Keratitis Superfisialis
Pembimbing :
dr. AA. Ayu Ratnawati, Sp.M
Disusun oleh :
Monalisa (11.2013.095)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA,
2015
KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
UJIAN ILMU PENYAKIT MATA
BAYUKARTA EYE CENTER, KARAWANG
Tandatangan
Nama : Monalisa
Nim : 11-2013-095
............................................
.............................................
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
: Tn. YS
Umur
: 24 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Karawang
: 2015008385
ANAMNESIS
Dilakukan Auto anamnesis pada tanggal 23 03 2015, jam 14.00
Keluhan Utama :
Kedua mata terasa mengganjal
Pasien datang ke BKEC Karawang dengan keluhan kedua mata terasa mengganjal
sejak 7 hari. Pasien mengatakan terasa mengganjalnya seperti ada pasir atau debu pada
kedua matanya. Selain itu perasaan mengganjal pada kedua mata juga disertai mata
merah, berair terus-menerus, perih, silau, gatal dan penglihatannya agak kabur. Oleh
karena gatal, pasien sering mengucek-ngucek matanya. Keluhan tersebut tidak disertai
demam dan baru pertama kali dialami pasien. Pasien tidak mengeluh sakit kepala, tidak
ada trauma pada mata sebelumnya, tidak ada kelilipan benda asing, tidak ada riwayat
pemakaian kontak lensa dan kacamata, serta tidak mengeluarkan kotoran pada matanya.
Pasien juga sudah berobat ke dokter umum dan diberi obat tetes mata, tetapi belum ada
perbaikan sama sekali.
Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat infeksi mata sebelumnya (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat alergi (-)
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
- Tensi (T)
120/90 mmHg
Nadi (N)
Suhu (T)
Respiration Rate (RR)
Keadaan Umum
Kesadaran
Status Gizi
:
:
:
:
:
:
80 kali / menit
Afebris, 36,8C
18 x / menit
Tampak sakit ringan
Compos mentis
Cukup
B. STATUS OPTHALMOLOGI
PEMERIKSAAN
Visus
Pinhole
nyeri tekan(-),
blefarospasme (+),
lagoftalmus (-),
OCULI SINISTRA(OS)
20/50
PH 20/30 F2
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
Palpebra
blefarospasme (+),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
entropion (-)
Edema (-),
infiltrat (-),
Konjungtiva
infiltrat (-),
forniks
Putih
Sedikit keruh, edema (-),
Sklera
forniks
Putih
Sedikit keruh, edema (-),
keratik presipitat(-),
Kornea
keratik presipitat(-),
kornea
kedalaman cukup
Camera Oculi
kornea
kedalaman cukup
hipopion (-),
Anterior
hipopion (-),
hifema (-)
Warna coklat,(-), edema(-),
(COA)
hifema (-)
Warna coklat,(-), edema(-),
IV.
Iris
Pupil
Lensa
Vitreus
Fundus Refleks
Retina
TIO Digital
Sistem Lakrimasi
Tes flurosein
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Slitlamp :
Tampak kornea kiri terdapat infiltrat berupa titik-titik di permukaan kornea
yang terletak di sekitar central kornea. Juga tampak injeksi siliar, hiperemis
pada konjungtiva tarsal dan forniks, dan lakrimasi pada kedua mata.
V.
RESUME
1. SUBJEKTIF
Pasien laki-laki umur 24 tahun datang dengan keluhan kedua mata terasa
OCULI DEXTRA(OD)
20/50
PH 20/30 F2
Edema (-), hiperemis(-), nyeri
PEMERIKSAAN
Visus
Pinhole
tekan(-),
blefarospasme (+),
Palpebra
lagoftalmus (-),
blefarospasme (+),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
entropion (-)
Edema (-),
Konjungtiva
infiltrat (-),
infiltrat (-),
hiperemis (+)
Sedikit keruh, edema (-),
hiperemis (+)
Sedikit keruh, edema (-),
keratik presipitat(-),
keratik presipitat(-),
Kornea
VI.
OCULI SINISTRA(OS)
20/50
PH 20/30 F2
Edema (-), hiperemis(-),
Sistem Lakrimasi
DIAGNOSA BANDING
ODS :
1. Keratitis
pungtata
superficialis
2. Keratitis bakterial
3.
4.
5.
6.
Keratitis jamur
Keratitis alergika
Uveitis anterior
Gloukoma akut
7.
DIAGNOSA KERJA
8.
9. ODS Keratitis punctata superficialis
VII.
10.
Dasar diagnosis
11.
Anamnesa :
rasa
Pemeriksaan Fisik :
14.
Pada pemeriksaan visus ODS didapatkan visus 20/50 dan dilakukan pinhole
didapatkan visus 20/30 F2. Dan pada pada pemeriksaan slitlamp tampak kornea ODS
terdapat infiltrat berupa titik-titik di permukaan kornea yang terletak di sekitar central
kornea. Juga tampak injeksi siliar, hiperemis pada konjungtiva tarsal dan forniks, dan
lakrimasi.
15.
16.
17.
PENATALAKSANAAN
18. Medikamentosa
POLYNEL (Fluoromeholone + Neomycin sulfate) 2 tetes 4x/hari ODS
LFX (levofloksasin) 2 tetes 4x/hari ODS
HARVIS Salep (Acyclovir 30 mg 3%) 2x/hari ODS
GLUKONS (Azetazolamid) 250 mg 1 x 1/2 tab perhari
-
VIII.
19.
20. Non-medika Mentosa
Kurangi pajanan debu dan sinar matahari
Kompres dingin
21.
PROGNOSIS
22. OKULI DEKSTRA (OD)
23. Quo Ad Visam
:
24. Quo Ad Sanam
25. Quo Ad Kosmetikam :
26. Quo Ad Vitam
:
OKULISINISTRA(OS)
ad bonam
:
ad bonam
ad bonam
ad bonam
ad bonam
ad bonam
ad bonam
ad bonam
27.
IX.
Usul :
Banyak istirahat dan konsumsi makanan yang bergizi dengan tujuan untuk
mencegah infeksi sekunder dan membantu proses penyembuhan.TINJAUAN
PUSTAKA
29.
30.
31.
Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
mata yang tembus cahaya. Kornea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan
melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata rata
mempunyai tebal 550 m dipusatnya ( terdapat variasi menurut ras); diameter
horizontalnya sekitar 11,75mm dan vertikalnya 10,6 mm.
32.
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :
1.
2.
3.
4.
5.
33.
limbus (arteri ciliaris anterior), humor aqueous, dan air mata. Saraf - saraf sensorik
kornea didapat dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus
berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman dan
melepaskan selubung Schwannya.
34.
35.
37.
36.
Transparasi kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskularitas,
dan desturgensinya. Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak
dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera
bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di
limbus dan tampak sebagi injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang
tampak sebagi bercak bewarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian
dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke
permukaan dalam stroma. Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat
menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descemet dan endotel kornea.
Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan
COA, disusul dengan terbentuknya hipopion. Bila peradangan terus mendalam, tetapi
tidak mengenai membran descemet dapat timbul tonjolan membran descement yang
disebut mata lalat atau descementocele. Pada peradangan dipermukaan kornea,
Fungsi dari kornea adalah sebagai media refrakta dan sebagai bagian mata
dengan pembiasan sinar terkuat. 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar yang masuk
dibiaskan oleh kornea
39.
40.
KERATITIS
41.
Keratitis adalah kondisi di mana terjadi proses peradangan pada kornea mata,
yang dapat disebabkan oleh banyak hal. Berbagai jenis infeksi, mata kering, trauma, dan
berbagai macam penyakit medis dapat menyebabkan keratitis. Bahkan pada beberapa
kasus keratitis tidak diketahui penyebabnya.
42.
dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis.
Pada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan
parut (sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma.
43. Adapun gejala umum adalah :
Nyeri
44.
Penurunan
tajam penglihatan
kelopak mata (bengkak, merah)
Mata merah
Sensitif terhadap cahaya
Radang pada
Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri sehingga pada keratitis sering
timbul rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperberat oleh gesekan palpebra (terutama
palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Fotofobia terutama
disebabkan oleh kontraksi iris yang meradang. Selain itu, oleh karena kornea berfungsi
sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang
yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan
terutama apabila lesi terletak sentral dari kornea.
45.
1.
2.
3.
4.
Berdasarkan etiologi:
1. Infektif
- Keratitis Bacterial
o
o
o
o
o
o
o
-
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus aureus
Sterptococcus pneumonia
Koliformis
Pseudomonas
Haemophilus
Enterobacteriaceae (termasuk Klebsiella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus)
Keratitis Jamur
o
Candida
Fusarium
Aspergillus
Penicilium
Cephalosporium
Keratitis Interstisial
o
Sifilis
Tuberkulosa
Lepra
2. Non infektif
Keratitis Pungtata Non- Viral
51.
Disebabkan obat-obatan, alergi, dan lensa kontak
Keratitis Alergi
- Keratokonjungtivitis Flikten
- Keratokonjungtivitis Vernal
52.
53.
Keratitis Paparan
54.
58.
59.
60.
61.
Keratitis Superfisialis / Epithelial
62.
Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah:
1. Keratitis punctata superfisialis
63.
Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit infeksi virus antara lain virus herpes simpleks, herpes zoster dan
vaksinia.
2. Keratitis flikten
64.
Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan
untuk menyerang kornea.
3. Keratitis sika
65.
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar
lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva.
4. Keratitis lepra
66.
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut
juga keratitis neuroparalitik.
5. Keratitis nummularis
67.
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan
banyak didapatkan pada petani.
6. Keratitis profunda
68.
Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain:
- Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital
- Keratitis sklerotikans.
69.
70.
72.
74.
73.
Keratitis pungtata merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran
Bowman dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus dan bilateral rekuren menahun
yang jarang ditemukan, tanpa pandang jenis kelamin maupun umur. Keratitis ini disebut
juga dengan Thygesons disease karena ditemukan pertama kali oleh dr. Phillip
Thygeson di Amerika. Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk
lonjong dan jelas, yang menampakkan bintik-bintik pada pemulasan dengan fluoresein,
terutama di daerah pupil. Kekeruhan ini tidak tampak dengan mata telanjang, namun
mudah dilihat dengan slit-lamp atau kaca pembesar. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi
epitel (lesi hantu) sering terlihat semasa penyembuhan penyakit epitel ini.
75.
76.
77.
78.
Etiologi
79.
kasus berhasil diisolasi virus varicella-zoster dari kerokan kornea. Penyebab lainnya
dapat terjadi pada moluskulum kontangiosum, acne roasea, blefaritis neuroparalitik,
trakoma, trauma radiasi, lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan
bahan pengawet lainnya.
80.
81.
Manifestasi klinis
82.
iritasi ringan, adanya sensasi benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur,
dan silau (fotofobia) . Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada
daerah sentral. Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil.
Keratitis epitelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat dibedakan
dari keratitis pungtata superfisial karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah.
Keratitis epitelial pada trakoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga
kornea bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea
bagian superfisial bersifat unilateral atau dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya.
83.
Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak
serabut nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yang
sudah dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman
kornea bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untuk
refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata
maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi
terletak sentral pada kornea.
84.
Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang
meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi
pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun tidak
disertai dengan pembentukan kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea
yang purulen. KPS ini juga akan memberikan gejala mata merah, silau, merasa kelilipan,
penglihatan kabur.
85.
Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah
tanda yang kita temukan merupakan proses yang masih aktif atau merupakan kerusakan
dari struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan
pemeriksaan sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari
suatu peradangan kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologi
kelainan, pewarnaan dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek pada epitel, lokasi
dari infiltrat pada kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata
depan. Tanda-tanda yang ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan
penyakit dan respon terhadap pengobatan.
86.
Terapi
87.
Pasien diberi air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik.
Pemberian tetes kortikosteroid untuk jangka pendek sering kali dapat menghilangkan
kekeruhan dan keluhan subjektif, namun pada umumnya kambuh. Prognosis akhirnya
baik karena tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila tidak diobati, penyakit
ini berlangsung 1-3 tahun. Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama
memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun dan berakibat timbulnya
katarak teriduksi steroid dan glaukoma.
88. Gambar:
89.
90.
92.
91.
93.
94.
Diagnosa Banding
95. G
96. K
97. U
98. Gl
ej
er
ou
al
at
ei
ko
iti
tis
bj
ak
ak
ek
ut
ut
ut
tif
99. In
je
100.
+++
101.
102.
++
ks
i
sil
iar
103.
104.
105.
106.
Injeks
++
++
++
i
ko
nj
un
gti
va
107.
108.
Keker
+/+++
109.
110.
+++
uh
an
ko
rn
ea
111.
112.
113.
114.
Kelain
Norm
Miosi
Midri
an
al
as
pu
ir
is
pil
no
io
si
ul
re
ar
ak
115.
Kedal
116.
117.
tif
118.
Dang
ka
an
B
M
D
119.
120.
121.
122.
TIO
Norm
Rend
Tinggi
al
a
h
123.
124.
Sekret
125.
126.
127.
128.
129.
Tanda
130.
Keratit
is / iritis
131.
Konju
ngtiva
132.
Tajam
133.
penglihata
Turun
134.
Norma
nyata
n
135. Silau
136.
Nyata
137.
Tidak
138.
139.
Sakit
140.
ada
Pedes,
Sakit
rasa
141.
Mata
142.
merah
144.
Sekret
Injeksi
siliar
145.
Tidak
kelilipan
143. Injeksi
konjungti
146.
ada
147.
Lengk
148.
et kelopak
150.
Pupil
Tidak
, mukos,
purulen
149. Teruta
ada
151.
Menge
cil
va
Serous
ma pagi
152.
hari
Norma
l
153.
154.
155.
156.
157. Komplikasi
Gangguan refraksi
Jaringan parut permanent
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Endoftalmitis
Glaukoma sekunder
Kebutaan
158.
159. Prognosis
160.
Prognosis akhirnya baik karena tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada
kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun dengan meninggalkan
gejala sisa.
161. Meskipun sebagian besar KPS memberikan hasil akhir yang baik namun pada
beberapa pasien dapat berlanjut hingga menjadi ulkus kornea jika lesi pada KPS tersebut
telah melebihi dari epitel dan membran bowman. Hal ini biasanya terjadi jika pengobatan
yang diberikan sebelumnya kurang adekwat, kurangnya kepatuhan pasien dalam
menjalankan terapi yang sudah dianjurkan, terdapat penyakit sistemik lain yang dapat
menghambat proses penyembuhan seperti pada pasien diabetes mellitus, ataupun dapat
juga karena mata pasien tersebut masih terpapar secara berlebihan oleh lingkungan luar,
misalnya karena sinar matahari ataupun debu.
162. Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama dapat memperpanjang
perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun serta dapat pula mengakibatkan timbulnya
katarak dan glaukoma yang diinduksi oleh steroid.
163.
164.
Daftar Pustaka
165.
1.
2.
3.
4.
5.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
Tugas
178.
1. Virus dapat kelapisan stroma atau tidak ?
179. Virus tidak dapat mengenai lapisan stroma. Keratitis
herpetika yang disebabkan oleh herpes simpleks dibagi dalam 2
bentuk yaitu epitelial dan stroma.
180.
Pada yang epitelial kerusakan terjadi akibat
pembelahan virus di dalam sel epitel,yang akan mengakibatkan
kerusakan sel dan membentuk ulkus kornea superfisial.
181.
Sedangkan pada yang stroma diakibatkan reaksi
imunologik tubuh pasien sendiri terhadap virus yang menyerang.
Karena kornea merupakan bangunan yang avaskuler,maka
pertahanan pada waktu peradangan tidak bereaksi dengan
cepat,seperti jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Sehingga badan kornea ,wandering cells dan sel sel lainnya yang
terdapat di dalam stroma kornea akan segera bekerja sebagai
makrofag yang kemudian di susul dengan terjadinya dilatasi dari
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan akan tampak sebagai
injeksi perikornea .Kemudian akan mengakibatkan timbulnya
infiltrat.
182.
2. Perbedaan infiltrate dan keratik presipitat ?
183. Infiltrate adalah penetrasi interstitium jaringan atau
bahan.
184. Keratik presipitat adalah timbunan sel di atas endotel
kornea
185.
186.