Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dari hari kehari semakin pesat dan
memasyarakat. Telah banyak ditemukan teknologi-teknologi baru
seperti internet, telepon, teleconference, handphone, telegram, dan
lain sebagainya. Aplikasi internet kini tumbuh berkembang secara
pesat. Sehingga tidak heran jika media komunikasi semacam ini kini
mulai

sangat

masyarakat

akrab

kita

dan

kental

sehari-hari.

dengan

Mulai

dari

aktivitas

kehidupan

aktivitas

pergaulan

(persahabatan) pemberitaan, jual beli, lelang, perjanjian, hiburan


dan bisnis. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menggunakan
untuk melakukan akad pernikahan jarak jauh.
Dewasa ini banyak ditemukan ilmu

pengetahuan

dan

teknologi yang dapat dirasakan oleh manusia, sehingga berdampak


positif apabila digunakan sesuai kebutuhan, dan begitu juga
berdampak negatif apabila digunakan tidak sesuai kebutuhan,. Pada
saat ini manusia berada di era milenium ketiga, di mana orang
banyak menyebut sebagai abad informasi yang sering ditandai
dengan ketidakpastian. Namun satu hal yang pasti bisa diramalkan
adalah bumi ini sekarang terasa sempit dan semakin terbatas.
Pandangan mengenai dunia semakin terbatas ini tidak hanya dari
segi kemajuan teknologi perhubungan yang semakin mempersempit
jarak dan waktu namun juga dari segi teknologi informasi.
1

Dengan
sekarang,

perkembangan

kemungkinan

teknologi

dilakukan

akad

komunikasi
nikah

seperti

melalui

alat

telekomunikasi teleconference dengan bantuan teknologi tersebut


sangatlah
(perjanjian)

besar

manfaatnya

pernikahan

jarak

sebagai
jauh.

media

Seperti

perantara

akad

nikah

akad
yang

dilakukan oleh pasangan Dewi Tarumawati dan Syarif Abdurrahman


Ahmad, yang mana kedua pasangan berada di tempat berbeda.
Yaitu Dewi yang berada di Bandung dan Syarif berada di Amerika
Serikat melangsungkan pernikahan di Bandung. Pernikahan Dewi
dengan Syarif Abdurrahman sebenarnya hampir sama dengan
pernikahan pada umumnya, ada mempelai wanita dan mempelai
laki-laki, wali nikah, dan dua saksi. Perbedaannya, mempelai lakilaki hadir tidak secara fisik dan sighat akadnya tidak satu majlis
melainkan dalam bentuk gambar di televisi. Jadinya, jadinya televisi
yang berukuran 29 inci menjadi pusat perhatian puluhan kerabat
yang hadir dalam acara tersebut, khusunya orangtua Dewi dab
Syarif.
Jika

dibandingan

dengan

surat

dan

telepon,

maka

teleconference dapat meyakinkan para pihak untuk dapat lebih


memahami pesan yang disampai oleh pihak yang mengirimkannya.
Teknologi tersebut dapat dengan cepat, bahkan dalam tempo yang
bersamaan, mampu menyampaikan pesan-pesan yang dimaksud.
Ketika calon mempelai pria dapat mendengar ijab dari wali dan
pula wali mendengar qabul dari pengantin pria melalui suara dan
wajah di monitor televisi dan para

saksi pun mendengar dan

melihatnya, maka pada saat itulah syarat akad telah terpenuhi.


2

Keadaan ini sama seperti

halnya ketika dibacakan surat dalam

pernikahan yang dilakukan melalui surat.1


Dalam pembahasan makalah ini penyusun akan mengkaji tentang
pengertian nikah via teleconference dan bagaimana istinbath
hukum Islam memandang hukum nikah via teleconference?
B. Pokok Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan nikah via teleconference?
2. Bagaimana istinbath hukum Islam memandang hukum nikah via
teleconference?

1 Skripsi, Fatah Zuhrufi, Akad nikah via net Meeting Telekonference.


3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan
Pengertian perkawinan: Dari segi bahasa perkawinan terjemahan dari
kata nakaha dan zawaja yang berarti pasangan 2. Kata zawaja dalam
berbagai bentuknya disebut tidak kurang 80 kali dalam al-Quran,
sementara kata nikah dalam berbagai bentuknya ditemukan 23 kali
(Khoirudin, 2004:15)
Dari segi istilah: (1) Akad atau perjanjian yang mengandung maksud
membolehkan hubungan kelamin dengan menggunakan lafaz nakaha
atau zawaja (Amir Syarifuddin, 2006:37).
Rukun menurut ulama Hanafiyah adalah hal-hal yang menentukan
keberadaan sesuatu , dan menjadi bagian di dalam esensinya. Sedangkan
syarat menurut mereka adalah hal yang menentukan keberadaan
sesuatu, dan bukan merupakan bagian di dalam esensinya.3
2 Syarifudin, Amir, Hukum Perkawinanan Islam di Indonesia, Jakarta:
Kencana.Hlm. 35-40
3 Ibid,Hlm.59-58
4

Rukun menurut jumhur ulama adalah hal-hal yang menyebabkan


keberadaan sesuatu. Sesuatu tersebut tidak akan terwujud melainkan
dengannya, atau dengan kata lain, merupakan hal yang harus ada.
Sedangkan syarat menurut mereka adalah hal-hal yang menentukan
keberadaan sesuatu dan bukan merupakan bagian darinya.
Rukun pernikahan menurut ulama hanafiyah: hanya ijab dan qabul
saja. Sedangkan menburut jumhur ada empat, yaitu shigat (ijab-qabul),
istri, suami, dan wali. Suami dan wali 2 orang yang mengucapkan akad.
Sedangkan maqud alaih-nya (yang dijadikan akad) adalah al-istimta
(bersenag-senang) yang merupakan tujuan kedua mempelai dalam
melangsungkan perkawinan
Syarat-syarat saksi:4
1.Mempunyai kapabilitas untuk mengemban persaksian, yakni telah
balig dan berakal
2.

Dengan

kehadiran

mereka

hendaknya

terwujud

makna

pengumuman akan adanya pernikahan


3.

Hendaknya

mampu

menghargai

pernikahan

ketika

menghadirinya
4.

Laki-laki. Merupkan syarat menurut mayoritas ulama fikih

selain Hanafiyah. Ulama Hanafiyah boleh 1 laki-laki dan 2 orang


perempuan.

4 Ibid, Hlm 59-70


5

5.

Adil. Mayoritas ulama berpendapat (dalam 2 pendapat yg

paling kuat dari

pendapat imam Ahmad dan pendapat yg benar

menurut imam al-Syafii tidak sah kesaksian orang yg fasik. Ulama


Hanfiyah

berpendapat

keadilan

bukan

merupakan

syarat

persaksian.
6.

Islam, disepakati oleh seluruh ulama.

7.

Dapat melihat

8.

Mendengar perkataan para pihak yg berakad.

Ulama Hanafiyah (sebagaimana riwayat yg jelas dari Abu Hanifah dan


Abu Yusuf: Bagi perempuan berakal yg telah balig boleh menikahkan
dirinya sendiri dan putrinya yg masih kecil.

B. Pernikahan via Telekonference

Teleconference

adalah penggunaan video/teknologi suara

dan

computer yang memungkinkan orang pada posisi yang berjauhan untuk


saling melihat, mendengar, dan berbicara satu sama lain. Konferensi
video dimana data yang ditransmisikan adalah dalam bentuk video atau
audiovisual.

Videoconference

adalah

telekomunikasi

dengan

menggunakan audio atau video sehingga terjadi pertemuan di tempat


yang berbeda-beda. Ini bisa berupa antara dua lokasi yang berbeda
(point-to-point) atau mengikutsertakan beberapa lokasi sekaligus di dalam
satu ruangan konferensi (multi-point).5
5http;//www.geocities.com/GEO/t/teleconference.htm, akses tanggal 12
September 2015 pukul 20.00 WIB
6

Tentang tata cara pelaksanaan atau prosesi akad nikah via Net Meeting
Teleconference ini sama dengan akad nikah pada umumnya, yaitu adanya
kedua calon mempelai, wali, saksi, dan pegawai KUA (penghulu), serta
keluarga yang ingin turut mempersaksikannya. Perbedaan hanya pada
ketidak hadirannya pihak yang berakad (baik dari pihak mempelai laki-laki
maupun wali dari perempuan) secara fisik di satu majelis akad nikah
berlangsung, melainkan melalui layar monitor yang berukuran besar (big
screen) untuk memastikan semua pihak siap melangsungkan akad
nikahnya pada tempat yang berbeda, jadi layar monitor tersebutlah yang
menjadi pusat perhatian para hadirin.

C. Analisis Hukum Pernikahan via Telekonference

Pernikahan ini di Indonesia mungkin sangat jarang namun juga tidak


memungkiri

bahwa

sudah

banyak

terjadi.

Pernikahan

melalui

telekonference dilakukan antara pmempelai laki-laki dan perempuan yang


diwakili wali dalam melakukan ijab qabul berada pada dua tempat yang
berjauahan. Mereka disambngkan dengan teknologi untuk dapat bertatap
Muka Langsung Dengan Media Teleconference Tersebut.
Di dalam masyarakat yang dinamis, selalu terjadi berbagai perubahan
termasuk dengan term pernikahan melalui telekonference. Namun sah
atau tidaknya pernikahan ini dipandang dari hukum Islam dapat dilihat
dari menelaah pengertian syarat dan rukukn perkawinannya sebagai
berikut:

1. Saksi6
jumhur ulama bersepakat bahwa sebuah pernikahan tidak akan sah
kecuali hadirnya saksi-saksi dengan persyaratan saksi sesuai
dengan teori yang telah dipaparkan. Kecuali ulama malikiyyah,
mereka tidak mensyaratkan adanya saksi, namun pernikahan wajib
diumumkan kepada khalayak umum.
Dari persyaratan saksi tersebut yang masih dalam taraf perdebatan
adalah masakah saksi yang dapat melihat atau tidak. Banyak
pendapat yang masih memepermasalahkan itu dikalangan ulama.
Namun yang perlu digaris bawahi dari pendapat-pendapat tersebut
disini adalah fungsi dan peran saksi dalam akad nikah adalah untuk
menjadi saksi sekaligus bukti atas pelaksanaan akad nikah yang jika
suatu saat terjadi pengingkaran, maka saksi dipanggil untuk
didengarkan

kesaksiannya

serta

untuk

memenuhi

syarat

pengumuman pernikahan.
Maka dari itu dalam akad nikah via telekonference karena berjauhan
tempatnya dan tidak dalamsatu majlis maka saksi dalam pernikahan
disini

dapat

ditambah

menjadi

empat

orang

saksi.

Hal

ini

dimaksudkan 2 orang di tempat mempelai laki-laki dan dua orang di


tempat mempelai perempuan. Hal ini diambil sesuai dengan prinsip
kehati-hatian dalam menghindari kemungkinan pemalsuan dan
penghianatan.

6 T, Chaoiruzzamah dkk, Problematika Hukum Islam Kontemporer,I,


PustakaFirdaus:Jakarta.
8

Dengan keberadaan definisi tersebut, maka ketika illat dari adanya


saksi terpenuhi dalam akad nikah sudah semestinya akad nikah
melalui telekoference adalah sah.
2. Majlis Akad7
Akad menggunakan media telekonference memang berbeda dengan
akad secara langsung bertatap muka dalam satu tempat.
Para fuqaha sepakat bahwa akad nikah itu dilaksanakan dalam satu
majlis. Baik wali maupun yang mewakilinya, calon suami atau yang
mewakilinya dan kedua orang saksi semuanya dapat terlihat dalam
satu tempat.

Maka apakah dengan surat atau gambar seseorang

saja dapat mewakili pengertian satu majlis tersebut?


Satu majkis (ittihad al-Majlis ) bisa bermakna

satu waktu, satu

lokasi, satu posisi. Perbedaan tempat yang disatukan dengan media


komunikasi modern ini membuat dua tempat yang berjauhan itu
menjadi dekat/ menyatu (taaddud al-makan fi manzili al-ittihad almakan). Dan dalam hal ini satu majlis itu dianggap berakhir bila:
a. Alat komunikasi yang menghubungkan dua orang yang berakad
itu berakhir/ terputus.
b. Salah satu orang yang berakad atau keduanya berpaling dari ijab
c. Salah satu orang yang berakad atau keduanya berubah posisi.
Misalnya dari duduk menjadi berdiri.
d. Terdiam dalam jangka waktu lama.
e. Urf (dalam adata kebiasaan dianggap telah berakhir)
f. Apabila sah satu orang yang berakad melakukan kegiatan lain
seperti makan, minum dll.
Namun dari beberapa keurgensian pernikahan telekonference yang
dilakukan karena kebanyakan disebabkan suatu keadaan mendesak
7 Ibid.,
9

dan teknologi yang juga telah banyak digunakan oleh masyarakat


luas dan para mempelai juga umumnya sudah saling mengenal
pasangannya masing-masing sebelumnya. Maka hal ini dapat
disamakan dengan satu majlis dimana teknologi dapat menyatukan
suatu tempat yang jauh.
Selanjutnya juga ada pendapat yang rajih bahwa majlis akad melalui
media komunikasi adalah bersifat abstrak dikarenakan pihak-pihak
yang terlibat tidak secara langsung (fisik) secara satu majlis.oleh
karena itulah majlis akad melalui telekonference dianggap ada
ketika para pihak masih berkomunikasi dan masih dalam satu topik
pembahsan dan tidak terputus.8
3. Ijab Qabul
Menurut pendapat jumhur ulama pernikahn dianggap sah apabila
ada akad yang memuat ijab dan qabul. Dan para ulama juga
mensyaratkan ijab qabul dengan beberapa poin:
a. Diucapkan dengankata-kata tazwij dan inkah.malikiyyah yang
memeperbolehkan untuk memaki kata-kata hibbah (pemberian).
b. Ijab qabul harus dilaksanakan dalam satu majlis. Mayoritas
mengartikan satu tempat secara fisik (malikiyyah, syafiiyyah,
dan hanabillah). Berbeda dengan hanafiyyah yang memahami
satu majlis bukan dari fisik para pihak, namun hanya ijab qabul
para pihak yang disatu tempat dan secara berkontinyu. Dari
pendapat tersebut hanafiyah memeperbolehkan akad nikah
dengan surat.

8 Skripsi, Fatah Zuhrufi, Akad nikah via net Meeting Telekonference.


10

Maka dalam hal ini ijab qabul dalam nikah via telekonference
dianggap

dapat

tersampaikan

dan

dianggap

sah.

Meski

dimungkinkan atau dikhawatirkan terjadinya gangguan jaringan


yang menyebabakan tidak jelasnya lafadh ijab qabul.
Maka dari beberapa pemapara diatas, maka dapat ditarik suatu
gambaran

bahwa

pernikahan

via

telekonference

itu

bisa

dilakukan namun dengan persyaratan-persyaratan tertentu dan


dalam kondisi tertentu. Dalam artian lain dapat dikatakan sah
namun bersifat kasuiatis (tergantung dari tingkat keurgenant-an).
Maka disini untuk menentukan sah atau tidak paling tidak ada
dua syarat yang dapat digunakan yaitu:
a. Calon memepelai laki-laki atau yang mewakilinya dan wali
perempuan atau yang mewakilinya dianggap satu majlis.
Majma alfiqh dalam hal ini berpendapat bahwa huku telepon,
HP, dan telekonference dalam melakukan transaksi: jiak
kedua belaj piahak berada dalam satu waktu, sedangkan
tempatnya berjauhan, dan media-media internet, HP, telepon
dapat mendekatnkannya, maka transaksi keduanya dianggap
sebagai transaksi anatara dua pihak yang saling bertemu
dalam satu majlis.
b. Pernikahan tersebut harus dilaksanakan oleh 2 orang saksi
atau lebih
Hal ini mengingat dikhawatirkan terjadi penipuan dan lain
sebgaianya maka alangkah lebih baiknya dilakukan dengan 2
orang saksi di pihak perempuan dan 2 orang saksi dipihak
laki-laki.
BAB III
11

PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Keabsahan perkawinan melalui teleconference menurut hukum


Islam adalah sah yang memandang dan tergantung pada kondisi dan
keadaan

urgensitas

masing-masing.

Dan

hal

ini

kemudian

pernikahan tersebut sah dengan syarat tertentu.


Bahwa perkawinan melalui teleconference adalah sah secara
hukum, baik berdasarkan hukum Islam dengan pertimbangan
bahwa:
a.

Syarat-syarat

perkawinan

terpenuhi,

diantaranya:
b.
Rukun dan syarat perkawinan terpenuhi.
Sedangkan syarat untuk dianggap pernikahan via telekonference itu
sah yaitu :
1. Pernikahan itu tetap dianggap satu majlis jika tetap dalam satu
komunikasi bahasan dan tidak terjadi gangguan pada jaringan
yang menyebabkan proses ijab qabul menjadi terputus atau tidak
tersampaikan secara jelas
2. Saksi dalam pernikahan ini ditabahkan tidak hanya dua orang
melainkan lebih. Yakni minimal menjadi 2 orang di pihak
perempuan dan 2 orang dipihak laki-laki.
3. Pernikahan ini dilakukan benar-benar dalam kondisi yang urgent,
dan berada di dalam dua wilayah geografis yang berjauhan.

Daftar Pustaka
12

Ahmad azhar basyir ,hukum perkawinan islam ,(Yogyakarta :UII PRES,2002)

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, 2009, Jakarta: Kencana.

Chuzaimah T. yanggo dan hafiz ansary problematika hukum islam kontemporer,jilid 1(jakarta
: pustaka firdaus 2002)

Skripsi, Fatah Zukhrufi, Akad nikah via net Meeting Telekonference, Syariah
dan Hukum, 2012.
Depag .komp, kompilasi hukum islam( jakarta: Dirjen pembinaan kelembagaan agama islam ,
2000)
http;//www.geocities.com/GEO/t/teleconference.htm, akses tanggal 12
September 2015 pukul 20.00 WIB

13

Anda mungkin juga menyukai