Anda di halaman 1dari 4

3

2. 8 PROGNOSIS
1

AGES
A Age : umur pasien
G grade histologi tumor
E Ekstensi tumor primer
S Size : ukuran tumor primer

Skor prognosis : 0,05 x usia (jika usia >40)


+ 1 jika tumor grade 2
+ 3 jika tumor grade 3 atau 4
+1 jika ekstratiroid
+3 jika metastasis jauh
+0,2 x ukuran tumor (dalam cm)
Maka dalam kasus ini belum bisa ditentukan skornya karena belum
terdapat grading histologi dari sel tumor.
2

AMES
A Age : usia pasien
M metastase : keberadaan metastase jauh
E ekstensi : tumor primer
S size : ukuran tumor primer
Risiko rendah:
a. - laki-laki umur < 41 th, wanita <51 th
- tidak ada metastasis jauh
b. - Laki-laki umur > 41 th, wanita >51 th
- Tidak ada metastasis jauh
- tumor primer masih terbatas didalam tiroid untuk karsinoma
papilare atau invasi kapsul yang minimal untuk karsinoma
folikulare
- ukuran tumor primer < 5cm
Risiko Tinggi:
a. semua pasien dengan metastasis jauh

b. Laki-laki umur < 41 th, wanita < 51 th dengan invasi kapsul yang
luas pada karsinoma folikulare
c. Laki-laki umur >41 th, wanita > 51 th dengan karsinoma papilare
invasi ekstra tiroid atau karsinoma folikulare dengan invasi kapsul
yang luas dan ukuran tumor primer > 5cm.
Pada kasus ini pasien berusia 58 tahun (>51 tahun) dan ukuran tumor
primer > 5cm, sesuai dengan prognoss AMES, pasien ini termasuk risiko
tinggi
Angka Survival menurut AMES

Risiko tinggi : 61%


Maka dalam kasus ini angka survival menurut AMES adalah 61%

BAB IV
ANALISIS KASUS
Kasus ini membahas mengenai seorang wanita, 58 tahun, ibu rumah tangga, beralamat di Pagaralam,
beragama Islam, status menikah, MRS pada tanggal 9 Agustus 2015 dengan keluhan utama timbul benjolan pada
leher sebelah kanan yang membesar sejak5 bulan SMRS.
Benjolan pada leher dapat dikeluhkan sebagai keluhan utama pada beberapa kemungkinan penyakit seperti
yang berasal dari kelainan kongenital, infeksi, trauma, kelainan metabolik dan neoplasma.
Kelainan kongenital yang menyebabkan benjolan pada leher antara lain kista brankhiogenik, kista duktus
tiroglosus, higroma kistik leher dan hemangioma. Kelainan-kelainan tersebut ditemukan sejak lahir, sedangkan pada
kasus ini, benjolan baru ditemukan sekitar 15 tahun yang lalu, sehingga diagnosis kelainan kongenital dapat
disingkirkan.
Saat pemeriksaan fisik, tampak warna benjolan sama dengan kulit sekitar, tidak terasa panas dan tidak
terdapat keluhan demam. Tidak juga ditemukan tanda-tanda inflamasi lainnya, sehingga benjolan tersebut tidak
disebabkan oleh proses infeksi. Penderita juga menyangkal adanya riwayat trauma pada daerah leher, sehingga
disimpulkan bahwa penyebab benjolan juga bukan akibat trauma.
Saat anamnesis, penderita menyangkal adanya riwayat sering berdebar-debar, berkeringat, nafsu makan
meningkat, sulit tidur dan penurunan berat badan sejak benjolan muncul atau pun sebelumnya. Pemeriksaan fisik juga
tidak menemukan adanya tremor, riwayat sering berdebar-debar, berkeringat berlebihan, nafsu makan meningkat,
sulit tidur dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan fungsi tiroid dalam batas normal.
Sehingga diagnosis kelainan metabolik dapat disingkirkan. Kemungkinan besar benjolan pada penderita ini berupa
neoplasma. Hal ini juga diperkuat dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang foto cervical
soft tissue dan USG. yang menyatakan kecurigaan adanya ca tiroid bilateral.
Untuk menentukan staging, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada penderita berupa klasifikasi T, N
dan M. Berdasarkan pemeriksaan fisik, benjolan berukuran 17 x 8 x 5 cm sehingga termasuk dalam klasifikasi T3.
Tidak ditemukan massa di KGB level I-VII, sehingga klasifikasi nodulnya adalah N 0. Benjolan yang dialami pasien
diakui semakin lama semakin membesar, tetapi tidak sampai mengganggu proses menelan ataupun terjadinya
perubahan suara. Pasien juga tidak mengeluh sakit kepala, mual, muntah, batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, dan
nyeri di tulang. Hasil pemeriksaan foto thoraks juga masih dalam batas normal. Hal ini menjelaskan bahwa belum
terjadi metastasis pada pasien; baik ke otak, faring, laring, paru-paru, hati dan tulang, sehingga klasifikasi
metastasisnya adalah M0. Maka, pada pasien ini dapat disimpulkan benjolannya berada pada stadium T3N0M0.
Berdasarkan SKDI, kompetensi dokter umum dalam menghadapi kasus seperti ini adalah dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, penegakkan diagnosis sementara kemudian merujuk. Penderita dan keluarganya diberi
edukasi mengenai penyakitnya dan kemungkinan pengobatan yang akan dihadapinya, beserta komplikasi dan
prognosisnya. Apabila diperlukan, penderita dapat diberi obat-obatan simptomatis untuk meringankan gejala seperti
nyeri atau demam, sebelum kemudian dirujuk ke spesialis bedah onkologi.

Berdasarkan algoritma penatalaksanaan kanker tiroid dari protokol PERABOI, yang pertama ditentukan
adalah keadaan klinis benjolan tersebut, ganas atau jinak. Pada penderita ditemukan beberapa tanda keganasan,
seperti pertumbuhan yang cepat dan pada pemeriksaan USG didapatkan kalsifikasi yang merupakan tanda-tanda
keganasan. Kemudian, benjolan dinilai apakah operable atau inoperable. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan
penunjang, benjolan pada penderita tidak mengalami metastase jauh sehingga dapat dilakukan tindakan pembedahan
yaitu istmolobektomi + VC.
Ada 5 kemungkinan hasil yang akan didapatkan, yaitu:
1. Lesi jinak tindakan operasi selesai, dilanjutkan dengan observasi
2. Karsinoma papilare.
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah menurut kriteria AMES. Bila risiko rendah tindakan operasi selesai
dilanjutkan dengan observasi. Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3. Karsinoma Folikulare Dilakukan tindakan tiroidektomi total
4. Karsinoma Medulare Dilakukan tindakan tiroidektomi total
5. Karsinoma Anaplastik Bila memungkinkan dilakukan tindakan

tiroidektomi total. Bila tidak memungkinkan,

cukup dilakukan tindakan debulking dilanjutkan dengan radiasi eksterna atau kemoradioterapi.
Prognosis pasien ini ditentukan menurut kriteria AMES. Pada kasus ini pasien memiliki ciri - ciri risiko tinggi
yaitu pasien wanita dengan umur > 51 tahun dan tumor primer > 5 cm. Maka dalam kasus ini angka survival menurut
AMES adalah 61%.

Anda mungkin juga menyukai