I. ANAMNESIS
I.
II.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. T
Umur
: 61 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
: Sugong,Lemahabang,Cirebon
Tanggal Masuk
: 1 September 2014
Tanggal Periksa
: 2 September 2014
No RM
: 745143
Keluhan Utama
Sesak nafas
III.
IV.
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: ada
1
V.
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Jantung
: disangkal
: disangkal
Riwayat merokok
perhari)
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
B. Tanda Vital
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 37,5 C
C. Kepala
: mesochepal, simetris.
D. Mata
E. Hidung
F. Telinga
G. Mulut
H. Leher
I. Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Hiperonor/ Sonor
Auskultasi
J. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Tympani
Palpasi
K. Trunk
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
L. Ekstremitas
Oedem
Akral dingin
M. Rumple Leed
Hasil (-) Negatif
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium darah
Hb
Hct
RBC
WBC
PLT
Netrofil Segmen
Netrofil Batang
Basofil
Eosinofil
LYM
MON
: 15,3 g%
: 49 %
: 4,9 mm3
: 7500 mm3
: 176.000 mm3
: 51
:1%
:0%
:4%
: 35 %
:9%
B. EKG
Gambar 1. EKG
Interpretasi
- Normal sinus rhytme
- Left atrial enlargment
- Prolonged QT
IV. ASSESSMENT
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
DD :
- Asthma
V. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Paru
1. O2 3L/mnt
2. Nebulasi Combivent 1A/8 jam
3. IVFD RL/8 Jam
4. Simexim 2x1
5. Antrain 3x1
6. Ranitidin 2x1
7. Dexamethason 2x1
8. Ambroxol Syr 3x1 c
-
3. Sosiomedik
4. Psikologi
Psikoterapi
suportif
mengurangi
kecemasan
pasien
VI.
Planning
A. Planning Diagnostik
B. Planning Terapi
: tidak ada
C. Planning Edukasi
D. Planning Monitoring
VII.
Goal
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: baik
Ad sanam
: dubia et malam
Ad fungsionam
: dubia et bonam
PEMBAHASAN
Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive
Faktor Resiko
Merokok bukan satu-satunya hal yang dapat menyebabkan terjadinya
o Age
Usia merupakan faktor tersering yang dijadikan penyebab COPD
selain merokok. Semakin panjang usia seseorang semakin sering
terpapar pajanan polutan dan menurunnya fungsi paru-paru.
o Lung Growth and Development
Pertumbuhan dan perkembangan paru-paru yang dialami seseorang
saat masa gestasi dan kelahiran yang kurang baik dan paparan polutan
pada masa kanak-kanak dan remaja yang terlalu sering dapat
mengurangi fungsi maksimal paru-paru sehingga dapat meningkatkan
resiko COPD.
o Exposure to Particles
Asap pabrik, gas kendaraan bermotor, gas pembakaran saat memasak
di dalam rumah yang kurang ventilasi adalah beberapa partikel yang
juga dapat meningkatkan resiko inflamasi pada paru-paru seseorang.
o Sosioeconomic Status
Paparan polusi udara baik di dalam ruangan maupun di lingkungannya,
kurangnya nutrisi, pajanan infeksi adalah hal-hal yang terkait pada
golongan sosioekonomi rendah dapat meningkatkan resiko COPD.
o Asthma/ Bronchial Hiperactivity
Asma dapat merupakan faktor resiko berkembangnya COPD pada
seseorang, hasil penelitian kohort oleh Tucson Epidemiological Study
of Airway Obstruction Diesease, pada orang dewasa yang menderita
asma memiliki 20% resiko lebih tnggi berkembangnya COPD
dibandingkan orang yang tidak mempunyai asma
o Chronic Bronchitis
Beberapa studi menyebutkan bahwa hipersekresi mukus pada orang
yang terpapar bronkitis kronis dapat dihubungkan dengan FEV
decline.
o Infection
Paparan infeksi berat selama masa kanak-kanak dapat mengurangi
fungsi paru pada masa dewasa.
Patofisiologi
sesak. Pada bronkitis kronik, saluran pernapasan yang berdiameter kecil (<
2mm) menjadi lebih sempit dan berkelok-kelok. Penyempitan ini terjadi
karena metaplasi sel goblet. Saluran napas besar juga menyempit karena
hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus. Pada emfisema paru, penyempitan
saluran napas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru (Sat Sharma,
2006).
Diagnosis
o Tanda dan gejala (GOLD, 2014)
Sesak nafas progresif (memburuk hari ke hari), persisten,
o Pemeriksaan Fisik
inspeksi : bentuk dada barrel chest, pelebaran sela iga
palapasi : fremitus melemah, sela iga melebar
perkusi : hipersonor, batas paru-hati lebih rendah
auskultasi : suara vesikuler melemah atau normal, ekspirasi
memanjang, rhonki, dan wheezing.
o Foto Thorak
hiperinflasi
corakan bronkovesikuler
hiperlusen
diafragma mendatar
jantung pendulum
11
Normal
Hyperinflation
o Spirometri :
30%<VEP1<80% prediksi
VEP1/KVP <75%
Klasifikasi :
Penentuan
klasifikasi
(derajat)
COPD
sesuai
dengan
ketentuan
Diagnosis Banding :
Asma
Gagal jantung kongestif
Bronkiektasis
Tuberkulosis
13
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan penderita PPOK adalah untuk mengurangi
gejala, mencegah eksaserbasi, memperbaiki dan mencegah penurunan faal
paru, dan meningkatkan kualitas hidup. Adapun modalitas terapi yang
digunakan terdiri dari unsur edukasi, obat-obatan, oksigen, ventilasi mekanik,
nutrisi dan rehabilitasi.
1. Pencegahan: mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara.
2. Terapi eksaserbasi akut dengan:
a. antibiotik
b. terapi oksigen
c. chest fisioterapi
d. bronkodilator
3. Terapi jangka panjang dengan:
a. antibiotik
b. bronkodilator
c. latihan fisik untuk meningkatkan toleransi fisik
d. mukolitik dan ekspektoran
e. terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 < 7,3 kPa (55 mmHg) (Alsaggaf dkk,
2004)
f. Rehabilitasi:
1) chest fisioterapi
a) Pernapasan Diafragma, tenik ini melibatkan pelatihan
pasien tersebut untuk menggunakan diafragmanya saat
merelaksasi otot abdominalnya selama inspirasi. Pasien
tersebut dapat merasakan naiknya abdomen, sementara
dinding toraksnya masih diam.
b) Pursed Lip Breathing (pernapasan bibir yang disokong),
bibir pasien disokong saat ekspirasi untuk mencegah
terjebaknya udara akibat kolapsnya jalan udara yang kecil.
14
perlengkapan
adaptif
untuk
meningkatkan
pasien
yang
memungkinkan
sekresi
paru
mengalir
Kontra indikasi:
-
Peningkatan TIK
Segera setelah makan
Refleks batuk (-)
Penyakit jantung akut
Gangguan sistem pembekuan
Postural Drainage juga merupakan suatu rangkaian latihan
18
20
Fraktur iga
Cedera dada traumatik
Perdarahan atau emboli paru Mastektomi
Pneumotoraks
Lesi metastatik pada iga
Osteoporosis
Trauma medulla servikal
Trauma abdomen
3. Vibrasi
Vibrasi meningkatkan kecepatan dan turbulensi udara
ekshalasi untuk mendorong sekret dan merupakan tindakan
mekanik kedua setelah perkusi atau dapat digunakan sebagai ganti
perkusi bila dinding dada nyeri sekali.
Tujuan vibrasi adalah untuk membantu mengeluarkan
sekret dan merangsang terjadinya batuk. Getaran pada kulit akan
sampai pada paru akan membantu menghilangkan mukus.
21
Prognosis
Indikator: umur dan keparahan
Jika ada hipoksia dan cor pulmonale : prognosis jelek
Dyspnea, obstruksi berat saluran nafas, FEV1 <0.75 L (20%) angka
kematian meningkat, 50% pasien berisiko meninggal dalam waktu 5
tahun.
22
DAFTAR PUSTAKA
Aditama Tjandra Yoga. 2005. Patofisiologi Batuk. Bagian Pulmonologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RS Persahabatan. Jakarta.
Alsaggaf Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit
Paru FK Unair. Surabaya.
Garisson Susan J. 2001. Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Departement
of Physical Medicine and Rehabilitation. Texas
Sat Sharma. 2006. Obstructive Lung Disease. Division of Pulmonary Medicine,
Department of Internal Medicine, University of Manitoba.
www.emedicine.com
23