
Periode adalah masa atau waktu
6. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia
(Maslikhah, 2009:130-131).
7. Pranatal
Pranatal adalah masa sebelum kelahiran seorang anak atau masa
dalam kandungan.
Pranatal dalam pandangan psikologi adalah aktivitas-aktivitas
manusia sebagai calon suami istri yang berkaitan dangan hal-hal sebelum
melahirkan yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam rangka memilih

xli

pasangan hidup agar lahir anak sehat jasmani dan rohani (Mansur,
2004:17).
8. Perspektif Islam
Perspektif adalah pandangan atau sudut pandang ( Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia: 647).
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dan
hubungan dengan sesama manusia (Peperonity.com).
Jadi yang dimaksud Perspektif Islam di sini adalah suatu masalah
atau persoalan yang ditinjau dari sudut pandang Islam.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari V bab yaitu dengan
uraian sebagai berikut:
1. BAB I : Pendahuluan
Pada Bab I yakni pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian baik secara
praktis maupun teoritis, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan
Sistematika Penulisan.
2. BAB II : Kajian Pustaka
Kajian Pustaka berisi tentang kajian-kajian yang pernah dilakukan
yang temanya hampir sama dengan judul yang diangkat penulis, kajiankajian tersebut dapat berupa buku, jurnal, ataupun skripsi

xlii

3. BAB III : Kecerdasan Spiritual dan Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif


Islam
Dalam Bab ini merupakan penjelasan dari Kecerdasan Spiritual
dilihat dari sudut pandang agama Islam yang terdiri dari pembahasan
Suara Hati manusia sebagai dasar pembentukan SQ, Ciri-ciri dari
kecerdasan spiritual, manfaat yang didapat jika kita memiliki kecerdasan
spiritual, Karakteristik Kecerdasan Spiritual, dan cara-cara yang dapat
dilakukan untuk menjadi orang yang cerdas secara spiritual
4. BAB IV :

Implikasi

Pendidikan

Pranatal

dalam

Menstimulasi

Kecerdasan Spiritual Anak dalam perspektif Islam


Dalam bab ini akan dijelaskan tentang interaksi edukatif yang
dilakukan pada periode pranatal, tahap-tahap perkembangan janin menurut
Islam, prinsip-prinsip dan metod pendidikan pranatal, Metode stimulasi
Kecerdasan Spiritual Anak pada periode penddikan pranatal dalam
perspektif Islam
5.

BAB V: Kesimpulan dan Penutup


Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan
dan diakhiri dengan penutup

xliii

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Spiritual
Dalam ranah psikologi kecerdasan pada manusia sebenarnya ada
berbagai macam, seperti kecerdasan majemuk yang diperkenalkan oleh
Gardner. Selain kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner terdapat 3 jenis
kecerdasan manusia yaitu IQ, EQ, dan SQ. IQ (Inteligent Quotient)
merupakan kecerdaan yang berhubungan dengan otak manusia, EQ
(Emotional

Quotient)

adalah

kecerdasan

yang

berhubungan

dengan

kemampuan seseorang untuk mengelola emosi dirinya sendiri ataupun orang


lain (Muallifah, 2009:113). Dan yang teakhir adalah SQ (Spiritual Quotient)
kecerdasan spiritual adalah pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup,
tujuan hidup atau nilai-nilai tertinggi (Taufiq, 2009 : 4).
Kecerdasan spiritual merupakan jenis kecerdasan ketiga pada manusia
dan kecerdasan spiritual atau SQ (Spiritual Quontient) dianggap sebagai
kecerdasan yang tertinggi, kecerdasan ini berhubungan dengan value atau
nilai.Kecerdasan Spiritual digagas oleh dua orang yang bernama Danah Zohar
dan

Ian

Marshall.

Pada

tahun

1990-an

mereka

menyusun

dan

memperkenalkan buku yang komprehensif tentang kecerdasan spiritual yang


berjudul The Ultimate Intelligence dengan mengembangkan penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Persinger dan Prof. V.S. Ramachandra tentang adanya God
Spot pada diri manusia (Taufik, 2009:76), V.S. Ramachandra dan tim nya dari

17
xliv

California University menemukan eksistensi God spot dalam otak manusia,


sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak diantara saraf dan otak
(Agustina, 2007:44)
Kemudian semakin bayak kajian yang membahas tentang Kecerdasan
Spiritual atau SQ. Penelitian-penelitian dan kajian literatur yang pernah
disusun antara lain:
1. Buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual
ESQ Way
Ary Ginanjar Agustina Dalam buku yang berjudul Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual ESQ Way melakukan
kajian tentang Kecerdasan Spiritual dengan mengenalkan konsep ESQ
model yang berfungsi sebagai mekanisme penggabungan 3 kecerdasan
manusia yaitu IQ,EQ, dan SQ dalam satu kesatuan yang integral dan
transendental (Agustina, 2007:45). Dalam bukunya tersebut Ary
menggambarkan tentang EQ berhubungan dengan interaksi antara
manusia dan manusia, SQ berhubungan dengan interaksi antara manusia
dan Tuhan, sedangkan dalam ESQ merupakan penggabungan dari kedua
kecerdasan tersebut sehingga yang terjadi adalah suatu interaksi bukan
saja antara manusia dengan manusia akan tetapi hubungan antara manusia
dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Di dalam buku ini Ary
membagi pembahasan menjadi empat bagian, bagian yang pertama berisi
tentang ZMP (Zero Mind Process), ZMP merupakan sebuah landasan
awal dalam memahami pemikiran tentang ESQ yang juga merupakan

xlv

langkah pembersih God Spot (titik Tuhan) (Agustina, 2007:104-105).


Bagian kedua dalam buku ini membahas tentang Mental Building
(pembangunan mental), Pembangunan mental ini berhubungan dengan
pembangunan kecerdasan emotional setelah manusia memiliki kejernihan
emosi dan suara hati.Bagian ketiga, pada bagian ini menjelaskan tentang
Personal Strenght (ketangguhan pribadi), ketangguhan pribadi ini
dibangun dengan beberapa langkah yaitu,

mission statement (penetapan

misi), character building (pembangunan karakter), self controlling


(pengendalian diri).Bagian keempat, bagian yang terakhir ini berisi
tentang Social Strenght (ketangguhan sosial), dalam membangun
ketangguhan sosial ini ada dua langkah yang harus ditempuh yang
merupakan implikasi dari dua rukun Islam yaitu, zakat (strategic
collaboration), dan haji (total action).
2. Buku The Power Of Spiritual Intelligence, Sepuluh Cara Jadi Orang
Yang Cerdas Secara Spiritual
Buku ini disusun oleh Tony Buzan dengan judul asli The Power Of
Spiritual Intelligence, 10 Ways to Tap into Your Spiritual Genius. Berisi
tentang cara-cara yang dapat dilakukan untuk menimbulkan kecerdasan
spiritual, buku ini berisi latihan-latihan dalam hal spiritualitas dan
dilengkapi dengan Mind-Map.10 cara yang dikemukakan oleh Tony
Buzan dalam buku ini adalah sebagai berikut:
a. Mendapatkan Gambaran Menyeluruh
b. Menggali Nilai-Nilai

xlvi

c. Visi dan Panggilan Hidup


d. Belas Kasih: Memahami Diri Sendiri dan Orang Lain
e. Memberi dan Menerima! Kemurahan Hati dan Rasa Syukur
f. Kekuatan Tawa
g. Menjadi Kanak-Kanak Kembali
h. Kekuatan Ritual
i. Ketentraman
j.

Yang Anda Perlukan hanyalah Cinta

3. Buku Melejitkan SQ Dengan Prinsip 99 Asmaul Husna


Buku ini disusun oleh Ahmad Taufik Nasution, fokus dalam buku
ini adalah untuk memahami secara mendalam makna tertinggi dan
dampaknya dalam kehidupan manusia dengan mengenal dan memhami
hati manusia melalui kecerdasan spiritual yang berprinsip pada 99 Asmaul
Husna. Dia juga menjelaskan tentang kecerdasan spiritual (SQ)
berdasarkan pada suara hati dan Asmaul Husna, karena Asmaul Husna
sebenarnya adalah sumber dari setiap suara hati pada diri manusia.
4. Skripsi berjudul Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual Anak dalam Perspektif Islam
Skripsi ini disusun oleh Zahrotul Badiah pada tahun 2006, penelitian
yang dilakukannya tersebut tidak hanya terfokus pada satu jenis
kecerdasan saja akan tetapi dia meneliti dua kecerdasan sekaligus, yaitu
tentang EQ dan SQ. Titik berat dalam penelitian ini adalah mengupas
tentang peranan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan EQ dan SQ

xlvii

anaknya dalam kaca mata Islam, Karena orang tua sebagai ujung tombak
dari berkembangnya kecerdasan sang anak. Dalam tulisan ini di
tambahkan juga dalildalil yang menjelaskan peranan orang tua dalam
perkembangan anaknya.
5. Skripsi berjudul Spiritual Quotient (SQ) Korelasinya Terhadap
Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa STAIN Salatiga Jurusan Tarbiyah
Program Studi PAI Tahun Angkatan 2002/2003
Skripsi ini disusun oleh Sri Rejeki pada tahun 2006, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara orang yang
memiliki kecerdasan spiritual terhadap motivasi berprestasi mereka.
Penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa STAIN Salatiga ini
menghasilkan suatu kesimpulan bahwa tidak ada hubungannya antara
orang yang memiliki kecerdasan spiritual dengan motivasi mereka untuk
berprestasi.
6. Skripsi berjudul Pengaruh Qiyamul al-Lail Terhadap Kecerdasan
Spiritual Santri Asrama Pendidikan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf
Tegalrejo Magelang tahun 2009
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan oleh Nurfaijah pada tahun
2009 terhadap santri Pondok Pesantren API di Magelang, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah ada pengaruh antara
melakukan Qiyamul al-Lail (sholat, berzikir, dan membaca al-Quran)
terhadap kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh santri-santri tersebut. Dan
hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Nurfaijah menunjukkan bahwa

xlviii

melaksanakan Qiyamul al-Lail dapat berpengaruh terhadap kecerdasan


spiritual para santri.

B. Pendidikan Pranatal
Pendidikan pranatal merupakan pendidikan yang dilakukan sejak anak
masih berada dalam kandungan, bahkan dalam beberapa buku disebutkan
bahwa pendidikan pranatal sudah dimulai sebelum masa kehamilan. Pada
masyarakat awam atau umumnya hanya cenderung memperhatikan pendidikan
formal di sekolah saja dan masih jarang yang cenderung memperhatikan
pendidikan pada masa pranatal. Padahal pendidikan pranatal merupakan step
pendidikan yang tidak bisa begitu saja diabaikan, karena pendidikan pranatal
memberi kontribusi dalam perkembangan anak pada masa yang akan datang.
Melihat betapa pentingnya proses pendidikan pranatal para ahli mulai
meneliti tentang kehidupan pranatal dan proses pendidikannya. Penelitianpenelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Buku Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan
Buku ini disusun oleh dua orang ahli yang bernama Rene Van de
Carr dan Marc Lehrer. Judul asli buku ini adalah While Youre
Expecting Your Own Pranatal Classroom.Pendidikan pranatal pertama
kali dikembangkan oleh Rene Van de Carr yang bergabung dengan Marc
Lehrer seorang Psikolog, dalam mengembangkan stimulasi pranatal
(Abdurrahman, 1999:27). Buku ini berisi tentang cara-cara atau langkahlangkah yang dapat orang tua lakukan saat bayi masih berada dalam

xlix

kandungan untuk menstimulasi bayi tersebut. Buku ini menunjukkan


bahwa pendidikan sudah bisa dilakukan pada saat periode pranatal. Dalam
buku ini berisi tentang apa saja prinsip-prinsip dari pendidikan pranatal
itu, kemudian apa saja yang dapat dilakukan agar dapat memperoleh
kehamilan yang sehat, beberapa langkah yang dilakukan pada pendidikan
pranatal, latihan-latihan untuk sang janin, dan beberpa pembahasan
tentang melahirkan.
2. BukuLong Life Education
Buku karangan dari Nur Uhbiyati ini berisi tentang tahapthap
pendidikan yang diberikan, yaitu mulai dari pendidikan anak sejak periode
pranatal sampai pendidikan lansia.Dalam pembahasan tentang pendidikan
pranatal dia menjelaskan tentang pengertian pendidikan pranatal, tujuan
yang ingin dicapai dalam pendidikan pranatal, bagaimana hukum Islam
tentang pendidikan yang dilakjukan pada periode pranatal, siapa yang
menjadi pendidik dan terdidik pada pendidikan pranatal, metode-metode
yang digunakan pada pendidikan pranatal, dan materi apa saja yang
diberikan pada pendidikan pranatal.
3. Buku Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan
Buku ini disusun oleh Mansur, yang berisi tidak saja tentang
pembahasan hal-hal yang berhubungan dengan masa kandungan akan
tetapi lebih jauh lagi membahas tentang masa sebelum kehamilan yaitu
sejak masa pemilihan jodoh, perkawinan (prakonsepsi) hingga masa
kehamilan. Pada pembahasan pertama buku ini berisi tentang pranatal dan

pentingnya pendidikan dalam kandungan yang menjelaskan tentang


pandangan-pandangan psikologi terhadap pranatal, pandangan Islam
terhadap pranatal dan pendidikannya.
Pembahasan kedua dalam buku ini adalah tentang pendidikan dalam
kandungan sebagai sarana pengembangan kulitas anak, implikasi
pernikahan dalam pengendalian kualitas anak, proses kejadian manusia
dan pendidikan dalam kandungan, memperhatikan kualitas keturunan, dan
faktor yang mempengaruhu kualitas keturunan.
Pada pembahasan yang ketiga menjelaskan tentang kewajiban ibu
hamil untuk memberikan pendidikan pada bayi yang dikandungnya,
pembahasan yang keempat tentang bagaimana mempersiapkan ibu hamil
dan menghindari penyakit keturunan, mempersiapkan masa kehamilan
yang sehat, macam-macam penyakit keturunan, faktor-faktor penyebab
bayi lahir cacat, dan strategi yang dilakukan dalam mempersiapkan
pendidikan dalam kandungan. Pada bagian keempat berisi tentang upayaupaya spiritual yang dilakukan untuk memberikan pendidikan dalam
kandungan., dan penjelasan pada bagian terakhir berisikan tentang
implikasi pendidikan kandungan bagi pendidikan Islam.
4. Buku Menstimulasi Kecerdasan Anak Sejak dalam Kandungan
Buku ini disusun oleh Rizki J. Suherman dan Suherman. Buku ini
berisi tentang bagaimana cara untuk menstimulsai kecerdasan bayi sejak
dalam kandungan dengan dasar Islam, dalam buku ini terbagi menjadi
delapan bab, yaitu pada bab pertama berisi tentang amalan-amalan apa saja

li

yang dapat dilakukan saat periode kehamilan atau pranatal, juga berisi
tentang bagaimana puasa bagi ibu hamil dan menyusui.
Bab kedua menjelaskan tentang perkembangan janin berdasarkan alQuran dan hadits, tumbuh kembang janin berdasarkan USG. Pada bab
ketiga berisi tentang bagaimana cara mencerdaskan anak sejak dalam
kandungan. Pada bab keempat menjelaskan hal-hal yang berhubungan
dengan periode pascanatal. Pada bab lima berisitentang apa saja makanan
yang bisa diberikan pada anak usia 0-6 bulan. Bab yang keenam berisi
tentang penjelasan bagaimana merangsang perkembangan otak anak pada
periode pascanatal. Bab ketujuh menjelaskan tentang perkembangan jiwa
bayi yang sudah dilahirkan dan bab yang terakhir menjelaskan tentang
kesehatan bayi yang sudah dilahirkan.
Jadi pada buku ini tidak terbatas pada penjelasan tentang stimulasi
yang dapat dilakukan saat periode pranatal, akan tetapi juga menjelakan
tentang stimulasi bayi pascantal dan beberapa penjelasan tentang bayi
pascanatal.
5. Skripsi berjudul Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam
Penelitian tentang pendidikan pranatal yang selanjutnya dilakukan
oleh Siti Mudrikah, dengan judul Pendidikan Pranatal dalam Perspektif
Islam. Dalam skripsi ini penulis meneliti tentang bagaimana pendangan
Islam mengenai pendidikan pranatal, dalam penelitian ini yang ditekankan
oleh penulis adalah kajian al-Quran dan hadits tentang pendidikan yang
dilakukan ketika anak masih dalam kandungan, dasar-dasar al-Quran

lii

tentang pendidikan yang dilakukan saat anak masih dalam kandungan,


serta analisis ayat-ayat al-Quran dan implikasinya terhadap pendidikan
dalam kandungan atau pendidikan pranatal.
6. Skripsi berjudul Pendidikan Pranatal dan Implikasinyaterhadap
Pembentukan Kepribadian Anak.
Kajian tentang Pendidikan Pranatal juga pernah dilakukan oleh Fitria
Mufida. Penelitian ini membahas tentang implikasi dari pendidikan yang
dilakukan sejak dalam kandungan, isi dari penelitian ini adalah tentang
konsep-konsep dari pendidikan pranatal, pembentukan kepribadian anak,
apa saja faktor yang dapat mempengaruhikepribadian anak, dan implikasi
pendidikan pranatal terhadap perkembangan kepribadian anak.

C. Kecerdasan Spiritual dan Pendidikan Pranatal dalam Skripsi ini


Berbagai macam penelitian atau literature telah dilakukan dan disusun.
Akan tetapi penelitian dalam Skripsi ini yang berjudul Menstimulasi
Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal belum pernah
dilakukan. Skripsi ini berbeda dengan kajian atau penelitian penelitian lain
yang pernah dilakukan. Yang berbeda dari penelitian ini yaitu penulis
mencoba meneliti tentang bagaimana cara menstimulasi kecerdasan spiritual
pada anak pada saat periode pendidikan pranatal.
Kajian yang sudah ada tentang kecerdasan spiritual adalah cara-cara
mengembagkan kecerdasan spiritual anak setelah anak dilahirkan, bahkan
ketika anak sudah beranjak dewasa. Akan tetapi dalam penelitian ini mencoba

liii

menggali informasi bagaimana cara menstimulasi kecerdasan spiritual anak


sejak dalam kandungan.

liv

BAB III
KONSEP KECERDASAN SPIRITUAL DAN PENDIDIKAN PRANATAL
DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Islam


Pada era modernisasi dewasa ini banyak manusia yang mengalami
kekeringan jiwa, berbagai pemberitaan di media menunjukkan betapa
rapuhnya jiwa manusia pada saat ini seperti banyak kasus pembunuhan,
pencurian, perampokan, penganiyayaan dan sebagainya.Padahal manusia
mempunyai hati nurani, akan tetapi demi kepentingan pribadinya manusia
acap kali melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nurani atau suara hati
mereka. Pola hidup materialistic dan hedonisme semkin bersatu pada
kehidupan manusia, meminjam istilah Tony Buzan manusia sekarang ini
tengah kehilangan jiwa mereka. Kehidupan duniawi yang mereka dewakan
pada kenyataannya tidak dapat memberikan ketentraman pada batin mereka.
Mereka kadang merasa hampa dan tidak bahagia karena mereka melupakan
suatu hal yang bersifat transendental. Banyak orang pintar otaknya akan tetapi
perbuatan mereka menyimpang dari moralitas kehidupan, orang yang cerdas
secara otak di atas tidak mempuyai kecerdasan jiwa sehingga mereka
melakukan sesuatu yang buruk dengan kepintarannya, contohnya adalah orang
yang membuat bom kemudian meledakkan bom terebut untuk mencelakai
orang lain. Memang dia cerdas secara IQ akan tetapi dia tidak mempunyai
kecerdaan jiwa.

28
lv

Seperti yang diungkapkan oleh Taufiq Pasiak (2009:23) yaitu sebagai


berikut
Akhir-akhir ini banyak terjadi bunuh diri dan pembunuhan. Di
Jepang muncul fenomena bunuh diri bersama melalui internet, di
Indonesia terjadi mutilasi (membunuh dan memotong-motong tubuh
korban mnjadi beberpa bagian).. Semua ini berakar dari krisismakna
tentang siapa diri kita sesungguhnya. Dan inilah yang disebut dengan
krisis makna kehidupan.
Mengapa semua hal ini bisa terjadi? Karena paradigma keliru yang
tertanam di masyarakat dan lembaga pendidikan. Telah diajarkan
bahwa kunci kesuksesan dapat diperoleh melalui kecerdasan otak
semata. Padahal, kebehagiaan tidak hanya cukup dengan kecerdasan
tersebut.
Seperti yang dipaparkan oleh Taufiq Pasiak di atas bahwa kecerdasan
otak saja tidak akan mampu menjadikan manusia menjadi bahagia, dan
manusia belum mendapatkan makna hidupnya. Bahkan kecerdasan emosipun
kurang mampu menjadikan manusia menemukan nilai dari kehidupannya.
Taufiq juga menuturkan bagaimana kita dapat merasa bahagia dan
tentunya mengerti apa makna dan tujuan hidup kita serta memaknai setiap
peristiwa yang terjadi, dia menuliskan dalam buku yang sama sebagai berikut
Jika demikian halmya, kita tidaklah cukup hanya mengandalkan
dua kecerdaan itu (otak dan emosi). Dibutuhkan kiat tertentu agar kita
bisa menjadi bahagia dan damai di tengah kesegsaraan, derita, dan
musibah yang datang silih berganti. Kita harus cerdas mengelola
penderitaan menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain. Kita mengakui bahwa apa yang kita alami hari ini adalah
sebuah ujian dan keputusan Allah. Inilah sebuh kesadaran yang dituju
dari Spiritual Quotient (SQ).
Manusia memerlukan SQ atau kecerdasan spiritual agar dalam
kehidupannya manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan ketentraman.
Karena SQ adalah kecerdasan tertinggi dari dua kecerdasan yang ada yaitu IQ
dan EQ.

lvi

Kecerdasan

spiritual

itu

ialah

kecerdasan

untuk

memberikan

pemaknaan dalam kehidupan, nilai, serta memiliki tujuan yang ingin dicapai
dalam kehidupannya, serta dapat memberikan makna spiritual dalam setiap
apa yang dia perbuat dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang cerdas secara
spiritual membentuk suatu kesadaran bahwa eksistensinya tidak terjadi begitu
saja dan bukan merupakan suatu kebetulan akan tetapi dia sadar sepenuhnya
bahwa eksistensinya di dunia merupakan maha karya dari sang pencipta
(Taufik, 2009:37).
1. Spiritual dan Kecerdasan Spiritual
Spiritual dan kecerdasan spiritual merupakan dua hal yang sangat
berkaitan, akan tetapi secara makna ada perbedaan diantara dua hal tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia spiritual berarti sesutau yang
berhubungan dengan jiwa. Menurut Taufik (2009:10) spiritual merupakan halhal yang berhubungan dengan sesuatu yang ada di dalam diri manusia,
sehingga dapat dikatakan bahwa spiritual merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan jiwa manusia yang berasal dari dalam diri manusia
tersebut, spiritual juga berarti suatu hal yang berhubungan antara manusia
dengan Tuhannya. Sedangkan maksud dari kecerdasan spiritual adalah
kemampuan seseorang untuk menemukan dan memaknai hidup serta dapat
memberikan makna spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
sebenarnya antara spiritual dan kecerdasan spiritual merupakan dua hal yang
erat hubungannya. Nilai-nilai dalam spiritual merupakan hal yang dapat
memberikan makna hidup yang merupakan bagian dari kecerdasan spiritual.

lvii

2. Suara Hati (self conscience) Sebagai Dasar SQ


Menurut Ary Ginanjar, Dalam konsep kecerdasan spiritual dikenal
suatu istilah self conscience, yaitu suara hati yang merupakan landasan
terwujudkannya SQ. manusia memiliki suara hati yang membisikkan kebaikan
pada hati seseorang, orang yang akan melakukan perbuatan buruk di dalam
hatinya pasti ada larangan untuk melakukannya, suara hati memberikan
nasehat bagi orang yang ingin melakukan perbuatan yang tidak baik, dan suara
hati akan memberikan efek penyesalan bagi orang yang melakukan perbuatan
buruk.
Dalam makna sufistik SQ berhubungan dengan fitrah pada diri mausia.
Dengan fitrah tersebut manusia dapat mengenal suara buruk (fujur) maupun
suara baik (Taqwa), suara-suara tersebut adalah suara hati yang dimiliki oleh
manusia. Suara hati (self conscience) itulah yang merupakan basic fitrah
manusia yang suci.Dengan suara hati manusia terdorong untuk berjalan ke
arah perubahan yang lebih bermakna dan bernilai (Taufik, 2009:4).
Dalam buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan
Spiritual ESQ Ary Ginanjar memperkenalkan kepada kita anggukan
universal yang dimiliki oleh setiap manuia di dunia ini. Seperti contoh ketika
seseorang diberikan pertanyaan atau bahkan melihat sendiri suatu peristiwa
dimana ada anak kecil yang menangis kelaparan, maka kita akan merasakan
suara hati yang sama pada masing-masing individu ketika dalam kondisi fitrah
(Agustina, 2007:71), di dalam hati kita tanpa disuruhpun akan mendorong kita
untuk memberi anak tersebut.

lviii

Dalam perspektif Islam suara hati manusia bertumpu pada sifat-sifat


Allah yang tercermin dalam 99 Asmaul Husna dan dapat dikatakan bahwa 99
Amaul Husna merupakan sumber dari segala suara hati yang baik pada
manusia (Agustina, 2007: 107). Dengan tanpa melihat status sosial, suku atau
agama. Suara hati dapat berupa suatu larangan, peringatan, pnyesalan, pada
dasarnya manusia juga memiliki suara hati yang sama, suara hati yang
universal itulah yang terdapat dalam God Spot dan inilah yang disebut
Kesadaran Spiritual (Agustina, 2007: 73), God Spot sendiri yaitu bagian dari
otak yang membri respon terhadap hal-hal yang bersifat agama, God Spot juga
disebut sebagai titik Tuhan.
Suara hati pada diri mausia bisa tertutup, jika hati manusia
terpengaruhi oleh hal-hal yang tidak benar, manusia seringkali mengabaikan
pengakuan yang timbul dari suara hati, jika hal tersebut terjadi maka manusia
dapat terjerumus dalam perilaku-perilaku yang tidak baik. Ary Ginanjar
menjelaskan tujuh faktor yang dapat membelenggu suara hati manusia yaitu:
a. Prasangka
Prasangka dapat menjebak kita pada pemikiran negatif (negative
thinking) kepada orang lain. Prasangka akan mengalir dan berubah
menjadi sikap tertutup. Prasangka ada dua macam prasangka baik dan
prasangka buruk (positive thinking dan negative thinking). Prasangka
baik menjadikan seseorang saling percaya, saling mendukung,
koperatif, terbuka. Sedangkan perasaan negatif menimbulkan sifat
tertutup, menahan informasi. Tindakan seseorang sangat bergantung

lix

oleh alam fikirannya, jika alam fikiran seseorang telah terkontaminasi


oleh lingkungan yang buruk, maka hal ini dapat menjadikannya merasa
curiga dan selalu berprasangka buruk.
b. Prinsip-prinsip hidup
Prinsip hidup seseorang dapat mempengaruhi paradigma orang
tersebut. Prinsip hidup yang baik menjadikan seseorang menjadi
personal yang berkualitas, begitu pula sebaliknya. Prinsip hidup yang
salah akan berakibat manusia terjebak dalam kehancuran, dan orang
yang berprinsip baik serta kuat akan membawanya kearah kebahagiaan.
c. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang kehidupan dan lingkungan akan
mempengaruhi cara berfikirnya orang yang memiliki pengalaman dari
lingkungan yang baik maka dia juga akan menjadi orang yangbaik
begitu pula sebaliknya,. Seseorang yang mendapatkan pengalam dari
lingkungan yang tidak baik akan menjadikannya orang yang tidak baik
juga. Seperti teori naturalism yang dipelopori oleh J.J. Rosseau, yaitu
bahwa setiap manusia sebenarnya lahir dengan membawa pembawaan
yang baik, akan tetapi pembawaan baik tersebut akan

rusak jika

terpengaruh dengan lingkungan yang buruk (Lilik dkk, 2008:36).


Lingkungan yang buruk itulah yang menimbulkan pengalaman buruk
pada seseorang.

lx

d. Kepentingan
Semua orang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Dan masingmasing mempunyai prioritas terhadap kepentingannya terebut, apakah
kepentingan pribadi menjadi prioritas utama atau kepentingan orang
lain yang menjadi main priority. Dalam banyak hal manusia melakukan
sesuatu bukan karena dorongan hati nurani melainkan hanya berorientsi
pada kepentingan pribadinya sendiri, mereka mengabaikan suara hati
yang memberikan informasi yang penting dalam menentukan prioritas.
e. Sudut pandang
Sudut pandang seseorang mengenai orang lain akan menentukan
sikap yang diambil orang tersebut, seseorang akan salah dalam persepsi
jika tidak bijaksana menilai seseorang, sehingga yang terjadi adalah
perasaan merasa benar sendiri, dan menganggap sudut pandang orang
lain salah. Agar tidak terbelenggu pada sudut pandang yang kerdil
diajarkan dalam Islam supaya menjadikan al-Quran yaitu ajaran
sebagai sudut pandang ideal, karena kebenarannya mutlak (Taufik,.
2009: 96)
f. Pembanding
Manusia sering terjebak pada pikirannya ketika dihadapkan pada
persoalan atau hal yang berbeda, maka yang menjadi acaun pembanding
seringkali adalah diri kita sendiri atau apa yang pernah kita alami,
padahal diri kita sebagai manusia adalah makhluk yang lemah dan
sering berbuat kesalahan

lxi

g. Literatur
Di zaman yang semakin berkembang ini banyak sekali literatur
literatur yang dengan mudah dapat kita peroleh, dan jika tidak cermat
dalam memilih literatur yang ada kita dapat terjebak pada hal-hal yang
dapat mempengaruhi diri kita kepada sesuatu yang buruk.
Ketujuh komponen di atas adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi
cara berfikir seeorang. Menurut Taufik (2009:69) tujuh belenggu tersebut
dapat mengesampingkan suara hati. Dan akibat dari mengesampingkan
suara hati adalah menjadikan manusia mempunyai sikap-sikap berikut ini:
a. Cenderung kepada kemaksiatan
b. Mudah marah dan kehilangan kesabaran
c. Melukai orang secara fisik
d. Mengabaikan perasaan dan kebutuhan orang lain
e. Menutup diri atau menghindarkan diri untuk membantu orang lain
Untuk mengatasi ketujuh belenggu (pengaruh-pengaruh buruk yang
dapat mempengaruhi jernihnya suara hati) manusia harus menjernihkan lagi
hati mereka, mengembalikan manusia pada fitrah hatinya (God Spot),
sehingga manusia dapat menerima lagi sinyal suara hati pada diri mereka. Ary
Ginanjar memunculkan konsep Zero Mind Proses (ZMP) yaitu pembentukan
hati dan pikiran yang jernih dan suci. Proses dari ZMP terhadap ketujuh
belenggu hati tersebut adalah sebagai berikut :
a. ZMP 1: Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka
baik kepada orang lain

lxii

Berprasangka buruk kepada orang

lain akan menimbulkan

perasaan tidak suka dan tida senang terhadap orang tersebut, dan
akhirny selalu memandang salah terhadap apa yang diperbuat orang
lain, oleh sebab itu supaya hati kita tidak terbelenggu dan tidak
tertutup maka kita sudah seharusnya berprasangka baik kepada orang
lain.
b. ZMP 2: berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Abadi
Dengan berprinsip kepada Allah dapat menjadikan diri kita akan
menemukan makna hakiki dalam kehidupan, karena prinsip tersebut
adalah mutlak kebenarnnya, berbeda dengan prinsip yang dipegang
manusia yang belum tentu benar, karena pada dasarnya mausia adalah
tempat salah dan lupa
c. ZMP 3: bebaskan diri anda dari pengalaman-pengalaman yang
membelenggu pikiran, berpikirlah merdeka!
Pengalaman

adalah

hasil

dari

interaksi

yang

dilakukan

dilingkungan sekitar, pengalaman yag buruk kemungkinan besar


berasal dari lingkungan yang tidak kondusif, oleh sebab itu manusia
hrus berhati-hati terhadap arus lingkungan yang dapat merusak
kejernihan hati dan tingkah laku.
d. ZMP 4: dengarlah suara hati, peganglah prinsip karena Allah.
Berpikirlah melingkar, sebelum menentukan kepentingan dan prioritas

lxiii

Dengan mendegarkan suara hati dapat menjadikan manusia


bertindak sesuai dengan lintasannya. Karena apa yang dibisikkan dari
hati pada dasarnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan
e. ZMP 5: lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan
semua suara hati yang bersumber dari Asmaul Husna
Manusia sering salah dalam menilai orang disekitarnya hal tersebut
tidak jarang disebabkan karena manusia menilai dari satu sudut
pandang, untuk itu mausia seharusnya melihat sesuatu tidak hanya
sebatas pada sudut pandang nya sendiri, dalam Islam diajarkan untuk
melihat dari sudut pandang al-Quran dan Asmaul Khusna karena alquran merupakan kebenaran yang mutlak
f.

ZMP 6: periksa pikiran anda terlebih dahulusebelum menilai segala


sesuatu, jangan melihat sesuatu karena pikiran anda, tetapi lihatlah
sesuatu karena apa adanya (Taufik, 2009:99)

g. ZMP 7: Janganlah terbelenggu oleh literatur-litertur, berpikirlah


dengan merdeka (Agustina, 2007:79-103).

Menurut Ary Ginanjar (2007: 107), suara hati manusia pada dasarnya
bersifat universal, dengan catatan manusia telah mencapai titik zero dan
terbebas dari paradigma dan belenggu, kemudian ketika jiwa manusia
mengakui dan mengangguk kepada Allah. Suara hati manusia adalah kunci
dari spiritual.

lxiv

3. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual


Dalam kecerdasan spiritual terdapat ciri-ciri atau indikasi yang dapat
dilihat apakah seseorang tersebut memiliki kecerdasan spiritual, ciri-ciri tesebut
adalah (Nurfaijah, 2010:44):
a. Kemampuan bersikap fleksibel
b. Mengakui bahwa Tuhan sebagai sumber pembawa rizki
c. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
d. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
e. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
f. Kualitas hidup yang berdasarkan dari visi dan nilai-nilai
g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
h. Menciptakan pola dan aturan baru pada kondisi sangat terjepit
i. Mandiri.
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall ciri-ciri kecerdasan spiritual
adalah sebagai berikut (2000:14)
a. Memiliki kesadaran diri
b. Bersifat Spontanitas, sangat responsive, dan rela bertanggung jawab
c. Terbimbing oleh visi dan nilai
d. Holistic, yaitu suatu kemampuan untuk melihat suatu permasalahan dari
setiap sisi dan melihat bahwa setiap persoalan mempunyai dua sisi atau
lebih
e. Memiliki rasa kepedulian

lxv

f. Menghargai keberagaman, menghargai orang lain dan pendapatpendapat yang bertentangan atas daar perbedaan bukannya meremehkan
perbedaan-perbedaan itu
g. Independensi terhadap lingkungan, yakni bersikap teguh, focus, tabah,
berpikir independen, kritis terhadap diri sendiri, berdedikasi dan
berkomitmen
h. Keingin tahuan yang aktif
i. Pemanfaatan positif atas kemalangan, berarti mengambil hikmah dalam
setiap cobaan atau kesusahan
j. Rendah hati, tidak mementingkan ego
4. Urgensi kecerdasan spiritual (SQ) bagi kehidupan manusia
Menurut Taufik (2009) SQ memiliki urgensi bagi kehidupan manusia
yaitu:
a. SQ menjadikan manusia kuat di ujung kegundahan, orang yang cerdas
secara spiritual dapat membelokkan pandangan tentang kegagalan
sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesan
b. SQ menjadikan diri dapat menyatukan perbedaan secara pribadi dengan
orang lain, kelompok, bahkan dalam konteks agama, sehingga
seseorang lebih respect other atau dapat menghargai orang lain
c. SQ membantu manusia keluar dari permasalahan hidup karena dengan
kecerdasan ini manusia dapat membaca dan memahami secara intuitif
mengapa Allah memberikan dia cobaan, sehingga ketika manusia
mendapatkan masalah dia tidak terpuruk karena dia tahu bahwa

lxvi

permasalahan tersebut merupkan ujian sebagai bentuk kecintaan Tuhan


kepadanya.
d. SQ mampu membantu manusia keluar dari blenggu egoisme yang
merupakan

suatu

kekeliruan

yang

menyebabkan

kita

lebih

mementingkan diri sendiri dari pada orang lain


e. SQ bukanlah suatu agama akan tetapi dengan SQ dapat membantu
manusai untuk meyakini lebih dalam terhadap keyakinan agama yang
dianutnya
f. SQ membuat manusia selalu berfikir positif
Banyak sekali yang kita dapatkan jika kita memiliki kecerdasan spiritual,
kita tidak akan berfikir sempit dalam menghadapi permasalahan, dengan
memiliki kecerdasan spiritual kita dapat selalu mengambil hikmah dari setip
peristiwa yang terjadi dan akan bangkit mecari solusi ketika mendapatkan suatu
masalah. Dan yang lebih penting lagi adalah orang yang memiliki kecerdasan
spiritual akan bersungguh sungguh dalam menjalankan perintah agamanya
tanpa bersifat fanatik yang berlebihan terhadap pemeluk agama lain.
Menurut Sukidi urgensi kecerdasan Spiritual (SQ) dapat ditinjau dari dua
sisi (sambasalim.com), yaitu:
a. Kecerdasan spiritual secara vertical, yaitu bagaimana kecerdasan
spiritual bisa mendidik hati kita untuk menjalin hubungan atas
kehadirat Tuhan.

lxvii

b. Kecerdasan spiritual secara horizontal, dimana kecerdasan spiritual


mendidik hati kita di dalam budi pekerti yang baik. Diatas arus
demoralisasi perilaku manusia akhir-akhir ini.
5. Karakteristik Kecerdasan Spiritual (SQ)
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang mempunyai
kecerdasan spiritual yang tinggi atau rendah. Seperti yang dipaparkan oleh
Lutfil Kiromaz-Zumaro (2011:98), yaitu sebagai berikut:
a. Karakteristik SQ tinggi
1)

Kemampuan mentransendensikan yang fisik dan material

2)

Memiliki fleksibilitas

3)

Mempunyai kesadaran diri yang tinggi

4) Memiliki kapasitas untuk memperdayakan diri, dan bangkit dari


keterpurukan
5)

Kualitas kehidupan yang bersumber pada visi masa depan dan


berpedoman pada nilai kebenaran

6)

Kemampuan

untuk

menggunakan

sumber

spiritual

dalam

memecahkan masalah dan kemampuan berbuat sebaik mungkin


b. Karakteristik SQ rendah
1) Fanatisme berlebihan terhadap nilai kebenaran
2) Keyakinan yang lemah dan tidak didasari oleh pertimbangan yang
memadai
3) Mudah kehilangan kendali diri
4) Mudah terjebak pada penyalah gunaan wewenang

lxviii

6. Cara-cara menjadi orang yang cerdas secara spiritual


Tony Buzan (2003), merumuskan sepuluh cara agar seseorang dapat
cerdas secara spiritual. Cara-cara tersebut adalah:
a. Mendapatkan gambaran menyeluruh
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual menyadari sepenuhnya
keberdaannya di dunia ini. Melihat gambaran secara menyeluruh
eksistensinya di dunia ini, dengan mengamati kebesaran alam di dunia
akan menimbulkan rasa kagum, heran, dan terpesona dan pada akhirnya
akan melahirkan beberapa pertanyaan spiritual tentang makna eksistensi
kita di dunia ini. Cinta dan hormat kepada alam merupakan ciri sangat
khas pada orang yang memiliki kecerdasan spiritual.
Orang

yang

memiliki

kecerdasan

spiritual

aktif

dalam

menimbulkan kesadaranatas eksistensi semua makhluk di dunia ini,


serta betapa luasnya jagat raya hasil karya Sang Pencipta. Dengan
memahami secara menyeluruh gambaran tentang eksistensi makhlukmakhluk di dunia ini maka akan menimbukan kecerdasan spiritual
b. Menggali nilai-nilai
Nilai atau value adalah panduan-panduan untuk bersikap yang
berasal dari dalam diri kita sendiri, nilai-nilai tersebut menimbulkan
prinsip-prinsip yang akan menentukan perilaku dan hidup kita.
c. Visi dan panggilan hidup
Visi, rencana atau panggilan hidup adalah tujuan yang sangat
didambakan untuk menjadi Cahaya Pembimbing hidup.Dengan visi

lxix

yang kita rumuskan maka kita mempunyai harapan dalam kehidupan


ini.
d. Belas kasih: Memahami diri sendiri dan orang lain
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual dan rasa belas kasihan
kepada sesama akan memiliki komitmen kepada orang lain dan ikut
bertanggung jawab terhadap orang lain. Dengan memiliki rasa belas
kasih akan memunculkan kecerdasan pada diri kita
e. Memberi dan menerima: Kemurahan hati dan rasa sukur
Kemurahan hati dan rasa syukur merupakan rahmat spiritual.
Kemurahan hati dan rasa sukur lahir dari belas kasih. Ketika kita
mempraktekkan kemurahan hati dan rasa syukur maka kita sedang
meningkatkan kecerdasan spiritual kita
f. Kekuatan tawa
Sense of humor atau selera humor adalah salah satu kualitas utama
dari kecerdasan spiritual. Tawa akan mengurangi stress dalam diri, dan
meningkatkan kesehatan secara umum. Dengan tertawa maka hati kita
terasa ringan dan tidak terbebani. Maka ada sebuah senam yang
berjudul senam tertawa, karena tertawa baik untuk kesehatan asal tidak
berlebihan
g. Menjadi kanak-kanak kembali
Anak-anak merupakan gambaran kecerdasan spiritual sejati, jika
ingin menggugah spiritulitas dalam diri kita, kita harus mengamati dan
belajar dari ketulusan anak-anak.

lxx

Kembali menjadi kanak-kanak bukan lantas kita bersikap kekanakkanakan, kembali menjadi anak-anak maksudnya adalah kita berfikir
secara polos dan tulus dalam melaksanakan sesuatu
h. Kekuatan ritual
Ritual adalah suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan cara-cara
tertentu. Dalam konteks agama ritual merupakan kegiatan keagamaan
dari masing-masing agama. Melalui ritual yang kita lakukan dapat
meningkatkan stabilitas spiritual dan emosional, mengurangi stress,
menjadi lebih tekun, lebih yakin, dan lebih percaya diri
i. Ketentraman
Ketentraman adalah keadaan hening atau tenang dimana kita
terbebas dari kecemasan atau kesedihan. Dengan ketenangan kita dapat
menetralisir stress, karena agar dapat bertahan hidup secara spiritual
maka kita perlu meredakan stress.
j. Yang anda butuhkan hanyalah cinta
Cinta terhadap diri sendiri, sesama, dan jagad raya, serta Tuhan
dianggap sebagi tujuan hidup dan spiritualitas yang tinggi. Dengan cinta
kita dapat memperoleh kecerdasan spiritual yang tinggi.
Kecerdasan Spiritual (SQ) memang tidak terikat pada agama tertentu.
Dan tidak juga berarti bahwa seorang yang religius (taat beragama)
mempunyai kecerdasan yang tinggi. Terbukti pada kehidupan sehari-hari
seseorang yang notabene rajin beribadah tetapi tidak dapat menghargai

lxxi

keberagaman pendapat. Padahal salah satu ciri dari orang yang memiliki
kecerdasan spiritual tinggi adalah orang yang dapat menghargai pendapatnya.
Jika apa yang disampaikan oleh Tony Buzan seperti di atas
membuktikan bahwa kecerdasan spiritual itu dapat dilatih. Kecerdasan
spiritual bukan hanya milik orang yang memiliki pondasi agama tinggi.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Danah Zohar dan Ian Marshal
(2000:12) seorang yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi dapat
memiliki kualitas spiritual tanpa beragama sama sekali.

B. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam


Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari istilah educare yang
berarti membawa keluar (sesuatu yang ada di dalam), sedangkan dalam bahasa
Jerman berasal dari kata erziehung yang berarti menarik keluar atau
mengeluarkan, sedangkan dalam Orang Belanda menggunakan istilah
opvoeden

untuk pendidikan, dan orang Inggris menggunakan istilah to

educate yang diartikan sebagai to give moral and intellectual training


(Noeng Muhadjir,1993:16).
Menurut Munir (2007:147) Pendidikan adalah suatu upaya untuk
mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam kehidupan
sekaligus untuk memperbaiki peradaban manusia, dengan pendidikan manusia
dapat memilih jalan kehidupan yang lebih baik. Sedangkan menurut Marimba
pendidikan adalah sebagai suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si

lxxii

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju


terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1964:19).
Dalam konteks pendidikan, yang berkewajiban memberikan pendidikan
pertama kali adalah orang tua yakni sebagai lingkungan pendidikan primer.
Pendidikan yang diberikan oleh orang tua tidak hanya ketika anak sudah
dilahirkan, akan tetapi pendidikan tersebut harus diberikan sedini mungkin
yakni sejak masa sebelum kelahiran sang bayi (pranatal).pendidikan pranatal
berarti suatu bentuk stimulasi yang dilakukan ketika bayi berada dalam
kandungan yang bertujuan untuk menstimulasi kecerdasan calon bayi yang
kelak akan lahir (Rizki dan Suherman 2010:60). Dalam pelaksanaan
pendidikan pranatal terdapat sesuatu yang ingin dicapai sebagai tujuannya
yaitu membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan yang
lebih baik bagi sang calon bayi serta mendorong perkembangan hubungan
positif antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung selamanya
(Abdurrahman,1999:27).
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen bagi tumbuhnya generasi
yang berkualitas, pendidikan sebagai tujuan utama dari agama samawi yaitu
untuk membina dan mendidik manusia yakni membina ruh, menyeimbangkan
berbagai kecenderungan memperkuat ruh dan akal serta mendorong manusia
ketingkat yang lebih tinggi (Bafaqih, 2008:32).

lxxiii

1. Tahap-tahap pendidikan pranatal


Pendidikan pranatal dimulai bahkan sejak sebelum kehamilan sang
ibu, proses pendidikan sebelum masa kehamilan tersebut meliputi (Munir,
2007:151):
a. Yang pertama adalah hal-hal yang bersangkutan dimulai dari masa
konsepsi sampai masa kelahiran,
b. Yang kedua adalah yang berhubungan dengan pemilihan jodoh, karena
kualitas calon ayah dan calon ibu akan berpengaruh besar pada
perkembangan sang anak. Allah SWT telah berfirman dalam al-Quran
surat al-Baqarah (221):

Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum


mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia

lxxiv

menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah


mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah
menerangkan

ayat-ayat-Nya

(perintah-perintah-Nya)

kepada

manusia supaya mereka mengambil pelajaran.(Hasbi, 2000:373)

Dalam ayat tersebut kita diperintahkan untuk tidak menikah dengan


orang yang berbeda keyakinan dan akhlaknya dengan kita orang Islam.
Karena baik buruknya akhlak anak sangat dipegaruhi oleh akhlak yang
dimiliki orang tua, dan keyakinan orang tua terhadap suatu agama akan
berpengaruh dengan keyakinan anak terhadap agama yang dianutnya.
Dalam memilih pasangan hidup diibaratkan seorang petani yang
memelihara dan memilih biji tanaman yang berkualitas dan lahan yang
berkualitas sehingga panen yang berkulaitas tinggi dapat terealisasi, dengan
demikian memilih jodoh seperti harapan di atas maka kemungkinan
mempunyai anak turun yang diharapkan berkualitas dapat tercapai
(Mansur, 2004:44). Menurut Baqir Hujjati dalam bukunya yang
diterjemahkan oleh Bafaqih (2008:107-109). Rasulullah menjelaskan
beberapa poin tentang pemilihan jodoh yang baik, yang diantaranya adalah
tentang ciri-ciri istri yang baik yang tentunya akan mempengaruhi generasi
yang akan dilahirkannya ciri-ciri tersebut adalah:
a. Taat beragama
Seorang istri haruslah seseorang yang taat beragama, tentu apabila
orang tua dalam hal ini istri yang beriman akan mendidik anak-anaknya
berdasarkan norma-norma agama dan bertanggung jawab untuk
melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan pada anaknya

lxxv

b. Berakhlak mulia akhlak mulia merupakan asas utama dalam Pembinaan


generasi yang sehat. Dan kemuliaan akhlak pada diri orang tua
memberikan pengaruh pada anak ketika masih berupa janin dalam
kandungan
c. Berasal dari keluarga yang baik
Memilih pasangan hidup hendaklan pasangan yang berasal dari
keluarga yang baik akhlaknya dan agamanya karena keadaan keluarga
tentu berpengaruh pada keadaan si anak
Pentingnya pemilihan jodoh sangat berkaitan dengan eksistensi
pendidikan dalam keluarga, karena pendidik yang paling utama adalah
ayah dan ibu. Terutama pendidikan dalam kandungan, ayah dan ibulah
sosok yang paling berpengaruh bagi perkembangan edukasi anak.
2. Kewajiban Orang Tua dalam Memeberikan Pendidikan Pranatal
Orang tua adalah elemen terpenting dalam pendidikan terhadap anak
dalam kandungan, orang tua (bapak dan ibu) pada umumnya adalah orang
yang paling banyak mengadakan interaksi dengan anak yang masih berada
dalam kandungan, maka orang tua harus mengadakan interaki edukatif
supaya dapat merangsang kecerdasan anak. Kondisi dan pendidikan anak
pada periode pranatal harus diperhatikan oleh orang tua, Rasulullah juga
telah menjelaskan bahwa pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada
sang anak semenjak dalam kandungan sangat penting karena anak yang
tidak mendapatkan pendidikan dari orang tuanya sejak dalam kandungan
akan merugi di hari dewasanya. Sabda Rasulullah SAW:

lxxvi



)(
Artinya: orang yang celaka adalah yang telah (menderita) celaka dalam
perut ibunya (HR. Muslim)
Oleh sebab itu islam sangat menganjurkan bahkan memerintahkan
pendidikan pranatal (Uhbiyati, 2009:11). Agar bayi yang ada dalam
kandungan

mulai

merasakan

pendidikan

yang

akan

menuntun

kehidupannya kelak ketika dia sudah lahir ke dunia.


3. Materi Pendidikan Anak Pranatal
Sejak periode pranatal sang calon anak sudah dapat diberikan
pendidikan, hal ini dilakukan supaya ketika anak sudah lahir akan terbiasa
melakukan hal-hal yang positif, seperti yang pernah diterimanya sewaktu
dia belum dilahirkan. Menurut Uhbiyati (2009:31-33), materi yang dapat
diberikan untuk menstimulasi sang calon bayi antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Bahasa
Pada periode ini jelas anak belum dapat berbahasa, akan tetapi apa
yang diucapkan oleh pendidik (orang tua) sudah dapat direspon oleh
janin, oleh sebab itu orang tua harus selalu mengucapkan kata-kata
yang baik, seperti membaca al-Quran, zikir, sholawat, dan lain
sebagainya.
b. Al-Quran dan Hadits
Anak dalam kandungan direspon dengan ayat-ayat al-Quran agar
dia terbina dan terlatih untuk mengenal kalam Allah.

lxxvii

c. Akhlak Mulia
Ibu yang sedang hamil dan sang ayah harus selalu menjaga
akhlaknya dengan baik dimana hal itu akan memberikan pengaruh yang
besar pada sisi mental dan kepribadian si bayi dalam kandungan.
Materi-materi

pendidikan

di

atas

merupakan

sarana

untuk

mendapatkan generasi atau keturunan yang berkualitas, karena sejak dia


masih dalam kandungan sudah terbiasa dengan amalan-amalan yang sangat
baik. Lain halnya ketika pada periode pranatal anak tidak mendapatkan
pendidikan sama sekali, maka akan sangat sayang sekali karea orang tua
melewatkan masa-masa pendidikan yang sangat berharga.
Islam merupakan agama yang sangat memperdulikan

pendidikan

anak dalam kandungan, hal tersebut dibuktikan dengan hal-hal sebagai


berikut: (Abdurahman, 2005:35-37).
1) Diberikannya hak istimewa terhadap ibu yang sedang hamil selama
bulan Ramadhan , yaitu diperbolehkannya ibu hamil untuk berbuka
puasa walaupun belum tiba saatnya untuk berbuka puasa. Jika merasa
khawatir apabila diteruskan berpuasa akan membahayakan kondisi
janin dalam kandungan. Oleh karena itu, puasa tersebut dapat diganti
dengan membayar kifarat.
2) Islam memerintahkan kepada suami yang telah menceraikan istrinya
untuk tetap memberikan nafkah kepada janin yang dikandung karena
bagaimanapun juga nafkah yang diberikan sang suami yang
menceraikan istrinya tidak dapat secara langsung diterima oleh sang

lxxviii

janin dan melalui ibulah nafkah tersebut bisa sampai kepada sang janin,
misalnya materi yang diberikan mantan suaminya tersebut digunakan
untuk kebutuhan konsumsi.
3) Perhatian Islam terhadap periode pranatal yang lain adalah dengan
menangguhkan hukuman yang akan diterima oleh sang ibu jika
hukuman tersebut dapat membahayakan janin.
Hal-hal di atas merupakan bentuk perhatian Islam dalam pendidikan
pranatal. Islam tidak memaksakan atau tidak mewajibkan seorang wanita
yang sedang hamil untuk menjalankan perintah puasa. Jika wanita tersebut
tidak sanggup menjalankan ibadah tersebut. Dan perhatian-perhatian yang
lain yang menunujukkan betapa besar perhatian Islam terhadap pendidikan
pranatal. Hal tersebut diberikan karena untuk menjaga kondisi sang janin
yang merupakan generasi mendatang yang akan menegakkan agama Islam.

lxxix

BAB IV
STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE
PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam


Manusia dipandang sebagai makhluk yang harus dididik yang disebut
homo educandum, yang membedakan manusia dengan binatang adalah
manusia tergolong sebagai animal educabic yaitu sebangsa binatang yang
dapat dididik sedangkan binatang adalah makhluk yang hanya dapat
dilakukan dressure yaitu dilatih untuk dapat melakukan sesuatu yang
bersifat statis, sehingga fungsi dari pendidikan adalah memanusiakan
manusia karena manusia tanpa pendidikan tidak dapat menjadi manusia
sebenarnya (M. Arifin 1997:21-22).
Pendidikan yang harus diberikan peratama kali kepada anak atau
obyek pendidikan adalah pendidikan keluarga, keluarga khususnya ayah dan
ibu memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan pendidikan anak,
sebelum dia memperoleh pendidikan dari milliu yang lain seperti masyarakat
dan sekolah.
Seperti firman Allah yang termaktub dalam Quran surat at-Tahrim
(66:6) yaitu:

lxxx

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan
53 bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa orang tua mempunyai
kewajiban untuk memelihara atau menjauhkan dirinya dan keluarganya dari
api neraka, yakni salah satunya dengan memberikan pendidikan agar keluarga
atau anaknya bisa mengerti mana perbuatan yang baik dan yang buruk.
Menurut Ahmad Tafsir (2001:74) tanggung jawab orang tua dalam mendidik
anak disebabkan setidaknya oleh dua hal yaitu yang pertama karena kodrat
orang tua, orang tua ditakdirkan menjadi orang tua untuk anak-anaknya
dengan demikian mereka ditakdirkan juga untuk bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan untuk anak-anaknya. yang kedua adalah disebabkan
karena kepentingtan orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap
kemajuan perkembangan anaknya.
Islam mewajibkan kaumnya untuk melaksanakan pendidikan, dan
pendidikan yang diberikan tidak sekedar pendidikan dari masa anak-anak
sampai dewasa, akan tetapi pendidikan sudah bisa diberikan walaupun sang
anak belum dilahirkan. Sejak abad 15 Islam telah mengenal konsep
pendidikan seumur hidup (Life long Education) yaitu pendidikan yang
dilakukan mulai dari kandungan sampai pendidikan untuk orang tua.
Pendidikan pranatal dimulai bahkan sejak sebelum kehamilan sang
ibu, proses pendidikan sebelum masa kehamilan tersebut meliputi, Pertama,

lxxxi

adalah hal-hal yang bersangkutan dimulai dari masa konsepsi sampai masa
kelahiran, dan yang kedua adalah yang berhubungan dengan pemilihan jodoh,
karena kualitas calon ayah dan calon ibu akan berpengaruh besar pada
perkembangan sang anak (Munir, 2007:151). Allah SWT telah berfirman
dalam al-Quran surat al-Baqarah (221):

Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum


mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Dalam ayat tersebut kita diperintahkan untuk tidak menikah dengan
orang yang berbeda keyakinan dan akhlaknya dengan kita orang Islam.
Karena baik buruknya akhlak anak sangat dipegaruhi oleh akhlak yang
dimiliki orang tua, dan keyakinan oran tua terhadap suatu agama akan
berpengaruh dengan keyakinan anak terhadap agama yang dianutnya.

lxxxii

Mansur (2004 : 201-202) menjelaskan tentang perilaku edukatif yang


dapat dilakukaqn oleh orang tua yang menginginkan anaknya kelak memiliki
perilaku yang baik, perilaku edukatif ini berupa perilaku edukatif secara fisik
dan psikis. Edukasi secara fisik dapat dilakukan dengan mencegah kondisi
fisik yang tidak menguntungkan dan menjaga kondisi badan, sedangkan
edukasi psikis dapat dilakukan dengan meciptakan kondisi psikis ibu yang
menguntungkan, menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan stress pada
sang ibu karena hal tersebut akan sangat berpegaruh pada sang janin.

B. Tahap Perkembangan Janin Menurut Islam


Perkembangan bayi pada periode pranatal sangat penting fase
kehidupan masa pranatal terdiri dari beberapa tahap perkembangan, akan
tetapi yang membedakan perkembangan pada periode pranatal dengan
periodeperiode kehidupan yang lain adalah bahwa periode pranatal
merupakan periode pertama dalam rentang kehidupan manusia, dan periode
yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan manusia (Sri Rumini
& Siti Sundari, 2004:1).
Menurut Baqir Hujjati (2008:140-143) membagi periode tahapan
kehidupan janin kedalam 3 bagian yaitu:
1.

Tahapan ovum (Zigot)


Pada minggu pertama ovum merupakan sesuatu yang terpisah dan
tidak berhubungan dengan rahim ibu. Ovum tidak mengalami
pertambahan ukuran dan tidak menerima apapun dari si ibu.

lxxxiii

2.

Tahapan alaqah (embrio)


Di akhir minggu kedua calon bayi telah melekatkan diri pada rahim
dan sudah ada interaksi antara rahim dan embrio, pada periode ini
perkembangan tubuh mencapai 95%, pada masa ini janin manusia sudah
dapat dibedakan dengan janin binatang

3.

Tahapan terakhir (janin)


Dalam Islam disebut mudghah (sesegumpal darah), Dalam alQuran tahapan ini disebut dengan tahapan mudhghah atau segumpal
darah dan masanya adalah 30 minggu sebelum kelahiran. Dalam periode
ini lebih banyak mengarah pada pertumbuhan dalam ukuran, dengan kata
lain pertumbuhan secara menyeluruh yakni tubuh janin semakin besar.
Perkembangan-perkembangan pada periode pranatal tersebut sangat

cepat, dalam waktu sembilan bulan banyak sekali perkembangan yang telah
terjadi, dibandingkan dengan perkembangan pada periode pasca natal yang
perkembangannya lebih lambat dari perkembangan periode pranatal. Oleh
sebab itu maka hendaklah orang tua sebagai lingkungan yang paling sering
berinteraksi dengan sang janin memberikan pendidikan semaksimal mungkin.
Penelitian membuktikan bahwa hubungan yang terjalin baik antara ayah dan
ibu sangat berkaitan dengan kemampuan bayi. Pendidik yang paling utama
adalah ayah dan ibu terutama dalam kegiatan pendidikan pranatal. Maka
perlu adanya kerjasama yang seimbang antara ayah dan ibu, selain itu peran
keluarga sangat penting pula seperti yang disampaikan oleh F.Rene dan Marc
Lehrer yaitu:

lxxxiv

Melibatkan seluruh kelurga dalam stimulasi membuahkan


hasil positif. Pertama terciptanya kebersamaan dan kesan bahwa
semua anggota yang terkecil sekalipun dari keluarga dapat membantu
pendidikan sang bayi. Kedua, melaksanakan latihan-latihan ini degan
membuat anggota keluarga menjadi guru yang lebih baik lebih penting
bagi latihan - Latihan ini membuat setiap naggta keluarga mempunyai
ikatan dengan sang bayi.

Jadi tentu saja bukan ayah dan ibu yang harus ambil bagian dalam
pendidikan pranatal. Baik kakek, nenek, kakak atau anggota keluarga yang
lain harus selalu secara intens memberikanperhatian kepada sang janin. Dan
hendaknya selama kehamilan tidak ada pertengkaran yang akan mengganggu
ketenangan sang janin.

C. Prinsip dan Metode pendidikan pranatal


Dalam melaksanakan pendidikan pranatal terdapat beberapa prinsip
yang harus dipahami oleh orang tua prinsip-prinsip tersebut dikemukakan
oleh Rene dan Lehrer (1999:50-52) yakni sebagai berikut:
1. Prinsip kerjasama
Pendidikan yang dilakukan harus tergabung dari kerjasama antar
keluarga dan tidak terbatas pada peran ayah atau ibu saja.
2. Prisip ikatan cinta pranatal
Latihan-latihan pendidikan pranatal membantu orang tua dalam
mempersiapkan mereka untuk menerima kehadiran sang anak. Hal ini
mematahkan pendapat psikolog-psikolog terdahulu yang menyatakan
bahwa ikatan cinta antara orang tua dan anak belum terjalin sampai anak
lahir.

lxxxv

3. Prinsip stimulasi pranatal


Seorang bayi belajar dari stimulus yang diberikan sejak saat dia
dalam kandungan, stimulus tersebut dapat berupa sentuhan dan suara, bayi
yang ada dalam kandungan akan merespon apa yang distimulasikan
kepadanya

dengan

tendangan-tendangan

kecil.

Latihan

pranatal

memberikan stimulasi bagi otak dan perkembangan saraf bayi sebelum


dilahirkan.
4. Prinsip kecerdasan pranatal
Latihan yang dilakukan pada masa ini memiliki potensi mengajarkan
bayi untuk menyadari bahwa tindakannya mempunyai efek,ketika bayi
menendang kemudian dibalas ibu dengan sedikit tekanan di tempat yang
sama dapat mempercepat bayi dalam belajar tentang sebab akibat setelah
dilahirkan.
5. Prinsip kecerdasan
Program latihan pranatal mencakup latihan latihan untuk menarik
minat bayi yang sedang berkembang, kecerdasan berkembang dari rasa
tertarik pada hal yang terjadi dan mengapa terjadi.
6. Prinsip mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang diajarkan orang tua terhadap
sang bayi seperti berbicara dengan baik akan dapat diterusakan sang bayi
setelah lahir.
7. Prinsip melibatkan kakak sang bayi

lxxxvi

Melibatkan kakak sang bayi sangat penting, karena anak-anak


tersebut akanyakin bahwa posisi mereka dalam keluarga aman walaupun
waktu sang ayah dan ibu mereka terbagi dengan sang calon adik.

8. Prinsip peran penting ayah dalam masa kehamilan


Hubungan baik yang terjalin antara ayah dan anak dalam
kandungan akan menimbulkan efek yang sangat baik, dan sangat
berkaitan dengan kemampuan social anak.
Prinsip-prinsip diatas dapat membantu orang tua dalam mengambil
sikap saat melakukan pendidikan pranatal. Dalam prinsip-prinsip tersebut
yang ditekankan bukan saja peran kedua orang tua melainkan juga
diharapkan adanya kontribusi aktif keluarga sekitar dalam membantu
pendidikan pranatal. Tidak harus melakukan latihan-latihan seperti yang
dilakukan oleh kedua orang tua sang calon bayi, keluarga dapat membantu
dengan mencurahkan perhatian dan kasih sayang terhadap kehadiran sang
calon bayi.
Dalam melaksanakan pendidikan ada beberapa syarat yang harus
dilakukan oleh orang tua agar pendidikan yang dilaksanakan berjalan dengan
baik (Uhbiyati, 2009:13-16):
1. Taqwa kepada Allah SWT
Orang tua sebagai pendidik utama bagi anak harus selalu bertaqwa
kepada Allah, dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi setiap

lxxxvii

larangan-Nya, agar sang anak juga dapat menjadi anak yang soleh seperti
orang tuanya.
2. Berakhlak mulia
Anak pasti akan meniru apa yang diperbuat oleh orang tua karena
bagi sang anak orang tua adalah sosok sempurna yang menjadi panutan
mereka, oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari orang tua harus
memberi contoh yang baik kepada anak dengan berakhlak yang mulia
atau berperilaku yang baik.
3. Ikhlas
Orang tua sebagai pendidik dalam melaksanakan kewajibannya
dalam mendidik anak harus selalu didasari rasa ikhlas yakni semata-mata
karena Allah. Allah SWT berfirman:

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah


Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus. (Hasbi, 2000:4659)
4. Merasa yakin bahwa anak yang dikandung dapat menangkap didikan yang
disampaikan pendidik
Dalam al-Quran dijelaskan bahwa roh atau nyawa yang ditiupkan
malaikat sudah mempunyai kognisi yang tinggi. Allah berfirman:

lxxxviii

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami),
Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)" (Hasbi, 2000:1508).
5. Bercita-cita dan bertekat melakukan pendidikan anak dalam kandungan
Orang tua harus memiliki cita-cita yang tinggi dan mempunyai tekat
kuat untuk melaksanakan pendidikan dalam kandungan, hal ini
disebabkan karena pendidikan periode pranatal sangat membutuhkan
dedikasi tinggi dan pengorbanan. Motivasi yang tinggi dan teguh akan
menjadikan pendidik tidak mudah putu asa dan mudah menyerah.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua di atas adalah dalam
rangka supaya pendidikan yang diberikan oleh orang tua dapat maksimal,
sehingga tujuan dari pendidikan pranatal untuk menciptakan generasi atau
keturunan yang berkualitas dapat tercapai. Orang tua yang bertakwa ke pada
Allah tentunya akan mengjarkan anak nya nilai-nilai yang mencerminkan
ketakwaan, sehingga setelah anak dilahirkan sudah terbiasa dengan
pendidikan tentang ketuhanan, begitu juga orang tua yang memiliki akhlak
yang mulia, maka dia akan selalu menjaga sikap dan tingkah lakunya selama

lxxxix

proses mendidik anak dalam kandungan, orang tua yang merasa ikhlas dalam
mendidik anak nya walaupun secara fisik belum pernah bertemu, akan
dirasakan oleh si anak. Karena apa yang dirasakan oleh orang tua dalam hal
ini ibu turut dirasakan pula oleh janin yang dikandungnya, jika perasaan sang
ibu senang atau ikhlas maka sang janin pun akan merespon dengan baik.

D. Metode Stimulasi Kecerdasan Spiritual dalam Periode Pendidikan


Pranatal Perspektif Islam
Kecerdasan spiritual sebenarnya adalah potensi yang dimiliki manusia
bahkan sebelum dia dilahirkan kedunia. SQ telah hadir sejak Allah
meniupkan roh pada janin dalam kandungan. kecerdasan spiritual mulai
berfungsi sejak janin dalam kandungan berusia 100 hari (Yuwono, 2010:29).
Hal tersebut berarti bahwa kecerdasan spiritual tidak hanya dimiliki oleh
orang dewasa akan tetapi dalam banyak kasus anak-anak lebih menunjukkan
kecerdasan spiritualnya dari pada orang dewasa (Taufik, 2009:9).
Potensi tersebut dapat luntur seiring dengan pengaruh lingkungan
tempat tinggal seseorang. Karena lingkungan sangat berpengaruh pada
perkembagan pribadi seseorang. Seperti padangan dari teori naturalism yang
diungkapkan oleh J.J. Rosseau, dia mengemukakan bahwa sebenarnya
manusia itu terlahir dengan memiliki pembawaan yang baik, akan tetapi jika
lingkungan tempatnya berinteraksi tidak kondusif, atau buruk maka
pembawaan baik yang dibawa sejak kelahirannya akan luntur (Lilik dkk,

xc

2008:36). Kecerdasan spiritual memang telah dibekalkan oleh Allah kepada


manusi sejak manusia masih dalam kandungan, akan tetapi agar kecerdasan
tersebut dapat terjaga dan kelak ketika anak sudah lahir akan dapat
mempertahankan kecerdasan spiritual tersebut maka perlu adanya stimulasi
yang dilakukan oleh orang tua kepada anak sejak dalam periode pendidikan
pranatal.
Tidak pernah ada kata terlalu dini untuk orang tua dalam memberikan
pendidikannya sejak sang anak masih berada di rahim sang ibu. Yang
pertama perlu dilakukan adalah menjaga kondisi kesehatan sang ibu baik
secara fisik maupun psikis. Karena kondisi yang dialami oleh ibu yang
sedang mengandung besar pengaruhnya terhadap keadaan sang janin. Seperti
apa yang di jelaskan oleh Elizabeth (1978:52) Favorable condition in the
mothers body foster the development of hereditary potential while
unfavorable of condition can stunt their development.
Maksudnya

yaitu

kondisi

ibu

yang

menyenangkan

atau

menguntungkan selama kehamilan dapat mempertinggi perkembangan,


begitu pula sebaliknya, kondisi ibu yang tidak baik dapat menghalangi
perkembangan (mengganggu pola perkembangan selanjutnya).
Tidak terlalu awal juga untuk memberikan anak dasar spiritual, karena
pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual, kecerdasan spiritual
diberikan kepada janin saat berusia seratus hari yaitu masa dimana Allah
meniupkan ruh kepada janin tersebut. Dalam fenomena yang ada orang tua
kurang memperhatikan stimulasi kecerdasan spiritual pada anak-anaknya

xci

(rahmabluesky.wordpress.com) padahal hal ini sangat penting untuk


perkembangan SQ anak-anak mereka.Maka hendaklah orang tua memberikan
stimulasi sedini mungkin, bahkan sejak masa kehamilan. Proses kehamilan
adalah suatu bagian dari perjalanan spiritual seorang ibu pada khususnya
bersama dengan calon anaknya, dan untuk menjaga dan merangsang
kecerdasan spiritual tersebut dapat dilakukan sejak periode pendidikan
pranatal. Dalam periode pranatal ada beberapa cara untuk menstimulasi
kecerdasan spiritual anak agar kelak ketika dilahirkan dapat berfungsi secara
optimal. Dalam memberikan stimulasi kecerdasan spiritual anak yang harus
dilakukan terlebih dahulu oleh orang tua adalah melakukan hal-hal yang
dapat mengembangkan kecerdasan spiritual mereka, hal-hal yang dapat
dilakukan adalah seperti pendapat Sukidi untuk mengasah kecerdasan
spiritual dengan langkahlangkah sebagai berikut (sambasalim.com):
1.

Mengenali diri sendiri, orang yang tidak mengenali dirinya sendiri akan
mengalami krisis makna hidup maupun krisis spiritual.

2.

Melakukan introspeksi diri

3.

Aktifkan hati secara rutin, dalam konteks agama dilakukan dengan


mengingat Tuhan dengan cara berzikir, sholat, membaca al-quran dan
sebagaiya

4.

Menemukan keharmoisan dan ketenangan hidup


Dengan melakukan hal-hal diatas orang tua (ayah dan ibu) dapat

mengembangkan kecerdasan spiritual. dan jika orang tua khususnya ibu


melakukan hal-hal tersebut ketika proses kehamilan maka secara tidak

xcii

langsung berdampak juga terhadap perkembangan kecerdasan spiritual anak.


Karena apa yang dirasakan oleh sang ibu akan berdampak dengan keadaan
sang janin. Begitu juga apa yang dikerjakan oleh ibu juga berpengaruh pada
janinnya. Saat sang ibu membaca al-quran sang janin sudah dapat
mendengarnya, maka hendaknya jika sang ibu akan sholat untuk mengusapusap perut nya sebagai ajakan kepada sang janin untuk beribadah kepada
Allah, maka sang anak sudah terbiasa dengan amalan-amalan ibadah tersebut.
Dan hatinya selalu terbuka dan aktif berhubungan dengan Allah, hal tersebut
akan membantu dalam menjaga dan mengembangkan kecerdasan spiritual
anak.
Selain itu metode stimulasi langsung yang dapat diberikan pada anak
dalam kandungan yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut (Uhbiyati,
2009:27-31):
1. Menjalankan ibadah dengan tekun
Segala bentuk ibadah baik itu bersifat wajib ataupun sunnah seperti
sholat, puasa, haji, zakat, bersedekah, dan yang lainnya dapat digunakan
sebagai metode dalam memberika pendidikan dalam periode pranatal, dan
sangat besar pengaruhnya terhadap sang janin, disamping melatih
kebiasaan-kebiasaan, hal tersebut juga dapat menguatkan mental dan
spiritual sang janin
2. Membaca al-Quran

xciii

Orang tua sang calon bayi hendaklan selalu menyenandungkan ayatayat al-Quran, karena hal tersebut dapat memberikan rangsangan edukatif
yang sangat positif terhadap bayi yang ada dalam kandungan sang ibu.
3. Berzikir
Zikir adalah aktivitas sadar yang dilakukan sebagai cara untuk
senantiasa menjaga interaksi dengan sang Tuhan. Dengan berzikir kita
dapat mengisi pikiran dan hati kita sehingga peluang untuk memikirkan
dan merasakan hal yang tidak baik hanya sedikit, karena sudah kita isi
dengan berzikir. Menurut Abdul Wahid Hasan merasakan kehadiran Allah
yang sangat dekat, saat berzikir, berdoa, dan aktivitas yang lain
merupaakan alah satu langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual (sambasalim.com). oleh sebab itu maka orang tua
(ayah dan ibu) harus selalu menjaga zikir untuk merangsang anak supaya
terbiasa dengan zikir atau mengingat Allah.
4. Berakhlak mulia
Ibu yang tengah hamil harus menjaga akhlaknya dengan baik dan
berbudi luhur dimana hal itu akan memberikan pengaruh yang besar pada
sisi mental dan kepribadian sang bayi dalam kandungan.
Pendidikan akhlak mulia yang diberikan oleh orang tua kepada anak,
dengan cara orang tua harus berprilaku yang mulia atau memiliki akhlak
yang mulia sangat penting, hal ini berhubungan dengan kecerdasan
spiritual, kecerdasan spiritual merupakan dasar pembentukan akhlak anak.

xciv

Oleh sebab itu pendidikan ini sangat penting karena jika kita
mengajarkan akhlak mulia pada sang janin itu berarti kita telah
merangsang kecerdasan spiritual yang tertanam dalam diri anak.
5. Memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak dalam
kandungan
Memperdengarkan lagu-lagu menjadikan janin dalam kandungan
merasa nyaman, membiasakan janin untuk mendengarkan musik juga
dapat melatih ketrampilan kognitif dan motorik janin (Suherman,
2010:70). Selain itu janin dalam kandungan juga sudah dibiasakan
menumbuhkan dimensi spiritual dalam jiwanya.
6. Menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak dalam
kandungan
Menurut Nanang (2010), upaya menstimulasi kecerdasan spiritual
dapat dilakukan dengan cara menceritakan kisah-kisah teladan supaya
janin dalam kandungan sudah terbiasa dengan contoh-contoh kepribadian
para tokoh yang baik. Rene dan Lehrer (1999:132) memasukkan sesi
bercerita dalam bagian program pendidikan pranatal mereka. Bayi yag
berada dalam rahim sudah mampu menangkap suara dan merasakan
getaran dari tubuh sang ibu. Oleh sebab itu orang tua harus bijaksana
dalam berkata, karena apa yang mereka ucapkan ditangkap atau direspon
oleh sang janin dalam kandugan.
Langkah-langkah di atas adalah upaya-upaya dan stimulasi-stimulasi
yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menjaga dan mengembangkan

xcv

kecerdasan spiritual yang sebenarnya sudah tertanam pada jiwa sang anak
meskipun belum dilahirkan. Ibu yang sedang mengandung dapat pula
menstimulasi kecerdasan buah hatinya dengan mengasah kecerdasan spiritual
nya terlebih dahulu, karena secera tidak langsug hal tersebut juga akan
berpengaruh terhadap penjagaan dan pengembangan kecerdasan spiritual
sang anak dalam kandungan.

BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan

xcvi

Setelah melakukan kajian terhadap literatrur-literatur baik berupa buku,


jurnal, skripsi-skripsi, pembahasan yang dilakukan penulis pada bab depan
maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang hasil penelitian
ini, yaitu:
1. Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi dari dua
kecerdaan lain yang ada pada diri manusia. Kecerdasan ini merupakan
kecerdasan yang berkaitan dengan value atau nilai-nilai dalam kehidupan
manusia. Kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam merupakan
kecerdasan yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, orang yang
memiliki kecerdasan spiritual melaksanakan agamanya dengan baik.
2. Dari penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa metode menstimulasi
kecerdasan spiritual anak dalam periode pranatal dapat dilakukan dengan
hal-hal sebagai berikut:
a. Menjalankan ibadah dengan tekun
b. Membaca al-Quran
c. Berzikir
d. Memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak
dalam kandungan
e. Berakhlak mulia
f. Menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak
69

dalam kandungan
B. SaranSaran

xcvii

Sehubungan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka


penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Orang Tua
a. Pendidikan pranatal adalah salah satu pendidikan yang sangat penting
yang menentukan perkembangan anak pada periode selanjutnya,
stimulasi yang diberikan pada periode itu juga sangat penting. Maka
hendaknya untuk para orang tua untuk I memberikan pendidikan pada
masa pranatal dengan semaksimal mungkin. Supaya anak yang akan
dilahirkan menjadi insan yang berkualitas.
b. Dalam memberikan pendidikan pranatal orang tua tidak hanya
memberikan pendidikan yang dapat mencerdaskan otak saja, akan
tetapi orang tua juga harus memberikan treatmen keagamaan agar sang
anak menjadi insan yang dekat dengan Tuhan walaupun belum
dilahirkan.
2. Bagi Calon Orang Tua
a. Pendidikan prantal sebagai cara untuk menstimulasi kecerdasan
spiritual

anak

dapat

dilakukan

bahkan

sebelum

penikahan

dilaksanakan, hendaklah dalam memilih pasangan mencari yang


seagama supaya dapat memberikan kualitas keturunan

yang

berkualitas menurut agama


b. Mempersiapkan diri dengan mendekat pada Allah supaya ketika
menjadi orang tua kita dapat mengasuhnya secara baik.

xcviii

C. Penutup
Terucap rasa syukur, Alhamdulillahirobbil alamin, dengan segala puji
penulis haturkan kepada Allah yang senantiasa memberikan kemudahan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan tidak
lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu lancarnya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini
terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis.Untuk itu saran dan kritik
dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap kajian berikutnya
tentang tulisan ini dapat berlanjut agar dapat menambah khasanah
kepustakaan. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kehidupan
sekarang dan yang akan datang. Amin.

xcix

Anda mungkin juga menyukai