Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN DAN APLIKASI

DISCHARGE PLANING PADA KLIEN


DENGAN
BAYI HIPERBILIRUBINEMIA

Disusun Dalam Rangka Seminar


Mata Ajaran Keperawatan Maternitas

Oleh :

PROGRAM STUDI S 1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2002
KATA PENGANTAR

Atas karunia Allah SWT akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan


penyusunan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan dan Aplikasi Discharge
Planing pada Klien dengan Bayi Hiperbilirubinimea yang disusun dalam rangaka
Seminar Mata Ajaran Keperawatan Maternitas.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadarai keterbatasan kemampuan
baik dalam pengalam maupun pengetahuan serta waktu yang tersedia sehingga kami
yakin dalam penyajian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian
kami telah berusaha secara maksimal dengan memanfaatkan bantuan dari berbagai
fihak . Bantuan diperoleh sejak praktek di Rumah Sakit sampai tersusunnya makalah
ini. Untuk itu perkenankan pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima
kasih Kepada Yang Terhormat :
1. Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan, yang telah memberikan ijin mahasiwa
untuk praktek di Rumah Sakit .
2. Ibu Nesti Sinaga,SKp, sebagai pembimbing praktek lapangan di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama praktek
sampai tersusunnya makalah ini.
3. Seluruh staf Dosen FIK UI yang telah memberikan materi dan pengarahan yang
berguna untuk pelaksanaan praktek Maternitas.
4. Staf Kepustakaan FIK UI dan rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang
telah membantu terlaksananya kegiatan praktek Maternitas.
Harapan kami semoga hasil yang telah dicapai dalam kegiatan praktek
Maternitas bermanfaat . Untuk sempurnanya penulisan ini diharapkan saran dan kritik
yang membangun demi perbaikan selanjutnya.

BAB I
PENDAHULUAN

Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir
(BBL). Menurut beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50 % pada bayi
cukup bulan dan 75 % pada bayi kurang bulan.
Perawatan Ikterus

berbeda diantara negara tertentu, tempat pelayanan

tertentu dan waktu tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pengelolaan pada
BBL, seperti ; pemberian makanan dini, kondisi ruang perawatan, penggunaan

beberapa propilaksi (misal; luminal) pada ibu dan bayi, fototherapi dan transfusi
pengganti.
Asuhan keperawatan pada klien selama post partum juga terlalu singkat,
sehingga klien dan keluarga harus dibekali pengetahuan, ketrampilan dan informasi
tempat rujukan, cara merawat bayi dan dirinya sendiri selama di rumah sakit dan
perawatan di rumah.
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan dalam
memberikan asuhan

keperawatan secara paripurna. Untuk itu

dalam penulisan

makalah ini mempunyai maksud :


1. Agar perawat memiliki intelektual dan mampu menguasai ketrampilan dan tehnik
terutama yang berkaitan dengan perawatan klien dan keluarga dengan bayi Ikterus
(Hiperilirubinemia),
2. Agar Perawat mampu mempersiapkan klien dan keluarga ikut serta dalam proses
perawatan selama di Rumah Sakit dan perewatan lanjutan di rumah.
Atas dasar hal tersebut diatas maka kami menyusun makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan dan Aplikasi Discharge Planing pada klien dengan Bayi
Hiperbilirubinemia
Adapun yang menjadi permasalahan adalah bagaimana memberikan Asuhan
Keperawatan

pada

klien dengan bayi

Hyperbilirubinemia

yang mendapat

Fototherapi.
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode Studi Kepustakaan,
wawancara, Partisipasi Aktif dalam pemberian Asuhan Keperawatan.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Batasan-Batasan
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):

Timbul pada hari kedua-ketiga

Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada


neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.

Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari

Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %

Ikterus hilang pada 10 hari pertama

Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi
dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown
menetapkan Hiperbilirubinemia

bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada

cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg%
dan 15 mg%.
3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama
pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus
merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
D. Etiologi
1. Peningkatan produksi :

Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat


ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.

Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.

Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik


yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .

Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.

Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20


(beta) , diol (steroid).

Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin


Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.

Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya


pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksion yang dapat langsung merusak sel hati

dan darah merah seperti

Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.


4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
E . Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah
Bilirubin yang larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam
air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya
hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin
binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah
matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai
sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis.

Diagram Metabolisme Bilirubin

ERITROSIT
HEMOGLOBIN
HEM
BESI/FE

GLOBIN

BILIRUBIN INDIREK
( tidak larut dalal air )

Terjadi pada
Limpha, Makofag

BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN ALBUMIN

Terjadi dalam
plasma darah

MELALUI HATI
BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN GLUKORONAT/
GULA RESIDU BILIRUBIN
DIREK
( larut dalam air )

Hati

BILIRUBIN DIREK
DIEKSRESI KE KANDUNG
EMPEDU
Melalui
Duktus Billiaris
KANDUNG EMPEDU KE
DEUDENUM
BILIRUBIN DIREK DI
EKSKRESI MELALUI URINE
& FECES

F. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan
. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20
mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah
melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir
Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
G. Penata Laksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari
Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi,
Transfusi Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi

Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya


dengan intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the
blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin
tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah
Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme
difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke
Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam
Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati
(Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar
mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis
dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek
4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram
harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan
mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama
pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam
pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi

(kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas

Bilirubin dan

meningkatkan

keterikatan dengan Bilirubin


Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.
Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sbb:

Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.

Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadangkadang Bakteri)

Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan:

Kadar Bilirubin Serum berkala.

Darah tepi lengkap.

Golongan darah ibu dan bayi.

Test Coombs.

Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi


Hepar bila perlu.

2. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.

Biasanya Ikterus fisiologis.

Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau


golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat
misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.

Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih


mungkin.

Polisetimia.

Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis,


pendarahan Hepar, sub kapsula dll).

Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan


yang perlu dilakukan:

Pemeriksaan darah tepi.

Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.

Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.

Pemeriksaan lain bila perlu.

3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.

Sepsis.

Dehidrasi dan Asidosis.

Defisiensi Enzim G6PD.

Pengaruh obat-obat.

Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.

4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:

Karena ikterus obstruktif.

Hipotiroidisme

Breast milk Jaundice.

Infeksi.

Hepatitis Neonatal.

Galaktosemia.

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan:

Pemeriksaan Bilirubin berkala.

Pemeriksaan darah tepi.

Skrining Enzim G6PD.

Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk

memberikan

keperawatan

yang

paripurna

digunakan

proses

keperawatan yang meliputi Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.


Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia,
Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui
yang lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa
bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga
lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari
Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)
2. Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi
Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang memberi
gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun perencanaan asuhan
keperawatan. Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai diagnosa keperawatan
melalui analisa dan interpretasi data yang diperoleh.
1. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake output,
beri air diantara menyusui atau memberi botol.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan
efek fototerapi

Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan


Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5 - 37 C,
cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan
hiperbilirubinemia dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah
posisi setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan
kelembabannya.
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan
Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku Attachment , orang tua
dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk
stimulasi sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya,
libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua
mengekspresikan perasaannya.
5. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang
diberikan pada bayi.
Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala
untuk menyampaikan pada tim kesehatan
Intervensi :
Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning,
proses terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan bayi dirumah.
6. Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat
fototherapi
Intervensi :
Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam
keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan
kain yang dapat memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata tida menutupi
hidung dan bibir; matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya
konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup mata setiap akan disusukan; ajak bicara
dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.

7. Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar


Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan
NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam
sebelum tindakan, pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan Rhesus
serta darah yang akan ditranfusikan adalah darah segar; pantau tanda-tanda vital;
selama dan sesudah tranfusi; siapkan suction bila diperlukan; amati adanya
ganguan cairan dan elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang; monitor pemeriksaan
laboratorium sesuai program.
Aplikasi Discharge Planing.
Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan
hiperbilirubin (seperti rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung
jawab orang tua dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan gambaran yang
diberikan selama perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan dirumah.
Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam
perawatan bayi hiperbilirubinimea (warley &Wong, 1994):
1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila

bayi mengalami gangguan-

gangguan kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui


menurun.
2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk
mempertahankan kelancaran air susu.
3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk menurunkan
kadar bilirubin bayi.
4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal
mencegah peningkatan bilirubin.
5. Mengajarkan tentang perawatan kulit :

Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.

Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah
sekitar kulit yang rusak.

Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan


kelembaban kulit.

Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.

Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat

mengakibatkan lecet karena gesekan

Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti


penekanan yang lama, garukan .

Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah
karena bab dan bak.

Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor
kulit, capilari reffil.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah :


1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 celsius)
2. Perawatan tali pusat / umbilikus
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak
dengan sesuatu yang baru
5. Temperatur / suhu
6. Pernapasan
7. Cara menyusui
8. Eliminasi
9. Perawatan sirkumsisi
10. Imunisasi
11. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :

letargi ( bayi sulit dibangunkan )

demam ( suhu > 37 celsius)

muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)

diare ( lebih dari 3 x)

tidak ada nafsu makan.

12. Keamanan

Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting)
yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.

Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya

Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil


atau sarana lainnya.

Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara - saudaranya.

BAB III
PERMASALAHAN
Tinjauan Kasus :
Nama Klien : By. Ny. X
Tanggal Lahir Bayi : 19 - 10 - 1996, Jam : 22.20 WIB.
Apgar 1 menit : 9 dan 5 menit : 9.
Berat badan lahir : 2750 gram, Berat badan sekarang : 2550 gram.
Panjang badan : 47 cm, Lingkar kepala : 33 cm, lingkar dada : 36 cm.
Denyut Jantung : 129 x/mt, pernafasan : 44 x/mt.
Bunyi pernafasan paru-paru kiri kanan : Vesikuler, Rinchi/whezing : tidak
terdengar.
Suhu : 36C.
Kepala :
Molding, Caput Sucsadenium, Cephal hematom : tidak ada.
Ubun-ubun besar : ada, Bentuk : Jajaran genjang datar, Ubun-ubun kecil : ada,
Bentuk : segitiga datar. Sutura : ada.
Mata, Posisi : simetris, jarak : + 3 cm, Kotoran di mata sebelah kiri : ada,
perdarahan : tidak ada.
Telinga : simetris/ datar dengan kepala, perdarahan : tidak ada, Lubang : ada.
Mulut : simetris, Palatum mol/durum : ada, Gigi : tidak ada.
Hidung : lubang hidung ada, keluaran : tidak ada , pernafasan cuping hidung :
tidak ada.
Pergerakan leher : positif, tanda lahir : tidak ada.
Tubuh :
Warna kulit : kuning pada seluruh tubuh.
Pergerakan : aktif.
Lanugo : ada pada punggung. Vernix : tidak ada.
Pengeluaran : mekonium.
Keadaan kulit : pada kedua pergelangan kaki dan tangan, serta di tubuh
tampak terkelupas, Hidrasi : baik.
Dada : simetris, retraksi, ngorok dan see saw : tidak ada.
Perut : lembek, Bising usus : 9x/mt.
Tungkai :
Jari tangan : Kanan : jumlah 5 , Kiri : jumlah 5

Jari kaki : Kanan : Jumlah 5, Kiri : jumlah 5


Pergerakan : aktif
Nadi branchial : teraba, 120 x/menit
Nadi femoral : teraba, 120 x/menit
Tremor : tidak ada
Rotasi paha : normal
Garis telapak tangan : jelas, telapak kaki : jelas
Posisi kaki : fleksi
Punggung
Fleksibelitas tulang punggung : normal
Simetris, pretudal dumple
Lobang anus : ada
Genitalia
Jenis kelamin : laki-laki
Lubang penis : hipospadia
B.a.b. : pertama : tanggal
B.a.k : pertama : tanggal
Jenis makanan : ASI ditambah susu formula
Refleks
Mengisap : baik, rooting : baik, menggenggam : baik.
Moro : baik, berjalan menapak, tonus leher : baik.
Menangis : kuat
Keadaan umum : agak lemah
Hasil Laboratorium :
Tanggal 22 Oktober 1996

Hb : 18,2 gr. %

Bilirubin : 17,8 gr %

Tanggal 23 Oktober 1996

Bilirubin Indirek : 10,84 gr %

Bilirubin Direk : 0,99 gr %

Bilirubin total : 11, 83 gr %

Terapi yang diberikan


Tanggal 19 Oktober 1996
Vitamin K 1 mg peroral
Tanggal 20 Oktober 1996
Vitamin K 1 mg peroral
Tanggal 22 Oktober 1996
Infus N-4 dilengan sebelah kiri, dengan tetesan microdrip 10 tetes / menit
Sinar ultra violet (jam 12.00 Wib)
Parficillin 4 x 75 mg
Luminal 2 x 5 ml
FFP 50 cc, belum diberikan, masih dalam proses untuk mendapatkannya.

Ringkasan riwayat kehamilan dan persalinan


Masalah-masalah kehamilan : tidak ada
Persalinan Kala I : 10 jam 10 menit
Kala II : 10 menit
Pecah ketuban : 1 jam 20 menit
Jenis Persalinan : pervaginam
Obat-obat yang diberikan : Citosinon 5 unit IM.
Pengkajian Keluarga
Adaptasi Psikologi Ibu
Perasaan ibu setelah bayi lahir : merasa senang dan mulai tercipta hubungan
yang baru, tetapi bayi harus dipisah karena mengalami hiperbilirubinemia.
Adanya ikatan kasih : terjadi pada saat baru lahir.
Data obyektif : ibu bertingkah laku pasif, lebih banyak berdiam diri, masih
tergantung dan perlu bantuan orang lain.
Adaptasi psikologi ayah
Respon ayah setelah bayi lahir: merasa bahagia dapat melahirkan dengan
selamat.
Keterlibatan dalam persalinan : mengantar, menunggu sampai bayi lahir.
Ketidaleluasaan karena peraturan Rumah Sakit : ayah ingin ikut dalam proses
persalinan.
Tanggapan tentang penyakitnya : tidak tahu-menahu tentang penyakitnya,
beranggapan penyakit ini sebagai penyakit keturunan / kesalahan dari orang

tua.
Adaptasi psikologi keluarga
Menimbulkan perubahan : ya, terutama perubahan peran karena bertambahnya
anggota keluarga.
Apakah terjadi sibling: belum terpikirkan oleh keluarga .
Apakah ada anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan bayi : semua
anggora keluarga terlibat dalam merawat bayinya.
Tanggapan terhadap penyakitnya : tidak tahu-menahu dan belum mempunyai
pengalaman dalam riwayat keluarga belum pernah terjadi penyakit tersebut.
MASALAH KEPERAWATAN :
1. Perawatan pemenuhan kebutuhan cairan, Asi, Pasi (bila Asi belum ada) harus
sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi untuk mengatasi efek samping fototherapi
2. Perawatan perubahan suhu tubuh sebagai efek fototherapi
1.

Perawatan Integritas kulit .

3. Bimbingan pada keluarga karena dipisahkan dengan bayinya


4. Bimbingan pada kecemasan keluarga karena ketidaktahuan tentang penyakit dan
therapi yang diberikan pada bayinya.
5. Mempersiapkan keluarga untuk perawatan lanjutan dirumah.

BAB IV.
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien

Bayi Ny. X

Mata Ajaran : Maternitas

RSB. Budi Kemuliaan


Bangsal/Tanggal :
Dx. Keperawatan
1.
Potensial
kurangnya

Tanggal 22 Oktober 1996


Tujuan
Intervensi
Rasional
Meningkatkan
Berikan Asi/Pasi segera Pemberian makan sedini

volume intake cairan yang

dalam waktu 4 - 6 jam

mungkin (waktu 4 - 6

cairan sehu-bungan adekuat.

setelah pindah ke ruang

jam) cenderung untuk

dengan

post partum

mengurangi / menekan

tidak

adekuatnya
cairan,

intake

hasil

fototherapi

bilirubin

tinggi.

dan diare.

yang

Menstimulasi

aktivitas usus dan pem-

Data Obyektif :

buangan

Bayi di fototherapi.

mekonium

Bayi diare

mengandung

pigmen
yang
bilirubin

sehingga
Berikan Asi\Pasi setiap
3 - 4 jam dan diselingi
pemberian
tambahan .

air

mencegah

dapat
reabsorpsi

dari intestinum.

minum
Hidrasi yang adekuat
mem-permudah

Implementasi

Evaluasi

pengeluaran / eliminasi
Berikan makanan sesuai

dan ekskresi bilirubin.


Mengganti cairan yang

dengan petunjuk

hilang melalui feses jika


difototherapi.
Berikan cairan per infus

Meningkatkan peristaltik
dan

ekskresi

empedu

sebelum

terjadi

resirkulasi
Kaji
bising
urin,

pola
usus,
pola

menelan,

hepatik.

eliminasi Cairan
tidur dan diberikan

iritabilitas setiap hari

entero-

mengalami

intravena
bila

bayi

dehidrasi

atau jika ada komplikasi


Catat

adanya

tanda-

lain.

tanda dehidrasi seperti :


ubun-ubun cekung, suhu Untuk mengetahui sedini
meningkat, turgor kulit mungkin adanya tandajelek

atau

mukosa kering.

membran

tanda
mungkin

bahaya.

Bayi

mengalami

pengeluaran feses yang


hijau dan cair.
Untuk

mengetahui

tanda-tanda

dehidrasi

secara dini dan dapat


pencegahanya
2.

Potensial

gangguan
tubuh

Kesetabilan

nya dehidrasi.
suhu Monitor suhu axila kulit Metabolisme meningkat

suhu tubuh bayi dapat

(hipertermi) dipertahankan.

sehu-bungan dengan Kriteria:


efek fototherapi

dan

suhu rektal setiap

30-60

menit

Mencegah

penyinaran.
36,5C-

Suhu

dengan

mengatur

fentilasi

37C.
rektal

36,7C-37,2C.
Tidak ada tandatanda hipertermia

bila suhu meningkat.

selama

Suhu kulit dan Pertahankan suhu Box


ketiak

terjadi-

/pintu

box

ketidak

seimbang-an
secara

panas

bertahap

pada

bayi.

perta-hankan suhu 37C


tanda-tanda Respon
peningkatan
vital, catat adanya :
metabolisme
tachipnoe.

Observasi

adanya

menyebabkan
peningkatan kebutuhan
Catat

adanya

tanda-

O2

(Asidosis

tanda

stress:

gelisah,

Respiratorik)

kulit kering dan warna Hipertermi


kemerahan

akan

mempenga-ruhi

sistim

sirkulasi sehingga terjadi


fasodilatasi

untuk

mengeluarkan
Pertahankan

modalitas

foto-therapi

keringat

dalam mempertahankan
suhu tubuh
Modalitas pemngobatan
ter-gantung pada tingkat

Catat

adanya

tanda-

kadar bilirubin, waktu

tanda dehidrasi seperti :

serangan

dan

ubun-ubun cekung, suhu

penyakit lain

adanya

meningkat, turgor kulit


jelek

atau

mukosa kering.

membran Suhu axila lebih dari


37,5C
hipertermia
dianggap

dianggap
dan
pengeluaran

panas yang berlebihan


pada bayi

2.

Gangguan

Integritas

Keutuhan

kulit bayi

kulit Kaji
dapat

tanda-tanda Jaundice

ikterus

jaundice

merupakan

tanda-tanda awal adanya

sehubungan dengan dipertahankan.

selengkap-lengkap-nya

hiper-bilirubinemia.

hiperbilirubinimea

dgn menggunakan sinar

Karena lampu buatan

dan diare.

matahari bila mungkin.,

akan

Data Obyektif :

observasi

pengkajian.

Kulit pada kedua

observasi warna kulit,

perta-ma

dan

pada

per-

gelangan

skelra,

kaji

kali

terlihat

sklera

yang

menekan

terkelupas.

bagian yang keras, cek

menekan akan muncul

mukosa mulut, bagian

warna

belakang dari palatum

tekanan

keras

Pigmen pada orang kulit

kulit

kuning (Ikterus)

bayi

dan

pada

Jaundice

tangan serta tubuh


Warna

kulit

dengan

mengaburkan

kantung

menguning.

Dengan

kuning

dilepaskan.

kojungtiva (untuk bayi

hitam

yang berkulit hitam).

terlihat kuning.

Bersihkan

setelah

normal

dan Seringnya

akan

b.a.b.

mengganti popok setiap

merupakan faktor resiko

b.a.b.

kerusakan kulit.

4.

Gangguan

parenting

Orang tua dan bayi Buka tutup mata bayi


menunjukkan

sehubungan dengan tingkah


pemisahan

saat disusui.
laku

Attachment, orang Anjurkan


orangtua
tua
dapat
untuk mengajak bicara
mengekspresikan

anaknya.

proses Bonding.
Libatkan

orang

tua

dalam perawatan

bila

memungkin-kan.
Menganjurkan orang tua
mengekspresikan
5.

Kecemasan

meningkat

perasaannya
tua Kaji
pengetahuan Memberikan

Orang

menegerti tentang

sehubungan dengan perawatan,


ketidaktahuan
tentang

keluarga

perjalanan ber-

keluarga

tentang

perawatan bayi ikterus


dapat

partisipasi

penyakit dan therapi meng- identifikasi Berikan


yang diberikan pada gejala-gejala untuk
tentang:

bahan Melakukan

masukan bagi perawat

tentang

sebelum me-

keluarga

lakukan

pengkajian
pengetahuan

dimana

keluarga

pendidikan kesehat- an

belum mengerti sama sekali

kepada keluarga

tentang bayi ikterus dan


cara merawatnya.

penjelasan
Dengan

mengerti Memberikan

penjelasan

bayi.

men-

yampaikan Penyebab ikterus, proses

Data Subyektif:

pada

Klien/keluarga

kesehatan

selalu

tim terapi, dan perawatanya.

menanyakan

tindakan yang akan


Berikan

diberikan.

penjelasan

penyebab
program

segala

selama di rumah sakit dan di

tindakan yang diberikan

rumah, jika pulang. Seperti :

kepada bayinya.

cara mempertahankan suhu

sangat

yang

penting

membantu

jelas
dalam

mengurangi

kecemasan keluarga

dilakukan
Diskusikan

tindakan

menerima

tindakan .

Ibu tampak takut

ikterus,

bayi

keparawatan yang diberikan

Program

harus

yang

penyebab

diberikan keluarga dapat

setiap akan melakukan Informasi

yang

tentang

terapi

Data Obyektif :
therapi

ikterus,

tentang Komunikasi

secara

tubuh normal, memberikan


ASI,

memandikan

merawat

tali

mengganti

pakaian,

bayi,
pusat,
dan

pemberian imunisasi.

akan dilakukan selama di

penjelasan
dalam Memberikan
melakukan
memecahkan satu per- sebelum
tindakan, seperti; memasang
masalahan
dapat

rumah sakit

mengurangi kecemasan

infus, memberikan fototerapi

keluarga.

dan obat-obat injeksi atau

saat melihat keadaan

keadaan

bayi

dan

bayinya.

program-program yang

Ciptakan hubungan yang

terbuka

akrab dengan keluarga Hubungan yang akrab


selama
perawatan

melakukan

obat lainnya.

meningkatkan Melakukan diskusi bersama


partisipasi
keluarga keluarga tentang prinsipdalam merawat bayi prinsip yang bisa dilakukan
dapat

ikterus

oleh keluarga dalam merawat

bayi ikterus selama di rumah


sakit dan di rumah
Mengajak

keluarga

bersama-sama
bayinya, seperti
6.

Gannguan

proses

Keluarga

keluarga menerima kondisi

sehubungan dengan bayi


respon

keluarga

yang

kurang

terhadap

kondisi

bayi.

dapat

untuk

merawat

ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien

Bangsal/Tanggal :
No
1.

Diagnosa Keperawatan

Mata Ajaran : Maternitas


Tujuan

Intervensi

Rasionalisasi

Jaundice
awal

adanya

Kaji tanda-tanda ikterus / jaundice Karena


selengkap-lengkapnya

merupakan
lampu

tanda-tanda

hiperbilirubinemia.
buatan

akan

dengan mengaburkan pengkajian.

meng-gunakan sinar matahari bila Jaundice pertama kali terlihat pada


mungkin.,

observasi

skelra, sklera yang menguning. Dengan

observasi warna kulit, dan kaji menekan akan muncul warna kuning
dengan menekan kulit pada bagian setelah tekanan dilepaskan. Pigmen
yang keras, cek mukosa mulut, pada orang kulit hitam normal akan
bagian belakang dari palatum keras terlihat kuning.
dan kantung kojungtiva (untuk bayi
yang berkulit hitam)

Menjaga
hipotermia.

Jaga bayi untuk tetap hangat.

agar

tidak

terjadi

2.

Potensial injuri sehubungan dengan Tidak mengalami kerusakan mata, Mempertahankan


kojungtivitis,
dehidrasi

hipotermia,
karena

modalitas Modalitas pemngobatan tergantung

dan dehidrasi dan hipertermi selama pengobatan

pada tingkat kadar bilirubin, waktu

penggunaan fototerapi.

serangan dan adanya penyakit lain

fototerapi.
Data Obyektif :

Mendapat fototerapi

Tidak

menggunakan

Menurunkan serum bilirubin dengan


Berikan fototerapi

memperlancar ekskresi bilirubin tak


terkojugasi

pakaian

dengan mata dan genitalia tidak


Melindungi retina dari kerusakan

tertutup selama fototerapi.


Tutup mata selama penyinaran

akibat cahaya dengan intensitas


tinggi

Pindahkan

bayi

dari

cahaya Memungkinkan stimulasi visual

fototerapi dan lepas penutup mata


selama pemberian makan.
Kaji mata terhadap konjungtivitis Mungkin disebabkan oleh iritasi dari
dan abrasi kornea

penutup mata

Gunakan penutup yang minimal

Memungkinkan
merata

penyinaran

yang

Rubah posisi tiap 2 jam


Mengefektifkan

penyinaran

dan

mencegah penekanan pada satu


Monitor suhu kulit dan suhu inti tempat
tiap 1 jam sampai suhu tubuh stabil
Hipotermi
Berikan ekstra cairan

dan

hipertermi

merupakan komplikasi yang umum


dari fototerapi

Kaji tanda-tanda dehidrasi, yakni :


turgor kulit jelek, depresi fontanela, Untuk
mata
badan,

cekung,

penurunan

perubahan

penurunan output urin.

menjamin

hidrasi

yang

berat adekuat.

elektrolit,
Fototerapi
peningkatan

dapat
IWL.

menyebabkan
Bayi

kadar

Observasi adanya kemerahan pada bilirubin yang tinggi dapat menjadi


kulit

letargi dan sulit untuk makan.


Kemerahan

dihubungkan

dengan

fototerapi yang meningkatkan kadar


bilirubin direk atau kerusakan hati
Cek suhu inkubator

dapat hilang 2 - 4 mg/dl

Penambahan panas dari fototerapi


Matikan waktu saat mengambil sering meningkatkan suhu badan
darah untuk pemeriksaan bilirubin.

dan suhu cove.


Karena

pemaparan

fototerapi

akan

darah

pada

mempengaruhi

kadar bilirubin
4.

Potensial

terjadinya

cairan Observasi intake dan out put,

gangguan Keseimbangan

volume cairan sehubungan dengan terpenuhi/terpelihara

turgor kulit,

tidak adekuatnya intake cairan,

Observasi tanda-tanda vital : Nadi,

fototherapi dan diare.

Suhu

Respirasi,Kesadaran,

refleks,tiap 30 - 60 menit.
Berikan

minum

air

diantara

pemberian ASI.

4.

Kecemasan orang tua sehubungan Orang tua mendapatkan informasi Berikan penjelasan mengenai :
dengan punya anak yang mengalami mengenai

proses

Orang

tua

memahami

penyakit, Kondisi bayi, modalitas pengobatan, mengapa dan apa terjadi keadaan

jaundice.

penyebab, dan hasi yang dicapai.

Data obyektif :

Orang tua memahami alasan untuk menghentikan pemberian ASI.

Pengobatan

mengaktifkan pemberian ASI sesaat

orang

Orang tua tampak cemas

tidak

alasan

mengapa

ibu

harus tersebut.
tua

bermacam-macam
tidak

memahami

dan cara memompa susu.

Jelaskan pemberian ASI dihentikan pengobatan yang diberikan

Data subyektif :

sementara :

ASI merupakan penyebab jaundice

Menanyakan tentang keadaan

Kaji pengetahuan ibu mengenai yang belum jelas. Kadar bilirubin

anak dan proses penyakit.

pemompaan ASI dan memberikan serum menurun dalam waktu 48 jam


informasi serta dukungan sesuai setelah
yang dibutuhkan.

pemberian

ASI

dan

dihentikan. Pendapat dari dokter,


para ahli yang lain tentang hal ini

Bantu ibu dalam menyusui ulang

masih berbeda-beda.
ASI merupakan penyebab jaundice
yang belum jelas. Kadar bilirubin
serum menurun dalam waktu 48 jam
setelah

pemberian

ASI

dan

dihentikan. Pendapat dari dokter,


Berikan

rangsang

taktil

memberi makan dan

selama para ahli yang lain tentang hal ini

mengganti masih berbeda-beda.

popok.
Ibu mungkin perlu dukungan dan
Melakukan sentuhan dan kontak informasi untuk

memulai kembali

mata ibu dan bayi selama pemberian memberikan ASI


ASI, bayi diajak bicara.
Neonatus perlu stimulasi taktil

Dukung orang tua untuk masuk ke


dalam

ruang

perawatan

dalam

memberi makan dan menyentuh


bayi.

Memberikan

rasa

nyaman

menurunkan

gangguan

dan

sensorik

Adanya alat di ruang perawatan


menyebabkan orang tua tidak mau
atau segan untuk masuk ke dalam
ruang perawatan

DAFTAR PUSTAKA
H. Markum : Ilmu Kesehatan Anak. Buku I, Jakarta, FKUI, 1991.
Bobak, J. : Materity and Gynecologic Care, Precenton, 1985.
Cloherty, P. John : Manual of Neonatal Care, USA, 1981.
Harper : Biokimia, Jakarta, EGC, 1994.
Jack A. Pritchard dkk : Obstetri Williams, Edisi XVII, Surabaya, Airlangga University
Press, 1991
Marlene Mayers, et. al. : Clinical Care Planes Pediatric Nursing, New York, Mc.GrawHill. Inc, 1995.
Mary Fran Hazinki : Nursing Care of Critically Ill Child, Toronto, The Mosby Compani
CV, 1984.
Susan R. J. et. al. : Child Health Nursing, California, 1988.

Anda mungkin juga menyukai