Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

ANALISIS KASUS
Dilaporkan, kasus an. MIF/Laki-laki/13 tahun dengan diagnosis Dengue
Shock Syndrome (DSS). Pada saat di IGD, dilakukan Pedriatric Assessment
Triangle (PAT) pada pasien dimana didapatkan :
1. Appeareance
Tonus

Interactiveness

: Pasien bisa bergerak secara spontan, bisa


duduk, bisa berdiri hanya sebentar karena
merasa lemas.
: Pasien sadar, dapat memberikan respon ke
sekitar
: Pasien tampak gelisah.
: Kontak mata (+) dengan pemeriksa.
: Dapat berbicara lancar sesuai dengan umur.

Consolability
Look/Gaze
Speech/Cry
2. Work of Breathing
Abnormal airway sounds : Snoring (-), Muffled (-), Stridor (-),
Grunting (-), Wheezing (-).
Abnormal Positioning
: Sniffing position (-), Tripoding (-),
Prefers seated posture (+).
Retractions
: SC (-), IC (-), SS (-), E (-).
Flaring
: (-)
3. Circulation to Skin
Pallor
: (+)
Mottling
: (-)
Sianosis
: (-)

Dari pemeriksaan PAT yang dilakukan, didapatkan gangguan pada


tampilan umum dimana pasien tampak gelisah, pada usaha nafas didapatkan
adanya abnormal positioning yang lebih nyaman dalam posisi duduk dan
gangguan pada sirkulasi dimana pasien tampak pucat. Setelah, pemeriksaan PAT
secara umum, dilakukan pemeriksaan survey primer seperti berikut :
1.

Evaluasi tanda vital

2.

Penilaian Airway

3.

Penilaian Breathing

: TD 100/50, Nadi 123 dengan isi/tegangan


Kurang, frekuensi napas 26x/menit,
temperature 38.8C.
: Bebas, tidak ada obstruksi jalan napas,
bunyi napas abnormal seperti stridor (-)
: Nafas spontan, adekuat, sesak (+), napas

40

cuping hidung(-), retraksi iga/suprasternal


(-), dada simetris dan dinamis. Bunyi paru
4.

5.
6.

Penilaian Circulation

Penilaian Disability
Penilaian Exposure

ves (+/+) normal, rh (-), wh (-).


: nadi teraba lemah, teratur, kualitas
kurang, frekuensi 123 x/menit, perdarahan
(-), akral dingin (+), CRT > 2 detik.
: PCS (pediatric coma scales) 13 (E3M5V5)
: Luka di ekstremitas (-).

Dari survey primer, didapatkan bahwa pasien mengalami syok.


Secara klinis, syok terbagi ke dalam 3 fase, yaitu :
Gejala Klinis
Kompensasi
Kehilangan Darah 25%

Dekompensasi
25-40%

>40%

%
Frekuensi Jantung
Volume Nadi
Pengisian Kapiler
Kulit
RR
Tingkat Kesadaran

Takikardia ++
Menurun +
Meningkat +
Dingin, mottled
Takipnue ++
Berkooperasi

Takikardia/Bradikardi
Menurun ++
Meningkat ++
Pucat mati
Sighing respiration
Bereaksi hanya pada

Takikardia +
Normal/Menurun
Normal/Meningkat
Dingin, pucat
Takipnue +
Agitasi ringan

Irreversibel

rasa sakit atau tidak


responsive
Berdasarkan gejala klinisnya, anak ini telah mengalami syok fase
kompensasi yang membutuhkan penatalaksanaan segera untuk mencegah
terjadi perburukan.
Tatalaksana syok awal :
O2 2L/menit via nasal canule.
IVFD RL 20 cc/kgBB 880 cc dalam dua line IVFD, dalam
waktu secepatnya, kocor kemudian evaluasi, respon (+) TD :
100/70, nadi 110x/menit, isi dan tegangan cukup lanjutkan
dengan -> IVFD RL 10 cc/kgBB -> 440 cc/jam (110
tetes/menit, makro) -> re-evaluasi tanda-tanda vital, diturunkan

bertahap sesuai dengan kondisi.


Pantau diuresis / 3 jam
Pantau tanda vital/jam
Cek Hb,Ht,Trombosit Serial /4 jam
Cek PT,apTT, SGOT,SGPT,CRP, ureum,kreatinin,elektrolit

41

Cek Rontgen Thorax ap/lateral

Pemeriksaan Penunjang Lainnya :

IgM dan IgG Dengue


Antigen NS1

Setelah dilakukan tatalaksana awal, maka dilakukan secondary survey


dimana didapatkan :
Dari anamnesis, diketahui bahwa anak Sejak 5 hari SMRS,
penderita mengalami demam (+), demam muncul mendadak, demam naik
langsung tinggi, terus menerus, batuk (+), pilek (-), nyeri saat menelan (+),
nyeri di telinga (-), sakit kepala (+), kejang (-), nyeri di belakang bola mata
(-), nyeri sendi (+), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), bintik-bintik
perdarahan di kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah (-) buang air besar
berwarna hitam (-). BAB dan BAK biasa. Penderita belum dibawa berobat.
3 hari SMRS, penderita masih mengalami demam tinggi,
batuk (+), pilek (-), nyeri saat menelan (+), nyeri di telinga (-), sakit kepala
(+), kejang (-), nyeri di belakang bola mata (-), nyeri sendi (+), badan
terasa pegal-pegal (+), mual (+), muntah (-), nyeri perut (-), bintik-bintik
perdarahan di kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah (-) buang air besar
berwarna hitam (-). BAB dan BAK biasa. Penderita dibawa ke dokter dan
diberi azitromicin 1x500 mg tagrigen 3 x 1 tabdan flucadex 3x1 tab namun
demam masih tinggi.
3 hari SMRS penderita dibawa ke RS Bhayangkara dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan didapatkan hasil Hb 14.1,
Leukosit 4100, trombosit 146.000, Ht 41, DC : 0/0/1/70/17/4 dan dirujuk
ke RSMH karena kamar penuh dengan Diagnosis TDBD grade III.
Penderita dibawa ke IGD RSMH dengan kaki dan tangan dingin dan di
chalenge dengan RL 10 cc/kgbb. BAK terakhir pukul 06.30 WIB.
Penderita dirawat di High Care Unit bagian Departemen Ilmu Kesehatan
Anak.

42

Riwayat penyakit dahulu belum pernah mendapat penyakit dengan


keluhan yang sama. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
disangkal. Riwayat penyakit yang sama di lingkungan sekitar disangkal.
Riwayat kehamilan ibu normal dan riwayat kelahiran anak normal
ditolong dokter. Riwayat makanan mendapat ASI usia 0 2 tahun. Susu
formula usia 6 bulan 2 tahun. Bubur susu usia 6 bulan 8 bulan. Bubur
nasi usia 8 bulan 12 bulan. Nasi biasa umur 12 bulan sekarang.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan normal. Riwayat imunisasi tidak
lengkap. Riwayat perkembangan mental normal. Status gizi kurang.
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada anak tersebut,
mengindikasikan bahwa anak tersebut mengalami syok akibat demam
berdarah dengue atau Dengue Shock syndromes berdasarkan kriteria
WHO, yaitu :
1. Demam akut selama 2-7 hari.
2. Adanya minimal satu dari manifestasi perdarahan (uji torniquet positif,
ekimosis, purpura, petekie, perdarahan pada mukosa, hematemesis,
melena).
3. Gangguan sirkulasi, ditandai oleh penurunan tekanan darah, nadi
meningkat, isi dan tegangan kurang, akral dingin.
4. Kriteria laboratorium :
Trombositopenia (<100.000/mm)
Hemokonsentrasi (>20%).
Anak ini termasuk ke dalam Dengue Syok Syndrom grade III
dimana memenuhi kriteria adanya tanda DBD grade I dan II yang
ditambah kegagalan sirkulasi (isi dan tegangan nadi lemah, hearth rate
yang meningkat, tangan dan kaki yang dingin, hipotensi). Serta adanya
dukungan hasil lab dengan kesan trombositopenia dan peningkatan
hematokrit lebih dari 20%.
Diagnosis banding bisa didapatkan dengan mengenali pola
perjalanan penyakit seseorang. Pada awalnya penderita mengalami demam
tinggi secara mendadak kurang lebih lima hari yang lalu. Demam
menandakan adanya suatu proses infeksi, sehingga yang akan kita lakukan
selanjutnya

adalah

menentukan

mikroorganisme

apa

yang

telah

43

menginfeksi penderita, beberapa penyakit infeksi memiliki pola demam


yang spesifik, seperti pada kasus ini, pada kasus ini didapatkan bahwa
demam yang dialami oleh penderita adalah demam yang mendadak tinggi
dan muncul secara tiba-tiba, dimana ini merupakan ciri khas dari demam
yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Akan tetapi kita tidak dapat
menegakkan diagnosis demam dengue hanya dari pola saja, kita juga harus
menyingkirkan diagnosis lain dengan menanyakan gejala gejala khas pada
DBD yaitu gejala prodormal dan gejala pendarahan. Gejala prodormal
adalah sebagai berikut, nyeri sendi, mual muntah, dan nyeri bagian
belakang mata. Untuk mencari tanda pendarahan, kita dapat menanyakan
apakah ada bintik merah pada tubuhnya, ataupun gusi berdarah, selain
tanda pendarahan kita juga dapat menanyakan gejala lain dari DBD seperti
nyeri. Untuk menyingkirkan diagnosis demam typhoid kita dapat
menanyakan

keluhan

keluhan

yang

berhubungan

dengan

sistem

gastrointestinal seperti diare ataupun konstipasi, dan pada kasus ini tidak
ditemukan gejala GI tract. Kemungkinan penyakit lainya adalah malaria,
pada malaria demam yang dialami penderita juga memiliki pola khusus
seperti berselang satu hari, dua hari ataupun tidak berpola, jadi untuk itu
kita melihat apakah penderita tinggal di daerah yang merupakan endemik
malaria, ataupun pernah mengunjungi daerah yang merupakan endemik
malaria, pada kasus ini semua hal tersebut disangkal.
Pasien ini masuk kriteria rawat inap hingga kondisi pasien stabil.
Adapun komplikasi yang bisa terjadi pada pasien ini adalah perdarahan
massif, edema paru, kegagalan jantung dan ensefalopati dengue.
Prognosa pada pasien DSS tergantung dari beberapa faktor,
berdasarkan pemantauan yang dilakukan pada pasien ini, prognosisnya
dubia ad bonam.

44

DAFTAR PUSTAKA
1.

WHO. 2013. Dengue, Dengue Haemorrhagic Fever and Dengue Shock


Syndrome In The Context of Integrated Management of childhood Illness.

2.
3.

WHO/FCH/CAH/05.13.
Demam Berdarah Dengue. Available at ; www.medicastore.com
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan

4.

Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1985. p.607-21


Diktat Penyakit Infeksi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

5.

Universitas Hasanuddin Makassar. 2003. p. 39-57.


Wahono TD., dkk., Demam Berdarah Dengue.

6.

http://www.dkk-bpp.com
Rampengan T.H., Laurentz I.R., Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.

7.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997. p.136-157


Behrman RE., et.al. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition.Saunders,

8.

Philadelphia.2004
Pedoman Diagnosa dan Terapi Berdasarkan Gejala dan Keluhan. Prosedur

9.

Tetap Standar Pelayanan Medis IRD RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 1997.
Soegijanto S, et all. Demam Berdarah Dengue. Pedoman Diagnosa dan

Available

at

Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 1994.

45

10.

Soegijanto S, et all. Seminar Sehari Demam Berdarah Dengue. Surabaya.


1998. Http://www.bhj.org/journal/2001_4303_july01/review_380.htm

46

Anda mungkin juga menyukai