Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini sering terjadi berbagai masalah kesehatan dan ekonomi pada
masyarakat Indonesia. Sehingga Angka Kematian dan Kesakitan Ibu ( AKI ) dan
Angka Kematian Bayi ( AKB ) di Indonesia semakin meningkat.
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah mengupayakan keluarga
berencana ( KB ) yang merupakan program nasional untuk meningkatkan derajat
kesehatan,

kesejahteraan

masyarakat

Indonesia

dengan

membatasi

dan

menjarangkan kehamilan sehingga AKI dan AKB menurun.


Salah satu metode KB adalah sterilisasi pada wanita dengan tubektomi.
Untuk itu sebagai tenaga kesehatan diperlukan pemahaman dalam melakukan
tubektomi yang benar.

Hartanto, Hanafi. 2004. KB dan Kontrasepsi. Sinar Harapan : Jakarta

BAB II
ISI
2.1 Definisi
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan
cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma
(pada lelaki). Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu
Kontap Pria dan Kontap Wanita. Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi
pada wanita dikenal dengan MOW atau tubektomi.
Kontrasepsi ini bisa di sebut juga kontrasepsi mantap pada wanita disebut
tubektomi,yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina. (Pelayanan
Keluarga Berencana, 2010 : 157)
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine
dengan penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan

keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup. (Pelayanan Keluarga


Berencana, 2010 : 157)
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi wanita
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan
kehamilan lagi. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 563 )
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan
bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan
kesehatan).
MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan penutupan
terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak
dapat melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan
sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan.
2.2 Perkembangan Tubektomi
Dahulu tindakan ini disebut sterilisasi dan di lakukan atas indikasi medis,
seperti kelainan jiwa, kemungkinan kelainan jiwa yang dapat membahayakan
nyawa ibu atau penyakit keturunan. Kini tubektomi dilakukan untuk membatasi
jumlah anak.
Cara melakukan sterilisasi telah mengalami banyak perubahan.pada abad
ke-19,sterilisasi dilakukan dengan mengangkat uterus atau kedua ovarium.pada
tahun 50-an dilakukan dengan memasukkan AgNO3melalui kanalis servikalis ke
dalam tuba uterine.pada akhir abad ke-19 dilakukan dengan mengikat tuba uterine
namun cara ini mengalami banyak kegagalan sehingga dilakukanlah pemotonagan
san pengikatan tuba uterina. Dulu sterilisasi ini dibantu oleh anastesi umum
dengan membuat sayatan / insisi yang lebar dan harus dirawat dirumah sakit. Kini,
operasinya tanpa dibantu anastesi umum dengan hanya membuat insisi kecil dan
tidak perlu dirawat di rawat di rumah sakit. Secara umum tujuan dari tubektomi
adalah menghambat perjalanan sel telur peerempuan agar tidak dibuahi sperma.
(Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 157-158)
Metoda dengan cara operasi tersebut telah dikenal sejak zaman dahulu.
Hippocrates menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang penyakit
jiwa. Dahulu vasektomi pada pria diselenggarakan sebagai hukuman, misalnya

pada mereka yang melakukan pemerkosaan. Sekarang tubektomi dan vasektomi


dilakukan secara sukarela dalam rangka keluarga berencana.
Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laparatomi atau pembedahan
vaginal. Sekarang dengan alat- alat teknik baru, tindakan ini diselenggarakan
secara lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Dalam tahun tahun terakhir ini tubektomi telah menjadi bagian yang
penting dalam pogran keluarga berencana di banyak negara di dunia. Di indonesia
sejak tahun 1974 telah berdiri perkumpulan yang sekarang bernama Perkumpulan
Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), yang membina perkembangan metode
dengan operasi (M.O) atau kontrasepsi mantap secara sukarela, tetapi secara resmi
tubektomi tidak masuk kedalam program nasional keluarga berencana di
Indonesia. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 563-564 )
2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari Tubektomi
2.3.1 Kelebihan dari Tubektomi
Adapun kelebihan dari tubektomi adalah sebagai berikut :
1.
Efektifitas hampir 100%.
Indeks efektivitas sterilisasi (disebut indeks mutiara) adalah 0.5 1. Nilai ini
menunjukkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan pada 100 wanita
yang menggunakan metode kontrasepsi itu selama setahun. Artinya, hanya ada
satu kehamilan yang tidak diinginkan per 1000-2000 wanita yang telah
disterilisasi. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali
menyambung setelah dipotong atau ditutup.
2. Tidak mempengaruhi libido seksualis.
3.
Kegagalan dari pihak pasien tidak ada. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 564 )
Adapun kelebihan dari tubektomi adalah sebagai berikut :
1.

Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaaan ).

2.

Tidak mempengaruhi proses menyusui(breastfeeding).

3.

Tidak bergantung pada factor senggama.

4.

Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius.

5.

Pembedahan sederhana,dapat dilakukan anastesi local.

6.

Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

7.

Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada afek pada produksi
hormon ovarium ). ( Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 158 )

Adapun kelebihan dari Kontap dibandingkan kontrasepsi yang lain adalah:


1.
2.
3.

Lebih Aman ( keluhan lebih sedikit )


Lebih Praktis ( hanya memerlukan satu kali tindakan )
Lebih Efektif ( tingkat kegagalan sangat kecil )
2.3.2 Kekurangan dari Tubektomi
Adapun kekurangan dari tubektomi adalah sebagai berikut :

1.

Risiko dan efek samping pembedahan.


Risiko sterilisasi, seperti halnya operasi lainnya, terutama berkaitan
dengan anestesi. Ahli bedah juga dapat tanpa sengaja merusak ligamen peritoneal
selama operasi. Jika ligamen peritoneal rusak, produksi hormon pada ovarium
menurun dan menopause bisa dimulai dini. Potensi komplikasi lainnya (sangat
jarang) adalah kehamilan ektopik dan gangguan menstruasi

2.

Kadang-kadang sedikit merasakan nyeri pada saat operasi.

3.

Infeksi mungkin saja terjadi,bila prosedur operasi tidak benar.

4.

Kesuburan sulit kembali


Karena

metode

tubektomi

merupakan

kontrasepsi

permanen,sebelum

mengambil keputusan untuk tubektomi,istri dan suami terlebih dahulu harus


mempertimbangkannya secara matang. Meskipun saluran telur yang tadinya di
potong atau diikat dapat disambung kembal,namun tingkat keberhasilan untuk
hamil lagi sangat kecil.
( Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 158 )

2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Tubektomi


2.4.1 Indikasi
Seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18-19 Desember 1972)
mengambil kesimpulan, sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita
yang memenuhi syarat- syarat berikut:
1.
2.

Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.


Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup.

3.

Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 564565 )
Pada konferensi khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia di
Medan (3-5 juni 1976) di anjurkan pada umur antara 25- 40 tahun dengan jumlah
anak sebagai berikut:
1.
2.

4.

Umur antara 25 30 tahun dengan 3 anak atau lebih.


Umur antara 30 - 35 tahun dengan 2 anak atau lebih.
Umur antara 35 40 tahun dengan 1 anak atau lebih. ( Ilmu Kandungan, 2008 :

565 )
2.4.2 Kontraindikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Adapun kontraindikasi dari tubektomi :


Hamil.
Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan.
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
Belum memberikan persetujuan tertulis.
Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
Usia di bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak.
Sterilisasi seharusnya ditawarkan pada wanita di bawah 30 tahun hanya

dalam keadaan yang sangat khusus.


2.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tubektomi
2.5.1 Waktu Pelaksanaan Tubektomi
Adapun waktu pelaksanaan tubektomi adalah :
Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional
klien tidak hamil.
2.
Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
3.
Pascapersalinan.
4.
Pascakeguguran.
1.

Pasca keguguran,pasca persalinan atau masa interval.Pasca persalinan


dianjurkan 24 jam atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin.
Adapun waktu pelaksanaan tubektomi adalah :
Saat melakukan seksio sesarea
Setelah abortus
Setelah bersalin
Tubektomi post partum dilakukan satu hari setelah partus.
4.
Setiap saat yang diinginkan
1.
2.
3.

2.5.2 Tempat memperoleh pelayanan tubektomi

Pelayanan penyakit dapat diperoleh di rumah sakit dan klinik KB yang


terstandar untuk melakukan tindakan pembedahan.
2.6 Cara Sterilisasi
Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan
ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan
bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan
menjadi embrio yang kemudian melekat di uterus.
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang
menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujungujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak
melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi
(tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau
sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal
(spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus
yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini
dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba
falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat
pemotong tuba falopi. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup
dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak
menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah persalinan atau
bersamaan dengan prosedur pembedahan perut yang lain, seperti operasi caesar.
Langkah-langkah persiapan pelayanan Kontap Wanita (MOW) adalah :
1. Sebelum menjalani tindakan, lakukan puasa mulai tengah malam, atau sekurangkurangnya 6 jam sebelum operasi
2. Mencukur rambut kemaluan dan rambut di perut bagian bawah antara pusar dan
tulang kemaluan sampai bersih.
3. Bawalah surat persetujuan dari suami yang telah di tandatangani atau di cap
jempol.
4. Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu.

5. Datang ke klinik tempat operasi tepat pada waktunya ditemani oleh suami atau
anggota keluarga, langsung segera melapor ke petugas.
Akseptor telah selesai menjalani pemasangan kontap wanita / MOW harus
melakukan hal sebagai berikut :
1.

Istirahat secukupnya

2.

Minumlah obat sesuai dengan anjuran

3.

7 hari setelah pemasangan tidak bekerja berat, kemudian secara bertahap


boleh bekerja seperti biasa
4.

5.

Perawatan luka , bekas luka operasi harus selalu bersih dan kering
Kalau ada keluhan, muntah yang hebat, nyeri perut, sesak napas,

pendarahan, demam, segera kembali ke tempat pelayanan terdekat


6.
7.

Persetubuhan boleh dilakukan setelah 1 minggu ( setelah luka kering )


Kontrol untuk pemeriksaan diri setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan

setahun, atau bila ada keluhan.


2.7 Langkah-langkah Tubektomi
Secara umum ada dua langkah tindakan dalam tubektomi, yaitu :
I. Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba
Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba atau tindakan mencapai tuba
dapat dilakukan dengan cara :
a. Laparatomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi.
Disini penutupan tuba di jalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang
bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya pada wanita yang
perlu di seksio sesarea, kadang- kadang tuba kanan dan kiri di tutup apabila tidak
diinginkan bahwa ia hamil lagi.
b. Laparatomi post partum

Laparatomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah


waktu perawatan perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan
pascaoperasi, dan karna uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat
fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan yang dilakukan dengan
panjang sayatan semi lunar ( bulan sabit) digaris tengah distal dari pusat dengan
panjang kurang lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan
cara Pomeroy.
c.

Minilaparotomi
Laparatomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat di garis

tengah diatas simpisis sepanjang 3 cm pada daerah perut bawah (suprapubik)


maupun subumbilikal pada lingkar pusat bawah sampai menembus peritoneum.
Untuk mencapai tuba dimasukkan alat khusus ( elevator uterus) kedalam kavum
uteri. Dengan bantuan uterus bilamana dalam retrofleksi di jadikan letak
antrofleksidahulu dan kemudian dan kemudian di dorong ke dalam lobang
sayatan.
d. Laparaskopi
Mula- mula dipasang cunam serviks pada bibir depan portio uteri, dengan
maksud upaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada
waktu laparaskopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit di
bawah pusat sepanjang lebih 1 cm. Kemudian di tempat luka tersebut dilakukan
pungsi sampai rongga perineumdengan jarum khusus (jarum Veres), dan melalui
jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO22 sebanyak 1
sampai 3 liter dengan kecepatan sekitar 1 liter per menit. Setelah
pneumoperitoneum di rasa cukup, jaru Veres dikeluarkan dan sebagai gantinya di
masukkan troikar (dengan tabungnya). Sesudah itu, troikar di angkat dan
dimasukkan laparaskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus
dan adneks, penderita di letakkan dalam posisi trendelemburg dan uterus di
gerakkan melalui cunam serviks pada portio uteri.
Kemudian, dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersamasama dengan laparaskop , tuba di jepit dan dilakukan penutupan tuba dengan
kauterisasi, atau memasang pada tuba cincin yoon atau cincin falope atau clip
hulka. Berhubungan dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada
kauterisasi, sekarang lebih banyak di lakukan cara- cara yang lain. Tekhnik ini

dapat dilakukan pada 6-8 minggu pascapersalinan atau setelah abortus (tanpa
komplikasi).
e.

Kuldoskopi
Wanita di tempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan

setelah spekulum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus
di tarik keluar dan agak ke atas, tampak kaum Douglasi mekar di antara
ligamentun sakro uterinum kanan dan kiri sebagai tanda tidak ada pelekatan.
Dilakukan pungsi dengan menggunakan jarum Touhy di belakang uterus, dan
melalui jarum tersebut udara masuk dan usus usus terdorong ke rongga perut.
Dan setelah jarum di angkat, lobang di perbesar, sehingga dapat di masukkan
kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan cunam khusus
tuba di jepit dan di tarik keluar untuk dilakukan penutupannya dengan cara
Pomeroy, dan dengan cara Kroener, kauterisasi, atau pemasangan cincin Falope.
II. Cara Penutupan Tuba
Oklusi / penutupan tuba fallopi dilakukan berdasarkan :
a.

Tempat oklusi tuba fallopi.


Oklusi / penutupan tuba fallopi dapat dilakukan pada bagian :

Infundibulum ( bagian distal / fimbrae )

Ampulla atau isthmus ( bagian tengah )

Interstitial ( dekat utero-tubal junction )

b. Cara oklusi tuba fallopi adalah dengan :

Cara madlener
Bagian tengah dari tuba di angkat dengan cunam Pean, sehingga

terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut di jepit
dengan cunam kuat- kuat, dan selanjutnya dasar itu di ikat dengan benang yang
tidak dapat di serap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang
cara Madlener tidak dilakukan lagi karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu
1 % sampai 3%.

Cara Pomeroy
Cara pemoroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat

bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian


dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu di

potong. Setelah benang pengikat di serap, maka ujung- ujung tuba terpisah satu
sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0 0,4%.

Cara irving
Pada cara ini tuba dipotong di antara dua ikatan benang yang dapat di

serap, ujung proksimal dari tuba di tanamkan ke dalam miometrium, sedangkan


ujung distal di tanamkan ke dalam ligamentum latum.

Cara aldrige
Peritoneum dari ligamentum di buka dan kemudian tuba bagian distal

bersama- sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

Cara uchida
Pada cara ini tuba di tarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil

(minilaparatomi) di atas simpisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba di


lakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba.
Akibat suntikan ini, mesosapling di daerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat
sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut,. Serosa di bebaskan dari tuba
sepanjang kira- kira 4- 5 cm, tubadi cari dan setelah di temukan di jepit, diikat,
lalu di gunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di
bawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal di biarkan berada di luar serosa.
Luka sayatan di jahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah
0.

Cara kroener
Bagian fimbria dari tuba di keluarkan dari lobang operasi. Suatu ikatan

dengan benang sutera di buat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria.


Jahitan ini diikat 2 kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba
sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria di potong. Setelah
pasti tidak ada pendarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut.
Teknik ini banyak yang di gunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat
kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan
0,19%.

Pemasangan cincin falope

Dengan aplikator,bagian ismus tuba ditarik dan cincin dipasang pada bagian
tersebut.sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh karena tidak
mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi fibrotik.

Pemasangan Klip
Klip Filshine mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema.

Klip Huka-Clemens digunakan dengan cara menjepit tuba. Oleh karena tidak
memperpendek panjang tuba maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.

Elektro koagulasi dan pemutusan tuba


Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparaskopi. Dengan

memasukkan grasping forceps melalui laparoskop, tuba fallopi dijepit kurang


lebih 2 cm dari koruna kemudian diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul
lainnya.
Adapun langkah-langkah / prosedur tubektomi adalah sebagai berikut :
a.

Minilaparotomi Interval :

Konseling prabedah

Persiapan prabedah
Persiapan kelengkapan peralatan bedah dan obat anastesi

Asapsis dan antisepsis


Pakai pakaian kama operasi topi dan masker,pakai sarung tangan steril

Pemeriksaan pelvic dan fiksasi perut

Persiapan lapangan operasi dan penentuan tempat insisi


Tentukan tempat insisi pada dinding perut dengan jalan menggerakkan
elevator.uterus kebawah sehingga fundus uteri menyentuh dinding perut lebih
kurang 2-3 cm diatas simfisis pubis.

Membuka dinding abdomen

Mencapai tuba

Memotong tuba
Ikat kedua pangkal lengkungan tuba secara bersama-sama dengan menggunakan
benang yang sama kemudian potong tuba tepat diatas ikatan benang.

Menutup dinding abdomen

Tindakan pasca bedah

Dekontaminasi

Konseling dan instruksi pasca bedah

b.

Minilaparotomi Pascapersalinan :

Konseling Prabedah
Menjelaskan proses operasi.

Persiapan Prabedah

Asepsis dan Antisepsis

Pemeriksaan Pelvik dan Fiksasi uterus

Persiapan Lapangan Operasi dan Penentuan Tempat Insisi

Membuka Dinding Abdomen

Mencapai Tuba

Memotong Tuba ( Cara Pomeroy )

Menutup Dinding Abdomen

Tindakan Pascabedah

Dekontaminasi

Konseling dan Instruksi Pascabedah


2.8 Anastesi pada Tubektomi
Tujuan anastesi pada tubektomi adalah :

Menghindarkan nyeri dan rasa tidak nyaman


Mengurangi kecemasan dan ketegangan.
Anastesi local yang menggunakan lidokain 1 % dianggap lebih aman

dibandingkan dengan anastesi umum atau konduksi (spinal/epidural) terutama bila


dilaksanakan / diperlakukan sebagai klien rawat jalan. Penggunaan anastesi umum
mungkin akan meningkatkan komplikasi respiratory depression (misalnya aspirasi
atau henti jantung) akibat kesalahan pemberian bahan anastesi, teknik yang tidak
tepat, pemantauan yang kurang baik, dan gagal melakukan intubasi. ( Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan, 2003 : PK-62 )

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan
cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma
(pada lelaki). Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu
Kontap Pria dan Kontap Wanita. Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi
pada wanita dikenal dengan MOW atau tubektomi.
MOW ( Metode Operasi Wanita ) atau tubektomi merupakan tindakan medis
berupa penutupan tuba uterine yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati
sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki
sehingga tidak terjadi kahamilan dalam jangka panjang sampai seumur hidup. Ada
dua langkah tindakan penting dalam tubektomi yaitu tindakan pendahuluan
mencapai tuba fallopi dan penutupan tuba fallopi.
Adapun keuntungan tubektomi adalah lebih aman, efektifitas hampir 100%,
tidak mempengaruhi libido seksualis dan kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
3.2 Saran
Dengan pembuatan makalah ini, sebaiknya kita semua bisa memahami
dan mengaplikasikan teori yang ada didalam kehidupan sehari-hari serta terampil
dalam memberi pelayanan kepada klien dengan tindakan langsung berupa praktik

kebidanan sehingga kelak kita mampu menjadi bidan yang professional serta
mampu

meningkatkan

kesehatan

dan

kesejahteraan

dengan

melakukan

pelayananan KB yang benar khususnya dalam metode sterilisasi pada wanita


( tubektomi ).
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, Hanafi. 2004. KB dan Kontrasepsi. Sinar Harapan : Jakarta
Manuaba Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB
untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta
Meilani, Niken. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Fitrah Maya : Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta
Rabe, Thomas. 2003. Ilmu Kandungan. Hipokrates : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • Pulmonologi
    Pulmonologi
    Dokumen48 halaman
    Pulmonologi
    Clerik Heal
    Belum ada peringkat
  • Referat CLP Charity
    Referat CLP Charity
    Dokumen30 halaman
    Referat CLP Charity
    Rafles Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Geriatri1
    Geriatri1
    Dokumen18 halaman
    Geriatri1
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Hepatologi
    Hepatologi
    Dokumen9 halaman
    Hepatologi
    HeidyGraciaPalempung
    Belum ada peringkat
  • Reumatologi
    Reumatologi
    Dokumen13 halaman
    Reumatologi
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Journal Translate
    Journal Translate
    Dokumen3 halaman
    Journal Translate
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Refarat
    Refarat
    Dokumen23 halaman
    Refarat
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • 01.1. Prosedur Dan Tindakan Kardiologi
    01.1. Prosedur Dan Tindakan Kardiologi
    Dokumen19 halaman
    01.1. Prosedur Dan Tindakan Kardiologi
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Cover Interna
    Laporan Kasus Cover Interna
    Dokumen1 halaman
    Laporan Kasus Cover Interna
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • 3496
    3496
    Dokumen12 halaman
    3496
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Gastroenterologi
    Gastroenterologi
    Dokumen16 halaman
    Gastroenterologi
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • He Sterilisasi
    He Sterilisasi
    Dokumen16 halaman
    He Sterilisasi
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Flow
    Lapkas Flow
    Dokumen13 halaman
    Lapkas Flow
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • He Per
    He Per
    Dokumen6 halaman
    He Per
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Etiologi&Epidemiologi
    Etiologi&Epidemiologi
    Dokumen2 halaman
    Etiologi&Epidemiologi
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Keespto
    Keespto
    Dokumen13 halaman
    Keespto
    Risa Yuniadilla
    Belum ada peringkat
  • Health Education Kehamilan Ektopik Terganggu 2
    Health Education Kehamilan Ektopik Terganggu 2
    Dokumen3 halaman
    Health Education Kehamilan Ektopik Terganggu 2
    Jemmy Sie
    Belum ada peringkat
  • Brosur HE
    Brosur HE
    Dokumen3 halaman
    Brosur HE
    Andy Abraham Rangan
    Belum ada peringkat
  • BAB I Lapkas
    BAB I Lapkas
    Dokumen13 halaman
    BAB I Lapkas
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Hiperemesis Gravidarum
    Hiperemesis Gravidarum
    Dokumen4 halaman
    Hiperemesis Gravidarum
    Endriko Toreh
    Belum ada peringkat
  • Steri Lisas I
    Steri Lisas I
    Dokumen1 halaman
    Steri Lisas I
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR Perrr
    DAFTAR Perrr
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR Perrr
    Laalaa Shalvy Sima
    Belum ada peringkat
  • 3 Daftar Hadir HE Kelahiran Prematur
    3 Daftar Hadir HE Kelahiran Prematur
    Dokumen1 halaman
    3 Daftar Hadir HE Kelahiran Prematur
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Promosi Qbule
    Promosi Qbule
    Dokumen1 halaman
    Promosi Qbule
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Per Tanya An
    Per Tanya An
    Dokumen1 halaman
    Per Tanya An
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Perdarahan Antepartum
    Perdarahan Antepartum
    Dokumen35 halaman
    Perdarahan Antepartum
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • HE (Hemoragic Antepartum)
    HE (Hemoragic Antepartum)
    Dokumen21 halaman
    HE (Hemoragic Antepartum)
    Randy Nicholas Lesiasel
    Belum ada peringkat
  • Katarak Senilis Matur
    Katarak Senilis Matur
    Dokumen12 halaman
    Katarak Senilis Matur
    arlinferlin
    Belum ada peringkat