Pembimbing:
Diajukan Oleh:
J510165056
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
SEORANG WANITA USIA 47 TAHUN DENGAN BENIGN PAROXYSMAL
POSITIONAL VERTIGO (BPPV)
Case Report
Oleh:
J510165056
Pembimbing
dr. Listyo Asist Pujarini, MSc, Sp. S dr. Eddy Rahardjo, Sp.S
Mengetahui
FK UMS
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
A. Identitas pasien..............................................................................................5
B. Anamnesis.....................................................................................................5
C. Pemeriksaan Fisik.........................................................................................7
D. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................19
E. Usulan pemeriksaan....................................................................................19
F. Resume Pemeriksaan..................................................................................20
G. Dagnosis Banding.......................................................................................21
H. Diagnosis.....................................................................................................21
I. Terapi..........................................................................................................22
J. Prognosis.....................................................................................................22
Follow Up...........................................................................................................23
B. Epidemiologi...............................................................................................28
C. Etiologi........................................................................................................28
D. Patofisiologi................................................................................................28
E. Manifestasi klinis........................................................................................30
F. Diagnosis.....................................................................................................31
G. Penatalaksanaan..........................................................................................34
3
H. Prognosis.....................................................................................................38
4
BAB I
A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 47 tahun
Alamat : Karanganyar
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 2 Oktober 2016
B. Anamnesis
Keluhan utama :
- Pusing berputar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan pusing berputar hebat. Keluhan dirasakan sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. pusing berputar muncul secara tiba-tiba dan
dirasakan hilang timbul. Pasien mengatakan baru pertama kali mengalami
pusing berputar. Pasien tidak mengkonsumsi obat untuk menghilangkan
pusingnya. Pasien merasa pusing bertambah saat berpindah posisi terutama jika
mengubah posisi kepala dari kanan ke kiri ataupun sebaliknya, dari tidur ke
posisi duduk atau berdiri. Pasien merasa pusing berkurang jika pasien dalam
keadaan diam atau tidak ada gerakan yang dilakukan. Pusing dirasakan selama
20 detik. Saat serangan, pasien sampai tidak bisa melakukan aktivitas. Pasien
juga mengeluhkan mual dan keringat dingin (+). Pasien tidak mengeluhkan
mendengar suara berdenging pada kedua telinga, tidak nyeri, tidak keluar
cairan berbau dan tidak ada rasa penuh pada kedua telinga. Penurunan
pendengaran tidak dirasakan ketika serangan. Tidak ada riwayat trauma atau
terjatuh, kejang dan penurunan kesadaran. Pasien menyangkal adanya riwayat
hipertensi, diabetes melitus, pembedahan telinga dan penyakit jantung. Pasien
tidak pernah merokok, konsumsi alkohol (-) dan minum kopi (-). Pasien tidak
mengalami demam, batuk dan pilek sebelumnya. Penglihatan kabur dan ganda
5
disangkal pasien. Pasien tidak ada kelemahan ekstremitas (-),BAK (+), BAB
(+), flatus (+) dan nafsu makan baik (+).Pasien juga tidak mengalami gangguan
makan dan minum, gangguan ketika tidur (-), gangguan berjalan (-), gangguan
perilaku (-), gangguan melihat (-) dan gangguan berbicara (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat DM (-)
- Riwayat DM (-)
Riwayat kebiasaan :
6
Anamnesis Sistem:
- Sistem serebrospinal :Penurunan kesadaran
(-), demam (-), kejang (-), pusing berputar hebat
(+)
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis :
- TD : 120/70mmHg
- N : 80x/menit
7
- R:20x/menit
- S:36,3
- Keadaan Umum : Cukup
- Status Gizi : Baik
- Kepala : Normosepal, simetris
- Mata : konjungtiva anemis (-), edema palpebra (-),reflek cahaya (+),
isokor.
- Paru-paru:
8
o Kesadaran : Compos Mentis
o Kualitatif :
9
Kanan Kiri
- N. II (optikus)
Kanan Kiri
- N. III (okulomotorius)
Kanan Kiri
Ptosis - -
Reflek cahaya + +
langsung
Stabismus divergen - -
Diplopia - -
- N. IV (trokhlearis)
10
Kanan Kiri
Stabismus konvergen - -
Diplopia - -
- N. V (trigeminus)
Kanan Kiri
Menggigit + +
Membuka mulut + +
Sensibilitas muka atas + +
Sensibilitas muka + +
tengah
Sensibilitas muka + +
bawah
Reflek kornea + +
Reflek bersin + +
Reflek maseter - -
Reflek zigomatkus - -
Trismus - -
- N.VI (abducens)
Kanan Kiri
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -
- N.VII (facialis)
Kanan Kiri
11
Sudut mulut + +
Mengerutkan dahi + +
Mengerutkan alis + +
Menutup mata + +
Meringis + +
Mengembungkan pipi + +
Tik fasial - -
Lakrimasi - -
Daya kecap lidah 2/3 + +
depan
Reflek visuo-palpebra - -
Reflek glabella - -
Reflek aurikulo-palpebra - -
Tanda myerson - -
Tanda chovstek - -
Bersiul + +
- N. VIII (akustikus)
Kanan Kiri
Mendengar suara + +
berisik
Mendengar suara detik + +
arloji
Tes weber - -
Tes rinne - -
Tes schwabah - -
- N. IX (glossofaringeus)
Kanan Kiri
Arkus faring - -
Reflek muntah + +
12
Tersedak - -
- N. X (vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring N N
Nadi N N
Bersuara + +
Gangguan menelan - -
- N. XI (aksesorius)
Kanan Kiri
Memalingkan kepala + +
Mengangkat bahu + +
- N. XII (hipoglossus)
Kanan Kiri
6. Badan
13
Interpretasi
Gerakan bebas
Kanan Kiri
Drop hand - -
Pitchers hand - -
Warna kulit Coklat Coklat
Claw hand - -
Kontraktur - -
- Lengan atas :
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
- Lengan bawah
14
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
- Tangan
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
- Sensibiltas
Biceps Triceps
15
8. Anggota gerak bawah
- inspeksi
Kanan Kiri
Drop foot - -
Udem - -
Warna kulit Coklat Coklat
Kontraktur - -
Kanan Kiri
Kekuatan 5 5
- Tungkai bawah:
Kanan Kiri
Kekuatan 5 5
- Kaki
Kanan Kiri
Kekuatan 5 5
16
Trofi Eutrofi Eutrofi
- Sensibilitas
Perluasan
Nyeri reflek + -/-
+ + + -/- + +
Termissilang
Reflek + +
-/- + + -/- + +
Taktil + + + + + +
Diskriminasi + + + + + +
Posisi + + + + + +
Vibrasi + + + + + +
Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
schaeffaer - -
rossolimo - -
Mendel bachterew - -
Tes kernig - -
Tes oconnel - -
laseque - -
Tes patrick - -
Tes gaenselen - -
Klonus paha - -
17
Klonus kaki - -
D. Pemeriksaan Penunjang
- Darah rutin
18
E. Usulan pemeriksaan
1. Ct Scan
2. Dix Hallpix
3. Tes kalori
F. Resume Pemeriksaan
- KU : cukup
- Kesadaran : compos mentis
- Nn. Cranialis : normal
- Tanda meningeal : (-)
- Kaku kuduk (-)
Kanan Kiri
Reflek fisiologi + +
+ +
Reflek patologis - -
- -
Kekuatan otot 5 5
5 5
Normal Normal
Eutrofi Eutrofi
Bebas Bebas
Klonus - -
Sensibilitas + +
19
+ +
G. Dagnosis Banding
BPPV Meniere Labirintis Neuritis
20
H. Diagnosis
Diagnosis klinis : pusing berputar
nausea
I. Terapi
Medikamentosa
- Infuse RL 20 tpm
- Injeksi vitamin neurotropik amp/drip
- Injeksi ondansetron amp/ 8 jam
- Injeksi omeprazole amp/ 12 jam
- Betahistin mesilat 2 x 1
Non medikamentosa
1. Eplay manuever
J. Prognosis
Death : bonam
Disease : dubia ad bonam
Disability : bonam
Discomfort : bonam
Disatisfication : bonam
21
Follow Up
2 Oktober 2016 3 Oktober 2016
Ka Ki Ka Ki
Reflek + + Reflek + +
+ + + +
fisiologi fisiologi
Reflek - - Reflek - -
- - - -
patologis patologis
Kekuatan 5 5 Kekuatan 5 5
5 5 5 5
Otot Otot
Tonus otot N N Tonus otot N N
N N N N
Trofi otot E E Trofi otot E E
E E E E
Gerakan Bebas Bebas Gerakan Bebas Bebas
22
Bebas Bebas Bebas Bebas
Klonus - - Klonus - -
Sensibilitas + + Sensibilitas + +
+ + + +
Otonom : dbn Otonom : dbn
23
berputar berkurang
O KU: cukup KU: cukup
Kesadaran: CM Kesadaran: CM
K/L: dbn, K/L: dbn,
Tho: dbn Tho: dbn
Abd: dbn Abd: dbn
Ekstr: edema (-) Ekstr: edema (-)
TD: 110/80, N: 84, RR: 20, S: 36,3 TD: 110/80, N: 84, RR: 20, S: 36,3
Status neurologi : Status neurologi :
GCS : E4V5M6 GCS : E4V5M6
Nn. cranialis: normal (+/+) Nn. cranialis: normal (+/+)
Tanda meningeal: (-) Tanda meningeal: (-)
Kaku kuduk: (-) Kaku kuduk: (-)
Ka Ki Ka Ki
Reflek + + Reflek + +
+ + + +
fisiologi fisiologi
Reflek - - Reflek - -
- - - -
patologis patologis
Kekuatan 5 5 Kekuatan 5 5
5 5 5 5
Otot Otot
Tonus otot N N Tonus otot N N
N N N N
Trofi otot E E Trofi otot E E
E E E E
Gerakan Bebas Bebas Gerakan Bebas Bebas
Bebas Bebas Bebas Bebas
Klonus - - Klonus - -
Sensibilitas + + Sensibilitas + +
+ + + +
Otonom : dbn Otonom : dbn
24
A Diagnosis klinis : pusing berputar, Diagnosis klinis : pusing berputar,
nausea nausea
Diagnosis topic: sistem vestibular Diagnosis topic: sistem vestibular
Diagnosis etiologi: vertigo perifer Diagnosis etiologi: vertigo perifer
(BPPV) (BPPV)
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Epidemiologi
BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai,
kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan
serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35
tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala. BPPV sangat jarang
ditemukan pada anak.
C. Etiologi
1. Idiopatik
Pada sekitar 50% kasus penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) (Fife,
2005).
2. Simtomatik
Pasca trauma, pascaoperasi, mastoiditis kronik. Pada orang tua
penyebab paling umum adalah degenerasi dari sistem vestibulardari telinga
dalam (Oghalai et al, 2000).
D. Patofisiologi
Patofisiologi BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara lain (Bunjamin et al.,
2013):
1. Teori Cupulolithiasis
26
Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk
menerangkan BPPV. Kupulolitiasis adalah adanya partikel yang
melekat pada kupula krista ampularis Dia menemukan partikel-
partikel yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang
terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menempel pada
permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa kanalis semisirkularis
posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada
kupula. Hal ini analog dengan keadaan benda berat diletakkan di puncak
tiang, bobot ekstra ini menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah
cenderung miring. Pada saat miring partikel tadi mencegah tiang ke posisi
netral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa pusing ketika kepala
penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada tes Dix-
Hallpike). Kanalis semisirkularis posterior berubah posisi dari inferior ke
superior, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo).
Perpindahan partikel otolith tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang
menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing dan
nistagmus.
2. Teori Canalolithiasis
27
Tahun 1980 Epley mengemukakan teori canalolithiasis, partikel
otolith bergerak bebas di dalam kanalis semisirkularis. Ketika kepala
dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai
dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke
belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai 90 0 di sepanjang lengkung
kanalis semisirkularis. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir
menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini
menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala
ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul
pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan. Model gerakan
partikel begini seolah-olah seperti kerikil yang berada dalam ban, ketika
ban bergulir, kerikil terangkat sebentar lalu jatuh kembali karena gaya
gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf dan menimbulkan
pusing.
E. Manifestasi klinis
Gejala umum yang didapatkan yaitu pusing biasanya muncul setelah
beberapa gerakan kepala misalnya miring ke satu sisi pada waktu berbaring,
bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan badan kembali,
28
menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung singkat, bermasalah
dengan keseimbangan dan rasa mual (Tomas et al, 2009; Fife, 2005).
F. Diagnosis
Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari
10-20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah
berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur,
melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti
dengan mual.
2. Pemeriksaan fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus
spontan, dan pada evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisis standar
untuk BPPV adalah (Blitar et al, 2011):
a. Dix-Hallpike. Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang
memiliki masalah dengan leher dan punggung. Tujuannya adalah
untuk memprovokasi serangan vertigo dan untuk melihat adanya
nistagmus. Cara melakukannya sebagai berikut :
- Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur
pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang
setelah beberapa detik.
- Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga
ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o40o, penderita
diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
- Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau kanalis semisirkularis
posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi
otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di kanalis
semisirkularis posterior.
- Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
29
- Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik.
- Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang
berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah
berlawanan.
- Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi
kiri 45o dan seterusnya.
Berikut adalah gambaran Dix-Hallpike
b. Tes kalori
30
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini
dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30 oC,
sedangkan suhu air panas adalah 44oC. volume air yang dialirkan
kedalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik.
Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah
telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan
dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu
telinga dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau
kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5
menit ( untuk menghilangkan pusingnya).
F. Diagnosis Banding
1. Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya
merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat
dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan.
Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian
pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk mengatasi gejala dan dehidrasi.
Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan
ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat
berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran
(Goudakos et al, 2010).
2. Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan
mekanisme telinga dalam. Gejalanya seperti nausea, vomitus, nyeri pada
telinga yang terinfeksi, demam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan
patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau
supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur
didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak
bedanya. Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan
pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-
produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme
31
hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang
meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam. Kemungkinan gangguan
pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir, labirintitis
kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan suatu
hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan patologik yang akhirnya
menyebabkan sklerosi labirin (Mildenhall, 2010).
3. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya
belum diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan
pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita
dewasa (Gates, 2005).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan farmakologi untuk BPPV tidak secara rutin
dilakukan. Beberapa pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk
gejala-gejala vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada
pasien BPPV. Terapi BPPV dapat dilakukan secara non farmakologis.
Partikel dengan sederhana perlu dikeluarkan dari kanal semisirkular posterior
dan mengembalikannya ke mana mereka berasal. Beberapa manuver yang
dapat dilakukan, antara lain (Blitar et al, 2011):
1. Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver :
CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umum dari
vertigo, terutama BPPV, CRP pertama kali digambarkan sebagai
pengobatan untuk BPPV di tahun 1992. Saat ini CRP atau maneuver
Epley telah digunakan sebagai terapi BPPV karena dapat mengurangi
gejala BPPV pada 88% kasus. CRP membimbing pasien melalui
serangkaian posisi yang menyebabkan pergerakan canalit dari daerah di
mana dapat menyebabkan gejala (yaitu, saluran setengah lingkaran dalam
ruang cairan telinga dalam) ke daerah telinga bagian dalam dimana canalit
tidak menyebabkan gejala (yaitu, ruang depan). Canalit biasanya berada
pada organ telinga bagian dalam yang disebut organ otolith, partikel kristal
32
ini dapat bebas dari organ otolith dan kemudian menjadi mengambang
bebas di dalam ruang telinga dalam.
Dalam kebanyakan kasus BPPV canalit bergerak di kanal ketika
posisi kepala berubah sehubungan dengan gravitasi, dan gerakan dalam
kanal menyebabkan defleksi dari saraf berakhir dalam kanal (cupula itu).
Ketika saraf berhenti dirangsang, pasien mengalami serangan tiba-tiba
vertigo.
Indikasi Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver:
1. Episode berulang pusing dipicu BPPV.
2. Positif menemukan gejala dan nistagmus dengan pengujian posisi
(misalnya, uji Dix-Hallpike).
33
- Kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan
kemudian ke arah lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu lebih kurang
30 60 detik.
- Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo
hilang.
2. Latihan Semont Liberatory :
34
melakukan manuver dibuat dalam 5 kali. Satu pengulangan yaitu manuver
dilakukan pada masing-masing sisi berbeda (membutuhkan waktu 2 menit).
35
H. Prognosis
Pasien perlu untuk diedukasi tentang BPPV. Satu dari tiga pasien sembuh
dalam jangka waktu 3 minggu, tetapi kebanyakan sembuh setelah 6 bulan dari
serangan. Pasien harus diberitahu bahwa BPPV dapat dengan mudah
ditangani, tetapi harus diingatkan bahwa kekambuhan sering terjadi bahkan
jika terapi manuvernya berhasil, jadi terapi lainnya mungkin dibutuhkan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa 15% terjadi kekambuhan pada tahun
pertama, kemudian 50% kekambuhan terjadi pada 40 bulan setelah terapi
(Bunjamin et al., 2013).
36
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seorang pasien perempuan, 47 tahun dengan keluhan pusing
berputar hebat. Keluhan dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
pusing berputar muncul secara tiba-tiba dan dirasakan hilang timbul. Pasien
mengatakan baru pertama kali mengalami pusing berputar. Pasien tidak
mengkonsumsi obat untuk menghilangkan pusingnya. Pasien merasa pusing
bertambah saat berpindah posisi terutama jika mengubah posisi kepala dari kanan
ke kiri ataupun sebaliknya, dari tidur ke posisi duduk atau berdiri. Pasien merasa
pusing berkurang jika pasien dalam keadaan diam atau tidak ada gerakan yang
dilakukan. Pusing dirasakan selama 20 detik. Saat serangan, pasien sampai tidak
bisa melakukan aktivitas. Pasien juga mengeluhkan mual dan keringat dingin (+).
Pada kasus ini diagnosis klinisnya adalah pusing berputar hebat dan nausea.
Diagnosis klinis merupakan keluhan yang didapatkan pada pasien. Sedangkan
diagnosis topisnya adalah sistem vestibuler. Pada vertigo perifer, sistem
vestibulernya terganggu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sedang,
kesadaran kompos mentis koperatif dengan GCS 15 (E4M6V5). Tanda vital
ditemukan dalam batas normal. Status internus didapatkan dalam batas normal.
Pada status neurologis tidak ditemukan tanda rangsang meningeal tanda
peningkatan tekanan intrakranial. Pemeriksaan nervus cranialis tidak adanya
kelainan.Pada pemeriksaan fungsi motoric, fungsi sensorik dan otonom dalam
batas normal. Pada pemeriksaan ditemukan fungsi refleks fisiologis dalam batas
normal dan tidak ditemukan refleks patologis dan.
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis BPPV, karena ditemukan pada pasien
ini memenuhi kriteria untuk BPPV yaitu:
- Rasa pusing berputar yang akut
- Disertai mual, keringat dingin
- Diperberat karena perubahan posisi
Yang menjadi poin diagnostik untuk kasus ini adalah pusing berputar yang
diperberat oleh perubahan posisi kepala. Hal ini khas terjadi pada BPPV. Selain
37
itu yang menjadi penunjang diagnosis yaitu onsetnya akut dan disertai mual serta
keringat dingin.. Hal ini merupakan gejala dari vertigo perifer.
Untuk mendukung diagnosis ke arah BPPV perlu dilakukan tes provokasi
nistagmus. Gunanya adalah menentukan apakah ini termasuk vertiogo sentral
maupun perifer. Tes provokasi akan menyebabkan timbulnya nistagmus. Arah
nistagnus dapat dinilai untuk menentukan jenis vertigo. Pada vertigo tipe perifer
akan timbul nistagmus yang bersifat horizontal maupun rotatoar.
Terapi yang diberikan pada pasien ini Betahistin mesilat 2 x 12 mg yang
berfungsi mengatur kadar cairan dalam labirin. Pada BPPV dapat dilakukan
beberapa mauver seperti Apley manuver untuk menghilangkan serpihan/endapan
kristal otolit yang berada di kanalis semisirkularis yang mengganggu aliran
endolimfe.
38
DAFTAR PUS TAKA
Blittar, R., Raquel, M., Paula, L., Alessandra R., Andre, L., Carlos, A. 2011.
Benign paroxysmal positional vertigo: diagnosis and treatment.
International Tinnitus Journal. 16(2):135-45.
Edward, Y dan Yelvita Roza. Diagnosis dan Penatalaksanaan BPPV Kanalis
Horizontal. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
Leher Padang : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Fife, D., Fitzgerald, J. Do Patients with Benign Paroxysmal Positional vertigo
Receive Prompt treatment. Int J Audiol. 2005. 44:50-57.
Goudakos, J., Konstantinos, D., Valerie, F. 2010. Corticosteroids in the Treatment
of Vestibular Neuritis: A Systematic Review and Meta-Analysis. Otology
& Neurotology. 31:183-189 .
Johnson J & Lalwani AK. Vestibular Disorders. In : Lalwani AK, editor. Current
Diagnosis & treatment in Otolaryngology- Head & Neck Surgery. New
York : Mc Graw Hill Companies. 2004. p 761-5.
Midenhall, J. 2010. Patophysiology of Labirinthys. Journal of Paramedic. 2(7) :
297-300.
Oghalai,J., Manolidis, S., Barth, J., et al. 2000. Unrecognized benign paroxysmal
positional vertigo in elderly patients. Ortolaryngol Head Neck Surg.
122:630-634.
Purnamasari PP. Diagnosis dan Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional
Vertigo. Ilmu Penyakit Saraf RSUP Sanglah Denpasar : FK Universitas
Udayana.
Solomon, D. 2000. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Neurologic
Ophthalmology and Otology. 2:417427.
Tomaz, A., Gananca, M. 2009. Benign Paroxysmal Positional Vertigo :
concomitant Involvement of Different Semicircular Canals. Ann Oto
Rhinol Laryn. 118 : 113-117.
39