Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

TUBA KATAR

Pembimbing:

dr.Deddy Eko Susilo, Sp. THT-KL

Disusun oleh:

Rozi Efriyandi

102118136

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM

RSUD Dr. RM. DJOELHAM

BINJAI 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Referat yang berjudul “TUBA KATAR”.
Adapun penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kepaniteraan Ilmu Penyakit THT di RSUD Dr. RM. DJOELHAM tahun 2018.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. dr.Deddy


Eko Susilo, Sp. THT-KL selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan
bimbingan dalam penyusunan referat ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan
kepada semua pihak yang turut serta membantu penyusunan referat ini yang tidak
mungkin diselesaikan tepat waktu jika tidak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak.

Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam
referat ini, penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif bagi perbaikan referat ini. Terimakasih.

Binjai, juli 2018

Penulis
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. 1

DAFTAR ISI.............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................3

BAB II TINJUAN PUSTAKA.................................................................4

2.1 Tuba Katar............................................................................................4

2.1.1 Definisi..................................................................................4

2.1.2 Anatomi.................................................................................4

2.1.3 Fisiologis...............................................................................5

2.1.4 Etiologi..................................................................................6

2.1.5 Patofisiologi..........................................................................7

2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................8

2.1.7 Penatalaksanaan....................................................................9

2.1.8 Komplikasi..........................................................................10

BAB III KESIMPULAN........................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

Tuba kataralis merupakan salah satu penyakit telinga bagian tengah yang
sering dijumpai kata “Catarrh” berasal dari bahasa yunani “katarrhein”. katar yang
berarti turun dan rhein berarti mengalir. Dan kalau diartikan dapat berarti lapisan
eksudat yang tebal yang tediri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh
pembengkakan dari membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu
infeksi. Ini merupakan gejala peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan batuk,
tetapi dapat pula ditemukan pada pasien dengan infeksi dari adenoid, infeksi telinga
tengah, sinusitis atau tonsilitis. Keluhan yang sering tampak pada tuba katar adalah
tersumbatnya hidung dan tuba yang menyebabkan penderitanya dapat mendengar
suaranya sendiri. 5

Tuba kataralis lebih sering menyerang anak-anak usia di bawah 7


tahun,dimana 70% anak berusia di bawah 7 tahun mengalami tuba kataralis.
Angkakejadian pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya tuba kataralis seperti infeksi, alergi, tumor dan
abnormalitas palatum. Dalam perjalanannya tuba kataralisakan memicu terjadinya
inflamasi yang lebih berat pada telinga seperti otitis mediaserosa dan otitis media
akut. Juga dapat menjadi penyebab ketulian pada anak. 6

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuba Katar

2.1.1 Definisi

Tuba katar merupakan tanda adanya gangguan pada tuba Eustachius. Kata
“Catarrh” berasal dari bahasa yunani “katarrhein”. Katar yang berarti turun dan rhein
berarti mengalir. Jika diartikan dapat berarti lapisan eksudat yang tebal yang tediri
dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh pembengkakan dari membran
mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu infeksi. Ini merupakan gejala
peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan batuk, tetapi dapat pula ditemukan
pada pasien dengan infeksi dari adenoid, infeksi telinga tengah, sinusitis atau
tonsilitis. Keluhan yang sering tampak pada tuba katar adalah tersumbatnya hidung
dan tuba yang menyebabkan penderitanya dapat mendengar suaranya sendiri. 3

2.1.2 Anatomi

Sebelum mulai membahas tentang tuba katar lebih lanjut ada baiknya kita
mengetahui struktur dari tuba eustachius itu sendiri. Tuba Eustachius yaitu sebuah
bangunan yang berbentuk tabung yang berjalan dari telinga tengah ke nasofaring.

Tuba Eustachius

4
Gambar 1: Perbedaan tuba Eustachius anak dan dewasa

Sumber: http://www.ent-surgery.com.au/the-eustachian-tube/

Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada 2/3 kearah nasofaring dan 1/3
terdiri atas tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih
horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada
anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan
baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk kedalam telinga tengah atau pada saat
mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor veli
palatini apabila perbedaan tekanan berbeda antara 20-40 mmHg. 2

2.1.3 Fisiologis

Secara fisiologi tuba Eustachius melakukan tiga peranan penting yaitu:

1. Ventilasi dan mengatur tekanan telinga tengah.

Pada pendengaran yang normal, perlu sekali bahwa tekanan pada dua sisi
membran timpani harus sama. Tekanan positif atau negatif mempengaruhi
pendengaran. Dengan begitu tuba Eustachius harus terbuka secara periodik
untuk menyeimbangkan tekanan udara pada telinga tengah. Normalnya tuba
Eustachius tetap tertutup dan terbuka secara intermitten selama menelan,
mengunyah dan bersin. 1

2. Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan suara.

5
Secara abnormal, tekanan suara tinggi dari nasofaring dapat dialirkan ke
telinga tengah jika tubaterbuka, dengan demikian mengganggu pendengaran
yang normal. Biasanya tuba Eustachius tetap tetutup dan melindungi telinga
tengah melawan suara tersebut. Tuba Eustachius yang normal juga melindungi
telinga tengah dari reflux sekresi nasofaring. Reflux ini terjadi dengan mudah
jika diameter tuba lebar (patulous tube), pendek (seperti pada bayi), atau
membran timpani yang perforasi (menyebabkan infeksi telinga tengah yang
persisten pada kasus perforasi membran timpani). Tekanan tinggi di dalam
nasofaring juga dapat memaksa sekresi nasofaring ke dalam telinga tengah ,
misalnya meniup hidung dengan kuat. 1

3. Pembersihan sekresi telinga tengah

Membran mukosa tuba Eustachius dan bagian anterior telinga tengah dilapisi
oleh sel ciliated columnar. Silia bergerak kearah nasofaring. Ini membantu
untuk membersihkan sekresi dan debris dalam telinga tengah ke arah
nasofaring. Fungsi pembersihan dipengaruhi oleh pembukaan dan penutupan
yang aktif dari tuba. 1

2.1.4 Etiologi

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuba katar dapat


dijabarkan sebagai berikut:

a. Hipertrofi adenoid Pembesaran adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada


tuba Eustachiusyang akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan
dalam telinga tengah akibat tuba Eustachius yang tidak bekerja efisien karena
adanya sumbatan. 7

b. Tumor Nasofaring

Dalam penyebarannya, tumor dapat mendesak tuba Eustachius serta


mengganggu pergerakan otot Levator Palatini yang berfungsi membuka tuba,

6
sehingga fungsi tuba terganggu dan mengakibatkan gangguan pendengaran
berupa menurunnya pendengaran tipe konduksi yang bersifat reversible. 7

c. Peradangan

Sering menyerang pada balita, salah satu faktor penyebabnya adalah karena
saluran penghubung antara telinga tengah dengan atap tengkorak yang
berdekatan dengan lubang hidung bagian belakang (Eustachius) pada anak
balita, yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang belum
sempurna. Akibatnya saluran ini dengan mudah dapat tersumbat, misalnya
karena terjadinya infeksi baik pada hidung, sinus, adenoid maupun tonsil.
Dengan adanya cairan atau pembengkakan selaput lendir di dalam saluran
Eustachius yang tersumbat itu dapat berlanjut jadi peradangan. 7

d. Alergi

Alergi adalah satu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan
lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks
dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel
mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin,
kemokin merupakan komponen yang berperan dalam proses inflamasi. Gejala
klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator
tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran dan
pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang kompleks sehingga
menimbulkan edema pada jaringan yang mengalami inflamasi. 7

e. Barotrauma

Barotrauma adalah kerusakan dibagian dalam telinga yang disebabkan oleh


tidak samanya tekanan udara dikedua gendang pendengar. 7

2.1.5 Patofisiologi

7
Tuba eustachius berfungsi mengatur tekanan kavum timpani (ventilasi) agar
tekanan udara dalam telinga tengah sama dengan tekanan udara luar, mengalirkan
keluar sekret dari telinga tengah dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring
ketelinga tengah. 1

Obstruksi tuba eustachius yang disebabkan oleh kejadian-kejadian yang telah


disebutkan di atas akan menyebabkan terhalangnya udara masuk ke telinga tengah.
Sehingga udara yang ada di dalam kavum timpani tidak berhubungan lagi dengan
udara yang di dalam faring, udara yang ada dalam kavum timpani direabsorbsi
sehingga menyebabkan tekanan negatif yang akan menarik membrane timpani hingga
menyebabkan retraksi membran timpani.

Gambar 2: Oklusi tuba yang menyebabkan perbedaan tekanan udara

Sumber: https://documents.tips/documents/responsi-tuba-katar.html

Apabila penyakit ini tidak segera diobati, dapat berlanjut menjadi bentuk
kronis dari tuba kataralis, dimana akibat adanya vakum dalam kavum timpani akan
menyebabkan efusi dan transudasi dari mukosa dan ini biasanya terjadi pada
chronictotal obstruction.

Dimana hal itu akan berkembang menjadi suatu keadaan otitis media serosa
dan apabila terjadi infeksi bakteri ke telinga tengah akan menyebabkan otitis media
akut. 7

8
2.1.6 Manifestasi Klinis

A. Tuba kataralis akut, gejala :

 Telinga terasa tertekan, rasa penuh,

 Telinga berdengung.

 Bila menelan mengeluarkan ingus, atau menguap merasa sedikit sakit


dan sekonyong-konyong pendengaran jelas kembali, tetapi akhirnya
tertutup lagi.

 Pendengaran berkurang.

 Autofonie (mendengar suara sendiri pada telinga yang sakit


karena bertambahnya resonansi dari suara sendiri).

Pada otoskopi didapatkan :

 Membran timpani sedikit hiperemis, reflek cahaya berubah, jika sudah


lama dapat terjadi retraksi. 5

B. . Tuba kataralis kronis, gejala :

 Telinga rasa penuh, rasa tertekan.

 Tinnitus, autofonie

 Telinga berbunyi, ingusan, rasa pusing.

 Pendengaran berkurang.

 Bila ada tersendat terasa ada air didalam telinga

Pada otoskopi didapatkan:

 Membrana timpani tertarik ke dalam (retraksi), reflek cahaya


mengecil,tempatnya berubah atau hilang sama sekali. 5

2.1.7 Penatalaksanaan
9
Terdapat beberapa manuver (valsava dan Toynbee) yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki fungsi tuba Eustachius. Hal yang sederhana dapat dengan
menelan, sehingga mengaktifkan otot-otot dibelakang tenggorokan yang membantu
membukanya tuba Eustachius. Mengunyah permen karet, minum atau makan
membantu penelanan. Menguap lebih baik karena mengaktifkan otot lebih kuat. 5

Pada bayi mereka tidak dapat menyamakan tekanan sendiri secara aktif
,berikan dia ASI karena dengan menelan, tuba Eustachius terbuka dan fungsi
menyamakan tekanan dapat terjadi. 1,5

Karena kebanyakan tuba kataralis disebabkan oleh infeksi dan inflamasi pada
saluran napas maka pengobatan ditujukan untuk menghentikan penyebabnya.
Pengobatan untuk rhinosinusitis virus pada orang dewasa didasarkan pada
vasokonstriktor.

Jika pasien memiliki masalah yang akut seperti rhinitis dan sinusitis. Sebuah
dekongestan topikal mungkin merupakan pengobatan yang paling efektif, tetapi ini
tidak boleh berlangsung lebih dari beberapa hari dan pasien harus diperingatkan agar
tidak membeli obat serupa untuk dipergunakan lebih lama. 5

Dalam kasus yang lebih kronis seperti alergi atau rhinitis vasomotor,
pengobatan oral adalah yang terbaik. Simpatomimetik (golongan senyawa obat yang
menstimulasi kerja saraf simpatetik), secara oral (pseudoefedrin atau phenylephrine)
mungkin sudah cukup, atau antihistamin saja sudah dapat membantu dalam rhinitis
alergi. Kombinasi produk sering efektif tetapi haruslah diingat tentang kontraindikasi.
Penyebab lain dapat ditangani dengan tindakan pembedahan seperti hipertrofiadenoid
atau fibroma nasofaring di operasi, polip hidung diekstrasi dan septum deviasi
dikoreksi. 4

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan jarang terjadi bila penyakit cepat diketahui dan
diterapi dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila berlanjut
10
maka komplikasi yang terjadi dapat menyebabkan gangguan pendengaran berkurang
atau total. 5

BAB III

KESIMPULAN

 Tuba Eustachius menghubungkan rongga tengah telinga ke nasofaring

 Pada kondisi normal, tuba Eustachius tertutup Sumbatan tuba Eustachius


sebagian atau total dapat menimbulkan gejala telinga terasa penuh.

 Tuba katar merupakan tanda adanya gangguan pada tuba Eustachius.

 Keluhan yang sering tampak pada tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan
tuba yang menyebabkan penderitanya dapat mendengar suaranya sendiri.

 Gambaran otoskopi tuba katar akut didapatkan : Membran timpani sedikit


hiperemis, reflek cahaya berubah, jika sudah lama dapat terjadi retraksi.
Sedangkan pada tuba katar kronis, membrana timpani tertarik ke dalam
(retraksi), reflek cahaya mengecil,tempatnya berubah atau hilang sama sekali

 Penatalaksanaan Tuba katar:

1. beberapa manuver (valsava dan Toynbee) yang dapat dilakukan untuk


memperbaiki fungsi tuba Eustachius

11
2. Jika pasien memiliki masalah yang akut seperti rhinitis dan sinusitis.
Sebuah dekongestan topikal mungkin merupakan pengobatan yang paling
efektif

3. Dalam kasus yang lebih kronis seperti alergi atau rhinitis vasomotor,
pengobatan oral adalah yang terbaik

 Komplikasi yang ditimbulkan jarang terjadi bila penyakit cepat diketahui dan
diterapi dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia, Jakarta : EGC

2. FKUI: Buku ajar THT; Gangguan fungsi tuba; Penerbit FKUI, edisi ke-enam;

tahun 2007

3. http://www.scribd.com/doc/126674582/Tuba-Katar

4. http://www.ent-surgery.com.au/the-eustachian-tube/

5. https://dokumen.tips/documents/responsi-tuba-katar.html

6. Alpen patel, MD ; Patologyous Eustachian Tube. e-medicine (serial online).

12
7. Ganong, William. Pendengaran dan keseimbangan. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. 22nded. Jakarta: EGC; 2008

13

Anda mungkin juga menyukai