Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

TUBA KATAR

Disusun oleh:

Teguh Prihantara

102118171

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM

RSU BANGKATAN

BINJAI 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Referat yang berjudul “TUBA KATAR”.
Adapun penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kepaniteraan Ilmu Penyakit THT di RSU BANGKATAN Binjai tahun 2019.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut
serta membantu penyusunan referat ini yang tidak mungkin diselesaikan tepat waktu
jika tidak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.

Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam
referat ini, penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif bagi perbaikan referat ini. Terimakasih.

Binjai, juli 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 3

BAB II TINJUAN PUSTAKA ............................................................... 4

2.1 Tuba Katar........................................................................................... 4

2.1.1 Definisi ................................................................................. 4

2.1.2 Anatomi ................................................................................ 4

2.1.3 Fisiologis .............................................................................. 6

2.1.4 Etiologi ................................................................................. 8

2.1.5 Patofisiologi ......................................................................... 9

2.1.6 Manifestasi Klinis .............................................................. 10

2.1.7 Penatalaksanaan ................................................................. 12

2.1.8 Komplikasi ......................................................................... 14

BAB III KESIMPULAN ....................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

Tuba kataralis merupakan salah satu penyakit telinga bagian tengah yang
sering dijumpai kata “Catarrh” berasal dari bahasa yunani “katarrhein”. katar yang
berarti turun dan rhein berarti mengalir. Dan kalau diartikan dapat berarti lapisan
eksudat yang tebal yang tediri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh
pembengkakan dari membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu
infeksi. Ini merupakan gejala peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan batuk,
tetapi dapat pula ditemukan pada pasien dengan infeksi dari adenoid, infeksi telinga
tengah, sinusitis atau tonsilitis. Keluhan yang sering tampak pada tuba katar adalah
tersumbatnya hidung dan tuba yang menyebabkan penderitanya dapat mendengar
suaranya sendiri. 5

Tuba kataralis lebih sering menyerang anak-anak usia di bawah 7


tahun,dimana 70% anak berusia di bawah 7 tahun mengalami tuba kataralis.
Angkakejadian pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya tuba kataralis seperti infeksi, alergi, tumor dan
abnormalitas palatum. Dalam perjalanannya tuba kataralisakan memicu terjadinya
inflamasi yang lebih berat pada telinga seperti otitis mediaserosa dan otitis media
akut. Juga dapat menjadi penyebab ketulian pada anak. 6

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuba Katar

2.1.1 Definisi

Tuba katar merupakan tanda adanya gangguan pada tuba Eustachius. Kata
“Catarrh” berasal dari bahasa yunani “katarrhein”. Katar yang berarti turun dan rhein
berarti mengalir. Jika diartikan dapat berarti lapisan eksudat yang tebal yang tediri
dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh pembengkakan dari membran
mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu infeksi. Ini merupakan gejala
peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan batuk, tetapi dapat pula ditemukan
pada pasien dengan infeksi dari adenoid, infeksi telinga tengah, sinusitis atau
tonsilitis. Keluhan yang sering tampak pada tuba katar adalah tersumbatnya hidung
dan tuba yang menyebabkan penderitanya dapat mendengar suaranya sendiri. 3

2.1.2 Anatomi

Tuba Eustachius, yaitu sebuah bangunan yang berbentuk tabung yang


berjalan dari telinga tengah ke nasofaring. Tuba Eustachius telah dikenal sejak zaman
yunani kuno oleh Aristoteles, tetapi kemudian dinamapakai oleh Bartolomeus
Eustachius (1520-1574) sebagai ketua ahli ekonomi di Roma dan orang yang pertama
kali mendeskripsikan anatomi tuba Eustachius. Hal ini tidak dipublikasi sehingga 200
tahun kemudian setelah kematiannya, didapatkan satu buku yang berjudul “Epistola
de Audius Organis”
Fungsi tuba Eustachius adalah untuk proteksi, aerasi dan drainase telinga
tengah. Bila terjadi oklusi dapat menyebabkan peradangan pada telinga tengah (otitis
media). Tuba Eustachius juga disebut tuba otofaringeal kerana menghubungkan
telinga ke faring.

4
Sebelum mulai membahas tentang tuba katar lebih lanjut ada baiknya kita
mengetahui struktur dari tuba eustachius itu sendiri. Tuba Eustachius yaitu sebuah
bangunan yang berbentuk tabung yang berjalan dari telinga tengah ke nasofaring.

Tuba Eustachius

Gambar 1: Perbedaan tuba Eustachius anak dan dewasa


Sumber: http://www.ent-surgery.com.au/the-eustachian-tube/

Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada 2/3 kearah nasofaring dan 1/3
terdiri atas tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih
horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada
anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan
baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk kedalam telinga tengah atau pada saat
mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor veli
palatini apabila perbedaan tekanan berbeda antara 20-40 mmHg. 2

5
2.1.3 Fisiologis

Secara fisiologi tuba Eustachius melakukan tiga peranan penting yaitu:

1. Ventilasi dan mengatur tekanan telinga tengah.


Pada pendengaran yang normal, perlu sekali bahwa tekanan pada dua sisi
membran timpani harus sama. Tekanan positif atau negatif mempengaruhi
pendengaran. Dengan begitu tuba Eustachius harus terbuka secara periodik
untuk menyeimbangkan tekanan udara pada telinga tengah. Normalnya tuba
Eustachius tetap tertutup dan terbuka secara intermitten selama menelan,
mengunyah dan bersin. 1
2. Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan suara.
Secara abnormal, tekanan suara tinggi dari nasofaring dapat dialirkan ke
telinga tengah jika tubaterbuka, dengan demikian mengganggu pendengaran
yang normal. Biasanya tuba Eustachius tetap tetutup dan melindungi telinga
tengah melawan suara tersebut. Tuba Eustachius yang normal juga
melindungi telinga tengah dari reflux sekresi nasofaring. Reflux ini terjadi
dengan mudah jika diameter tuba lebar (patulous tube), pendek (seperti pada
bayi), atau membran timpani yang perforasi (menyebabkan infeksi telinga
tengah yang persisten pada kasus perforasi membran timpani). Tekanan tinggi
di dalam nasofaring juga dapat memaksa sekresi nasofaring ke dalam telinga
tengah , misalnya meniup hidung dengan kuat. 1
3. Pembersihan sekresi telinga tengah
Membran mukosa tuba Eustachius dan bagian anterior telinga tengah dilapisi
oleh sel ciliated columnar. Silia bergerak kearah nasofaring. Ini membantu
untuk membersihkan sekresi dan debris dalam telinga tengah ke arah
nasofaring. Fungsi pembersihan dipengaruhi oleh pembukaan dan penutupan
yang aktif dari tuba. 1

6
Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal:

1.Tuba Terbuka Abnormal


Adalah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga tengah
waktu respirasi. Dapat disebabkan oleh hilangnya jaringan lemak di sekitar mulut
tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat, penyakit kronis(rhinitis atrofi
dan faryngitis), gangguan fungsi otot seperti Myastenia Gravis, penggunaan obat anti-
hamil pada wanita dan penggunaan esterogen pada laki-laki.
Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga tengah atau
autofoni (gema suara sendiri terdengar lebih keras). Keluhan ini sangat mengganggu
sehingga pasien mengalami stress berat. Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat
membran timpani yang atrofi, tipis,dan bergerak pada respirasi( a telltale diagnostic sign)
Pengobatan cukup dengan obat penenang, dan bila tidak berhasil
digunakan pemasangan pipa ventilasi ( Grommet)

2. Myoklonus palatal
Ialah kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodic.Hal ini
menimbulkan bunyi klik dalam telinga pasien dan kadang-kadang dapat didengar oleh
pemeriksa. Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang pasti belum diketahui.

3. Palatoskisis
Terjadi gangguan otot tensor veli palatine dalam membuka tuba. Hal ini
menyebabkan terjadinya kelainan telinga tengah pada anak dengan palatoskisis lebih
besar dibandingkan dengan anak normal. Dianjurkan untuk melakukan koreksi
palatoskisis sedini mungkin.

7
4. Obstruksi tuba

Dapat terjadi oleh beberapa kondis, seperti peradangan di


nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal adalah
terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu, setiap
pasien dewasa dengan otitis media kronik unilateral harus dipikirkan adanya ca
nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga bisa disebabkan oleh tampon
posterior hidung (Bellocq tempon) atau oleh sikatriks akibat trauma operasi
(adenoidektomi).

2.1.4 Etiologi

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuba katar dapat


dijabarkan sebagai berikut:

a. Hipertrofi adenoid Pembesaran adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada


tuba Eustachiusyang akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan
dalam telinga tengah akibat tuba Eustachius yang tidak bekerja efisien karena
adanya sumbatan. 7
b. Tumor Nasofaring
Dalam penyebarannya, tumor dapat mendesak tuba Eustachius serta
mengganggu pergerakan otot Levator Palatini yang berfungsi membuka tuba,
sehingga fungsi tuba terganggu dan mengakibatkan gangguan pendengaran
berupa menurunnya pendengaran tipe konduksi yang bersifat reversible. 7
c. Peradangan
Sering menyerang pada balita, salah satu faktor penyebabnya adalah karena
saluran penghubung antara telinga tengah dengan atap tengkorak yang
berdekatan dengan lubang hidung bagian belakang (Eustachius) pada anak
balita, yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang belum
sempurna. Akibatnya saluran ini dengan mudah dapat tersumbat, misalnya
8
karena terjadinya infeksi baik pada hidung, sinus, adenoid maupun tonsil.
Dengan adanya cairan atau pembengkakan selaput lendir di dalam saluran
Eustachius yang tersumbat itu dapat berlanjut jadi peradangan. 7
d. Alergi
Alergi adalah satu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan
lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks
dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel
mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin,
kemokin merupakan komponen yang berperan dalam proses inflamasi. Gejala
klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator
tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran dan
pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang kompleks sehingga
menimbulkan edema pada jaringan yang mengalami inflamasi. 7
e. Barotrauma
Barotrauma adalah kerusakan dibagian dalam telinga yang disebabkan oleh
tidak samanya tekanan udara dikedua gendang pendengar. 7
2.1.5 Patofisiologi

Tuba eustachius berfungsi mengatur tekanan kavum timpani (ventilasi) agar


tekanan udara dalam telinga tengah sama dengan tekanan udara luar, mengalirkan
keluar sekret dari telinga tengah dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring
ketelinga tengah. 1

Obstruksi tuba eustachius yang disebabkan oleh kejadian-kejadian yang telah


disebutkan di atas akan menyebabkan terhalangnya udara masuk ke telinga tengah.
Sehingga udara yang ada di dalam kavum timpani tidak berhubungan lagi dengan
udara yang di dalam faring, udara yang ada dalam kavum timpani direabsorbsi
sehingga menyebabkan tekanan negatif yang akan menarik membrane timpani hingga
menyebabkan retraksi membran timpani.

9
Gambar 2: Oklusi tuba yang menyebabkan perbedaan tekanan udara

Sumber: https://documents.tips/documents/responsi-tuba-katar.html

Apabila penyakit ini tidak segera diobati, dapat berlanjut menjadi bentuk
kronis dari tuba kataralis, dimana akibat adanya vakum dalam kavum timpani akan
menyebabkan efusi dan transudasi dari mukosa dan ini biasanya terjadi pada
chronictotal obstruction.

Dimana hal itu akan berkembang menjadi suatu keadaan otitis media serosa
dan apabila terjadi infeksi bakteri ke telinga tengah akan menyebabkan otitis media
akut. 7

2.1.6 Manifestasi Klinis


A. Tuba kataralis akut, gejala :
 Telinga terasa tertekan, rasa penuh,
 Telinga berdengung.
 Bila menelan mengeluarkan ingus, atau menguap merasa sedikit sakit
dan sekonyong-konyong pendengaran jelas kembali, tetapi akhirnya
tertutup lagi.
 Pendengaran berkurang.
 Autofonie (mendengar suara sendiri pada telinga yang sakit
karena bertambahnya resonansi dari suara sendiri).

10
Pada otoskopi didapatkan :

 Membran timpani sedikit hiperemis, reflek cahaya berubah, jika sudah


lama dapat terjadi retraksi. 5
B. . Tuba kataralis kronis, gejala :
 Telinga rasa penuh, rasa tertekan.
 Tinnitus, autofonie
 Telinga berbunyi, ingusan, rasa pusing.
 Pendengaran berkurang.
 Bila ada tersendat terasa ada air didalam telinga

Pada otoskopi didapatkan:

 Membrana timpani tertarik ke dalam (retraksi), reflek cahaya


mengecil,tempatnya berubah atau hilang sama sekali. 5

Tuba kattarh kronik terbagi atas 3 stadium :


1. Tuba kattarh kronika simpleks (penyempitan eustachius yang menahun)
Tejadi karena oedem dari mukosa dan timbulnya jaringan submukus.1
2. Bentuk eksudatif
Tejadi pemyempitan tuba eustachius akan tetapi didalam kavum timpani
terdapat cairan, ini disebabkan adanya pembendungan uraturat darah sehingga cairan
masuk ke kavum timpani.1
Otoskopi :
 Membrana timpani kelihatan agak membiru atau lebih mengkilat dan
agak kekuning-kuningan.
 Dijumpai meniscus seperti garis hitam bila cairan tidak penuh atau
garis putih oleh karena cahaya.
 Permukaan cairan tetap horizontal, walaupun posisi kepala kita ubah.1

11
3. Bentuk hipertropi
Terjadi pembentukan jaringan didalam kavum timpani dan tuba eustachius
sehingga mengakibatkan perlengketan, pendengaran berkurang dan sukar untuk
sembuh kembali.1
Perlengketan dapat timbul antara gendang telinga dengan promontorium
antara tulang-tulang pendengaran dengan sekitarnya, hingga pergerakkan tulang-
tulang terganggu.1
Otoskopi :
Membrana timpani tipis (atropi), melekat pada promontorium, terdapat
penebalan timpani hingga warnanya kabur.1

2.1.7 Penatalaksanaan

Terdapat beberapa manuver (valsava dan Toynbee) yang dapat dilakukan


untuk memperbaiki fungsi tuba Eustachius. Hal yang sederhana dapat dengan
menelan, sehingga mengaktifkan otot-otot dibelakang tenggorokan yang membantu
membukanya tuba Eustachius. Mengunyah permen karet, minum atau makan
membantu penelanan. Menguap lebih baik karena mengaktifkan otot lebih kuat. 5

Pada bayi mereka tidak dapat menyamakan tekanan sendiri secara aktif
,berikan dia ASI karena dengan menelan, tuba Eustachius terbuka dan fungsi
menyamakan tekanan dapat terjadi. 1,5

Karena kebanyakan tuba kataralis disebabkan oleh infeksi dan inflamasi pada
saluran napas maka pengobatan ditujukan untuk menghentikan penyebabnya.
Pengobatan untuk rhinosinusitis virus pada orang dewasa didasarkan pada
vasokonstriktor.

Jika pasien memiliki masalah yang akut seperti rhinitis dan sinusitis. Sebuah
dekongestan topikal mungkin merupakan pengobatan yang paling efektif, tetapi ini

12
tidak boleh berlangsung lebih dari beberapa hari dan pasien harus diperingatkan agar
tidak membeli obat serupa untuk dipergunakan lebih lama. 5

Dalam kasus yang lebih kronis seperti alergi atau rhinitis vasomotor,
pengobatan oral adalah yang terbaik. Simpatomimetik (golongan senyawa obat yang
menstimulasi kerja saraf simpatetik), secara oral (pseudoefedrin atau phenylephrine)
mungkin sudah cukup, atau antihistamin saja sudah dapat membantu dalam rhinitis
alergi. Kombinasi produk sering efektif tetapi haruslah diingat tentang kontraindikasi.
Penyebab lain dapat ditangani dengan tindakan pembedahan seperti hipertrofiadenoid
atau fibroma nasofaring di operasi, polip hidung diekstrasi dan septum deviasi
dikoreksi. 4

PENANGANAN
1. Tuba kattarh akut
Ditujukan pada faktor penyebabnya :
Bila disebabkan oleh rhinitis akut diberi obat tetes hidung,
misalnya :
 Sol HCl ephedrine 2%
 Sol protagol 2%
S3 dd gtt IV
Atau diberi obat spesial lainnya misalnya iliadin nose drop, pritin nose drops
dan lain-lain, dapat juga diberi obat perusahaan os misalnya decolgen, neozep
dan lain-lain.
 Rhinitis alergika diberikan antihistamin
 Adenoiditis, nasofaringitis, sinusitis diberikan antibiotika.1

13
2. Tuba kattarh kronik
Dengan cara menghilangkan penyebab, misalnya :
1. Adenoid atau fibroma nasofaring di operasi
2. Polip diekstrasi
3. Septum deviasi dikoreksi
4. Rhinitis dan sinusitis diobati
Memasukkan udara melalui tuba, dengan cara :
1. Valsava manover
2. Pollitzer
3. Kateterisasi
Aspirasi gendang telinga
Parasentase
Ventilasi tuba

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan jarang terjadi bila penyakit cepat diketahui dan
diterapi dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila berlanjut
maka komplikasi yang terjadi dapat menyebabkan gangguan pendengaran berkurang
atau total. 5

14
BAB III

KESIMPULAN

 Tuba Eustachius menghubungkan rongga tengah telinga ke nasofaring


 Pada kondisi normal, tuba Eustachius tertutup Sumbatan tuba Eustachius
sebagian atau total dapat menimbulkan gejala telinga terasa penuh.
 Tuba katar merupakan tanda adanya gangguan pada tuba Eustachius.
 Keluhan yang sering tampak pada tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan
tuba yang menyebabkan penderitanya dapat mendengar suaranya sendiri.
 Gambaran otoskopi tuba katar akut didapatkan : Membran timpani sedikit
hiperemis, reflek cahaya berubah, jika sudah lama dapat terjadi retraksi.
Sedangkan pada tuba katar kronis, membrana timpani tertarik ke dalam
(retraksi), reflek cahaya mengecil,tempatnya berubah atau hilang sama sekali
 Penatalaksanaan Tuba katar:
1. beberapa manuver (valsava dan Toynbee) yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki fungsi tuba Eustachius
2. Jika pasien memiliki masalah yang akut seperti rhinitis dan sinusitis.
Sebuah dekongestan topikal mungkin merupakan pengobatan yang paling
efektif
3. Dalam kasus yang lebih kronis seperti alergi atau rhinitis vasomotor,
pengobatan oral adalah yang terbaik
 Komplikasi yang ditimbulkan jarang terjadi bila penyakit cepat diketahui dan
diterapi dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna.

15
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia, Jakarta : EGC

2. FKUI: Buku ajar THT; Gangguan fungsi tuba; Penerbit FKUI, edisi ke-enam;

tahun 2007

3. http://www.scribd.com/doc/126674582/Tuba-Katar

4. http://www.ent-surgery.com.au/the-eustachian-tube/

5. https://dokumen.tips/documents/responsi-tuba-katar.html

6. Alpen patel, MD ; Patologyous Eustachian Tube. e-medicine (serial online).

7. Ganong, William. Pendengaran dan keseimbangan. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. 22nded. Jakarta: EGC; 2008

16

Anda mungkin juga menyukai