LIMA
PENCEGAHAN INFEKSI1
LATAR BELAKANG
Meskipun prosedur pemasangan-pencabutan Implan-2 memerlukan insisi kecil pada kulit
lengan atas tapi teknik aseptik untuk pencegahan infeksi di tempat pemasangan, tetap harus
dilakukan. Infeksi terkait dengan kualitas pelayanan dan salah satu alasan untuk mencabut
implan sebelum berakhirnya masa kerja kontrasepsi. Infeksi, dapat menyebabkan ekspulsi
spontan kapsul. Salah satu tujuan upaya pencegahan infeksi ialah mencegah transmisi
penyakit berbahaya (HIV/AIDS atau virus Hepatitis B) dari sumber infeksi (carrier) kepada
klien atau petugas kesehatan dan staf klinik2. Pemakaian bahan/alat sekali pakai untuk
mengurangi risiko infeksi, sering kali tak banyak memberikan manfaat. Selain mahal, limbah
instrumen sekali pakai, harus dikelola secara khusus agar aman bagi petugas, staf klinik, klien
dan lingkungan. Instrumen sekali pakai, tidak selalu tersedia dan lengkap, terutama di
negara-negara dengan sumberdaya terbatas.
Peralatan pakai ulang, harus didekontaminasi, cuci-bilas dan disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
atau sterilisasi dengan oktoklaf (uap panas bertekanan tinggi) atau pemanasan kering.
Apabila tidak tersedia sterilisator maka perebusan atau pengukusan merupakan satu-satunya
pilihan yang dapat diterima (lihat Lampiran C tentang pemrosesan alat-alat operasi dan
bahan lainnya). Bab ini menguraikan prinsip dan penerapan praktis pencegahan infeksi
yang efektif dan mampu laksana bagi pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas.
DEFINISI
Mikroorganisme adalah agen penyebab terjadinya infeksi, termasuk didalamnya bakteri,
virus, jamur dan parasit. Dalam sistem pencegahan infeksi, bakteri terbagi dalam tiga
kategori, yaitu: vegetatif (stafilokokus), mikobakteria (tuberkulosis) dan berendospora
(tetanus) yang paling sulit dibunuh.
Pencegahan infeksi sering mengandalkan pada penggunaan penghalang (barrier) diantara
penjamu (host) dan mikroorganisme. Barier Protektif dapat diwujudkan secara fisik, mekanik
atau kimia untuk mencegah penyebaran infeksi dari klien ke klien, petugas ke klien dan klien
ke petugas kesehatan.
Istilah aseptik, antiseptik, dekontaminasi, cuci-bilas, disinfeksi dan sterilisasi masih sering
disalah-artikan. Dalam buku ini, istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut:
Dikutip dari Tietjen LG et al 1995. Infection Prevention for Family Planning Service Programs. 2nd ed.
JHPIEGO Corporation: Baltimore, Maryland.
2
Dalam buku ini, setiap menyebutkan Hepatitis B (HBV) selalu dikaitkan juga dengan Hepatitis C
(HCV) dan Delta Hepatitis (HDV) oleh karena penularan dan cara pencegahan infeksinya sama.
BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana51
PencegahanInfeksi
Cuci-Bilas adalah proses fisik untuk menghilangkan darah, cairan tubuh atau benda
asing lainnya (debu atau kotoran) dari permukaan kulit atau dari peralatan.
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah proses untuk menghilangkan sebagian besar
(kecuali bakteri dengan endospora) tetapi tidak semua mikroorganisme penyebab
penyakit dari peralatan.
52 BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana
PencegahanInfeksi
Tabel 5-1. Proses Akhir (DTT/Sterilisasi) Peralatan Operasi, Sarung Tangan dan Bahan
Lainnya
Jaringan
Proses Terakhir
Contoh
Bakteri endospora adalah jenis bakteri yang sulit dibunuh karena mempunyai selaput yang tebal.
Jenis bakteri endospora antara lain, bakteri penyebab tetanus (Clostridia tetani) dan gangren
(Clostridia sp.) Bakteri endospora hanya bisa dibunuh dengan proses sterilisasi.
b
Bila tidak ada sterilisator, DTT hanya satu-satunya metoda yang dapat dipilih (lihat Gambar 5-1).
Dikutip dari: Spaulding et al 1968.
Ingat: Untuk membuat proses sterilisasi atau DTT menjadi efektif, maka dekontaminasi
dan pencucian harus dilakukan lebih dulu.
BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana53
PencegahanInfeksi
Gambar 5-1. Pemrosesan Alat-alat, Sarung Tangan dan Bahan Lainnya
*Peralatan terbungkus dan steril dapat disimpan sampai 1 minggu. Peralatan tidak
terbungkus harus disimpan dalam kontainer steril atau DTT yang tertutup rapat atau harus
segera dipakai.
Sumber: WHO 1990
54 BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana
PencegahanInfeksi
BARIER PROTEKTIF
Menempatkan barier (penghalang) fisik, mekanik atau kimia diantara mikroorganisme
dengan manusia, baik klien maupun petugas kesehatan merupakan tindakan efektif untuk
mencegah penyebaran penyakit (memutus siklus penyebaran penyakit).
Barier protektif dalam tindakan pencegahan infeksi meliputi:
Cuci tangan
Mengenakan sarung tangan (sepasang), baik untuk operasi maupun waktu
menangani bahan terkontaminasi atau alat bekas pakai
Memakai kain penutup selama operasi
Mengenakan alat pelindung diri (misalnya: kacamata, masker atau apron) bila ada
risiko bersentuhan dengan darah/cairan tubuh (membersihkan alat dan bahan
lainnya)
Dekontaminasi, cuci-bilas, proses DTT/sterilisasi peralatan operasi, sarung tangan dan
bahan lainnya.
BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana55
PencegahanInfeksi
Ingat: Cuci tangan setiap setelah melepas sarung tangan, karena mungkin ada lubang/
robekan yang tidak terlihat pada sarung tangan (Bagg, Jenkins dan Barker 1990;
Martin et al 1988).
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dalam air yang diam, oleh karena itu:
Bila menggunakan sabun biasa, sediakan sabun ukuran kecil dan taruh di tempat
sabun berlubang sehingga tetap kering
Bila tidak ada air mengalir, pilih salah satu cara berikut:
Gunakan ember dan gayung atau ember berkran yang dapat ditutup saat
menggosok tangan dan dibuka saat membilas
Gunakan alkohol
Catatan:
Larutan alcohol yang tidak membuat perih dapat dibuat dengan menambahkan gliserin
atau propilen glikol atau Sorbitol kedalam alcohol (2 ml dalam 100 ml 60-90% cairan
alcohol) (Garner dan Favero 1986). Gunakan 3-5 ml untuk setiap pemakaian dan gosokkan
larutan tersebut pada tangan selama kira-kira 2 menit, ulangi sampai jumlah keseluruhan
untuk setiap pemakaian antara 6 sampai 10 ml (Larson et al 1990; Roter, Koller dan
Wewalka 1980).
Bila tempat pembuangan air tidak tersedia, kumpulkan air bekas pakai di dalam
baskom, kemudian buang ke jamban.
56 BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana
PencegahanInfeksi
Ingat:
Perebusan atau pengukusan tidak dapat membunuh semua bakteri, terutama yang
memiliki endospora.
Petugas pembersihan: Gunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal dan bersih pada
saat membersihkan peralatan, perlengkapan lain, linen, maupun permukaan yang
terkontaminasi dan waktu membuang sampah medik.
Jangan menggunakan sarung tangan yang telah rapuh, tipis, berlubang atau robek.
Banyak staf klinik yang belum mengetahui cara melakukan DTT dengan cara perebusan atau
penguapan sarung tangan pakai ulang dan cara mengeringkan atau menyimpannya di
tempat yang aman. Cara tersebut dapat dilihat pada Lampiran D.
ANTISEPTIK
Infeksi pascatindakan bedah minor (pemasangan-pencabutan Implan-2) mungkin
disebabkan oleh mikroflora dari kulit klien atau dari tangan petugas kesehatan (Larson et al
1990). Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan setiap tindakan dan membersihkan
kulit klien dengan larutan antiseptik sangat membantu untuk mencegah infeksi pada tempat
operasi.
Pemilihan cairan antiseptik
Antiseptik tidak mempunyai daya bunuh mikroorganisme seperti disinfektan oleh sebab itu,
cairan antiseptik tidak bisa digunakan untuk DTT peralatan/sarung tangan pakai ulang.
Bahan kimia yang memenuhi syarat sebagai antiseptik kulit yang aman, antara lain:
Alkohol (60-90% etil, isopropyl atau metal spiritus)
Klorheksidin glukonat 4% (misalnya Hibiclens, Hibiscub, Hibitane)
Klorheksidin glukonat dan setrimid (misalnya Savlon)
Yodium (1 sampai 3%); larutan mengandung air atau alcohol (yodium tingtur)
Iodofor, dalam berbagai konsentrasi (misalnya Betadin)
Paraklorometaksilenol (PCMX atau kloroksilenol), misalnya Dettol.
PEMROSESAN ALAT-ALAT, SARUNG TANGAN DAN BAHAN LAIN
Untuk menciptakan lingkungan bebas infeksi di tempat kerja, yang terpenting adalah semua
petugas, mulai dari petugas pelayanan hingga petugas pembersihan dan perawatan
peralatan, harus mengetahui dengan jelas alasan dari setiap langkah tindakan pencegahan
infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi pada pemasangan dan pencabutan implan Norplant untuk
mengurangi penyebaran penyakit dari alat-alat, sarung tangan dan bahan lain yang
terkontaminasi meliputi:
Pembuangan limbah/sampah dan dekontaminasi
Pencucian dan pembilasan, dan
Sterilisasi atau
Disinfektan Tingkat Tinggi (DTT)
BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana57
PencegahanInfeksi
Tabel 5-2. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan Lain
58 BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana
PencegahanInfeksi
Tabel 5-2. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan
Lain (lanjutan)
STERILISASI
Alat-alat, sarung tangan, tabung suntik (dan jarum bila akan dipakai ulang) dan kain
penutup operasi harus disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Bila diperlukan, alat-alat
logam dan tabung suntik dapat disterilisasi dengan pemanasan kering.
Pemanasan uap: 121C (250F) pada tekanan 106 kPa (15 lb/in2 ) selama 20 menit untuk
alat/bahan yang tidak dibungkus dan 30 menit untuk alat/bahan yang dibungkus.
Alat/bahan baru boleh diambil setelah kering.
Pemanasan kering: 170C (340F) selama 60 menit (jumlah seluruh waktu dari - mulai
meletakkan alat/bahan di oven, memanaskan sampai 170C selama 1 jam dan kemudian
mendinginkan adalah sekitar 2 sampai 2,5 jam) atau 160C (320F) selama 2 jam (jumlah
seluruh waktu 3 sampai 3,5 jam). Catatan: Sterilisasi dengan pemanasan kering (170C
selama 60 menit) hanya boleh untuk alat/bahan terbuat dari logam dan kaca.
Penyimpanan: Alat/bahan yang tidak dibungkus harus segera dipakai atau disimpan dalam
kontainer kering yang steril (hanya 1 minggu). Alat/bahan yang dibungkus kain dapat
disimpan sampai 1 minggu bila pembungkus tetap kering dan masih utuh dan bila dalam
kantong plastik dapat disimpan sampai 1 bulan.
DTT (DISINFEKSI TINGKAT TINGGI)
Disinfeksi tingkat tinggi dengan cara perebusan, pengukusan atau perendaman dalam
larutan kimiawi dilakukan bila tidak ada autoklaf. Alat logam, tabung suntik (dan jarum bila
akan dipakai ulang) dan sarung tangan yang akan dipakai lagi harus dikukus atau direbus
selama 20 menit dan biarkan kering.
Pilihan lain, alat/bahan dapat direndam selama 20 menit dalam larutan glutaraldehid atau
formaldehid 8% atau larutan klorin 0,1% yang dibuat dengan air DTT, segera dibilas dengan
air DTT dan dibiarkan kering di area/ruangan yang bersih. Pakai segera atau simpan hingga
1 minggu dalam tempat tertutup yang bersih, kering dan sudah didisinfeksi tingkat tinggi.
BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana59
PencegahanInfeksi
Tabel 5-3. Langkah-langkah Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan Lainnya
Dekontaminasi adalah
langkah pertama dalam
pemrosesan alat,
mengurangi risiko hepatitis
B dan AIDS
Dekontaminasi
Pencucian menghilangkan
semua darah, cairan tubuh
dan kotoran
Sterilisasi menghancurkan
semua mikroorganisme,
termasuk endospora
Pencucian
Sterilisasia
Tidak perlu
Tidak perlu
Tidak praktis
Dianjurkan:
Oktoklaf pada 121C
(250F) dan 106 kPa (15
lb/in2) selama 20 menit
Dapat diterima:
Kukus selama 20 menit
dan biarkan kering di
tempatnya sampai kering
untuk 4-6 jam
(lihat Lampiran D)
Proses
Peralatan / Perlengkapan
Sarung tangan
510BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana
PencegahanInfeksi
Tabel 5-3. Langkah-langkah Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan Lainnya (lanjutan)
Peralatan/Perlengkapan
Peralatan operasi,
termasuk trokar
Pencucian
Sterilisasia
Dianjurkan:
Pemanasan kering
(oven) selama 1 jam
setelah mencapai 170C
(340F) atau
Dapat diterima:
Rebus selama 20 menit dan
keringkan di udara sebelum
dipakai atau disimpan
Dekontaminasi
BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana511
PencegahanInfeksi
Tabel 5-3. Langkah-langkah Pemrosesan Alat, Sarung Tangan dan Bahan Lainnya (lanjutan)
Peralatan/Perlengkapan
Tempat penyimpanan
alat (kontainer)
Dekontaminasi
Rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10
menit, sebelum
dilakukan pencucian.
Cuci dan bilas
secepatnyab
Tidak perlu
Pencucian
Sterilisasia
Dianjurkan:
Pemanasan kering (oven)
selama 1 jam setelah
mencapai 170C (340F)
atau
Bila tidak dibungkus, gunakan secepatnya; bila dibungkus boleh disimpan sampai 1 minggu sebelum dipakai.
Hindari kontak yang terlalu lama (>20 menit) dengan larutan klorin untuk mengurangi terjadinya perubahan warna dan karat pada alat, serta
kerusakan pada karet atau kain.
Alat yang tajam dan jarum tidak boleh disterilisasi pada temperatur diatas 160C untuk mencegah alat menjadi tumpul.
512BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana
PencegahanInfeksi
Setelah selesai memasang-mencabut Implan-2 dan masih menggunakan sarung tangan, buang
semua bahan-bahan yang terkontaminasi (kasa, kapas) pada kontainer yang tidak bocor dan
mempunyai penutup atau pada kantung plastik (bahan tersebut jangan sampai menyentuh
bagian luar dari kontainer). Setelah itu alat-alat operasi, alat suntik dan sarung tangan pakai
ulang yang telah tersentuh darah atau cairan tubuh harus didekontaminasi dengan merendam
selama 10 menit dalam larutan disinfektan (larutan klorin 0,5%) segera setelah digunakan.
(Permukaan seperti meja periksa, tempat meletakkan alat-alat dan lampu yang mungkin sudah
terdekontaminasi sebelum digunakan kembali). Selanjutnya alat-alat, jarum, tabung suntik dan
sarung tangan pakai ulang setelah didekontaminasi harus dicuci dengan air dan deterjen,
kemudian dibilas seluruhnya sebelum pemrosesan selanjutnya. Akhirnya, alat-alat, sarung
tangan dan kain operasi harus disterilkan. Bila sterilisasi tidak dapat dilakukan, DTT merupakan
satu-satunya pilihan yang dapat diterima (untuk langkah yang lebih rinci mengenai pemrosesan
alat dan bahan lain, dapat dilihat pada Lampiran C).
Petunjuk yang lebih rinci tentang cara dekontaminasi dan pencucian alat-alat, jarum, tabung
suntik (bila akan dipakai lagi) dan bahan lainnya, dapat dilihat pada Lampiran E.
KLINIK PELAYANAN KONTRASEPSI IMPLAN-2
Setiap ruang rawat jalan atau ruang operasi kecil dapat digunakan untuk tempat pemasangan
atau pencabutan Implan-2. Jika mungkin, ruangan di klinik atau di rumah sakit tersebut berada
di lokasi yang tenang dan nyaman.
Ruangan tersebut harus:
Pada ruangan tersebut juga harus tersedia fasilitas untuk cuci tangan yang memadai, termasuk
penyediaan air bersih (jernih, tidak keruh atau tidak ada endapan), kontainer yang mempunyai
tutup atau kantung plastik untuk pembuangan sampah yang terkontaminasi.
PERSIAPAN KLIEN
Meskipun kulit tidak dapat disterilisasi, pencucian dan pemberian antiseptik di tempat operasi
dapat mengurangi jumlah mikroorganisme pada kulit klien. Kedua hal tersebut penting dalam
mengurangi risiko infeksi setelah pemasangan atau pencabutan kapsul Implan-2.
BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana513
PencegahanInfeksi
Ingat: Bila pencucian dan pemberian antiseptik dilakukan dengan benar, maka angka kejadian
infeksi setelah pemasangan dan pencabutan implan akan rendah kurang dari 1%; oleh karena
itu, tidak dianjurkan memberikan antibiotika profilaksis.
PAKAIAN BEDAH UNTUK PETUGAS DAN KLIEN
Pemasangan dan pencabutan Implan-2 merupakan tindakan bedah minor (insisi yang sangat
kecil dan hanya menembus jaringan superfisial), oleh karena itu:
Minta klien mencuci seluruh lengan dan tangannya dengan air dan sabun kemudian
bilas hingga bersih. Langkah ini sangat penting terutama bila hygiene klien kurang baik,
Cuci tangan dengan air dan sabun,
Pakai sarung tangan steril atau DTT (Satu pasang sarung tangan hanya untuk satu klien
agar tidak terjadi kontamninasi silang).
Siapkan tempat pemasangan-pencabutan dengan kasa/kapas antiseptik yang dipegang
dengan klem steril/DTT (Bila dipegang dengan tangan, hati-hati agar tak terkontaminasi
dengan lengan klien yang tidak diusap antiseptik).
Setelah selesai memasang-mencabut kedua kapsul dan sebelum melepas sarung tangan,
dekontaminasi peralatan bekas pakai dengan larutan klorin 0,5%. Sebelum membuang
atau memasukkan alat suntik kedalam larutan klorin, isi alat suntik tersebut dengan
larutan klorin. (Setelah selesai memasang, keluarkan pendorong dari trokar. Pendorong
akan sulit dikeluarkan dari trokar bila darah sudah mengering). Rendam peralatan
selama 10 menit, kemudian bilas dengan air bersih untuk mencegah terjadinya karat
pada peralatan logam.
Doek operasi harus dicuci sebelum dipakai ulang. Setelah selesai dipakai, taruh dalam
kontainer tertutup yang kering dan bawa ke tempat pencucian.
Sementara masih memakai sarung tangan, buang bahan-bahan habis pakai (kasa,
kapas) yang terkontaminasi ke dalam tempat tertutup yang tidak bocor atau kantung
plastik.
Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, rendam sebentar tangan yang masih
memakai sarung tangan tersebut ke dalam larutan klorin, kemudian lepaskan dengan
membalik sarung tangan tersebut dan buang kedalam tempat sampah atau kantung
plastik.
514BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana
PencegahanInfeksi
Bila menggunakan sarung tangan pakai ulang, masukkan kedua tangan ke dalam
larutan klorin untuk dekontaminasi bagian luar sarung tangan dan kemudian lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.
Cuci tangan dengan sabun dan air.
KEPUSTAKAAN
American Association of Operating Room Nurses (AORN). 1990. Clinical Issues. AORN Journal
52(3): 613-615.
Bagg J, S Jenkins and GR Barker. 1990. A Laboratory Assessment of the Antimicrobial
Effectiveness of Gloves Washing and Re-use in Dental Practice. Journal of Hospital Infection
15(1): 73-82.
Gardner JS and M. Favero. 1986. CDC Guidelines for Handwashing and Hospital Environment
Control, 1985. Infection Control 7(4): 231-243.
Larsson et al. 1990. Alcohol for Surgical Scrubbing?. Infection Control and Hospital
Epidemiology 11(3): 139-143.
Marvin MV et al. 1988. A Physical and Microbiological Evaluation of the Re-use of Non-steril
Gloves. British Dental Journal 165(9): 321-324.
Perkins JJ. 1983. Principles and Methods of Sterilization in Health Sciences, 2nd ed. 388-402.
Charles C Thomas: Springfield, Illinois.
Rotter M, W Koller and G Wewalka. 1980. Povidone-iodine and Clorhexidine Gluconatecontaing Detergent for Disinfection of Hands. Journal of Hospital Infection 1(2): 149-158.
BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana515
PencegahanInfeksi
Spaulding EH et al. 1968. Chemical Disinfection of Medical and Surgical Materials. Disinfection,
Sterilization and Preservation, 1st ed. Lawrence CA et al (eds), Lea & Febiger, Philadelphia,
Pennsylvania.
Tietjen LG et al. 1995. Infection Prevention for Family Planning Programs, 2nd ed. JHPIEGO
Corporation: Baltimore, Maryland.
Tietjen LG, McIntosh N. 1989. Infection Control in Family Planning Facilities. Outlook 7(2): 2-8.
World Health Organization (WHO). 1990. Norplant Contraceptive Subdermal Implants:
Managerial and Technical Guidelines. WHO: Geneva.
516BukuAcuanImplan2untukProgramKeluargaBerencana