Anda di halaman 1dari 10

UJI KELAYAKAN MELALUI KARAKTERISASI SENSOR LM35 DENGAN

PERBANDINGAN TEGANGAN DAN SUHU BERBASIS


MIKROKONTROLER ATMEGA 8535L

EKSPERIMEN FISIKA II

IMAS FATONI PARMONO


3225061786

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2009
A. Pendahuluan

Penggunaan instrumentasi sensor saat ini mulai berkembang seiring dengan


meningkatnya kebutuhan teknologi. Teknologi yang ada banyak menggunakan presisi data
sehingga dituntut untuk memiliki ketelitian tinggi dalam pengukuran serta tingkat efisien dan
efektif yang memberikan kemudahan lebih dalam pengaplikasian teknologi tersebut.
Sensor adalah device atau komponen elektronika yang digunakan untuk merubah
besaran fisik menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Dalam hal ini adalah sensor
LM35 yang mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik.
Setiap sensor membutuhkan uji kalibrasi atau proses verifikasi bahwa suatu akurasi
alat ukur sesuai dengan rancangannya. Oleh karena itu karakterisasi sangat diperlukan
sehingga dapat mengetahui apakah sensor tersebut layak pakai atau mempunyai tingkat
presisi yang tinggi dalam membaca besaran suhu.

B. Landasan Teori

1. Sensor LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk
mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. LM35 memiliki
keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang
lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi
sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak
memerlukan penyetelan lanjutan.

Gambar 1 Sensor suhu LM35

1|Page Universitas Negeri Jakarta 2009


Dalam keadaan normal, keluaran sensor dapat membaca kompresi suhu 1oC dengan
kenaikan nilai tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan
dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit
berkurang sekitar 0,01 ºC karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara
seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh
sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi
atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan
suhu udara disekitarnya .

2. Mikrokontroler ATMega 8535


Mikrokontroler adalah sebuah sistem mikroprosesor di mana di dalamnya terdapat
CPU, ROM, RAM, I/O dan peralatan internal lainnya yang terintegrasi dan dikemas dalam
bentuk chip. Mikrokontroler dapat diprogram melalui ROM sesuai dengan standar yang
dikeluarkan oleh pabrik. Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan adalah
mikrokontroler ATmega8535, selain harganya terjangkau, juga telah tersedia ADC. Deskripsi
port dari chip dan deskripsi arsitektur AVR diperlihatkan pada gambar berikut.

Gambar 2 Mikrokontroler ATMEGA 8535L

3. Rangkaian Minimum ATMEGA 8535L


Untuk mengaktifkan mikrokontroler ATMEGA 8535L dibutuhkan suatu komponen
yang dirangkai menjadi seperti Gambar 3 yang merupakan rangkaian minimum

2|Page Universitas Negeri Jakarta 2009


Gambar 3 Skema rangkaian minimum untuk ATmega 8535L

Gambar 4 Rangkaian minimum ATmega 8535L

4. USB ISP (In System Programming) dan Serial TTL (Transistor Transistor Logic)
Untuk mendownload program ke dalam mikrokontroler dibutuhkan suatu perangkat
yang dinamakan downloader. K-125i adalah salah satu jenis downloader yang sangat simple
dan sudah dsertai dengan koneksi USB (Universal Serial Bus) yang mempermudah pengguna
dalam mendownload program.

3|Page Universitas Negeri Jakarta 2009


K-125i juga disertai dengan serial TTL dimana ini adalah suatu bentuk jaringan yang
dapat menghubungkan logika level tegangan yang dihasilkan dari mikrokontroler ke PC secara
langsung.

Gambar 5 K-125i

C. Percobaan

Dalam hal ini saya akan memulai dengan melihat tegangan output dari LM35, karena
LM35 adalah sensor yang merubah besaran suhu menjadi tegangan maka suhu dijadikan
variabel peubah.
Pengukuran besaran suhu menggunakan medium air yang diberi kalor berkisar antara
0-96 oC, untuk mengubah besaran suhu digunakan suatu pendingin dan pemanas yaitu es
batu dan heater.
Variabel terukurnya adalah nilai tegangan dan suhu air, pengukuran suhu air
menggunakan termometer biasa dan nilai tegangan dapat diketahui melalui ADC pada
mikrokontroler.

4|Page Universitas Negeri Jakarta 2009


Gambar 6 Termometer

D. Hasil Percobaan

Setelah melakukan beberapa rangkaian tes, maka dihasilkan data sebagai berikut :
Suhu (oC) Tegangan (mV) Suhu (oC) Tegangan (mV)
0 0.8 51 491.1
1 11.11538 52 504.5
2 19.41667 53 513
3 33.57143 54 522
4 48 55 532.2
5 58 56 540
6 63 57 552.8
7 75.5 58 549
8 82 59 551
9 92 60 561.8
10 102 61 569.4
11 115.3333 62 571.2
12 124 63 577.2
13 136 64 585
14 144 65 586
15 152.25 66 592
16 162 67 606.8
17 172.1429 68 611.4
18 184.1667 69 619
19 192.1429 70 625
20 203.3333 71 638
21 213.4444 72 643
22 221.2727 73 659
23 230.9231 74 667

5|Page Universitas Negeri Jakarta 2009


24 246.5294 75 684.8
25 252.6154 76 697
26 264.1111 77 711
27 272.375 78 735.4
28 284.4 79 744.2
29 290.75 80 777.2
30 302.625 81 788
31 305.646 82 825.2
32 315.8125 83 839
33 326.15 84 847
34 331.8182 85 861.3333
35 343.25 86 889
36 351 87 900.3333
37 367.3667 88 923.125
38 374.4 89 933.8333
39 383.8 90 938.5
40 396 91 939.75
41 403.7 92 946
42 414.75 93 950.75
43 426.75 94 960
44 439.35 95 970.5
45 450.5 96 973.65
46 456.1 97 978.5
47 464 98 982.5
48 470.5 99 986.75
49 478 100 988.75

Tabel 1. Data suhu dan tegangan

E. Analisa

Dari data percobaan dapat dilihat bahwa tejadi perubahan tegangan seiring dengan
perubahan suhu. Setelah dibuat grafik maka akan terlihat seperti grafik 1, dimana diambil
suatu garis linear dari kedua data tersebut yang menghasilkan suatu persamaan y = 9.818x -
2.054.

6|Page Universitas Negeri Jakarta 2009


Hubungan Tegangan dan Suhu
1200

T 1000 y = 9.818x - 2.054


e
g 800
a
n 600
g
a 400
n
200
(

m
V 0
)

0 20 40 60 80 100 120
-200
Suhu (oC)

Grafik 1 Perbandingan suhu dan tegangan output mikrokontroler

Persamaan tersebut mempunyai gradiennya sebesar 9.818, ini membuktikan bahwa


setiap kenaikan suhu sebesar 1 oC nilai tegangan naik sebesar 9.818 mV (9.818 mV/oC). Hasil
ini hampir sesuai dengan nilai karakterisasi dari sensor LM35 yaitu setiap kenaikan suhu
sebesar 1 oC maka nilai tegangan akan naik sebesar 10.0 mV (10.0 mV/oC).

Ketelitian dari sensor LM35 yang dipakai kurang seakurat dibandingkan karakter
sensor dari pabrikasinya, sehingga perlu dikalibrasi lagi untuk setiap sensor yang akan dipakai
karena tidak semua sensor pada pabrikasi yang sama mempunyai nilai karakterisasi yang
sama dan nilai toleransi yang berbeda.

F. Kesimpulan

1. Sensor LM 35 yang dipakai mempunyai nilai karakterisasi 9.818 mV/oC


2. Sensor LM 35 dalam pabrikasinya mempunyai nilai karekterisasi 10.0 mV/ oC
3. Range suhu berkisar 0-100 oC
4. Nilai toleransi dari sensor LM 35 adalah 0.5 oC
5. Digunakan es batu dan heater sebagai penurun dan penaik suhu
6. Termometer alkohol dijadikan pembanding besaran suhu
7. Tidak semua sensor LM 35 memiliki nilai karakterisasi yang sama

7|Page Universitas Negeri Jakarta 2009


G. Daftar Pustaka

Fraden, Jacob.2003.”Handbook of Modern Sensors”.California : Advanced Monitors


Corporation.
Heryanto, Ary. 2008.”Pemograman Bahasa C untuk Mikrokontroler Atmega 8535”.
Yogyakarta : ANDI.
Datasheet, LM35
Vision, Creative.2009.”Buku Manual K-125i”.Jakarta Timur : Klinik Robot

H. Lampiran
1. Program suhu pada mikrokontroler

#include <mega8535.h>
#include <stdio.h>
#include <delay.h>
#define ADC_VREF_TYPE 0x40

unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)


{
ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);
delay_us(10);
ADCSRA|=0x40;
while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10;
return ADCW;
}

void sensor()
{
int it,signal,tegangan,x,y;
x=0;

8|Page Universitas Negeri Jakarta 2009


tegangan=read_adc(0)*4.88; OCR2=0x00;
y=y+1;
printf("%d Tegangan Output = %d mV MCUCR=0x00;
\n\r",y,tegangan); MCUCSR=0x00;
delay_ms(1000); TIMSK=0x00;
} UCSRA=0x00;
UCSRB=0x18;
void main(void) UCSRC=0x86;
PORTA=0x00; UBRRH=0x00;
DDRA=0x00; UBRRL=0x47;
PORTB=0x00; ACSR=0x80;
DDRB=0x00; SFIOR=0x00;
PORTC=0x00; ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
DDRC=0x00; ADCSRA=0x84;
PORTD=0x00; SFIOR&=0xEF;
DDRD=0x00;
TCCR0=0x00; while (1)
TCNT0=0x00; {
OCR0=0x00; sensor();
TCCR1A=0x00; };
TCCR1B=0x00; }
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
9|Page Universitas Negeri Jakarta 2009

Anda mungkin juga menyukai