Anda di halaman 1dari 5

FORM REFLEKSI KEGIATAN

KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS


Nama
: Ricky Fathoni
NIM : 107103001592
NAMA
KEGIATAN
TEMPAT
TANGGAL
Refleksikan
perbedaan
antara teori
dengan
praktek yang
dilakukan?
(Apa yang anda
lakukan? Apa
yang sudah
benar? Apa
yang masih
salah? Apa
yang
disebutkan
dalam teori?
Apakah
perbedaannya?)

Balai Pengobatan Lansia


Puskesmas Cikupa
23 Oktober 2012
Diagnosis dan tatalaksana:
1.Hipertensi st. II

Diagonsis yang ditegakkan sudah sesuai dengan


teori, tekanan darah 160/100mmHg merupakan
Hipertensi st. II.
Tatalaksana

Terapi obat pada hipertensi dimulai dengan salah satu obat


berikut ini:
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 25 mg perhari dosis tunggal
pada pagi hari

b. Reserpin 0,1 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal


c. Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20
mg 2 x sehari (Kontra indikasi untuk penderita asma).
d. Kaptopril 12,5 25 mg 2 3 x sehari. (Kontraindikasi pada
asma)
e. Nifedipin mulai dari 5mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2
x sehari.
Pada pasien diberikan captopril 2 x 12,5mg sudah tepat, tetapi
seharusnya dikombinasi dengan diuretik golongan thiazid karena
pasien diklasifikasikan sebagai Hipertensi st. II. Sediaan thiazid
di puskesmas Cikupa adalah HCT.
Pemberian obat antihipertensi seharusnya terus menerus untuk
menjaga tekanan darah, namun pemberian obat di puskesmas
hanya untuk 3 hari. Sehingga pasien diharuskan kembali lebih
cepat, sedangkan hari pengobatan lansia hanya setiap senin dan
selasa.
2.DM tipe II

Diagnosis ditegakkan dengan didapatkan gejala


klasik polidipsi, poliuri dan polifagi; ditambah
dengan hasil laboratorium GDS 265mg/dl.

Tatalaksana antidiabetik oral :


- Klorpropamid mulai dengan 0,1 gr/hari dalam sekali
pemberian, maksimal 0,5 mg/hari
- Glibenklamid mulai dengan 5 mg/hari dalam sekali pemberian,
maksimal 10 mg/hari
- Metformin mulai dengan 0,5 gr/hari dalam 2 3 kali
pemberian, maksimal 2 g/hari.
Obat ini harus dimulai dengan dosis terkecil. Setelah 2 minggu
pengobatan, dosis dapat ditingkatkan.
Pada pasien diberikan glimepirid 1 x sehari pada
pagi hari dan metformin 1 x 500mg pada malam
hari.
Penggunaan obat antidiabetik oral yang pertama
digunakan adalah metformin, penggunaan obat
golongan sulfonilurea sudah tidak dianjurkan
karena akan merusak sel beta pankreas dalam
penggunaan jangka panjang. Sebaiknya pasien
diberikan metformin 2-3 x 500mg.
Pemberian obat untuk DM terus menerus, namun
di puskesmas pemberiannya hanya untuk 3 hari
sehingga pasien harus kembali.
3.Osteoarthritis
Kriteria diagnosis:
- Gejala artritis bervariasi tergantung sendi mana yang terlibat.
OA lebih sering menyerang sendi penyokong berat badan.
- Sendi yang terserang biasanya bengkak, merah dan nyeri.
- Serangan OA biasanya sesisi. Gejala utamanya adalah nyeri
sendi yang berhubungan dengan gerak. Penderita juga
merasakan kaku pada sendi yang terserang.
- Pada pemeriksaaan radiologi OA biasanya memperlihatkan
pelebaran sendi pada tahap awal, osteofit, sklerosis tulang dan
penyempitan rongga antar sendi pada tahap lanjut.
Pada pasien sendi yang terkena sendi lutut yang merupakan
sendi penyokong tubuh. Sendi lutut pasien tidak bengkak dan
merah. Jika digerakkan bertambah nyeri dan setiap bangun pagi
terasa kaku dan nyeri ketika mulai bergerak. Pasien belum
dilakukan foto rongent lutut.
Tatalaksana
Keluhan pada sendi atau jaringan lunak di sekitarnya dapat di
atasi dengan analgesik biasa atau dengan anti inflamasi
nonsteroid yang diberikan sesudah makan.

Mengapa itu
terjadi?

Apa yang
saya dapat
pelajari dari
kasus ini?

Apa yang
perlu saya
pelajari lebih
lanjut?
Bagaimana
melakukanny
a?
Nilai agama
dan
profesionalis
me apa yang
dapat saya
masukkan
dalam kasus
ini?
Apakah masih
ada hal yang
belum

- asetosal 1 gram 3 x sehari


- fenilbutason 200 mg 3 x sehari
- ibuprofen 400 mg 3 x sehari
Mengistirahatkan sendi diperlukan dalam keadaan akut.
Selanjutnya pada OA, mungkin penderita perlu memperbaiki
sikap tubuh, mengurangi berat badan, atau melakukan
fisioterapi.
Pasien diberikan antalgin 3 x 500mg yang merupakan obat
golongan NSAID. Pada pasien OA lebih dianjurkan ibuprofen
yang terdapat sediaannya di puskesmas.
Pembatasan pemberian obat di puskesmas karena
aturan yang dibuat oleh dinkes.
Kurangnnya
pengetahuan
untuk
tatalaksana
Hipertensi st. II, DM tipe II dan osteoarthritis.
Pemberian obat kombinasi pada Hipertensi st. II
berupa Thiazid dengan ACE-I atau ARB atau Beta
blocker atau CCB.
Pemberian obat untuk DM tipe II pertama kali
adalah metformin 2-3 kali sehari (karena waktu
paruh kerja metformin yang pendek). Penggunaan
obat anti diabetik oral golongan sulfonilurea tidak
dianjurkan lagi untuk penggunaan pertama.
Pemberian obat untuk OA dianjurkan:
- asetosal 1 gram 3 x sehari
- fenilbutason 200 mg 3 x sehari
- ibuprofen 400 mg 3 x sehari
Membedakan jenis arthritis; apakah osteoarthritis
atau rhemaoid arthritis?
Karena pasien dapat datang dengan keluhan yang
sama, dan hampir setiap pasien lansia yang datang
dengan keluhan nyeri pada sendi.
Mempelajari dari literatur yang ada.
Edukasi secara islami yang dapat diberikan kepada
pasien untuk jangan bosan untuk kontrol dan
mengambil obat. Kita dapat memberikan semangat
dan memberitahukan bahwa tuhan selalu memberi
jalan atas setiap kesusahan, dan tuhan tidak
mungkin menguji jika umatnya tidak mampu
menghadapi masalah tersebut.
Apakah pemberian obat untuk penyakit degeneratif
seperti Hipertensi dan DM dapat diberikan lebih
banyak sehingga pasien akan kontrol rutin?

terjawab/belu
m diketahui?
(Hal yang perlu
ditanyakan
kepada
pembimbing?)

Karena
jika
kembali
terlalu
cepat,
pasien
dikhawatirkan tidak rutin untuk kontrol dan
mengambil obat.

Anda mungkin juga menyukai