Anda di halaman 1dari 12

Health Education yang perlu diberikan untuk klien post amputasi yaitu :

1. Memberikan dorongan kepada klien untuk melihat, merasakan, dan kemudian melakukan
perawatan pada sisa tungkai
2. Menjelaskan
mengenai

phantom

limb

pain

dan

membantu

pasien

menyesuaikan persepsi mereka sendiri. Pasien biasanya mengalami nyeri tungkai fantom
segerasetelah pembedahan atau 2 sampai 3 bulan setelah amputasi dan lama kelamaan
akanmenghilang.
3. Menganjurkan untuk

tetap

aktif

dan

mendemonstrasikan

teknik

distraksi

untukmengurangi phantom limb pain


4. Menjelaskan pentingnya latihan sisa tungkai dan menganjurkan untuk tidak dudukdalam
waktu yang lama. Pasca operasi, latihan rentang gerak dimulai sesegeramungkin karena
deformitas kontraktur terjadi cepat. Latihan rentang gerak meliputilatihan pinggul dan
lutut untuk amputasi bawah lutut dan latihan pinggul untukamputasi atas lutut. Penting
bahwa pasien harus memahami pentingnya latihan sisatungkai
5. Menjelaskan kepada keluarga mengenai pentingnya dukungan dari keluarga dansahabat
klien untuk meningkatkan penerimaan klien terhadap kehilangan
6. Mengajarkan cara berjalan yang normal. Sisa tungkai harus digerakkan ke depan danke
belakang saat pasien berjalan dengan tongkat. Untuk mencegah deformitas fleksi
permanen, sisa tungkai tidak boleh dibiarkan dalam posisi fleksi
POST AMPUTASI : (SINGKATNYA)
1. Pasca operasi, latihan rentang gerak dimulai sesegera mungkin karena deformitas
kontraktur terjadi cepat. Latihan rentang gerak meliputi latihan pinggul dan lutut untuk
amputasi bawah lutut dan latuhan pinggul untuk amputasi atas lutut. Pasien harus
memahami pentingnya latihan sisa tungkai.
2. Positioning
Kontraktur mudah untuk dicegah tetapi sulit untuk koreksi. Pasien amputasi
tidak boleh tidur pada kasur yang terlalu lembut, menggunakan bantal di bawah bagian be
lakang atau paha, atau kepala tempat tidur ditinggikan. Berdiri dengan sisaekstremitas
transfemoral

beristirahat

pada

tongkat

penopang

harus

dihindari.

Semua posisi ini dapat menyebabkan kontraktur fleksi hip. Pasien amputasi tidak bolehm
eletakkan bantal di antara kedua kaki, karena ini menyebabkan kontraktur hipabduction.

Pasien amputasi below knee tidak boleh meletakkan ekstremitas yangtersisa


menggantung di tepi ranjang, bantal ditempatkan di bawah lutut, atau denganlutut
tertekuk,

dan

tidak

boleh

duduk

di

kursi

roda

dengan

lutut

tertekuk,

karena posisi ini menyebabkan kontraktur fleksi genu. Pada pasien dengan amputasi di ba
wah lutut yang mempergunakan kursi roda maka puntung harus disandarkan pada sebuah
stump board saat pasien duduk.
3. Berjalan dengan kruk dengan atau tanpa prostetik berbagai gerak yang baik dan,
jikamemungkinkan, lebih dipilih dibandingkan dengan mobilitas menggunakan
kursiroda. Pasien amputasi harus berbaring telungkup selama 15 menit tiga kali
sehariuntuk membantu mencegah kontraktur fleksi hip.
4. Latihan luas gerak sendi dilakukan sedini mungkin pada sendi di bagian proksimalalat
gerak yang diamputasi. Latihan isometrik pada bagian otot quadriceps dapatdilakukan
untuk mencegah deformitas pada amputasi di bawah lutut. Latihan inidimulai saat drain
telah dilepas dalam 2-3 hari paska operasi. Tingkatkan latihanmejadi aktif secara
bertahap, dari latihan tanpa tekanan kemudian menjadi latihandengan tahanan pada
puntung. Pada awalnya puntung sangat sensitif dan pasiendidorong untuk berusaha
mengurangi

sensitifitasnya.

Hal

ini

juga

akan

membantu pasien untuk mulai mengatasi keterkejutan menghadapi kenyataan bahwa alat
geraknya sudah tidak ada.
5. Pegangan di atas tempat tidur dapat digunakan pasien untuk mengubah posisi
danmenguatkan bisep. Trisep yang sangat diperlukan untuk berjalan dengan
tongkat,dapat diperkuat dengan cara menekan telapak tangan pada tempat tidur
sementaramendorong tubuh ke atas (latihan push-up).
6. Latihan seperti hiperekstensi sisa tungkai, yang

dijalankan

di

bawah

pengawasanfisioterapis, juga membantu memperkuat otot selain meningkatkan peredaran


darah,mengurangi edema, dan mencegah atrofi.
7. Kekuatan dan ketahanan dikaji dan aktifitas ditingkatkan secara bertahap untuk
mencegah keletihan. Ketika pasien mengalami kemajuan sehingga ia mampu mandiri
menggunakan kursi roda, ambulasi dengan bantuan, atau ambulasi dengan prosthesis,
harus ditekankan pada anjuran keamanan. Rintangan lingkungan (misal. Tangga,lantai tak
rata,

pintu,

lantai

basah)

harus

diidentifikasi,

dan

diusahakan

metode

untukmenanganinya. Masalah yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu


mobilisasi(misal. Tekanan pada aksila akibat pemakaian tongkat, iritasi kulit tangan

akibat pemakaian kursi roda, iritasi sisa anggota tubuh akibat penggunaan prosthesis) diid
entifikasi dan ditangani.
PENATALAKSANAAN SISATUNGKAI PADAAMPUTASI :
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisatungkai
(puntung)

yang

tidak

nyeri

tekan

dengan

kulit

yang

sehat

untuk

penggunaan prostesis. Penyembuhan dipercepat dengan penanganan lembut terhadap sisa tungka
i, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak atau rigid danmenggunakan
teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.
Balutan rigid tertutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata,menyangga
jaringan lunak dan mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur. Segera setelah pembedahan
balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang ekstensi prostesissementara (pylon)
dan kaki buatan. Kaos kaki steri dipasang pada sisi anggota. Bantalan dipasang pada daerah peka
tekanan. Puntung kemudian dibalut dengan gips elastis yang ketika mengeras akan
mempertahankan tekanan yang merata. Teknik balutan rigid ini digunakan sebagai cara membuat
socket untuk pengukuran prostesis pasca operatif segera. Gips diganti dalam sekitar 10 sampai
14 hari. Bila ada peningkatan suhu tubuh, nyeri berat,atau gips yang mulai longgarh harus segera
diganti.
Balutan

lunak

dengan

atau

tanpa

kompresi

dapat

digunakan

bila

diperlukan

inspeksi berkala sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma
(luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
Amputasi

bertahap

bisa

dilakukan

bila

ada

gangren

atau

infeksi.

Pertama-tama

dilakukanamputasi guilotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka
debridemendan dibiarkan mengering. Sepsis ditangani dengan antibiotika. Dalam beberapa hari,
ketikainfeksi

telah

terkontrol

dan

pasien

telah

stabil

dengan penutupan kulit

KOMPLIKASI DARI AMPUTASI DAN TATALAKSANANYA :


1. Masalah kulit

dilakukan

amputasi

definitif

Perawatan kulit merupakan hal yang penting karena adanya beberapa lapisan
jaringan yang berdekatan di ujung akhir tulang seperti jaringan parut, termasuk kulit dan
lapisansubkutan, yang mudah melekat pada tulang. Sehingga perlu diperhatikan adanya
mobilisasi jaringan parut. Sebelum luka insisi sembuh sempurna, sebuah whirlpool sering
membantupada penyembuhan luka yang lambat atau pada luka yang sedang didraining.
Hidroterapi dapat dilakukan selama 20-30 menit satu atau dua kali sehari.
Setelah insisi sembuh, lunakkan kulit dengan sebuah krim yang larut air atau
preparatlanolin tiga kali sehari. Massage secara lembut pada jaringan lunak bagian distal
akanmembantu mempertahankan mobilitasnya di atas permukaan atau ujung tulang.
Tapping jaringan parut

dan bagian distal

jaringan lunak sebanyak 4 kali sehari

sering membantu untuk mendesensitasi area tersebut sebelum penggunaan prosthesis.


Tapping dilakukan dengan ujung jari, dimulai dengan sentuhan ringan dan kemudian
tekanan ditingkatkan sekitar 5 menit hingga timbul rasa tidak nyaman yang ringan.
Cara membersihkan kulit yang baik juga harus diajarkan, misalnya dengan
mempergunakan sabun yang bersifatringan, cuci kulit hingga berbusa lalu basuh dengan
air hangat. Kulit dikeringkan dengancara ditekan dengan lembut, tidak digosok.
Pembersihan ini dilakukan setiap hariterutama pada sore hari
2. Infeksi
Jika terjadi infeksi pada puntung, jika sifatnya terbuka, memerlukan terapi antibiotik. Jika
sifatnya tertutup, harus dilakukan insisi serta terapi antibiotik.c.
3. Masalah tulang
Osteoporosis.Bisa disebabkan karena penggunaan prostetik tidak memberikan

pembebanan pada sistem skeletal (by passing weight bearing).


Bone spurs (pertumbuhan tulang yang berlebihan yang dapat menimbulkantekanan
pada kulit).
Skoliosis
Timbul biasanya pada pasien dengan panjang kaki yang tidak sama. Diterapidengan
mengkoreksi panjang prosthesis.

4. Perubahan berat badan


Pasien dengan amputasi sering mengalami penurunan berat badan sebelum dan atau
setelah

menjalani

amputasi.

Karena

bentuk

socket

prostetik

tetap konstan

sementara alatgerak yang tersisa dapat berfluktuasi, maka perubahan bera badan 5 lb saja

dapat menyebabkan perubahan dari fitting yang tepat untuk sebuah prostetik dan akan
menyebabkan timbulnya masalah kulit.
5. Kontraktur sendi atau deformitas
Pada alat gerak bawah, adanya kontraktur panggul sangat mengganggu karena
membuat pasien kesulitan untuk mengekstensikan panggulnya dan mempertahankan pusa
tgravitasi di lokasi normalnya. Sementara itu jika pusat gravitasi mengalami
perubahan,maka akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk melakukan
ambulasi.
Adanya tendensi kontraktur fleksi lutut terdapat pada amputasi bawah lutut yang dapat
membatasi keberhasilan fitting sebuah prostetik. Deformitas ini dapat timbul karena
nyeri, kerja otot dan pasien yang duduk untuk jangka waktu lama dalam kursi roda. Hal
tersebut diatas dapat dicegah dengan cara:
Positioning
Di tempat tidur puntung diletakkan paralel terhadap alat gerak bawah yang
tidakdiamputasi tanpa bersandar pada bantal. Pasien berbaring selurus mungkin
untuk jangka waktu yang singkat selama satu hari dan mulai secara bertahap berbaring
telungkup saat drain telah diangkat bila kondisinya memungkinkan. Posisi ini mulamula dipertahankan selama 10 menit yang kemudian ditingkatkan menjadi 30 menit
selama 3 kali per hari. Jika pasien mempunyai masalah jantung dan pernafasan
atau jika posisi telungkup terasa tidak nyaman, pertahankan posisi telentang selama
mungkin. Pada pasien dengan amputasi di bawah lutut yang mempergunakan kursi
roda maka puntung harus disandarkan pada sebuah stump board saat pasien duduk.
Fleksi lututyang lama harus dihindari.

Posisi yang tidak boleh dilakukan pada pasien amputasi

Latihan
Latihan luas gerak sendi dilakukan sedini mungkin pada sendi di bagian proksimalalat
gerak yang diamputasi.Latihan isometrik pada bagian otot quadriceps dapat dilakukan
untuk mencegahdeformitas pada amputasi di bawah lutut. Latihan ini dimulai saat
drain telah dilepasdalam 2-3 hari paska operasi. Tingkatkan latihan mejadi aktif secara
bertahap, darilatihan tanpa tekanan kemudian menjadi latihan dengan tahanan pada
puntung. Pada awalnya puntung sangat sensitif dan pasien didorong untuk berusaha
mengurangisensitifitasnya. Hal ini juga akan membantu pasien untuk mulai
mengatasiketerkejutan menghadapi kenyataan bahwa alat geraknya sudah tidak ada.

6. Neuroma

Setiap syaraf yang terpotong akan membentuk distal neuroma bila menyembuh.
Pada beberapa kasus, nodular bundles dari akson ini di jaringan ikat akan menyebabkan
nyerisaat prostetik memberikan tekanan. Pada awalnya, nyeri dapat dihilangkan dengan
memodifikasi socket. Neuroma dapat pula diinjeksi secara lokal dengan 50 mg
lidocainehydrochloride (xylocaine) dan 40 mg triamcinolone actonide (Kenalog). Injeksi
ini dapatdikombinasikan dengan terapi ultrasound. Phenolisasi neuroma dapat
menghilangkannyeri untuk jangka waktu yang lama. Desensitasi neuroma dapat
dilakukan juga denganmelakuka tapping dan vibrasi. Eksisi dengan phenolisasi dan
silicone capping telah disarankan untuk beberapa kasus
7. Phantom sensation
Normal terjadi setelah amputasi alat gerak. Didefinisikan sebagai suatu sensasi yangtimb
ul tentang keberadaan bagian yang diamputasi. Pasien mengalami sensasi sepertidari alat
gerak yang intak, yang saat ini telah hilang. Kondisi ini dapat disertai dengan perasaan
tingling atau rasa baal yang tidak menyenangkan. Phantom sensation dapat juga terasa
sangat

nyata

sehingga

pasien

untuk berjalan dengan kaki yang telah diamputasi.


Dengan berlalunya waktu, phantom sensation cenderung

dapat
menghilang

mencoba
tetapi

juga

terkadang akan menetap untuk beberapa dekade. Biasanya sensasi terakhir yang hilang
adalah yang berasal dari jari, jari telunjukatau ibu jari, yang terasa seolah-olah masih
menempel pada puntung. Sejumlah teori telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini.
Salah satunya adalahteori yang menyatakan bahwa karena alat gerak merupakan bagian
integral dari tubuh,maka akan secara berkelanjutan memberikan sensory cortex rasa
taktil, propriosepsi,dan terkadang stimuli nyeri yang diingat sebagian besar di bawah
sadar sebagai bagian dari body image. Setelah amputasi, persepsi yang diingat tersebut
akan menimbulkan phantom sensation

8. Phantom pain
Dapat timbul lebih lambat dibandingkan dengan phantom sensation. Sebagian besar
phantom pain

bersifat temporer dan akan berkurang intensitasnya secara bertahap serta

menghilang dalam beberapa minggu hingga kurang lebih satu tahun. Bagaimanapun
jugas e jumlah ketidakmampuan dapat timbul menyertai rasa nyeri pada beberapa pasien
amputasi. Rasa nyeri yang timbul merupakan akibat memori bagian yang diamputasi
dalam korteksdan impuls syaraf yang tetap menyebar karena hilangnya pengaruh inhibisi
yang secara normal diinisiasi melalui impuls afferent dari alat gerak ke pusat. Sering
dihubungkan dengan gangguan emosional, tetapi sulit menentukan apakan gangguan
emosionalmendahului atau merupakan akibat darinya. Phantom pain dapat dipresipitasi
atau ditingkatkan oleh setiap kontak, tidak perludengan rasa nyeri saja, tetapi dapat juga
dalam bentuk kontak dengan puntung atau dengan suatu trigger area pada batang
tubuh, kontak dengan alat gerak kontralateral, atau kepala. Selain itu juga dapat dipicu
oleh suatu fungsi otonomik seperti miksi,defekasi, ejakulasi, angina pectoris, atau
merokok sigaret. Phantom pain secara bervariasi digambarkan sebagai nyeri yang
berbentuk seperti cramping, electric shock like discomfort, crushing, burning, atau
shooting

dan

dapat bersifat intermitten, berkelanjutan, hilang timbul dalam suatu siklus yang berduasi
beberapa menit.
Sering pula digambarkan sebagai rasa nyeri seperti diputar atau distorsidari bagian tubuh,
contohnya seperti menggenggam tangan dengan kuku menekan kedalam telapak tangan.
Phantom pain
berat yang menetap dapat dikurangi dengan terapi non invasif. Pasien
sebaiknya diberikan analgesik yang adekuat preoperatif dan didorong untuk
merawat puntungnya paska operasi untuk mengurangi sensitivitasnya. Sejumlah modalita
s dancara telah dicoba untuk mengurangi nyerinya seperti penggunaan prostetik, injeksi
lokal pada trigger points, penggunaan transcutaneous nerve stimulation (TNS),
interferential, akupunktur, ultrasound, perkusi secara manual ataupun elektris, operasi
dan penggunaan bahan kimia untuk simpatektomi, modifikasi tingkah laku serta
konseling psikososial.

9. Edema
Edema pada puntung akan menyebabkan proses penyembuhan yang lambat dan akan
membuat fitting prostetik menjadi sulit. Edema dapat dicegah dengan berbagai macam
cara seperti mempergunakan total-contact sockets, terutama jika sifatnya inelastik,dengan

penggunaan elastic bandaging, plaster cast, air bags atau Unna dressing (dibuatseperti
cast dengan mempergunakan impregnated gauzed yang tersedia secarakomersial) atau
dapat

pula

dengan

cara

immediate

fit

rigid

dressing.

Latihan

pada

daerah puntung, penggunaan stump board serta peninggian ujung tempat tidur hingga
bersudutkurang lebih 300 juga akan membantu mengontrol edema. Dibawah ini beberapa
carauntuk mengontrol edema pada puntung :
a. Bandaging
Merupakan suatu cara yang kontroversial terutama pada pasien dengan penyakit
vaskuler, karena bandaging yang buruk akan menyebabkankerusakan pada puntung.
Elastic bandages selain membantu mengontrol edema tetapi juga akanmengecilkan
dan membentuk alat gerak yang tersisa untuk prosthetic casting. Sebuah balutan
selebar

inchi

biasanya

dipergunakan

untuk

puntung

di bawah lutut. Untuk mempertahankan bandage, sebuah balutan berbentuk angka


delapan biasanya membalut sendi proksimal yang terdekat dengan puntung. Balutan
dimulai dari proksimal (langkah 1) lalu dibawa ke ujung distal punting (langkah 2).
Balutan lalu dibawa lagi ke proksimal (langkah 3) dan dibalutkan membungkus sisa
ujung distal (langkah 4). Tekanan yang diberikan sebaiknya sama rata dan menurun
ke arah lipat paha. Putaran harus dilakukan secara diagonal, hindari putaran sirkuler
untuk menghindari efek tourniquet yang dapat menimbulkan edema di bagian distal.
Puntung sebaiknya dibalut ulang sedikitnya tiga kali sehari (paling baik setiap 3-4
jam sekali) dan pada kondisi bandage melonggar, menggeser atau menggulung.
Bandage harus dipergunakan sepanjang hari tetapi dilepaskan jikamempergunakan
sebuah

prosthesis.

Pemakaiannya

kurang

lebih

satu

tahun

asien beserta keluarganya harus diajarkan cara mempergunakannya secara

dan

mandiri.

Pemeriksaan kulit secara teratur harus dilakukan demikian pula dengan pencucian
kaus kaki dan bandage. Jika lutut dalam resiko terjadinya flexion contracture, sebuah
posterior plastermid-thigh length splint dapat dipergunakan. Pembalutan yang lebih
kerassecara progresif dilakukan jika luka sudah sembuh, walaupun masih sutura beu
m diangkat. Penggunaan material pembalut diatas luka harus dihentikan secepat
mungkin bila pembentukan puntung yang baik telah dicapai.

b. Massage puntung
Centripetal massage

membantu mengurangi edema, memperbaiki sirkulasi

danmencegah adhesi serta mengurangi ketakutan pasien untuk melatih puntungnya.


10. Komplikasi Respirasi dan Sirkulasi
Latihan pernafasan dan kaki (brisk foot exercise) untuk bagian yang tidak diamputasi
dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi pada fungsi respirasi dan sirkulasinya.
Diberikan pada hari-hari pertama paska operasi dan dilanjutkansampai tidak terdapat
dahak dan pasien dapat berambulasi.

HE UNTUK KLIEN POST AMPUTASI :

Memberikan dorongan kepada klien untuk melihat, merasakan, dan kemudian


melakukan perawatan pada sisa tungkai

Menjelaskan pentingnya latihan sisa tungkai dan menganjurkan untuk duduk


dalamwaktu yang lama Pasca operasi, latihan rentang gerak dimulai sesegera mungkin
karenadeformitas kontraktur terjadi cepat. Latihan rentang gerak meliputi latihan
pinggul danlutut untuk amputasi bawah lutut dan latihan pinggul untuk amputasi atas
lutut. Penting bahwa pasien harus memahami pentingnya latihan sisa tungkai.

Duduk dalam waktu yanglama jangan dianjurkan. (Brunner & Suddarth, 2001)
Menjelaskan kepada keluarga mengenai pentingnya dukungan dari keluarga dan

sahabatklien untuk meningkatkan penerimaan klien terhadap kehilangan


Menjelaskan bahwa sisa tungkai tidak boleh diletakkan di atas bantal karena
dapatmenyebabkan kontraktur fleksi pinggul. Kontraktur sendi di atas amputasi

Karena

merupakankomplikasi yang sering terjadi


Menjelaskan pentingnya melakukan latihan postural
pasien

amputasi

ekstremitas

atas

memerlukan

kedua

bahu

untuk

mengoperasikan prosthesis, maka kedua otot bahu harus dilatih. Pasien dengan amputasi atas sik
u ataudisartikulasi

sendi

bahu

kemungkinan

besar

mengalami

abnormalitas

postural

yangdiakibatkan oleh kehilangan berat ekstremitas yang diamputasi. Maka latihan posturalsangat
penting. (Brunner & Suddarth, 2001)
Menjelaskan pentingnya melakukan latihan perubahan posisi (misal berdiri setelah
dudukatau berdiri dengan satu kaki.Amputasi mengakibatkan pergeseran titik gravitasi;
sehingga pasien perlu melakukanlatihan perubahan posisi (misal berdiri setelah duduk
atau berdiri dengan satu kaki).Pasien harus memakai sepatu yang berukuran pas dan
dengan alas yang tidak licin.Selama perubahan posisi, pasien harus dilindungi dan kalau
perlu distabilkan dengansabuk pemindah untuk mencegah agar tidak jatuh
Menganjurkan pasien dengan amputasi ekstremitas atas sebaiknya mengenakan Tshirtkatun untuk mencegah kontak antara kulit dan penggantung bahu dan
memperbaiki penyerapan keringat.
Menganjurkan untuk selalu menggunakan teknik aseptic pada saat bersentuhan
denganluka karena infreksi merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada
amputasi.Pasien yang telah menjalani amputasi sering memiliki peredaran darah yang
buruk, lukanya terkontaminasi, atau menderita masalah kesehatan lain yang dapat
mempengaruhi terjadinya infeksi.

Menganjurkan untuk selalu menjaga hygiene kulit. Kerusakan kulit dapat terjadi akibat
imobilisasi dan tekanan dari berbagai sumber.Higiene kulit yang cermat sangat penting
untuk mencegah iritasi, infeksi, dan kerusakankulit. Sisa anggota dicuci dan dikeringkan
(dengan lembut) paling tidak dua kali sehari.Kulit diinspeksi adanya tanda-tanda daerah
tekanan, dermatitis, dan lepuh; bila ada, harusditangani sebelum kerusakan kulit lebih
lanjut terjadi. Biasanya, kaus kaki sisa tungkaidikenakan untuk menyerap keringat dan
menghindari kontak langsung antara kulit dansoket prosthesis. Kaus kaki diganti setiap
hari dan harus pas dengan lembut untukmencegah iritasi yang diakibatkan oleh lipatan.
Socket prosthesis dicuci dengan deterjenringan, dibilas, dan dikeringkan benar dengan
kain kering bersih. Pasien dinasehati bahwakaus kaki harus benar-benar kering sebelum
pemasangan prosthesis.
Penyuluhan vokasional dan pelatihan kembali pekerjaan mungkin diperlukan
untukmembantu pasien kembali ke pekerjaannya.
Perawatan di rumah. Bila pasien telah mencapai homeostasis fisiologis dan telah
menunjukkan pencapaiansasaran perawatan kesehatan utama, maka rehabilitasi dapat
dilanjutkan dalam fasilitas rehabilitasi ataupun di rumah. Penyesuaian harus dilakukan
untuk meyakinkan bahwa pasien akan tetap melanjutkan perawatan, keamanan, dan
mobilitasnya.

Anda mungkin juga menyukai