Nama
Hubungan
dengan
Umur
KK
JK Pendidikan
Status
Pekerjaan
I
Nyoman
KK
Kerti
54
tahun
Tidak tamat
Menikah Buruh Tani
SD
Ni Nengah
Istri
Latri
53
tahun
Tidak tamat
Menikah Buruh Tani
SD
I Putu Karya
Anak
34
tahun
Tamat SMP
Ni
Kadek
Anak
Sriasih
33
tahun
Tamat SMP
Menikah Pengrajin
I
Wayan
Anak
Gede Arianto
19
tahun
SMA
Cerai
Ni
Wayan
Anak
Karsi
35
tahun
Tamat SMP
Belum
Bekerja
Keluarga binaan I Nyoman Kerti terdiri dari KK, istri KK, dan 4 anak dan
5 cucunya yang belum terdaftar di KK. Pekerjaan KK adalah buruh tani,
sementara istri KK dan dua orang anak KK juga bekerja sebagai buruh tani.
Seluruh anggota keluarga beragama Hindu. Anak terakhir bersekolah di SMA
Negeri Bayung Gede.
Tabel 2. Susunan Keluarga I Nengah Kadrek
No.
KK
Nama
Hubungan
dengan
Umur
KK
JK
Pendidika
n
Status
Pekerjaan
I Nengah
KK
Kadrek
44
tahun
Tamat SD
Menikah
Buruh
Tani
I Nyoman
Istri
Nariani
30
tahun
Tamat SD
Menikah
Tidak
Bekerja
Ni Wayan
Debi
Anak
Giskayani
4
tahun
Belum
Sekolah
Belum
Belum
Menikah Bekerja
Keluarga I Nengah Kadrek terdiri dari ayah, ibu dan satu anak. Adapun
yang tinggal serumah dengan Ketut Sada adalah istri dan satu anaknya. Keluarga
ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada
di tangan KK. KK bekerja sebagai buruh tani sedangkan istri KK idak bekerja
namun mengurus anaknya. Anak pertama KK saat ini belum bersekolah.
Tabel 3. Susunan KK I Nengah Wisada
No.
KK
Nama
Hubungan
dengan
Umur
KK
JK
Pendidika
n
Status
Pekerjaan
I Nengah
KK
Wisada
34
tahun
Tamat SMP
Menikah Petani
Ni Wayan
Istri
Meni
26
tahun
Tamat SMP
Menikah Petani
Ni Wayan
Kaila
Anak
Pratami
6
tahun
SD
Belum
menikah
Pelajar
KK I Nengah Wisada terdiri dari 3 orang, yaitu KK, istri dan 1 anak.
Pekerjaan KK dan istri sebagai petani. Anak pertama KK saat ini bersekolah di
SD negeri Abuan.
1.2 Status Sosial Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Binaan
I Nyoman Kerti
memasak menggunakan kayu bakar. Sehari hari ia menggunakan air yang ia beli
namun terkadang ia sekeluarga mandi dan mengambil air dari sumber air yang
cukup jau dari rumahnya. Sebulan ia menghabiskan kira-kira kurang dari 1 tangki
besar air. Untuk listrik, sebulan ia menghabiskan kira-kira Rp 20.000,00.
Keluarga I Nengah Wisada merupakan keluarga yang tergolong ekonomi
rendah. Bapak I Nengah Wisada bekerja sebagai buruh tani di lahan milik orang
lain dengan penghasilan yang tidak menentu. Seharinya I Nengah Wisada
mendapatkan penghasilan sebesar Rp 40.000. Penghasilan tersebut dirasakan
kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga karena penghasilan ini sangat
bergantung pada lahan milik orang lain. Istrinya, Ni Wayan Meni juga bekerja
sebagai buruh tani di lahan milik orang lain, dan penghasilan per harinya kurang
lebih sama dengan penghasilan suaminya. Keadaan keluarga I Nengah Wisada
dengan ekonomi rendah mengharuskan keluarga I Nengah Wisada hidup agak
kekurangan sehingga keluarga biasanya mengkonsumsi nasi, sayur, tahu atau
tempe saja.
I Nengah Kadrek
Keluarga I Nengah Kadrek tinggal bersama dalam 1 rumah semi permanen
dengan luas tanah 3 are. Tanah tersebut terdiri dari 1 bangunan yang terdiri dari 2
kamar tidur, 1 kamar mandi tanpa jamban. Dindingnya terbuat dari batako yang
tidak di cat dan berlantai semen. Tiap ruangan memiliki satu pintu dan tidak ada
jendela sebagai ventilasi. Ruangan tersebut masing-masing diterangi dengan
lampu kuning. Bangunan dapur terletak di sebelah bangunan utama, dimana
dinding dapur terbuat dari anyaman bambu, lantai semen dan beratapkan bambu.
Di dapur mereka memasak menggunakan kayu bakar. Sumber listrik berasal dari
PLN. Sebulan biaya listrik kira-kira Rp 30.000,00. Untuk sumber air keluarga I
Nengah Kadrek membeli air yang ditampung di tempat penampungan di sebelah
dapur. Sebulan ia menghabiskan kira-kira 1 tangki air
Penghasilan keluarga berasal dari hasil bekerja I Nengah Kadrek dan
istrinya sebagai buruh tani, dimana I Nengah Kadrek dan istrinya bekerja di
ladang milik orang lain. Penghasilan KK dan istrinya sekitar Rp 1.200.000,00 per
bulan. Keluarga ini tidak memiliki pekerjaan sampingan selain buruh tani.
1.3. Rumusan Masalah Kesehatan Keluarga Binaan
I Nyoman Kerti
Bapak I Nengah Wisada dan keluarga biasanya mengalami sakit kepala, batuk
dan pilek. Keluarga I Nengah Wisada mendapat pengobatan di Bidan Desa
dan Puskesmas Kintamani II. Untuk biaya pengobatan keluarga ini
menggunakan Jaminan Kesehatan Bali Mandara. Permasalahan kesehatan
lebih sering dialami oleh anak keduanya yaitu I Made Budiana yang
mengalami batuk dan pilek. Batuk yang dialami penderita berdahak, berwarna
bening, dan tidak berdarah Batuk terjadi terus-menerus dan lebih berat pada
malam hari. Penderita juga mengalami pilek dengan sekret yang bening,
konsistensi tidak terlalu kental, dan tidak terdapat darah. Apabila muncul
keluhan ini, KK biasanya membawa putrinya ke bidan Pustu dan dapat
sembuh setelah diberi pengobatan.
Prilaku hidup sehat keluarga I Nengah Wisada tergolong rendah. KK
memiliki kebiasaan merokok. Anggota keluarga memiliki kebiasaan sikat gigi
sangat jarang, kecuali kedua anaknya yang masih bersekolah menyikat gigi 1
kali sehari. Kebiasaan mandi keluarga 1 kali dalam sehari. Untuk kebiasaan
cuci tangan dengan sabun juga jarang dilakukan, hanya biasa dilakukan saat
tangan dirasa kotor dan menggunakan air yang ditampung. Sebelum dan
sesudah makan biasanya keluarga ini hanya mencuci tangan menggunakan air
di baskom tanpa sabun. Keadaan kamar mandi sangat sederhana dan memiliki
jamban. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum
dimasak. Air yang diminum dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering
kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging.
Konsumsi garam dalam keluarga ini cukup tinggi dan garam yang digunakan
adalah garam kasar dan tidak beryodium. I Nengah Wisada adalah seorang
perokok yang dalam sehari mampu menghabiskan 1 bungkus rokok. Bapak I
Nengah Wisada juga memiliki kebiasan mengkonsumsi kopi disaat perut
kosong, dan dalam sehari bisa menghabiskan 3 gelas kopi.
Pada keluarga ini, budaya hidup bersih dan sehat sepertinya agak susah
diterapkan. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin dan
ketersediaan air yang terbatas. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan,
dengan air yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun. Buang air besar
(BAB) dan buang air kecil (BAK) dilakukan di jamban pribadi. Pakaian biasanya
diganti setiap 1-2 hari sekali.
I Nengah Wisada
Pada keluarga ini, budaya hidup bersih dan sehat sepertinya agak susah
diterapkan. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin dan
ketersediaan air yang terbatas. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah
makan, dengan air yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dilakukan di jamban
pribadi. Pakaian biasanya diganti setiap 1-2 hari sekali.
I Nengah Kadrek
Dalam 6 bulan terakhir ini tidak ada anggota keluarga yang menderita
sakit, kecuali istri KK. Istri KK menderita hipertensi sejak tahun 1998. Jika
istrinya merasa tidak enak badan, maka I Gede Rigawan akan mengajak istrinya
untuk kontrol ke pustu. Dikatakan bahwa istrinya pertama kali diketahui
menderita hipertensi adalah saat istrinya sedang mengandung anak ketiga mereka.
Saat itu dikatakan bayi dalam kandungan mereka sudah meninggal oleh dokter di
RSUD Buleleng. Saat itu dikatakan istrinya menderita hipertensi dan hingga saat
ini dikatakan sering kambuh gejala seperti sakit kepala. Tekanan darah istri I Gede
Rigawan saat dicek mencapai 200/110 mmHg. Istri I Gede Rigawan dikatakan
sangat menyukai makan makanan yang asin serta minum kopi pahit. Saat ini istri I
Gede Rigawan masih rutin mengkonsumsi obat-obatan untuk hipertensi. Untuk
biaya pengobatan keluarga ini menggunakan JKBM.
Prilaku hidup sehat keluarga Bapak I Gede Rigawan tergolong kurang.
Kebiasaan mandi keluarga hanya 1 kali dalam sehari. Untuk kebiasaan cuci
tangan dengan sabun, biasa dilakukan sebelum dan sesudah makan menggunakan
air dalam baskom. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air
belum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering kali
hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging. Konsumsi
garam dalam keluarga ini cukup tinggi dan garam yang digunakan adalah garam
kasar dan tidak beryodium. Bapak I Gede Rigawan dahulu adalah seorang
perokok namun saat inibeliau sudah tidak merokok lagi dan sudah lama berhenti.
Bapak I Gede Rigawan memiliki kebiasan mengkonsumsi kopi dan dalam sehari
bisa menghabiskan 2 gelas kopi.
BAB II
KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN
No
1.
Hari,
Tanggal
Sabtu,
Agustus
2014
Jumat,
Agustus
2014
3.
Sabtu,
Agustus
2014
4.
Minggu,
Agustus
2014
5.
Senin,
Agustus
2014
6.
Selasa,
Agustus
2014
Rabu,
Agustus
2014
Pelaksanaan
Masalah
Pemecahan masalah
7 Hari
pertama Belum
saling Menjelaskan
berkunjung
ke mengenal dengan tentang
tujuan
KK binaan
keluarga I Nengah kedatangan,
dan
Kadrek
mengakrabkan diri
8 Perkenalan
& Keluarga I Nengah Menjelaskan tujuan
sosialisasi tujuan Kadrek
belum diadakannya
program
KK mengerti
tujuan program KK binaan
binaan.
KK binaan
9 Berkunjung dan
berbincang
seputar keadaan
keluarga
10 Melihat
dan
mencari
faktor
risiko kesehatan
dalam keluarga
11 Melakukan
pemeriksaan
tanda vital pada
KK binaan
12 Melihat
dan
mencari riwayat
pribadi dan sosial
keluarga binaan
13 Memberikan KIE
agar
penyakit
yang
pernah
diderita
tidak
kambuh kembali
KK Binaan, yaitu I
Nengah
Kadrek
pernah mengidap
penyakit tertentu
Menjaga
pola
makan dan rajin
memeriksakan diri
ke puskesmas
Pola makan KK
dapat
memicu
kekambuhan
penyakit
Kamis, 14 Melihat
dan Kebiasaan mandi
Agustus
mencari tahu pola keluarga 1 kali
2014
hidup bersih dan dalam sehari
Menyarankan agar
KK
tidak
mengkonsumsi
makanan
yang
dapat
memicu
kekambuhan
penyakit
Menyarankan agar
mandi
dilakukan
minimal 2 kali
10
11
12
13
14
15
Sabtu, 16
Agustus
2014
Minggu, 17
Agustus
2014
Senin, 18
Agustus
2014
Rabu,
20
Agustus
2014
sehat
keluarga
binaan
Membantu
KK
mengepik
cengkeh
Melihat
lingkungan
di
sekitar
tempat
tinggal KK
Memberikan KIE
mengenai
perilaku
hidup
bersih dan sehat
Mendampingi
anak KK belajar
dalam sehari
-
Membantu
Ada tugas sekolah
mendampingi anak
yang
belum
KK
dalam
diselesaikan oleh
mengerjakan tuga
anak KK
sekolah
Jumat, 22 Melihat
KK Agustus
bekerja di kebun
2014
Minggu,
Berkunjung
24Agustus
sambil
2014
mengakrabkan
diri
dengan
keluarga
KK
binaan
Selasa, 26 Berpamitan
Agustus
sekaligus
2014
menyerahkan
kenang-kenangan
kepada keluarga
KK binaan
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1.
Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
10
buruh tani, sementara istri KK bekerja sebagai buruh tani. Keluarga ini beragama
Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan
Bapak I Nengah Kadrek sebagai KK.
Keluarga dampingan tinggal dalam satu pekarangan yang tidak terlalu
luas, terdiri dari 1 bangunan utama yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi
tanpa jamban, dan 1 dapur. Rumah keluarga dampingan merupakan bangunan
sederhana yang tergolong agak tua dan dibangun di atas tanah seluas 3 are.
Dindingnya terbuat dari batako yang tidak di cat dan berlantai semen. Tiap
ruangan memiliki satu pintu dan tidak ada jendela sebagai ventilasi. Ruangan
tersebut masing-masing diterangi dengan lampu kuning.
Kamar mandi penderita terlihat agak kotor dan kurang terawat. Lantai
kamar mandi menggunakan semen, begitu pula dengan bak penampung air tidak
terdapat jamban dalam kamar mandi tersebut. Bangunan dapur terletak di sebelah
bangunan utama, dimana dinding dapur terbuat dari anyaman bambu, lantai semen
dan beratapkan bambu. Mereka memasak biasanya menggunakan kayu bakar.
Pekarangan rumah dilapisi semen dan tidak terlalu luas.
Pendapatan keluarga dampingan diperoleh dari KK I Nengah Kadrek yang
bekerja sebagai buruh tani. Selain itu, istri KK juga bekerja sebagai buruh tani
yang ikut membantu suaminya Pendapatan keluarga mereka tidak menentu setiap
bulannya karena tergantung hasil panen yang didapat. Diperkirakan pendapatan
yang diperoleh per bulan antara Rp 1.500.000,00 Rp 2.000.000,00.
Penghasilan keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bahkan dikatakan bahwa pendapatan tersebut terkadang tidak cukup untuk
membiayai kehidupan keluarga mereka Pemenuhan kebutuhan hidup adalah
terutama untuk biaya makan, sisanya untuk keperluan listrik, air, dan upacara
agama yang memakan biaya cukup tinggi. Pengeluaran keluarga binaan rata-rata
Rp 1.500.000,00 Rp 1.800.000,00 per bulan. Saat ini Giska belum bersekolah
sehingga belum ada biaya sekolah yang menjadi tanggungan KK.
Dalam 6 bulan terakhir ini rata-rata anggota keluarga mereka hanya
mengalami penyakit umum seperti nyeri sendi, batuk, pilek dan demam. Jika
merasa sakit mereka lebih memilih beristirahat, jika tidak kunjung sembuh
mereka akan mencari pengobatan ke Pustu ataupun Puskesmas Kintamani VI.
11
Riwayat penyakit khusus sepeti hipertensi atau kencing manis dalam keluarganya
belum diketahui karena KK dan istrinya mengaku tidak memeriksakan diri,
namun dikatakan selama ini tidak ada keluhan. Untuk biaya pengobatan keluarga
ini menggunakan JKBM.
Perilaku hidup bersih dan sehat keluarga Bapak I Nengah Kadrek
tergolong sangat kurang. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin
dan ketersediaan air yang terbatas, menggosok gigi hanya 1 kali sehari terkadang
tidak sama sekali. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan, dengan air
yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun. Buang air besar (BAB) dan
buang air kecil (BAK) dilakukan di ladang atau sungai. Pakaian biasanya diganti
setiap 1-2 hari sekali. Menu makanan sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur, dan
terkadang berisi daging seperti ikan atau ayam. KK tidak memiliki kebiasaan
merokok, namun memiliki kebiasan mengkonsumsi kopi dan dalam sehari bisa
menghabiskan 2-3 gelas kopi.
12
sangat
memerlukan
tindakan
yang
bersifat
holistik
13
Pencegahan sekunder
Pencegahan tersier
3. Berkesinambungan
Berkesinambungan
artinya
melakukan
sistem
monitoring
untuk
14
15
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
1. Ketiga keluarga binaan memiliki tingkat pendidikan yang sama yaitu tamat
SD. Untuk pekerjaan, 2 KK bekerja sebagai buruh tani, sedangkan 1 KK
bekerja sebagai pandai besi.
2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan
bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan
gejala yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan
penderita dan keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat
kurang, sehingga dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan
minum obat secara teratur. Selain itu pada salah satu keluarga binaan
didapatkan adanya 1 anggota keluarga yang memiliki riwayat menderita
asam urat, yang belum mendapat informasi dan edukasi mengenai
pencegahan, pengobatan dan komplikasi penyakit tersebut. Di keluarga
yang lain juga ditemukan adanya anggota keluarga yang memiliki
hipertensi dan rutin memeriksakan diri ke puskesmas.
3. Ketiga keluarga binaan memiliki lingkungan fisik rumah yang tergolong
cukup baik, dengan keadaan ekonomi kurang, dan prilaku hidup bersih dan
sehat yang masih kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik
dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya.
4.2. Saran
16
1. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan, dalam hal ini puskesmas
Kintamani II untuk memberikan komunikasi, informasi dan edukasi agar
masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang masalah
kesehatan yang dihadapi.
2. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung pencegahan
kekambuhan penyakit penderita, yaitu dengan menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat, menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna, serta segera
membawa anggota keluarga ke pusat pelayanan kesehatan terdekat, yaitu
Pustu ataupun Puskesmas jika mengalami masalah kesehatan agar segera
mendapat pengobatan yang cepat dan tepat sehingga tidak terjadi
komplikasi lanjutan yang dapat berakibat fatal.
17