Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Kelompok tani memang sangat diperlukan di kalangan masyarakat untuk
lebih memudahkan mengembangkan peternakan yang sedang dirintisnya dengan
melancarkan bantuan dari pemerintah. upaya pengembangan kemampuan dari
anggota kelompok tani peternakan dalam pemenuhan akan kebutuhan daging pada
masyarakat baik berupa ternak yang bersekala besar seperti sapi, kerbau, kambing
atau juga unggas, antara lain ayam, bebek, dan itik.
Beberapa kebutuhan ini menjadi prospek yang sangat baik, bagi
pengembangan ternak dengan sistem kelompok tani. dalam sistem berkelompok
tani dalam ternak, tiap tiap anggota diarahkan ikut serta untuk berperan dalam
pengembangan kelompok dan menjalankan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan
secara berkelompok. peran kelompok tani memang lebih di pacu lagi bagaimana
upaya memajukan kelompok usaha ternaknya. kelompok tani ternaksesungguhnya
sama saja dengan kelompok tani yang lain, misalnya kelompok tani pangan atau
kelompok tani bidang hortikultura.
Kelompok tani peternakan merupakan sekumpulan anggota yang
mempunyai keinginan dan tujuan kepentingan bersama yang bergabung dalam
sebuah wadah kelompok tani bidang peternakan, namun menjadikan kelompok
sebagai sarana pengembangan diri dalam berorganisasi dan pengembangan
peternakan.

Kelompok tani ternak bukan hanya sekumpulan anggota yang memiliki


keinginan dan kepentingan bersama yang tergabung dalam sebuah wadah
kelompok tani akan tetapi juga sebagai sarana untuk pengembangan diri dalam
berorganisasi dan pengembangan ternaknya. Kelompok menjadi wadah kelas
belajar mengajar yang didalamnya setiap anggota memperoleh pengetahuan
sehubungan dengan bidang usaha yang ditekuni dan sumber pembelajarannya
dapat berasal dari sesama anggot, kelompok lain, lembaga swasta maupun
pemerintah.Anggota dapat menarik manfaat yang lebih baik dengan berkelompok
daripada ketika tidak berkelompok.

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 TINJAUAN UMUM SAPI POTONG
Bibit ternak, dari segi usaha peternakan sapi potong mempunyai arti
penting dalam mendukung keberhasilan usaha. Sedangkan dari segi pemeliharaan
sendiri, tujuan ternak sapi potong di kenal dua alternatif, usaha pemeliharaan sapi
potong bibit bertujuan pengembangbiakan sapi potong. Keuntungan yang
diharapkan adalah hasil keturunannya dan usaha pemeliharaan sapi potong
bakalan

bertujuan

memelihara

sapi

potong

dewasa,

untuk

selanjutnya

digemukkan. Keuntungan yang diharapkan adalah hasil penggemukan. Pemilihan


sapi potong bibit dan bakalan yang akan di pelihara, akan tergantung pada selera
petani ternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Namun secara umum yang
menjadi pilihan petani peternak, adalah sapi potong yang pada umumnya
dipelihara di daerah atau lokasi peternakan, dan yang paling mudah
pemasarannya.(Murtidjo,1990)
Di Indonesia, usaha ternak sapi potong pada awalnya hanya dilakukan
oleh peternak di beberapa daerah tertentu saja di Jawa seperti Bondowoso,
Magetan, Wonogir dan Jember. Sekarang telah menyebar ke beberapa daerah
diluar jawa juga. Perkembangan usaha sapi potong dalam bentuk penggemukan
sapi (Feedloot) didorong oleh permintaan daging yang terus menerus meningkat
dari tahun ke tahun. Bentuk usaha ternak sapi potong ini bisa dilakukan secara
perorangan maupun dalam bentuk perusahaan dalam skala besar, namun ada juga
yang mengusahakan penggemukan sapi ini secara berkelompok (Siregar, 2008).

Salah satu daerah yang menjadi potensi utama menjadi pusat usaha ternak
sapi dalam pengembangan sapi local adalah Pulau Madura. Pulau ini mampu
menyediakan bibit sapi yang baik untuk dijadikan sapi potong. Akan tetapi sampai
saat ini pengembangan dan pembinaan usaha ternak sapi Madura belum
dilaksanakan secara optimal bila dibandingkan dengan sapi Bali. Jika dikelola
dengan baik maka kualitas sapi Madura tidak kalah dengan jenis sapi local lainnya
( Masturi dan Asmaki, 2009).

II.2 BENTUK DAN KEGIATAN KELOMPOK TANI


Menurut Lipsey (1991), sebagai suatu unit usaha, kelompok tani
diharapkan dapat menjalankan proses-proses dalam kegiatan ekonomi seperti
kegiatan

produksi,

kegiatan

konsumsi

dan

kegiatan

distribusi.

Lipsey

menguraikan ketiga kegiatan ekonomi tersebut sebagai berikut:


1.Kegiatan produksi
Kegiatan produksi ialah kemampuan setiap masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya selalu dibatasi oleh sumber-sumber ekonomi yang menjadi penentu
realisasi dari pemenuhan kebutuhan ekonomi yang disebut juga sebagai faktorfaktor produksi, dengan jumlah yang terbatas. Ini berupa sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber daya kapital, atau barang-barang modal, serta
kewirausahaan(entrepreneurship).
2. Kegiatan konsumsi
Kebutuhan konsumsi ialah kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan. Barang dan jasa tersebut dihasilkan oleh proses produksi

(yang disebut juga komoditas). Kegiatan konsumsi dan produksi menghasilkan


gaya tarik menarik yang akhirnya membentuk mekanisme harga, dimana harga
terbentuk berdasarkan gaya tarik konsumen yang menguat atau menurun. Gaya
tarik yang menguat, artinya konsumen membutuhkan komoditas dalam jumlah
yang lebih menyebabkan naiknya harga, dan sebaliknya, melemahnya gaya tarik
konsumen, dalam arti turunnya permintaan konsumen akan menyebabkan
penurunan harga. Penggunanaan barang-barang modal dalam proses produksi
akan menaikkan produktivitas, dan semakin banyak barang-barang modal yang
dipergunakan, maka semakin tinggi produktivitas dari kegiatan produksi. Barangbarang modal di dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tidak
mengkonsumsikan seluruh pendapatan yang diperolehnya untuk kegiatan
konsumtif, melainkan dialokasikan bagi penambahan stok barang-barang modal.
Inilah yang merupakan peran kegiatan konsumsi dari kelompok tani, dimana
kegiatan ini mampu meningkatkan alokasi pendapatan kearah akumulasi barangbarang modal. Bukan hanya pendapatan dalam wujud finansial, tetapi juga faktorfaktor produktif yang didapat dari berputarnya roda organisasi, seperti halnya
fasilitas yang didapat dari berbagai pihak.
3. Kegiatan distribusi
Kegiatan distribusi ialah suatu mekanisme yang menentukan gaya tarik
menarik antara kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi. Kegiatan ini
mengarahkan agar komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan produksi secara wajar
dapat dinikmati oleh kegiatan konsumsi sesuai dengan pendapatan. Jadi kegiatan
distribusi secara makro erat kaitannya dengan mekanisme harga. Peran kegiatan

distribusi dalam hal ini dapat disimpulkan sebagai peran dalam memperlancar
sampainya berbagai komoditas hasil kegiatan produksi, dengan menguasai serbaserbi pasar sebagai tempat bertemunya kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi.
Sebagai suatu unit usaha, kelompok tani diharapkan dapat menjalankan prosesproses dalam kegiatan ekonomi seperti kegiatan produksi, kegiatan konsumsi dan
kegiatan distribusi.

II.3 FUNGSI KELOMPOK TANI


Kelompok tani mempunyai fungsi sebagai wadah proses pembelajaran,
wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi,
unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang (Israel, Arturo. 1990).
a.Kelas belajar:
Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan
berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya
meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
b.Wahana kerjasama:
Kelompoktani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara
sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak
lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha lainnya akan lebih efisien serta lebih
mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.
c.Unit produksi:

Usaha tani yang dilakukan oleh masing-masing anggota kelompoktani,


secara keseluruhan harus dipandang sebagai suatu kesatuan usaha yang dapat
dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas,
kualitas maupun kontinuitas.
Adapun

tujuan

dibentuknya

kelompok

tani

adalah

untuk

lebih

meningkatkan dan mengembangkan kemampuan petani dan keluarganya sebagai


subjek pembangunan pertanian melalui pendekatan kelompok agar lebih berperan
dalam pembangunan. Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani
yang berfungsi sebagai media penyuluhan yang diharapkan lebih terarah dalam
perubahan aktivitas usahatani yang lebih baik lagi. Aktivitas usahatani yang lebih
baik dapat dilihat dari adanya peningkatan-peningkatan dalam produktivitas
usahatani yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani sehingga
akan mendukung terciptanya kesejahteraan yang lebih baik bagi petani dan
keluarganya (BPLPP, 1990).

III.4 STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS KELOMPOK TANI


Peningkatan kualitas Kelompok merupakan indikasi bahwa keberfungsian
kelompok

telah

mampu

memfasilitasi

anggotanya

dalam

meningkatkan

produktivitas usaha dan kesejahteraannya. Kelas kemampuan kelompok adalah


indicator bukan tujuan, untuk itu strategi peningkatan kelas kelompok haruslah
strategi yang mampu mengantarkan petani memiliki keberdayaan untuk mencapai
kehidupan yang lebih sejahtera (Dudung Abdil Adjid, 2001).
Strategi yang diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas kelompok
tani adalah :

1. Peningkatan Kinerja Penyuluhan Pertanian yang dilakukan melalui :


- Peningkatan Kompetensi Penyuluh melalui pelatihan.
- Perbaikan internal organisasi yang menyangkut Pemberian motivasi
terhadap penyuluh baik menyangkut karier, penghargaan, termasuk
melakukan supervisi dan monitoring
- Fasilitasi pembiayaan yang memadai untuk operasional penyuluhan
2. Peningkatan Pembinaan Kelompok melalui progam pemberdayaan yaitu :
- Pengembangan SDM : Pengembangan SDM diawali dengan upaya
peningkatan kesadaran, hal ini berkaitan dengan aspek psikologis dan
budaya. Petani harus diyakinkan bahwa mereka memiliki kesempatan dan
kemungkinan yang tinggi untuk memiliki pendapatan, dan atau
meningkatkan pendapatan dengan mempelajari aspek sumberdaya yang
dimiliki, aspek permodalan, pasar dan teknologi, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraannya yang menyangkut aspek ekonomi, rohani,
kesehatan, pendidikin hukum dan lain-lain.
Pengembangan SDM ini akan menghasilkan kelompok yang memiliki
kemampuan untuk merencanakan usahanya sesuai dengan potensi
sumberdaya yang dimilikinya, mampu memecahkan masalah dan
-

mengetahui teknologi yang dibutuhkannya.


Pengembangan modal : Pengembangan permodalan dimulai dari
kesadaran kelompok untuk memiliki dana bersama yang dikumpulkan
dalam kelompok. Keberlanjutan penggalangan dana ini akan menghasilkan
akumulasi dana yang memerlukan satu wadah lembaga keuangan mikro
yang dikelola secara kelompok yang akan menumbuhkan system ekonomi
rakyat yang mampu memfasilitasi aspek permodalan anggotanya. Untuk
memenuhi kekurangan dana sudah barang tentu kelompok akan bekerja

sama dengan lembaga lain (KUD misalnya) yang bersedia memberikan


-

modal dengan biaya yang rendah.


Pengembangan usaha : diawali dengan memanfaatkan kelimpahan SDA
yang ada di wilayahnya. Selanjutnya petani diarahkan untuk berinisiatif
memanfaatkan sumberdaya lokal dengan memanfaatkan teknologi yang

ada.
Pengembangan Kelembagaan Usaha : di tahap awal keberadaan usaha
masing-masing

anggota

dianggab

sebagai

unit

produksi

secara

keseluruhan, selanjutnya untuk efisiensi usaha secara perlahan anggota


kelompok satu dengan lainnya memulai usaha bersama secara kecilkecilan seperti pemasaran bersama, pengadaan sara produksi bersama.
Pada gilirannya usaha kecil tersebut akan berkembang menjadi usaha
menengah bahkan usaha besar yang memiliki badan hukum yang formal.
Keberdayaan petani harus dilihat sebagai usaha untuk meningkatkan
kemampuan internal petani,sekaligus juga membuka akses dan kesempatan yang
lebih baik untuk mendapatkan dukungan sumber daya produktif, maupun untuk
mengembangkan usaha yang lebih mensejahterakan (Eko Legowo, 2006).
Menurut Hermanto dan Swastika, Dewa K.S, 2011 ada 3 langkah
operasional dalam menerapkan strategi penguatan kelompok yaitu 1) mendorong
dan

membimbing

petani

agar mampu bekerjasama di

secara berkelompok 2) menumbuhkembangkan kelompok tani

bidang ekonomi
melalui

peningkatan fasilitasi dan akses permodalan, peningkatan posisi tawar (bargaining


position)

peningkatan

fasilitasi dan pembinaan kepada organisasi

kelompok, serta peningkatan efisiensi usahatani. 3) meningkatkan kapasitas SDM

petani melalui berbagai kegiatan pendampingan, dan latihan yang dirancang


secara khusus bagi pengurus dan anggotanya.

II.5 ATURAN-ATURAN YANG DITERAPKAN DALAM KELOMPOK


TANI
Berdasarkan

Peraturan

Kepala

Badan

Penyuluhan

dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Nomor : 168/Per/Sm.170/J/11/11


Tanggal 18 Nopember 2011, tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian kemampuan
Kelompok Tani menjelaskan bahwa kemampuan kelompoktani diarahkan untuk
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Kemampuan merencanakan, meliputi kegiatan:
a. Kelas Belajar
1) Merencanakan kebutuhan belajar;
2) Merencanakan pertemuan/musyawarah.

b. Wahana Kerjasama
1) Merencanakan pemanfaatan sumberdaya (pelaksanaan rekomendasi
teknologi);
2) Merencanakan kegiatan pelestarian lingkungan.
c. Unit Produksi
1) Merencanakan definitif kelompok (RDK), Rencana Definitif Kebutuhan
Kelompok (RDKK) dan rencana kegiatan kelompok lainnya;

2) Merencanakan kegiatan usaha (usahatani berdasarkan analisa usaha,


peningkatan usaha kelompok, produk sesuai permintaan pasar,
pengolahan dan pemasaran hasil, penyediaan jasa).
2. Kemampuan mengorganisasikan, meliputi kegiatan:
a. Kelas Belajar
1) Menumbuhkembangkan kedisiplinan kelompok;
2) Menumbuhkembangkan kemauan/motivasi belajar anggota.
b. Wahana Kerjasama
Mengembangkan aturan organisasi kelompok.
c. Unit Produksi
Mengorganisasikan pembagian tugas anggota dan pengurus
kelompoktani.
3. Kemampuan melaksanakan, meliputi kegiatan:
a. Kelas belajar
1) Melaksanakan proses pembelajaran secara kondusif;
2) Melaksanakan pertemuan dengan tertib.
b. Wahana Kerjasama
1) Melaksanakan kerjasama penyediaan jasa pertanian;
2) Melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan;
3) Melaksanakan pembagian tugas;
4) Menerapkan kedisiplinan kelompok secara taat azas;
5) Melaksanakan dan mentaati kesepakatan anggota;
6) Melaksanakan dan mentaati peraturan/perundangan yang berlaku;

7) Melaksanakan pengadministrasian/pencatatan kegiatan kelompok.


c. Unit Produksi
1) Melaksanakan pemanfaatan sumberdaya secara optimal;
2) Melaksanakan RDK dan RDKK;
3) Melaksanakan kegiatan usahatani bersama;
4) Melaksanakan penerapan teknologi;
5) Melaksanakan pemupukan dan penguatan modal usahatani;
6) Melaksanakan pengembangan fasilitas dan sarana kerja;
7) Melaksanakan dan mempertahankan kesinambungan produktivitas.
4. Kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan, meliputi kegiatan:
a.
b.
c.
d.

Mengevaluasi kegiatan perencanaan;


Mengevaluasi kinerja organisasi/kelembagaan;
Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan kelompoktani;
Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan.

5. Kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompoktani, meliputi kegiatan:


a. Kelas Belajar
1) Mengembangkan keterampilan dan keahlian anggota dan pengurus
kelompoktani;
2) Mengembangkan kader-kader pemimpin;
3) Meningkatkan kemampuan anggota untuk melaksanakan hak dan
kewajiban.
b. Wahana Kerjasama
1) Meningkatkan hubungan kerjasama dalam pengembangan organisasi;
2) Meningkatkan hubungan kerjasama dalam pengembangan usahatani.
c. Unit Produksi

1) Mengembangkan usaha kelompok;


2) Meningkatkan hubungan kerjasama dengan mitra usaha.
Total nilai pembobotan adalah 1.000, dari jumlah bobot tersebut
berdasarkan tingkat kemampuan, kelompok dibagi dalam 4 kelas :
1. Kelas PEMULA nilai s.d. 250,
2. Kelas LANJUT nilai 251 s.d. 500,
3. Kelas MADYA nilai 501 s.d. 750 dan 4).Kelas UTAMA nilai 751 s.d. 1.000.
Dengan

Peraturan

Peraturan

Kepala

Badan

Penyuluhan

dan

pengembangan SDM Pertanian No. 168 tahun 2011 mengemukakan penilaian


kemampuan kelompok dirumuskan dan disusun dengan pendekatan aspek
manajemen dan aspek kepemimpinan yang meliputi :
1.
2.
3.
4.

Perencanaan (bobot 200),


Pengorganisasian (bobot 100),
Pelaksanaan (bobot 400).
Pengendalian dan Pelaporan (bobot 150),
5. Pengembangan kepemimpinan kelompok tani (bobot 150) . Disebut dengan
Panca Kemampuan Kelompoktani (PAKEM POKTAN) berdasarkan fungsifungsi Kelompoktani sebagai Kelas belajar, wahana kerjasama dan unit
produksi.

DAFTAR PUSTAKA

______, 2008, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara


Nomor: Per/02/Menpan/2/2008 Tanggal 18 Februari 2008, Tentang
Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Dan Angka Kreditnya
______,

2007,

Peraturan

Menteri

Pertanian,

273/Kpts/Ot.160/4/2007 Tanggal 13 April 2007

Nomor

Tentang Pedoman

Pembinaan Kelembagaan Petani

______, 2011, Peraturan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan


SDM Pertanian, Nomor 168/Per/SM.170/J/11/11 Tanggal 18 November

2011 tentang Petunnjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok


Tani.
Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluh Pertanian. 1990. Gema Penyuluhan Pertanian
no. 34 Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.

______,

Strategi

Penyelenggaraan

Penyuluhan

Pertanian,

IPB,

Bogor.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52425/BAB
%20VII%20Strategi%20Penyelenggaraan%20Penyuluh
%20Pertanian.pdf?sequence=9)

Adjid, Dudung Abdul, 2001, Membangun Pertanian Modern, Yayasan


Pengembangan Sinar Tani, Jakarta.
Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi Revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, 1992, Teknik Bina


Dinamika Kelompok Tani, Materi Latihan Bagi Pelatih, Jakarta
Hermanto dan Swastika, Dewa K.S, 2011, Penguatan Kelompok Tani : Langkah
Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani, Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan

Pertanian,

Bogor

(http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART9-4e.pdf)
Legowo, Eko, 2006, Kepedulian Dhamma Terhadap Revitalisasi Pertanian, dalam
Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta.

Pemerintah Kabupaten Kampar, 2011, Standar Operasional dan Prosedur Program


Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kampar (PEMK).
Syahyuti, 2012, Kelemahan Konsep dan Pendekatan dalam Pengembangan
Organisasi Petani; Analisis Kritis terhadap Permentan 237 Tahun 2007,
diterbitkan dalam majalah Analisis Kebijakan Pertanian Vo. 10 No. 2
Tahun

2012

(http://websyahyuti.blogspot.com/2012/07/analisis-kritis-

terhadap-permentan-273.html)
Usman, Sunyoto, 2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

LAPORAN PRAKTEK LAPANG


SOSIOLOGI PETERNAKAN

BENTUK DAN FUNGSI KELOMPOK TANI DALAM


MASYARAKAT PETERNAKAN

NAMA

: SAEFUL ISHAK

NIM

: I111 14 311

KELOMPOK

: 15

ASISTEN

: AYU MERDEANY ASTUTI

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

Anda mungkin juga menyukai