Anda di halaman 1dari 33

CASE

EPIDURAL
HEMATOME

Oleh :
Theresia Citra
Mila Mesa
11 2009 - 247
Pembimbing
Dr. Junior Panda, SpBS

KEPANITERAAN BEDAH
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
KUDUS
PERIODE 17 Januari 2011 - 26 Maret 2011

KASUS
STATUS
1

I Identitas pasien
1 Nama

: Ny. S

2 Umur

: 24 th

3 Alamat

: Jl. Suwawal, Rt 08/04, Jepara

4 Status Perkawinan

: menikah

5 Pekerjaan

: wiraswasta

6 Jenis Kelamin

: Perempuan

7 Agama

: Islam

8 Dirawat

: Ruang ICU - Kana

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis (suami Os), Tanggal 3


Februari 2011
II Keluhan Utama
Terjadi penurunan kesadaran.
III Riwayat Penyakit Sekarang

jam SMRS pasien mengalami kecelakan lalu lintas saat

sedang menyeberang jalan Os ditabrak oleh sepeda motor.


Kronologis lengkap kejadian tidak diketahui oleh keluarga Os.
Saat ditemukan oleh keluarga, Os berada di rumah penduduk
sekitar lokasi kejadian, keadaan pasien sudah tidak sadar,
tetapi suami Os mengatakan bahwa Os sempat muntah darah
bergumpal berwarna merah segar. Saat dibawa ke Rumah Sakit
Os dalam keadaan tidak sadarkan diri, kepala Os bengkak,
terdapat memar di atas mata dan dahi kiri, memar di daerah
belakang telinga kiri, dan terdapat fraktur di tulang klavikula
kiri. Saat di periksa Os dapat menjawab beberapa pertanyaan,
dan memberitahukan keluhan yang dirasakan.

ANAMNESIS SISTEM

Catat keluhan tambahan positif di samping judul judul yang bersangkutan


Harap diisi : bila ya (+), bila tidak (-)
Kepala
(+) Trauma

(+) Sakit kepala

(+) pusing

(+) hematom

Mata
(+) Merah

(-) Nyeri

(-) Sekret

(-) Kuning

(-) Gangguan penglihatan

(-) Trauma

(+) hematom

Telinga
(-) Nyeri

(-) Gangguan pendengaran

(-) Sekret

(-) Tinitus

Hidung
(-) Rhinnorhea

(-) Tersumbat

(-) Nyeri

(-) Gangguan penciuman

(-) Sekret

(-) Epistaksis

(-) Epistaksis

(-) Benda Asing / Foreign body

Mulut
(-) Bibir

(-) Lidah

(-) Gusi

(-) Mulut

Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan

(-) Perubahan suara

Leher
(-) Benjolan

(-) Nyeri leher

Dada (Jantung / Paru paru)


(-) Sesak napas

(-) Mengi

(-) Batuk

(-) Batuk darah

(-) Nyeri dada

(-) Berdebar

Abdomen (Lambung /Usus)


3

(-) kaku

(-) Mual

(-) Muntah

(-) Diare

(-) Konstipasi

(-) Nyeri Epigastrium

(-)Nyeri kolik

(-) Tinja berdarah

(-) Tinja berwarna dempul

(-) Benjolan

(-) Tegang

Saraf dan Otot


(+) Trauma

(+) Nyeri

(-) Bengkak

Extremitas (lengan & tungkai) :


Tonus : normotonus
Massa : normotrofi
Sendi : tak ada kelainan
Tulang : fraktur Os Clavicula sinistra
Kekuatan :

Edema :

Sensori :
+

sianosis:

III. STATUS GENERALIS


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Kesadaran

: compos mentis

Nadi

: 80 x/menit, reguler

Suhu

: 36,5

Pernapasan

celcius

: 20 x/ menit, reguler, teratur

STATUS GENERALIS

1.

Kepala : deformitas (-), hematom Os mastoid (+)

Rambut

: (+) , distribusi merata, tidak

mudah dicabut

Mata

: CA -/-, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+, pupil isokor,

Racoon eye (+)

Hidung

: simetris, sekret (-), deviasi

Telinga

septum (-)

serumen

(+),

tidak

ada

kelainan bentuk pada telinga, darah (-)

Mulut : simetris, sianosis (-), tidak kering,


schizis (-), lidah tidak kotor, tonsil T1/T1 tenang,

tidak

hiperemis.
2.

Leher : tidak ada deformitas, kelenjar getah bening tidak


teraba membesar, kaku kuduk (-)

3.

Thorax :

Paru : Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.

Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)


4.

Abdomen

: Supel, Datar, BU (+) normal

5.

Ekstremitas : Akral hangat (+) pada kedua lengan dan


tungkai.
Tidak ada oedema

IV. STATUS LOKALIS


(I)

Kepala

: terdapat hematom pada daerah periorbital dextra et

sinistra (Racoon eye), dan sekitar Os mastoid sinistra. Terdapat


bekas jahitan operasi pada daerah Os parietalis.
Bahu

: terdapat deformitas dan hematom pada Os klavikula

sinistra
(Pa) :

Kepala

: nyeri tekan negative pada daerah hematom dan bekas

jahitan.
Bahu

: nyeri tekan positif pada klavikula sinistra

(Pe)

Tidak dilakukan

(A)

Bising usus (+) normoperistaltik

STATUS NEUROLOGIS

GCS saat datang: E1 M5 V2=8

GCS saat diperiksa : E4 M6 V5=15

pupil
o isokor/anisokor

isokor

o posisi

sentral

o diameter

3 mm

baik

Nervi Cranial
NI
Daya penghidu
N II
Ketajaman penglihatan (hitung jari) :

normal

Pengenalan warna

normal

Lapang pandang (konfrontasi)

tidak dilakukan

Funduskopi

tidak dilakukan

Ptosis

negatif

Strabismus

tidak dilakukan

Nistagmus

tidak dilakukan

Exoptalmus

negatif

Enoptalmus

negatif

N III, N IV, N VI

N. V

Mengigit()M.messeter,M temporalis)

dapat

dilakukan

Membuka mulut

Sensibilitas
o Atas
6

dapat dilakukan

tidak dilakukan

o Tengah

tidak dilakukan

o Bawah

tidak dilakukan

Refleks masseter

tidak dilakukan

dapat dilakukan

N. VII
Pasif

Kerutan kulit dahi

Kedipan mata

dapat dilakukan

Mengerutkan dahi

tidak dilakukan

Mengerutkan alis

Menutup mata dengan kuat

tidak dilakukan

Meringis/menyeringai

dapat dilakukan

Menggembungkan pipi :

tidak dilakukan

Gerakan bersiul

tidak dilakukan

Daya pengecapan lidah 2/3

Aktif
:

tidak dilakukan

tidak dilakukan

tidak dilakukan

lidah depan
N. VIII

Mendengarkan detik arloji

Tes schwabach

tidak dilakukan

Tes rinne

tidak dilakukan

Tes weber

tidak dilakukan

N. IX

Arcus pharynx

Posisi uvula

Daya pengecapan lidah 1/3 belakang

Refleks muntah

tidak dilakukan

tidak dilakukan
:

tidak dilakukan

tidak dilakukan

N. X

Arcus pharynx

tidak dilakukan

Bersuara

dapat dilakukan

Menelan

dapat dilakukan

N. XI

Memalingkan kepala

:
7

dapat dilakukan

Mengangkat bahu

tidak dilakukan

N. XII

Menjulurkan lidah

tidak dilakukan

Atrofi lidah artikulari

tidak dilakukan

Tremor lidah

tidak dilakukan

Fasikulasi

tidak dilakukan

:
:
:

+5
normotonus
eutrofi

:
+/+
:
+/+
:
+/+
+/+

:
:
:
:
:
:

-/-/-/-/-/-/-

MOTORIK

Kekuatan
tonus
trofi

REFLEKS FISOLOGIS

Refleks tendon
o Refleks biceps
o Refleks triseps
o Refleks patella
o Refleks achilles

REFLEKS PATOLOGIS

Hoffman trommer
Babinski
Chaddock
Openheim
Gordon
Schaefer

V PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 29/01/2011
29 Januari 2011

30 Januari 2011
Darah :

Darah :
- Hb

11 g/dl

- Ht

31,9 %

- Eritrosit

3,95 juta

- Leukosit

12.190

-Hb : 9.6 g/dl


Analisa Gas Darah :
-pH : 7.4
-pCO2 : 43.2 mmHg

ribu
- Trombosit

166.000

- Eosinofil

0%

- Basofil

0,1 %

- Neutrofil segmen

80,2 %

- Limfosit

9,8 %

- Monosit

9,9 %

- Masa Pdrh

- Golongan darah

O/+

- Masa Pbk

ribu

-pO2 : 33.0 mmHg


-SO2% : 65.2 % (L)
-HCT : 29% (L)
-Hb : 9.3 g/dl (H)
-BE ecf : 3.5 mmol/L
-BE b : 4.0 mmol/L (H)
-SBC : 27.5 mmol/L
-HCO3 : 28.2 mmol/L
-TCO2 : 29.5 mmol/L (H)
-A : 175.5 mmHg
-AaDO2 : 142.5 mmHg
-a/A : 0.2
-Rl : 4.3
-O2 Cap : 12.9 V%
-O2Ct : 8.5 mL/Dl

Pemeriksaan AGD:
-

pH
pCO2
pO2
SO2%
HCT
Hb
BE ecf
BE b
SBC
HCO3
TCO2
A
A-aDO2
a/A
Rl
O2 Cap
O2Ct

: 7.4
: 39.9
: 298.3
: 99.7
: 22
: 7.5
: 0.2
: 1.0
: 25.4
:
:
:
:
:
:
:
:

25.4
26.7
669.1
370.8
0.4
1.2
10.4
11.3

Hasil Pemeriksaan CT-scan


-

Tak tampak deviasi mid line.


Sulci, fissura dan sisterna obliterasi.
Tampak lesi hiperdens pada regio frontal kanan dan temporal

kanan dengan edema perifokal.


Tampak lesi hiperdens bikonveks pada regio frontal kiri dengan
mix density lesion pada regio frontal kiri dan hiperdensitas

intertentorial, interfisura dan intersulci regio frontal kiri.


Pons dan cerebellum tak tampak kelainan.
9

Tampak fraktur Os frontalis kanan kiri (impresi).


Tampak subgaleal hematom region frontal kanan kiri.

Kesan:
-

ICH regio frontal kanan dan temporal kanan dengan edema

perifokal.
EDH regio frontal kiri dengan contusion haemorrhage regio frontal

kiri dan PSA.


Tampak tanda-tanda peningkatan TIK.
Fraktur Os frontalis dupleks.
Subgaleal, hematom regio frontal dupleks.

Resume
1/2 jam SMRS pasien mengalami kecelakan lalu lintas saat
sedang menyeberang jalan Os di tabrak sepeda motor. Pasien
tidak sadarkan diri, sempat mengeluarkan darah dari mulut,
terdapat hematom didahi kiri dan di belakang telinga kiri.
Terdapat fraktur tertutup di Os clavicula sinistra. Saat datang
GCS=8, saat diperiksan setelah di operasi, GCS=15, terdapat
hematom

periorbita

(Racoon

eye),

hematom

disekitar

Os

mastoid.
Diagnosis banding
-

Subdural hematom
Perdarahan subarachnoid

Diagnosis kerja
a. Cedera Kepala Berat
Dasar diagnosis: GCS E1 M5 V2=8
b. Epidural Hematom frontoparietal sinistra
Dasar diagnosis:
Penurunan kesadaran
Nyeri kepala yang hebat
Hasil CT-scan: ICH regio frontal kanan dan temporal kanan
dengan edema perifokal.
10

EDH regio frontal kiri dengan contusion haemorrhage regio

frontal kiri dan PSA.


Tampak tanda-tanda peningkatan TIK.
Fraktur Os frontalis dupleks.
Subgaleal, hematom regio frontal dupleks.
c.

Fraktur tertutup clavicula sinistra


Terdapat deformitas
Teraba penonjolan tulang
Nyeri tekan

Penatalaksanaan:
A : Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical spine control)
B : Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi
C : Circulation dengan kontrol perdarahan (hemorrharge control)
D : Disability : status neurologis
E : Exposure/environmental control : buka baju penderita, tetap cegah hipotermia
Persiapan Craniotomy evakuasi hematom

Inform consent

Siapkan PRC 500 cc

Konsul anestesi

Pasang DC

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Ro thorax
CT - Scan
Pemeriksaan Laboratorium
Instruksi Post Operasi :
1. Puasa sampai dengan BU (+)
2. O2 3-5 Liter
3. Taxegram 2x1 gr
4. Kutoin 2x100 mg
5. Torasic 3x1 mg
11

6. Brain act 3x500 mg


7. Kalnex 3x500 mg
Prognosis
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanasionam

: dubia

Epidural Hematom
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial
yang paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di
tutupi olek tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di
kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di
sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus
vena, dan membentuk periosteum tabula interna.

I. PENDAHULUAN
12

Epidural

hematom

adalah

salah

satu

jenis

perdarahan

intracranial yang paling sering terjadi karena fraktur tulang


tengkorak. Otak di tutupi olek tulang tengkorak yang kaku dan
keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai
pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi
otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum
tabula interna.. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di
kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan
dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan
dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika
pembuluh

darah

mengalami

robekan

maka

darah

akan

terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak,


keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural hematom.
(1,2,3 )
Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat
emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur
yang

memutuskan

menimbulkan

arteri

yang

perdarahan.

lebih

Venous

besar,

epidural

sehingga
hematom

berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung


perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada middle meningeal
artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan
masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi perdarahan arteri
maka hematom akan cepat terjadi.(15)

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI


Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan
hematoma epidural dan sekitar 10% mengakibatkan koma.
Secara Internasional frekuensi kejadian hematoma epidural
hampir sama dengan angka kejadian di Amerika Serikat.Orang
yang beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang memiliki
masalah berjalan dan sering jatuh.(2,9)

13

60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20


tahun, dan jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di
atas 60 tahun. Angka kematian meningkat pada pasien yang
berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan
perbandingan 4:1. (9)
Tipe- tipe : (6)
1. Epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri,
berlangsung selama 3 hari dan hasil CT-scan hiperdens
2. Subacute hematoma ( 31 % ), berlangsung selama 3 sampai 7
hari. Hasil CT-scan bisa hiperdens atau hipodens
3. Cronic hematoma ( 11%) perdarahan dari vena, berlangsung
selama lebih dari 7 hari dan hasil CT-scan hipodens

III. ETIOLOGI
Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur
berapa

saja,

beberapa

keadaan

yang

bisa

menyebabkan

epidural hematom adalah misalnya benturan pada kepala pada


kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma
kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur tulang
tengkorak dan laserasi pembuluh darah.(2,9)

III. ANATOMI OTAK


Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang
membuat kita seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera
dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak, tidak
dapat di perbaiki lagi. Cedera kepala dapat mengakibatkan

14

malapetaka besar bagi seseorang. Sebagian masalah merupakan


akibat langsung dari cedera kepala. Efek-efek ini harus dihindari
dan di temukan secepatnya dari tim medis untuk menghindari
rangkaian kejadian yang menimbulkan gangguan mental dan
fisik dan bahkan kematian.(1)
Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu
jaringan fibrosa, padat dapat di gerakkan dengan bebas, yang
memebantu menyerap kekuatan trauma eksternal. Di antar kulit
dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membrane
dalam yang mngandung pembuluh-pembuluih besar. Bila robek
pembuluh

ini

sukar

mengadakan

vasokontriksi

dan

dapat

menyebabkan kehilangan darah yang berarti pada penderita


dengan laserasi pada kulit kepala. Tepat di bawah galea terdapat
ruang subaponeurotik yang mengandung vena emisaria dan
diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa infeksi dari
kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang jelas
memperlihatkan

betapa

pentingnya

pembersihan

dan

debridement kulit kepala yang seksama bila galea terkoyak. (1)


Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang
tidak memungkinkan perluasan intracranial. Tulang sebenarnya
terdiri dari dua dinding atau tabula yang di pisahkan oleh tulang
berongga. Dinding luar di sebit tabula eksterna, dan dinding
bagian

dalam

di

sebut

tabula

interna.

Struktur

demikian

memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih besar,


dengan bobot yang lebih ringan . tabula interna mengandung
alur-alur yang berisiskan arteria meningea anterior, media, dan
p0osterior.

Apabila

fraktur

tulang

tengkorak

menyebabkan

tekopyaknya salah satu dari artery-artery ini, perdarahan arterial


yang di akibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural,
dapat manimbulkan akibat yang fatal kecuali bila di temukan dan

15

diobati

dengan

segera.

Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga


lapisan meninges adalah dura mater, arachnoid, dan pia mater
(1)
1. Dura mater cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri
atas

dua

lapisan:

- Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh


periosteum yang membungkus dalam calvaria
- Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa
yang kuat yang berlanjut terus di foramen mgnum dengan dura
mater spinalis yang membungkus medulla spinalis
2. Arachnoidea mater cranialis, lapisan antara yang menyerupai
sarang
3.

Pia

laba-laba
mater

cranialis,

lapis

terdalam

mengandung banyak pembuluh darah.

16

yang

halus

yang

17

18

IV. PATOFISIOLOGI
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang
tengkorak dan dura meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di
daerah temporal bila salah satu cabang arteria meningea media
robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di
daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah
frontal atau oksipital.(8)

19

Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui


foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di
permukaan

dan

os

temporale.

Perdarahan

yang

terjadi

menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan


melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga
hematom bertambah besar. (8)

Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan


tekanan pada lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam.
Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami
herniasi

di

bawah

pinggiran

tentorium.

Keadaan

ini

menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat


dikenal

oleh

tim

medis.(1)

Tekanan dari herniasi unkus pda sirkulasi arteria yang mengurus


formation

retikularis

di

medulla
20

oblongata

menyebabkan

hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat nuclei saraf cranial


ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan
dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan
kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan
kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau
sangat cepat, dan tanda babinski positif.(1)
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak
akan terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan
intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan
tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasi dan
gangguan

tanda-tanda

vital

dan

fungsi

pernafasan.(1)

Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan


terpompa terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika
kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan
sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa
jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif
memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa
antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar
setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid. Fenomena
lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada
Epidural hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera
primernya hamper selalu berat atau epidural hematoma dengan
trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase
sadar. (8)
Sumber perdarahan : (8)
Artery meningea ( lucid interval : 2 3 jam )
Sinus duramati
Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a.
diploica dan vena diploica
21

Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di


bedah

saraf

durameter

karena

melekat

progresifitasnya
erat

pada

sutura

yang

cepat

sehingga

karena
langsung

mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi trans


dan infra tentorial.Karena itu setiap penderita dengan trauma
kepala yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama,
apalagi progresif memberat, harus segera di rawat dan diperiksa
dengan teliti.(8,10)

V. GAMBARAN KLINIS
Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara
progresif. Pasien dengan kondisi seperti ini seringkali tampak
memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Sering juga
tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga.
Pasien

seperti

ini

harus

di

observasi

dengan

teliti.

(3)

Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam


akibat dari cedera kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman
pada saat terjadi cedera kepala.
Gejala yang sering tampak : (3,8)
Penurunan kesadaran, bisa sampai koma
Bingung
Penglihatan kabur
Susah bicara
Nyeri kepala yang hebat
Keluar cairan darah dari hidung atau telinga
Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala.

22

Mual
Pusing
Berkeringat
Pucat
Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.
Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai
hemiparese atau serangan epilepsi fokal. Pada perjalannya,
pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya
pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah tanda
sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula kenaikan tekanan
darah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun
sampai

koma

dalam,

pupil

kontralateral

juga

mengalami

pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan


reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Gejalagejala respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan
adanya disfungsi rostrocaudal batang otak.(11)
Jika Epidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti
memar otak, interval bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala
dan tanda lainnya menjadi kabur. (8)

VI. KLASIFIKASI
BERDASARKAN
PEMERIKSAAN KLINIS
Mengingat fasilitas pemeriksaan neuroradiologis berupa CT-scan
masih jarang, maka agar dapat mengelola dengan baik, pasienpasien cedera otak, khususnya jenis tertutup, berdasarkan
gangguan kesadarannya (berdasarkan Glasgow Coma Scale +
GCS) dikelompokkkan menjadi :
1.

Cedera kepala ringan (Head Injury Grade I)

23

GCS : 14-15 bisa disertai disorientasi, amnesia, sakit kepala,


mual, muntah.
2.

Cedera kepala sedang (Head Injury Grade II)


GCS : 9-12 atau lebih dari 12 tetapi disertai kelainan neurologis
fokal.
Disini pasien masih bisa mengikuti/menuruti perintah sederhana.

3.

Cedera kepala berat.


GCS : 8 atau kurang (penderita koma), dengan atau tanpa
disertai gangguan fungsi batang otak.
Perlu ditekankan di sini bahwa penilaian derajat gangguan
kesadaran ini dilakukan sesudah stabilisasi sirkulasi dan
pernafasan guna memastikan bahwa defisit tersebut diakibatkan
oleh cedera otak dan bukan oleh sebab yang lain.
Skala ini yang digunakan untuk menilai derajat gangguan
kesadaran, dikemukakan pertama kali oleh Jennet dan Teasdale
pada tahun 1974.
Penilaiannya adalah berdasarkan respons membuka mata (= E),
respon motorik (= M) dan respon verbal (= V).
Pemeriksaan GCS tidak memerlukan alat bantu, mudah
dikerjakan sehingga dapat dilakukan dimana saja oleh siapa
saja.
Daftar penilaian GCS selengkapnya adalah seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.
Eye opening (E)
Spontaneous

To call

To pain

None

Motor response (M)


Obeys commands

24

Localizes pain
Normal
(withdrawal)

6
flexion

5
4

Abnorma
flexion
(decoraticate)

Extension
(decerebrate)

2
1

None (flaccid)
Verbal respons (V)
Oriented
5
Confused
conversation

Inappropriate words

Incomprehensible
sounds

2
1

None

* GCS sum score = (E + M + V); best possible score = 15; worst


possible score = 3

VII. GAMBARAN RADIOLOGI


Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma
kepala lebih mudah dikenali. (2)
Foto Polos Kepala
Pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti
sebagai epidural hematoma. Dengan proyeksi Antero-Posterior
(A-P), lateral dengan sisi yang mengalami trauma pada film

25

untuk mencari adanya fraktur tulang yang memotong sulcus


arteria meningea media. (10)
Computed Tomography (CT-Scan)
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek,
dan potensi cedara intracranial lainnya. Pada epidural biasanya
pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula terjadi pada
kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di
daerah

temporoparietal.

(hiperdens),

berbatas

Densitas

tegas,

darah

midline

yang

terdorong

homogen
ke

sisi

kontralateral. Terdapat pula garis fraktur pada area epidural


hematoma, Densitas yang tinggi pada stage yang akut ( 60 90
HU), ditandai dengan adanya peregangan dari pembuluh darah.
(6,8,16)

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang
menggeser posisi duramater, berada diantara tulang tengkorak
dan duramater. MRI juga dapat menggambarkan batas fraktur
yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang
dipilih untuk menegakkan diagnosis.(9,10,16)

26

VIII. DIAGNOSIS BANDING


1.Hematoma subdural
Hematoma subdural terjadi akibat pengumpulan darah diantara
dura mater dan arachnoid. Secara klinis hematoma subdural
akut

sukar

dibedakan

dengan

hematoma

epidural

yang

berkembang lambat. Bisa di sebabkan oleh trauma hebat pada


kepala yang menyebabkan bergesernya seluruh parenkim otak
mengenai tulang sehingga merusak a. kortikalis. Biasanya di
sertai dengan perdarahan jaringan otak. Gambaran CT-Scan
hematoma subdural, tampak penumpukan cairan ekstraaksial
yang hiperdens berbentuk bulan sabit. (10)
2.Hematoma Subarachnoid
Perdarahan subarakhnoid terjadi karena robeknya pembuluhpembuluh darah di dalamnya. (10)

27

IX. PENATALAKSANAAN
Penanganan darurat :
28

Dekompresi dengan trepanasi sederhana


Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
Terapi medikamentosa
Elevasi kepala 30o dari tempat tidur setelah memastikan tidak
ada cedera spinal atau gunakan posisi trendelenburg terbalik
untuk

mengurang

tekanan

intracranial

dan

meningkakan

drainase vena.(9)
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah
golongan dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian
dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), mannitol 20% (dosis 1-3
mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri
yang terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih
mana

yang

terbaik.

Dianjurkan

untuk

memberikan

terapi

profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam pertama)


untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk
penggunaan

jangka

karbamazepin.

panjang

dapat

dilanjutkan

Tri-hidroksimetil-amino-metana

dengan
(THAM)

merupakan suatu buffer yang dapat masuk ke susunan saraf


pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat,
dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat
dapat

dipakai

unuk

mengatasi

tekanan

inrakranial

yang

meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak dari


anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali
dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan
dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam unuk
mencapai kadar serum 3-4mg%.(8)
Terapi Operatif
Operasi di lakukan bila terdapat : (15)

29

Volume hamatom 25 ml
Keadaan pasien memburuk
Pendorongan garis tengah > 5 mm
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving
dan untuk fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan
tersebut maka operasinya menjadi operasi emergenci. Biasanya
keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak ruang.(8)
Indikasi

untuk

life

saving

adalah

jika

lesi

desak

ruang

bervolume :
> 25 cc = desak ruang supra tentorial
> 10 cc = desak ruang infratentorial

> 5 cc = desak ruang thalamus


Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang
signifikan :
Penurunan klinis
Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5
mm dengan penurunan klinis yang progresif.
Tebal epidural hematoma > 1,5 cm dengan midline shift > 5
mm dengan penurunan klinis yang progresif.

30

X. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada : (8)
Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )
Besarnya
Kesadaran saat masuk kamar operasi.
Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural
biasanya baik, karena kerusakan otak secara menyeluruh dapat
dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7-15% dan kecacatan
pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada pasien yang
mengalami koma sebelum operasi. (2,14)

31

DAFTAR PUSTAKA
1.

Anderson

S.

McCarty

L.,

Cedera

Susunan

Saraf

Pusat,

Patofisiologi, edisi 4, Anugrah P. EGC, Jakarta,1995, 1014-1016


2.Anonym,Epiduralhematoma,www.braininjury.com/epiduralsubdural-hematoma.html.
3. Anonym,Epidural hematoma, www.nyp.org
4. Anonym, Intracranial Hemorrhage, www.ispub.com
5. Buergener F.A, Differential Diagnosis in Computed Tomography,
Baert A.L. Thieme Medical Publisher, New York,1996, 22
6. Dahnert W, MD, Brain Disorders, Radioogy Review Manual, second
edition, Williams & Wilkins, Arizona, 1993, 117 178
7. Ekayuda I., Angiografi, Radiologi Diagnostik, edisi kedua, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2006, 359-366
8. Hafid A, Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua,
Jong W.D. EGC, Jakarta, 2004, 818-819
9. Mc.Donald D., Epidural Hematoma, www.emedicine.com
32

10. Markam S, Trauma Kapitis, Kapita Selekta Neurologi, Edisi kedua,


Harsono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, 314
11. Mardjono M. Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf,
Neurologi Kilinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2003, 254-259
12. Price D., Epidural Hematoma, www.emedicine.com
13. Paul, Juhls, The Brain And Spinal Cord, Essentials of Roentgen
Interpretation, fourth edition, Harper & Row, Cambridge, 1981, 402404
14. Sain I, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Trauma Kapitis,
http://iwansain.wordpress.com/2007
15. Soertidewi L. Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranio
Serebral, Updates In Neuroemergencies, Tjokronegoro A., Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2002, 80
16. Sutton D, Neuroradiologi of The Spine, Textbook of Radiology
and Imaging, fifth edition, Churchill Living Stone, London,1993, 1423

33

Anda mungkin juga menyukai