Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis
eksterna memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan juga jamur. Dua
penyebab ini terkadang sulit dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir
sama dan tidak spesifik. Hal ini menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri
sering tidak tepat sasaran. Pengobatan dari OE oleh bakteri adalah antibiotik, yang
jika diberikan untuk infeksi jamur, tidak akan memberikan perbaikan

klinis,

bahkan dapat menyebabkan bertambah banyaknya jamur penyebab infeksi.1,2


Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan
kronik pada epitel skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen
jamur. Otomikosis lebih banyak disebabkan oleh organisme komensal normal dari
kulit liang telinga dimana pada kondisi normal tidak bersifat patogen. Namun
beberapa keadaan dapat menggeser keseimbangan antara bakteri dan jamur di
liang telinga. Banyak faktor predisposisi yang dapat mencetuskan terjadinya
otomikosis, antara lain kebiasaan penggunaan alat pembersih telinga, dermatitis,
kurangnya kebersihan, individu dengan immunocompromised, penyakit telinga
sebelumnya, penggunaan berkepanjangan dari obat antibiotik tetes telinga,
antibiotik spektrum luas, steroid, dan terpapar dengan kemoterapi.2,3
Otomikosis merupakan 1 dari 8 kasus infeksi telinga luar. Aspergilus sp.
menyebabkan 90% infeksi jamur dan selebihnya adalah Candida sp. Angka
prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh pasien yang mengalami
gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering dijumpai pada daerah
dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis berasal dari
negara tropis dan subtropis.2,3
Diagnosis dari otomikosis sendiri dapat ditegakan dari gejala klinis,
pemeriksaan otoskopi, tes KOH, dan kultur. Untuk pengobatannya sendiri

sekarang sudah banyak tersedia preparat dengan tingkat efektifitas yang cukup
tinggi mencapai 50-100%3. Namun penyakit ini sering menjadi tantangan bagi
para klinisi karena angka rekurensi yang tinggi, menyebaban penyakit ini sulit
diatasi. Karena banyak sekali faktor penyebab dari kondisi ini, maka dari itu
penulis ingin memberikan info lebih mengenai otomikosis.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Anatomi dan Fisiologi Telinga

3.1.2 Telinga luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga (meatus
acusticus externus) sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang
rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk mengumpulkan getaran
udara. Liang telinga berbentuk huruf S, dan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar. Dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, dengan
panjang 2,53 cm.4,5

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (glandula ceruminosa yang merupakan modifikasi kelenjar keringat) dan
rambut. Kelenjar seruman menghasilkan sekret lilin (serumen) berwarna coklat

kekuningan. Rambut dan serumen ini merupakan barrier yang lengket, untuk
mencegah benda asing. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Serumen
memiliki sifat antimikotik dan bakteriostatik dan juga repellant terhadap
serangga.4,5
Serumen terdiri dari lemak (46-73 %), protein, asam amino, ion-ion
mineral, dan juga mengandung lisozim, immunoglobulin, dan asam lemak tak
jenuh rantai ganda. Asam lemak ini menyebabkan kulit yang tak mudah rapuh
sehingga menginhibisi pertumbuhan bakteri. Komposisi yang hidrofobik, serumen
dapat membuat permukaan kanal menjadi impermeable, kemudian mencegah
terjadinya maserasi dan kerusakan epitel. Otomikosis sendiri merupakan infeksi
yang disebabkan oleh jamur yang terjadi di telinga bagian luar, yang terkadang
disebabkan oleh ketiadaan serumen.4,6
3.1.2 Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus sehingga berbatasan dengan 6 batas. Batas
luar berupa membran timpani, batas depan tuba eustachius, batas bawah vena
jugularis (bulbus jugularis), dan batas belakang aditus ad antrum, kanalis facialis
pars

vertikalis.

Batas

atas

telinga

tengah

berupa

tegmen

timpani

(meningen/otak).Tegmen timpani memisahkan kavum timpani dari meninges dan


lobus temporalis otak di dalam fossa cranii media. Batas dalam berturut-turut dari
atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong
(oval window) dan tingkap bundar (round window) dan promontorium.4,5
Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga danterlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
pars flaksida (membrane sharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa
(membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,
seperti epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah,
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.4,5

Tulang pendengaran didalam telinga saling berhubungan. Prosessus longus


maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat denganinkus, dan inkus
melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan

koklea.

Hubungan

antar

tulang-tulang

pendengaran

merupakan

persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan


daerah nasofaring, dengan telinga tengah.4,5
3.1.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Koklea,
vestibulum dan kanalis semisirkularis merupakan rongga-rongga yang terletak
didalam substansia kompakta tulang. Rongga ini dilapisi oleh endosteum serta
berisi cairan bening yaitu perilympha, yang didalamnya terdapat labirintus
membranaseus. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan
perilimfa skala timpani dengan skala vestibule.4,5
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea, tampak
skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan perilimfa, sedangkan
skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat pada perilimfa berbeda
dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli
disebut

dengan

membrane

vestibuli

(Reissners

membrane),

sedangkan

dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak Organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel
rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk Organ Corti.4,5
3.1.4 Fisiologi Pendengaran
Telinga

berfungsi

sebagai

indra

pendengaran.

Adapun

fisiologi

pendengaran adalah sebagai berikut: Proses mendengar diawali dengan


ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang.

Gelombang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Gelombang tersebut


akan

menggetarkan

membran

timpani.

Membran

timpani

akan

mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan


perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Getaran
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran. 4,7
Energi getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut. Pembelokan rambut-rambut ke satu
arah akan mendepolarisasi sel-sel rambut dan pembelokan ke arah yang
berlawanan menyebabkan hiperpolarisasi pada sel rambut sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan

proses

depolarisasi

sel

rambut,

sehingga

melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada


saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.4,7
3.2

Otitis eksterna

3.2.1

Definisi
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang

disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai
pada daerah daerah yang panas dan lembab, dan jarang pada iklim iklim sejuk
dan kering. Pada keadaan udara yang panas dan lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh. Oleh karena itu otitis eksterna lebih sering ditemukan pada daerah tropissubtropis. Selain faktor iklim, perubahan pH diliang telinga karena berbagai faktor
lain akan menurunkan proteksi terhadap infeksi sehingga menimbulkan otitis
eksterna.2,3
3.2.2

Klasifikasi

Otitis eksterna diklasifikasikan menjadi sebagai otitis eksterna akut,


otomikosis, Herpes Zoster Otikus, infeksi kronis liang telinga, keratitis obsturan,
kolesteatoma eksternal, dan Otitis eksterna maligna. Otitis eksterna akut terdiri
dari otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difusa. Otomikosis
merupakan infeksi jamur di liang telinga. Herpes Zoster Otikus disebabkan oleh
infeksi virus varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf
kranial. Infeksi kronis liang telinga merupakan pada liang telinga yang tidak
diobati dengan baik sehingga menimbulkan radang kronis. Keratits obstruran
merupakan gumpalan epidermis diliang telinga yang tidak bermigrasi ke arah
telinga luar. Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus diliang telinga luar dan
struktur lain di sekitarnya.8,9
3.2.3

Etiologi
Otitis eksterna akut dibedakan menjadi otitis eksterna sirkumskripta dan

otitis eksterna difus. Otitis eksterna sirkumskripta biasanya disebabkan oleh


kuman Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Sedangkan pada otitis
eksterna difus biasanya disebabkan oleh kuman golongan Pseudomonas. Kuman
lainnya seperti Staphylococcus albus, Escherichia colli, dan sebagainya juga
dapat menjadi penyebab otitis eksterna difus. Otitis eksterna difus dapat juga
terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.2,8
Otomikosis paling sering disebabkan oleh Pityrosporum,Aspergillus,
kadangkadang ditemukan juga Candida albicans atau jamur lain. Pityrosporum
menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan
predisposisi otitis eksterna bakterialis. Pada herpes zoster otikus penyebabnya
adalah virus varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf
kranial, dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks
servikalis bagian atas, yang disebut juga sindroma Ramsay Hunt.2,8
Infeksi kronis liang telinga dapat disebabkan bakteri maupun infeksi jamur
yang tidak diobati dengan baik. Iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media
dan trauma berulang juga dapat menyebabkan infeksi kronis liang telinga. Adanya
benda asing dan penggunaan cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing

aid) dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan radang kronis. Radang
kronis akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut (sikatrik).2,8
Keratosis obturans disebabkan oleh proses radang yang kronis serta sudah
terjadi gangguan migrasi epitel. Dulu keratosis obturans dan kolesteatoma
eksterna dianggap sebagai penyakit yang sama proses terjadinya, oleh karena itu
sering tertukar penyebutannya. Keratosis obturans bilateral sering ditemukan pada
usia muda, sering dikaitkan dengan sinusitis dan bronkiektasis. Sedangkan
kolesteatoma eksterna ditemukan hanya pada satu sisi telinga dan lebih sering
pada usia tua.2,8
Pada otitis eksterna maligna, kelainan patologik yang penting berupa
osteomielitis progresif disebabkan oleh infeksi kuman Pseudomonas aeroginosa.
Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus yang berat, kadar gula darah
yang tinggi yang diakibatkan infeksi yang sedang aktif, menimbulkan kesulita
pengobatan yang adekuat. Otitis eksterna maligna merupakan tipe khusus dari
infeksi akut yang difus di liang telinga.2,8
3.2.4

Faktor risiko
Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga,

yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh. Hal lainnya ialah membersihkan telinga secara berlebihan, seperti dengan
cotton bud ataupun benda lainnya yang menyebabkan trauma ringan. Berenang
dan kebiasaan memasukkan air ke dalam telinga juga menyebabkan perubahan pH
liang telinga. Penyakit sistemik seperti diabetes juga dapat menyebabkan
perubahan pH liang telinga.8,9
Pada orang tua dengan diabetes melitus, pH serumennya lebih tinggi
dibandingkan dengan pH serumen non diabetes. Karena itu penderita diabetes
lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan
mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna.8
3.2.5

Patofisiologi

Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang


selsel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga.
Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa
mengganggu mekanisme pembersihan ini. Selain itu bisa mendorong sel-sel kulit
yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. 6,9
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan
air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah,
lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi
pertumbuhan bakteri dan jamur sehingga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau
jamur. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan
pada liang telinga.10,11
Adanya faktor predisposisi

otitis

eksterna

dapat

menyebabkan

berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.


Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui
kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri8. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan/ nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus
akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal.1,3
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh7: Kulit liang telinga luar
beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga
memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut
saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Kulit dan tulang rawan pada 1/3
luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan
tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat
pada penderita otitis eksterna.1,3,6

3.2.6

Manifestasi klinis
Pada otitis eksterna sirkumskripta, gejala yang timbul ialah rasa nyeri yang

hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Rasa nyeri timbul pada penekanan di
perikondrium, dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi
temporomandibula). Selain ini terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel
besar dan menyumbat liang telinga.8,9
Pada otitis eksterna difus, gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang
telinga sangat sempit, kadanga kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri
tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir/ musin
seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.8,9
Pada otomikosis, gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di
liang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan. Pada herpes zoster otikus akan
tampak lesi kulit yang vesikuler pada kulit di daerah muka sekitar liang telinga,
otalgia, dan terkadang disertai paralisis otot wajah. Pada keadaan yang berat
ditemukan gangguan berupa tuli sensorineural.8,9
Pada keratosis obturans ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga
yang disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak
bermigrasi ke arah telinga luar. Terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang hebat,
liang telinga yang lebih lebar, membran timpani yang utuh tapi lebih tebal dan
jarang ditemukan adanya sekresi telinga. Erosi tulang liang telinga ditemukan
pada keratosis obturans dan pada kolesteatoma eksterna. Hanya saja pada
keratosis obturans, erosi tulang yang terjadi menyeluruh sehingga tampak liang
telinga menjadi lebih luas. Sementara pada kolesteatoma eksterna erosi tulang
terjadi hanya di daerah posteroinferior. Pada kolesteatoma eksterna juga
ditemukan otore dan nyeri tumpul menahun, pendengaran dan membran timpani
biasanya normal.8,9
Pada otitis eksterna maligna, peradangan meluas secara progresif ke
lapisan subkutis, tulang rawan, dan tulang sekitarnya, sehingga timbul kondroitis,
osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal. Gejalanya adalah
rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang
banyak, serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan

semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau
paralisis fasial.8,9
3.2.7

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga,
terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Namun pada pasien
dengan otomikosis biasanya datang dengan keluhan rasa gatal yang hebat dan rasa
penuh pada liang telinga. Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang
hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan
seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Rasa penuh pada
telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difus
dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Kurang
pendengaran mungkin terjadi pada otitis eksterna disebabkan edema kulit liang
telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis
eksterna yang lama sehingga sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif.2,9
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada tragus, nyeri tarik
daun telinga, kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri. Pada
pemeriksaan liang telinga dapat terlihat furunkel atau bisul serta liang telinga
sempit pada otitis eksterna sirkumskripta, sedangkan pada otitis eksterna difus
liang telinga sempit, kulit liang telinga terlihat hiperemis dan edema yang
batasnya tidak jelas serta sekret yang sedikit. Pada otomikosis dapat terlihat jamur
seperti serabut kapas dengan warna yang bervariasi (putih kekuningan). Pada
herpes zoster otikus akan tampak lesi kulit vesikuler di sekitar liang telinga. Pada
pemeriksaan penala kadang didapatkan tuli konduktif.2,9
3.2.8

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan komprehensif dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hatihati. Selama

pengobatan sebaiknya pasien tidak berenang dan tidak mengorek telinga.


Pemberian obat topikal pada Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrate
dapat berupa salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk salep seperti polymiksin B
atau basitrasin.2,8
Pada otitis eksterna difus, pengobatannya ialah dengan memasukkan
tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang
baik antara obat dengan kulit yang meradang. Pilihan antibiotik yang dipakai
adalah campuran polimiksin B, neomisin, hidrokortison, dan anestesi topikal.2,8
Antibiotik sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup
berat. Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat diberikan. Bila otitis eksterna
sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya.2,8
Pada infeksi kronis liang telinga, diperlukan operasi rekontruksi liang
telinga. Pada keratosis obliterans biasanya dapat dikontrol dengan melakukan
pembersihan debris akibat radang liang telinga secara berkala setelah gumpalan
keratin dikeluarkan. Sedangkan pada kolesteatoma eksterna perlu dilakukan
operasi agar kolesteatoma dan tulang yang nekrotik bisa diangkat sempurna.2,8
Tujuan operasi mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi tulang.
Indikasi operasi adalah bila destruksi tulang sudah meluas ke telinga tengah, erosi
tulang pendengaran, kelumpuhan saraf fasialis, terjadi fistel labirin atau otore
yang berkepanjangan. Pada operasi, liang telinga bagian luar diperluas agar
mudah dibersihkan. Bila kolesteatoma masih kecil dan terbatas dapat dilakukan
tindakan konservatif. Kolesteatoma dan jaringan nekrotik diangkat sampai bersih,
diikuti pemberian antibiotik topikal secara berkala. Pemberian obat tetes telinga
dari campuran alkohol atau gliserin dalam H2O2 3%, tiga kali seminggu seringkali
dapat menolong.2,8
Pada otitis eksterna maligna pengobatan harus cepat diberikan. Sesuai
dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat kuman penyebab tersering
Pseudomonas aerugenosa, diberikan antibiotika dosis tinggi yang sesuai dengan
Pseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi,
diberikan golongan fluoroquinolon (ciprofloxacin) dosis tinggi per oral. Pada

keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan


antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 68 minggu.2,8
Antibiotika yang sering digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcillin
clavulanat, piperacillin (dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone,
ceftazidine,

cefepime

(maxipime),

tobramicin

(kombinasi

dengan

aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan penicilin). Disamping


obatobatan,

seringkali

diperlukan

juga

tindakan

membersihkan

luka

(debrideman) secara radikal. Tindakan debrideman yang kurang bersih akan dapat
menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit.2,8
Pada kasus post herpetis zooster otikus, perlu dilakukan evaluasi
pendengaran sebagai pemeriksaan penunjang lanjutan. Dalam rencana tindak
lanjut, tiga hari pasca pengobatan untuk melihat hasil pengobatan. Khusus untuk
otomikosis, tindak lanjut berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu.9
3.3
3.3.1

Otomikosis
Definisi
Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan

kronik pada epitel skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen
jamur2. Meskipun jamur merupakan patogen primer, hal ini bisa juga dampak dari
infeksi kronis dari kanalis eksternus atau telinga tengah3. Otomikosis ini sering
dijumpai pada daerah yang tropis. Infeksi ini dapat bersifat akutdan subakut, dan
khas dengan adanya inflamasi, rasa gatal, dan ketidaknyamanan. Mikosis ini
menyebabkan adanya pembengkakan, pengelupasan epitel superfisial, adanya
penumpukan debris yang berbentuk hifa, disertai supurasi, dan nyeri.12,15
3.3.2

Epidemiologi
Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada

daerah dengan cuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah
raga air. 1 dari 8 kasus infeksi telinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi
jamur ini disebabkan oleh Aspergillus sp. dan selebihnya adalah Candida sp.
Angka prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh pasien yang

mengalami gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering
dijumpai pada daerah dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan
otomikosis berasal dari negara tropis dan subtropis. Di United Kingdom ( UK ),
diagnosis otitis eksterna yangdisebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada
saat berakhirnya musim panas.2,3,12
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei (2006), Otomikosis
dijumpai lebih banyak pada wanita (terutama ibu rumah tangga) daripada pria.
Otomikosis biasanya terjadi pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada
penelitian tersebut, dijumpai otomikosis sering pada remaja laki-laki, yang juga
sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya.15
3.3.3

Etiologi
Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat

saprofit, terutama Aspergillus niger . Agen penyebab lainnya meliputi A. flavus, A.


fumigatus, Allescheria boydii, Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia, dan
Candida Sp. Sebagai tambahan, otomikosis dapat merupakan infeksi sekunder
dari predisposisi tertentu misalnya otitis eksterna yang disebabkan bakteri yang
diterapi dengan kortikosteroid.12,15
Penelitian yang dilakukan di Iran pada 2009 dan 2011 didapatkan dari 129
kasus otomikosis. Hasil isolasi yang dilakukan didapatkan 90% terinfeksi oleh
jamur saprofit, 7% oleh Candida, 2% berhubungan dengan kelainan dermatologi,
dan 1% oleh Eurotium (Stadium akhir dari Aspergilus fumigatus). Aspergilus
niger merupakan yang terbanyak diisolasi, diikuti A.flavus, A.fumigatus,
Penicillium spp., Fusarium spp., dan Rhizopus spp. Dari 2% Candida yang
diisolasi didapatkan C.albicans dan C.tropicalis.12,15
3.3.4

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, dalam hal ini otomikosis,

meliputi ketiadaan serumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperature,


dan trauma lokal, yang biasanya sering disebabkan oleh kapas telinga dan alat
bantu dengar. Serumen sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang
berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Olahraga air misalnya

berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena
paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen dan keringnya
kanalis auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif
pada telinga. Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis
alergika, dan asma.6,15
3.3.5

Patogenesis
Otomikosis berhubungan dengan histologi dan fisiologi CAE. Kanal

berbentuk silinder dengan panjang 2,5 cm dan lebar 7-9 mm ini dilapisi dengan
epitel skuamous keratin stratified hingga sepanjang sisi eksternal dari membran
timpani. Di bagian reses timpani, dari medial hingga ke itsmus cenderung
tertumpuk sisa keratin dan serumen dan itu merupakan daerah yang sulit untuk
dibersihkan.2,6
Serumen memiliki zat antimikosis dan bakteriostatik serta memiliki sifat
penolak serangga. Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas
dan ion mineral. Serumen juga mengandung lisozim, imunoglobulin dan asam
lemak tak jenuh ganda. Asam lemak rantai panjang ada dalam kulit sehat yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Karena komposisi hidrofobiknya,
serumen mampu mencegah air masuk, membuat permukaan saluran menjadi
kedap air dan menghindari maserasi dan kerusakan epitel. 2,6
Mikroorganisme yang normal ditemukan di CAE seperti Staphylococcus
epidermidis,

Corrynebacterium

sp.,

Bacillus

sp.,

kokus

Gram-positif

(Staphylococcus aureus, Sterptococcus sp., mikrococci nonpatogen), basil Gramnegatif (Pseudomonas aeruginosa, Haemophilus influenza, Moraxella catharalis
dll) dan jamur miselia dari Genus Aspergillus dan Candida sp. Komensal
mikroorganisme ini tidak patogen bila keseimbangan masih tetap antara bakteri
dan fungi. 2,6
Berbagai faktor yang mempengaruhi transformasi jamur saprofit
menjadi patogen seperti:

a.

Faktor lingkungan (panas, kelembaban).

b.

Perubahan pada epitel (penyakit dermatologis, trauma mikro).

c.

Peningkatan nilai pH di CAE (misalnya mandi atau berenang).

d.

Perubahan kualitatif dan kuantitatif serumen.

e.

Faktor sistemik (perubahan dalam kekebalan, melemahkan penyakit,


kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia).

3.3.5

Manifestasi klinis
Gejala yang muncul biasanya adalah telinga terasa gatal dan rasa penung

pada liang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan. Menurut penilitian Anwar
pada tahun 2014, dari 180 pasien yang diamati, 140 (77,7%) pasien mengeluh
penurunan pendengaran, 124 (68,8%) pasien mengeluh gatal pada telinga, 72
(40%) pasien mengeluh nyeri pada liang telinga, 57 (32%) pasien mengeluh
keluar cairan dari telinga, dan 10 (5,5%) pasien mengeluh telinga berdenging.13,14
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Tang Ho,et al pada tahun
2006, yakni dari 132 kasus otomikosis didapati persentase masing- masing gejala
otomikosis sebagai berikut13:
Simptom

Jumlah Pasien ( n )

Persentase ( % )

Otalgia
Otorrhea
Kehilangan pendengaran
Rasa penuh pada telinga
Gatal
Tinnitus

63
63
59
44
20
5

48
48
45
33
23
4

Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh


skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara
liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi
menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai kedalam,
sampai ke membran timpani, maka akan dapat mengeluarkan cairan
serosanguinos.2,15,17

Gambaran Otomikosis oleh Aspergilus (Black-gray element) (kiri) dan Otomikosis oleh
Candida (White element) (kanan)2

Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati


adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen
yang berwana putih dan panjang dari permukaankulit, hilangnya
pembengkakan signifikan pada dinding kanalis, dan area melingkar dari
jaringan granulasi diantara kanalis eksterna atau pada membran
timpani.2,15,17
3.3.5

Diagnosis
Diagnosa didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan klinis. Adanya

keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya secret yang keluar dari telinga.
Yang paling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang berhubungan dengan
air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya.2,15,17

Gejala yang khas terasa gatal atau sakit di liang telinga dan daun telinga
menjadi merah, skuamous dandapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3
bagian luar. Didapati adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa
berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaan kulit.2,15,17
Pemeriksaan Laboratorium Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit
liang telinga diperiksa dengan KOH 10 % akantampak hifa-hifa lebar, berseptum,
dan kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecildengan diameter 2-3 u15.
Pembiakan skuama pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada suhu kamar.
Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filament berwarna putih.
Dilihat dibawah mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa
dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.2,17
2.2.6

Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering,

jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan


barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotorankotoran telinga harus sering dibersihkan. Pengobatan yang dapat diberikan seperti
larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol, larutan lodium povidon 5% atau tetes
telinga yang mengandung campuran antibiotic dan steroid yang diteteskan ke
liang telinga. Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik,
seperti preparat yang mengandung nystatin , ketokonazole, klotrimazole, dan anti
jamur yang diberikan secara sistemik.13,15
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak
secara komplit mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas
tidak menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali.
Hal ini menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan anti jamur
topikal, juga harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius eksternus itu sendiri,
yakni dengan tidak melakukan manuver-manuver pada daerah tersebut,
mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan
terapi yang adekuat ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi

apapun yang dapat merubah homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan


dengan baik, maka akan membawa kepada resolusi komplit dari penyakit ini.6,12
3.3.7

Komplikasi
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari

membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,
dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran
timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani
sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya
perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 1216% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi
terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan
konsekuens inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun
merupakan ekstensi langsung infeksitersebut dari kulit sekitarnya.6,15
a. Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat
terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi
(penyembuhan) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko
kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya
tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus
masih terganggu.2,6,17

Anda mungkin juga menyukai