Referat
Disusun oleh:
Muthiah Hasnah Suri
04084821517077
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Referat
Gangguan Keseimbangan Elektrolit: Kalium dan Magnesium
Oleh:
Muthiah Hasnah Suri
04084821517077
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif Rumah
Sakit Dr. Mohammad Hoesin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang Periode 22 Juli 2015 - 22 Agustus 2015
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1. Distribusi Kalium ..................................................................................4
2.2. Hipokalemia ..........................................................................................6
2.3. Hiperkalemia .........................................................................................9
2.4. Distribusi Magnesium .........................................................................15
2.5. Deplesi Magnesium .............................................................................26
2.6. Hipermagnesemia ................................................................................24
BAB III. KESIMPULAN ......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28
iv
DAFTAR GAMBAR
2.
3.
4.
5.
6.
Kadar magnesium dalam urin dan plasma pada kondisi diet Mg ..... 17
DAFTAR TABEL
Tabel
................................................................................................. Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
dalam referat ini lebih membahas tentang kalium dan magnesium. Perlunya
mengetahui kondisi apa saja yang menjadi faktor predisposisi terganggunya
konsentrasi kalium dan magnesium, serta bagaimana penatalaksanaan yang tepat
terhadap baik kekurangan maupun kelebihan kalium dan magnesium. Dengan
pemahaman akan hal tersebut, diharapkan seorang dokter dapat mengenali
keadaan hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesemia, dan hipermagnesemia
secara dini serta memberikan penatalaksanaan yang tepat sehingga kematian
akibat gangguan konsentrasi elektrolit kalium dan magnesium dapat dicegah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hal ini terjadi karena jumlah kalium intraseluler yang melimpah, sehingga
penurunan kalium ekstraseluler dapat diisi oleh kalium intraseluler dan membantu
mempertahankan K+ plasma saat terjadi penurunan kalium tubuh.
Sejumlah kecil K+ diekskresikan melalui feses (5-10mEq/hari) dan
keringat (0-10mEq/hari), sebagian besarnya diekskresikan melalui urin (40-120
mEq/ hari sesuai dengan jumlah intake nya). K+ yang difiltrasi di glomerulus
secara pasif di reabsorbsi di tubulus proximal bersama natrium dan air, kemudian
disekresi di tubulus distal dan duktus kolektifus.
Ekskresi kalium dalam urin merupakan fungsi utama sekresi K+ di nefron
distal yang dikendalikan terutama oleh aldosteron dan K+ plasma. Saat fungsi
ginjal dalam keadaan normal, kapasitas ekskresi kalium oleh ginjal cukup besar,
magnesium.
Drainase
nasogastrik
secara
langsung
menurunkan
konsentrasi K+ dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (10-15 mEq/L), namun
penurunan volume dan H+ menyebabkan penurunan K+ yang lebih banyak
melalui urin. Konsentrasi klorida urin rendah (<15 mEq / L) pada pasien yang
mengalami drainase nasogastrik dan alkalosis, dan tinggi (> 25 mEq / L) pada
gelombang U yang menonjol (lebih dari 1 mm), inversi dan gelombang T yang
rata, serta QT interval yang memanjang. Namun, perubahan ini tidak spesifik
untuk hipokalemia. Perubahan gelombang T dan gelombang U dapat terlihat juga
pada hipertrofi ventrikel kiri sementara QT interval yang memanjang juga dapat
diakibatkan dari obat-obatan, hipokalsemia, ataupun hipomagnesemia.
Hipokalemia saja tidak berisiko menimbulkan aritmia yang serius, namun
pada
kondisi
tertentu
(misalnya
iskemia
miokard)
hipokalemia
dapat
Defisit Kalium
mEq
3.0
175
2.5
350
10
2.0
470
15
1.5
700
20
1.0
875
25
Cairan pengganti yang biasa digunakan yaitu kalium klorida (KCl). KCl
dalam ampul berisi 10, 20, 30, dan 40 mEq kalium. KCl merupakan larutan yang
sangat hiperosmotik (2 mEq/mL memiliki osmolalitas 4000 mosm/kg H2O).
Larutan kalium fosfat berisi 4.5 mEq kalium dan 3 mmol fosfat per mL.
Penggantian
kalium
menggunakan
metode
standar
intravena
dengan
dengan
menghambat
sistem
10
renin-angiotensin-aldosteron.
Hiperkalemia
akibat
obat-obat
tersebut
sering
terjadi
terutama
bila
beta-bloker
ACE inhibitor
digitalis
succinylcholine
Penyebab umum dari gangguan ekskresi K+ ginjal antara lain gagal ginjal,
insufisiensi adrenal, dan obat-obatan. Pada gagal ginjal, hiperkalemia biasanya
tidak terjadi sampai GFR turun dibawah 10mL/menit. Hiperkalemia dapat muncul
sebelum penurunan GFR dibawah 10mL/menit pada gagal ginjal akibat nefritis
interstitial. Insufisiensi adrenal mengganggu ekskresi kalium ginjal, tetapi
hiperkalemia terlihat hanya pada insufisiensi adrenal kronis.
Hiperkalemia dapat menjadi salah satu komplikasi dari transfusi darah
massif (yaitu, penggantian darah setara dengan volume darah). Suhu yang
digunakan untuk menyimpan sel darah merah (4C) dapat menutup pompa Na+K+ dalam membran sel eritrosit, menyebabkan kebocoran stabil K+ keluar sel.
Konsentrasi dalam supernatan terus meningkatkan sejalan dengan waktu
penyimpanan. Setelah 18 hari penyimpanan (waktu penyimpanan darah rata-rata),
beban kalium dalam satu kantong sel darah merah (PRC) mencapai 2 sampai 3
mEq. Transfusi massif (biasanya minimal 6 unit PRC) memiliki beban K+
minimal 12-18 mEq. Hal ini merupakan beban yang cukup besar, mengingat kadar
K+ plasma sekitar 9-10mEq pada orang dewasa umumnya.
Beban K+ dalam darah yang ditransfusikan biasanya dibersihkan oleh
ginjal, tetapi ketika aliran darah sistemik terganggu (pada sebagian besar pasien
yang membutuhkan transfusi darah masif), ekskresi K+ ginjal terganggu, dan K+
11
yang terdapat dalam darah yang ditransfusikan menumpuk. Volume transfusi yang
dapat menybabkan hiperkalemia bervariasi, tetapi penelitian menunjukkan bahwa
hiperkalemia mulai muncul setelah transfusi 7 unit merah sel darah.
Hiperkalemia berat juga ditemukan pada orang dengan kelainan nafsu
makan (pica) yang menelan 1500 batang korek api yang telah terbakar. Kelainan
nafsu makan ini disebut dengan Cautopyreiophagia. Dilaporkan bahwa batang
korek api yang telah terbakar kaya akan kalium klorat (KClO3), sehingga
pengkonsumsian batang korek api yang telah terbakar dapat menyebabkan
hiperkalemia.
2.3.1 Manifestasi Klinik Hiperkalemia3
Gejala utama hiperkalemia yang mengancam nyawa adalah perlambatan
transmisi impuls di jantung (dari depolarisasi otot jantung), yang dapat
berkembang menjadi heart block dan bradikardia cardiac arrest. Perubahan EKG
pada hiperkalemia progresif paling awal ditandai dengan perubahan gelombang T.
Perubahan gelombang T paling jelas terlihat di lead prekordial V2 dan V3 berupa
gambaran T-tall, dan peaked T-wave. Perubahan selanjutnya pada keadaan
hiperkalemia terlihat pada amplitudo gelombang P yang menurun dan interval PR
yang memanjang. Gelombang P akhirnya menghilang dan QRS kompleks.
Perubahan terakhir adalah ventrikel fibrilasi atau asistol.
12
13
14
empat jam) tidak memiliki efek terhadap kadar K+ plasma, dan (b) bikarbonat
dapat membentuk kompleks dengan kalsium, yang kontraproduktif kalsium.
Kelebihan K+ dapat dibuang melalui usus (dengan resin kation-exchange)
atau langsung dari aliran darah (dengan hemodialisis). Sodium polystyrene
sulfonate (Kayexalate) adalah resin kation-exchange yang meningkatkan buangan
K+ di mukosa usus. Kayexalate dapat diberikan oral atau dengan retensi enema.
Kayexalate biasanya dicampur dengan sorbitol untuk mencegah concretions.
Setiap gram resin mengikat 0,65 mEq K+, dan memerlukan setidaknya 6 jam
untuk efek maksimum. Komplikasi dari penggunaan kayexalate salah satunya lesi
nekrotik dalam usus. Meskipun ini merupakan komplikasi jarang, namun angka
kematiannya cukup tinggi (33%).
Metode yang paling efektif untuk membuang kalium adalah dengan
hemodialisis, yang dapat menghasilkan penurunan 1mEq/L K+ plasma setelah
satu jam, dan 2 mEq/L penurunan setelah 3 jam.
2.4 Distribusi Magnesium3
Magnesium dibutuhkan oleh organisme aerobik untuk pelepasan energi
dari ATP. Magnesium merupakan kofaktor penting untuk enzim ATPase yang
menghidrolisis ATP. Oleh karena itu, magnesium sangat penting untuk
penyediaan energi, dan memungkinkan suatu organisme memanfaatkan energi
tersebut untuk mempertahankan hidup.
Peran yang lebih spesifik dari magnesium yaitu berfungsinya pompa Na+K+ (yang merupakan magnesium-dependent ATPase) dengan optmikal, dan
menghasilkan gradien listrik yang melintasi membran sel. Magnesium juga
mengatur pergerakan kalsium ke dalam sel otot polos, yang memberikan peran
penting dalam pemeliharaan kekuatan kontraktilitas jantung dan pembuluh darah
perifer.
Rata-rata orang dewasa mengandung sekitar 24g (1 mol, atau 2.000 mEq)
magnesium dimana sebagiannya tersimpan di tulang, sementara kurang dari 1%
nya terletak di plasma.
15
di mana mol wt adalah berat molekul (berat atom dalam magnesium) dan valence
adalah jumlah charges pada atom atau molekul. Magnesium memiliki berat atom
24 dan valensi 2, sehingga konsentrasi Mg serum dari 1,7 mg/dL setara untuk 1,4
mEq/L (1,7 10) / 24 2 =1,4 mEq/L.
Sekitar 67% dari magnesium dalam plasma dalam bentuk terionisasi
(aktif) bentuk, dan sisanya 33% terikat pada protein plasma (19%) dan chelated
dengan divalent anion seperti fosfat dan sulfat (14%).
16
Gambar 6 Kadar Magnesium dalam urin dan plasma pada kondisi diet Mg
17
18
Deplesi magnesium terjadi pada 50% pasien yang menerima terapi furosemide
jangka panjang. Diuretik thiazide menunjukkan kecenderungan yang sama untuk
deplesi magnesium, tetapi hanya pada pasien dengan usia lanjut. Deplesi
magnesium tidak terjadi pada terapi menggunakan diuretik Hemat kalium.
Beberapa antibiotik juga menyebabkan deplesi magnesium, antara lain
aminoglikosida,
amfoterisin
dan
pentamidin.
Aminoglikosida
memblokir
19
akut miokard infark. Mekanisme terjadinya masih belum jelas, tetapi mungkin
karena pergeseran intraseluler Mg dari kelebihan katekolamin.
20
21
22
Preparat intravena standar yaitu magnesium sulfat (MgSO4). Setiap gramnya mengandung 8mEq (4mmol) magnesium. Larutan magnesium sulfat 50%
(500 mg/mL) memiliki osmolaritas 4.000 mosm/L, sehingga harus diencerkan
dengan 10% (100 mg/mL) atau 20% (200mg/mL) larutan untuk digunakan
intravena. Larutan ringer tidak boleh digunakan sebagai pengencer untuk MgSO4
karena kalsium dalam larutan ringer akan menetralkan aksi magnesium yang
terdapat di cairan pengganti. Berikut adalah pedoman penggantian magnesium
yang direkomendasikan untuk pasien dengan fungsi ginjal yang normal:
1. Hypomagnesemia ringan, asimtomatik
Jika serum Mg 1-1,4 mEq/L tanpa komplikasi:
1) Asumsikan defisit magnesium total 1-2 mEq/kg.
2) Karena 50% dari magnesium yang diserap akan hilang melalui urin,
jadi total penggantian magnesium dianggap dua kali dari jumlah
defisit magnesium.
3) Penggantian 1 mEq/kg dalam 24 jam pertama, dan 0,5 mEq/kg setiap
hari selama 3-5 hari berikutnya.
2. Hypomagnesemia sedang
Jika serum Mg <1 mEq/L, atau jika serum Mg rendah disertai dengan
kelainan elektrolit lainnya:
1) Tambahkan 6g MgSO4 (48mEq Mg) dalam 250 atau 500mL saline
isotonik dan drip intravena dalam 3 jam.
2) Tambahkan 5g MgSO4 (40mEq Mg) dalam 250 atau 500mL saline
isotonik, drip intravena dalam 6 jam berikutnya.
3) Lanjutkan dengan 5g MgSO4 setiap 12 jam (dengan infus kontinu)
selama 5 hari berikutnya.
3. Hipomagnesemia berat
Jika hipomagnesemia terkait dengan aritmia jantung serius (misalnya,
torsade de pointes) atau kejang umum:
1) Infus 2g MgSO4 (16mEq Mg) intravena dalam 2-5 menit.
2) Tambahkan 5g MgSO4 (40mEq Mg) dalam 250 atau 500 mL saline
isotonik, drip intravena dalam 6 jam berikutnya.
23
24
25
BAB III
KESIMPULAN
mungkin
lebih
tinggi.
Terapi
diuretik
dengan
furosemide
26
bersifat
27
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan
Andalas.
2012;
1(2),
80-85.
Diunduh
di
Pharm.
61:1569-76.
2004.
28
Diunduh
di