Anda di halaman 1dari 55

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing


tutorial skenario A blok 25, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi
dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 25.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan
laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Palembang, 15 Mei 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................................. 2
BAB I

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 3

BAB II

Pembahasan
2.1. Data Tutorial......................................................................................... 4
2.2. Skenario Kasus...................................................................................... 5
2.3. Paparan
I. Klarifikasi Istilah............................................................................... 6
II. Identifikasi masalah ........................................................................ 6
III. Analisis Masalah............................................................................. 7
V. Kerangka Konsep............................................................................ 59

BAB III

Penutup
3.1. Kesimpulan........................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok pediatri dan geriatri merupakan blok 25 pada semester 6 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan
tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor

: Bahrun Indrawan Kasim M.Kes

Moderator

: Novi Auliya Dewi

Sekretaris

: Glestiami Quranbiya

Hari, Tanggal

: Senin, 15 Mei 2014

Peraturan

: 1. Alat komunikasi dinonaktifkan


2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum

Skenario A Blok 25
Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa
Mjt. Komunitas di sini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata
pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama pada
sawah dan karet alam.
Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan
kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anakanak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki.
Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah Sungai Ogan; juga dari
air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri, namun
sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.
Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/ penerangan adalah listrik;
untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai
kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk kembali
menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian
masyarakat yang menggunakan briket batubara.
Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada
bulan September sampa desembeer seringkali ada serangan kabut asap yang dapat sampai
berminggu-minggu.
Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di kota
kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.
Petugas kesehatan yang ada didesa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran
yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting
sebagai garis pertama melayani orang sakit.
Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada
organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa, maka ini
menjadi tempat ideal untuk buang sampah.
Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di
desa ini adalah:
-

ISPA
Gastro intestinal dan diare
Kulit
Malaria
DHF
5

Tuberkulosis
Asthma
Gigi dan mulut
Hipertensi
Cidera karena kecelakaan lalu lintas
Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan makanan

yaitu tatkala ada hajata perkawinan yang melibatkan banyak orang.


Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang
berseumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak
propinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap,
hasilnya juga diberikan di lampiran.
Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009
yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi itu
akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur tidak baik,
maka kualitas udara didalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM10)
yang tinggi.
Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan kades, selain
kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.

Lampiran :
1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum
Parameter
E. Coli
Total Coliform
Arsen
Flourida
Total Kromium
Kadmium
Nitrit

Hasil Uji
2000 / 100 cc
1000 / 100 cc
0,05 mg/dl
1,4 mg/dl
0,03 mg/dl
0,001 mg/dl
2 mg/dl
6

Nitrat
Sianida
Selenium

25 mg/dl
0,07 mg/l
0,01 mg/dl

2. Kualitas Udara

I.

Parameter
SO2
CO
Nox
O3
Hidrokarbon
Total Suspended Particulate

Waktu Pengukuran
24 jam
24 jam
24 jam
1 jam
3 jam
24 jam

Hasil Uji
500 micrgr / m3
30000 micrgr / m3
200 micrgr / m3
200 micrgr / m3
100 micrgr / m3
500 micrgr / m3

(TSP)
Pb

24 jam

5 micrgr / m3

Klarifikasi Istilah
1.
Kebutuhan domestic

: kebutuhan air yang digunakan pada tempat hunian


pribadi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti

Sumur
Air rawa

memasak, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya


: sumber air yang digali
: genangan air yang secara ilmiah terjadi terus-menerus

4.

Briket arang

atau musiman akibat drainase yang terhambat


: bahan bakar padat yang terbuat dari pembakaran sampah

5.

Briket batubara

organik
: bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan

2.
3.

campuran tanah liat, tepung tapioka, air, dan natrium


6.

7.
8.

Kabut asap

dioksida
: kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-

Mantri
Puskesmas pembantu

hari dan hitungan bulan


: pegawai membantu dokter dipelayanan kesehatan
: suatu sarana yang melaksanakan suatu upaya pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang mencakup bagian
7

wilayah kerja puskesmas disesuaikan dengan keadaan


9.

Dukun

setempat dan merupakan bagian integral dari puskesmas


: orang yang memiliki keahlian khusus untuk menolong
pasien secara tradisional baik menggunakan cara
rasional maupun irasional
: penyakit infeksi akut

10.

ISPA

11.

pernafasan seperti hidung, sinus, laring atau faring


Gastro intestinal dan diare : kelainan atau penyakit pada saluran pencernaan
Malaria
: penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit akibat dari

12.

13.
14.

DHF(DBD)
Tuberkulosis

yang

menyerang

saluran

gigitan nyamuk
: infeksi yang disebabkan virus dengue
: setiap penyakit menular pada manusia dan hewan lain
yang disebabkan oleh spesies mycobacterium ditandai

15.

Asthma

dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis perkijuan


: serangan dispneu paroksismal berulang disertai mengik

16.

Hipertensi
Keracunan makanan

akibat kontraksi spasmodik ronki


: tekanan darah yang diatas normal (140/90 mmHg)
: masuknya zat racun kedalam tubuh dari makanan

18.

Kualitas udara

melalui saluran pencernaan


: suatu nilai yang menunjukkan mutu atau tingkat

19.

Kualitas air minum

kebaikan udara
: suatu nilai yang menunjukkan mutu atau tingkat

Indoor air quality

kebaikan air minum


: udara yang berada dalam suatu ruangan yang ditempati

17.

20.

sekelompok manusia dengan tingkatan kesehatan yang


21.

22.

PM10

berbeda dalam satu jam


: particulat padat/ cair yang ditemukan diudara yang

E. Coli

berukuran 150 ng/m3


: spesies yang merupakan flora normal pada usus manusia
dan hewan lainnya.

II. Identifikasi Masalah


1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa
Mjt. Komunitas di sini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000
orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan.
Pertanian terutama pada sawah dan karet alam.
2. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai
dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya
dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih
banyak yang telanjang kaki.
8

3. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah Sungai Ogan; juga
dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur
sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.
4. Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/ penerangan adalah listrik;
untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil
memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk
kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas
LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.
5. Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada
bulan September sampa desembeer seringkali ada serangan kabut asap yang dapat
sampai berminggu-minggu.
6. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di kota
kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.
7. Petugas kesehatan yang ada didesa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah
kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih
cukup penting sebagai garis pertama melayani orang sakit.
8. Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak
ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak
rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.
9. Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi
di desa ini adalah:
- ISPA
- Gastro intestinal dan diare
- Kulit
- Malaria
- DHF
- Tuberkulosis
- Asthma
- Gigi dan mulut
- Hipertensi
- Cidera karena kecelakaan lalu lintas
10. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajata perkawinan yang melibatkan banyak orang.
11. Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang
berseumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari
pihak propinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada
serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran.
12. Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009
yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut
studi itu akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi
9

dapur tidak baik, maka kualitas udara didalam rumah tidak cukup baik, khususnya
kadar debu halus (PM10) yang tinggi.
13. Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan kades,
selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman
keras dan narkoba.
III. Analisis Masalah
1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni
di desa Mjt. Komunitas di sini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi
sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan
pertukangan. Pertanian terutama pada sawah dan karet alam.
1.1. Bagaimana hubungan letak desa di pinggir jalan raya dengan kesehatan
masyarakat di desa Mjt. Komunitas?
Lokasi desa di tepi jalan raya Lintas Timur Sumatera dan meningkatnya
jumlah kendaraan roda dua meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas di
jalan raya maupun di dalam desa.
Letak desa di tepi jalan raya dan meningkatnya kendaraan roda dua

meningkatkan polusi udara dimana hasilnya sebagai berikut :


Peningkatan SO2 gangguan fungsi paru dan pernapasan, iritasi mata, iritasi

saluran napas, asma, bronchitis kronis, dan gangguan vaskularisasi.


Peningkatan CO menyebabkan anoksia jaringan, gangguan SSP, dan

kematian.
Peningkatan NOx gangguan sistem respirasi, bronkopneumonia, edema

paru, sianosis, dan methemoglobinemia.


Peningkatan TSP pneumonia, gangguan sistem pernapasan, iritasi mata,

alergi, dan bronchitis kronis.


Peningkatan Pb gangguan SSP, sel darah, ginjal dan kematian.

1.2. Apa saja dampak dari mata pencaharian pertanian (padi dan karet) dan
pertukangan?
Ada pekerjaan yang dapat menyebabkan munculnya suatu penyakit, misalnya
occupational asthma. Para petani sering kali terpapar debu dari grain (padi) dan para
10

tukang sering terpapar debu kayu dan bahan bangunan lain (semen dan bata). Penyakit
yang biasanya berkaitan dengan pekerjaan ini adalah farmers lung. Farmer's lung
adalah hipersensitivitas pneumonitis yang diinduksi oleh inhalasi debu biologis dari
jerami atau spora jamur atau dari hasil pertanian lainnya. Debu tersebut menyebabkan
respon inflamasi hipersensitivitas tipe III dan akan menjadi kondisi kronis yang
berbahaya. Alergen yang terinhalasi sering menimbulkan terbentuknya antibodi IgE
yang bersirkulasi di aliran darah, tipe respon imun ini sering kali diinisiasi oleh paparan
terhadap

thermophilic

actinomycetes

(biasanya

dikenal

Saccharopolyspora

rectivirgula), sehingga mengaktivasi IgG. Pada paparan selanjutnya, IgG antibodi


berikatan dengan alergen yang terinhalasi untuk membentuk kompleks imun pada
dinding alveoli. Hal ini menyebabkan cairan, protein, dan sel-sel berakumulasi di
dinding alveoli yang akhirnya menghambat pertukaran oksigen dan menurunkan fungsi
paru.
1.3. Berapa kepadatan penduduk di desa Mjt. Ogan Ilir?
2. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai
dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang
lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas
kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki.
2.1. Bagaimana kriteria rumah sehat? Apakah rumah penduduk di desa Mjt.
sudah sesuai dengan kriteria rumah sehat?
Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan
sehat apabila :
(1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari
udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang
nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.;
(2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan;
(3) Melindungi penghuninya dari penularan

penyakit menular yaitu

memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran


pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan;
serta
(4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga ya ng
tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,

11

bahkan

dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar,

1996).
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya,
1997) adalah :
(1) Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar,
memberi kestabilan bangunan , dan merupakan konstruksi penghubung
antara bagunan dengan tanah;
(2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari
pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah
panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu;
(3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan
masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;
(4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau
menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari
panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan ( privacy)
penghuninya;
(5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari,
minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu,
tripleks atau gipsum; serta
(6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta
melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.
Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia,
dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga
memungkinkan

penghuni

mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan


teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau

masyarakat sekitar

dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan


yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta
persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena
perumahan

berpengaruh

sangat

pembangunan

besar terhadap peningkatan derajat

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie, 1992).


Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman
menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

(Kepmenkes)

No.

829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut :


1. Lokasi

12

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran


sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah
gempa, dan sebagainya;
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
2.

seperti jalur pendaratan penerbangan.


Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan

3.
4.

5.

sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3;
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.
Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
b.

konstruksi yang aman dari kecelakaan;


Memiliki sarana drainase yang

c.

perindukan vektor penyakit;


Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan

tidak

menjadi

tempat

tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan


pejalan

kaki

dan

penyandang

cacat, jembatan harus memiliki

d.

pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata;


Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang

e.

memenuhi persyaratan kesehatan;


Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus

f.

memenuhi persyaratan kesehatan;


Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi
syarat kesehatan;

13

g.

Memiliki

akses

terhadap

sarana

pelayanan

kesehatan,

komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan,

6.
7.

h.

kesenian, dan lain sebagainya;


Pengaturan
instalasi
listrik

i.

penghuninya;
Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi

harus

menjamin

keamanan

kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.


Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung

dan

juga

berfungsi

untuk

kesejukan, keindahan dan

kelestarian alam.

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut


Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150
g/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb)
b.
2.

berkembangnya mikroorganisme patogen.


Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci
c.

3.

kurang dari 300 mg/kg bahan;


Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan

kedap air dan mudah dibersihkan;


Langit-langit rumah mudah dibersihkan

dan

tidak

rawan

kecelakaan;
d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung
dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal

4.

60 lux dan tidak menyilaukan mata.


Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18 - 30 oC;
b. Kelembaban udara 40 - 70 %;
14

5.
6.
7.

c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;


d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m 3.
Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal
60 liter/ orang/hari;
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan

8.
9.

Kepmenkes 907 tahun 2002.


Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air,
b.

tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;


Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak

menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.


10. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 m 2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2
orang tidur.
Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes tersebut diatas, parameter
rumah

yang

dinilai

meliputi

ling kup 3 (tiga) kelompok komponen

penilaian, yaitu :
(1) kelompok komponen rumah, meliputi

langit-langit,

dinding,

lantai,

jendela kamar tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi,
sarana pembuangan asap dapur, pencahayaan;
(2) kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran,

sarana

pembuangan

air limbah, dan sarana pembuangan

sampah; dan
(3) kelompok perilaku penghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar
tidur, membuka jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman
rumah, membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah pada
tempatnya.
Rumah pada desa Mjt. Komunitas tidak memenuhi kriteria rumah sehat
karena:

15

Pada kasus ini, desa Mjt. Komunitas yang terletak di pingging jalan
membuat rumah menjadi lebih banyak terpapar debu dari jalan dan juga

lebih bising karena suara kendaraan bermotor yang lewat di jalan raya.
Rumah yang terbuat dari papan cenderung memiliki celah-celah sehingga
nyamuk dapat mudah masuk kerumah sehingga menjadi salah satu faktor

predisposisi penyakit malaria maupun DBD.


Lantai dari tanah
Tanahnya sendiri dapat mengandung logam berat (Pb, Cd, As), lalu saat
tanah menjadi kering, akan menyebabkan banyak debu terlepas ke udara.
Mikroorganisme dan cacing di tanah disertai dengan kebiasaan
bertelanjang kaki dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti
kecacingan. Selain itu, saat tanah yang lembab mengalami penguapan,
maka udara akan menjadi lembab juga sehingga Mycobacterium
tuberculosis dapat tumbuh dengan baik dan bisa menularkan orang di
ruangan itu.

2.2. Apa dampak dari lantai rumah tanah dengan kebiasaan masyarakat yang
bertelanjang kaki?
Sebagian warga Mjt. memiliki rumah yang berlantai tanah dimana tanah merupakan
tinggal berbagai mahluk hidup yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti parasit,
serangga, dan cacing yang dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit, udara, dan
makanan. .Kebiasaan warga yang tidak menggunakan alas kaki dapat memudahkan
mikroorganisme seperti cacing masuk ke dalam tubuh mereka dan menyebabkan
cacingan, khususnya pada anak-anak

3. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah Sungai


Ogan; juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK
memiliki sumur sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering di musim
kemarau.
3.1. Apa saja kriteria air layak minum?
16

17

18

19

3.2. Apa saja jenis air yang dapat digunakan untuk kebutuhan domestik?
Secara umum sumber air dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Air Hujan
Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian
2.

jatuh ke bumi berbentuk air


Air Permukaan
Air permukaan dapat berasal dari sungai, danau dan air tanah yang

3.

mengalir keluar dari bumi (mata air).


Air Tanah
Air tanah merupakan air hujan atau air permukaan yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung dalam pori-pori tanah yang terdapat pada lapisan

tanah yang biasanya disebut aquifer.


Dalam menentukan sumber air baku untuk suatu sistem penyediaan air bersih
diperlukan suatu pertimbangan tertentu, agar air baku yang dipilih selain
memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas juga lebih mudah diperoleh, baik
dari segi teknis maupun ekonomis.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990

20

21

3.3. Bagaimana pembuatan sumur yang baik? Apakah sumur yang dibuat
masyarakat sudah memenuhi kriteria sumur yang baik?
a. Letak sumur
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi
Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah
hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki
septic tank) lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal
terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter.
b. Sumber air
- Air permukaan : contohnya air sungai dan air rawa. Sumber air ini
mempunyai derajat pencemaran yang tinggi, disebabkan oleh perjalanan
air tersebut. Air ini akan mengandung banyak zat organic yang telah
membusuk sehingga biasanya berwarna kuning kecoklatan. Sumber air
-

ini kurang baik bagi kesehatan.


Air tanah, berasal dari penyerapan air yang berada di permukaan. Air
tanah merupakan sumber air sumur, baik air tanah dangkal (15 m2) untuk
sumur dangkal dan air tanah dalam (100-300 m2) untuk sumur bor.

Merupakan sumber air yang baik untuk sumur


Mata air
c. Kriteria sumur yang baik
-

Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak dipergunakan


masyarakat, karena 45% masyarakat mempergunakan jenis sarana air
bersih ini. Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi
22

persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air kotor. Sumur sehat
minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.

d. Syarat Lokasi atau Jarak


Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool,
seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut
tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.
Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran
seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.
e. Syarat Konstruksi
Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi dinding sumur,
bibir sumur, serta lantai sumur.

23

Dinding sumur gali


Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali
harus terbuat dibuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut
dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air / pencemaran oleh bakteri
dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada
kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata
tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.
Bibir sumur gali
Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara
lain : Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air, setinggi minimal 70 cm,
untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek
keselamatan.
Lantai sumur gali
Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antra lain : Lantai sumur
dibuat dari tembok yang kedap air 1,5 m lebarnya dari dinding sumur.
Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah,
bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).
Saluran pembuangan air limbah. Saluran Pembuangan Air Limbah
dari sekitar sumur menurut Entjang, dibuat dari tembok yang kedap air
dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m.
Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya
pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, namun air sumur
diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah
kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan
kondisi sumur selalu tertutup.
4. Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/ penerangan adalah
listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar,
sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah
menjadi langka, penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian
kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang
menggunakan briket batubara.
4.1. Apa dampak dari penggunaan kayu bakar dan briket batubara bagi
kesehatan masyarakat dan lingkungan?
24

Bahan bakar kayu meningkatkan risiko gangguan asma pada anak dan PPOK
pada dewasa serta kecelakaan rumah tangga berupa kebakaran maupun kecacatan
apabila tidak berhati-hati.
Bahan bakar briket batubara meningkatkan risiko kanker paru dimana
pembakaran batubara menimbulkan polycyclic aromatic hydrocarbon, emisi CO, NOx,
dan SO2.
5. Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun
pada bulan September sampa desembeer seringkali ada serangan kabut asap
yang dapat sampai berminggu-minggu.
5.1. Apa dampak kabut asap yang sampai berminggu-minggu terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan?
Kualitas udara outdoor desa meranjat saat ini tidak baik dikarenakan adanya
serangan kabut asap sampai berminggu-minggu sehingga keadaan ini dapat
menyebabkan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISPA)
6. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di
kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.
7. Petugas kesehatan yang ada didesa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah
kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun
masih cukup penting sebagai garis pertama melayani orang sakit.
8. Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga,
tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar
desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.
8.1. Bagaimana tempat pembuangan sampah yang ideal? 13
Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
jenis sampah yang diatur adalah:
4. Sampah rumah tangga
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan seharihari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari
proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
5.

bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.


Sampah sejenis sampah rumah tangga
Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga
dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti
25

pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan,


6.

hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.


Sampah spesifik
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang
karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan
khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan
beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang
mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing
bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah
yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No.18 Tahun Pengelolaan

Sampah meliputi, kegiatan-kegiatan berikut:


1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna
ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur
ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan.
Pengurangan sampah melalui 3R menurut UU-18/2008 meliputi:
a. Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan
sesedikit mungkin
b. Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan
memanfaatkan limbah tersebut secara langsung
c. Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk
dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber
energi
2.

Penanganan sampah
Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:
Pemilahan: dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah
Pengumpulan: dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu
Pengangkutan: dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
Pengolahan: dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau
26

dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan


sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat
dikembalikan ke media lingkungan.
Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
Konsep pembatasan (reduce) jumlah sampah yang akan terbentuk dapat
dilakukan antara lain melalui:
Efisiensi penggunaan sumber daya alam
Rancangan produk yang mengarah pada penggunaan bahan atau
proses yang lebih sedikit menghasilkan sampah, dan sampahnya
mudah untuk diguna-ulang dan didaur-ulang
Menggunakan bahan yang berasal dari hasil daur-ulang limbah
Mengurangi penggunaan bahan berbahaya
Menggunakan eco-labeling
Dalam perencanaan pengelolaan sampah, Undang-Undang Pengelolaan
Sampah mengharapkan pemerintah kota/kabupaten dapat membentuk
semacam forum
provinsi.

pengelolaan

Forum

perguruan

sampah

ini beranggotakan

tinggi,

tokoh

skala

kota/kabupaten

masyarakat

secara

masyarakat,

atau
umum,

organisasi

lingkungan/persampahan, pakar, badan usaha dan lainnya. Hal-hal yang


dapat difasilitasi forum adalah: memberikan usul, pertimbangan dan saran
terhadap kinerja pengelolaaan sampah, membantu merumuskan kebijakan
pengelolaan sampah, memberikan saran dan dapat dalam penyelesaian
sengketa persampahan. Sampai saat ini, belum ada kebijakan nasional
mengenal persampahan itu sendiri masih bersifat sosialisasi.
Untuk pengelolaan sampah spesifik baik B3 (bahan berbahaya dan
beracun)

dan

sampah

medis

yang

bersifat

infektius

mengenai

pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun


1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Untuk
sampah khusus seperti B3 dan sampah medis dikelola tersendiri oleh
perusahaaan/lembaga penghasil sampah tersebut.
Beberapa Prinsip dan Pertimbangan
Paradigma lama penanganan sampah secara konvensional yang
bertumpu pada proses pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan
27

akhir perlu diubah dengan mengedepankan proses pengurangan dan


pemanfaatan sampah.
Pengurangan dan pemanfaatan sampah secara signifikan dapat
mengurangi kebutuhan pengelolaan sehingga sebaiknya dilakukan di
semua tahap yang memungkinkan baik sejak di sumber, TPS, Instalasi
Pengolahan, dan TPA.
Pengurangan dan pemanfaatan sampah sejak sumber akan memberikan
dampak positif paling menguntungkan yang berarti peran serta
masyarakat perlu dijadikan target utama
Sampah

B3 rumah

tangga

perlu

mendapat

perhatian

dalam

penanganannya agar tidak mengganggu lingkungan maupun kualitas


sampah dalam pengolahan di hilirnya.
Karakteristik
sampah
dengan
kandungan

organik

tinggi

(70-80 %) merupakan potensi sumber bahan baku kompos sebagai soil


conditioner dan energi (gas metan) melalui proses dekomposisi secara
anaerob
Daur ulang oleh sektor informal sejauh memungkinkan diupayakan
menjadi bagian dari sistem pengelolaan sampah perkotaan
Insinerator sebaiknya hanya dilakukan untuk kota-kota

yang

memiliki tingkat kesulitan tinggi dalam penyediaan lokasi TPA


dan

memiliki karakteristik sampah yang sesuai, serta menerapkan

teknologi yang ramah lingkungan


Tempat Pembuangan Akhir

merupakan

alternatif

terakhir

penanganan sampah mengingat potensi dampak negatif yang tinggi.


Pemanfaatan secara

berulang

sebaiknya

diupayakan

dengan

memperhatikan kualitas produk kompos yang dihasilkan.


Pada dasarnya pengelolaan sampah ada 2 macam, yaitu pengelolaan/
penanganan sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat
untuk suatu lingkungan pemukiman atau kota.
a. Penanganan Setempat
Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan
sendiri oleh penghasil sampah dengan menanam dalam galian
tanah pekarangannya atau dengan cara lain yang masih

dapat

dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan


masih cukup tinggi misalnya tersedianya lahan, kepadatan penduduk
yang rendah, dll.
28

b. Pengelolaan Terpusat
Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses
atau kegiatan

penanganan

sampah

yang

terkoordinir

untuk

melayani suatu wilayah / kota. Pengelolaan sampah secara terpusat


mempunyai kompleksitas yang besar karena cakupan berbagai aspek
yang terkait.
Aspek Teknis Operasional
Pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu pengumpulan, pemindahan, pengolahan,
pengangkutan dan pembuangan akhir
Diagram Operasional Penanganan Sampah

Pewadahan
Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap
penghasil sampah sendiri sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki
disediakan oleh pengelola dan atau swasta. spesifikasi wadah
sedemikian

rupa sehingga memudahkan operasionalnya, tidak

permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila ada pemisahan wadah
untuk sampah basah dan sampah kering
Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2
hari sekali sedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap
hari.
29

Pengumpulan
Pengumpulan

sampah

dari

sumber

dapat

dilakukan

secara

langsung dengan alat angkut (untuk sumber sampah besar atau


daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak
langsung dengan menggunakan gerobak (untuk daerah teratur) dan
secara komunal oleh mayarakat sendiri (untuk daerah tidak teratur)
Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan
protokol, pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain
Pemindahan
Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut
(truk) dilakukan di trasnfer depo atau container untuk meningkatkan
efisiensi pengangkutan
Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau radius
500 m
Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke
lokasi TPA lebih besar dari 25 km
Pengangkutan
Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada
daerah pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau
pada

daerah

pelayanan

tertentu

berdasarkan

pertimbangan

keamanan maupun estetika dengan memperhitungkan besarnya biaya


operasi yang harus dibayar oleh pengguna jasa
Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil
survey time motion study untuk mendapatkan jalur yang paling
efisien.
Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki
kemampuan membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat
Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus
mempertimbangkan kemampuan pemeliharaan

Pengolahan
Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah
yang harus

dibuang

ke

TPA

serta

meningkatkan

efisiensi

penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan


30

Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan


kompos, pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx
dan dioxin), pemanfaatan gas metan dan daur ulang sampah. Khusus
pemanfaatan gas metan TPA (landfill gas), dapat masuk dalam CDM
(clean developmant mechanism) karena secara significan dapat
mengurangi emisi gas rumah kaca yang berpengaruh pada iklim
global.
Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal (kawasan),
skala kota dan skala regional.
Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek
lingkungan, dana, SDM dan kemudahan operasional
Pembuangan akhir
Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241-1994 tentang
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA. Agar keberadaan TPA tidak
mencemari lingkungan, maka jarak TPA ke badan air penerima >
100m, ke perumahan terdekat > 500 m, ke airport 1500 m (untuk
pesawat propeler) dan 3000 m (untuk pesawat jet). Selain itu muka air
tanah harus > 4 m, jenis tanah lempung dengan nilai K < 10-6 cm/det.
Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan dengan
controlled landfill (untuk kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill
(untuk kota besar dan metropolitan) dengan sistem sel
Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan
masuk, drainase keliling dan pagar pengaman (dapat berfungsi
sebagai buffer zone)
Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan meliputi
lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul lindi, pengolahan lindi
dan ventilasi gas / flaring atau landfill gas extraction untuk mngurangi
emisi gas.
Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat berat
(buldozer, excavator, loader dan atau landfill compactor) dan stok
tanah penutup
Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau minimal
secara berkala dengan ketebalan 20 - 30 cm
Penyemprotan insektisida harus dilakukan apabila penutupan sampah
tidak dapat dilakukan secara harian
Penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai dengan peruntukan
lahan bekas TPA
31

Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan meskipun


TPA telah ditutup terutama untuk gas dan efluen leachate, karena
proses dekomposisi sampah menjadi gas dan leahate masih terus
terjadi sampai 25 tahun setelah penutupan TPA
Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat
dan membutuhkan tenaga terdidik yang memadai
Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk digunakan sebagai
lahan terbuka hijau.
8.2. Apa dampak dari pengelolaan sampah yang tidak baik terhadap masyarakat
dan kesehatan lingkungan? 14
1. Potensi Dampak
Dalam kenyataannya banyak

pengelola

kebersihan

menghadapi

berbagai masalah dan kendala sehingga mereka tidak dapat menyediakan


pelayanan yang baik sesuai dengan ketentuan teknis dan harapan
masyarakat. Disana sini sering terjadi pencemaran akibat pengelolaan
yang kurang baik sehingga menimbulkan berbagai masalah pencemaran
selama pelaksanaan kegiatan teknis penanganan persampahan yang
meliputi:

pewadahan,

pengumpulan, pemindahan,

pengangkutan,

pengolahan, dan pembuangan akhir. Berbagai potensi yang menimbulkan


berbagai dampak dapat meliputi :
a. Perkembangan vektor penyakit
Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan
vektor penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam
wadah sampah tersedia sisa makanan dalam jumlah yang besar. Tempat
Penampungan

Sementara/

Container

juga

merupakan

tempat

berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah barang


tentu akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya.
Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di
lokasi TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekwensi penutupan
sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup
lalat dari telur menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan
dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai
radius 1-2 km dari lokasi TPA.
b. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan
sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah
32

sensitif sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan


lain-lain.
lokasi

Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan

pengumpulan

terutama

bila

terjadi

penundaan

pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat

proses

terlampaui.

Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi


lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan
juga

yang

tidak

tertutup

dengan

baik

sangat berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang

jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak
kendaraan.
Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan zat pencemar
ke udara dari hasil pembuangan sampah yang tidak sempurna;
diantaranya berupa : partikulat, SO x, NO x, hidrokarbon, HCl, dioksin,
dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan
berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO,
CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu
komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan
global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia
di sekitarnya.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi
pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu
juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah
dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis.
Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di
TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan
dengan baik.
Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan
sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang
cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit
dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu
daerah sekitarnya.
c. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat
potensial menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran

33

lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya


pencemaran.
Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam
jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di
instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan
tanah di sekitarnya. Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin
mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar
TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang
terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi
sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk
yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.
Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan
yang belum memenuhi

syarat

untuk

dibuang

ke

badan

air

penerima. Karakteristik pencemar lindi yang sangat besar akan sangat


mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air permukaan
yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga
mematikan biota yang ada.
d. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di
lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan
menyebabkan

lahan

setempat

mengalami

pencemaran

akibat

tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan


Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan
waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari
lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi
menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan
sekitarnya.
e. Gangguan Estetika
Lahan
yang
menimbulkan

terisi

sampah

secara

terbuka

akan

kesan pandangan yang sangat buruk sehingga

mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi


baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah
lainnya.
Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi
pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang
bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan.
34

Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut


sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang
memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan
pembongkaran yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan
pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan
maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi
estetika lingkungan sekitarnya.
Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat
dengan baik merupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi daerah
yang dilalui. Lokasi
sampah

baik

TPA

umumnya

didominasi

oleh

ceceran

akibat pengangkutan yang kurang baik, aktivitas

pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan.


Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi
masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.
f. Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah
yang biasanya berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar,
pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas.
Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi
tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi menjadi gerakan
kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila
tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya.
Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar
dari

lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan gangguan

terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama berupa kemacetan pada jamjam kedatangan. Pada TPA besar dengan frekwensi kedatangan
truck yang tinggi sering menimbulkan kemacetan pada jam puncak
terutama bila TPA terletak berdekatan dengan jalan umum.
g. Gangguan Kebisingan
Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari
mesin-mesin, bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lainlain yang dapat mengganggu daerah-daerah sensitif di sekitarnya.
Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas
kendaraan truk sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan
(tertutama bila digunakan mesin pencacah sampah atau shredder).
35

Kebisingan

di

sekitar

lokasi

TPA

timbul

akibat

lalu

lintas kendaraan pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA;


disamping operasi alat berat yang ada.
h. Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang
dengan

adanya pembangunan

tempat

akan

merasa

pembuangan

senang

sampah

di

dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap


menentang / oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap
oposisi ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat
penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkahlangkah aktif untuk menghindarinya.

2. Resiko Lingkungan
Komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak
akibat adanya kegiatan pembangunan sistem penyediaan air bersih
akan mencakup:
a. Geo-fisik-Kimia;

yang

meliputi:

kuantitas

dan

kualitas

air tanah/permukaan, kualitas udara, kondisi tanah, dan kebisingan


b. Biologis: baik keanekaragaman maupun kondisi flora/fauna
c. Sosioekonomibudaya; yang meliputi: kependudukan, kesehatan
masyarakat, pola kehidupan masyarakat, mata pencaharian, estetika,
kecemburuan masyarakat, persepsi masyarakat terhadap proyek, nilai
jual tanah, situs sejarah, adat, dan lain-lain
d. Prasarana umum: jalan, saluran drainase, jaringan PLN/Telkom,
perpipaan air bersih / air limbah, dll.
9. Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang
terdeteksi di desa ini adalah:
- ISPA
- Gastro intestinal dan diare
- Kulit
- Malaria
- DHF
- Tuberkulosis
- Asthma
- Gigi dan mulut
- Hipertensi
- Cidera karena kecelakaan lalu lintas
36

9.1. Bagaimana hubungan lingkungan dengan 10 penyakit yang terdeteksi


didesa Mjt?
1. ISPA: Karena ventilasi yang kurang baik sehingga tidak terjadi pertukaran
udara dan mikroorganisme akan tinggal di dalam ruangan dan menyebabkan
infeksi. Selain itu asap dari penggunaan kayu bakar juga bisa mengganggu
sistem pernafasan dan tinggi nya polusi udara di desa tersebut.
2. Gastro intestinal dan diare: Penggunaan air yang terkontaminasi zat berbahaya
serta mikroorganisme sehingga masyarakat bisa mengalami masalah
pencernaan.
3. Kulit : Sanitasi lingkungan dan higiene masyarakat yang kurang baik sehingga
akan memudahkan penularan penyakit seperti penyakit kulit
4. Malaria : Vector malaria yaitu nyamuk akan mudah berkembang biak karena
banyak rawa dan sawah serta masyarakat seringkali membuang sampah
sembarangan di rawa tersebut. Hal ini membuat banyak sekali tempat untuk
nyamuk berkembang biak dan memudahkan penularan penyakit malaria.
5. DHF: Sama seperti malaria, juga karena vector nyamuk yang semakin mudah
berkembang biak.
6. Tuberkulosis: Infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis akan sangat mudah
menular apabila ventilasi rumah tidak baik, karena mikroorganisme ini bisa
bertahan berjam - jam di udara sehingga jika pertukaran udara tidak baik maka
risiko tertular akan lebih tinggi.
7. Asma: Penggunaan kayu bakar

bisa

mengganggu

pernafasan

dan

meningkatkan risiko terkena asma.


8. Gigi dan mulut: Kebiasaan masyarakat yang suka merokok dan minum
alkohol dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut.
9. Hipertensi: Juga disebabkan karena kebiasaan merokok dan minum alkohol.
10. Cedera karena kecelakaan lalu lintas: Kebiasaan masyarakat minum alkohol.
10. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajata perkawinan yang melibatkan banyak orang.
10.1. Bagaimana sanitasi makanan yang baik?
1. Penanganan bahan makanan
pilihlah bahan makanan yang masih segar, masih utuh, tidak retak atau pecah ,
semua jenis bahan perlu mendapat perhatian secara fisik serta secara
kesegahannya terjamin, terutama buah buahan dan makanan yg mudah
membusuk atau rusak seperti daging, ikan,susu, ayam, telor atau makanan

37

dalam kaleng, dsb.didalam bahan makanan tidak boleh ada kotoran dan tidak

boleh berulat, tidak tercemar pestisida dll.


a. Buah-buahan

Keadaan fisiknya baik,isinya penuh, kulitnya utuh, tidak rusak atau


kotor

Isinya masih terbungkus kulit dengan baik


Warna sesuai dengan bawaan alaminya, tidak ada warna tambahan, warna
karbitan atau warna lain selain warna buah

Tidak berbau busuk atau bau asam ataupun bau yang tidak

segar
lainnya Tidak ada cairan lain selain getah aslinya
b. Air
Air yang digunakan harus memenuhi syarat kualitas air minum, sesuai
dengan Kemenkes RI no.492/Menkes/PER/IV/2010 seperti syarat fisik (tidak
teras, berbau, berwarna serta tidak keruh) . syarat kimia tidak mengandung zatzat kimia beracun yang menimbulkan gangguan kesehatan, syarat
mikrobiologi (bebas bakteri Escherchia dengan standar 0 dalam 100ml air
minum) serta bebas dari kontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas
maksimal yang diperbolehkan.
38

c. Gula
Gula yang digunakan harus dalam kondisi fisik yang baik, warna tidak kusam,
harus kering dan tidak berbau .Sumber bahan makanan yang baik, lebih tepat
kita memilih pusat penjualan bahan makanan dengan system pengaturan suhu
yang dikendalikan dengan baik dan tempat-tempat penjualan yang diawasi
oleh pemerintah, karena perjalanan/ daur proses makanan adalah dengan
jaringan yangpanjang melalui jaringan perdagangan yang panjang.
2. Penyimpanan Makanan,
penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6 (enam) prinsip sanitasi
dan higiene makanan. penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama
dalam jumlah banyak ( jasa catering atau jasa boga) dapat menyebabkan
kerusakan bahan makanan tersebut, adapun tatacara penyimpanan bahan
makanan adalah sbb:
Pada Suhu penyimpanan yang baik
Pada suhu penyimpanan yang baik
setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam proses penyimpanan
tergantung kepada besar dan berat serta banyaknya makanan dan tempat
penyimpanannya. sebagian besar bahan makanan dapat dikelola sendiri oleh

pihak owner .
Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya
o Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C
o Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C
o Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C

Makanan jenis telor, susu dan olahannya


o Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C
o Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C
o Penyimpanan paling lama untuk 1 mg : dibawah -50 C

Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling


lama 1 minggu yaitu 70sampai 100 C

Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).. Penyimpanan
harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi syarat,
proses penyimpanan bahan makanan harus sesuai ketentuan yangberlaku
karena untuk mencegah pencemaran. Makanan harus disimpan ditempat
dimana migroorganisme tidak dapat tumbuh dan berkembang
biak. Mikroorganisme masih bisa berkembang pada suhu 5 - 100c,
39

penyimpanan makanan dalam freezer sama sekali tidak dapat membunuh


bakteri, apabila makan dikeluarkan dari freezer makan bakteri akan
berkembang biak, bakteri akanberhenti tumbuh apabila bahan makanan
disimpan dalam suhu -30c. (Moehyi, 1992).
Penyimpanan bahan makanan dilakukan untuk menghindari sbb;

Tercemar bakteri karena alam maupun perilaku manusia

Kerusakan mekanisme seperti gesekan, tekanan, benturan dll

Terdapat cara penyimpanan bahan makanansesuai suhu,

Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10oc-15oc untuk


buah dan sayuran serta minuman

Penyimpanan dingin, antara 4oc 10oc untuk makanan yang berpotensi


segera diolah kembali.

Penyimpanan dingin sekali (freezing) suhu penyimpanan 0 4oc, untuk


bahan makanan berpotensi mudah rusak untuk jangka waktu sd 24 jam .
_ Penyimpanan beku, (fozen)suhu penyimpanank urang dari 0oc, untuk bahan
makanan potensi mudah rusak untuk jangka waktu lebih dari 24 jam Sumber:
Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 150 C untu penyimpanan
sayuran, minuman dan buah serta untuk display penjualan makanan da
minuman dingin.Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10 - 40 C
dalam keadaanisi bisa digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan
telor Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat digunakan
untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3
hari.Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan
beku (frozen food) dengan suhu mencapai -200 C
Penyimpanan suhu kamar ,
untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu
kamar, maka rak penyimpanan harus diatur sbb:
makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai
dan langit-langit, maksudnya adalah untuk sirkulasi udara segar dapat segera
masuk ke seluruh ruangan.
mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus
untuk memudahkan pembersihan lantai
untuk mempermudah dilakukan stock opname
setiap makanan ditempatkan dalam kelompok dan tidak bercampur berbaur
untuk bahan yang mudah tercecer seperti, gula pasis, tepung, ditempatkan
dalam wadah penampungan sehingga tidak mengotori lantai
untuk menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu lama.

Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya


agar suhu dapat merata keselutuh bagian

40

Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya,

dalam wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong


plastik atau lemari yang berbeda.

Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga


terjadi sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian.
Pengisian lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat penyimpanan
karena suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan.
c. Penyimpanan dalam lemari Es, bahan makanan mentah harus terpisah dari
makanan siap santap/siap saji. makanan yangberbau tajam harus ditutup dalam
kantong plastik yang rapat dan dipisahkan dari makanan yang lain, kalau
memungkinkan dalam lemari yang berbeda. atau diletaklakagak berjauhan.
makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 - 3 harus sudah dipergunakan.
lemari tdk boleh serlalu sering dibuka. lemari untuk keperluan sehari hari
hendaknya berbeda dengan lemari untuk penyimpanan.
d. Penyimpanan makanan kering
- suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi baik
- ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
- antar rak berjarak minimal 15 cm dari dinding dan 60 cm dari langit-langit
- rak mudah dibersihkan dan dipindahkan
- penempatan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (Firs In
Firs Out), artinya makanan yang masuk terlebih dahulu dikeluarkan terlebih
dahulu
e.Administrasi Penyimpanan,
setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk
ketertiban administrasinya. setiap jenis makanan mempunyai kartu stock,
sehingga apabila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui
Cara penyimpanan bahan makanan juga perlu memperhatikan seperti
ketebalan, pengelompokkan jenis makanan, dan sirkulasi udara dalam ruang
penyimpanan. Selain setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh
bagian gudang untuk ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan
mempunyai kartu stock, sehingga bila terjadi kekurangan barang dapat segera
diketahui.
3. Pengolahan makanan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat
perhatian Yaitu:
Tempat penyimpanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah,
tempat pengolahan ini sering disebut dapur.. Dapur adalah suatu ruangan atau
41

tempat khusus yang memiliki perlengkapan dan peralatan untuk mengolah


makanan hingga untuk disajikan. Dapur mempunyai peranan yang penting
dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan
lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik
harus memenuhi persyaratan sanitasi. berdasarkan fungsinya ialah: dapur
merupakan ruangan atau lokasi khusus yang berisi peralatan untuk
dipergunakan memasak dan menyiapkan atau mengolah makanan. Dapur
tempat Mengolah makanan ( memproses bhn makanan hingga disajikan)
Hal Utama yang harus ada di dapur,
- peralatan masak yang memadai seperti kompor dan perangkat masak,
- sumber air dan saluran pembuangan limbah cair dan sampah padat tersedia,
supaya pada saat membersihkan bahan makanan lebih mudah dan higienis.
harus terdapat ventilasi udara, supaya sirkulasi udara baik, dapur yang baik
bukan hanya sebagai tempat memasak namun merupakan tempat yang
memberi rasa aman dan sehat bagi pemakainya.
Tenaga pengolah makanan / penjamah makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap
persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam
proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar
peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan
penyakit. Banyak infeksiyang ditularkan melalui penjamah makanan,
antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan,
kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan
melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam
keadan sehat dan terampil. Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang
menjamah makanan, mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut,
maupun dalam menyajikan makanan. Pengetahuan, sikap dan tindakan
penjamah makanan mempengaruhi kualitas makanan. Hygiene dan sanitasi
makanan mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengusahakan cara hidup sehat
sehingga terhindar dari penyakit , Usaha hygiene lebih menitik beratkan pada
usaha-usaha kebersihan individu, sedangkan sanitasi lebih menitik beratkan
kepada faktor-faktor lingkungan hidup manusia. Upaya hygiene dan sanitasi
makanan diantaranya yaitu pengolahan makanan. Manusia selain
mengkonsumsi makanan yang memenuhi zat-zat gizi untuk digunakan tubuh
42

sebagai pertumbuhan,perkembangan dan energi, tetapi juga harus


memperhatikan hygiene dan sanitasi pengolahan makanan. Sehingga
keamanan makanan yang bebas dari pencemaran yang diperlukan tubuh agar
kesehatan tidak terganggu dapat terpenuhi.Personal higiene penjamah
makanan sangatlah perlu dipelajari dan diterapkan dalam pengolahan makanan
untuk mencegah penularan penyakit menular melalui makanan. Beberapa hal
yang harus dilakukan oleh setiap penjamah makanan ketika mengolah dan
menyajikan makanan untuk mencegah penularan penyakit menular antara lain
seperti :

Selalu mencuci tangan sebelum menjamah makanan, minuman dan

peralatan
Memotong kuku agar tetap pendek serta tidak menggunakan cat kuku dan selalu

mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir


Pencucian tangan perlu dilakukan kembali setelah menggunakan kamar kecil ataupun

setelah kontak dengan cairan tubuh ketika batuk atau bersin


Penjamah makanan tidak boleh makan, minum atau merokok didalam area dimana
terdapat makanan, peralatan, barang sekali pakai dan benda-benda lain yang tidak

boleh terkontaminasi
Sarung tangan sekali pakai (disposable) yang kuat direkomendasikan digunakan
untuk mengolah makanan dimana sebelumnya harus mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum memakai sarung tangan dan digunakan sekali pakai.

11. Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum
yang berseumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada
lampiran. Dari pihak propinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas
udara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran.
11.1. Bagaimana interpretasi dari hasil pengujian kualitas air minum di desa
Mjt?
Parameter

Hasil Uji

Kadar Normal

Keterangan
43

E. Coli

2000 / 100 cc

Melebihi

batas

yang

Total Coliform

1000 / 100 cc

diperbolehkan
Melebihi
batas

yang

0,01 mg/dl

diperbolehkan
Melebihi
batas

yang

Arsen

0,05 mg/dl

diperbolehkan
Flourida
1,4 mg/dl
1,5 mg/dl
Normal
Total Kromium
0,03 mg/dl
0,05 mg/ dl
Normal
Kadmium
0,001 mg/dl
0,003 mg/ dl
Normal
Nitrit
2 mg/dl
3 mg/ dl
Normal
Nitrat
25 mg/dl
50 mg/ dl
Normal
Sianida
0,07 mg/l
0,07 mg/ dl
Normal
Selenium
0,01 mg/dl
0,01 mg/ dl
Normal
Ditemukannya E. Coli dan Total Coliform menandakan bahwa air sumur di
desa Mjt telah terkontaminasi dengan feses, hal ini menandakan air ini tidak
layak digunakan.
Peningkatan kadar arsen di ambang batas normal pada air minum sangat
berbahaya dikarenakan sifat arsen yang sangat berbahaya seperti dapat
menyebabkan diare, muntah, kelumpuhan, dan peningkatan semua resiko
kanker.
11.2. Bagaimana interpretasi dari hasil pengujian kualitas udara di desa Mjt?
Parameter
SO2

Waktu

Hasil Uji

Baku Mutu

Pengukuran
24 jam

500 micrgr / M3

365 ug/Nm3

Keterangan
Meningkat

tidak

sesuai dengan baku


CO

24 jam

30000micrgr

mutu
/ 10.000ug/Nm3 Meningkat

M3
Nox

24 jam

200 micrgr / M3

tidak

sesuai dengan baku


150 ug/Nm

mutu
Meningkat

tidak

sesuai dengan baku


3

O3

1 jam

200 micrgr / M3

235 ug/Nm

Hidrokarbon
Total

3 jam
24 jam

100 micrgr / M3
500 micrgr / M3

160 ug/Nm3
230 ug/Nm3

mutu
Normal
Normal
Meningkat

tidak

Suspended

sesuai dengan baku

Particulate

mutu

44

(TSP)
Pb

24 jam

5 micrgr / M3

2 ug/Nm3

Meningkat

tidak

sesuai dengan baku


mutu
12. Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun
2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality).
Menurut studi itu akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang,
sedangkan ventilasi dapur tidak baik, maka kualitas udara didalam rumah
tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM10) yang tinggi.
12.1. Bagaimana sirkulasi udara ruangan yang baik?

Level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih dalam batas-batas yang

dapat diterima
Gas-gas hasil proses penafasan dalam konsentrasi normal
Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara di bawah level ambang batas
kesehatan (Muhamad Idham,2003:40)
12.2. Bagaimana solusi untuk memperbaiki kualitas udara ruangan?
Pengendalian sumber polutan
Salah satu cara paling efektif dalam memperbaiki kualitas udara dalam
ruangan adalah dengan menghilangkan setiap sumber polutan atau mengurangi
emisi. Sejumlah sumber polutan, misalnya asbestos, dapat ditutup atau halnya
seperti kompor gas dapat disesuaikan untuk mengurangi jumlah emisi. Dalam
berbagai kasus, pengendalian sumber polutan juga lebih hemat biaya daripada
menambah ventilasi terbuka yang dapat menambah konsumsi energi dalam
pengunaan pendingin ruangan.
Perbaikan ventilasi
Cara lain untuk menurunkan konsentrasi polusi dalam ruangan di rumah anda
adalah dengan menambah jumlah udara luar masuk ke dalam rumah.
Kebanyakan sistem pendingin rumah tidak secara langsung membawa udara
segar luar ke dalam rumah. Dengan membuka jendela dan pintu, menyalakan
kipas jendela atau loteng, sesering mungkin atau menyalakan pendingin udara
dengan membuka saluran udara luar, kita menambah sirkulasi udara luar ke
dalam ruangan. Kipas dapur atau kamar mandi yang membuang udara keluar
juga dapat membantu mengurangi polutan secara langsung dari ruangan dan
menambah sirkulasi udara.
45

Rumah-rumah baru hari ini mulai dilengkapi juga dengan sistem udara yang
bertujuan membawa masuk udara luar yang telah disaring ke dalam rumah.
Mesin ini di kenal sebagai "energy-efficient heat recovery ventilators" (juga
dikenal

sebagai

"air-to-air

heat

exchangers").

Mesin-mesin

tersebut

meningkatkan sirkulasi udara dalam rumah tanpa membebani kerja pendingin


udara sehingga tetap hemat biaya dalam pengoperasiannya. Ini adalah salah
satu cara terefisien agar ruang tetap terasa nyaman dan dingin serta menjamin
kesehatan anda.
13. Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan
kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya
minuman keras dan narkoba.
13.1. Apa dampak banyak penggunaan motor dengan tingkat kecelakaan lalu
lintas?
terjadi penumpukan kendaraan di setiap harinya terlebih lagi disaat hari kerja.
Penumpukan tersebut menimbulkan kemacetan di jalan.
Kemacetan tersebut membuat semua orang berebut ingin sampai tempat
tujuannya terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan kurangnya kehati-hatian
didalam berkendara sehingga terjadilah kecelakaan lalu lintas.
Tambahan :
Menurut pengamat sosial Rifqy (2009) ada ciri-ciri dari pengendara motor
yang bertingkah laku negatif. Pertama, tidak mau mengalah yaitu pengendara
sepeda motor maunya menang sendiri seolah jalan raya tersebut adalah
miliknya. Pengendara tidak mau menepi sekalipun sudah diberi peringatan.
Kedua tidak sabar, yaitu pengendara sepeda motor selalu berada didepan jika
saat lampu merah menyala dan tertutupnya palang pintu kereta api. Para
pengendara sepeda motor lebih sayang waktunya terbuang daripada
keselamatannya sendiri. Ketiga mudah emosi, yaitu pengendara selalu saling
menyalahkan antara satu sama lainnya.
13.2. Apa dampak budaya minuman keras dan narkoba terhadap kesehatan
lingkungan?

46

i. Pengaruh Dalam Jangka Pendek


Konsentrasi alkohol yang kita minum beredar dalam darah, menimbulkan
euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih akof sering
meningkatnya konsentrasi alkohol dalam darah. Kemudian, efek yang dapat
dilihat adalah resiko mabuk dan teler sehingga dapat menyebabkan penurunan
kesadaran.
ii. Pengaruh Dalam Jangka Panjang
Menyebabkan berbagai pnyakit seperti kerusakan jantung, tekanan darah
tinggi, stroke, kerusakan hati, kanker payudara, kesulitan tidur, kerusakan otak
dengan perubahan kepribadian, dan sulit mengingat serta konsentrasi.
DAMPAK MINUMAN KERAS
i.
Mengkomsumsi minuman alkohol secara berlebihan bagi kalangan
anak anak remaja dapat mempengaruhi kondisi perilaku perubahan
psikologis mereka, serta kehilangan daya konsentrasi mereka dalam belajar.
ii.
Penyakit berbahaya seperti kanker, liver bahkan menyebabkan
kematian mengancam nyawa mereka yang masih berusia muda, yang sudah
sepantasnya bagi generasi muda untuk menjaga kesehatannya.
14. Bagaimana inventarisasi Peraturan Perundangan terkait dengan masalahmasalah diatas?
a. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas air
Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berikut persyaratan kualitas air
minum menurut Permenkes NO.492/Menkes/Per/IV/2010
b. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas udara
- Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal :
26 mei 1999 tentang Baku mutu udara ambien nasional
Waktu

No

Parameter

SO2

Pengukuran
1 jam

(Sulfur

24 jam

Baku Mutu
900 ug/Nm3

Metode
Analisis
Pararosanilin

Peralatan
Spektrofotometer

365 ug/Nm3

Dioksida)
1 tahun
CO (Karbon 1 jam

60 ug/Nm3
30.000 ug/Nm3

Monoksida)

24 jam

10.000 ug/Nm3

NO2

1 tahun
1 jam

400 ug/Nm3

NDIR

NDIR Analyzer

Saltzman

Spektrofotometer

47

(Nitrogen

24 jam

150 ug/Nm3

Dioksida)
O3 (Oksidan)

1 tahun
1 jam

100 ug/Nm3
235 ug/Nm3

Chemilumines Spektrofotometer

1 tahun
(Hidro 3 jam

50 ug/Nm3
160 ug/Nm3

cent
Flame

Gas

Ionization
Gravimetric

Chromatografi
HI-Vol

HC

Carbon)
PM10

24 jam

150 ug/Nm

10 um)
PM25*

24 jam

65 ug/Nm3

Gravimetric

Hi- Vol

TSP (debu)

1 jam
24 jam

15 ug/Nm3
230 ug/Nm3

Gravimetric
Gravimetric

Hi- Vol
HI- Vol

1 jam
(Timah 24 jam

90 ug/Nm3
2 ug/Nm3

Gravimetric

Hi- Vol

(Partikel

7
8

Pb

<

hitam)
9

Dustfall

1 jam
30 hari

1 ug/Nm3
10

Ekstratif
Pengabuan
Ton/ Gravimetric

AAS
Cannister

Km2/Bulan

(Debu jatuh)

(Pemukiman)
20
Ton/Km2/Bulan
10

11

(industri)
3 ug/Nm3

Spesific

Fluorides (as 90 hari

0,5 g / Nm3

Electrode

Countinous

F)
Flour Indeks

40 g / 100 cm2

Colourimetric

Analyzer
Limed

Total

24 Jam

30 hari

Ion Impinger atau

dari kertas limed


12

Khlorine &

24 Jam

filter
150 g / Nm3

Khlorine

Paper
Spesific Ion

Imping atau

Electrode

Countinous

Dioksida
13

Sulphat
Indeks

Filter

Analyzer
30 hari

1 mg SO3 / 100 Colourimetric

Lead

cm3

Peroxida Candle

Dari

Lead

Peroksida

48

Baku mutu udara ambien untuk wilayah Sumatera Selatan diatur


berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 15 Thun 2005, yaitu:

c. Masalah sampah dan limbah


Peraturan Pemerintah mengenai pembuangan limbah dan pembuangan tinja
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
3. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang
4. UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya

49

5. PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan


(AMDAL)
6. PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan
beracun
7. PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air
8. Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak
lingkungan (BAPEDAL)
9. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996
tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
10. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996)
tentang baku tingkat kebauan
d. Peraturan Perundangan Terkait Makanan
1. Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi
Jasaboga.
Kepmen 715/03 mengatur:
i. Ketentuan umum
ii. Penggolongan
iii. Laik Higiene Sanitasi
iv. Persaratan Higiene Sanitasi
v. Pembinaan Pengawasan
vi. Sanksi.
2. Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan
hygien sanitasi makanan jajanan
3. Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana
produksi pangan industri rumah tangga (IRT)
4. PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan

15. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan pihak puskesmas terkait
dengan masalah diatas?

50

Masalah kesehatan

Langkah penting yang harus dilakukan Puskesmas

di desa Mjt
Kondisi demografis

Sumber air bersih

Menggalakkan budaya beralas kaki


Promosi ventilasi rumah yang baik
Promosi obat cacing setiap enam bulan sekali sekaligus
identifikasi kecacingan
Upaya promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang
sumber air bersih dan cara pengolahannya
Upaya kesehatan lingkungan berupa menjaga sumber
air di desa Mjt supaya tidak terkontaminasi oleh zat-zat

Kualitas udara
ambien
Pengelolaan sampah

berbahaya
Penyuluhan pemakaian masker atau penutup hidung dan
mulut pada saat terjadi serangan asap kabut
Identifikasi atau skrining harus tuberkulosis paru baru
Puskesmas harus mewaspadai adanya lonjakan penyakit
infeksi atau keracunan dengan mempersiapkan sebagai
berikut:
Pengobatan yang memadai untuk penyakit infeksi
yang sering terjadi di desa Mjt
Penggalakan pola perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS)
Melaporkan kondisi kesehatan desa ke pejabat

Pelayanan kesehatan

setempat berserta rekomendasi yang diajukan


Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan
yang telah ada
Memberikan usulan kepada pemerintah setempat untuk
menambah jumlah tenaga kerja Puskesmas
Memberikan penyuluhan dan edukasi masyarakat
mengenai praktik tenaga kesehatan dan perizinannya
Melakukan usaha promotif dan preventif kesehatan

16. Berikan juga nasehat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda setempat!
Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak merugikan
kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat.

51

Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.
Membangun PAM dan penyediaan air bersih
Membuat pengolaan sampah yang lebih baik
Penanaman pohon
Penambahan tenaga kesehatan
Membuat puskesmas dan pustu yang lebih dekat
Penambahan dana untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Penyuluhan tentang bagaimana memasak dengan menggunakan sumber

makanan yang higenis dan ventilasi dapur yang benar.


Penyuluhan tentang hukum dan dampak minuman keras dan narkoba
Membuat peraturan rambu-rambu untuk menurunkan laju kendaraan pada

kecepatan tertentu
Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media komunikasi guna memudahkan
petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan.
Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau melalui kemitraan
dengan pihak-pihak lain.
Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan bina suasana dan dalam
mengupayakan dukungan dari pembuat kebijakan dan pihak-pihak lain (sasaran
tersier).
Dinas kesehatan kabupaten/kota harus tersedia tenaga khusus promosi
kesehatan. Tenaga ini

berupa pegawai negeri sipil dinas kesehatan

kabupaten/kota yang ditugasi untuk melaksanakan promosi kesehatan. Petugas


ini bertanggung jawab membantu pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas.
IV. Hipotesis
Masyarakat desa Mjt. Komunitas mengalami masalah kesehatan lingkungan
dengan faktor resiko kualitas udara dan air, pengelolaan sampah yang buruk, peningkatan
pertumbuhan vektor, buruknya sanitasi makanan, budaya narkoba dan minuman keras,
serta ketidakpatuhan lalu lintas.

52

Desa MJT

V.

Memasak
pakai
kayu
bakar

Gangguan
kulit

Kerangka Konsep

Kebiasaa
n
telanjang
kaki

Perkemba
ng biakan
jentik
nyamuk
malaria

Gangguan
kualitas
udara
ruangan

Buang
sampah
di rawa

Air
tercema
r

Penggunaan
air untuk
kebutuhan
domestik GI
Gangguan

Tract,
ISPA, Asthma, Keracunan
tuberculosis makanan,
Kabut asap

Letak
geografis
dipinggir
jalan lintas
Bisin
g

Harga karet
mata
pencaharian
penduduk naik
Pengguna
sepeda motor
bertambah

Kebiasaan
memakai
narkoba +
alkohol

Kehilangan
kemampuan
stabil diri

Rawan
kecelakaan
53

VI.

Penutup

Kesimpulan
Masyarakat desa Mjt. Komunitas mengalami masalah kesehatan lingkungan
dengan faktor resiko kualitas udara dan air, pengelolaan sampah yang buruk, peningkatan
pertumbuhan vektor, buruknya sanitasi makanan, budaya narkoba dan minuman keras,
serta ketidak patuhan lalu lintas.

54

DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta; EGC
Chandra, dr. Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Edisi I. Jakarta :
EGC

55

Anda mungkin juga menyukai