Anda di halaman 1dari 144

PERANCAN

NGAN KO
OORDIN
NASI REL
LE ARUS
S LEBIH
PADA PERUB
BAHAN JUMLAH
J
H PEMBA
ANGKIT LISTRIK
K
DI DA
AERAH OPERASI
O
I CNOOC
C SES LTD BAGIA
AN UTAR
RA

SK
KRIPSI INII DIAJUKA
AN UNTUK
K MELENG
GKAPI SEB
BAGIAN
PERS
SYARATAN
N MENJAD
DI SARJAN
NA TEKNIK
K

OLEH
H:
GIOVA
ANNI JOSH
HUA ARIE
EL
0706267
7736

DE
EPARTEM
MEN TEK
KNIK ELE
EKTRO
FAKULT
TAS TEKN
NIK UNIV
VERSITAS
S INDONE
ESIA
JUNI 2011

i
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

PERANCANGAN KOORDINASI RELE ARUS LEBIH


PADA PERUBAHAN JUMLAH PEMBANGKIT LISTRIK
DI DAERAH OPERASI CNOOC SES LTD BAGIAN UTARA

yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
program studi Teknik Elektro Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun di
Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Depok, 6 Juni 2011

Giovanni Joshua Ariel


0706267736

ii
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

P
PERSETU
UJUAN

Skripsi deengan judul::

PERANC
CANGAN KOORDIN
K
NASI RELE ARUS LEB
BIH
PADA PE
ERUBAHAN
N JUMLAH
H PEMBAN
NGKIT LIST
TRIK
D DAERAH
DI
H OPERAS
SI CNOOC
C SES LTD BAGIAN U
UTARA

dibuat unntuk melenggkapi sebagian persyaratan mennjadi Sarjanna Teknik pada


program studi Teknnik Elektroo Departem
men Teknikk Elektro F
Fakultas Teknik
Universitaas Indonesiaa dan disetuujui untuk diiajukan dalaam sidang uujian skripsii.

D
Depok,
6 Junni 2011

D
Dosen
Pembiimbing,

Prof. Drr. Ir. Rudy S


Setiabudy, DEA
D
NIP. 1954100719
1
984031001

iii
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

iviv
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada YHWH, Tuhan Yang Maha Esa,
yang oleh karena anugerah dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Adapun dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan berbagai pihak, penulis tidak akan mamun menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan rasa terima kasih yang sedalamdalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Rudy Setiabudy, DEA selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, penjelasan, dan dorongan
selama pengerjaan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Ridwan Gunawan, MT selaku dosen pembimbing akademis yang
telah banyak memberikan arahan dan bimbingan, selama penulis berkuliah di
Universitas Indonesia.
3. Bapak Tompiner Naibaho dan Bapak Nurhadi Prasetyo, selaku pembimbing
dari CNOOC SES Ltd., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk kerja praktek dan membuat skripsi di Departemen PGF, dan telah
memberikan waktu, ide, bimbingan, serta penjelasan kepada penulis.
4. Papa, Mama, Samuel, Bunga, dan Ci Aina, yang bergumul dan berdoa sehingga
penulis dapat menjalani kuliah. Terima kasih untuk seluruh perhatian,
dukungan moril, juga material yang telah diberikan kepada penulis. Tante Rini
dan keluarga, terima kasih untuk perhatian, bantuan, dan dukungannya,
sehingga penulis dapat menjalani kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.
5. Arif Wirawan, senior yang telah banyak memberikan waktu, arahan, dan
penjelasan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

v
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak pihakpihak yang membantu penulis, namun tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Depok, 6 Juni 2011

Giovanni Joshua Ariel

vi
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama

: Giovanni Joshua Ariel

NPM

: 0706267736

Program Studi

: Teknik Elektro

Departemen

: Teknik Elektro

Fakultas

: Teknik

Jenis Karya

: Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PERANCANGAN KOORDINASI RELE ARUS LEBIH
PADA PERUBAHAN JUMLAH PEMBANGKIT LISTRIK
DI DAERAH OPERASI CNOOC SES LTD BAGIAN UTARA
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada tanggal: 6 Juni 2011
Yang menyatakan,

(Giovanni Joshua)

vii
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

ABSTRAK

Giovanni Joshua Ariel,Perancangan Koordinasi Rele Arus Lebih Pada Perubahan Jumlah
Pembangkit Listrik di Daerah Operasi CNOOC SES Ltd, Skripsi S1 Departemen Teknik Elektro
FTUI, di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Rudy Setiabudy, DEA, Juni 2011, xi halaman + 89 + 43
halaman lampiran

Skripsi ini meninjau rencana perubahan jumlah pembangkit yang pada


jaringan sumur minyak bumi dan gas alam yang berada dibawah pengelolaan
CNOOC SES Ltd yang berlokasi di Blok Widuri, Laut Jawa. Perubahan jumlah
pembangkit sebuah sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan koordinasi rele
yang sudah ditetapkan sejak awal menjadi terganggu. Hal ini dikarenakan
perubahan suplai daya di jaringan mengakibatkan perubahan besar arus hubung
singkat yang mungkin terjadi. Arus hubung singkat adalah salah satu parameter
utama dalam menentukan setelan rele arus lebih agar dapat berkoordinasi dengan
baik. Bila besar arus hubung singkat maksimum dan minimumnya mengalami
perubahan sementara setelan rele tetap sama, maka koordinasi antar rele akan
terganggu.
Untuk menentukan setelan rele arus lebih, diperlukan analisis aliran daya
untuk mendapatkan arus beban maksimum yang dialami rele. Kemudian
dilakukan analisis hubung singkat untuk menentukan arus hubung singkat
minimum yang akan menjadi patokan dalam setelan rele yang digunakan. Setelah
itu sistem proteksi akan disimulasikan untuk mengevaluasi koordinasi antar rele.
Baik analisis maupun simulasi koordinasi proteksi akan dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak ETAP 7.
Skripsi ini akan menghasilkan setelan rele untuk rele arus lebih gangguan
fasa dan gangguan tanah pada jaringan dengan kondisi terbaru, berupa arus
setelan (Ipickup) rele, waktu kerja (time dial) rele, dan kurva karakteristik rele.
Kata kunci: rele arus lebih, koordinasi rele, sistem proteksi.

viii
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.......iv
UCAPAN TERIMA KASIH..... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIvii
ABSTRAK.... viii
DAFTAR ISI. ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. 1
1.2 Tujuan.. 2
1.3 Pembatasan Masalah.... 2
1.4 Metode Penulisan. 3
1.5 Sistematika Penulisan.. 4

BAB 2 DASAR TEORI


2.1 Analisis Aliran Daya 5
2.1.1 Metode Perhitungan Aliran Beban..7
2.2 Analisis Hubung Pendek.. 11
2.2.1 Gangguan Hubung Singkat..... 11
2.2.2 Komponen Simetri.. 12
2.2.3 Jenis dan Metode Perhitungan Gangguan... 16
2.3 Sistem Proteksi ................... 21
2.3.1 Pengertian Sistem Proteksi..... 21
2.3.2 Prinsip Sistem Proteksi... 22

ix
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

2.3.3 Karakteristik Waktu Kerja Relay 25


2.4 Bagian-Bagian Sistem Proteksi....... 27
2.5 Transformator Instrumen.... 29
2.5.1 Transformator Arus 29
2.5.2 Transformator Tegangan................................. 31
2.6 Rele Arus Lebih........... 31
2.6.1 Prinsip Kerja Rele Arus Lebih.... 32
2.6.1.1 Rele Arus Lebih Gangguan Fasa. 32
2.6.1.2 Rele Arus Lebih Gangguan Tanah.. 34
2.7 Koordinasi Rele... 36
2.7.1 Diskriminasi Waku..... 36
2.7.2 Diskriminasi Arus....... 38
2.7.3 Diskriminasi Arus dan Waktu..... 40

BAB 3 PERANCANGAN PENYETELAN RELE ARUS LEBIH


3.1 Umum.. 44
3.2 Langkah- langkah Perancangan Sistem Proteksi..... 44
3.3 Perhitungan Arus Beban Maksimum... 47
3.4 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Pendek. 49
3.5 Konfigurasi Rele Proteksi........................ 51
3.6 Perhitungan Setelan Arus dan Waktu Kerja Rele Arus Lebih. 54
3.7 Penentuan Time Multiplier Setting.. 57

BAB 4 SIMULASI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH


4.1 Penyetelan Rele pada Jaringan.....59
4.2 Langkah- langkah Perancangan Sistem Proteksi..... 61
4.2.1 Aida..... 61
4.2.2 Indri-A (INDA)....... 63

x
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

4.2.3 Intan-A (INTA)....... 64


4.2.4 Intan-B (INTB)....... 65
4.2.5 North-East Intan-A (NEIA)........ 67
4.2.6 Vita.......... 68
4.2.7 Widuri-A (WIDA)...... 69
4.2.8 Widuri-A PCR-C (WIDA PCR).... 70
4.2.9 Widuri-B (WIDB).......... 72
4.2.10 Widuri-C (WIDC)..... 73
4.2.11 Widuri-D (WIDD)....... 74
4.2.12 Widuri-E (WIDE)..... 76
4.2.13 Widuri-F (WIDF)......... 77
4.2.14 Widuri-G (WIDG)........ 78
4.2.15 Widuri-H (WIDH)........ 79
4.2.16 Widuri-P (WIDP)...... 80
4.2.17 Widuri-T Solar (WITS).........83
4.2.18 Widuri North-A (WINA)..... 85

KESIMPULAN. 87

DAFTAR ACUAN 88
DAFTAR PUSTAKA 89
LAMPIRAN.. 90

xi
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem tenaga listrik (STL) adalah sistem yang terdiri dari sistem
pembangkitan listrik, sistem transmisi listrik, sistem distribusi listrik, dan juga
sistem proteksi yang melindungi ketiga sistem lainnya [1]. Setiap sistem saling
berkaitan satu dengan yang lain, sehingga gangguan pada sebagian sistem akan
mempengaruhi sistem lainnya.
Gangguan yang paling sering terjadi pada sistem tenaga listrik adalah
gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah [3]. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun faktor pemakaian. Gangguan ini bersifat tidak
seimbang dan apabila arus gangguan yang dihasilkannya cukup besar dan tidak
segera diatasi dapat menyebabkan padamnya keseluran sistem pembangkitan.
Rele arus lebih, sebagai bagian dari sistem proteksi, cukup efektif untuk
mengatasi gangguan hubung pendek tersebut. Namun agar rele tersebut dapat
bekerja dengan baik, rele harus disetel sesuai dengan konfigurasi sistem dimana ia
diletakkan.
Dalam usaha meningkatkan kehandalan atau keekonomisan sistem,
seringkali dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada jaringan sitem tenaga listrik.
Penyesuaian yang dilakukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk jaringan
(misalnya dari bentuk radial ke bentuk loop), mengubah besar pasokan daya,
menambah atau mengurangi beban, mengubah sistem proteksi, atau menambah
kompensator pada jaringan.
Perubahan jumlah dan letak daya yang dibangkitkan akan mengakibatkan
perubahan arus beban puncak yang mengalir. Selain itu, besarnya arus gangguan
hubung pendek minimum dan maksimum yang mungkin terjadi mengalami
perubahan juga. Perubahan arus beban puncak dan arus hubung pendek
mengakibatkan perubahan koordinasi rele di bagian tersebut. Oleh karena itu,
harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada setelan rele, bila ingin merubah

1
Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

kapasitas daya yang dipasok atau memindahkan posisi pembangkit daya


(generator).
Skripsi ini akan membahas mengenai perancangan koordinasi sistem
proteksi pada perencanaan perubahan pembangkitan di jaringan sistem tenaga
listrik CNOOC SES Ltd bagian Utara, dengan menggunakan rele arus lebih.
Adapaun daerah operasi tersebut terbagi kedalam 3 wilayah operasi yang lebih
kecil, yaitu Utara (North Business Unit, NBU), Tengah (Central Business Unit,
CBU), dan Selatan (South Business Unit, SBU).
Dengan jumlah sumur yang beroperasi lebih dari 345 buah, maka CNOOC
menggunakan PLTG sebagai tulang punggung penyediaan energi listrik. Selain
itu, terdapat juga beberapa generator diesel yang berfungsi sebagai cadangan
listrik dan PLTU (steam turbine) yang menggunakan bahan bakar crude-oil
(minyak mentah) untuk keperluan pompa-pompa pada kapal tanker. Besarnya
daya yang dihasilkan oleh keseluruhan sistem pembangkitan saat ini 111 MW dan
beban sistem keseluruhan sistem sebesar 94 MW. Karena persebaran sumur paling
banyak terletak di bagian Utara, yaitu sebesar 55 MW, maka pembangkitan pun
banyak ditempatkan di bagian Utara.
Analisis aliran daya dan analisis arus hubung pendek akan dilakukan
dengan bantuan perangkat lunak sistem tenaga listrik ETAP 7, untuk mendapatkan
parameter-parameter yang akan dijadikan patokan bagi setelan rele. Kemudian,
koordinasi antar rele arus lebih akan disimulasikan kembali dengan bantuan
perangkat lunak sistem tenaga listrik ETAP 7.

1.2 Tujuan Skripsi


Tujuan dari skripsi ini adalah untuk merancang koordinasi rele arus lebih
yang digunakan dalam jaringan sistem tenaga listrik di bagian Utara daerah
operasi CNOOC SES Ltd.

1.3 Batasan Masalah


Yang akan dibahas dalam skripsi ini akan dibatasi oleh hal-hal berikut,
yaitu:

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

1. Analisis aliran daya, hubung pendek, dan koordinasi rele arus lebih
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak ETAP 7.
2. Standar yang digunakan adalah ANSI atau IEEE.
3. Simulasi dilakukan pada kondisi pembangkitan maksimum, yaitu dengan
pembangkitan dan beban seluruhnya beroperasi (sesuai dengan data wank).
4. Pembahasan difokuskan hanya pada jaringan sistem tenaga listrik di bagian
Utara (NBU), terutama anjungan Widuri dan Seafox.
5. Gangguan hubung pendek yang disimulasikan dibatasi pada jenis gangguan
hubung pendek tiga fasa dan satu fasa ke tanah.
6. Rele yang akan ditinjau dalam koordinasi sistem proteksi adalah rele arus
lebih dengan berbagai tipe dan produsen, antara lain buatan GE Multilin,
Basler Electric, Siemens, dan Schweitzer.

1.4 Metode Penelitian


Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode:
1. Metode Newton-Rhapson, untuk menghitung arus beban puncak di setiap
penyulang (feeder) sistem tenaga listrik, yang dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak ETAP 7.
2. Metode Komponen Simetri (Symmetrical Component), untuk menghitung
besarnya arus hubung pendek minimum dan maksimum, yang dilakukan
dengan bantuan perangkat lunak ETAP 7.
3. Metode Star Protective Device Coordination, untuk membuat simulasi
koordinasi rele arus lebih. Metode ini berasal dari perangkat lunak ETAP 7,
untuk membuat simulasi bagi koordinasi seluruh peralatan proteksi, mulai
dari transformator arus, rele, hingga pemutus daya.

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan seminar ini penulis membaginya ke dalam 4 bagian yang
terdiri atas:
Bab satu, anatara lain membahas mengenai latar belakang masalah yang
menjelaskan mengapa masalah yang dikemukaan dalam skripsi ini dianggap
penting untuk dibahas, tujuan skripsi yang menjelaskan hal apa saja yang ingin
dicapai lewat penulisan skripsi ini, batasan masalah yang menjelaskan parameterparameter yang menjadi pembatas dalam pembahasan yang dilakukan, metodologi
penulisan yang menjelaskan langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam
penulisan

seminar

ini,

dan

yang

terakhir

sistematika

penulisan

yang

menggambarkan sistematis keseluruhan penulisan skripsi ini.


Bab dua yang berisi landasan teori membahas konsep dan prinsip dasar
mengenai sistem proteksi, terutama mengenai rele arus lebih, analisis aliran daya,
dan analisis hubung pendek. Landasan teori berupa uraian deskritif dan matematis
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Bab tiga membahas mengenai urutan kerja yang dilakukan untuk membuat
rancangan koordinasi rele, perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk
menetukan setelan rele, dan simulasi berserta langkah-langkah yang dilakukan di
dalamnya.
Bab empat akan menampilkan hasil simulasi dari perangkat lunak ETAP 7,
baik aliran daya, arus hubung pendek, dan koordinasi rele arus lebih, untuk setiap
kasus gangguan. Kemudian menganalisis hasil simulasi tersebut menurut dasar
teori dan perhitungan-perhitungan yang telah dibuat.
Bab lima yang merupakan kesimpulan skripsi berisikan pernyataan singkat
dan tepat, yang merupakan rangkuman dari hasil studi dan simulasi yang
dilakukan dalam skripsi ini.

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1. Analisis Aliran Daya


Analisis aliran daya (load flow analysis) adalah sebuah istilah dalam sistem
tenaga listrik untuk pemecahan masalah pada jaringan dalam keadaan tunak
(steady-state) dan seimbang. Sekalipun dalam bahasa inggris disebut load flow,
yang secara harafiah berarti aliran beban, namun yang mengalir adalah daya
(power). Analisis aliran daya merupakan masukan yang sangat berguna dalam
pengambilan

keputusan

ketika

ingin

meninjau,

merencanakan,

atau

mengendalikan sistem tenaga listrik. Dari hasil analisis ini dapat diketahui baik
secara kualitatif maupun secara kuantitaif keadaan sistem yang sedang ditinjau,
sehingga analisis aliran daya digunakan untuk dalam studi optimisasi dan
stabilitas sistem tenaga listrik [1].
Dalam analisis ini digunakan representasi yang paling sederhana, yaitu
menggunakan diagram satu garis (one-line diagram). Untuk perhitungan
digunakan sistem per unit (p.u.). Dengan menggunakan analisis ini kita dapat
mengetahui beberapa hal yang esensial mengenai suatu jaringan, antara lain
sebagai berikut:
1. Daya
Sesuai dengan namanya, analisis aliran daya utamanya digunakan
untuk melihat besar dan arah daya (baik daya aktif, daya reaktif, maupun
daya semu) yang mengalir pada jaringan, terutama pada setiap bus dan
percabangannya. Informasi daya yang paling dibutuhkan adalah aktif (P)
dan reaktif (Q). Dengan melihat daya yang mengalir pada setiap penyulang
(feeder), kita dapat melihat seberapa banyak daya yang dikirim dari sistem
pembangkitan, daya yang diserap oleh beban, dan daya yang dipasok oleh
sebuah jaringan ke jaringan lainnya. Dalam perhitungan analisis ini
digunakan kondisi pembangkitan maksimum, yaitu pembangkit dan beban
seluruhnya beroperasi, sehingga dari hasilnya kita dapat mengetahui arus
beban puncak yang mengalir.

5
Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

2. Tegangan
Analisis aliran daya juga digunakan untuk menentukan tegangan
terdapat di setiap bus. Dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
sistem tenaga listrik ETAP 7, kita dapat melihat tegangan dengan satuan
aslinya (V, kV) maupun dengan satuan persentase (%). Dengan
menggunakan satuan persentase kita dapat lebih mudah melihat berapa %
tegangan yang dimiliki setiap bus terhadap tegangan sistem. Mengingat
semakin jauh bus dari sumber tegangan memiliki kecenderungan semakin
rendahnya tegangan yang sampai di bus tersebut, maka dengan melihat
persentase tegangan di setiap bus, kita dapat melihat pengaruh impedansi
setiap komponen di jaringan terhadap jatuh tegangan.
Jatuh tegangan adalah turunnya tegangan akibat elemen pasif pada
rangkaian listrik. Sebagian besar komponen dalam sistem tenaga listrik
memberi kontribusi terhadap jatuh tegangan karena komponen tersebut
bersifat induktif secara dominan. Sebaliknya, komponen yang sifat
kapasitifnya lebih dominan akan mengakibatkan kenaikan tegangan pada
sisi penerima.

Di dalam analisis aliran daya dikenal 3 jenis bus, yaitu:


1. Bus Swing, Slack, atau Floating
Dalam sebuah jaringan, terdapat 1 buah bus swing sebagai referensi
(sebagai bus yang pertama dalam perhitungan), di mana besarnya magnitude
tegangan (|V|) dan sudut fasa tegangannya () telah ditentukan. Yang ingin
diketahui adalah daya aktif (P) dan daya reaktifnya (Q). Besarnya P dan Q
dapat dihitung setelah keseluruhan pehitungan arus sudah selesai. Bus swing
memiliki fungsi untuk menyuplai kekurangan P dan Q, termasuk rugi-rugi
transmisi pada sistem. Karena rugi-rugi baru dapat diketahui setelah hasil
akhir perhitungan diperoleh, maka bus yang dijadikan bus swing haruslah
bus yang memiliki pembangkit (umumnya diambil dari unit pembangkit
yang terbesar) [1].

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

2. Bus Kontrol atau Pembangkitan (PV)


Bus kontrol adalah, bus yang besar magnitude tegangan (|V|) dan daya
aktif (P) telah diketahui. Sudut fasa tegangan () dan daya reaktifnya (Q)
adalah komponen yang ingin diketahui. Nama lain untuk bus kontrol adalah
bus teregulasi (regulated bus) dan bus tegangan terkontrol (voltage
controlled bus) [2]. Sesuai dengan namanya, yaitu bus pembangkitan, bus
ini harus terhubung dengan unit pembangkit atau generator.

3. Bus Beban (PQ)


Bus beban adalah bus yang besarnya beban sudah diketahui dalam
bentuk daya aktif (P) dan daya reaktif (Q). Yang ingin diketahui adalah
besarnya magnitude tegangan (|V|) dan sudut fasa tegangan ().

Jadi, untuk setiap bus terdapat empat besaran dimana dua diantaranya telah
diketahui dan dua sisanya harus dihitung terlebih dahulu, sesuai dengan Tabel 2.1
di bawah ini:
Tabel 2.1 Jenis bus dalam analisis aliran daya [1].

Bus

|V|

Swing

dihitung

dihitung

DIKETAHUI

DIKETAHUI

Kontrol

DIKETAHUI

dihitung

DIKETAHUI

dihitung

Beban

DIKETAHUI

DIKETAHUI

dihitung

dihitung

2.1.1 Metode Perhitungan Aliran Beban


Terdapat tiga metode perhitungan dalam modul analisis aliran daya, yaitu
Newton-Rhapson, Accelerated Gauss-Seidel, dan Fast-Decoupled. Setiap metode
perhitungan tentunya memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Namun secara umum, metode yang dianggap paling menguntungkan sehingga
paling banyak digunakan adalah metode Newton-Rhapson. Sekalipun lebih
kompleks dalam perhitungannya, metode Newton-Rhapson memiliki beberapa
kelebihan yang akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya. Dengan perangkat
lunak ETAP 7, ketiga metode tersebut dapat dipilih oleh pengguna dengan bebas.
Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

Dalam penulisan skripsi ini, metode perhitungan yang akan digunakan dalam
analisis aliran daya adalah metode Newton-Rhapson.

1. Metode NewtonRhapson
Metode NewtonRhapson membuat persamaan aliran daya ke dalam
matriks Jacobian seperti yang tertulis dalam persamaan berikut [2]:

P J1
Q J
3

J 2
=
J 4 V

(2.1)

Dimana:
P = vektor penyimpangan daya aktif, antara nilai yang sudah ditentukan
dan nilai yang terhitung pada bus
Q = vektor penyimpangan daya reaktif antara nilai yang sudah ditentukan
dan nilai yang terhitung pada bus
V = vektor magnitude tegangan dalam bentuk incremental
= sudut tegangan bus
J1 , J2 , J3 , J4 = matriks Jacobian
Metode NewtonRhapson memiliki karakteristik konvergensi kuadrat
yang berbeda dengan metode lainnya. Metode ini biasanya memiliki
kecepatan konvergensi yang sangat cepat dibandingkan dengan metode

Accelerated Gauss-Seidel. Kriteria tersebut memungkinkan akurasi dalam


analisis aliran daya dapat ditentukan besarnya sesuai dengan yang
diinginkan. Kriteria konvergensi untuk metode ini dapat mencapai 0,001
MW atau 0,001 Mvar [2]. Oleh karena kelebihan-kelebihannya, metode
Newton-Rhapson disarankan untuk menjadi pilihan pertama agar digunakan
untuk membuat analisis aliran daya pada sistem jenis apapun.
Karena metode NewtonRhapson sangat bergantung pada nilai
tegangan bus yang paling awal, maka sebelum memulai perhitungan aliran
daya menggunakan metode NewtonRhapson, perangkat lunak ETAP 7
akan membuat beberapa perhitungan dengan menggunakan metode Gauss

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

Seidel (akan dibahas di bagian selanjutnya) untuk menentukan besarnya


tegangan bus yang pertama.

2. Metode FastDecoupled
Metode FastDecoupled adalah hasil penurunan dari metode Newton
Rhapson. Metode ini dibuat setelah melihat bahwa sedikitnya perubahan
dari magnitude tegangan bus tidak memberikan perubahan yang berarti pada
daya nyata bus. Karena daya aktif terkait (P) dengan sudut tegangan bus (),
dan daya reaktif (Q) terkait dengan magnitude tegangan (V), maka
persamaan aliran daya dari metode NewtonRhapson dapat disederhanakan
menjadi 2 persamaan yang terpisah terhadap persamaan aliran daya
(decoupled). Oleh karena itu terbentuklah persamaan berikut ini [2]:
[P] = [J1][]
[Q] = [J4][V]

(2.2)

Dimana:
P = vektor penyimpangan daya aktif, antara nilai yang sudah ditentukan
dan nilai yang terhitung pada bus
Q = vektor penyimpangan daya reaktif antara nilai yang sudah ditentukan
dan nilai yang terhitung pada bus
V = vektor magnitude tegangan dalam bentuk incremental
= sudut tegangan bus
J1, J4 = matriks Jacobian
Seperti pada metode NewtonRhapson, kriteria konvergensi metode

FastDecoupled dibuat berdasarkan penyimpangan daya aktif dan daya


reaktif, yang umumnya nilaiya ditetapkan sebesar 0,001 MW atau 0,001
Mvar [2]. Karena matriks Jacobiannya konstan, metode FastDecoupled
juga dapat menghitung persamaan aliran daya lebih cepat dibandingkan
dengan metode NewtonRhapson.
Metode FastDecoupled memiliki kelebihan lain, yaitu mengurangi
pemakaian memori komputer hingga sebesar setengah dari pemakaian
memori komputer untuk metode NewtonRhapson. Penghematan waktu

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

10

komputer dan kriteria konvergensi yang lebih baik menjadikan metode ini
secara umum memiliki unjuk kerja yang sangat baik, meskipun untuk
beberapa perhitungan tertentu, metode ini tidak seakurat metode Newton
Rhapson. Metode FastDecoupled dapat digunakan sebagai pengganti dari
metode NewtonRhapson apabila metode NewtonRhapson tidak dapat
menyelesaikan sistem radial yang sangat besar.

3. Metode Accelerated GaussSeidel


Metode Accelerated GaussSeidel (persamaan 2.4), merupakan hasil
penurunan dari persamaan nodal (persamaan 2.3) [2]:
[I] = [YBUS][V]

(2.3)

[P + jQ] = [VT][Y*BUS][V*]

(2.4)

Dimana:
I

= vektor arus rangkaian

= vektor daya nyata rangkaian

Q = vektor daya reaktif rangkaian


V = vektor tegangan rangkaian
YBUS = matriks admitansi sistem
Metode

Accelerated

GaussSeidel

adalah

metode

memiliki

persyaratan nilai tegangan awal pada rangkaian yang lebih sedikit


dibandingkan metode NewtonRhapson dan metode FastDecoupled.
Dibandingkan dengan dua metode sebelumnya yang menggunakan
penyimpangan daya aktif dan daya reaktif sebagai kriteria konvergensi,
metode ini lebih meninjau apakah toleransi besarnya nilai tegangan
rangkaian antara dua perhitungan berurutan, untuk mengendalikan akurasi
hasil perhittungan. Nilai akurasi besarnya tegangan bus yang digunakan
umumnya ditetapkan sebesar 0,000001 pu.
Seperti yang telah dikethaui, metode Accelerated GaussSeidel
memiliki kecepatan perhitungan yang lebih lambat. Jika faktor percepatan
yang digunakan dalam perhitungan tepat, maka dapat menghasilkan

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

11

peningkatan kecepatan perhitungan secara drastis. Jangkauan nilai faktor


percepatan berkisar di antara 1,2 dan 1,7. Umumnya nilai yang sering
digunakan sebesar 1,45.

2.2. Analisis Hubung Pendek

2.2.1 Gangguan Hubung Pendek


Hubung pendek adalah, fenomena mengalirnya arus listrik dari potensial
yang lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah, baik secara langsung maupun
dengan melalui hambatan yang sangat kecil, sehingga hambatan dapat diabaikan.
Fenomena ini dapat terjadi karena kesalahan teknis, seperti rusaknya isolasi kabel,
maupun karena pengaruh alam seperti petir, gempa, hujan, atau kontak antara
kabel saluran dengan tumbuhan.
Fenomena hubung pendek menimbulkan gangguan karena arus yang
mengalir sangat tinggi, melebih batas yang diperbolehkan mengalir pada sistem,
sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan pada komponen-komponen maupun
peralatan yang terkait. Penurunan tegangan yang sangat besar pada saluran yang
mengalami hubung pendek memberikan gangguan pada stabilitas sistem dan
seringkali dapat mengakibatkan lumpuhnya sistem tenaga lisrik secara
keseluruhan, sehingga dapat mengakibatkan kehilangan produksi (loss of
production) yang sangat besar.
Tabel 2.2 Jenis Gangguan Hubung pendek [3].

Jenis Gangguan

Frekuensi Terjadinya Gangguan

Satu fasa ke tanah

67%

Dua fasa

25%

Dua fasa ke tanah

3%

Tiga fasa
Tiga fasa ke tanah

5%

Gangguan hubung pendek dapat dikelompokan menjadi 5 jenis, yang


diklasifikasikan berdasarkan banyak fasa yang mengalami hubung pendek. Tabel

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

12

2.2 akan menunjukan jenis-jenis gangguan hubung pendek dan frekuensi


terjadinya gangguan tersebut.
Tujuan utama dari melakukan analisis hubung pendek adalah untuk
mementukan arus hubung pendek maksimum dan minimum. Arus hubung pendek
tersebut akan dijadikan salah satu acuan dalam perhitungan untuk menentukan
nilai setelan rele. Adapun analisis hubung pendek dapat dilakukan untuk
menentukan arus gangguan tidak seimbang (unbalance fault current), menentukan
kapasitas pemutusan circuit breaker, pemeriksaan kinerja rele proteksi, dan
menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan bus selama kondisi
hubung pendek [4].

2.2.2 Komponen Simetri


Prinsip komponen simetri pada dasarnya adalah merumuskan sebuah
sistem yang terdiri dari 3 buah sistem fasor yang terpisah, yang mana apabila
ketiganya disuperposisikan, akan memberikan kondisi yang tidak seimbang pada
rangkaian [4]. Sebenarnya prinsip ini pada dasarnya hanyalah sebuah
kesepakatan/ konsensus bersama para ilmuwan dan digunakan hanya untuk
membantu perhitungan. Di dalam kondisi sesungguhnya, tegangan dan arus
urutan yang terdiri dari 3 komponen tersebut tidak ada secara fisik, sekalipun
mereka dapat diamati menggunakan filter spesial [4]. Prinsip komponen simetri
pertama kali dikembangkan oleh Charles L. Fortescue pada tahun 1913 dan
diperkenalkan kepada konvensi tahunan AIEE tahun 1918.
Komponen simetri menguraikan sebuah sistem tegangan dan arus tiga fasa
yang tidak seimbang ke dalam 3 buah sistem tiga fasa yang terpisah dan
seimbang, yaitu:
1. Komponen urutan positif (positive phase-sequence)
Memiliki sistem tiga fasa dengan urutan fasa a-b-c yang sama dengan
fasa aslinya (berputar searah jarum jam). Setiap fasa memiliki besar

magnitude yang sama dan memiliki beda antar fasa yang teratur sebesar
120o sehingga sistem ini seimbang. Tegangan dan arus urutan positif

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

13

diberikan indeks dengan angka 1. Sistem yang berjalan secara normal hanya
akan memiliki komponen urutan positif saja.

Gambar 2.1 Komponen urutan positif

Kita dapat menguraikan vektor di atas menjadi seperti berikut [2]:


I a1 = I1

Va1 = V1

I b1 = a 2 I a1 = a 2 I1 = I1240o

Vb1 = a 2Va1 = a 2V1 = V1240o

I c1 = aI a1 = aI1 = I1120o

Vc1 = aVa1 = aV1 = V1120o

(2.5)

2. Komponen urutan negatif (negative phase-sequence)


Memiliki sistem tiga fasa dengan urutan fasa a-c-b, yaitu kebalikan
dari arah fasa aslinya (berputar berlawanan arah jarum jam). Sistem ini juga
seimbang karena besarnya magnitude setiap fasa sama dan memiliki beda
antar fasa teratur, yaitu 120o. Tegangan dan arus urutan negatif diberikan
indeks dengan angka 2. Komponen urutan negatif hanya akan muncul pada
sistem yang mengalami gangguan yang tidak seimbang (unbalance fault),
yaitu pada jenis hubung pendek satu fasa ke tanah, dua fasa, dan dua fasa ke
tanah.

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

14

Gambar 2.2 Komponen urutan negatif

Komponen fasor di atas dapat diuraikan menjadi [2]:


Ia2 = I2

Va 2 = V2

I b 2 = aI a 2 = aI 2 = I 2 120o

Vb 2 = aVa 2 = aV2 = V2 120o

I c 2 = a 2 I a 2 = a 2 I 2 = I 2 240o

Vc 2 = a 2Va 2 = a 2V2 = V2 240o

(2.6)

3. Komponen urutan nol (zero phase-sequence)


Komponen ini tidak memiliki urutan fasa, karena ketiga fasa a, b, dan
c memiliki sudut fasa yang sama, sehingga arah fasornya sama (co-phasal).
Selain itu, komponen ini juga memiliki besar magnitude yang sama untuk
setiap fasanya. Komponen urutan nol hanya akan muncul pada sistem yang
mengalami gangguan hubung pendek yang terhubung dengan netral, yaitu
hubung pendek satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah, dan tiga fasa ke tanah.
Besarnya impedansi urutan nol dapat bervariasi sesuai dengan

jenis

pembangkit, pengaturan kumparan, dan metode pentanahan.

Gambar 2.3 Komponen urutan nol

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

15

Gambar 2.4 Aplikasi komponen simetri (arus urutan positif, negatif, dan nol) [2].

Dengan penguraian fasor menjadi [2]:

I a 0 = I b 0 = I c 0 = I 0 dan Va 0 = Vb 0 = Vc 0 = V0

(2.7)

Dengan demikian, bila setiap fasa dibuat penjabaran dengan memasukan


komponen simetri, maka akan menjadi [2]:
Untuk fasa a

I a = I a1 + I a 2 + I a 0

(2.8)

= I1 + I 2 + I 0

Va = Va1 + Va 2 + Va 0

(2.9)

= V1 + V2 + V0
Untuk fasa b

I b = I b1 + I b 2 + I b 0

(2.10)

= a 2 I1 + aI 2 + I 0

Vb = Vb1 + Vb 2 + Vb 0

(2.11)

= a 2V1 + aV2 + V0
Untuk fasa c

I c = I c1 + I c 2 + I c 0

(2.12)

= aI1 + a 2 I 2 + I 0

Vc = Vc1 + Vc 2 + Vc 0

(2.13)

= aV1 + a 2V2 + V0

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

16

2.2.3 Jenis dan Metode Perhitungan Gangguan


Analisa gangguan dilakukan dengan memperhitungkan gangguan melalui
impedansi gangguan (Zf).
1. Hubung Pendek Satu Fasa ke Tanah

Gambar 2.5 Rangkaian pengganti untuk hubung pendek 1 fasa ke tanah.

Gambar 2.5 didapatkan dari perhitungan berikut ini, dengan asumsi


fasa yang mengalami hubung pendek dengan tanah adalah Fasa-a [5]:
  

(2.14)

  
  

 
  
     

(2.15)





    

(2.16)

    

(2.17)

     

      

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

17

2. Hubung Pendek Dua Fasa

Gambar 2.6 Rangkaian pengganti untuk hubung pendek dua fasa.

Gambar 2.6 didapatkan dari perhitungan berikut ini dengan asumsi


fasa yang mengalami hubung pendek adalah Fasa-b dan Fasa-c [5]:
  

(2.18)

  

  
  

(2.19)

    

(2.20)

  

  

 
     
 

(2.21)


     
 
  

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

18

    

(2.22)

     

3. Hubung Pendek Dua Fasa ke Tanah

Gambar 2.7 Rangkaian urutan untuk hubung pendek dua fasa ke tanah.

Gambar 2.7 didapatkan dari perhitungan berikut ini dengan asumsi


fasa yang mengalami hubung pendek dengan tanah adalah Fasa-b dan Fasac [5]:
  

(2.23)

  
  

    

(2.24)


      

  





  





(2.25)









    

(2.26)

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

19

   

   

 

    
   

(2.27)

 
 
  

4. Hubung Pendek Tiga Fasa

Gambar 2.8 Rangkaian urutan untuk hubung pendek tiga fasa.

Gambar 2.8 didapatkan dari perhitungan berikut ini [5]:


    

(2.28)

    
  

  

 
     

(2.29)


     


  

       

(2.30)

  
Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

20

  
    

(2.31)

   

5. Hubung Pendek Tiga Fasa ke Tanah

Gambar 2.9 Rangkaian urutan untuk hubung pendek tiga fasa ke tanah.

Gambar 2.9 sama seperti gambar 2.8, didapatkan dari perhitungan


berikut ini [5]:
      

(2.32)

    

(2.33)

      
  
  
    

(2.34)

   

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

21

2.3. Sistem Proteksi

2.3.1. Pengertian Sistem Proteksi


Inti dari pengertian sistem proteksi adalah sistem yang melindungi
peralatan listrik atau bagian dari sistem tenaga listrik dari gangguan-gangguan
yang dapat merusak peralatan listrik tersebut.
Dari definisi sederhana tersebut kita mengetahui tujuan digunakannya
sistem proteksi. Pertama, mendeteksi gangguan. Sebuah sistem proteksi tentunya
tidak dapat melindungi peralatan listrik dari gangguan, apabila sistem proteksi
tersebut tidak dapat mendeteksi gangguan yang timbul pada peralatan yang
dilindungi. Kedua, mengisolasi gangguan. Mengisolasi gangguan adalah langkah
yang diambil oleh sistem proteksi setelah gangguan terdeteksi.
Tujuan utama dari sistem proteksi adalah melindungi sistem dari
kerusakan yang disebabkan oleh gangguan (dengan cara mengisolasi gangguan),
dan agar bagian yang sehat tidak terputus akibat gangguan tersebut sehingga
gangguan tidak memberikan dampak yang meluas kepada sistem. Salah satu
contoh cara mengisolasi gangguan adalah dengan memutus aliran listrik pada
tempat gangguan terjadi.
Menurut kesepakatan American Standart for Relay Associated with
Electric Power Apparatus (ASA) nomor C37.1, rele didefinisikan sebagai sebuah
alat yang membuat tindakan spontan pada satu atau banyak rangkaian listrik,
dengan cara yang sudah ditentukan, ketika kualitas dan kuantitas parameter yang
dapat memberikan perubahan pada sistem telah terukur [4]. Secara lebih spesifik,
rele proteksi didefiniskan sebagai rele yang berfungsi untuk mendeteksi
penyimpangan pada saluran atau perlatan listrik, atau kondisi yang tidak
diinginkan lainnya, dan untuk memberikan peringatan yang selanjutnya
memprakarsai pemutusan suplai listrik yang selektif.
Filosofi umum dari pengaplikasian rele proteksi adalah untuk membagi
sistem tenaga listrik kedalam beberapa zona proteksi yang dapat cukup terlindungi
dengan pemutusan sistem yang seminimum mungkin. Oleh karena itu, sistem
biasanya dibagai kedalam zona proteksi seperti berikut:

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

22

1. Generator atau unit generator-transformator.


2. Transformator.
3. Bus.
4. Saluran transmisi.
5. Motor.
Terdapat 51 jenis rele proteksi yang dan 24 jenis perlindungan yang telah
terdaftar dan didefinisakan oleh ASA [4]. Contoh jenis rele adalah rele diferensial,
rele jarak, dan rele arah. Contoh jenis perlindungan adalah perlindungan terhadap
arus lebih, perlindungan terhadap

gangguan tanah (ground-fault), dan

perlindungan terhadap undervoltage.

2.3.2. Prinsip Sistem Proteksi


Ukuran baik atau tidaknya suatu sistem proteksi dapat ditentukan dari
berbagai aspek. Setidaknya ada empat aspek terpenting yang menjadi parameter
baik atau tidaknya suatu sistem proteksi. Keempat aspek tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Selektif (Selectivity)
Mampu mendeteksi lokasi terjadinya gangguan dan mengisolir hanya
di tempat terjadinya gangguan. Misalnya, bila hanya ada satu bagian dari
sistem yang mengalami gangguan, maka bukan keseluruhan system yang
harus mengalami pemutusan, karena bila seluruh sistem putus akan sangat
merugikan bagian lain yang tidak mengalami gangguan. Hal ini
membutuhkan koordinasi.
Selektifitas dapat diperoleh dengan dua metode, yaitu unit systems dan

non-unit systems. Metode yang pertama adalah dengan mengapit daerah


atau unit yang diproteksi dengan alat sensing, sehingga dapat membuat
perbandingan parameter tertentu (misalnya arus) yang nantinya akan
membuat rele bekerja. Contoh penerapan metode ini adalah dengan
menggunakan rele diferensial. Pada metode kedua, kita dapat menggunakan

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

23

cara lain, seperti memakai sistem waktu bertingkat (time graded system)
atau rele jarak (distance protection).
Untuk sistem berdasarkan tingkatan waktu (time graded), kita dapat
membuat perlindungan berlapis (primary and back-up protection) pada
suatu lokasi, sehingga apabila terjadi kegagalan trip pada rele utama, masih
ada rele back-up yang siap bekerja. Dengan proteksi berdasar jarak, kita
dapat menagtur agar bila rele yang berada paling dekat dengan gangguan
gagal bekerja, masih ada rele di tempat berikutnya yang siap untuk
mengisolir gangguan.

2. Kecepatan Operasi (Fastness of Operation)


Sistem proteksi yang baik harus dapat bekerja secepat mungkin. Yang
dimaksud secapat mungkin adalah jeda waktu ketika sinyal gangguan
ditangkap alat pengindera, kemudian diolah oleh rele, hingga actuator
bekerja (trip), memakan waktu yang secepat mungkin. Hal ini dimaksudkan
agar kerusakan tidak meluas dan mengakibatkan dampak yang lebih besar.
Namun ada kalanya dimana sistem diatur untuk trip beberapa saat setelah
gangguan terjadi (dengan selang waktu tertentu). Oleh karena itu,
diharapkan terjadi koordinasi yang baik dalam sistem proteksi. Sehingga
ketika terjadi gangguan di satu tempat, hanya rele tertentu yang bekerja
lebih dahulu. Apabila dalam selang waktu tertentu rele tersebut tidak
bekerja, maka rele lainnya yang bekerja.
Selain itu, untuk unit yang tidak boleh terlalu sering nyala-mati,
seperti generator, sebelum circuit breaker membuat trip sistem, maka
diberikan peringatan berupa alarm. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada operator untuk segera memperbaiki keadaan. Jadi, untuk
jenis gangguan tertentu yang tidak terlalu fatal atau untuk gangguan hanya
bersifat sementara, maka sistem proteksi disetel agar tidak terlalu cepat
membuat trip. Gambar 2.9 menunjukan hubungan antara kecepatan rele
men-trip sistem yang dilindungi dengan jenis gangguan yang terjadi.

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

24

Daya

Waktu kerja rele dan CB

Gambar 2.9 Kurva Kecepatan Trip Terhadap Jenis Fault [10].

3. Handal (Busiability)
Handal artinya rele harus pasti bekerja pada saat dibutuhkan dan pasti
tidak bekerja saat tidak dibutuhkan. Dengan kata lain tidak boleh salah
bekerja. Hal ini tidak hanya dipengaruhi dari desain dan kualitas rele yang
digunakan, tetapi dipengaruhi juga oleh, instalasinya, desain rangkaian
proteksi dan kecocokan rele dengan peralatan proteksi lainnya (CT kabel,
CB, bahkan baterai rele), dan perawatan pada peralatan proteksi.
Rele elektromekanikal kadangkala lebih rentan terhadap gangguan
mekanis, seperti guncangan fisik. Rele dapat trip bukan karena terjadi fault
di dalam sistem yang diproteksi, tetapi karena guncangan, yang misalnya
disebabkan terlalu keras menutup pintu panel tempat rele berada.
Pada zaman sekarang telah banyak digunakan rele digital untuk
menggantikan rele elektromekanikal. Selain lebih handal, pada rele digital
umumnya terdapat memori yang dapat mencatat penyebab gangguan, posisi
atau urutan rele mana yang trip terlebih dahulu ketika terjadi gangguan.

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

25

Fitur-fitur tambahan ini sangat membantu operator dalam menganalisis jenis


gangguan apa yang telah terjadi dan dimana lokasi gangguan terjadi.

4. Membedakan Gangguan (Discrimination)


Yang dimaksud dengan diskriminasi adalah kemampuan rele untuk
membedakan jenis gangguan. Karena seringkali beberapa gangguan
memiliki fenomena yang hampi sama. Contohnya, rele harus dapat
membedakan antara short-circuit fault dengan overload atau dengan

starting motor induksi, yang sama-sama mengalirkan arus yang sangat besar
dan tegangan turun dengan drastis. Pada sistem tenaga listrik interkoneksi,
ada fenomena power swing, yang harus dapat diabaikan oleh rele. Hal ini
menjadi sagat penting karena mempengaruhi tingkat selectivity sistem
proteksi.

2.3.3. Karakteristik Waktu Kerja Rele


Setiap rele memiliki karakteristik kerja yang terkait dengan waktu.
Karakteristik waktu kerja rele dapat kita tentukan dengan mengatur time dial dan

time delay-nya. Pada umumnya terdapat tiga jenis karakteristik waktu kerja rele,
yaitu:
1. Instantenous (Seketika)
Karakteristik waktu kerja instantenous terdapat pada rele yang bekerja
dengan sangat cepat, yaitu sesaat setelah gangguan terjadi. Oleh karena itu,
seakan-akan hampir tidak terdapat jeda waktu antara terjadinya gangguan
hingga bekerjanya pemutus daya (CB).

2. Definite Time
Karakteristik waktu kerja definite time terdapat pada rele yang bekerja
dengan jeda waktu tertentu yang telah ditetapkan nilainya dari awal. Sehingga,
terdapat jeda waktu antara terjadinya gangguan hingga bekerjanya pemutus
daya (CB). Namun, besarnya jeda waktu ini konstan sesuai dengan nilai

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

26

setting-annya dan tidak terpengaruh oleh besar arus gangguan ataupun variabel
lain (misalnya tegangan).

Gambar 2.10 Contoh Kurva Karakteristik Waktu Kerja Rele Definite Time [2].

3. Inverse Time
Karakteristik waktu kerja inverse time terdapat pada rele yang bekerja
dengan jeda waktu antara terjadinya gangguan hingga bekerjanya circuit

breaker berbanding terbalik dengan besarnya arus gangguan ataupun variabel


lain. Jadi semakin besar arus gangguan maka semakin cepat rele bekerja, dan
sebaliknya. Contohnya kurva karakteristik waktu kerja inverse time pada
Gambar2.11.

Gambar 2.11 Contoh Kurva Karakteristik Waktu Kerja Rele Inverse Time [2].

Karakteristik inverse itu sendiri masih dikelompokan ke dalam beberapa


variasi kurva, berdasarkan derajat kemiringan atau kelengkungan kurvanya.
Gambar 2.12 akan menunjukan beberapa variasi karakteristik inverse time,
yaitu extremly inverse time, very inverse time, standar inverse time, dan

inverse definite minimum time (IDMT).

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

27

Waktu
(detik)

Arus Pickup

Gambar 2.12 Variasi Kurva Karakteristik Waktu Kerja Rele Inverse Time [6].

2.4 Bagian-Bagian Sistem Proteksi


Sistem proteksi dibagi kedalam empat bagian utama, yaitu:

1. Penginderaan (Sensing)
Penginderaan adalah bagian dari dari sistem proteksi yang berfungsi
sebagai sensor, yaitu untuk mengukur besaran-besaran yang menjadi
parameter bekerjanya rele. Ada dua jenis alat sensing yang sering digunakan
pada sistem proteksi, yaitu transformator arus (current transformer/ CT) dan
transformator tegangan (potential transformer/ PT). Prinsip kerja CT dan
PT pada dasarnya sama seperti dengan transformator daya, yaitu induksi
dari bagian perimer ke bagian sekunder. Namun yang membedakan
keduanya adalah bentuk fisik, besar daya yang disalurkan, dan parameter
yang dijadikan acuan proses transformasinya. Sesuai dengan namanya, pada
CT, yang menjadi acuannya adalah arus (arus sekunder merepresentasikan
arus di titik yang diukur). Pada PT yang menjadi acuan adalah tegangan
(tegangan sekunder merepresentasikan tegangan di titik yang diukur).
Selain mengukur arus dan tegangan, besaran lain yang bisa menjadi
parameter bekerjanya rele adalah frekuensi, temperatur, tekanan (contohnya

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

28

untuk minyak trafo), kecepatan penggerak utama (prime mover), dan kilatan
ultraviolet (contohnya untuk flash atau spark).

2. Pembanding (Comparator)
Alat yang digunakan sebagai pembanding adalah unit rele.

Comparator berfungsi untuk membandingkan besaran yang telah diukur


dengan nilai besaran yang telah ditentukan. Contohnya, arus yang
dikirimkan CT akan digunakan rele untuk mengambil keputusan. Bila arus
yang dikirimkan CT ke rele masih di dalam batas standar, maka rele tidak
bekerja. Namun, bila diluar batas setting yang ditetapkan, maka rele akan
bekerja dan memberi perintah pada actuator untuk men-trip sistem.

3. Actuator

Actuator adalah alat yang mengeksekusi keputusan Pembanding.


Actuator biasanya berupa circuit breaker (CB). Ketika rele memberi sinyal
untuk men-trip, CB yang akan memutus aliran. CB sendiri jenisnya
bermacam-macam, antara lain vacuum dan SF6. CB jenis vacuum
mempunyai dimensi yang lebih besar. Sedangkan SF6 sekalipun harganya
mahal, namun dimensinya jauh lebih kecil dan lebih handal.

4. Baterai
Pada sistem proteksi, baterai digunakan sebagai sumber tenaga listrik
atau catu daya bagi peralatan sistem proteksi lainnya, seperti rele dan circuit

breaker. Rele maupun circuit breaker mampu melakukan tugasnya dengan


sumber tenga dari sistem tenaga listrik yang berbeda dengan sistem tenaga
listrik yang dilindunginya, agar ketika sistem tenaga listrik yang
dilindunginya mengalami gangguan, rele dan circuit breaker tetap
beroperasi dengan normal. Baterai yang digunakan umumnya adalah aki
yang disusun secara seri hingga mencapai tegangan 120 Volt, kemudian
dipararel agar memiliki daya yang cukup untuk menyuplai semua peralatan
sistem proteksi.

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

29

2.5 Transformator Instrumen


Transformator instrumen adalah alat yang digunakan untuk menurunkan
tegangan atau arus yang terlalu besar dengan skala tertentu (ratio device), agar
dapat digunakan oleh instrumen-instrumen yang beroperasi pada tegangan dan
arus yang lebih rendah, seperti rele. Apabila tegangan atau arus pada sistem
tenaga listrik terlalu besar langsung dihubungkan dengan alat-alat instrumen
pengukuran atau rele, maka harus digunakan transformator instrumen untuk
memperkecil arus atau tegangan sistem tersebut. Sebenarnya, mungkin saja dibuat
rele atau alat ukur yang dapat langsung beroperasi pada arus dan tegangan yang
tinggi, namun pastilah harga instrumentasi tersebut terlalu mahal dan ukuran
fisiknya lebih besar, sehingga tidak ekonomis. Oleh karena itu, digunakanlah
instrumen yang beroperasi pada arus dan tegangan rendah.
Selain itu, transformator instrumen berfungsi juga sebagai insulating

device, yaitu sebagai pemisah bagi alat-alat instrumen dan operator dari arus dan
tegangan tinggi. Bila arus dan tegangan tingi langsung diterapkan pada alat-alat
instrumentasi, maka resiko terjadinya lompatan listrik, dan masalah-masalah pada

high-voltage dapat muncul. Selain itu, alat instrumentasi itu sendiri menjadi lebih
berbahaya bagi operator.
Terdapat dua jenis transformator instrumen, yaitu transformator arus dan
transformator tegangan, yang akan dijelaskan pada bahasan berikut ini.

2.5.1. Transformator Arus


Transformator arus atau current transformer (CT) yang berfungsi untuk
menurunkan arus primer yang memiliki nilai lebih besar menjadi arus yang lebih
kecil pada sisi sekunder. Arus dari sisi sekunder ini yang akan dihubungkan
dengan alat ukur dan rele. Transformator ini tidak memiliki kumparan primer.
Bagian primernya adalah kabel pada sistem tenaga listrik yang ingin diukur, yang
langsung dikalungi oleh kumparan sekunder.
Besar arus yang mengalir di sisi sekunder tentunya merepresentasikan arus
primer dengan skala tertentu. Misalnya rasio pada sebuah CT tertulis 2000:5. Hal

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

30

ini menunjukan bahwa CT akan menghasilkan arus sebesar 5 ampere pada sisi
sekunder apabila arus yang mengalir pada bagian primernya sebesar 2000 ampere.
Perlu diperhatikan dalam pemilihan rasio sebuah CT, besarnya arus sekunder
yang dihasilkan pada saat beban maksimum terjadi jangan sampai melebihi arus
yang dapat diterima oleh rele. Hal ini juga diterapkan pada rele netral secara tidak
langsung, sekalipun rele netral tanah menerima arus beban karena rele netral
terhubung dengan CT yang sama seperti yang diterima oleh rele fasa. Umumnya
digunakan CT dengan rasio yang dapat menghasilkan arus sekunder sebesar 5
ampere pada saat arus beban maksimum terjadi. Beberapa rele dapat menerima
arus hingga 10 ampere dan rasio CT yang digunakan dapat disesuaikan dengan
relenya.
Kualitas CT yang dibutuhkan bervariasi tergantung pada jenis penggunaan
relenya. Untuk rele diferensial, dimana bekerja berdasarkan perbandingan arus
yang berasal lebih dari satu CT, membutuhkan CT dengan kualitas yang baik
arena akurasi arus sekunder yang dihasilkannya menjadi penting. Kualitas CT
ditentukan oleh keakuratan arus yang dihasilkan, tidak hanya pada saat arus beban
mengalir, namun juga ketika arus gangguan mengalir. Kualitas CT dapat dilihat
dari kelas kesalahan (error class) CT tersebut. Sebagai contoh, CT 2.5 VA Class
5P20, artinya CT tersebut menyedot daya dari sistem yang dikalunginya sebesar
2,5 VA dengan kesalahan tidak melebihi 5% sampai batas akurasi rating arusnya.
Angka 20 adalah batas akurasi rating arusnya. Berarti CT tersebut masih akurat
bila diaplikasikan dengan arus sekunder yang dihasilkan tidak lebih dari 20 kali
dari arus ratingnya, yaitu 5 ampere, sehingga maksimum arus sekundernya 100
ampere. Bila rasio CT tersebut 2000:5, berarti arus primer maksimumnya tidak
boleh melebihi 20 x 2000 A = 40000 A. Selain itu, beban pada CT (burden) dapat
menunjukan impedansi yang dimiliki CT. Sebuah CT 1 ampere dengan burden
2,5 VA memiliki impedansi sebesar 2,5 ohm.
Dapat dikatakan bahwa pada proteksi saluran transmisi, keakuratan CT
bukanlah hal yang terlalu penting. Pada saat gangguan yang sangat hebat terjadi,
arus gangguan yang timbul sangat besar dan sekalipun melebihi batas akurasi
rating arusnya, magnitude arus sekunder tidaklah penting, karena arus yang datar

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

31

di bagian tersebut sudah cukup besar untuk mengoperasikan rele arus lebih yang
digunakan. Dalam penggunaan rele arus lebih biasa, arah aliran arus juga tidaklah
penting karena rele dapat berfungsi pada kedua arah aliran arus. Berbeda halnya
dengan penggunaan rele arah, dimana arah aliran arus menentukan apakah rele
bekerja atau tidak.

2.5.2. Transformator Tegangan


Transformator tegangan atau potential transformer (PT) yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan primer yang tinggi menjadi tegangan yang rendah
pada sisi sekunder, dengan skala tertentu. Transformator tegangan memiliki
kumparan primer dan kumparan sekunder, seperti transformator daya, namun
dalam ukuran yang lebih kecil.
Berbeda dengan CT, rasio pada PT seringkali tidak menjadi perhatian
khusus, selama bisa mengubah tegangan primer menjadi 120 volt di sisi sekunder.
Dalam aplikasinya, seringkali pemasangan PT dilakukan dengan sistem fasa ke
fasa. Dengan kata lain, pada umumnya 120 volt adalah tegangan sekunder fasa ke
fasa. Apabila rele menerapkan sistem fasa ke netral, maka setiap kumparan
sekunder menghasilkan tegangan sebesar 69 volt terhadap netral.
Sama sepertiCT, PT juga memiliki kelas akurasi. Sebagai contoh, terdapat
PT 13.8 kV/120 V Class 3P, artinya PT tersebut beroperasi pada tegangan primer
13.8 kV dan menghasilkan tegangan sekunder 120 V. Tulisan 3P artinya
kesalahan PT tersebut maksimum sebesar 3% dari tegangan rating-nya.
PT tidak digunakan pada rele arus lebih biasa. PT digunakan untuk
memberikan masukan pada rangkaian tegangan pada rele jarak atau rele arus lebih
berarah. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penggunaan PT tidak ditinjau,
mengingat bahwa koordinasi proteksi jaringan yang digunakan menggunakan rele
arus lebih biasa.

2.6. Rele Arus Lebih


Rele arus lebih adalah relay yang bekerja apabila magnitude arus yang
mengalir pada sistem yang dilindunginya lebih besar daripada nilai arus yang

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

32

telah ditetapkan. Rele arus lebih biasa tidak dapat membedakan arah arus,
sehingga rele akan bekerja apabila arah aliran arus terbalik. Rele arus lebih biasa
adalah rele proteksi yang paling murah dan paling sederhana. Rele ini dapat
dipasang untuk mengamankan saluran, bus, motor, transformator, dan genetaror.
Rele arus lebih memiliki waktu kerja seperti yang telah dibahas dalam
subbab 2.3, yaitu instantenous, definite time, dan inverse time. Semua jenis waktu
kerja rele memiliki kecenderungan untuk menjadi garis lurus ke suatu nilai
tertentu, apabila arus yang mengalir terus meningkat nilainya. Ini adalah sifat
elektromagnetik rele yang disebabkan oleh rangkaian magnetik pada rele. Ketiga
karakteristik waktu kerja tersebut didapatkan dengan cara mengubah titik saturasi.
Karakteristik tersebut dipengaruhi oleh piringan induksi dan mangkuk induksi rele
pada rele elektromekanik. Untuk rele digital, karakteristik tersebut diatur oleh
rangkaian digital yang mengatur kerja rele sesuai dengan karakteristik yang
dipilih.

2.6.1 Prisip Kerja Rele Arus Lebih

2.6.1.1 Rele Arus Lebih Gangguan Fasa


Rele arus lebih gangguan fasa adalah rele arus lebih biasa yang
ditempatkan pada setiap fasa saluran. Rele arus lebih gangguan fasa akan
bekerja apabila arus yang mengalir pada salah satu atau pada kedua atau
pada ketiga fasa saluran melebihi nilai yang telah ditetapkan. Rele arus lebih
gangguan fasa dapat bekerja pada kondisi gangguan yang seimbang
(balance-fault) maupun gangguan yang tidak seimbang (unbalance-fault).
Perbedaan mendasar dari prinsip kerja rele arus lebih gangguan fasa dan
arus lebih gangguan tanah terletak pada pemasangannya. Gambar 2.13 akan
menunjukan perbedaan pemasangan rele arus lebih gangguan fasa dan rele
arus lebih gangguan tanah.

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

33

Gambar 2.13 Penyusunan CT dan Rele Arus Lebih Fasa dan Tanah [7].

Rele ini utamanya digunakan untuk mengatasi gangguan hubung


pendek antar fasa, baik gangguan 2 fasa dan 3 fasa. Namun overload pada
transformator dan generator dapat mengaktifkan rele ini apabila arus yang
mengalir melebihi nilai yang telah ditetapkan. Hal ini dapat terjadi pada
sistem yang memiliki perbedaan antara arus beban puncak dan arus hubung
pendek yang tidak terlalu besar.
Rele arus lebih gangguan fasa umumnya memiliki nilai setelan yang
lebih tinggi dibandingkan rele arus lebih gangguan tanah. Hal ini
dikarenakan arus gangguan fasa biasanya lebih tinggi dibandingkan arus
gangguan tanah. Perbedaan besar arus gangguan tersebut disebabkan karena
pada gangguan fasa, impedansi totalnya lebih kecil dibandingkan dengan
impedansi total pada gangguan tanah.
Seringkali, gangguan (fault) yang terjadi pada sistem mengakibatkan
turunnya tegangan. Seiring dengan turunnya tegangan, maka arus yang telah
ditentukan besarnya untuk mengoperasikan rele juga ikut bekurang. Oleh
karena itu, pada sistem proteksi dibutuhkan rele arus lebih yang diatur oleh
tegangan (voltage restraint) untuk membuat sistem proteksi dapat berjalan

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

34

dan berkoordinasi dengan baik. Selain itu, rele arus lebih dengan voltage

restrain (kode ANSI: 51V) lebih tidak rentan bila digunakan ketika kondisi
swing (pada generator isoch) atau ketika pengasutan (starting) motor,
dimana kondisi-kondisi tersebut dapat membuat tegangan menjadi turun.

2.6.1.2 Rele Arus Lebih Gangguan Tanah


Rele arus lebih gangguan tanah adalah salah satu peralatan proteksi
yang paling penting. Hal ini disebabkan karena sebagian besar gangguan
yang terjadi adalah gangguan hubung pendek 1 fasa ke tanah. Rele ini
utamanya digunakan untuk mengatasi gangguan tanah (ground-fault), yaitu
gangguan yang mengakibatkan mengalirnya arus gangguan tanah, antara
lain gangguan 1 fasa ke tanah, 2 fasa ke tanah, dan 3 fasa ke tanah. Rele
arus lebih ke tanah sangat efektif terhadap gangguan yang tidak seimbang
(unbalance-fault).
Mengenai pemasangannya, rele arus lebih gangguan tanah dapat
dihubungkan dengan CT yang terdapat setiap fasa, atau pada CT window

type yang mengelilingi keseluruhan saluran secara keseluruhan, maupun


pada CT yang terhubung pada kawat pentanahan (disebut CT ground).
Tidak seperti rele arus lebih gangguan fasa yang membutuhkan 3 buah rele,
pada rele arus lebih gangguan tanah hanya dibutuhkan 1 buah rele untuk
menyediakan sebuah sistem proteksi.
Cara kerja rele arus lebih cukup sederhana, hanya dibutuhkan satu
buah CT (untuk CT window type dan CT ground), dan kemudian arus yang
mengalir pada CT akan diukur. Arus yang terukur pada rele adalah arus
resultan dari ketiga fasa salauran atau arus yang mengalir pada kawat
pentanahan (ground). Bila arus tersebut melebihi batas yang ditetapkan,
maka rele akan bekerja. Perhatikan Gambar 2.14 untuk lebih memahami
cara kerja rele arus lebih gangguan tanah.

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

35

R
CT
S
T

CT

CT
A
Ground
Relay

B
Neutral
Relay

C
Ground
Relay

Gambar 2.14 Penyusunan CT dan Rele Arus Lebih Tanah.

Relay B dan C bekerja apabila resultan arus yang mengalir pada


saluran tersebut tidak seimbang. Rele C lebih sensitif daripada rele B.
Sekalipun rele A, B, dan C sama-sama rele arus lebih gangguan tanah,
namun dalam aplikasi di lapangan rele B lebih sering disebut rele arus lebih
netral (neutral OCR), sedangkan rele A dan C disebut rele arus lebih
gangguan (ground OCR). Rele A adalah rele yang dipasang pada kawat
pentanahan transformator atau generator. Rele B adalah rele yang dipasang
seperti pada Gambar 2.13. Rele C adalah rele yang menggunakan CT

window type, dimana CT tersebut melingkupi ketiga saluran sekaligus.


Pada rele arus lebih gangguan tanah, selain memiliki nilai setelan
yang lebih kecil, diskriminasi arus atau current grading (akan dijelaskan
pada subbab 2.7) tidak dapat dipraktekan. Hal ini dikarenakan sistem
umumnya hanya terbatas pada bagian yang tegangan sistemnya sama, akibat
penggunaan tranformator dengan hubung delta-star. Pada sistem yang
dipisahkan transformator, gangguan tanah di suatu bagian transformator
(sebagai contoh sisi sekunder) tidak akan memberikan arus gangguan tanah
pada bagian transformator lainnya (sisi primer). Sehingga gangguan tanah di
sisi sekunder transformator tidak akan terdeteksi oleh rele arus lebih tanah
di sisi primer transformator, dan demikian juga sebaliknya [8].

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

36

Rele arus lebih akan mengalami kendala apabila digunakan pada


sistem dengan bentuk loop. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
tersebut digunakan rele arus lebih berarah (kode ANSI: 67). Namun untuk
aplikasinya dibutuhkan VT dan CT.

2.7 Koordinasi Rele


Rele membutuhkan nilai arus hubung pendek minimum dan arus beban
maksimum untuk membuat setelan pada rele arus lebih. Kriteria ini dibutuhkan
untuk menghindari kemungkinan kesalahan operasi rele ketika sistem berjalan
normal. Proteksi dalam bentuk seperti ini hanya dapat digunakan pada sistem
yang sederhana. Rele membutuhkan penyesuaian kembali atau bahkan
pemindahan tempat ketika perubahan dalam sistem terjadi. Umumnya hal ini
dilakukakan pada sistem berskala besar.
Proteksi terhadap arus lebih dapat dibagi kedalam 2 kategori, yaitu berarah
(directional) dan tak berarah (nondirectional). Karena dalam sistem tidak
menggunakan rele arus lebih berarah, maka proteksi yang dapat digunakan hanya
yang tak berarah (nondirectional). Proteksi nondirectional itu sendiri dapat dibagi
menjadi 3 metode. Yang pertama, sistem waktu bertingkat (time-graded systems)
atau diskriminasi waktu (time discrimination). Yang kedua, sistem arus bertingkat
(current-graded systems) atau diskriminasi arus (current discrimination). Yang
terakhir, sistem arus dan waktu bertingkat (current/time-graded systems) atau
diskriminasi arus dan waktu (current and time discrimination). Ketiga metode
tersebut pada dasarnya dibuat untuk memilih dan mengisolasi bagian yang
mengalami gangguan dan meninggalkan sisanya, sistem yang tidak terganggu.

2.7.1 Diskriminasi Waktu


Pada metode ini, waktu interval yang tepat diberikan oleh setiap rele yang
mengontrol CB untuk memastikan CB yang terletak paling dekat dengan
gangguan yang pertama beroperasi. Untuk menjamin selektifitas pengoperasian
dalam jaringan radial, waktu operasi proteksi meningkat mulai dari yang tercepat

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

37

pada ujung yang paling jauh hingga yang paling lambat pada bagian yang terdekat
dengan sumber pasokan daya/ generator. Jadi, gangguan yang dekat dengan
generator akan dibersihkan setelah interval waktu yang lebih panjang. Hal ini
merupakan salah satu kekurangan metode diskriminasi waktu. Namun kelebihan
dari metode ini adalah, gangguan yang terjadi pada bagian yang lebih jauh tidak
mempengaruhi bagian pangkalnya.
Diskriminasi waktu dapat dicapai dengan menggunakan rele waktu tunda
tetap (definite-time-delay relay). Rele ini memiliki setelan waktu yang lebih
akurat, yang mana bebas terhadap saturasi CT, sehingga dapat memberikan
perbedaan waktu yang lebih singkat antara CB yang satu dengan yang berikutnya.

Waktu
(detik)

Arus
gangguan
(Ampere)

Gambar 2.15 Diskriminasi Waktu Dengan Rele Definite Time [10].

Gambar 2.15 menjelaskan prinsip diskriminasi waktu dengan rele waktu


tetap pada rangkaian radial. Sistem proteksi disediakan pada setiap ujung bagian
R1, R2, dan R3. Ketika gangguan terjadi dekat dengan R3, maka rele yang bekerja
pertama adalah rele di R3 (setelah 0,5 detik), dan sistem proteksi di R2 dan R1
menjadi proteksi cadangan. Bila rele di R3 tidak bekerja, maka rele di R2 akan
bekerja (setelah 1 detik), dan demikian seterusnya hingga rele di R1 bekerja
(setelah 1,5 detik). Setelan waktu untuk rele berikutnya berbeda dengan jeda
waktu/ interval yang disebut time delay step, yang mana dipengaruhi oleh fault

clearance time dari CB, finite contact gap untuk memastikan CB lain jangan
sampai bekerja dahulu, overshoot dari rele, dan juga toleransi CT dan rele [8].
Umumnya jeda waktu tunda antar tingkatan rele sekitar 0,5 detik atau lebih.

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

38

Waktu
(detik)

Arus gangguan (Ampere)

Gambar 2.16 Diskriminasi Waktu Dengan Rele Inverse Definite Minimum Time [9].

Penyelesaian masalah dalam metode ini dapat diilustrasikan oleh kurva yang
terdapat pada Gambar 2.16. Bila menggunakan rele definite time, gangguan yang
semakin dekat denga generator, memiliki arus gangguan yang lebih semakin
besar. Seperti yang telah kita ketahui bahwa gangguan yang lebih dekat dengan
generator akan dibersihkan lebih lama. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semakin besar gangguan, maka semakin lambat dibersihkan. Dengan
demikian maka dengan menggunakan rele IDMT, maka gangguan di R1 yang arus
gangguannya lebih besar dapat dibersihkan lebih cepat.

2.7.2 Diskriminasi Arus


Diskriminasi arus didasarkan pada kenyataan bahwa arus gangguan
bervariasi terhadap lokasi gangguan karena perbedaan nilai impedansi antara
sumber dengan gangguan. Jika rele disetel untuk bekerja lebih cepat pada arus
yang lebih besar (semakin dekat dengan sumber), maka kelemahan panjangnya
waktu tunda yang terdapat dalam diskriminasi waktu dapat diatasi sebagian. Inilah
yang dimaksud dengan diskriminasi arus. Setiap rele akan disetel untuk bekerja
semakin cepat apabila arus gangguannya semakin besar. Rele yang menggunakan
metode ini disebut high-set-overcurrent relays (instantaneous).

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

39

Penggunaan diskriminasi arus secara sederhana dari bentuk sistem seperti


yang terdapat dalam Gambar 2.15, yang mana terdapat rele arus lebih high-set
pada R1, R2, dan R3. Rele R1 akan beroperasi untuk gangguan antara R1 dan R2,
rele R2 akan beroperasi untuk gangguan antara R2 dan R3, dan rele R3 akan
beroperasi untuk gangguan di R3.
Dalam penerapannya, timbul beberapa masalah, antara lain rele tidak dapat
membedakan antara gangguan yang sangat dekat namun berada di sisi lain R2,
karena perbedaan arusnya sangat kecil sekali. Selain itu magnitude dari arus
gangguan tidak dapat ditentukan secara akurat, karena semua parameter rangkaian
mungkin tidak diketahui. Juga keakuratan rele di dalam kondisi transien dapat
berubah.
Time gained by using
Instantaneous
element at R2

IDMT element at R2

IDMT element at R1

t
(i)

t
(ii)
t

R1

R2

Instantaneous
elements at R1

Instantaneous
elements at R2

R3
F

Gambar 2.17 Diskriminasi Arus Dengan Rele Instantenous dan IDMT [8].

Oleh sebab itu, untuk diskriminasi, rele disetel hanya untuk memproteksi
80% dari feeder. Dikarenakan diskriminasi arus saja tidak dapat digunakan,
sehingga harus digabungkan bersama dengan diskriminasi waktu atau dengan
sistem rele IDMT. Gambar 2.17 menunjukan karakteristik dari gabungan dari
Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

40

gabungan antara rele arus lebih instantaneous dan IDMT. Untuk diskriminasi
yang benar, elemen instantaneous harus disetel sehingga mereka tidak bekerja
pada gangguan di feeder yang tidak diproteksinya. Sesuai dengan aturan umum,
direkomendasikan memberi margin sebesar 50%, sebagai contoh arus kerja
primer dari rele instantaneous di R1 tidak boleh kurang dari 150% arus gangguan
maksimum di R2 [9]. Dengan adanya margin, kesalahan overreach dari rele

instantaneous pada saat kondisi transien dapat ditoleransi.


Overreach pada kondisi transien terjadi ketika gelombang arus mengandung
komponen DC, dan dadpat didefiniskan dengan persamaan berikut [8]:
 !"#$!%&'$ $( 

)* +)*
)*

, 

(2.35)

Dimana:

IR1 = arus rms pickup rele dalam kondisi tunak (steady-state).


IR2 =arus rms dalam kondisi tunak ketika fully-offset hampir membuat rele bekerja.
Derajat cakupan proteksi feeder yang dimiliki rele antara lain 5%, 20%, dan 33%

overreach [8].
Dapat dilihat dari Gambar 2.17 bahwa terdapat pengurangan interval waktu
yang diijinkan antara rele-rele IDMT. Rele IDMT-R1 harus terpisah dengan rele

instantaneous-R2 untuk gangguan di R2, dan terpisah dengan rele IDMT-R2


untuk gangguan di F (batas cakupan dari rele instantaneous-R2). Jika tidak
terdapat rele instantaneous-R2, maka rele IDMT-R1 harus dibuat menjadi lebih
landai kurva karakteristiknya.

2.7.3 Diskriminasi Arus dan Waktu


Metode ini dapat dicapai dengan menggunaka rele arus lebih waktu terbalik
(inverse-time). Yang paling banyak digunakan secara luas adalah rele IDMT,
dimana diskriminasi dapat melampui rentang arus setelan rele, dengan disertakan
batasan, yaitu nilai waktu mininal yang ditentukan. Karakteristik inverse lainnya,
seperti very inverse dan extremly inverse kadang juga digunakan untuk tujuan
yang sama. Jika arus gangguan berkurang seiring dengan menjauhnya letak
gangguan

dari

sumber,

beberapa

keuntungan

dapat

diperoleh

dengan

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

41

menggunakan rele yang very inverse dibandingkan menggunakan rele IDMT.


Waktu operasi yang panjang pada nilai overload IDMT yang rendah membuat
rele extremly inverse lebih sangat cocok [8].
Terdapat 2 setelan dasar pada semua jenis rele waktu terbalik. Yang pertama
adalah time multiplier setting (TMS), dan yang kedua adalah setelan arus yang
biasanya disebut plug setting multiplier (PSM). TMS dapat disetel dari 0,1 hingga
1,0. Nilai yang dipilih akan menjadi faktor pengali dari waktu operasi (operation

time), seperti yang digambarkan dalam kurva di Gambar 2.18.

Waktu
(detik)

Arus (Multiple of plug setting)

Gambar 2.18 Kurva TMS Rele IDMT [11].

Setelan TMS untuk rele waktu terbalik didapatkan dari persaman [8]:

-.  

(2.36)

/0

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

42

Dimana:

T = waktu operasi yang dibutuhkan rele.


Tm= waktu yang diperoleh dari kurva karaktristik rele pada TMS=1.0, dan
menggunakan PSM yang setara dengan arus gangguan maksimum.

Jadi, bila TMS bernilai 0,1 dan waktu yang didapatkan dari kurva untuk
arus tertentu, sebesar 4 detik, maka waktu operasi (operation time) rele
sebenarnya akan bernilai 4 X 0,1 = 0,4 detik. Dengan kata lain, bila waktu dari
kurva 4 detik dan waktu operasi rele yang dibutuhkan 0,4 detik, maka TMS
sebesar 0,1 detik. Memperbesar nilai TMS akan berdampak pada bergesarnya
posisi kurva menjadi lebih jauh dari sumbu-x (waktunya akan meningkat).
Setelan arus dapat diatur dengan cara mengubah tombol tap pada
transformator, karena itu disebut sebagai PSM.

1.-  
1.-  

23453678339:;

234536<9;;4:=78339:;

(2.37)

>9?678339:;<9;;4:=,7/3;4@

(2.38)

23453678339:;

Pada kondisi sekarang, PSM sudah tidak digunakan pada rele digital.
Koordinasi rele arus lebih waktu terbalik memiliki prosedur pemilihan
setelan arus pickup dan setelan waktu seperti berikut ini. Pemilihan setelan arus
diawali dengan menghitung arus gangguan maksimum yang dapat mengalir pada
posisi rele. Gangguan hubung pendek 3 fasa memberikan arus gangguan
maksimum, sedangkan gangguan hubung pendek 1 fasa ke tanah memberikan
arus gangguan minimum. Pada sistem radial, setelan yang paling rendah haruslah
yang berada paling jauh dari sumber, dan setelan meningkat nilainya untuk rele
yang semakin dekat dengan sumber. Umumnya, nilai setelan arus pickup rele
yang digunakan untuk merancang sistem koordinasi rele arus lebih [2]:
ABC , ?@D5E F  G9;;4:=  F AC , H8?;54:

(2.39)

Persamaan diatas didapatkan berdasarkan standar ANSI/IEEE.


Pada pemilihan setelan waktu, untuk menjamin bekerjanya sistem proteksi
secara selektif ketika terdapat beberapa rele yang terhubung seri, rele yang paling
jauh dari sumber harus memiliki waktu operasi yang paling singkat. Untuk releUniversitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

43

rele berikutnya yang semakin mendekati sumber, diberikan waktu tunda (time

delay) yang bertahap. Untuk rele arus lebih waktu terbalik, setelan waktu harus
dilakukan dengan menggunakan arus gangguan maksimum [8]. Bila rele memiliki
selektifitas yang cukup baik pada kondisi arus gangguan maksimum diterapkan,
hal ini secara otomatis membuat selektifitas yang lebih besar daripada bila
menggunakan arus gangguan minimum, yang kurvanya lebih inverse dan daerah
arusnya (current region) lebih rendah.

Universitas Indonesia

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

BAB 3
PERANCANGAN PENYETELAN RELE ARUS LEBIH

3.1 Umum
CNOOC SES Ltd hendak mengganti pembangkit 2 x 20 MW di anjungan
Seafox. Sebagai gantinya dilakukan penambahan pembangkit 2 x 10 MW di
anjungan Widuri-A dan pembangkit 3,5 MW di anjungan Widuri-T-Solar,
sehingga daya total yang dibangkitan menjadi 95,5 MW.
Perubahan jumlah dan letak daya yang dibangkitkan akan mengakibatkan
perubahan arus beban puncak yang mengalir. Selain itu, besarnya arus hubung
pendek minimum dan maksimum yang mungkin terjadi mengalami perubahan
juga. Perubahan arus beban puncak dan arus hubung pendek mengakibatkan
perubahan koordinasi rele di bagian tersebut. Oleh karena itu, harus dilakukan
penyesuaian-penyesuaian pada setelan rele, agar rele dapat kembali berkoordinasi
dengan baik.
Karena perubahan daya yang dibangkitkan hanya dilakukan di bagian Utara
dan jarak antara bagian Utara dengan Tengah dan Selatan sangat jauh, maka
impedansi yang sangat besar antara bagian Utara dengan bagian lainnya membuat
perubahan arus hubung pendek di bagian Tengah dan Selatan yang diakibatkan
oleh perubahan daya di Utara tidak signifikan. Oleh karena itu, penyesuaian
setelan rele hanya dilakukan di bagian Utara saja.

3.2 Langkah-langkah Perancangan Sistem Proteksi


Langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang sistem proteksi adalah
sebagai berikut:
1. Membuat diagram satu garis untuk seluruh daerah operasi CNOOC SES Ltd
(area Utara, Tengah, dan Selatan). Diagram satu garis yang dibuat, harus
disesuaikan karakteristiknya dengan kondisi aktual di lapangan.
2. Melakukan analisis aliran daya. Analisis dilakukan untuk mengetahui arus
beban maksimum yang melewati rele.

44
Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

45

3. Melakukan analisis arus hubung pendek. Analisis dilakukan untuk


mendapatkan arus hubung pendek maksimum dan minimum yang melewati
rele. Perhitungan arus hubung pendek dilakukan untuk gangguan 1 fasa ke
tanahan dan gangguan 3 fasa.
4. Membuat perhitungan arus setelan rele (pickup current), waktu kerja rele
(time dial) dari arus beban maksimum dan arus hubung pendek minimum.
5. Memperbaiki nilai setelan arus untuk rele (pickup current/ Ipickup), waktu
kerja rele, dan kurva karakteristik rele, agar rele terkoordinasi satu dengan
yang lain.
6. Melakukan simulasi koordinasi proteksi. Simulasi dilakukan untuk gangguan
satu fasa ke tanah dan gangguan tiga fasa.
7. Apabila dari hasil simulasi rele bekerja dan terkoordinasi dengan baik (rele
bekerja sesuai dengan urutan yang direncanakan), maka proses selesai.
Namun bila belum baik maka proses akan diulangi dari langkah nomor 5.

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

46

Mulai

Konfigurasi
Jaringan,
Karakteristik
Sistem

Simulasi Aliran
Daya

Simulasi Arus
Hubung Singkat

Arus
Gangguan
Dan Waktu
Kerja Rele

Perbaikan Setting
Arus, Time Dial, &
Kurva Karaktristik
Rele

Simulasi
Koordinasi

Apakah
Rele Bekerja Berurutan,
Sesuai Dengan Yang
Direncanakan?

Tidak

Ya

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan Koordinasi Rele

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

47

3.3 Perhitungan Arus Beban Maksimum

Perhitungan arus beban maksimum atau arus beban puncak menjadi sangat
penting agar rele arus lebih gangguan fasa tidak bekerja ketika sistem berjalan
normal, khususnya ketika arus beban maksimum melewati rele. Selain itu arus
beban maksimum juga digunakan untuk menentukan seberapa besar arus yang
mengalir ke tanah dapat dianggap sebagai arus gangguan (akan dibahas lebih
lanjut pada subbab 3.6).
Arus beban maksimum merupakan hasil dari analisis aliran daya dengan
metode Newton-Rhapson. Untuk melakukan analisis aliran daya pada perangkat
lunak ETAP 7, yang harus dilakukan adalah:
1. Membuat diagram satu garis beserta dengan karakteristik setiap komponen
dalam diagram tersebut.
2. Memilih opsi Analisis Aliran Daya (Load Flow Analisys).
3. Memilih opsi Jalankan Aliran Daya (Run Load Flow).
Tabel 3.1 menunjukan contoh hasil analisis aliran daya pada beberapa rele
di setiap anjungan. Untuk hasil analisis aliran daya yang lengkap, lihat lampiran 2.
Dari tabel 3.1 dapat kita lihat arus beban maksimum yang melewati masingmasing rele. Rele-rele yang ditampilkan pada tabel 3.1, adalah rele-rele dengan
nilai arus beban maksimum yang paling ekstrem (paling besar atau paling kecil)
diantara rele-rele lain dalam anjungan masing-masing.
Pada tabel 3.1 terdapat juga data arus beban puncak yang dilewati rele
tersebut pada kondisi pertama, yaitu pada saat belum terjadi perubahan pada
jumlah pembangkitan. Data hasil analisis aliran daya pada kondisi pertama,
disandingkan dengan data hasil analisis aliran daya pada kondisi kedua (kondisi
pada saat telah terjadi perubahan pada jumlah pembangkitan), agar dapat terlihat
perubahan besar arus yang mengalir pada sistem.

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

48

Tabel 3.1 Contoh Hasil Analisis Aliran Daya Pada Beberapa Rele di Setiap Anjungan (Platform)
Anjungan

AIDA
INDRI-A
INTAN-A
INTAN-B
NORTH
EAST
INTAN
VITA
WIDURI-A
WIDURI-A
PCR
WIDURI-B
WIDURI-C
WIDURI-D
WIDURI-E
WIDURI-F
WIDURI-G
WIDURI-H

Nama Rele

I Load Max Baru (A)

AIDA11-3A-1/N

157.7

172.6

AIDA12-9A-1/N

18.9

20.7

INDA11-1C-1/N

75.5

79.1

INDA13-7A-1/N

38.2

39.9

INTA21-F1-1/P

459.3

535.4

INTAC11-1C-1/N

32.3

37.6

INTB11-T20A-1/N

40.4

47

INTB21-F2-1/P

457.9

538.8

NEIA12-3B-1/P

174.3

64.5

NEIA12-8B-1/G

469

531.9

NEIAC11-2C-1/N

2.7

VITA11-1A-1/P

29

30.3

166.5

174.1

VITA21-1-1/N
WIDA11-8-1/P

29

30.3

WIDA21-F1-1/P

234.9

245.6

WIDA16A-1B-1/P

161.3

501.4

WIDA16A-2A-1/N

23.2

24.2

WIDB11-T20B-2/N

34.8

36.5

WIDB11-T20C-2/G

324.5

340.2

WIDC11-T20B-2/N

32.1

33.6

WIDC21-F1-1/P

261.6

273.6

WIDD11-F2-2/N

88.6

130.3

WIDD21-F1-2/N

371.3

390.9

WIDE12-4D-1/N

16.4

17.9

WIDE14-1C-1/N

157.7

172.6

WIDF11-3A-1/P

3.2

3.3

WIDF21-1-1/N

18.3

19.2

WIDG11-2A-1/P

28

29.5

WIDG11-2A-2/G

160.9

169.4

WIDH11-1A-1/P

23.2

24.2

WIDH11-2A-1/N

18.8

19.6

223.5

234

155.6

162.4

6.2

6.5

499.1

621.4

WIDP11A-2B-3/N
WIDP11A-3B-1/P

WIDURI-P

I Load Max Lama


(A)

WIDP11A-4B-3/N
WIDP11B-11A-1/P

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

49

WIDURI
NORTH-A
WIDURI-T
SOLAR

WINA11-2A-1/P
WINA11-2A-2/G
WITS11A-2A-1/P
WITS11B-10B-1/P

43.3

45.7

249.2

262.7

13.5

13.9

32.1

287.4

3.4 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Pendek

Perhitungan arus gangguan hubung pendek dilakukan untuk menentukan


besar arus minimum rele mulai bekerja (pickup current) atau untuk menentukan
ketahanan peralatan (device) terhadap arus gangguan. Perhitungan gangguan 1
fasa ke tanah dengan waktu gangguan 30 cycle digunakan untuk koordinasi rele
arus lebih gangguan tanah. Gangguan 3 fasa dengan waktu gangguan 30 cycle
digunakan untuk koordinasi rele arus lebih gangguan fasa. Gangguan 3 fasa
dengan waktu 0,5 cycle digunakan untuk uji ketahanan peralatan [11]. Namun
karena dalam perubahan daya yang dibangkitkan semakin mengecil, maka tidak
dilakukan uji ketahanan peralatan karena arus hubung pendeknya otomatis
semakin mengecil juga.
Untuk melakukan analisis hubung pendek pada perangkat lunak ETAP 7,
dapat dilakukan dengan menggunakan opsi Analisis Hubung Pendek (Short
Circuit Analisys) atau dengan menggunakan Star Protective Device
Coordination (Star-PDC). Langkah-langkah yang harus dilakukan pada kedua
metode tersebut sama. Dimulai dari menentukan jenis gangguan, lalu menentukan
waktu gangguan, dan kemudian menentukan lokasi terjadinya gangguan.
Yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi hubung pendek adalah,
lokasi terjadinya hubung pendek menentukan lokasi alat proteksi yang bekerja,
dan arus hubung pendek yang terkecil belum tentu dihasilkan oleh gangguan yang
terletak paling dekat dengan alat proteksi tersebut. Oleh karena itu dipilih opsi
Star-PDC untuk memudahkan menentukan arus gangguan dari mana yang paling
kecil.

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

50

Tabel 3.2 Contoh Hasil Analisis Hubung pendek Pada Beberapa Rele di Setiap Anjungan

Anjungan

AIDA
INDRI-A
INTAN-A
INTAN-B
NORTH
EAST
INTAN
VITA
WIDURI-A
WIDURI-A
PCR
WIDURI-B
WIDURI-C
WIDURI-D
WIDURI-E
WIDURI-F
WIDURI-G
WIDURI-H

WIDURI-P

Nama Rele

I fault 1 ground min


LAMA (kA)

I fault 3 min
LAMA (kA)

I fault 1 ground min


BARU (kA)

I fault 3
min BARU
(kA)

AIDA11-3A-1/N

0.91

1.39

0.356

1.19

AIDA12-9A-1/N

0.91

1.39

0.356

1.34

INDA11-1C-1/N

0.991

1.01

0.383

1.01

INDA13-7A-1/N

0.991

1.52

0.383

1.51

INTA21-F1-1/P

14.45

12.1

14.04

11.42

INTAC11-1C-1/N

0.89

1.35

0.374

1.31

INTB11-T20A-1/N

0.643

0.918

0.384

0.853

INTB21-F2-1/P

12.67

10.41

6.01

9.67

NEIA12-3B-1/P

0.486

0.754

0.173

0.614

NEIA12-8B-1/G

9.01

7.99

8.8

7.67

NEIAC11-2C-1/N

0.389

0.68

0.376

1.36

VITA11-1A-1/P

0.967

1.42

0.348

1.41

VITA21-1-1/N

9.63

8.17

9.61

8.1

WIDA11-8-1/P

0.967

1.42

0.348

1.41

WIDA21-F1-1/P

9.19

8.58

9.32

8.4

WIDA16A-1B-1/P

0.14

1.37

0.069

3.43

WIDA16A-2A-1/N

0.963

1.49

0.388

6.64

WIDB11-T20B-2/N

0.93

1.36

0.389

1.34

WIDB11-T20C-2/G

10.85

9.64

10.82

9.53

WIDC11-T20B-2/N

0.604

0.907

0.388

0.896

WIDC21-F1-1/P

8.59

7.35

8.6

7.26

WIDD11-F2-2/N

0.084

0.457

0.085

0.594

WIDD21-F1-2/N

14.47

12.06

13.98

11.49

WIDE12-4D-1/N

0.827

1.27

0.381

1.22

WIDE14-1C-1/N

0.91

1.39

0.357

1.19

WIDF11-3A-1/P

0.81

1.18

0.336

1.17

WIDF21-1-1/N

8.07

6.79

8.02

6.7

WIDG11-2A-1/P

0.922

1.41

0.377

1.38

WIDG11-2A-2/G

9.18

8.09

9.12

7.96

WIDH11-1A-1/P

0.963

1.49

0.388

1.48

WIDH11-2A-1/N

0.963

1.49

0.388

1.48

WIDP11A-2B-3/N

1.09

6.93

0.389

6.76

WIDP11A-3B-1/P

0.163

0.979

0.18

0.466

WIDP11A-4B-3/N

0.549

0.911

0.421

0.899

WIDP11B-11A-1/P

0.81

1.06

0.372

1.29

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

51

WIDURI
NORTH-A

WINA11-2A-1/P

0.877

1.29

0.334

1.27

WINA11-2A-2/G

8.73

7.42

8.68

7.32

WIDURI-T
SOLAR

WITS11A-2A-1/P

2.14

0.548

0.415

0.546

WITS11B-10B-1/P

0.128

1.13

0.138

2.84

Tabel 3.2 menunjukan contoh besarnya arus hubung pendek minimum 1


fasa ke tanah dan 3 fasa dengan waktu gangguan 30 cycle yang melewati beberapa
rele di setiap anjungan (platform). Untuk melihat hasil analisis hubung pendek
yang lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Rele-Rele yang terdapat pada tabel
3.2 adalah rele-rele dengan nilai gangguan hubung pendek terbesar atau terkecil
untuk kedua jenis gangguan yang disimulasikan.

3.5 Konfigurasi Rele Proteksi


Konfigurasi rele arus lebih yang akan digunakan pada jaringan akan sangat
terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan. Perubahan
pembangkitan pada jaringan akan dilakukan dari gambar 3.2 menjadi gambar 3.3.
Gambar 3.2 dan gambar 3.3 tidak menunjukkan keseluruhan jaringan pada bagian
utara, namun hanya menunjukan anjungan yang memiliki unit-unit pembangkit
(generator).
3.5 MW

3.5 MW

3.5 MW

3.5 MW

G5

G6

G7

G8

52

52

Spare

TX-1

TO KARA

Spare

TX-2

T2A

T1A

1B

52

52

PT

2A

3A

2B

3B

52

breaker
open
52

52

52

52

1A
5A

6A

5B

6B

52

52

52

3B

1B

dead bus

4B

2A

2B

5B
6B

52

7B

52

52

52

T-1

GCU1

GCU2

52

1B
1A

2B

3A
3B

PT

4A
4B

52

5B
5A

52

52

7B
7A

PT
8A
8B

11A

15A

52

52

Spare

52

52

PT
9A
9B

52

10B
10A

INTB1

52

11B
11A

52

PT

52

FA2

12B

Spare

52

FA1

12A

52

GCU3

GCU4

T-2

FA3
FA4

WIDE

52

PT

FA5
FA6

G1

Seafox
Cutler
Hammer
52

PT

TR-3

Spare

Spare

52

52

52

FB2
G2

FB1

FB4

PT

FB6

52

INTB2

Out of
use

52

52

52

52

WIDD

WIDA

Spare

52

52

52

Spare

TR-1

52

52

FB3

SF3
GT1

SF3
GT2

20 MW

20 MW

52

52

FB5

TR-2

Spare

52

Reactor

52

1.6 Ohm

TR-5

52

13.8 kV
PT

Reactor

G2

3.5 MW

PT

1.6 Ohm

WIDB

52

16B

52

2 x 500 MCM

G3

13.8 kV
52

16A
15B

2 x 500 MCM

3.5 MW

10-MVA
TR-2

T2B

PT

2A

T1B

52

52

14B

52

INDA

52

13B

10B

52

2 x 500 MCM

WIDP
Powell

12B

13.8 kV

WIDC
10-MVA
TR-1

52

52

F4

34.5 kV

52

WIDA/PCR-C
Siemens PT

52

WIDT
Powell

F2

WIDP
Toshiba

F1

52

F3

INC.
KARA

WIDH

Spare

Gambar 3.2 Simplified One Line Diagram Sistem Pembangkitan Kondisi Pertama

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

52

RENTAL
3.5 MW
TX-1

TO KARA

T2A

T1A

52

52

Spare

TX-2

2A

3A

2B

3B

breaker
open
52

52

52

52

52

52

52

52

52
3B

1A
5A

6A

5B

6B

52

52

52

WIDT
LB

1B

4B
2B

2A

5B
6B

7B

12B

52

13B

10B

11A

14B
15A

16A
15B

16B

13.8 kV

52

52

52

52

52

GCU1

GCU2

52

52

52

F4

PT

52

GT8

F2

1B

EX WIDT
3.5 MW

GT7

F1

34.5 kV

52

WIDA/PCR-C
Siemens PT

52

EX WIDT
3.5 MW

GT6

F3

INC.
KARA

WIDP
Toshiba

EX WIDT
3.5 MW

GT5

INTB-1

WIDH

52

EX WIDT
3.5 MW

G12

52

52

52

52

GCU3

GCU4

T-2

EX WIDT
G10

WIDC

NEW

10 MW

G11

T-1

10 MW

10-MVA
TR-1

PT

PT

52

1B

2A

3A

4A

5B

1A

2B

3B

4B

5A

52

52

T2B

52

T1B

52

PT

2 x 500 MCM

3.5 MW

10-MVA
TR-2

G3

INDA

WIDP
Powell

Spare

2 x 500 MCM

PT

52

2 x 500 MCM

52

7B

8A

9A

10B

11B

7A

8B

9B

10A

11A

52

12A
12B

13.8 kV
52

52

Spare

WIDB

52

G2

52

PT

TR-5

3.5 MW

PT

52

52

INTB2

Out of
use

52

52

52

WIDD

WIDA

Gambar 3.3 Simplified One Line Diagram Sistem Pembangkitan Kondisi Kedua

Pada kondisi pertama, pembangkitan di daerah utara akan diberikan oleh 2


unit generator 20 MW di Seafox (total 40 MW), 4 unit generator 3,5 MW di
Widuri-T Solar (total 14 MW), dan 2 unit generator 3,5 MW di Widuri-P (total 7
MW). Jadi, total pembangkitan di daerah utara pada kondisi pertama sebesar 61
MW.
Perubahan jumlah dan letak pembangkitan yang akan dilakukan CNOOC
SES Ltd, meliputi penghapusan seluruh pembangkitan di Seafox, penambahan 2
unit generator 10 MW (total menjadi 20 MW) di Widuri-A PCR-C (selanjutnya
akan ditulis Widuri-A PCR) , dan penambahan 1 unit generator 3,5 MW di
Widuri-T Solar (berganti nama menjadi Lentera Bangsa/ LB), sehingga
pembangkitan di Widuri-T Solar menjadi 17,5 MW. Sementara 2 unit generator
3,5 di Widuri-P tetap. Jadi, total pembangkitan di daerah utara pada kondisi
kedua menjadi 44,5 MW.
Perubahan jumlah daya yang dibangkitkan tersebut tentunya akan
berpengaruh pada arus beban maksimum dan arus hubung pendek. Hal tersebut
akan menyebabkan perubahan koordinasi rele, yaitu pada arus setelan rele (Pickup
Current/ Ipickup), time dial (TMS), dan kurva karakteristik rele (time dial curve).
Tabel 3.3 menunjukan contoh setelan rele pada jaringan kondisi pertama. Rele-

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

53

rele yang terdapat pada tabel tersebut hanyalah perwakilan rele-rele dari setiap
anjungan yang ada. Untuk melihat setelan rele pada kondisi pertama secara
lengkap, dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 3.3 Contoh Setelan Rele pada Sistem Pembangkitan Kondisi Pertama
Pabrik

Nama Rele

Tipe

Rasio
CT

Arus
Setelan

Time
Dial

Kurva Kerja Rele

AIDA11-3A-1/P

Basler

BE1-851

400/5

6.3

AIDA12-9A-1/N

Basler

BE1-851

500/5

0.5

I2, Inverse Time

INDA11-1C-1/P

Basler

BE1-851

400/5

1.7

V2, Very Inverse

INDA13-7A-1/N

ABB

SPAJ 140 C

600/5

0.5

0.1

Extremely Inverse

INTA21-F1-1/P

GE

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

INTAC11-1C-1/N

Siemens

7SJ62

200/5

2.5

0.5

INTB11-T20A-1/N

GE

IFC 53

300/5

INTB21-F2-1/P

GE

IFC 77

1200/5

4.5

Extremely Inverse

NEIA12-8B-1/G

GE

IFC 77

600/5

2.5

Extremely Inverse

NEIA12-3B-1/P

ABB

SPAJ 140 C

400/5

0.27

Extremely Inverse

VITA11-1A-1/P

Basler

BE1-51

200/5

4.5

17

B7 Extremely Inv

VITA21-1-1/N

Siemens

7SJ600

600/5

3.5

3.7

E, Extremely Inverse

WIDA11-8-1/N

Basler

BE1-851

600/5

1.1

2.6

E2, Extremely Inverse

WIDA11-8-1/P

Basler

BE1-851

600/5

1.7

8.5

E1, Extremely Inverse

WIDA16A-1B-1/P

GE

F35

1200/5

1.2

Moderately Inverse

WIDA16A-2A-1/N

GE

F35

600/5

2.15

0.24

WIDB11-T20B-1/P

GE

IFC 77

150/5

6.5

WIDB11-T20B-2/N

GE

IFC 53

150/5

0.8

Very Inverse

WIDC11-T20B-2/N

GE

IFC 53

200/5

0.7

Very Inverse

WIDC21-F1-1/P

GE

IFC 77

600/5

5.7

Extremely Inverse

WIDD11-F2-2/N

GE

IFC 53

600/5

0.5

Very Inverse

WIDD21-F1-1/P

GE

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

WIDE12-4D-1/N

Siemens

7SJ600

200/5

0.5

Very Inverse

WIDE12-4D-1/P

Siemens

7SJ600

200/5

2.2

E, Extremely Inverse

WIDE14-1C-1/N

Basler

BE1-851

300/5

1.8

2.1

V2, Very Inverse

WIDF11-3A-1/P

Siemens

7SJ600

150/5

2.5

E, Extremely Inverse

WIDF21-1-1/N

Siemens

7SJ600

600/5

5.5

E, Extremely Inverse

WIDG11-2A-1/P

Basler

BE1-851

200/5

3.7

WIDG11-2A-2/G

GE

IFC 77

600/5

WIDH11-1A-1/P

Basler

BE1-851

200/5

6.5

1.6

V2, Very Inverse

WIDH11-2A-1/N

Basler

BE1-851

200/5

0.56

V2, Very Inverse

WIDP11A-2B-3/N

GE

F35

600/5

0.2

0.85

WIDP11B-11A-1/P

Schweitzer

SEL-351

1200/5

10

E2, Extremely Inverse

V, Very Inverse
Very Inverse

Very Inverse
Extremely Inverse

E2, Extremely Inverse


Extremely Inverse

Very Inverse
U3, US Very Inverse

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

54

WINA11-2A-1/P

ABB

SPAJ 140 C

200/5

0.3

Extremely Inverse

WINA11-2A-2/G

GE

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

WITS11A-2A-1/G

Basler

BE1-51

75/5

0.5

B7 Extremely Inv

WITS11B-10B-1/P

Basler

BE1-51

1200/5

20

B6 Very Inv

3.6 Perhitungan Setelan Arus

Dalam melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai setelan arus rele


arus lebih gangguan fasa dan gangguan tanah, sesuai dengan IEEE Standart 242
2001, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah arus hubung pendek tiga fasa
dan satu fasa pada saat 30 cycle. Mengapa digunakan arus gangguan ketika 30
cycle, karena arus gangguan yang ada pada sistem dengan waktu yang cukup lama
memiliki nilai yang kurang lebih sama dengan nilai arus gangguan ketika 30
cycle.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung arus setelan rele arus lebih
gangguan fasa, sesuai dengan standar IEEE adalah sebagai berikut:
(3.1)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung arus setelan rele arus lebih
gangguan tanah, sesuai dengan standar IEEE adalah sebagai berikut:
(3.2)
Dimana:
Iload max

= Arus beban maksimum (Ampere)

Ipick-up

= Arus setelan rele (Ampere)

If L-G min

= Arus hubung pendek satu fasa ke tanah minimum (Ampere)

If 3 min

= Arus hubung pendek tiga fasa minimum (Ampere)

Nilai batas bawah seperti tedapat pada persamaan 3.1 dan persamaan 3.2
ditetapkan agar sistem proteksi tetap stabil, yaitu sistem proteksi tidak akan
bekerja apabila sistem yang dilindungi berjalan dalam kondisi normal terberat.
Pengoperasian pada kondisi normal terberat terjadi ketika pengasutan (starting)

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

55

motor induksi [3]. Sedangkan nilai batas atas ditetapkan 50% dari arus hubung
pendek minimum agar ketika terjadi hubung pendek yang tidak langsung
(indirect), maka sistem proteksi cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan.
Tabel 3.4 dan tabel 3.5 adalah contoh hasil perhitungan untuk mendapatkan
arus setelan (Ipickup) pada rele arus lebih gangguan tanah dan fasa. Untuk data yag
lebih lengkap, lihat lampiran 2.
Tabel 3.4 Perhitungan Arus Setelan Rele Arus Lebih Gangguan Tanah
I Load
Max
BARU
(A)

Nama Rele

I fault 1 ground min


BARU (kA)

0.3 x I
Load
Max (A)

0.5 x I
fault 1ground
(kA)

I Pickup
Primer
(A)

CT
Ratio
(x:5)

CT
Ratio
(x:1)

I
Pickup
Sekun
der (A)

AIDA11-3A-1/N

172.6

0.356

51.78

0.178

100

400

80

1.25

INDA11-1C-1/N

79.1

0.383

23.73

0.1915

200

400

80

2.5

INTAC11-1C-1/N

37.6

0.374

11.28

0.187

60

200

40

1.5

47

0.384

14.1

0.192

60

300

60

NEIA12-8B-1/G

531.9

8.8

159.57

4.4

720

600

120

VITA21-1-1/N

174.1

9.61

52.23

4.805

84

600

120

0.7

WIDA11-8-1/N

30.3

0.348

9.09

0.174

132

600

120

1.1

WIDA16A-2A-1/N

INTB11-T20A-1/N

24.2

0.388

7.26

0.194

90

600

120

0.75

WIDB11-T20C-2/G

340.2

10.82

102.06

5.41

600

600

120

WIDC11-T20B-2/N

33.6

0.388

10.08

0.194

40

200

40

WIDD21-F1-2/N

390.9

13.98

117.27

6.99

480

1200

240

WIDE12-4D-1/N

17.9

0.381

5.37

0.1905

40

200

40

WIDF21-1-1/N

19.2

8.02

5.76

4.01

132

600

120

1.1

WIDG11-2A-2/G

169.4

9.12

50.82

4.56

720

600

120

WIDH11-2A-1/N

19.6

0.388

5.88

0.194

30

200

40

0.75

234

0.389

70.2

0.1945

72

600

120

0.6

262.7

8.68

78.81

4.34

600

600

120

13.9

0.415

4.17

0.2075

7.5

75

15

0.5

WIDP11A-2B-3/N
WINA11-2A-2/G
WITS11A-2A-1/G

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

56

Tabel 3.5 Perhitungan Arus Setelan Rele Arus Lebih Gangguan Fasa

Nama Rele

I Load
Max
BARU (A)

I fault 3
min BARU
(kA)

1.25 x I
Load
Max (A)

0.5 x I
fault 3
min (kA)

I Pickup
Primer
(A)

CT
Ratio
(x:5)

CT
Ratio
(x:1)

I Pickup
Sekunder
(A)

AIDA11-3A-1/P

172.6

1.19

215.75

0.595

300

400

80

3.75

INDA11-1C-1/P

79.1

1.01

98.875

0.505

200

400

80

2.5

INTA21-F1-1/P

535.4

11.42

669.25

5.71

960

1200

240

INTB21-F2-1/P

538.8

9.67

673.5

4.835

1200

1200

240

NEIA12-3B-1/P

64.5

0.614

80.625

0.307

200

400

80

2.5

VITA11-1A-1/P

30.3

1.41

37.875

0.705

180

200

40

4.5

WIDA21-F1-1/P

245.6

8.4

307

4.2

720

1200

240

WIDA16A-1B-1/P

501.4

3.43

626.75

1.715

720

1200

240

WIDB11-T20B-1/P

36.5

1.34

45.625

0.67

180

150

30

WIDC21-F1-1/P

273.6

7.26

342

3.63

480

600

120

WIDD21-F1-1/P

390.9

11.49

488.625

5.745

1440

1200

240

WIDE12-4D-1/P

22.375

0.61

80

200

40

17.9

1.22

WIDF11-3A-1/P

3.3

1.17

4.125

0.585

24

150

30

0.8

WIDG11-2A-1/P

29.5

1.38

36.875

0.69

120

200

40

WIDH11-1A-1/P
WIDP11B-11A-1/P
WINA11-2A-1/P
WITS11B-10B-1/P

24.2

1.48

30.25

0.74

180

200

40

4.5

621.4

1.29

776.75

0.645

780

1200

240

3.25

45.7

1.27

57.125

0.635

90

200

40

2.25

287.4

2.84

359.25

1.42

1200

1200

240

Arus setalan (Ipickup) yang didapat dari perhitungan seperti yang tertulis di
atas akan digunakan untuk menyetel rele-rele pada kondisi kedua. Kemudian,
akan dilakukan simulasi koordinasi rele dengan bantuan perangkat lunak ETAP 7.
Apabila kinerja rele dinilai kurang sesuai dengan yang diinginkan, maka setelan
akan diubah secara manual dengan mencari nilai arus setelan yang tepat, agar
kurva karakteristik antara rele yang satu dengan rele yang lain tidak
bersinggungan atau berpotongan. Oleh karena itu, nilai arus setelan yang
digunakan dapat berbeda dengan hasil perhitungan, namun masih dalam nilai yang
diijinkan oleh persamaan 3.1 dan persamaan 3.2.

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

57

3.7 Penentuan Time Multiplier Setting dan Kurva Karakteristik Rele


Untuk mendapatkan koordinsai rele yang selektif dan sesuai dengan yang
diinginkan, maka hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat setelan time
dial/ time multiplier setting (TMS) dan kurva karakteristik rele adalah sebagai
berikut [3]:
1. Penyetelan rele dilakukan dari bagian hilir terlebih dahulu, yaitu bagian yang
paling dekat dengan beban. Hal ini dikarenakan bagian yang paling dekat
dengan beban harus memiliki time dial yang paling singkat.
2. Pemilihan TMS pada kurva rele dilakukan dengan memilih TMS yang
terkecil untuk rele di bagian hilir. Untuk daerah selanjutnya, nilai TMS akan
cenderung semakin membesar, sesuai dengan koordinasi yang diinginkan.
3. Waktu interval antar rele yang diaplikasikan sekitar 0,3 0,4 detik, karena
memperhitungkan waktu pembukaan pemutus tenaga/ PMT (clearence time)
dan faktor kesalahan.
Nilai TMS didapatkan dengan menggeser kurva karakteristrik rele serta
mengubah-ubah jenis karaketristik kurva tersebut secara manual pada simulasi
koordinasi proteksi menggunakan perangkat lunak ETAP 7, hingga didapatkan
nilai TMS dan jenis karakteristik kurva yang sesuai serta tidak berpotongan
dengan kurva milik rele lain.
Setelah melakukan penggeseran dan pemilihan kurva karakteristik rele,
maka akan didapat data seperti yang ditunjukkan oleh tabel 3.6 berikut ini. Tabel
3.6 hanya menampilkan contoh setelan rele di tiap anjungan. Untuk data yang
lebih lengkap dapat dilihat di lampiran 2.
Tabel 3.6 Penentuan TMS dan Kurva Karakteristik Rele
TMS /
Time Dial
(detik)

Kurva Karakteristik
Rele

AIDA11-3A-1/N

2.3

E2 extremly inverse

INDA11-1C-1/N

0.7

E2 extremly inverse

INTAC11-1C-1/N

0.5

ANSI very inverse

INTB11-T20A-1/N

1.7

53 very inverse

NEIA12-8B-1/G

2.5

77 extremely inverse

VITA21-1-1/N

1.8

ANSI extreme inverse

Nama Rele

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

58

WIDA11-8-1/N

2.6

E2 extremely inverse

0.49

IEEE very inverse

WIDB11-T20C-2/G

5.3

77 extremely inverse

WIDC11-T20B-2/N

2.7

53 very inverse

WIDD21-F1-2/N

2.5

53 very inverse

WIDE12-4D-1/N

0.5

ANSI very inverse

WIDA16A-2A-1/N

WIDF21-1-1/N

ANSI extreme inverse

WIDG11-2A-2/G

77 extremely inverse

WIDH11-2A-1/N

V2 very inverse

WIDP11A-2B-3/N
WINA11-2A-2/G
WITS11A-2A-1/G

2.93

IEEE very inverse

1.9

77 extremely inverse

B7 extremely inverse

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

BAB 4
SIMULASI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH

4.1 Penyetelan Rele Pada Jaringan


Perubahan jumlah pembangkitan yang dilakukan CNOOC SES Ltd di
bagian utara diikuti dengan beberapa perubahan dalam bentuk jaringan.
Perubahan bentuk jaringan tentunya akan mempengaruhi setelan rele yang
digunakan, penambahan rele baru, rele yang diaktifkan.
Perubahan bentuk jaringan meliputi penempatan unit pembangkit listrik di
lokasi anjungan lain, penambahan bus baru, serta perubahan jalur distribusi.
Untuk penempatan unit pembangkit, telah dibahas pada subbab 3.5 dan telah
ditunjukkan oleh gambar 3.3. Sedangkan jalur distribusi yang berubah antara lain:
1. Bus INTB01 pada anjungan Intan-B yang sebelumnya disuplai oleh Seafox,
pada kondisi kedua INTB01 disuplai oleh Widuri-A.
2. Bus WIDE11 pada anjungan Widuri-E yang sebelumnya disuplai oleh
Seafox, kini WIDE11 disuplai oleh bus Widuri-P no.1A.
3. Bus Widuri-P no.10A yang tadinya terhubung dengan Seafox, kini
terhubung dengan bus Widuri-A PCR no.6B.
Penambahan bus baru terjadi pada anjungan Widuri-A PCR, yaitu bus
nomor 7B. Di dalam kondisi kedua, Bus Widuri-A PCR no.7B akan terhubung
dengan bus Widuri-T no.6B. Pada kondisi pertama, bus Widuri-T no.6B
terhubung dengan bus Widuri-A PCR no.3B, namun bus Widuri-A PCR no.3B
tersebut akan digunakan untuk unit generator 10MW pada kondisi kedua.
Gambar 4.1 berikut ini akan menampilkan skema jaringan sistem tenaga
listrik daerah operasi CNOOC SES Ltd bagian utara pada kondisi kedua, yaitu
ketika telah terjadi perubahan jumlah pembangkitan dan beberapa penyesuaian
pada pebentuk jaringan. Gambar 4.1 tidak menunjukan letak anjungan secara
geografis, namun hanya menunjukan hubungan antar anjungan yang ada. Untuk
gambar yang lebih besar, lihat lampiran 3.

59
Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

60

Gambar 4.1 Diagram Satu Garis Daerah Operasi CNOOC SES Ltd Bagian Utara Kondisi Kedua

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

61

Rele-rele yang digunakan oleh CNOOC SES Ltd pada jaringan kondisi
kedua adalah rele-rele yang sama pada jaringan kondisi sebelumnya, kecuali
untuk rele INTB11-F3-1/P, INTB11-F3-2/N, INTB11-F4-1/P, dan INTB11-F42/N yang merupakan rele IFC buatan GE, diganti dengan rele BE1-851 buatan
Basler. Rele-rele yang digunakan adalah rele arus lebih gangguan tanah dan
gangguan fasa buatan dari berbagai pabrikan, yaitu dari General Electric (GE),
Siemens, Basler Electric, Schweitzer, Asea Brown Boveri (ABB).
Karena keberagaman pabrikan yang digunakan, maka dalam penyajian data,
yg digunakan sebagai arus setelan bagi seluruh rele adalah arus pickup biasa
(Ipickup / Ip) yang belum dikonversi menjadi faktor pengali, seperti yang diterapkan
pada beberapa rele, dan ketentuan besarnya faktor pengali berbeda-beda untuk
setiap pabrikan.
Untuk hasil akhir perhitungan dan simulasi jaringan kondisi kedua, yaitu
setelan rele berupa arus pickup, TMS, dan jenis kurva karakteristik rele, dapat
dilihat di lampiran 2.

4.2 Hasil Simulasi Koordinasi Rele Proteksi


Berikut ini adalah hasil simulasi koordinasi rele arus lebih gangguan fasa
dan gangguan tanah beserta dengan pembahasanya. Pembahasan mengenai
koordinasi akan dilakukan untuk setiap anjungan yang ada (seluruhnya
berjumlah 18 anjungan).Untuk gambar diagram satu garis setiap anjungan
dapat dilihat di lampiran 3.

4.2.1 Aida
Anjungan Aida mendapat suplai daya yang berasal dari Widuri-E. Aida
memiliki delapan buah sumur (well) yang dapat beroperasi. Kedelapan sumur
tersebut disuplai dari tiga buah penyulang (feeder) beban. Penyulang AIDA127A menyuplai sumur 1, 3, 9, dan 10, dengan total beban 2,028 MVA.
Penyulang AIDA12-9A menyuplai sumur 15, dengan total beban 0,424 MVA.
Penyulang AIDA12-10A menyuplai sumur 2, 5, dan 13, dengan total beban

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

62

1,088 MVA. Pada sumur terdapat sebuah motor pompa Electric Submergible
Pump (ESP) yang besarnya bervariasi dari 360 HP sampai 676 HP.
Tabel 4.1 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Aida
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

AIDA11-3A-1/N

400/5

1.25

2.3

E2 extremly inverse

AIDA11-3A-1/P

400/5

3.75

6.3

E2 extremly inverse

AIDA12-9A-1/N

500/5

0.5

I2 inverse time

AIDA12-9A-1/P

500/5

E2 extremly inverse

AIDA12-10A-1/N

500/5

I2 inverse time

AIDA12-10A-1/P

500/5

1.1

E2 extremly inverse

Kurva Karakteristik

Setiap penyulang memiliki rele arus lebih gangguan fasa dan tanah yang,
diberi nama sesuai dengan nama penyulang tersebut, kecuali AIDA12-7A yang
tidak memiliki rele arus lebih. Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu
fasa ke tanah pada salah satu motor yang disuplai penyulang AIDA12-7A,
maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.2 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 1
Nama Rele
AIDA11-3A-1/N

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

0.978

356

WIDE14-1C-1/N

3.335

356

AIDA11-3A-1/P

54.392

356

WIDE14-1C-1/P

58.909

356

Untuk kasus hubung pendek 3 fasa, bila gangguan terjadi pada salah satu
motor yang disuplai AIDA12-10A, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.3 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 2
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

AIDA12-10A-1/P

0.181

1193

AIDA11-3A-1/P

2.09

1193

WIDE14-1C-1/P

2.397

1193

Waktu yang dibutuhkan CB untuk trip sebesar 0,083 detik. Hal ini juga
berlaku untuk setiap CB yang ada di seluruh anjungan.

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

63

4.2.2 Indri-A (INDA)


Indri-A mendapat suplai daya yang berasal dari Widuri-P. Aida memiliki
sembilan buah sumur (well) yang dapat beroperasi. Kedelapan sumur tersebut
disuplai dari tiga buah penyulang (feeder). Penyulang INDA12-1B menyuplai
sumur 22, dengan total beban 52,8 kVA. Penyulang INDA13-4A menyuplai
sumur 6 dan 18, dengan total beban 0,795 MVA. Penyulang INDA13-7A
menyuplai sumur 2, 5, 17, 20, 23, dan 24 , dengan total beban 0,877 MVA.
Setiap sumur memiliki sebuah motor pompa Electric Submergible Pump (ESP)
yang besarnya bervariasi dari 40 HP sampai 360HP dengan pf 0,82 lag.

Tabel 4.4 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Indri-A


Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

INDA11-1C-1/N

400/5

2.5

0.7

E2 extremly inverse

INDA11-1C-1/P

400/5

1.7

V2 very inverse

INDA13-7A-1/N

600/5

0.5

0.1

IEC extremely inverse

INDA13-7A-1/P

600/5

0.5

0.05

IEC extremely inverse

Kurva Karakteristik

Dari ketiga penyulang beban tersebut, hanya INDA13-7A yang memiliki


rele arus lebih gangguan fasa dan tanah. Selebihnya, penyulang yang memiliki
rele adalah INDA11-1C (penyulang utama). Apabila terjadi gangguan hubung
pendek satu fasa ke tanah pada salah satu motor yang disuplai oleh penyulang
INDA13-7A, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.5 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 2
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

INDA13-7A-1/P

0.4

988

INDA11-1C-1/P

0.7

988

Alasan mengapa yang bekerja adalah rele arus lebih gangguan fasa dan
bukannya gangguan tanah adalah, karena rele arus lebih gangguan tanah
ditempatkan di sisi primer transformator, dan karena transformator memiliki
lilitan delta di bagian primer dan lilitan bintang yang ditanahkan pada bagian
sekunder, apabila terjadi gangguan tidak seimbang (seperti satu fasa ke tanah),

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

64

maka arus balik (return current) yang berupa arus urutan nol (I0) akan kembali
ke sisi sekunder transformator, sehingga sisi primer transformator tidak
merasakan I0. Sisi primer transformator hanya merasakan arus urutan positif
(I1) dan arus urutan negatif (I2) pada fasa A dan fasa C, dengan perbedaan
sudut fasor antara arus di fasa A dan fasa C sebesar 180o. Hal ini membuat arus
gangguan menjadi seimbang dan mengaktifkan rele arus lebih gangguan fasa.
Apabila gangguan satu fasa ke tanah terjadi di bagian primer
transformator INDA-TR3, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.6 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di INDA-TR3
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

INDA13-7A-1/N

0.05

383

INDA11-1C-1/N

1.289

383

INDA13-7A-1/P

3.2

383

INDA11-1C-1/P

5.2

383

4.2.3 Intan-A (INTA)


Tabel 4.7 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Intan-A
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

INTA11-F1-1/P

600/5

2.5

8.5

77 extremely inverse

INTA11-F1-2/N

600/5

1.2

9.2

53 very inverse

INTA11-T20-1/N

300/5

1.2

3.9

53 very inverse

INTA11-T20-1/P

300/5

0.7

77 extremely inverse

INTA11-T20-3/G

600/5

2.5

53 very inverse

INTA11-T21-1/P

250/5

10

77 extremely inverse

INTA11-T21-2/N

250/5

4.5

53 very inverse

INTA21-F1-1/P

1200/5

0.5

77 extremely inverse

INTAC11-1C-1/N

200/5

1.5

0.5

ANSI very inverse

INTAC11-1C-1/P

200/5

3.07

ANSI extreme inverse

INTAC11-3C-1/N

150/5

0.5

ANSI extreme inverse

INTAC11-3C-1/P

150/5

3.2

ANSI extreme inverse

INTAC21-T1-1/N

600/5

2.5

0.5

ANSI very inverse

INTAC21-T1-1/P

600/5

1.6

4.3

ANSI extreme inverse

Kurva Karakteristik

Intan-A mendapat suplai daya dari Intan-B. Intan-A memiliki 10 buah


sumur. Penyulang INTA11-T20 menyuplai sumur 6 dan 15, dengan beban total

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

65

1,846 MVA. Penyulang INTA12 menyuplai sumur 2, 9 , dan 12 dengan total


beban 1,358 MVA. Penyulang INTA13-2B menyuplai sumur 11 dengan beban
0,38 MVA. Penyulang INTAC11menyuplai sumur 13, 18, 21, 22, dan 23,
dengan total beban 0,748 MVA. Beban berupa motor ESP dengan pf sekitar
0,82 lag. Motor ESP merupakan motor sentrifugal, sehingga momen inersia
sangat kecil dan dapat diabaikan. Penyulang INTA12 dan INTA13-2B yang
langsung menyuplai motor, tidak memiliki rele arus lebih.
Apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah pada salah satu motor yang
disuplai penyulang INTAC11, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.8 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 13
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

INTAC21-T1-1/N

0.109

8714

INTAC21-T1-1/P

0.403

8714

INTAC11-1C-1/P

1.029

875

INTA11-T21-2/N

1.418

8714

INTA11-F1-2/N

2.132

875

INTA11-F1-1/P

4.878

875

4.2.4 Intan-B (INTB)


Tabel 4.9 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Intan-B
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

Kurva Karakteristik

INTB01-F1-1/N1

800/5

0.8

3.6

ANSI very inverse

INTB01-F1-1/P

800/5

3.5

3.2

IEC very inverse

INTB11-F1-1/P

1200/5

2.5

10

53 very inverse

INTB11-F1-2/N

1200/5

0.3

10

53 very inverse

INTB11-F2-1/N

600/5

1.3

0.3

C extremely inverse

INTB11-F2-1/P

600/5

3.4

E2 extremely inverse

INTB11-F3-1/P

600/5

3.4

E2 extremely inverse

INTB11-F3-2/N

600/5

1.5

E1 extremely inverse

INTB11-F4-1/P

600/5

0.7

9.9

E2 extremely inverse

INTB11-F4-2/N

600/5

0.7

1.8

E1 extremely inverse

INTB11-T20A-1/N

300/5

0.8

1.7

53 very inverse

INTB11-T20A-1/P

300/5

INTB11-T20A-3/G

600/5

1.8

53 very inverse

INTB11-T20B-1/N

300/5

1.2

1.3

53 very inverse

INTB11-T20B-1/P

300/5

77 extremely inverse

77 extremely inverse

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

66

INTB11-T20B-3/G

1200/5

2.5

8.5

77 extremely inverse

INTB12-3B-1/N

600/5

0.8

E2 extremely inverse

INTB12-3B-1/P

600/5

3.9

E2 extremely inverse

INTB13-4B-1/N

400/5

1.25

E2 extremely inverse

INTB13-4B-1/P

400/5

E2 extremely inverse

INTB13-5B-1/N

200/5

2.5

0.6

E2 extremely inverse

INTB13-5B-1/P

200/5

7.5

3.9

E2 extremely inverse

INTB21-F1-1/P

1200/5

1.2

0.5

77 extremely inverse

INTB21-F2-1/P

1200/5

0.5

53 very inverse

Intan-B mendapat suplai daya dari Widuri-P dan Widuri-A PCR-C.


Intan-B adalah salah satu anjungan besar, karena memiliki 6 buah sumur dan
menyuplai daya secara penuh kepada 2 anjungan lainnya (INTA dan NEIA).
Penyulang INTB13 menyuplai sumur 6,7, dan 14 (total 1,596 MVA) melalui
INTB14

dan menyuplai sumur 33 (0,781 MVA) melalui INTB15, tanpa

perlindungan rele arus lebih. Penyulang INTB13 juga bersama dengan


penyulang INTB11-F4 menyuplai NEIA, sedangkan yang menyuplai INTA
adalah penyulang INTB11-F3. INTB11-F2 menyuplai sumur 37 (1,113 MVA),
sedangkan penyulang INTB11-T20A dan INTB11-T20B menyuplai sumur 36
(2,787 MVA). Beban berupa motor ESP dengan pf sekitar 0,82 lag, dan
momen inersia yang sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah pada motor di sumur 36
yang disuplai penyulang INTB11-T20A dan T20B, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.10 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 36
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

INTB21-F1-1/P

0.034

6130

INTB21-F2-1/P

0.084

12180

INTB11-T20B-1/N

0.156

1220

INTB11-T20A-1/N

1.219

618

INTB11-T20A-3/G

0.257

618

INTB11-T20B-3/G

0.264

1220

INTB11-F4-1/P

0.957

618

INTB11-F1-2/N

1.154

1263

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

67

4.2.5 North-East Intan-A (NEIA)


Seperti yang telah disebutkan, bahawa anjungan NEIA mendapatkan
suplai daya dari INTB. NEIA memiliki 13 sumur yang aktif beroperasi. Setiap
sumur memiliki motor ESP mulai dari 200 HP sampai 677 HP dengan pf
sebesar 0,82 lag. Penyulang NEIA12-4B menyuplai sumur 10 dan 12 (total 1,2
MVA). Penyulang NEIA12-6B menyuplai sumur 3 dan 5 ( total 0,598 MVA).
NEIA12-7B menyuplai sumur 15 (0,38 MVA). NEIA12-8B menyuplai sumur
4, 6, 11, 15, dan 19 (total 1,814 MVA). Penyulang NEIAC11-2C menyuplai
sumur 20 dan 25 (total 0,613 MVA). Penyulang NEIAC11-4C menyuplai
sumur 1 (0,467 MVA). Pada penyulang NEIAC11-4C, NEIA12-6B, dan
NEIA12-7B, tidak terdapat rele arus lebih.
Tabel 4.11 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan North-East Intan-A
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

NEIA12-3B-1/N

400/5

0.75

0.09

IEC very inverse

NEIA12-3B-1/P

400/5

2.5

0.26

IEC very inverse

NEIA12-8B-1/N

100/5

1.5

0.35

IEC very inverse

NEIA12-8B-1/P

100/5

0.2

IEC extremely inverse

NEIA12-8B-1/G

600/5

2.5

77 extremely inverse

NEIA13-8A-1/N

200/5

0.05

IEC very inverse

NEIA13-8A-1/P

200/5

2.5

0.06

IEC extremely inverse

NEIAC11-1C-1/N

200/5

2.5

0.7

E1 extremely inverse

NEIAC11-1C-1/P

200/5

7.5

0.4

E2 extremely inverse

NEIAC11-2C-1/N

200/5

0.6

E2 extremely inverse

NEIAC11-2C-1/P

200/5

2.5

0.4

E2 extremely inverse

NEIAC11-2C-2/G

200/5

10

3.5

53 very inverse

Kurva Karakteristik

Yang menarik adalah, NEIA membentuk jaringan berbentuk loop dengan


INTB. Sehingga, apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah
pada motor ke 20 atau 25 (pada bus NEIAC11), maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.12 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 20
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

NEIAC11-2C-1/P

0.05

903

NEIAC11-2C-2/G

0.35

8990

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

68

NEIAC11-1C-1/P

1.152

495

NEIA12-3B-1/P

3.259

415

INTB13-5B-1/P

10.984

495

INTB13-4B-1/P

25.916

495

4.2.6 Vita
Anjungan Vita mendapatkan aliran daya dari Anjungan Widuri-A
(WIDA). Vita memiliki 3 sumur yang aktif, yang terhubung dengan penyulang
tunggal, dimana total beban yang dipikul sebesar 0,669 MVA. Beban berupa
motor sentrifugal (ESP) 466 HP, 180 HP, dan 90 HP dengan pf 0,82 lag.
Tabel 4.13 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Vita
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

VITA11-1A-1/N

200/5

0.1

B7 extremely inverse

VITA11-1A-1/P

200/5

4.5

17

B7 extremely inverse

VITA11-2A-1/N

200/5

0.1

B7 extremely inverse

VITA11-2A-1/P

200/5

B7 extremely inverse

VITA21-1-1/N

600/5

0.7

1.8

ANSI extreme inverse

VITA21-1-1/P

600/5

5.3

ANSI extreme inverse

Kurva Karakteristik

Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa pada salah satu motor
tersebut, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.14 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 1
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

VITA21-1-1/N

0.063

9610

VITA11-2A-1/P

0.559

965

VITA21-1-1/P

0.602

9610

VITA11-1A-1/P

1.374

965

WIDA11-8-1/P

1.895

965

Tidak bekerjanya rele arus lebih gangguan tanah pada rele-rele lain selain
pada rele yg berada di sisi sekunder transformator, dikarenakan sisi sekunder
tersebut ditanahkan. Rele arus lebih gangguan tanah di sisi primer
transformator akan bekerja apabila transformator mengalami gangguan hubung

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

69

pendek satu fasa ke tanah. Rele yang bekerja ketika kondisi tersebut terjadi
adalah:
Tabel 4.15 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di VITA-TR1
Nama Rele

Arus Gangguan
30 cycle (A)

Waktu (detik)

VITA11-2A-1/N
(inst)

0.028

348

VITA11-2A-1/N

0.114

348

VITA11-1A-1/N

0.274

348

WIDA11-8A-1/N

2.136

348

VITA11-2A-1/P

3.951

348

VITA11-1A-1/P

10.91

348

21

348

WIDA11-8A-1/P

4.2.7 Widuri-A (WIDA)


Widuri-A adalah anjungan yang mendapat aliran daya langsung dari
Widuri-P dengan bentuk jaringan loop. Widuri-A memiliki 16 buah sumur
yang 15 diantaranya disuplai dari penyulang-penyulang yang terhubung dengan
bus WIDE12, dan 1 diantaranya disuplai dari bus WIDE13 dengan penyulang
ekspres. Beban pada anjungan ini berupa motor-motor ESP dengan pf 0,82lag,
yang mendapatkan daya melalui transformator berkapasitas 2,5 MVA dengan
susunan seperti yang tertera pada gambar 4.8 berikut ini.
Dapat kita katakan bahwa, pada anjungan Widuri-A jumlah rele arus
lebih yang ada sangat sedikit, dan tidak cukup untuk memberikan perlindungan
yang selektif. Hal ini dapat terlihat dari adanya penyulang-penyulang beban
yang tidak memiliki rele arus lebih, melainkan hanya memiliki sekring dan
saklar.
Tabel 4.16 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-A
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

Kurva Karakteristik

WIDA11-8-1/N

600/5

1.1

2.6

E2 extremely inverse

WIDA11-8-1/P

600/5

1.7

5.5

E1 extremely inverse

WIDA21-F1-1/P

1200/5

0.5

77 extremely inverse

WIDA21-G1-1/P

600/5

7.7

53 very inverse

WIDA21-G1-2/N

600/5

5.3

53 very inverse

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

70

Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada salah
satu motor yang disuplai oleh transformator WIDA TR20A dan WIDA TR20B,
maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.17 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDA21
Nama Rele

Arus Gangguan
30 cycle (A)

Waktu (detik)

WIDA21-F1-1/P

0.047

9.121

WIDA21-G1-2/N

0.551

9.321

WIDA21-G1-1/P

1.058

9.321

Apabila gangguan yang terjadi adalah gangguan 3 fasa, maka rele yang
bekerja adalah sama dan dengan urutan kerja yang sama, tetapi hanya waktu
kerja relenya saja yang berbeda.
Rele WIDA11-8-1/N dan WIDA11-8-1/P berfungsi untuk melindungi
VITA agar gangguan pada anjungan Vita tidak memberikan dampak yang lebih
luas bagi Widuri-A, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Apabil gangguan
terjadi pada salah satu motor yang disuplai oleh transformator WIDA TR20C
atau WIDA TR20D, maka sistem proteksi yang akan bekerja adalah sekring
yang ada pada penyulang masing-masing. Demikian halnya dengan sumur 21
yang hanya memiliki sekring dan saklar. Apabila sekring gagal bekerja, maka
rele yang bekerja adalah rele dari anjungan Widuri-P, sehingga seluruh aliran
daya ke Widuri-A akan terputus.

4.2.8 Widuri-A PCR-C (WIDA PCR)


Tabel 4.18 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-A PCR-C
Nama Rele

Rasio
CT

WIDA16A-1B-1/N

1200/5

WIDA16A-1B-1/P
WIDA16A-1B-2/N

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

Kurva Karakteristik

0.525

4.08

IEEE very inverse

1200/5

5.29

IEEE mod inverse

1200/5

0.38

4.36

IEEE very inverse

WIDA16A-1B-2/P

1200/5

1.8

5.68

IEEE mod inverse

WIDA16A-2A-1/G

50/5

10

0.77

IEEE very inverse

WIDA16A-2A-1/N

600/5

0.75

0.49

IEEE very inverse

WIDA16A-2A-1/P

600/5

2.25

0.84

IEEE very inverse

WIDA16A-2B-1/G

50/5

10

6.78

IEEE very inverse

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

71

WIDA16A-2B-1/N

600/5

0.95

5.61

IEEE very inverse

WIDA16A-2B-1/P

600/5

2.1

9.14

IEEE very inverse

WIDA16A-3B-1/G

50/5

14

0.24

IEEE very inverse

WIDA16A-3B-1/N

1200/5

0.83

0.63

IEEE very inverse

WIDA16A-3B-1/P

1200/5

2.4

2.82

IEEE mod inverse

WIDA16A-5B-1/G

50/5

14

0.24

IEEE very inverse

WIDA16B-5B-1/N

1200/5

0.6

0.63

IEEE very inverse

WIDA16B-5B-1/P

1200/5

2.4

2.82

IEEE mod inverse

WIDA16B-6A-1/G

50/5

12.5

1.26

IEEE very inverse

WIDA16B-6A-1/N

600/5

1.05

1.74

IEEE very inverse

WIDA16B-6A-1/P

600/5

57

IAC extreme inverse

WIDA16B-6B-1/G

50/5

36.26

IAC extreme inverse

WIDA16B-6B-1/N

600/5

0.02

IEEE very inverse

WIDA16B-6B-1/P

600/5

25.57

IEEE extreme inverse

WIDA16B-7B-1/G

50/5

6.5

1.25

IAC very inverse

WIDA16B-7B-1/N

600/5

0.68

1.1

WIDA16B-7B-1/P

600/5

2.58

23.87

IEEE very inverse


IAC extreme inverse

WIDA PCR adalah salah satu anjungan besar, dimana terletak


pembangkitan daya 2 x 10 MW. Tidak seperti anjungan lainnya, beban utama
pada WIDA PCR bukanlah motor-motor ESP, tetapi yang menjadi beban
WIDA PCR adalah anjungan lain. Setidaknya ada 4 anjungan yang
mendapatkan daya dari WIDA PCR, yaitu Intan-B, Widuri-C, Widuri-H, dan
Widuri-P. WIDA PCR juga terhubung dengan Widuri-T Solar (WITS). WITS
mengalirkan daya pada WIDA PCR, untuk disalurkan lagi ke anjungan
lainnya. Daya paling banyak dialirkan ke Widuri-P, karena Widuri-P memikul
beban banyak anjungan. Daya sebesar 12 MVA dialirkan melalui dua buah
penyulang, yaitu WIDA16A-1B dan WIDA16B-6B.
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada kabel
bawah laut milik penyulang WIDA16B-6B, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.19 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDA16B-6B
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WIDA16B-6B-1/N

0.053

372

WIDA16B-6B-1/G

4.954

372

WIDP11B-10A-3/N

6.842

51

WIDA16A-1B-1/N

14.335

345

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

72

WIDA16A-1B-2/N

22.765

345

WIDP11B-10B-1/N

25.056

199

WIDP11B-10B-2/N

28.258

199

WIDA16B-6B-1/P

78.446

372

4.2.9 Widuri-B (WIDB)


Widuri-B mendapatkan aliran daya dari Widuri-P. Widuri-B memiliki 16
sumur yang mendpatkan aliran daya dari lima penyulang, yang tiga diantaranya
terdapat transformator berkapasitas 2,5 MVA. Sama seperti anjungan lainnya,
beban pada Widuri-B berupa motor ESP dengan pf 0,82 lag. Setiap penyulang
memikul beban mulai dari 0,8 MVA hingga 1,3 MVA. Setiap penyulang
memiliki rele arus lebih yang cukup memadai untuk membuat sistem proteksi
yang baik.
Tabel 4.20 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-B
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

WIDB11-F1-1/P

600/5

10

77 extremely inverse

WIDB11-F1-2/N

600/5

1.5

53 very inverse

WIDB11-F1-3/N

600/5

1.5

0.7

V2 very inverse

WIDB11-F1-3/P

600/5

9.9

V2 very inverse

WIDB11-F2-1/P

600/5

WIDB11-F2-2/N

600/5

0.8

0.8

53 very inverse

WIDB11-F3-1/N

600/5

0.8

0.2

C extremely inverse

WIDB11-F3-1/P

600/5

0.9

V2 very inverse

WIDB11-T20A-1/P

150/5

6.5

77 extremely inverse

WIDB11-T20A-2/N

150/5

2.5

2.8

53 very inverse

WIDB11-T20A-3/G

600/5

1.5

2.1

53 very inverse

WIDB11-T20B-1/P

150/5

6.5

77 extremely inverse

WIDB11-T20B-2/N

150/5

4.9

53 very inverse

WIDB11-T20C-1/N

600/5

0.2

C extremely inverse

WIDB11-T20C-1/P

600/5

1.25

4.5

E2 extreme inverse

WIDB11-T20C-2/G

600/5

5.3

77 extremely inverse

WIDB21-F1-1/P

600/5

5.4

77 extremely inverse

WIDB21-F2-1/P

600/5

5.4

77 extremely inverse

WIDB21-F2-2/N

600/5

0.5

77 extremely inverse

Kurva Karakteristik

51 inverse

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

73

Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa pada salah satu motor
yang disuplai oleh penyulang WIDB11-F2, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.21 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 23
Nama Rele

Arus Gangguan
30 cycle (A)

Waktu (detik)

WIDB11-F2-2/N

0.288

389

WIDB11-F2-1/P

0.476

389

WIDB11-F1-3/N

0.984

389

WIDP11A-2B-2/N

2.655

389

WIDP11A-2B-3/N

4.647

389

WIDB11-F1-2/N

5.954

389

19.078

389

WIDP11A-2B-3/P

Setiap penyulang memiliki jumlah rele arus lebih yang cukup untuk
membuat sistem proteksi yang baik.

4.2.10 Widuri-C (WIDC)


Tabel 4.22 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-C
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

WIDC11-F1-1/P

600/5

6.6

53 very inverse

WIDC11-F1-2/N

600/5

1.5

10

77 extremely inverse

WIDC11-F3-1/N

300/5

4.9

0.65

V2 very inverse

WIDC11-F3-1/P

300/5

1.5

V2 very inverse

WIDC11-T20A-1/P

150/5

10

53 very inverse

WIDC11-T20A-2/N

150/5

2.5

2.8

53 very inverse

WIDC11-T20A-3/G

600/5

10

53 very inverse

WIDC11-T20B-1/P

200/5

53 very inverse

WIDC11-T20B-2/N

200/5

2.7

53 very inverse

WIDC12-1B-1/N

300/5

0.7

0.6

U3 very inverse

WIDC12-1B-1/P

300/5

2.5

1.21

U4 extremely inverse

WIDC12-2B-1/N

300/5

1.7

0.5

U4 extremely inverse

WIDC12-2B-1/P

300/5

2.32

U4 extremely inverse

WIDC13-2C-1/N

600/5

0.85

0.5

E2 extremely inverse

WIDC13-2C-1/P

600/5

2.6

E2 extremely inverse

WIDC21-F1-1/P

600/5

2.3

53 very inverse

WIDC21-F2-1/P

600/5

0.9

53 very inverse

WIDC21-F2-2/N

600/5

0.5

77 extremely inverse

Kurva Karakteristik

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

74

Widuri-C mendapatkan aliran daya dari WIDA-PCR. Sama seperti


anjungan lainnya, beban pada Widuri-C berupa motor ESP dengan pf 0,82 lag.
Widuri-C memiliki banyak sumur, dengan bentuk jaringan gabungan radial dan
loop. Setiap penyulang memiliki rele arus lebih yang cukup memadai untuk
membuat sistem proteksi yang baik.
Pada jaringan yang berbentuk loop, apabila terjadi gangguan hubung
pendek satu fasa ke tanah pada salah satu sumur yang mendapatkan aliran daya
dari bus WIDC21, maka rele yang akan bekerja adalah:
Tabel 4.23 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDC21
Nama
Rele

Arus Gangguan
30 cycle (A)

Waktu (detik)

WIDC21-F2-2/N

0.04

5990

WIDC21-F2-1/P

0.13

5990

WIDC21-F1-1/P

0.257

8571

WIDC11-T20B-2/N

0.316

603

WIDC11-T20A-2/N

0.368

859

WIDC11-F1-2/N

0.891

1462

WIDC11-T20A-3/G

1.144

8598

WIDC11-T20B-1/P

1.659

603

WIDC11-T20A-1/P

2.007

859

WIDC11-F1-1/P

2.407

1462

WIDA16A-2B-1/P

9.997

1462

4.2.11 Widuri-D (WIDD)


Tabel 4.24 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-D
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

WIDD11-F1-1/P

1200/5

10

77 extremely inverse

WIDD11-F1-2/N

1200/5

0.8

10

53 very inverse

WIDD11-F1-3/N

1200/5

1.5

1.1

V2 very inverse

WIDD11-F1-3/P

1200/5

2.5

9.9

E2 extremely inverse

WIDD11-F2-2/N

600/5

0.5

10

51 inverse

WIDD11-F3-1/N

600/5

1.78

1.35

U4 extremely inverse

WIDD11-F3-1/P

600/5

1.5

11.97

U4 extremely inverse

WIDD11-F4-1/N

300/5

4.5

0.6

E1 extremely inverse

WIDD11-F4-1/P

300/5

1.3

E1 extremely inverse

WIDD11-T20A-1/P

300/5

77 extremely inverse

WIDD11-T20A-2/N

300/5

0.5

53 very inverse

Kurva Karakteristik

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

75

WIDD11-T20A-3/G

600/5

2.3

53 very inverse

WIDD11-T20B-1/P

600/5

77 extremely inverse

WIDD11-T20B-2/N

600/5

0.5

53 very inverse

WIDD11-T20B-3/G

600/5

2.3

53 very inverse

WIDD12-1B-1/N

300/5

1.25

6.5

E1 extremely inverse

WIDD12-1B-1/P

300/5

1.5

4.8

V2 very inverse

WIDD12-1B-2/G

100/5

1.2

0.5

77 extremely inverse

WIDD12-2B-1/G

100/5

15

0.5

U4 extremely inverse

WIDD12-2B-1/P

300/5

U4 extremely inverse

WIDD12-3A-1/N

300/5

4.3

0.4

E1 extremely inverse

WIDD12-3A-1/P

300/5

4.5

7.8

E1 extremely inverse

WIDD12-3B-1/N

300/5

0.59

1.2

E1 extremely inverse

WIDD12-3B-1/P

300/5

2.5

E2 extremely inverse

WIDD12-3B-2/G

100/5

77 extremely inverse

WIDD21-F1-1/P

1200/5

77 extremely inverse

WIDD21-F1-2/N

1200/5

2.5

53 very inverse

WIDD11-F2-1/P

600/5

10

77 extremely inverse

Widuri-D mendapatkan aliran daya dari Widuri-P dengan jaringan


berbentuk loop antara Widuri-P, Widuri-D, dan Widuri-E. Widuri-D memiliki
beban berupa motor ESP dengan pf 0,82 lag. Selain itu Widuri-D juga
menyuplai daya ke tiga anjungan lainnya, yaitu Widuri-F, Widuri-G dan
Widuri North-A (WINA). Untuk beban miliknya sendiri, Widuri-D memiliki
empat penyulang beban yang masing-masing memikul beban mulai dari 1,5
MVA hingga 3 MVA. Setiap penyulang di Widuri-D memiliki rele arus lebih
yang cukup untuk membuat sistem proteksi yang baik.
Sebagai contoh, apabila gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah di
salah satu motor yang di suplai oleh bus WIDD13, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.25 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDD13
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WIDD12-2B-1/G

2.286

410

WIDD11-F3-1/N

2.892

410

WIDD11-F3-1/P

16.59

410

WIDD11-F1-2/N

16.741

380

WIDD12-2B-1/P

22.856

410

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

76

Alasan mengapa WIDD11-F2-1/P atau WIDD11-F2-2/N tidak bekerja


sekalipun turut memberikan arus gangguan, karena arus gangguan dari
WIDD11-F2 hanya sebesar 39 A, yang lebih kecil daripada arus normal (In)
atau arus beban puncak (Iload max) yang mengalir di saluran tersebut.

4.2.12 Widuri-E (WIDE)


Tabel 4.26 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-E
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

WIDE12-1D-1/N

400/5

1.5

0.8

ANSI very inverse

WIDE12-1D-1/P

400/5

1.65

ANSI mod inverse

WIDE12-3D-1/N

200/5

ANSI very inverse

WIDE12-3D-1/P

200/5

2.27

0.5

ANSI short inverse

WIDE12-4D-1/N

200/5

0.5

ANSI very inverse

WIDE12-4D-1/P

200/5

0.5

ANSI short inverse

WIDE14-1C-1/N

300/5

2.5

V2 very inverse

WIDE14-1C-1/P

300/5

4.5

E2 extreme inverse

Kurva Karakteristik

Widuri-E mendapatkan aliran daya dari Widuri-P, dengan bentuk


jaringan berbentuk loop antara Widuri-P, Widuri-D, dan Widuri-E. Sama
seperti anjungan lainnya, Widuri-E memiliki beban berupa motor ESP dengan
pf 0,82 lag. Selain itu Widuri-E juga menyuplai daya ke anjungan lain, yaitu
Aida. Untuk beban miliknya sendiri, Widuri-E memiliki tiga penyulang beban
yang masing-masing memikul beban dibawah 1 MVA. Terdapat satu buah
penyulang beban di Widuri-E yang tidak memiliki rele arus lebih, yaitu
WIDE12-5D .
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada salah
satu motor yang terhubung dengan bus WIDE21, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.27 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDE21
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WIDE12-3D-1/P

0.42

566

WIDE12-1D-1/P

0.743

566

WIDD11-F2-2/N

1.906

352

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

77

WIDP11A-1A-1/P

1.915

228

WIDD11-F2-1/P

4.744

352

WIDD11-F1-2/N

19.84

352

4.2.13 Widuri-F (WIDF)


Tabel 4.28 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-F
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

WIDF11-1A-1/N

200/5

6.5

0.5

ANSI extreme inverse

WIDF11-1A-1/P

200/5

5.6

7.23

ANSI extreme inverse

WIDF11-3A-1/N

150/5

0.6

ANSI extreme inverse

WIDF11-3A-1/P

150/5

12.6

ANSI extreme inverse

WIDF21-1-1/N

600/5

5.5

ANSI extreme inverse

WIDF21-1-1/P

600/5

5.5

8.2

ANSI extreme inverse

Kurva Karakteristik

Widuri-F adalah sebuah platfrom kecil yang mendapatkan aliran daya


dari Widuri-D. Widuri hanya memiliki sebuah sumur yang beroperasi, yaitu
sumur 1. Motor yang digunakan pada sumur tersebut adalah motor ESP
berukuran 80 HP dengan pf 0,82 lag. Widuri-F memiliki rele arus lebih yang
memadai untuk membuat sistem proteksi yang baik.
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada motor
di sumur 1, maka rele pertama yang bekerja adalah:
Tabel 4.29 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 1
Nama
Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WIDF21-1-1/N

0.126

8023

WIDF21-1-1/P

0.515

8023

WIDF11-3A-1/P

1.919

806

WIDF11-1A-1/P

3.593

806

WIDD12-3A-1/P

7.074

806

Apabila yang terjadi adalah gangguan 3 fasa, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.30 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 1
Nama Rele
WIDF21-1-1/P

Waktu (detik)
0.652

Arus Gangguan
30 cycle (A)
6704

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

78

WIDF11-3A-1/P

1.068

1166

WIDF11-1A-1/P

1.739

1166

WIDD12-3A-1/P

3.213

1166

4.2.14 Widuri-G (WIDG)


Tabel 4.31 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-G
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

WIDG11-1A-1/N

200/5

6.5

0.5

E2 extremely inverse

WIDG11-1A-1/P

200/5

6.5

1.7

E2 extremely inverse

WIDG11-2A-1/N

200/5

0.59

1.2

E1 extremely inverse

WIDG11-2A-1/P

200/5

3.3

E2 extremely inverse

WIDG11-2A-2/G

600/5

77 extremely inverse

Kurva Karakteristik

Widuri-G mendapatkan aliran daya dari Widuri-D. sama seperti anjungan


lainnya, Widuri-G memiliki beban berupa motor ESP dengan pf 0,82 lag di
setiap sumur yang dimilikinya. Widuri-G memiliki 5 sumur yang beroperasi,
yang mendapatkan aliran daya dari tiga buah penyulang beban yang
dimilikinya. Dari ketiga penyulang beban, hanya satu yang memiliki rele arus
lebih sebagai sistem proteksinya, yaitu WIDG11-2A. Sementara penyulang
WIDG11-4A (sumur 3) dan WIDG11-5A (sumur 5) hanya menggunakan
sekring (fuse) dan saklar (switch).
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa pada sumur yang
disuplai oleh WIDG11-2A, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.32 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 1
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WIDG11-2A-2/G

0.234

9121

WIDG11-2A-1/P

0.332

916

WIDG11-1A-1/P

0.747

916

WIDD11-F4-1/P

1.143

916

WIDD11-F1-2/N

3.579

856

WIDD11-F1-1/P

20.527

856

WIDD11-F1-3/P

46.346

856

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

79

Bila yang terjadi adalah gangguan hubung pendek tiga fasa, maka rele
yang pertama kali bekerja adalah:
Tabel 4.33 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 1
Nama Rele

Arus Gangguan
30 cycle (A)

Waktu (detik)

WIDG11-2A-1/P

0.182

1385

WIDG11-1A-1/P

0.336

1385

WIDD11-F4-1/P

0.491

1385

WIDD11-F1-2/N

2.126

1294

WIDD11-F1-1/P

7.37

1294

WIDD11-F1-3/P

13.07

1294

WIDD11-F2-2/N

29.646

92

4.2.15 Widuri-H (WIDH)


Tabel 4.34 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-H
Nama Rele

Rasio
CT

WIDH11-1A-1/N

200/5

WIDH11-1A-1/P
WIDH11-2A-1/N
WIDH11-2A-1/P

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

Kurva Karakteristik

0.8

E2 extremely inverse

200/5

4.5

1.6

V2 very inverse

200/5

0.75

V2 very inverse

200/5

3.15

E2 extremely inverse

Widuri-H mendapatkan aliran daya langsung dari Widuri-A PCR-C.


Widuri-H memiliki 5 sumur yang mendapatkan aliran daya dari dua penyulang
beban. Penyulang WIDH11-2A menyuplai sumur 4, 7, 13, dan 16 (total beban
0,438 MVA), melalui sebuah transformator 2,5 MVA. Penyulang WIDH11-4A
menyuplai sumur 15 (0,103 MVA). Penyulang WIDH11-4A tidak dilengkapi
dengan rele arus lebih untuk sistem proteksinya. Penyulang tersebut hanya
menggunakan saklar dan sekring untuk sistem proteksinya.
Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada salah
satu sumur di WIDH11-2A, maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.35 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 4
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WIDH11-2A-1/P

0.304

961

WIDH11-1A-1/P

0.466

961

WIDA16A-2A-1/P

1.823

961

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

80

Apabila yang terjadi adalah gangguan 3 fasa, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.36 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 4
Nama Rele

Arus Gangguan
30 cycle (A)

Waktu (detik)

WIDH11-2A-1/P

0.164

1478

WIDH11-1A-1/P

0.304

1478

WIDA16A-2A-1/P

0.981

1478

4.2.16 Widuri-P (WIDP)


Widuri-P

adalah

salah

satu

anjungan

besar,

dimana

terletak

pembangkitan daya 2 x 3,5 MW. Tidak seperti anjungan lainnya, beban utama
pada Widuri-P bukanlah motor-motor ESP, tetapi yang menjadi beban WiduriP adalah anjungan lain. Setidaknya ada 6 anjungan yang mendapatkan daya
langsung dari Widuri-P, yaitu Widuri-A, Widuri-B, Widuri-D, Widuri-E, Inda,
Intan-B. juga terhubung dengan WIDA PCR dan Widuri-T Solar (WITS).
WIDA PCR dan WITS mengalirkan daya pada Widuri-P, untuk disalurkan lagi
ke anjungan lainnya. Dapat dikatakan bahwa semua anjungan di daerah utara
akan berpusat di Widuri-P.
Tabel 4.37 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-P
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

WIDP01-F1-1/P

500/5

1.2

1.4

53 very inverse

WIDP01-F1-2/P1

500/5

1.2

9.86

IAC very inverse

WIDP01-F1-2/P2

500/5

1.2

14.94

IAC very inverse

WIDP01-T1-1/P

300/5

2.5

8.2

77 extremely inverse

WIDP01-T1-2/N

300/5

10

53 very inverse

WIDP01-T1-3/G

600/5

0.5

53 very inverse

WIDP01-T2-1/P

300/5

8.1

Kurva Karakteristik

77 extremely inverse

WIDP01-T2-2/N

300/5

10

53 very inverse

WIDP11A-1A-1/P

1200/5

0.6

0.8

77 extremely inverse

WIDP11A-1A-2/N

1200/5

0.5

1.1

53 very inverse

WIDP11A-1A-3/N

1200/5

0.42

1.5

IEEE very inverse

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

81

WIDP11A-1A-3/P

1200/5

0.8

IEEE extreme inverse

WIDP11A-1B-1/P

600/5

10

53 very inverse

WIDP11A-1B-2/N

600/5

10

53 very inverse

WIDP11A-1B-3/N

600/5

2.8

IEEE very inverse

WIDP11A-1B-3/P

600/5

1.02

IEEE very inverse

WIDP11A-2A-1/N

1200/5

0.7

15

B6 very inverse

WIDP11A-2A-1/P

1200/5

26

B4 mod inverse

WIDP11A-2A-2/N

1200/5

0.7

0.8

IEEE very inverse

WIDP11A-2A-2/P

1200/5

1.2

IEEE mod inverse

WIDP11A-2A-3/N

1200/5

0.625

0.55

IEEE very inverse

WIDP11A-2A-3/P

1200/5

2.625

1.2

IEEE mod inverse

WIDP11A-2B-1/P

600/5

10

10

77 extremely inverse

WIDP11A-2B-2/N

600/5

1.5

2.4

53 very inverse

WIDP11A-2B-3/N

600/5

0.745

2.93

IEEE very inverse

WIDP11A-2B-3/P

600/5

2.5

4.59

IEEE extreme inverse

WIDP11A-3B-1/G

150/5

2.5

13.69

WIDP11A-3B-1/P

300/5

3.5

ANSI mod inverse

WIDP11A-3B-2/N

300/5

1.265

3.63

IEEE very inverse

WIDP11A-3B-2/P

300/5

3.5

1.1

IEEE mod inverse

WIDP11A-4B-1/P

100/5

10

WIDP11A-4B-3/N

100/5

0.4

0.17

IEEE very inverse

WIDP11A-4B-3/P

100/5

0.4

IEEE very inverse

WIDP11A-T1-1/P

600/5

7.2

77 extremely inverse

WIDP11A-T1-2/N

600/5

0.5

53 very inverse

WIDP11B-8B-1/P

600/5

3.1

53 very inverse

WIDP11B-8B-3/N

600/5

0.9

0.35

IEEE very inverse

WIDP11B-8B-3/P

600/5

3.3

0.6

IEEE very inverse

WIDP11B-10A-1/P

1200/5

0.8

8.8

IEEE extreme inverse

WIDP11B-10A-2/N

1200/5

5.5

53 very inverse

WIDP11B-10A-3/N

1200/5

0.1

1.12

IEEE very inverse

WIDP11B-10A-3/P

1200/5

0.375

63.42

IAC extreme inverse

WIDP11B-10B-1/N

150/5

1.7

64.68

ANSI extreme inverse

WIDP11B-10B-1/P

300/5

3.5

16.96

ANSI very inverse

WIDP11B-10B-2/N

300/5

1.925

14.38

IAC very inverse

WIDP11B-10B-2/P

300/5

3.5

4.52

IEEE very inverse

WIDP11B-11A-1/N

1200/5

0.65

9.7

U3 very inverse

WIDP11B-11A-1/P

1200/5

3.25

10

U3 very inverse

WIDP11B-11A-2/N

1200/5

0.8

4.03

IAC very inverse

WIDP11B-11A-2/P

1200/5

3.25

IEEE very inverse

WIDP11B-11B-1/P

1200/5

19

B6 very inverse

WIDP11B-11B-1/N

1200/5

0.3

B6 very inverse

IAC very inverse

53 very inverse

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

82

WIDP11B-11B-2/N

1200/5

0.36

1.7

IEEE very inverse

WIDP11B-11B-2/P

1200/5

5.8

IEEE extreme inverse

WIDP11B-12A-1/N

1200/5

0.3

B6 very inverse

WIDP11B-12A-1/P

1200/5

28

B6 very inverse

WIDP11B-12A-2/N

1200/5

0.36

1.7

IEEE very inverse

WIDP11B-12A-2/P

1200/5

25.94

WIDP11B-12B-1/P

1200/5

2.5

WIDP11B-12B-2/N

1200/5

0.6

4.3

53 very inverse

WIDP11B-12B-3/N

1200/5

0.405

3.19

IEEE very inverse

WIDP11B-12B-3/P

1200/5

1.35

0.8

IEEE very inverse

WIDP11B-T2-1/P

600/5

2.5

5.5

77 extremely inverse

WIDP11B-T2-2/N

600/5

0.5

IAC extreme inverse


53 very inverse

53 very inverse

Sebagai anjungan induk, yang menjadi muara aliran daya bagi semua
anjungan di daerah utara, maka ketika ada gangguan hubung pendek di
anjungan-anjungan lain, akan memberikan dampak bagi Widuri-P. Oleh karena
itu, setelan rele di Widuri-P dibuat dengan asumsi lokasi gangguan terdapat di
anjungan lain (seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya dan pada
bagian berikutnya). Hal ini didukung juga dengan probabilitas terjadinya
gangguan akibat anjungan lain yang tentu lebih besar dibanding probabilitas
terjadinya gangguan akibat anjungan Widuri-P itu sendiri.
Yang menjadi menarik adalah ketika gangguan terjadi di saluran
transmisi bawah laut dari Widuri-P ke anjungan lain. Sebagai contoh pada
jaringan loop WIDP-WIDD-WIDE, apabila gangguan hubung pendek satu fasa
ke tanah terjadi pada saluran transmisi WIDP-WIDD (pada penyulang
WIDP11B-11A), maka rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.38 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WIDP11B-11A
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WIDP11B-11A-2/N

5.736

372

WIDP11B-11A-1/N

8.961

372

WIDP11B-10B-1/N

26.288

194

WIDP11B-10B-2/N

30.294

194

Kedua rele yang disebutkan terakhir pada tabel diatas akan memutus
generator GT3 dari jaringan. Generator GT2 yang sama-sama terletak di

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

83

anjungan Widuri-P tidak akan diputus. Hal ini dikarenakan CB yang berperan
sebagai pengikat bus (bus tie) akan bekerja, memisahkan hubungan antara bus
WIDP11A dengan bus WIDP11B. Sama halnya apabila gangguan terjadi pada
saluran transmisi WIDP-WIDE (pada penyulang WIDP11A-1A), bila rele pada
penyulang WIDP11A-1A gagal bekerja, maka rele pada penyulang WIDP11A3B, yaitu WIDP11A-3B-3N akan bekerja setelah 11,604 detik, memutus
generator GT2 dari jaringan. Karena bus-tie bekerja, maka gangguan tersebut
tidak akan mengakibatkan rele pada generator GT3 bekerja.

4.2.17 Widuri-T Solar (WITS)


WITS adalah salah satu anjungan besar, dimana terletak pembangkitan
daya 5 x 3,5 MW (4 unit lama, 1 unit baru ditambahkan). Tidak seperti
anjungan lainnya, beban utama pada WITS bukanlah motor-motor ESP, tetapi
yang menjadi beban WITS adalah anjungan lain. WITS terhubung dengan
WIDA PCR dan Widuri-P. WITS mengalirkan daya ke Widuri-P (ada yang
secara langsung dan ada yang melalui WIDA PCR), untuk disalurkan lagi ke
anjungan-anjungan lainnya. WITS tidak terhubung secara langsung dengan
anjungan lainnya, selain WIDA PCR dan Widuri-P.
Tabel 4.39 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri-T Solar
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

Kurva Karakteristik

WITS11A-1A-1/G

50/5

0.6

B4 mod inverse

WITS11A-1A-1/P

100/5

1.5

16

B6 very inverse

WITS11A-1A-2/P

2000/5

0.5

V1 very inverse

WITS11A-1B-1/G

50/5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11A-1B-1/P

75/5

16

B7 extremely inverse

WITS11A-1B-2/P

2000/5

0.5

E1 extremely inverse

WITS11A-2A-1/G

75/5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11A-2A-1/P

75/5

16

B7 extremely inverse

WITS11A-2A-2/P

2000/5

0.5

E1 extremely inverse

WITS11A-2B-1/G

75/5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11A-2B-1/P

75/5

16

B7 extremely inverse

WITS11A-2B-2/P

2000/5

0.5

E1 extremely inverse

WITS11A-3B-1/G

50/5

V very inverse (SW3-3 on)

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

84

WITS11A-3B-1/P

400/5

69

B5 inverse time

WITS11A-4B-1/G

50/5

V very inverse (SW3-3 on)

WITS11A-4B-1/P

400/5

70

B5 inverse time

WITS11A-5B-1/G

50/5

V very inverse (SW3-3 on)

WITS11A-5B-1/P

400/5

70

B5 inverse time

WITS11A-6B-1/N

1200/5

0.3

15

B6 very inverse

WITS11A-6B-1/P

1200/5

55

B6 very inverse

WITS11B-11A-1/N

1200/5

0.31

11

B6 very inverse

WITS11B-11A-1/P

1200/5

79

B6 very inverse

WITS11B-12B-1/G

50/5

V very inverse (SW3-3 on)

WITS11B-12B-1/P

400/5

70

B5 inverse time

WITS11B-13B-1/G

50/5

V very inverse (SW3-3 on)

WITS11B-13B-1/P

400/5

70

B5 inverse time

WITS11B-10B-1/N

1200/5

0.32

16

B6 very inverse

WITS11B-10B-1/P

1200/5

63

B6 very inverse

WITS11B-15A-1/G

75/5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11B-15A-1/P

75/5

16

B7 extremely inverse

WITS11B-15A-2/P

2000/5

0.75

E1 extremely inverse

WITS11B-15B-1/G

75/5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11B-15B-1/P

75/5

16

B7 extremely inverse

WITS11B-15B-2/P

2000/5

0.5

E1 extremely inverse

WITS11B-16A-1/G

50/5

0.6

B4 mod inverse

WITS11B-16A-1/P

100/5

1.5

16

B6 very inverse

WITS11B-16A-2/P

2000/5

0.5

V1 very inverse

WITS11B-16B-1/G

50/5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11B-16B-1/P

75/5

6.1

25

B7 extremely inverse

WITS11B-16B-2/P

2000/5

0.5

E1 extremely inverse

Apabila terjadi gangguan hubung pendek satu fasa ke tanah pada saluran
transmisi WITS-WIDP, di penyulang WITS11B-11A, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.40 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WITS11B-11A
Nama
Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WITS11B-11A-1/N

0.898

276

WIDA16B-7B-1/G

1.412

138

WIDP11B-12A-1/N

1.894

138

WIDP11B-11B-1/N

2.34

138

WITS11A-6B-1/N

3.921

138

WITS11B-10B-1/N

4.722

138

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

85

WIDA16B-7B-1/N

12.138

138

WIDP11B-11B-2/N

22.109

138

WIDP11B-12A-2/N

22.164

138

WIDP11B-10B-1/N

25.787

196

WIDP11B-10B-2/N

29.461

196

Dari urutan kerja rele pada tabel 4.40 terlihat bahwa rele arus lebih biasa
kurang baik untuk melindungi jaringan berbentuk loop. Apabila digunakan rele
arus lebih berarah pada jaringan loop WITS WIDP WIDA PCR, maka
ketika terjadi gangguan pada di saluran transmisi WITS WIDP, melalui
penyulang WITS11B-11A, maka urutan rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.41 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di WITS11B-11A Dengan
Menggunakan Rele Arus Lebih Berarah
Nama Rele

Arus Gangguan 30
cycle (A)

Waktu (detik)

WITS11B-11A-1/N

0.178

276

WITS11A-6B-1/N

0.522

138

WITS11B-10B-1/N

0.858

138

WIDA16B-7B-1/G

1.209

138

WIDP11B-11B-1/N

1.66

138

WIDP11B-12A-1/N

2.344

138

WIDA16A-1B-1/N

3.932

107

WIDP11A-2A-3/N

4.683

107

Dengan demikian penggunaan rele arus lebih berarah pada jaringan


berbentuk loop dapat membuat koordinasi rele menjadi lebih baik, karena rele
bekerja dengan lebih berurutan. Hal ini membuat sistem proteksi menjadi lebih
selektif.

4.2.18 Widuri North-A (WINA)


Widuri North-A (WINA) merupakan satu dari tiga buah anjungan yang
mendapatkan aliran daya dari Widuri-D. WINA memiliki 8 buah sumur yang
mendapatkan aliran daya dari tiga penyulang beban. Beban WINA berupa
motor ESP 50 HP sampai 466 HP, dengan pf 0,82 lag. Dari ketiga penyulang,

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

86

hanya penyulang WINA12-2A yang memiliki rele arus lebih sebagai sitem
proteksi. Penyulang lainnya hanya mengguanakan saklar yang disertai dengan
sekring.
Tabel 4.42 Setelan Rele Kondisi Kedua Pada Anjungan Widuri North-A
Nama Rele

Rasio
CT

Arus
Pickup (A)

TMS
(detik)

WINA11-2A-1/N

200/5

0.24

0.05

IEC normal inverse

WINA11-2A-1/P

200/5

1.35

0.05

IEC very inverse

WINA11-2A-2/G

600/5

1.9

77 extremely inverse

Kurva Karakteristik

Apabila terjadi gangguan hubung pendek pada sumur yang


mendapatkan aliran daya dari penyulang WINA11-2A, maka rele yang bekerja
adalah:
Tabel 4.43 Hasil Simulasi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Sumur 3
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WINA11-2A-2/G

0.098

8679

WINA11-2A-1/P

0.303

871

WIDD12-1B-1/P

0.759

871

WIDD11-F3-1/P

3.446

871

WIDD11-F1-2/N

3.861

814

WIDD11-F1-1/P

23.568

814

WIDD11-F1-3/P

56.98

814

Bila gangguan yang terjadi adalah gangguan hubung pendek 3 fasa, maka
rele yang bekerja adalah:
Tabel 4.44 Hasil Simulasi Gangguan 3 Fasa di Sumur 3
Nama Rele

Waktu (detik)

Arus Gangguan
30 cycle (A)

WINA11-2A-1/P

0.182

1273

WIDD12-1B-1/P

0.625

1273

WIDD11-F3-1/P

1.806

1273

WIDD11-F1-2/N

2.33

1190

WIDD11-F1-1/P

8.954

1190

WIDD11-F1-3/P

16.3

1190

WIDD11-F2-2/N

29.646

85

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

KESIMPULAN

Dari simulasi dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Untuk nilai setelan arus bagi rele arus lebih, yang terendah bernilai 0,1
Ampere, dan yang tertinggi bernilai 15 Ampere. Untuk nilai setelan TMS
bagi rele arus lebih, yang terendah bernilai 0,02 detik, dan yang tertinggi
bernilai 79 detik. Untuk kurva karakteristik rele, jenis yang digunakan
adalah instantaneous dan invers.
2. Penggunaan rele arus lebih biasa pada jaringan loop tidak dapat memberikan
koordinasi yang cukup baik (rele bekerja paling cepat setelah 0,898 detik
dan paling lambat setelah 29,461 detik). Apabila digunakan rele arus lebih
berarah pada jaringan yang berbentuk loop, khususnya pada jaringan loop
WIDP WITS WIDA PCR, koordinasi rele menjadi lebih baik (rele
bekerja paling cepat setelah 0,178 detik dan paling lambat setelah 4,683
detik).
3. Koordinasi antar rele arus lebih, baik rele arus lebih gangguan fasa maupun
rele arus lebih gangguan tanah, pada jaringan sistem tenaga listrik di daerah
operasi CNOOC SES Ltd bagian Utara dengan kondisi pembangkitan yang
baru, sudah baik dan sesuai dengan prinsip sistem proteksi.

87
Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

88

DAFTAR ACUAN
[1]

Kuliah Sistem Tenaga Listrik, oleh Prof. Dr. Ir. Rudy Setiabudy, DEA pada
tanggal 26 November 2010, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.

[2]

Arif Wirawan, Perancangan Sistem Koordinasi Rele Proteksi Pada


Perencanaan Jaringan Distribusi Ring di EMP Malacca Strait Dengan
Menggunakan Rele Arus Lebih Berarah, Skripsi S1, Universitas Indonesia,
Depok, 2010.

[3]

Nasser, Tleis, Power Systems Modelling and Fault Analysis, Elsevier,


Chennai, 2008.

[4]

Weedy, B.M., Corry, B.J., Electric Power Systems, 4th Ed, John Wiley &
Sons, Chichester, 2004.

[5]

Kuliah Proteksi Sistem Tenaga Listrik, oleh Ir. Sri Rejeki, Dipl. Ing., dari 31
Agustus 2010 hingga 6 November 2010 , Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

[6]

Blackburn, J.L., Domin, T.J., Protective relaying: Principles and


Application, 3rd Ed, CRC Press, Boca Raton, 2007.

[7]

Giovanni Joshua, Analisa Aplikasi Koordinasi Proteksi Generator GE dan


Alstom Pada PLTG 3 x 20MW Milik CNOOC SES Ltd di Pulau Pabelokan,
Seminar S1, Universitas Indonesia, Depok, 2010.

[8]

Ravindranath, B., Chander, M., Power System Protection and Switchgear,


Wiley Eastern Limited, New Delhi, 1985.

[9]

Hewitson, L.G., Brown, M., Balakrishnan, R., Practical Power Systems


Protection, Elsevier, Perth, 2004.

[10] Protective Relays Application Guide, 2nd Ed, GEC Measurment, Stafford,
1985.
[11] IEEE Std 242 -2001TM, Buff BookTM: Protection and Coordination of
Industrial and Commercial Power Systems, IEEE, New York, 2001.

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

89

DAFTAR PUSTAKA
Arif

Wirawan,

Perancangan

Sistem

Koordinasi

Rele

Proteksi

Pada

Perencanaan Jaringan Distribusi Ring di EMP Malacca Strait Dengan


Menggunakan Rele Arus Lebih Berarah, Skripsi S1, Universitas Indonesia,
Depok, 2010.
Blackburn, J.L., Domin, T.J., Protective relaying: Principles and Application,
3rd Ed, CRC Press, Boca Raton, 2007.
GEC Measurment, Protective Relays Application Guide, 2nd Ed, Balding &
Mansell Ltd., London, 1985.
Giovanni Joshua, Analisa Aplikasi Koordinasi Proteksi Generator GE dan
Alstom Pada PLTG 3 x 20MW Milik CNOOC SES Ltd di Pulau Pabelokan,
Seminar S1, Universitas Indonesia, Depok, 2010.
Hewitson, L.G., Brown, M., Balakrishnan, R., Practical Power Systems
Protection, Elsevier, Perth, 2004.
IEEE Std 242 -2001TM, Buff BookTM: Protection and Coordination of Industrial
and Commercial Power Systems, IEEE, New York, 2001.
Nasser, Tleis, Power Systems Modelling and Fault Analysis, Elsevier, Chennai,
2008.
Ravindranath, B., Chander, M., Power System Protection and Switchgear,
Wiley Eastern Limited, New Delhi, 1985.
Weedy, B.M., Corry, B.J., Electric Power Systems, 4th Ed, John Wiley & Sons,
Chichester, 2004.

Universitas Indonesia
Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

90

LAMPIRAN 1
SETELAN RELE PADA KONDISI KE-1

Nama Rele

Tipe

Rasio
CT

Arus
Setelan
(A)
1.25

E2, Extremely Inverse

2.3

Disabled

E2, Extremely Inverse

AIDA11-3A-1/N

BE1-851

400/5

AIDA11-3A-1/P

BE1-851

400/5

AIDA12-9A-1/N

BE1-851

500/5

0.5

AIDA12-9A-1/P

BE1-851

500/5

1.25

AIDA12-10A-1/N

BE1-851

500/5

0.5

AIDA12-10A-1/P

BE1-851

500/5

INDA11-1C-1/N

BE1-851

INDA11-1C-1/P

BE1-851

INDA13-7A-1/N
INDA13-7A-1/P

SPAJ 140
C
SPAJ 140
C

Kurva Karakteristik

Time
Dial
(detik)

Jangkauan
Instant.

Setelan
Instant.

6.3

Disabled

I2, Inverse Time

0.5-9.99

E2, Extremely Inverse

Disabled

I2, Inverse Time

0.5-9.99

1.25

E2, Extremely Inverse

Disabled

400/5

E2, Extremely Inverse

0.7

10-99.9

400/5

V2, Very Inverse

1.7

Disabled

600/5

0.1

Extremely Inverse

0.1

0.1-10

0.4

600/5

0.5

Extremely Inverse

0.05

0.5-40

Extremely Inverse

8.5

Disabled
Disabled

0.6

0.6

22.5

INTA11-F1-1/P

IFC 77

600/5

INTA11-F1-2/N

IFC 53

600/5

2.5

Very Inverse

6.8

INTA11-T20-1/N

IFC 53

300/5

0.5

Very Inverse

INTA11-T20-1/P

IFC 77

300/5

Extremely Inverse

3.5

Disabled

INTA11-T20-3/G

IFC 53

600/5

Very Inverse

2.5

Disabled

INTA11-T21-1/P

IFC 77

250/5

Extremely Inverse

10

Disabled

INTA11-T21-2/N

IFC 53

250/5

Very Inverse

Disabled

INTA21-F1-1/P

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

Disabled

INTAC11-1C-1/N

7SJ62

200/5

2.5

0.5

0.25-175

50

INTAC11-1C-1/P

7SJ62

200/5

E, Extremely Inverse

0.5-175

150

INTAC11-3C-1/N

7SJ600

150/5

0.2

E, Extremely Inverse

0.5

0.1-25

0.7

INTAC11-3C-1/P

7SJ600

150/5

E, Extremely Inverse

3.2

Disabled

INTAC21-T1-1/N

7SJ600

600/5

1.1

V, Very Inverse

Disabled

INTAC21-T1-1/P

7SJ600

600/5

1.4

E, Extremely Inverse

Disabled

INTB01-F1-1/N1

7SJ600

800/5

0.1

Very Inverse

0.5

0.1-25

INTB01-F1-1/P

7SJ600

800/5

0.6

E, Extremely Inverse

4.2

Disabled

INTB11-F1-1/P

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

4.5

Disabled

INTB11-F1-2/N

IFC 53

1200/5

2.5

Very Inverse

Disabled

INTB11-F2-1/N

BE1-851

600/5

3.3

E1, Extremely Inverse

Disabled

INTB11-F2-1/P

BE1-851

600/5

3.4

E2, Extremely Inverse

Disabled

INTB11-F3-1/P

IFC 77

600/5

10

6-150

50

INTB11-F3-2/N

IFC 53

600/5

2.5

2-50

47.5

INTB11-F4-1/P

IFC 77

600/5

V, Very Inverse

Extremely Inverse
Very Inverse
Extremely Inverse

9
7.2

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

2-50

Disabled

0.5

91

INTB11-F4-2/N

IFC 53

600/5

2.5

Very Inverse

2-50

35

INTB11-T20A-1/N

IFC 53

300/5

Very Inverse

2-50

INTB11-T20A-1/P

IFC 77

300/5

Extremely Inverse

Disabled

INTB11-T20A-3/G

IFC 53

600/5

Very Inverse

1.8

Disabled

INTB11-T20B-1/N

IFC 53

300/5

Very Inverse

2-50

INTB11-T20B-1/P

IFC 77

300/5

Extremely Inverse

Disabled

INTB11-T20B-3/G

IFC 77

1200/5

2.5

Extremely Inverse

8.5

Disabled

INTB12-3B-1/N

BE1-851

600/5

1.7

E2, Extremely Inverse

1.5

Disabled

INTB12-3B-1/P

BE1-851

600/5

E2, Extremely Inverse

Disabled

INTB13-4B-1/N

BE1-851

400/5

2.5

E2, Extremely Inverse

1.5

10-99.9

INTB13-4B-1/P

BE1-851

400/5

E2, Extremely Inverse

Disabled

INTB13-5B-1/N

BE1-851

200/5

2.5

E2, Extremely Inverse

3.5

10-99.9

17

INTB13-5B-1/P

BE1-851

200/5

7.5

E2, Extremely Inverse

4.5

10-99.9

70

INTB21-F1-1/P

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

Disabled

INTB21-F2-1/P

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

4.5

Disabled

400/5

0.8

Normal Inverse

0.1

Disabled

400/5

1.2

Extremely Inverse

0.27

0.5-40

10

100/5

0.3

Very Inverse

0.35

0.1-10

100/5

1.2

Extremely Inverse

0.2

0.5-40

30

600/5

Extremely Inverse

2.5

Disabled

200/5

0.8

Very Inverse

0.14

Disabled

200/5

1.2

Extremely Inverse

0.66

Disabled

NEIA12-3B-1/N
NEIA12-3B-1/P
NEIA12-8B-1/N
NEIA12-8B-1/P
NEIA12-8B-1/G
NEIA13-8A-1/N
NEIA13-8A-1/P

SPAJ 140
C
SPAJ 140
C
SPAJ 140
C
SPAJ 140
C
IFC 77
SPAJ 140
C
SPAJ 140
C

25

NEIAC11-1C-1/N

BE1-851

200/5

2.5

E2, Extremely Inverse

2.5

Disabled

NEIAC11-1C-1/P

BE1-851

200/5

6.4

E2, Extremely Inverse

10-99.9

NEIAC11-2C-1/N

BE1-851

200/5

0.6

E2, Extremely Inverse

0.01-9.9

NEIAC11-2C-1/P

BE1-851

200/5

3.5

E2, Extremely Inverse

5.4

10-99.9

40

NEIAC11-2C-2/G

IFC 53

200/5

Very Inverse

Disabled

VITA11-1A-1/N

BE1-51

200/5

3.3

B7 Extremely Inv

Disabled

VITA11-1A-1/P

BE1-51

200/5

4.5

B7 Extremely Inv

17

Disabled

VITA11-2A-1/N

BE1-51

200/5

0.75

B7 Extremely Inv

1-40

VITA11-2A-1/P

BE1-51

200/5

B7 Extremely Inv

1-40

18

VITA21-1-1/N

7SJ600

VITA21-1-1/P

7SJ600

WIDA11-8-1/N

BE1-851

WIDA11-8-1/P

BE1-851

WIDA16A-1B-1/N

600/5
600/5
600/5
600/5

0.7

E, Extremely Inverse

3.7

Disabled

1.4

E, Extremely Inverse

1.9

Disabled

600/5

1.1

E2, Extremely Inverse

2.6

Disabled

600/5

1.7

E1, Extremely Inverse

8.5

10-99.9

F35

1200/5

0.27

0.55

Disabled

WIDA16A-1B-1/P

F35

1200/5

1.2

Disabled

WIDA16A-1B-2/N

T60

1200/5

0.27

0.55

Disabled

WIDA16A-1B-2/P

T60

1200/5

1.2

Disabled

Very Inverse
Moderately Inverse
Very Inverse
Moderately Inverse

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

50

50

92

WIDA16A-2A-1/G

F35

50/5

5.2

Very Inverse

0.24

Disabled

WIDA16A-2A-1/N

F35

600/5

0.43

Very Inverse

0.24

Disabled

WIDA16A-2A-1/P

F35

600/5

0.45

Very Inverse

0.84

0.001-30

WIDA16A-2B-1/G

F35

50/5

Very Inverse

0.51

Disabled

WIDA16A-2B-1/N

F35

600/5

0.5

Very Inverse

0.51

Disabled

WIDA16A-2B-1/P

F35

600/5

0.8

Very Inverse

1.97

Disabled

WIDA16A-3B-1/G

F35

50/5

WIDA16A-3B-1/N

F35

1200/5

0.27

0.63

Disabled

WIDA16A-3B-1/P

F35

1200/5

1.4

Disabled

WIDA16A-5B-1/G

F35

50/5

<None>

WIDA16B-5B-1/N

F35

1200/5

<None>

WIDA16B-5B-1/P

F35

1200/5

<None>

WIDA16B-6A-1/G

F35

50/5

<None>

WIDA16B-6A-1/N

F35

600/5

<None>

WIDA16B-6A-1/P

F35

600/5

<None>

WIDA16B-6B-1/G

F35

50/5

<None>

WIDA16B-6B-1/N

F35

600/5

<None>

WIDA16B-6B-1/P

F35

600/5

<None>

WIDA16B-7B-1/G

F35

50/5

<None>

WIDA16B-7B-1/N

F35

600/5

<None>

WIDA16B-7B-1/P

F35

600/5

<None>

WIDA21-F1-1/P

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

Disabled

WIDA21-G1-1/P

IFC 53

600/5

Very Inverse

1.6

Disabled

WIDA21-G1-2/N

IFC 53

600/5

Very Inverse

2.2

Disabled

WIDB11-F1-1/P

IFC 77

600/5

10

Extremely Inverse

10

Disabled

WIDB11-F1-2/N

IFC 53

600/5

Very Inverse

1.1

Disabled

WIDB11-F1-3/N

BE1-851

600/5

3.34

V2, Very Inverse

0.7

Disabled

WIDB11-F1-3/P

BE1-851

600/5

V2, Very Inverse

3.2

WIDB11-F2-1/P

IFC 51

600/5

Inverse

WIDB11-F2-2/N

IFC 53

600/5

2.5

WIDB11-F3-1/N

BE1-851

600/5

WIDB11-F3-1/P

BE1-851

600/5

2.55

WIDB11-T20A-1/P

IFC 77

150/5

WIDB11-T20A-2/N

IFC 53

150/5

0.8

Very Inverse

WIDB11-T20A3/G

IFC 53

600/5

Very Inverse

2.1

Disabled

WIDB11-T20B-1/P

IFC 77

150/5

Extremely Inverse

6.5

Disabled

WIDB11-T20B-2/N

IFC 53

150/5

0.8

Very Inverse

WIDB11-T20C1/N

BE1-851

600/5

0.5

C, Extremely Inverse

0.2

0.5-9.99

WIDB11-T20C-1/P

BE1-851

600/5

1.45

E2, Extremely Inverse

4.5

10-99.9

40

WIDB11-T20C2/G

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

5.3

Disabled

27

<None>
Very Inverse
Moderately Inverse

Disabled

Very Inverse

0.8

Disabled

C, Extremely Inverse

0.2

Disabled

V2, Very Inverse

0.9

Disabled

Extremely Inverse

6.5

Disabled

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

2-50

2-50

3.4

3.4

93

WIDB21-F1-1/P

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

5.4

Disabled

WIDB21-F2-1/P

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

5.4

Disabled

WIDB21-F2-2/N

IFC 53

600/5

Very Inverse

2.1

Disabled

WIDC11-F1-1/P

IFC 53

600/5

Very Inverse

7.7

Disabled

WIDC11-F1-2/N

IFC 53

600/5

2.5

Very Inverse

1.6

Disabled

WIDC11-F3-1/N

BE1-851

300/5

5.19

V2, Very Inverse

0.65

Disabled

WIDC11-F3-1/P

BE1-851

300/5

V2, Very Inverse

Disabled

WIDC11-T20A-1/P

IFC 77

150/5

Extremely Inverse

10

Disabled

IFC 53

150/5

1.2

Very Inverse

0.9

2-50

IFC 53

600/5

Very Inverse

2.1

Disabled

WIDC11-T20B-1/P

IFC 77

200/5

Extremely Inverse

10

Disabled

WIDC11-T20B2/N

IFC 53

200/5

Very Inverse

0.7

2-50

2.5

WIDC12-1B-1/N

SEL-351

300/5

0.67

U3, US Very Inverse

0.6

0.25-100

1.67

WIDC12-1B-1/P

SEL-351

300/5

2.52

U4, US Extremely Inv.

2.2

0.25-100

70

WIDC12-2B-1/N

SEL-351

300/5

4.4

U4, US Extremely Inv.

0.5

Disabled

WIDC12-2B-1/P

SEL-351

300/5

3.33

U4, US Extremely Inv.

5.4

Disabled

WIDC13-2C-1/N

BE1-851

600/5

0.34

E2, Extremely Inverse

0.5

0.5-9.99

1.25

WIDC13-2C-1/P

BE1-851

600/5

E2, Extremely Inverse

2.6

10-99.9

35

WIDC21-F1-1/P

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

5.7

Disabled

WIDC21-F2-1/P

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

5.7

Disabled

WIDC21-F2-2/N

IFC 53

600/5

Very Inverse

2.1

Disabled

WIDD11-F1-1/P

IFC 53

1200/5

Very Inverse

7.5

Disabled

WIDD11-F1-2/N

IFC 53

1200/5

1.5

Very Inverse

1.5

Disabled

WIDD11-F1-3/N

BE1-851

1200/5

1.5

V2, Very Inverse

1.1

Disabled

WIDD11-F1-3/P

BE1-851

1200/5

V1, Very Inverse

6.5

Disabled

WIDD11-F2-2/N

IFC 53

600/5

0.5

Very Inverse

2-50

WIDD11-F3-1/N

SEL-351

600/5

2.6

U4, US Extremely Inv.

Disabled

WIDD11-F3-1/P

SEL-351

600/5

3.3

U4, US Extremely Inv.

12

Disabled

WIDD11-F4-1/N

BE1-851

300/5

E1, Extremely Inverse

0.6

Disabled

WIDD11-F4-1/P

BE1-851

300/5

E1, Extremely Inverse

100-150

150

WIDD11-T20A-1/P

IFC 77

300/5

Extremely Inverse

6-150

115

IFC 53

300/5

0.5

Very Inverse

2-50

IFC 53

600/5

Very Inverse

2.3

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

6-150

60

IFC 53

600/5

0.5

Very Inverse

2-50

IFC 53

600/5

Very Inverse

2.3

Disabled

WIDD12-1B-1/N

BE1-851

300/5

3.97

E1, Extremely Inverse

0.3

10-99.9

WIDD12-1B-1/P

BE1-851

300/5

E2, Extremely Inverse

Disabled

WIDD12-1B-2/G

IFC 77

100/5

12

WIDC11-T20A2/N
WIDC11-T20A3/G

WIDD11-T20A2/N
WIDD11-T20A3/G
WIDD11-T20B-1/P
WIDD11-T20B2/N
WIDD11-T20B3/G

Extremely Inverse

0.5

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

3.4

10

Disabled

2-50

15

46

94

WIDD12-2B-1/G

SEL-351

100/5

15

U4, US Extremely Inv.

0.5

Disabled

WIDD12-2B-1/P

SEL-351

300/5

U4, US Extremely Inv.

Disabled

WIDD12-3A-1/N

BE1-851

300/5

4.3

E1, Extremely Inverse

0.6

10-99.9

WIDD12-3A-1/P

BE1-851

300/5

4.5

E1, Extremely Inverse

7.8

Disabled

WIDD12-3B-1/N

BE1-851

300/5

0.59

E1, Extremely Inverse

1.2

0.5-9.99

WIDD12-3B-1/P

BE1-851

300/5

2.5

E2, Extremely Inverse

Disabled

WIDD12-3B-2/G

IFC 77

100/5

Extremely Inverse

2-50

WIDD21-F1-1/P

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

Disabled

WIDD21-F1-2/N

IFC 53

1200/5

Very Inverse

2.5

Disabled

WIDD11-F2-1/P

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

WIDE12-1D-1/N

7SJ600

400/5

0.26

WIDE12-1D-1/P

7SJ600

400/5

WIDE12-3D-1/N

7SJ600

WIDE12-3D-1/P

6-150

14

1.7

23

Very Inverse

0.5

Disabled

0.5

E, Extremely Inverse

10

Disabled

200/5

0.1

Very Inverse

0.1-25

7SJ600

200/5

0.4

E, Extremely Inverse

Disabled

WIDE12-4D-1/N

7SJ600

200/5

0.1

Very Inverse

0.1-25

WIDE12-4D-1/P

7SJ600

200/5

0.6

E, Extremely Inverse

2.2

Disabled

WIDE14-1C-1/N

BE1-851

300/5

1.8

V2, Very Inverse

2.1

Disabled

WIDE14-1C-1/P

BE1-851

300/5

5.86

E2, Extremely Inverse

9.9

Disabled

WIDF11-1A-1/N

7SJ62

200/5

6.5

E, Extremely Inverse

0.5

Disabled

WIDF11-1A-1/P

7SJ62

200/5

5.6

E, Extremely Inverse

7.23

Disabled

WIDF11-3A-1/N

7SJ600

150/5

0.2

E, Extremely Inverse

0.6

0.1-25

WIDF11-3A-1/P

7SJ600

150/5

0.8

E, Extremely Inverse

2.5

Disabled

WIDF21-1-1/N

7SJ600

600/5

1.1

E, Extremely Inverse

Disabled

WIDF21-1-1/P

7SJ600

600/5

1.1

E, Extremely Inverse

Disabled

WIDG11-1A-1/N

BE1-851

200/5

7.6

E2, Extremely Inverse

0.5

Disabled

WIDG11-1A-1/P

BE1-851

200/5

6.5

E2, Extremely Inverse

8.5

Disabled

WIDG11-2A-1/N

BE1-851

200/5

0.59

E1, Extremely Inverse

1.2

0.5-9.99

WIDG11-2A-1/P

BE1-851

200/5

E2, Extremely Inverse

3.7

10-99.9

90

WIDG11-2A-2/G

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

Disabled

WIDH11-1A-1/N

BE1-851

200/5

6.55

E2, Extremely Inverse

0.6

Disabled

WIDH11-1A-1/P

BE1-851

200/5

6.5

V2, Very Inverse

1.6

Disabled

WIDH11-2A-1/N

BE1-851

200/5

0.56

V2, Very Inverse

0.5-9.99

1.5

WIDH11-2A-1/P

BE1-851

200/5

3.15

E2, Extremely Inverse

10-99.9

40

WIDP01-F1-1/P

IFC 53

500/5

Very Inverse

2-50

25

WIDP01-F1-2/P1

L90

500/5

1.2

Very Inverse

Disabled

WIDP01-F1-2/P2

L90

500/5

0.8

Very Inverse

Disabled

WIDP01-T1-1/P

IFC 77

300/5

Extremely Inverse

Disabled

WIDP01-T1-2/N

IFC 53

300/5

Very Inverse

10

Disabled

WIDP01-T1-3/G

IFC 53

600/5

0.5

Very Inverse

Disabled

WIDP01-T2-1/P

IFC 77

300/5

Extremely Inverse

Disabled

WIDP01-T2-2/N

IFC 53

300/5

Very Inverse

10

Disabled

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

0.2

0.26

0.3

95

WIDP11A-1A-1/P

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

Disabled

WIDP11A-1A-2/N

IFC 53

1200/5

0.6

Very Inverse

2-50

WIDP11A-1A-3/N

F35

1200/5

0.12

Very Inverse

1.5

0.001-30

WIDP11A-1A-3/P

F35

1200/5

1.3

Extremely Inverse

0.8

Disabled

WIDP11A-1B-1/P

IFC 53

600/5

Very Inverse

6-150

150

WIDP11A-1B-2/N

IFC 53

600/5

2.5

Very Inverse

1.5

2-50

15

WIDP11A-1B-3/N

F35

600/5

0.5

Very Inverse

0.28

0.001-30

WIDP11A-1B-3/P

F35

600/5

0.6

Very Inverse

0.001-30

WIDP11A-2A-1/N

BE1-51

1200/5

1.35

B6 Very Inv

15

Disabled

WIDP11A-2A-1/P

BE1-51

1200/5

B4 Mod Inv

26

Disabled

WIDP11A-2A-2/N

F35

1200/5

0.2

Very Inverse

0.8

Disabled

WIDP11A-2A-2/P

F35

1200/5

Moderately Inverse

1.2

Disabled

WIDP11A-2A-3/N

T60

1200/5

0.27

0.55

Disabled

WIDP11A-2A-3/P

T60

1200/5

Moderately Inverse

1.2

Disabled

WIDP11A-2B-1/P

IFC 77

600/5

10

Extremely Inverse

10

Disabled

WIDP11A-2B-2/N

IFC 53

600/5

Very Inverse

Disabled

WIDP11A-2B-3/N

F35

600/5

0.2

Very Inverse

0.85

Disabled

WIDP11A-2B-3/P

F35

600/5

Extremely Inverse

1.5

Disabled

WIDP11A-3B-1/G

SR489

150/5

0.2

Very Inverse

10

Disabled

WIDP11A-3B-1/P

SR489

300/5

1.6

Mod Inv 25%V

Disabled

WIDP11A-3B-2/N

F35

300/5

0.1

IAC Very Inverse

10

Disabled

WIDP11A-3B-2/P

F35

300/5

1.6

Moderately Inverse

1.1

Disabled

WIDP11A-4B-1/P

IFC 53

100/5

Very Inverse

WIDP11A-4B-3/N

F35

100/5

0.4

Very Inverse

0.17

0.001-30

WIDP11A-4B-3/P

F35

100/5

Very Inverse

0.4

0.001-30

20

WIDP11A-T1-1/P

IFC 77

600/5

Extremely Inverse

5.5

Disabled

WIDP11A-T1-2/N

IFC 53

600/5

0.5

Very Inverse

Disabled

WIDP11B-8B-1/P

IFC 53

600/5

Very Inverse

3.1

6-150

WIDP11B-8B-3/N

F35

600/5

0.4

Very Inverse

0.35

Disabled

WIDP11B-8B-3/P

F35

600/5

Very Inverse

0.6

0.001-30

WIDP11B-10A-1/P

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

3.5

Disabled

IFC 53

1200/5

0.6

Very Inverse

5.5

2-50

F35

1200/5

0.12

Very Inverse

1.12

0.001-30

WIDP11B-10A-3/P

F35

1200/5

1.4

Extremely Inverse

0.5

Disabled

WIDP11B-10B1/N

SR489

150/5

0.2

Very Inverse

10

Disabled

WIDP11B-10B-1/P

SR489

300/5

1.6

Mod Inv 25%V

Disabled

WIDP11B-10B2/N

F35

300/5

0.1

IAC Very Inverse

10

Disabled

WIDP11B-10B-2/P

F35

300/5

1.6

Moderately Inverse

1.1

Disabled

WIDP11B-11A1/N

SEL-351

1200/5

1.5

U3, US Very Inverse

2.12

Disabled

WIDP11B-10A2/N
WIDP11B-10A3/N

Very Inverse

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

6-150

100

85

17

96

WIDP11B-11A-1/P

SEL-351

1200/5

U3, US Very Inverse

10

Disabled

WIDP11B-11A2/N

F35

1200/5

0.1

Very Inverse

1.1

Disabled

WIDP11B-11A-2/P

F35

1200/5

0.6

Very Inverse

Disabled

WIDP11B-11B-1/P

IFC 77

1200/5

Extremely Inverse

Disabled

IFC 53

1200/5

Very Inverse

3.5

Disabled

L90

1200/5

0.2

Very Inverse

3.6

0.001-30

WIDP11B-11B-2/P

L90

1200/5

Extremely Inverse

Disabled

WIDP11B-12A1/N

BE1-51

1200/5

B7 Extremely Inv

20

Disabled

WIDP11B-12A-1/P

BE1-51

1200/5

B6 Very Inv

20

Disabled

WIDP11B-12A2/N

F35

1200/5

0.2

Very Inverse

1.7

Disabled

WIDP11B-12A-2/P

F35

1200/5

Very Inverse

0.78

Disabled

WIDP11B-12B-1/P

IFC 53

1200/5

2.5

Very Inverse

Disabled

IFC 53

1200/5

Very Inverse

1.9

Disabled

F35

1200/5

0.2

Very Inverse

0.37

Disabled

WIDP11B-12B-3/P

F35

1200/5

0.5

Very Inverse

0.77

Disabled

WIDP11B-T2-1/P

IFC 77

600/5

5.5

Disabled

WIDP11B-T2-2/N

IFC 53

600/5

0.5

Disabled

200/5

0.12

Extremely Inverse

0.1

0.1-10

0.2

200/5

0.6

Extremely Inverse

0.3

0.5-40

12

600/5

Extremely Inverse

Disabled

WIDP11B-11B1/N
WIDP11B-11B2/N

WIDP11B-12B2/N
WIDP11B-12B3/N

WINA11-2A-1/N
WINA11-2A-1/P

SPAJ 140
C
SPAJ 140
C

Extremely Inverse
Very Inverse

1.6

WINA11-2A-2/G

IFC 77

WITS11A-1A-1/G

BE1-51

50/5

2.5

B4 Mod Inv

99

Disabled

WITS11A-1A-1/P

BE1-51

100/5

1.5

B6 Very Inv

25

1-40

10

WITS11A-1A-2/P

BE1-851

2000/5

V1, Very Inverse

0.5-9.99

WITS11A-1B-1/G

BE1-51

50/5

0.5

B7 Extremely Inv

1-40

WITS11A-1B-1/P

BE1-51

75/5

6.1

B7 Extremely Inv

25

1-40

12

WITS11A-1B-2/P

BE1-851

2000/5

0.5

E1, Extremely Inverse

0.5-9.99

WITS11A-2A-1/G

BE1-51

75/5

0.5

B7 Extremely Inv

1-40

WITS11A-2A-1/P

BE1-51

75/5

B7 Extremely Inv

16

1-40

14

WITS11A-2A-2/P

BE1-851

2000/5

0.5

E1, Extremely Inverse

0.5-9.99

2.5

WITS11A-2B-1/G

BE1-51

75/5

0.5

B7 Extremely Inv

1-40

WITS11A-2B-1/P

BE1-51

75/5

B7 Extremely Inv

16

1-40

14

WITS11A-2B-2/P

BE1-851

2000/5

0.5

E1, Extremely Inverse

0.5-9.99

2.5

WITS11A-3B-1/G

BE150/51B

50/5

0.5

V, Very Inverse

1-99

WITS11A-3B-1/P

BE1-51

400/5

70

1-40

WITS11A-4B-1/G

BE150/51B

50/5

0.5

1-99

WITS11A-4B-1/P

BE1-51

400/5

70

1-40

WITS11A-5B-1/G

BE150/51B

50/5

0.5

1-99

WITS11A-5B-1/P

BE1-51

400/5

70

1-40

B5 Inverse
V, Very Inverse
B5 Inverse
V, Very Inverse
B5 Inverse

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

97

WITS11A-6B-1/N

BE1-51

1200/5

1.35

B6 Very Inv

17

Disabled

WITS11A-6B-1/P

BE1-51

1200/5

B4 Mod Inv

30

Disabled

WITS11B-11A-1/N

BE1-51

1200/5

B6 Very Inv

20

Disabled

WITS11B-11A-1/P

BE1-51

1200/5

B6 Very Inv

20

Disabled

WITS11B-12B-1/G

BE150/51B

50/5

0.5

1-99

WITS11B-12B-1/P

BE1-51

400/5

70

1-40

WITS11B-13B-1/G

BE150/51B

50/5

0.5

1-99

WITS11B-13B-1/P

BE1-51

400/5

B5 Inverse

70

1-40

WITS11B-10B-1/N

BE1-51

1200/5

B6 Very Inv

20

Disabled

WITS11B-10B-1/P

BE1-51

1200/5

B6 Very Inv

20

Disabled

WITS11B-15A-1/G

BE1-51

75/5

0.5

B7 Extremely Inv

1-40

WITS11B-15A-1/P

BE1-51

75/5

B7 Extremely Inv

16

1-40

14

WITS11B-15A-2/P

BE1-851

2000/5

0.5

E1, Extremely Inverse

0.5-9.99

2.5

WITS11B-15B-1/G

BE1-51

75/5

0.5

B7 Extremely Inv

1-40

WITS11B-15B-1/P

BE1-51

75/5

B7 Extremely Inv

16

1-40

14

WITS11B-15B-2/P

BE1-851

2000/5

0.5

E1, Extremely Inverse

0.5-9.99

2.5

WITS11B-16A-1/G

BE1-51

50/5

2.5

B4 Mod Inv

99

Disabled

WITS11B-16A-1/P

BE1-51

100/5

1.5

B6 Very Inv

25

1-40

10

WITS11B-16A-2/P

BE1-851

2000/5

V1, Very Inverse

0.5-9.99

WITS11B-16B-1/G

BE1-51

50/5

0.5

B7 Extremely Inv

1-40

WITS11B-16B-1/P

BE1-51

75/5

6.1

B7 Extremely Inv

25

1-40

12

WITS11B-16B-2/P

BE1-851

2000/5

0.5

E1, Extremely Inverse

0.5-9.99

V, Very Inverse
B5 Inverse
V, Very Inverse

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN SETELAN RELE PADA KONDISI KE-2
CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

AIDA11-3A-1/N

400/5

172.6

0.356

1.19

215.75

0.595

51.78

AIDA11-3A-1/P

400/5

172.6

0.356

1.19

215.75

0.595

AIDA12-9A-1/N

500/5

20.7

0.356

1.34

25.875

AIDA12-9A-1/P

500/5

20.7

0.356

1.34

AIDA12-10A-1/N

500/5

53.9

0.356

1.19

AIDA12-10A-1/P

500/5

53.9

0.356

1.19

67.375

0.595

16.17

0.178

110

1.1

INDA11-1C-1/N

400/5

79.1

0.383

1.01

98.875

0.505

23.73

0.1915

200

INDA11-1C-1/P

400/5

79.1

0.383

1.01

98.875

0.505

23.73

0.1915

INDA13-7A-1/N

600/5

39.9

0.383

1.51

49.875

0.755

11.97

INDA13-7A-1/P

600/5

39.9

0.383

1.51

49.875

0.755

INTA11-F1-1/P

600/5

216.6

0.374

1.31

270.75

INTA11-F1-2/N

600/5

216.6

0.374

1.31

INTA11-T20-1/N

300/5

93.1

0.374

1.99

INTA11-T20-1/P

300/5

93.1

0.374

1.99

116.375

0.995

27.93

0.187

180

INTA11-T20-3/G

600/5

535.4

14.04

11.42

669.25

5.71

160.62

7.02

480

INTA11-T21-1/P

250/5

123.5

0.374

4.19

154.375

2.095

37.05

0.187

INTA11-T21-2/N

250/5

123.5

0.374

4.19

154.375

2.095

37.05

1200/5

535.4

14.04

11.42

669.25

5.71

INTAC11-1C-1/N

200/5

37.6

0.374

1.31

47

INTAC11-1C-1/P

200/5

37.6

0.374

1.31

INTAC11-3C-1/N

150/5

37.6

0.374

INTAC11-3C-1/P

150/5

37.6

INTAC21-T1-1/N

600/5

INTAC21-T1-1/P

600/5

INTB01-F1-1/N1
INTB01-F1-1/P

Relay Name

INTA21-F1-1/P

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

0.178

100

1.25

1.25

2.3

E2 extremly inverse

51.78

0.178

300

3.75

3.75

6.3

E2 extremly inverse

0.67

6.21

0.178

50

0.5

0.5

I2 inverse time

25.875

0.67

6.21

0.178

100

E2 extremly inverse

67.375

0.595

16.17

0.178

100

I2 inverse time

1.1

E2 extremly inverse

2.5

2.5

0.7

E2 extremly inverse

200

2.5

1.7

V2 very inverse

0.1915

60

0.5

0.5

0.1

IEC extremely inverse

11.97

0.1915

120

0.5

0.05

0.655

64.98

0.187

300

2.5

2.5

8.5

77 extremely inverse

270.75

0.655

64.98

0.187

144

1.2

1.2

9.2

53 very inverse

116.375

0.995

27.93

0.187

72

1.2

1.2

3.9

53 very inverse

0.7

77 extremely inverse

2.5

53 very inverse

250

10

77 extremely inverse

0.187

150

4.5

53 very inverse

160.62

7.02

960

0.5

77 extremely inverse

0.655

11.28

0.187

60

1.5

1.5

0.5

ANSI very inverse

47

0.655

11.28

0.187

200

3.07

ANSI extreme inverse

1.31

47

0.655

11.28

0.187

60

0.5

0.374

1.31

47

0.655

11.28

0.187

60

3.2

216.2

8.71

7.51

270.25

3.755

64.86

4.355

300

2.5

2.5

216.2

8.71

7.51

270.25

3.755

64.86

4.355

300

2.5

1.6

1.1

800/5

412

0.264

1.74

515

0.87

123.6

0.132

128

0.8

0.8

3.6

ANSI very inverse

800/5

412

0.172

1.74

515

0.87

123.6

0.086

560

3.5

3.5

3.2

IEC very inverse

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

98

0.5 I sc
1ph (kA)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

IEC extremely inverse

ANSI extreme inverse


ANSI extreme inverse
ANSI very inverse
ANSI extreme inverse

99
Relay Name

CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

0.5 I sc
1ph (kA)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

INTB11-F1-1/P

1200/5

412

0.172

1.74

515

0.87

123.6

0.086

600

2.5

2.5

10

53 very inverse

INTB11-F1-2/N

1200/5

412

0.172

1.74

515

0.87

123.6

0.086

72

0.3

0.3

10

53 very inverse

INTB11-F2-1/N

600/5

54.5

0.383

4.73

68.125

2.365

16.35

0.1915

180

1.5

1.3

0.3

C extremely inverse

INTB11-F2-1/P

600/5

54.5

0.383

4.73

68.125

2.365

16.35

0.1915

408

3.4

3.4

E2 extremely inverse

INTB11-F3-1/P

600/5

216.6

0.374

4.2

270.75

2.1

64.98

0.187

408

3.4

3.4

E2 extremely inverse

INTB11-F3-2/N

600/5

216.6

0.374

4.2

270.75

2.1

64.98

0.187

180

1.5

1.5

E1 extremely inverse

INTB11-F4-1/P

600/5

64.5

0.172

0.874

80.625

0.437

19.35

0.086

84

0.7

0.7

9.9

E2 extremely inverse

INTB11-F4-2/N

600/5

64.5

0.172

0.874

80.625

0.437

19.35

0.086

84

0.7

0.7

1.8

E1 extremely inverse

INTB11-T20A-1/N

300/5

47

0.384

0.853

58.75

0.4265

14.1

0.192

60

0.8

1.7

53 very inverse

INTB11-T20A-1/P

300/5

47

0.384

0.853

58.75

0.4265

14.1

0.192

120

INTB11-T20A-3/G

600/5

270

6.15

4.9

337.5

2.45

81

3.075

600

1.8

53 very inverse

INTB11-T20B-1/N

300/5

92.7

0.383

1.68

115.875

0.84

27.81

0.1915

60

1.2

1.3

53 very inverse

INTB11-T20B-1/P

300/5

92.7

0.383

1.68

115.875

0.84

27.81

0.1915

240

INTB11-T20B-3/G

1200/5

532.8

12.16

1.68

666

0.84

159.84

6.08

600

2.5

2.5

8.5

77 extremely inverse

77 extremely inverse

77 extremely inverse

INTB12-3B-1/N

600/5

312.7

0.208

2.58

390.875

1.29

93.81

0.104

120

0.8

E2 extremely inverse

INTB12-3B-1/P

600/5

312.7

0.208

2.58

390.875

1.29

93.81

0.104

480

3.9

E2 extremely inverse

INTB13-4B-1/N

400/5

312.7

0.208

2.58

390.875

1.29

93.81

0.104

100

1.25

1.25

E2 extremely inverse

INTB13-4B-1/P

400/5

312.7

0.208

2.58

390.875

1.29

93.81

0.104

480

E2 extremely inverse

INTB13-5B-1/N

200/5

238.4

0.122

2.58

298

1.29

71.52

0.061

100

2.5

2.5

0.6

E2 extremely inverse

INTB13-5B-1/P

200/5

238.4

0.122

2.58

298

1.29

71.52

0.061

300

7.5

7.5

9.9

E2 extremely inverse

INTB21-F1-1/P

1200/5

270

6.15

4.9

337.5

2.45

81

3.075

720

1.2

0.5

77 extremely inverse

INTB21-F2-1/P

1200/5

538.8

6.01

9.67

673.5

4.835

161.64

3.005

1200

0.5

53 very inverse

NEIA12-3B-1/N

400/5

64.5

0.173

0.614

80.625

0.307

19.35

0.0865

60

0.75

0.75

0.09

IEC very inverse

NEIA12-3B-1/P

400/5

64.5

0.173

0.614

80.625

0.307

19.35

0.0865

200

2.5

2.5

0.26

IEC very inverse

NEIA12-8B-1/N

100/5

92.5

0.376

1.33

115.625

0.665

27.75

0.188

30

1.5

1.5

0.35

IEC very inverse

NEIA12-8B-1/P

100/5

92.5

0.376

1.33

115.625

0.665

27.75

0.188

120

0.2

NEIA12-8B-1/G

600/5

531.9

8.8

7.67

664.875

3.835

159.57

4.4

720

2.5

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

IEC extremely inverse


77 extremely inverse

100
CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

NEIA13-8A-1/N

200/5

58.6

0.376

4.7

73.25

2.35

17.58

0.188

120

0.05

NEIA13-8A-1/P

200/5

58.6

0.376

4.7

73.25

2.35

17.58

0.188

100

2.5

2.5

0.06

NEIAC11-1C-1/N

200/5

238.4

0.207

0.73

298

0.365

71.52

0.1035

100

2.5

2.5

0.7

E1 extremely inverse

NEIAC11-1C-1/P

200/5

238.4

0.207

0.73

298

0.365

71.52

0.1035

300

7.5

7.5

0.4

E2 extremely inverse

NEIAC11-2C-1/N

200/5

0.376

1.36

3.75

0.68

0.9

0.188

24

0.6

0.6

E2 extremely inverse

NEIAC11-2C-1/P

200/5

0.376

1.36

3.75

0.68

0.9

0.188

100

2.5

2.5

0.4

E2 extremely inverse

NEIAC11-2C-2/G

200/5

17.4

8.99

7.82

21.75

3.91

5.22

4.495

400

10

10

3.5

53 very inverse

VITA11-1A-1/N

200/5

30.3

0.348

1.41

37.875

0.705

9.09

0.174

40

0.1

B7 extremely inverse

VITA11-1A-1/P

200/5

30.3

0.348

1.41

37.875

0.705

9.09

0.174

180

4.5

4.5

17

B7 extremely inverse

VITA11-2A-1/N

200/5

30.3

0.348

1.41

37.875

0.705

9.09

0.174

40

0.1

B7 extremely inverse

VITA11-2A-1/P

200/5

30.3

0.348

1.41

37.875

0.705

9.09

0.174

160

B7 extremely inverse

174.1

9.61

8.1

217.625

4.05

52.23

4.805

84

0.7

0.7

1.8

174.1

9.61

8.1

217.625

4.05

52.23

4.805

240

5.3

600/5

30.3

0.348

1.41

37.875

0.705

9.09

0.174

132

1.1

1.1

2.6

E2 extremely inverse

Relay Name

VITA21-1-1/N
VITA21-1-1/P
WIDA11-8-1/N
WIDA11-8-1/P

600/5
600/5
600/5
600/5

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

0.5 I sc
1ph (kA)

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve
IEC very inverse
IEC extremely inverse

ANSI extreme inverse


ANSI extreme inverse

600/5

30.3

0.348

1.41

37.875

0.705

9.09

0.174

204

1.7

1.7

5.5

E1 extremely inverse

WIDA16A-1B-1/N

1200/5

501.4

0.069

3.43

626.75

1.715

150.42

0.0345

151.2

0.63

0.525

4.08

IEEE very inverse

WIDA16A-1B-1/P

1200/5

501.4

0.069

3.43

626.75

1.715

150.42

0.0345

720

5.29

IEEE mod inverse

WIDA16A-1B-2/N

1200/5

501.4

0.069

3.43

626.75

1.715

150.42

0.0345

152

0.38

0.38

4.36

IEEE very inverse

WIDA16A-1B-2/P

1200/5

501.4

0.069

3.43

626.75

1.715

150.42

0.0345

720

1.8

1.8

5.68

IEEE mod inverse

WIDA16A-2A-1/G

50/5

24.2

0.388

6.64

30.25

3.32

7.26

0.194

100

10

10

0.77

IEEE very inverse

WIDA16A-2A-1/N

600/5

24.2

0.388

6.64

30.25

3.32

7.26

0.194

90

0.75

0.75

0.49

IEEE very inverse

WIDA16A-2A-1/P

600/5

24.2

0.388

6.64

30.25

3.32

7.26

0.194

270

2.25

2.25

0.84

IEEE very inverse

WIDA16A-2B-1/G

50/5

182.2

0.388

6.71

227.75

3.355

54.66

0.194

100

10

10

6.78

IEEE very inverse

WIDA16A-2B-1/N

600/5

182.2

0.388

6.71

227.75

3.355

54.66

0.194

60

0.5

0.95

5.61

IEEE very inverse

WIDA16A-2B-1/P

600/5

182.2

0.388

6.71

227.75

3.355

54.66

0.194

240

2.1

9.14

IEEE very inverse

WIDA16A-3B-1/G

50/5

443.6

0.409

1.09

554.5

0.545

133.08

0.2045

140

14

14

0.24

IEEE very inverse

WIDA16A-3B-1/N

1200/5

443.6

0.409

1.09

554.5

0.545

133.08

0.2045

199.2

0.83

0.83

0.63

IEEE very inverse

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

101
Relay Name

CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

0.5 I sc
1ph (kA)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

WIDA16A-3B-1/P

1200/5

443.6

0.409

1.09

554.5

0.545

133.08

0.2045

576

2.4

2.4

2.82

IEEE mod inverse

WIDA16A-5B-1/G

50/5

443.6

0.409

1.09

554.5

0.545

133.08

0.2045

140

14

14

0.24

IEEE very inverse

WIDA16B-5B-1/N

1200/5

443.6

0.409

1.09

554.5

0.545

133.08

0.2045

144

0.6

0.6

0.63

IEEE very inverse

WIDA16B-5B-1/P

1200/5

443.6

0.409

1.09

554.5

0.545

133.08

0.2045

576

2.4

2.4

2.82

IEEE mod inverse

WIDA16B-6A-1/G

50/5

412

0.264

3.28

515

1.64

123.6

0.132

125

12.5

12.5

1.26

IEEE very inverse

WIDA16B-6A-1/N

600/5

412

0.264

3.28

515

1.64

123.6

0.132

126

1.05

1.05

1.74

IEEE very inverse

WIDA16B-6A-1/P

600/5

412

0.264

3.28

515

1.64

123.6

0.132

600

57

IAC extreme inverse

WIDA16B-6B-1/G

50/5

48.6

0.372

0.569

60.75

0.2845

14.58

0.186

50

36.26

IAC extreme inverse

WIDA16B-6B-1/N

600/5

48.6

0.372

0.569

60.75

0.2845

14.58

0.186

120

0.02

IEEE very inverse

WIDA16B-6B-1/P

600/5

48.6

0.372

0.569

60.75

0.2845

14.58

0.186

120

25.57

IEEE extreme inverse

WIDA16B-7B-1/G

50/5

272.4

0.138

2.88

340.5

1.44

81.72

0.069

82

8.2

6.5

1.25

IAC very inverse

WIDA16B-7B-1/N

600/5

272.4

0.138

2.88

340.5

1.44

81.72

0.069

81.6

0.68

0.68

1.1

IEEE very inverse

WIDA16B-7B-1/P

600/5

272.4

0.138

2.88

340.5

1.44

81.72

0.069

360

2.58

23.87

IAC extreme inverse

WIDA21-F1-1/P

1200/5

245.6

9.32

8.4

307

4.2

73.68

4.66

720

0.5

77 extremely inverse

WIDA21-G1-1/P

600/5

235.7

9.12

8.06

294.625

4.03

70.71

4.56

840

7.7

53 very inverse

WIDA21-G1-2/N

600/5

235.7

9.12

8.06

294.625

4.03

70.71

4.56

480

5.3

53 very inverse

WIDB11-F1-1/P

600/5

234

0.389

1.66

292.5

0.83

70.2

0.1945

600

10

77 extremely inverse

WIDB11-F1-2/N

600/5

234

0.389

1.66

292.5

0.83

70.2

0.1945

180

1.5

1.5

53 very inverse

WIDB11-F1-3/N

600/5

234

0.389

1.66

292.5

0.83

70.2

0.1945

180

1.5

1.5

0.7

V2 very inverse

WIDB11-F1-3/P

600/5

234

0.389

1.66

292.5

0.83

70.2

0.1945

600

9.9

V2 very inverse

WIDB11-F2-1/P

600/5

53.4

0.389

6.74

66.75

3.37

16.02

0.1945

120

WIDB11-F2-2/N

600/5

53.4

0.389

6.74

66.75

3.37

16.02

0.1945

96

0.8

0.8

0.8

53 very inverse

WIDB11-F3-1/N

600/5

47.9

0.389

6.73

59.875

3.365

14.37

0.1945

96

0.8

0.8

0.2

C extremely inverse

WIDB11-F3-1/P

600/5

47.9

0.389

6.73

59.875

3.365

14.37

0.1945

120

0.9

V2 very inverse

WIDB11-T20A-1/P

150/5

37

0.389

1.36

46.25

0.68

11.1

0.1945

180

6.5

77 extremely inverse

WIDB11-T20A-2/N

150/5

37

0.389

1.36

46.25

0.68

11.1

0.1945

60

2.5

2.8

53 very inverse

WIDB11-T20A-3/G

600/5

213

0.389

7.82

266.25

3.91

63.9

0.1945

180

1.5

1.5

2.1

53 very inverse

WIDB11-T20B-1/P

150/5

36.5

0.389

1.34

45.625

0.67

10.95

0.1945

180

6.5

77 extremely inverse

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

51 inverse

102
CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

WIDB11-T20B-2/N

150/5

36.5

0.389

1.34

45.625

0.67

10.95

0.1945

120

4.9

53 very inverse

WIDB11-T20C-1/N

600/5

59.2

0.389

1.66

74

0.83

17.76

0.1945

120

0.2

C extremely inverse

WIDB11-T20C-1/P

600/5

59.2

0.389

1.66

74

0.83

17.76

0.1945

150

1.25

1.25

4.5

E2 extreme inverse

WIDB11-T20C-2/G

600/5

340.2

10.82

9.53

425.25

4.765

102.06

5.41

600

5.3

77 extremely inverse

WIDB21-F1-1/P

600/5

213

9.47

WIDB21-F2-1/P

600/5

7.82

266.25

3.91

63.9

4.735

600

5.4

77 extremely inverse

209.9

9.1

7.71

262.375

3.855

62.97

4.55

600

5.4

77 extremely inverse

WIDB21-F2-2/N

600/5

209.9

9.1

7.71

262.375

3.855

62.97

4.55

360

0.5

77 extremely inverse

WIDC11-F1-1/P

600/5

182.2

0.388

1.49

227.75

0.745

54.66

0.194

480

6.6

53 very inverse

WIDC11-F1-2/N

600/5

182.2

0.388

1.49

227.75

0.745

54.66

0.194

300

2.5

1.5

10

77 extremely inverse

WIDC11-F3-1/N

300/5

101

0.388

1.49

126.25

0.745

30.3

0.194

300

4.9

0.65

V2 very inverse

WIDC11-F3-1/P

300/5

101

0.388

1.49

126.25

0.745

30.3

0.194

300

1.5

V2 very inverse

WIDC11-T20A-1/P

150/5

47.6

0.388

1.26

59.5

0.63

14.28

0.194

120

10

53 very inverse

WIDC11-T20A-2/N

150/5

47.6

0.388

1.26

59.5

0.63

14.28

0.194

75

2.5

2.5

2.8

53 very inverse

WIDC11-T20A-3/G

600/5

273.6

8.6

7.26

342

3.63

82.08

4.3

480

10

WIDC11-T20B-1/P

200/5

33.6

0.388

0.896

42

0.448

10.08

0.194

80

53 very inverse

WIDC11-T20B-2/N

200/5

33.6

0.388

0.896

42

0.448

10.08

0.194

40

2.7

53 very inverse

WIDC12-1B-1/N

300/5

24.9

0.388

1.53

31.125

0.765

7.47

0.194

42

0.7

0.7

0.6

U3 very inverse

WIDC12-1B-1/P

300/5

24.9

0.388

1.53

31.125

0.765

7.47

0.194

150

2.5

2.5

1.21

U4 extremely inverse

WIDC12-2B-1/N

300/5

76.1

0.388

1.49

95.125

0.745

22.83

0.194

102

1.7

1.7

0.5

U4 extremely inverse

WIDC12-2B-1/P

300/5

76.1

0.388

1.49

95.125

0.745

22.83

0.194

120

2.32

U4 extremely inverse

WIDC13-2C-1/N

600/5

76.1

0.388

1.49

95.125

0.745

22.83

0.194

102

0.85

0.85

0.5

E2 extremely inverse

WIDC13-2C-1/P

600/5

76.1

0.388

1.49

95.125

0.745

22.83

0.194

120

2.6

E2 extremely inverse

WIDC21-F1-1/P

600/5

273.6

8.6

7.26

342

3.63

82.08

4.3

480

2.3

53 very inverse

WIDC21-F2-1/P

600/5

80.5

5.96

5.15

100.625

2.575

24.15

2.98

480

0.9

53 very inverse

WIDC21-F2-2/N

600/5

80.5

5.96

5.15

100.625

2.575

24.15

2.98

480

0.5

77 extremely inverse

WIDD11-F1-1/P

1200/5

621.4

0.372

1.19

776.75

0.595

186.42

0.186

480

10

77 extremely inverse

WIDD11-F1-2/N

1200/5

621.4

0.372

1.19

776.75

0.595

186.42

0.186

240

0.8

3.3

53 very inverse

WIDD11-F1-3/N

1200/5

621.4

0.372

1.19

776.75

0.595

186.42

0.186

360

1.5

1.5

1.1

V2 very inverse

Relay Name

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

0.5 I sc
1ph (kA)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

53 very inverse

103
Relay Name

CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

0.5 I sc
1ph (kA)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

WIDD11-F1-3/P

1200/5

621.4

0.372

1.19

776.75

0.595

186.42

0.186

600

2.5

2.5

9.9

E2 extremely inverse

WIDD11-F2-2/N

600/5

130.3

0.085

0.594

162.875

0.297

39.09

0.0425

60

0.5

0.5

10

51 inverse

WIDD11-F3-1/N

600/5

272.2

0.336

1.17

340.25

0.585

81.66

0.168

312

2.6

1.78

1.35

U4 extremely inverse

WIDD11-F3-1/P

600/5

272.2

0.336

1.17

340.25

0.585

81.66

0.168

180

1.5

1.5

11.97

U4 extremely inverse

WIDD11-F4-1/N

300/5

86.4

0.377

1.38

108

0.69

25.92

0.1885

300

4.5

0.6

E1 extremely inverse

WIDD11-F4-1/P

300/5

86.4

0.377

1.38

108

0.69

25.92

0.1885

300

3.6

E1 extremely inverse

WIDD11-T20A-1/P

300/5

68

0.411

85

20.4

0.2055

77 extremely inverse

WIDD11-T20A-2/N

300/5

68

0.411

85

20.4

0.2055

0.5

53 very inverse

WIDD11-T20A-3/G

600/5

390.9

13.98

11.49

488.625

5.745

117.27

6.99

2.3

53 very inverse

WIDD11-T20B-1/P

600/5

66.3

0.411

1.97

82.875

0.985

19.89

0.2055

77 extremely inverse

WIDD11-T20B-2/N

600/5

66.3

0.411

1.97

82.875

0.985

19.89

0.2055

0.5

53 very inverse

WIDD11-T20B-3/G

600/5

381

13.79

11.34

476.25

5.67

114.3

6.895

2.3

53 very inverse

WIDD12-1B-1/N

300/5

56.1

0.344

1.27

70.125

0.635

16.83

0.172

75

1.25

1.25

6.5

E1 extremely inverse

WIDD12-1B-1/P

300/5

56.1

0.344

1.27

70.125

0.635

16.83

0.172

90

1.5

1.5

4.8

V2 very inverse

WIDD12-1B-2/G

100/5

56.1

0.344

1.27

70.125

0.635

16.83

0.172

WIDD12-2B-1/G

100/5

135.4

0.41

8.94

169.25

4.47

40.62

WIDD12-2B-1/P

300/5

135.4

0.41

8.94

169.25

4.47

WIDD12-3A-1/N

300/5

3.3

0.336

1.17

4.125

WIDD12-3A-1/P

300/5

3.3

0.336

1.17

WIDD12-3B-1/N

300/5

77.4

0.411

WIDD12-3B-1/P

300/5

77.4

WIDD12-3B-2/G

100/5

WIDD21-F1-1/P

1200/5

WIDD21-F1-2/N

1.2

0.5

77 extremely inverse

0.205

15

0.5

U4 extremely inverse

40.62

0.205

U4 extremely inverse

0.585

0.99

0.168

258

4.3

4.3

0.4

E1 extremely inverse

4.125

0.585

0.99

0.168

270

4.5

4.5

7.8

E1 extremely inverse

1.57

96.75

0.785

23.22

0.2055

36

0.6

0.59

1.2

E1 extremely inverse

0.411

1.57

96.75

0.785

23.22

0.2055

150

2.5

2.5

E2 extremely inverse

77.4

0.411

1.57

96.75

0.785

23.22

0.2055

40

77 extremely inverse

390.9

13.98

11.49

488.625

5.745

117.27

6.99

1440

77 extremely inverse

1200/5

390.9

13.98

11.49

488.625

5.745

117.27

6.99

480

2.5

53 very inverse

WIDD11-F2-1/P

600/5

130.3

0.185

11.63

162.875

5.815

39.09

0.0925

10

77 extremely inverse

WIDE12-1D-1/N

400/5

89.6

0.381

0.877

112

0.4385

26.88

0.1905

120

1.5

1.5

0.8

ANSI very inverse

WIDE12-1D-1/P

400/5

89.6

0.381

0.877

112

0.4385

26.88

0.1905

120

1.5

1.65

ANSI mod inverse

WIDE12-3D-1/N

200/5

47.5

0.381

0.877

59.375

0.4385

14.25

0.1905

40

ANSI very inverse

80

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

104
CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

WIDE12-3D-1/P

200/5

47.5

0.381

0.877

59.375

0.4385

14.25

0.1905

100

2.5

2.27

0.5

ANSI short inverse

WIDE12-4D-1/N

200/5

17.9

0.381

1.22

22.375

0.61

5.37

0.1905

40

0.5

ANSI very inverse

WIDE12-4D-1/P

200/5

17.9

0.381

1.22

22.375

0.61

5.37

0.1905

80

0.5

ANSI short inverse

WIDE14-1C-1/N

300/5

172.6

0.357

1.19

215.75

0.595

51.78

0.1785

150

2.5

2.5

V2 very inverse

WIDE14-1C-1/P

300/5

172.6

0.357

1.19

215.75

0.595

51.78

0.1785

270

4.5

4.5

E2 extreme inverse

WIDF11-1A-1/N

200/5

3.3

0.336

1.17

4.125

0.585

0.99

0.168

260

6.5

6.5

0.5

WIDF11-1A-1/P

200/5

3.3

0.336

1.17

4.125

0.585

0.99

0.168

224

5.6

5.6

7.23

WIDF11-3A-1/N

150/5

3.3

0.336

1.17

4.125

0.585

0.99

0.168

0.2

0.2

0.6

WIDF11-3A-1/P

150/5

3.3

0.336

1.17

4.125

0.585

0.99

0.168

24

0.8

0.8

2.5

WIDF21-1-1/N

600/5

19.2

8.02

6.7

24

3.35

5.76

4.01

132

1.1

1.1

ANSI extreme inverse

WIDF21-1-1/P

600/5

19.2

8.02

6.7

24

3.35

5.76

4.01

132

1.1

1.1

ANSI extreme inverse

WIDG11-1A-1/N

200/5

86.5

0.377

1.38

108.125

0.69

25.95

0.1885

304

7.6

6.5

0.5

E2 extremely inverse

WIDG11-1A-1/P

200/5

86.5

0.377

1.38

108.125

0.69

25.95

0.1885

260

6.5

6.5

3.7

E2 extremely inverse

WIDG11-2A-1/N

200/5

29.5

0.377

1.38

36.875

0.69

8.85

0.1885

23.6

0.59

0.59

1.2

E1 extremely inverse

WIDG11-2A-1/P

200/5

29.5

0.377

1.38

36.875

0.69

8.85

0.1885

120

3.7

E2 extremely inverse

WIDG11-2A-2/G

600/5

169.4

9.12

7.96

211.75

3.98

50.82

4.56

720

77 extremely inverse

WIDH11-1A-1/N

200/5

24.2

0.388

1.48

30.25

0.74

7.26

0.194

180

4.5

0.8

E2 extremely inverse

WIDH11-1A-1/P

200/5

24.2

0.388

1.48

30.25

0.74

7.26

0.194

180

4.5

4.5

1.6

V2 very inverse

WIDH11-2A-1/N

200/5

19.6

0.388

1.48

24.5

0.74

5.88

0.194

30

0.75

0.75

V2 very inverse

WIDH11-2A-1/P

200/5

19.6

0.388

1.48

24.5

0.74

5.88

0.194

126

3.15

3.15

E2 extremely inverse

WIDP01-F1-1/P

500/5

84

0.68

105

0.34

25.2

120

1.2

1.2

1.4

53 very inverse

WIDP01-F1-2/P1

500/5

84

0.68

105

0.34

25.2

120

1.2

1.2

9.86

IAC very inverse

WIDP01-F1-2/P2

500/5

84

0.68

105

0.34

25.2

120

1.2

1.2

14.94

IAC very inverse

WIDP01-T1-1/P

300/5

42

0.34

52.5

0.17

12.6

120

2.5

8.2

77 extremely inverse

WIDP01-T1-2/N

300/5

42

0.34

52.5

0.17

12.6

60

10

53 very inverse

WIDP01-T1-3/G

600/5

100.8

0.851

126

0.4255

30.24

60

0.5

0.5

53 very inverse

Relay Name

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

0.5 I sc
1ph (kA)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

ANSI extreme inverse


ANSI extreme inverse
ANSI extreme inverse
ANSI extreme inverse

105
CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

WIDP01-T2-1/P

300/5

42

0.34

52.5

0.17

12.6

120

8.1

77 extremely inverse

WIDP01-T2-2/N

300/5

42

0.34

52.5

0.17

12.6

60

10

53 very inverse

WIDP11A-1A-1/P

1200/5

135.9

0.218

1.73

169.875

0.865

40.77

0.109

200

0.83333

0.8

77 extremely inverse

WIDP11A-1A-2/N

1200/5

135.9

0.218

1.73

169.875

0.865

40.77

0.109

96

0.4

0.5

1.1

WIDP11A-1A-3/N

1200/5

135.9

0.218

1.73

WIDP11A-1A-3/P

1200/5

169.875

0.865

40.77

0.109

100.8

0.42

0.42

1.5

IEEE very inverse

0.8

IEEE extreme inverse

135.9

0.218

1.73

169.875

0.865

40.77

0.109

720

WIDP11A-1B-1/P

600/5

79.1

0.384

6.11

98.875

3.055

23.73

0.192

360

10

53 very inverse

WIDP11A-1B-2/N

600/5

79.1

0.384

6.11

98.875

3.055

23.73

0.192

120

10

53 very inverse

WIDP11A-1B-3/N

600/5

79.1

0.384

6.11

98.875

3.055

23.73

0.192

120

2.8

IEEE very inverse

WIDP11A-1B-3/P

600/5

79.1

0.384

6.11

98.875

3.055

23.73

0.192

240

1.02

IEEE very inverse

WIDP11A-2A-1/N

1200/5

501.4

0.353

2.58

626.75

1.29

150.42

0.1765

168

0.7

0.7

15

B6 very inverse

WIDP11A-2A-1/P

1200/5

501.4

0.353

2.58

626.75

1.29

150.42

0.1765

1200

26

B4 mod inverse

WIDP11A-2A-2/N

1200/5

501.4

0.353

2.58

626.75

1.29

150.42

0.1765

168

0.7

0.7

0.8

IEEE very inverse

WIDP11A-2A-2/P

1200/5

501.4

WIDP11A-2A-3/N

1200/5

0.353

2.58

626.75

1.29

150.42

0.1765

720

1.2

IEEE mod inverse

501.4

0.353

2.58

626.75

1.29

150.42

0.1765

150

0.625

0.625

0.55

IEEE very inverse

WIDP11A-2A-3/P

1200/5

501.4

0.353

2.58

626.75

1.29

150.42

0.1765

630

2.625

2.625

1.2

IEEE mod inverse

WIDP11A-2B-1/P

600/5

234

0.389

6.76

292.5

3.38

70.2

0.1945

1200

10

10

10

77 extremely inverse

WIDP11A-2B-2/N

600/5

234

0.389

6.76

292.5

3.38

70.2

0.1945

180

1.5

1.5

2.4

53 very inverse

WIDP11A-2B-3/N

600/5

234

0.389

6.76

292.5

3.38

70.2

0.1945

72

0.6

0.745

2.93

IEEE very inverse

WIDP11A-2B-3/P

600/5

234

0.389

6.76

292.5

3.38

70.2

0.1945

300

2.5

2.5

4.59

IEEE extreme inverse

WIDP11A-3B-1/G

150/5

162.4

0.18

0.466

203

0.233

48.72

0.09

51

1.7

2.5

13.69

IAC very inverse

WIDP11A-3B-1/P

300/5

162.4

0.18

0.466

203

0.233

48.72

0.09

210

3.5

3.5

ANSI mod inverse

WIDP11A-3B-2/N

300/5

162.4

0.18

0.466

203

0.233

48.72

0.09

60

1.265

3.63

IEEE very inverse

WIDP11A-3B-2/P

300/5

162.4

0.18

0.466

203

0.233

48.72

0.09

210

3.5

3.5

1.1

IEEE mod inverse

WIDP11A-4B-1/P

100/5

6.5

0.421

0.899

8.125

0.4495

1.95

0.2105

200

10

10

WIDP11A-4B-3/N

100/5

6.5

0.421

0.899

8.125

0.4495

1.95

0.2105

0.4

0.4

0.17

IEEE very inverse

WIDP11A-4B-3/P

100/5

6.5

0.421

0.899

8.125

0.4495

1.95

0.2105

20

0.4

IEEE very inverse

WIDP11A-T1-1/P

600/5

100.8

0.421

0.657

126

0.3285

30.24

0.2105

600

7.2

77 extremely inverse

Relay Name

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

0.5 I sc
1ph (kA)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

53 very inverse

53 very inverse

106
Relay Name

CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

WIDP11A-T1-2/N

600/5

100.8

0.421

0.657

126

0.3285

30.24

0.2105

60

0.5

0.5

53 very inverse

WIDP11B-8B-1/P

600/5

312.7

0.26

3.55

390.875

1.775

93.81

0.13

600

3.1

53 very inverse

WIDP11B-8B-3/N

600/5

312.7

0.26

3.55

390.875

1.775

93.81

0.13

108

0.9

0.9

0.35

IEEE very inverse

WIDP11B-8B-3/P

600/5

312.7

0.26

3.55

390.875

1.775

93.81

0.13

396

3.3

3.3

0.6

IEEE very inverse

WIDP11B-10A-1/P

1200/5

48.6

0.051

WIDP11B-10A-2/N

1200/5

0.741

60.75

0.3705

14.58

0.0255

288

1.2

0.8

8.8

IEEE extreme inverse

48.6

0.051

0.741

60.75

0.3705

14.58

0.0255

240

5.5

53 very inverse

WIDP11B-10A-3/N

1200/5

48.6

0.051

0.741

60.75

0.3705

14.58

0.0255

24

0.1

0.1

1.12

IEEE very inverse

WIDP11B-10A-3/P

1200/5

48.6

0.051

0.741

60.75

0.3705

14.58

0.0255

72

0.3

0.375

63.42

IAC extreme inverse

WIDP11B-10B-1/N

150/5

162.4

0.194

0.828

203

0.414

48.72

0.097

51

1.7

1.7

64.68

WIDP11B-10B-1/P
WIDP11B-10B-2/N

300/5

162.4

0.194

0.828

203

0.414

48.72

0.097

210

3.5

3.5

16.96

ANSI very inverse

300/5

162.4

0.194

0.828

203

0.414

48.72

0.097

90

1.5

1.925

14.38

IAC very inverse

WIDP11B-10B-2/P

300/5

162.4

0.194

0.828

203

0.414

48.72

0.097

210

3.5

3.5

4.52

IEEE very inverse

WIDP11B-11A-1/N

1200/5

621.4

0.372

1.29

776.75

0.645

186.42

0.186

192

0.8

0.65

9.7

U3 very inverse

WIDP11B-11A-1/P

1200/5

621.4

0.372

1.29

776.75

0.645

186.42

0.186

780

3.25

3.25

10

U3 very inverse

WIDP11B-11A-2/N

1200/5

621.4

0.372

1.29

776.75

0.645

186.42

0.186

192

0.8

0.8

4.03

IAC very inverse

WIDP11B-11A-2/P

1200/5

621.4

0.372

1.29

776.75

0.645

186.42

0.186

780

3.25

3.25

IEEE very inverse

WIDP11B-11B-1/P

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

720

19

B6 very inverse

WIDP11B-11B-1/N

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

86.4

0.36

0.3

WIDP11B-11B-2/N

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

86.4

0.36

0.36

1.7

IEEE very inverse

WIDP11B-11B-2/P

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

1200

5.8

IEEE extreme inverse

WIDP11B-12A-1/N

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

86.4

0.36

0.3

B6 very inverse

WIDP11B-12A-1/P

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

720

28

B6 very inverse

WIDP11B-12A-2/N

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

86.4

0.36

0.36

1.7

IEEE very inverse

WIDP11B-12A-2/P

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

1200

25.94

WIDP11B-12B-1/P

1200/5

276

0.421

1.41

345

0.705

82.8

0.2105

600

2.5

2.5

WIDP11B-12B-2/N

1200/5

276

0.421

1.41

345

0.705

82.8

0.2105

120

0.5

0.6

4.3

53 very inverse

WIDP11B-12B-3/N

1200/5

3.19

IEEE very inverse

276

0.421

1.41

345

0.5 I sc
3ph (kA)

0.705

0.3 I Load
Max (A)

82.8

0.5 I sc
1ph (kA)

0.2105

84

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

0.35

Final I
Setting
(A)

0.405

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

ANSI extreme inverse

B6 very inverse

IAC extreme inverse


53 very inverse

107
I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

1200/5

276

0.421

1.41

345

0.705

82.8

0.2105

360

1.5

1.35

0.8

IEEE very inverse

WIDP11B-T2-1/P

600/5

102.8

0.421

0.658

128.5

0.329

30.84

0.2105

300

2.5

2.5

5.5

77 extremely inverse

WIDP11B-T2-2/N

600/5

102.8

0.421

0.658

128.5

0.329

30.84

0.2105

60

0.5

0.5

WINA11-2A-1/N

200/5

45.7

0.334

1.27

57.125

0.635

13.71

0.167

32

0.8

0.24

0.05

WINA11-2A-1/P

200/5

45.7

0.334

1.27

WINA11-2A-2/G

600/5

57.125

0.635

13.71

0.167

90

2.25

1.35

0.05

IEC very inverse

1.9

77 extremely inverse

262.7

8.68

7.32

328.375

3.66

78.81

4.34

600

WITS11A-1A-1/G

50/5

0.6

0.6

B4 mod inverse

WITS11A-1A-1/P

100/5

30

1.5

1.5

16

B6 very inverse

WITS11A-1A-2/P

2000/5

200

0.5

0.5

V1 very inverse

WITS11A-1B-1/G

50/5

14.7

0.415

0.719

18.375

0.3595

4.41

0.2075

0.5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11A-1B-1/P

75/5

14.7

0.415

0.719

18.375

0.3595

4.41

0.2075

30

16

B7 extremely inverse

WITS11A-1B-2/P

2000/5

14.7

0.415

0.719

18.375

0.3595

4.41

0.2075

200

0.5

0.5

E1 extremely inverse

WITS11A-2A-1/G

75/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

7.5

0.5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11A-2A-1/P

75/5

13.9

WITS11A-2A-2/P

2000/5

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

30

16

B7 extremely inverse

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

200

0.5

0.5

E1 extremely inverse

WITS11A-2B-1/G

75/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

7.5

0.5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11A-2B-1/P

75/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

30

16

B7 extremely inverse

WITS11A-2B-2/P

2000/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

200

0.5

0.5

E1 extremely inverse

WITS11A-3B-1/G

50/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

60

WITS11A-3B-1/P

400/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

240

69

WITS11A-4B-1/G

50/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

60

WITS11A-4B-1/P

400/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

240

70

WITS11A-5B-1/G

50/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

60

WITS11A-5B-1/P

400/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

240

70

B5 inverse time

WITS11A-6B-1/N

1200/5

272.4

0.138

2.88

340.5

1.44

81.72

0.069

84

0.35

0.3

15

B6 very inverse

WITS11A-6B-1/P

1200/5

272.4

0.138

2.88

340.5

1.44

81.72

0.069

1200

55

B6 very inverse

WITS11B-11A-1/N

1200/5

287.6

0.138

2.84

359.5

1.42

86.28

0.069

88.8

0.37

0.31

11

B6 very inverse

Relay Name
WIDP11B-12B-3/P

CT
Ratio

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

0.5 I sc
1ph (kA)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

53 very inverse
IEC normal inverse

V very inverse (SW3-3 on)


B5 inverse time
V very inverse (SW3-3 on)
B5 inverse time
V very inverse (SW3-3 on)

108
Relay Name

CT
Ratio

I Load
Max (A)

I sc L-G
min (30
cyc kA)

I sc 3ph
min
(30cyc
kA)

1.25 I
Load Max
(A)

0.5 I sc
3ph (kA)

0.3 I Load
Max (A)

0.5 I sc
1ph (kA)

I
Pickup
Primer
(A)

I Setting
Sekunder
(A)

Final I
Setting
(A)

Final
Time
Dial (s)

Final Curve

WITS11B-11A-1/P

1200/5

287.6

0.138

2.84

359.5

1.42

86.28

0.069

1200

79

B6 very inverse

WITS11B-12B-1/G

50/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

60

V very inverse (SW3-3 on)

WITS11B-12B-1/P

400/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

240

70

B5 inverse time

WITS11B-13B-1/G

50/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

60

V very inverse (SW3-3 on)

WITS11B-13B-1/P

400/5

186.2

0.415

0.887

232.75

0.4435

55.86

0.2075

240

70

B5 inverse time

WITS11B-10B-1/N

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

88.8

0.37

0.32

16

B6 very inverse

WITS11B-10B-1/P

1200/5

287.4

0.138

2.84

359.25

1.42

86.22

0.069

1200

63

B6 very inverse

WITS11B-15A-1/G

75/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

7.5

0.5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11B-15A-1/P

75/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

30

16

B7 extremely inverse

WITS11B-15A-2/P

2000/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

300

0.75

0.75

E1 extremely inverse

WITS11B-15B-1/G

75/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

7.5

0.5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11B-15B-1/P

75/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

30

16

B7 extremely inverse

WITS11B-15B-2/P

2000/5

13.9

0.415

0.546

17.375

0.273

4.17

0.2075

200

0.5

0.5

E1 extremely inverse

WITS11B-16A-1/G

50/5

0.6

0.6

B4 mod inverse

WITS11B-16A-1/P

100/5

30

1.5

1.5

16

B6 very inverse

WITS11B-16A-2/P

2000/5

200

0.5

0.5

V1 very inverse

WITS11B-16B-1/G

50/5

14.7

0.415

0.719

18.375

0.3595

4.41

0.2075

0.5

0.5

B7 extremely inverse

WITS11B-16B-1/P

75/5

14.7

0.415

0.719

18.375

0.3595

4.41

0.2075

30

6.1

25

B7 extremely inverse

WITS11B-16B-2/P

2000/5

14.7

0.415

0.719

18.375

0.3595

4.41

0.2075

200

0.5

0.5

E1 extremely inverse

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

109

LAMPIRAN 3
DIAGRAM SATU GARIS JARINGAN KONDISI KE-2

Gambar L2.1 Diagram Satu Garis Platform Aida

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

110

Gambar L2.2 Diagram Satu Garis Platform Indri-A

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

111

Gambar L2.3 Diagram Satu Garis Platform Intan-A

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

112

Gambar L2.4 Diagram Satu Garis Platform Intan-B

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

113

Gambar L2.5 Diagram Satu Garis Platform North-East Intan-A

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

114

Gambar L2.6 Diagram Satu Garis Platform Vita

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

115

Gambar L2.7 Diagram Satu Garis Platform Widuri-A

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

116

Gambar L2.8 Diagram Satu Garis Platform Widuri-A PCR-C

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

117

Gambar L2.9 Diagram Satu Garis Platform Widuri-A PCR-C (Bus 6A)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

118

Gambar L2.10 Diagram Satu Garis Platform Widuri-A PCR-C (Bus 6B)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

119

Gambar L2.11 Diagram Satu Garis Platform Widuri-B

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

120

Gambar L2.12 Diagram Satu Garis Platform Widuri-C

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

121

Gambar L2.13 Diagram Satu Garis Platform Widuri-D

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

122

Gambar L2.14 Diagram Satu Garis Platform Widuri-E

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

123

Gambar L2.15 Diagram Satu Garis Platform Widuri-F

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

124

Gambar L2.16 Diagram Satu Garis Platform Widuri-G

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

125

Gambar L2.17 Diagram Satu Garis Platform Widuri-H

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

126

Gambar L2.18a Diagram Satu Garis Platform Widuri-P (Keseluruhan)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

127

Gambar L2.18b Diagram Satu Garis Platform Widuri-P (Bus 1- Bus 2)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

128

Gambar L2.18c Diagram Satu Garis Platform Widuri-P (Bus 3- Bus 8)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

129

Gambar L2.18d Diagram Satu Garis Platform Widuri-P (Bus 9- Bus 12)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

130

Gambar L2.19a Diagram Satu Garis Platform Widuri-T Solar (Keseluruhan)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

131

Gambar L2.19b Diagram Satu Garis Platform Widuri-T Solar (11A)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

132

Gambar L2.19c Diagram Satu Garis Platform Widuri-T Solar (Bus 11B)

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

133

Gambar L2.20 Diagram Satu Garis Platform Widuri North-A

Perancangan koordinasi..., Giovanni Joshua Ariel, FT UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai