:
:
:
:
:
:
:
PENAWARAN UMUM
Dalam rangka Penawaran Umum ini, Saham Baru yang ditawarkan seluruhnya terdiri
dari saham biasa atas nama yang berasal dari portepel dan akan memberikan kepada
pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham lainnya
dari Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh, termasuk hak atas pembagian
dividen, hak untuk mengeluarkan suara dalam RUPS, hak atas pembagian saham bonus
dan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum,
maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah
Penawaran Umum, secara proforma menjadi sebagai berikut :
Sebelum Penawaran Umum
Jumlah Nilai
Jumlah
Nominal
Saham
@Rp100 per
saham (Rp)
Keterangan
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
Pemegang Saham
PT Megapratama Karya
Persada
PT Maharama Sakti
PT Gloria Mulia
PT Kalimaya Pundi Bumi
PT Safira Prima Utama
PT Nilam Biru Bersinar
Masyarakat
Jumlah Modal Ditempatkan
dan Disetor Penuh
Jumlah Saham Dalam
Portepel
4.000.000.000 400.000.000.000
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
Pemegang Saham
PT Megapratama Karya
Persada
PT Maharama Sakti
PT Gloria Mulia
PT Kalimaya Pundi Bumi
PT Safira Prima Utama
PT Nilam Biru Bersinar
Masyarakat
Masyarakat hasil opsi
penjatahan lebih
Jumlah Modal Ditempatkan
dan Disetor Penuh
Jumlah Saham Dalam
Portepel
INFORMASI DALAM PROSPEKTUS RINGKAS INI MASIH DAPAT DILENGKAPI DAN ATAU DIUBAH. PERNYATAAN PENDAFTARAN EFEK INI TELAH DISAMPAIKAN
KEPADA OJK NAMUN BELUM MEMPEROLEH PERNYATAAN EFEKTIF DARI OJK. PROSPEKTUS RINGKAS INI HANYA DIGUNAKAN DALAM RANGKA PENAWARAN
AWAL TERHADAP EFEK INI. EFEK INI TIDAK DAPAT DIJUAL SEBELUM PERNYATAAN PENDAFTARAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA BAPEPAM-LK MENJADI
EFEKTIF. PEMESANAN PEMBELIAN EFEK INI HANYA DAPAT DILAKSANAKAN SETELAH CALON PEMBELI ATAU PEMESAN MENERIMA ATAU MEMPUNYAI
KESEMPATAN UNTUK MEMBACA PROSPEKTUS RINGKAS INI.
OJK TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI
PROSPEKTUS. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.
OJK TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI
PROSPEKTUS. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.
SAHAM YANG DITAWARKAN DALAM PENAWARAN UMUM INI SELURUHNYA AKAN DICATATKAN PADA PT BURSA EFEK INDONESIA.
4.000.000.000 400.000.000.000
69.900.000.000
100.000.000
5.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
5.000.000.000
-
69,90
0,10
5,00
10,00
10,00
5,00
-
699.000.000
1.000.000
50.000.000
100.000.000
100.000.000
50.000.000
162.750.000
69.900.000.000
100.000.000
5.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
5.000.000.000
16.275.000.000
60,12
0,09
4,30
8,60
8,60
4,30
14,00
3.000.000.000 300.000.000.000
2.837.250.000 283.725.000.000
Keterangan
PROSPEKTUS RINGKAS
4.000.000.000
400.000.000.000
699.000.000
1.000.000
50.000.000
100.000.000
100.000.000
50.000.000
162.750.000
69.900.000.000
100.000.000
5.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
5.000.000.000
16.275.000.000
60,12
0,09
4,30
8,60
8,60
4,30
14,00
699.000.000
1.000.000
50.000.000
100.000.000
100.000.000
26.750.000
162.750.000
69.900.000.000
100.000.000
5.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
2.675.000.000
16.275.000.000
60,12
0,09
4,30
8,60
8,60
2,30
14,00
23.250.000
2.325.000.000
2,00
4.000.000.000 400.000.000.000
1.162.750.000
2.837.250.000
283.725.000.000
2.837.250.000 283.725.000.000
Keterangan
: 30 April 2013
: Rp827.161.768.449
: Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 tidak
dikenakan bunga, setelahnya akan dibebankan
bunga pinjaman sesuai dengan suku bunga pinjaman
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
: Sampai dengan dilunasinya pinjaman
Kantor Pusat:
Siloam Hospitals Lt. 5
Jl. Siloam No. 6, Lippo Village
Tangerang 15811, Indonesia
Tel : (021) 25668000, Fax : (021) 5460075
website: www.siloamhospitals.com
email: corporate.secretary@siloamhospitals.com
PT Ciptadana Securities
Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Para Penjamin Emisi Efek Menjamin Dengan Kesanggupan Penuh (Full Commitment)
Terhadap Penawaran Saham Perseroan
RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI PERSEROAN ADALAH RISIKO TERKAIT PELUANG PERTUMBUHAN DAN PENERAPAN STRATEGI PERTUMBUHAN PERSEROAN.
KEGAGALAN PERSEROAN DALAM MENGANTISIPASI DAN/ATAU MENCERMATI RISIKO TERSEBUT DIATAS DAPAT BERDAMPAK MATERIAL DAN MERUGIKAN
TERHADAP KEGIATAN USAHA, KONDISI KEUANGAN, HASIL OPERASI DAN LIKUDITAS PERSEROAN. RISIKO USAHA PERSEROAN SELENGKAPNYA DICANTUMKAN
PADA BAB VI PROSPEKTUS.
RISIKO TERKAIT DENGAN KEPEMILIKAN ATAS SAHAM PERSEROAN YAITU TIDAK LIKUIDNYA SAHAM YANG DITAWARKAN PADA PENAWARAN UMUM INI,
MENGINGAT JUMLAH SAHAM YANG DITAWARKAN PERSEROAN TIDAK TERLALU BESAR, MAKA TERDAPAT KEMUNGKINAN SAHAM PERSEROAN AKAN
MENJADI TIDAK LIKUID PERDAGANGANNYA. DENGAN DEMIKIAN, PERSEROAN TIDAK DAPAT MEMPREDIKSI APAKAH PASAR DARI SAHAM PERSEROAN AKAN
AKTIF ATAU LIKUIDITAS SAHAM PERSEROAN AKAN TERJAGA.
PERSEROAN TIDAK MENERBITKAN SURAT KOLEKTIF SAHAM HASIL PENAWARAN UMUM INI, TETAPI SAHAM-SAHAM TERSEBUT AKAN DIDISTRIBUSIKAN
SECARA ELEKTRONIK YANG AKAN DIADMINISTRASIKAN DALAM PENITIPAN KOLEKTIF DI PT KUSTODIAN SENTRAL EFEK INDONESIA (KSEI).
Rincian
Tujuan penggunaan pinjaman
Keterangan
: Untuk keperluan belanja modal sesuai kegiatan
usaha Perseroan, terutama untuk pembelian aset
tetap dan pembayaran saham dari rumah sakit yang
diakuisisi pada tahun 2011 dan 2012.
Persetujuan kreditur atas pembayaran/ : Tidak
diperlukan
persetujuan
kreditur
atas
pelunasan dini
pembayaran/pelunasan dini
Sifat hubungan afiliasi
: Pinjaman dari induk perusahaan kepada anak
perusahaan
3. Sekitar 20,00% akan digunakan oleh Perseroan untuk investasi terkait kesempatan
akuisisi dan penambahan portofolio rumah sakit Perseroan dalam kurun waktu 2013
sampai dengan tahun 2015 guna pengembangan kegiatan usaha Perseroan melalui:
a. Akuisisi rumah sakit;
b. Akuisisi perusahaan-perusahaan yang memiliki rumah sakit; dan
c. Akuisisi aset yang dapat bersinergi dengan dan memberi manfaat tambahan serta
mendukung kegiatan usaha Perseroan
Dalam hal Perseroan akan melaksanakan transaksi dengan menggunakan dana hasil
Penawaran Umum yang merupakan transaksi afiliasi dan transaksi yang mengandung
benturan kepentingan transaksi tertentu dan/atau transaksi material, Perseroan akan
memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam-LK No. IX.E.1
tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan dan/atau Peraturan Bapepam-LK
No. IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.
PERNYATAAN UTANG
(dalam miliar Rupiah)
Uraian
Jumlah
Liabilitas Jangka Pendek
Utang Usaha - Pihak Ketiga
Utang Bank Jangka Pendek
Beban Akrual
Uang Muka Pasien
Utang Pajak
Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya
Bagian Lancar atas Utang Bank Jangka Panjang
Bagian Lancar atas Laba yang Ditangguhkan atas Transaksi Jual dan Sewa Balik
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Utang Bank Jangka Panjang
Utang Pihak Berelasi Non-Usaha
Laba yang Ditangguhkan atas Transaksi Jual dan Sewa Balik
Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Panjang
Liabilitas Pajak Tangguhan
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang
Jumlah Liabilitas
159,6
4,9
31,9
11,2
12,5
39,4
11,4
11,9
282,8
50,9
827,2
138,8
83,1
6,9
1.106,9
1.389,7
Peraturan Pemerintah
Kegiatan usaha Perseroan sangat bergantung pada peraturan Pemerintah, dan
membutuhkan lisensi dan perijinan. Perubahan dan peraturan Pemerintah dapat
berdampak negatif pada harga dan ketersediaan usaha Perseroan. Sebagai tambahan,
investasi Pemerintah di sektor kesehatan dapat mempengaruhi permintaan terhadap
kegiatan usaha Perseroan.
Pendapatan
Pendapatan Perseroan terdiri dari:
Pendapatan rawat inap: pendapatan berasal dari jasa penunjang medis dan jasa
tenaga ahli, obat dan perlengkapan medis, kamar rawat inap, pendapatan administrasi,
kamar operasi, kamar bersalin dan lain-lain; dan
Pendapatan rawat jalan: pendapatan berasal dari jasa penunjang medis dan jasa
konsultasi, obat dan perlengkapan medis, pendapatan registrasi dan lain-lain.
Beban Pokok Pendapatan
Beban Pokok Pendapatan Perseroan terdiri dari:
Rawat inap: beban tersebut meliputi gaji dan kesejahteraan karyawan (termasuk jasa
tenaga ahli), obat dan perlengkapan medis, perlengkapan klinik, pernyusutan, makanan
dan minuman, perbaikan dan pemeliharaan dan lain-lain.
Rawat jalan: beban tersebut meliputi gaji dan kesejahteraan karyawan (termasuk
jasa tenaga ahli), obat dan perlengkapan medis, pernyusutan, perlengkapan klinik,
perbaikan dan pemeliharaan dan lain-lain.
Beban gaji dan kesejahteraan karyawan untuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap
sebagaimana tercantum di atas meliputi: jasa tenaga ahli, dan jasa konsultasi yang
dibayarkan kepada dokter yang memberikan pelayanannya di rumah sakit Perseroan
untuk periode-periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2013, dan untuk
tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2010, 2011, dan 2012 adalah sebesar
Rp 211,8 miliar, Rp328,5 miliar, Rp378,2 miliar, Rp515,4 miliar secara berurutan.
Beban Usaha
Beban usaha Perseroan terdiri dari gaji dan kesejahteraan karyawan, listrik dan air, biaya
pemasaran dan iklan, pelatihan dan pengembangan, transportasi dan akomodasi, sewa,
perbaikan dan perawatan, penyusutan dan lain-lain.
Penghasilan Bunga
Penghasilan bunga terdiri dari deposito pada Bank.
Beban Keuangan
Beban keuangan terdiri dari beban administrasi bank, dan beban bunga dari fasilitasi
pinjaman. Meskipun beban adminstrasi bank terkait dengan beban merchant kartu
kredit, Perseroan mengklasifikasi beban tersebut sebagai beban keuangan, bukan
beban penjualan karena Perseroan mempertimbangkan beban tersebut sebagai beban
penagihan.
Beban Pajak
Penghasilan bunga merupakan penghasilan bunga dari rekening bank dan deposito berjangka.
Kinerja Operasional Perseroan
Untuk periode empat bulan yang berakhir tanggal 30 April 2013 dengan periode
empat bulan yang berakhir tanggal 30 April 2012
Pendapatan. Pendapatan Perseroan meningkat sebesar 47,8% menjadi Rp789,5 miliar
untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2013 dari Rp534,3 miliar
untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2012. Peningkatan tersebut
sebagian besar disebabkan oleh peningkatan jasa penunjang tenaga medis dan jasa
tenaga ahli serta obat dan perlengkapan medis rawat inap yang masing-masing sebesar
Rp61,0 miliar dan Rp75,7 miliar atau meningkat masing-masing sebesar 52,5% dan 69,1%
dibandingkan dengan tanggal 30 April 2012. Peningkatan pendapatan Perseroan juga
disebabkan oleh peningkatan jasa penunjang tenaga medis dan jasa tenaga ahli serta
obat dan perlengkapan medis rawat jalan yang masing-masing sebesar Rp41,1 miliar dan
Rp22,6 miliar atau meningkat masing-masing sebesar 28,9% dan 32,0% dibandingkan
dengan tanggal 30 April 2012. Peningkatan tersebut di atas terutama disebabkan dengan
baru dibukanya Rumah Sakit Umum Siloam, Siloam Hospitals Manado, Siloam Hospitals
Makassar, Siloam Sriwijaya, Siloam Hospitals Cinere pada tahun 2012 serta Siloam
Hospitals Bali pada awal tahun 2013, meningkatnya jumlah pasien dan meningkatnya
permintaan layanan medis yang kompleks.
Beban pokok pendapatan: Beban pokok pendapatan meningkat sebesar 49,2% menjadi
Rp581,2 miliar untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2013 dari
Rp389,5 miliar untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2012.
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya beban pokok pendapatan
rawat inap yang terdiri dari peningkatan gaji dan kesejahteraan karyawan, obat dan
perlengkapan medis, penyusutan; dan lain-lain masing-masing sebesar Rp57,8 miliar;
Rp26,7 miliar; Rp14,3 miliar dan 10,9 miliar atau meningkat masing-masing sebesar 52,4%;
30,0%; 109,4%; dan 180,2% Dibandingkan pada tanggal 30 April 2012. Di samping itu,
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya beban pokok pendapatan
rawat jalan yang terdiri dari peningkatan gaji dan kesejahteraan karyawan, obat dan
perlengkapan medis yang masing-masing sebesar Rp26,2 miliar; dan Rp33,4 miliar
atau meningkat masing-masing sebesar 31,5%; dan 77,2% dibandingkan pada tanggal
30 April 2012. Peningkatan tersebut di atas terutama disebabkan dengan baru dibukanya
Rumah Sakit Umum Siloam, Siloam Hospitals Manado, Siloam Hospitals Makassar,
Siloam Sriwijaya, Siloam Hospitals Cinere, pada tahun 2012 serta Siloam Hospitals Bali
pada awal tahun 2013, meningkatnya jumlah dokter dan karyawan akibat meningkatnya
permintaan layanan medis yang kompleks serta peningkatan beban pokok pendapatan
yang berhubungan dengan obat dan perlengkapan medis disebabkan oleh meningkatnya
jumlah pasien pada periode empat bulan yang berakhir pada 30 April 2013, dibandingkan
dengan 30 April 2012.
Laba bruto: Laba bruto Perseroan meningkat sebesar 43,9% menjadi Rp208,3 miliar untuk
periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2013 dari Rp144,7 miliar untuk
periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2012. Namun, rasio laba kotor
menurun menjadi 26,4% pada periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April
2013 dari 27,1% untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2012.
Beban usaha: Beban usaha Perseroan meningkat sebesar 63,6% menjadi Rp175,4 miliar
untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2013 dari Rp107,2 miliar
untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2012, hal ini disebabkan
oleh meningkatnya beban penjualan, beban gaji dan kesejahteraan karyawan, listrik dan
air, dan biaya kantor lainnya dengan masing-masing meningkat sebesar Rp2,6 miliar,
Rp28,2 miliar, Rp7,6 miliar, Rp14,9 miliar atau meningkat sebesar 69,7%, 68,8%, 52,9%,
254,9% dibandingkan dengan tanggal 30 April 2012. Peningkatan tersebut di atas terutama
disebabkan dari rumah sakit-rumah sakit baru yang beroperasi sesudah 30 April 2012.
Penghasilan bunga: Penghasilan bunga Perseroan meningkat sebesar 30,5% menjadi
Rp1,3 miliar untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2013 dari Rp1,0
miliar untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2012. Peningkatan
tersebut disebabkan oleh peningkatan penghasilan bunga dari deposito Perseroan yang
berdenominasi dolar Singapura sebagai hasil dari penguatan dolar Singapura terhadap
Rupiah.
Beban keuangan: Beban keuangan Perseroan meningkat sebesar 3,1% menjadi Rp6,4
miliar untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2013 dari Rp6,2 juta
untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2012. Hal ini disebabkan
oleh meningkatnya beban administrasi bank karena meningkatnya pembayaran oleh
pasien dengan menggunakan kartu kredit.
Laba sebelum pajak. Karena hasil-hasil yang telah dijelaskan di atas, laba sebelum pajak
Perseroan menurun sebesar 33,8% menjadi Rp25,9 miliar untuk periode empat bulan yang
berakhir pada tanggal 30 April 2013 dari Rp39,2 miliar untuk periode empat bulan yang
berakhir pada tanggal 30 April 2012.
Beban pajak. Beban pajak Perseroan meningkat sebesar 7,8% menjadi Rp8,8 miliar untuk
periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2013 dari Rp8,2 miliar untuk
periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2012. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh menurunnya laba sebelum pajak Perseroan.
Laba tahun berjalan. Karena hasil-hasil yang telah dijelaskan di atas, laba tahun berjalan
Perseroan menurun sebesar 44,8% menjadi Rp17,1 miliar untuk periode empat bulan yang
berakhir pada tanggal 30 April 2013 dari Rp31,0 miliar untuk periode empat bulan yang
berakhir pada tanggal 30 April 2012.
Untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dengan tahuntahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011.
Pendapatan. Pendapatan Perseroan meningkat sebesar 42,0% menjadi Rp1.788,1 miliar
pada 2012 dari Rp1.259,3 miliar pada tahun 2011. Peningkatan ini terutama disebabkan
oleh peningkatan pendapatan dari rawat inap yang meliputi jasa penunjang medis dan jasa
tenaga ahli, obat dan perlengkapan medis, kamar rawat inap, pendapatan administrasi,
dan lain-lain yang masing-,masing sebesar Rp123,5 miliar, Rp139,9 miliar, Rp47,1 miliar,
Rp11,8 miliar, dan Rp23,5 miliar atau meningkat masing-masing sebesar 44,6%, 53,2%,
52,8%, 37,5%, dan 53,5% dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011. Peningkatan
Pendapatan Perseroan juga disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari rawat jalan yang
meliputi jasa penunjang medis dan jasa tenaga ahli serta obat dan perlengkapan medis
yang masing-masing sebesar Rp83,7 miliar dan Rp55,9 miliar atau meningkat masingmasing sebesar 23,5%, dan 34,0%. Peningkatan tersebut di atas terutama disebabkan
dengan baru dibukanya Rumah Sakit Umum Siloam, Siloam Hospitals Manado, Siloam
Hospitals Makassar, Siloam Sriwijaya, Siloam Hospitals Cinere, pada tahun 2012 serta
meningkatnya jumlah pasien dan meningkatnya permintaan layanan medis yang kompleks.
Beban pokok pendapatan: Beban pokok pendapatan meningkat sebesar 45,1% menjadi
Rp1.343,3 miliar pada tahun 2012 dari Rp925,8 miliar pada tahun 2011 terutama
disebabkan oleh meningkatnya beban pokok pendapatan dari rawat inap yang meliputi
beban gaji dan kesejahteraan karyawan, beban obat dan perlengkapan medis, penyusutan,
makanan dan minuman, lain-lain yang masing-masing sebesar Rp124,6 miliar, Rp87,0
miliar, Rp38,2 miliar, Rp11,0 miliar, dan Rp11,4 miliar atau meningkat masing-masing
sebesar 45,9%, 44,9%, 200,6%, 72,1%, dan 60,6%. Peningkatan beban pokok pendapatan
tersebut juga disebabkan oleh peningkatan beban pokok pendapatan dari rawat jalan
yang meliputi beban gaji dan kesejahteraan karyawan, obat dan perlengkapan medis,
penyusutan yang masing-masing sebesar Rp66,3 miliar, Rp50,3 miliar, Rp20,1 miliar atau
meningkat masing-masing sebesar 32,1%, 46,2%, dan 182,4%. Peningkatan terhadap
gaji dan kesejahteraan karyawan terutama disebabkan oleh meningkatnya pembayaran
terhadap jasa konsultasi dan jasa tenaga ahli sejalan dengan meningkatnya pendapatan
Perseroan dan peningkatan terhadap jumlah staf yang berhubungan dengan beroperasinya
rumah sakit Perseroan yang baru di tahun 2012, yang juga berdampak atas meningkatnya
jumlah penyusutan. Peningkatan terhadap obat dan perlengkapan medis disebabkan oleh
meningkatnya jumlah pasien pada tahun 2012 dibandingkan dengan jumlah pasien pada
tahun 2011, dan meningkatnya beban rata-rata obat, perlengkapan medis akibat inflasi di
tahun 2012.
Laba bruto: Laba bruto Perseroan meningkat sebesar 33,3% menjadi Rp444,8 miliar pada
tahun 2012 dari Rp333,6 miliar pada tahun 2011. Di samping itu, terdapat penurunan
pada rasio laba bruto menjadi sebesar 24,9% pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011
sebesar 26,5%
Beban usaha: Beban usaha Perseroan meningkat sebesar 50,1% menjadi Rp367,9 miliar
pada tahun 2012 dari Rp245,1 miliar pada tahun 2011 yang terutama disebabkan oleh
meningkatnya beban penjualan, beban gaji dan kesejahteraan karyawan, listrik dan air,
penyusutan, beban kantor lainnya dan beban penyusutan. Beban gaji dan kesejahteraan
karyawan meningkat 43,9% menjadi Rp131,5 miliar pada tahun 2012 dari Rp91,4 miliar
pada tahun 2011. Beban listrik dan air meningkat 67,3% menjadi Rp49,0 miliar pada tahun
2012 dari Rp29,3 miliar pada tahun 2011. Beban kantor lainnya meningkat 174,5% menjadi
Rp42,2 miliar pada tahun 2012 dari Rp15,4 miliar pada tahun 2011. Beban penyusutan
meningkat 44,6% menjadi Rp31,9 miliar pada tahun 2012 dari Rp22,1 miliar pada tahun
2011. Peningkatan-peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh pembukaan rumah
sakit baru Perseroan dan akuisisi Klinik Kardio Cinere (SHC).
Penghasilan bunga: Penghasilan bunga Perseroan meningkat sebesar 29,6% menjadi
Rp3,6 miliar pada tahun 2012 dari Rp2,8 miliar pada tahun 2011 yang terutama disebabkan
oleh meningkatnya jumlah penempatan deposito berjangka.
Beban keuangan: Beban keuangan Perseroan meningkat sebesar 11,3% menjadi
Rp18,0 miliar pada tahun 2012 dari Rp16,2 miliar pada tahun 2011 yang terutama
disebabkan oleh meningkatnya beban administrasi bank sebagai hasil dari meningkatnya
jumlah pasien yang menggunakan jasa pelayanan kartu kredit serta meningkatnya beban
bunga akibat dari pinjaman bank berkaitan untuk rumah sakit Jambi dan Balikpapan.
Laba sebelum pajak. Karena hasil-hasil yang telah dijelaskan di atas, laba sebelum
pajak Perseroan meningkat sebesar 33,4% menjadi Rp77,0 miliar pada tahun 2012 dari
Rp57,7 miliar pada tahun 2011.
Beban pajak. Beban pajak Perseroan meningkat sebesar 26,2% menjadi Rp25,1 miliar
pada tahun 2012 dari Rp19,9 miliar pada tahun 2011 yang disebabkan oleh meningkatnya
laba sebelum pajak.
Laba tahun berjalan. Karena hasil-hasil yang telah dijelaskan di atas, laba tahun berjalan
Perseroan meningkat sebesar 37,2% menjadi Rp52,0 miliar pada tahun 2012 dari
Rp37,9 miliar pada tahun 2011.
Untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dengan tahuntahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010.
Pendapatan. Pendapatan Perseroan meningkat sebesar 22,2% menjadi Rp1.259,3 miliar
pada 2011 dari Rp1.030,5 miliar pada tahun 2010. Peningkatan ini terutama disebabkan
oleh peningkatan pendapatan dari rawat inap yang meliputi jasa penunjang medis dan
jasa tenaga ahli, obat dan perlengkapan medis, lain-lain yang masing-masing sebesar
Rp43,4 miliar, Rp50,4 miliar, dan Rp10,7 miliar atau meningkat masing-masing sebesar
18,6%, 23,8%, dan 32,3% dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010. Peningkatan
Pendapatan Perseroan juga disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari rawat jalan
yang meliputi jasa penunjang medis dan jasa tenaga ahli serta obat dan perlengkapan
medis yang masing-masing sebesar Rp75,7 miliar, dan Rp37,0 miliar atau masingmasing meningkat sebesar 27,1% dan 29,0%. Peningkatan tersebut di atas disebabkan
meningkatnya jumlah pasien dan peningkatan rata-rata pendapatan per pasien yang
disebabkan oleh meningkatnya jumlah kasus medis yang memerlukan perawatan yang
khusus di tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010. Peningkatan pendapatan juga
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan peralatan diagnostik dan intervensional serta
meningkatnya penjualan obat dan perlengkapan medis pada tahun 2011 dibandingkan
dengan tahun 2010. Rata-rata harga obat dan perlengkapan medis pada tahun 2011
meningkat dibandingkan dengan 2010 disebabkan oleh inflasi.
Beban pokok pendapatan: Beban pokok pendapatan meningkat sebesar 19,8% menjadi
Rp925,8 miliar pada tahun 2011 dari Rp772,9 miliar pada tahun 2010 terutama disebabkan
oleh meningkatnya beban pokok pendapatan dari rawat inap yang meliputi beban gaji
dan kesejahteraan karyawan, obat dan perlengkapan medis yang masing-masing sebesar
Rp40,4 miliar dan Rp49,7 miliar atau meningkat masing-masing sebesar 17,5% dan 34,5%.
Peningkatan beban pokok pendapatan Perseroan juga disebabkan oleh peningkatan
jumlah pasien, penggunaan peralatan medis, jasa konsultasi dokter dan jasa tenaga ahli
serta meningkatnya beban rata-rata obat dan perlengkapan medis yang disebabkan oleh
inflasi pada tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010.
Laba bruto: Laba bruto Perseroan meningkat sebesar 29,5% menjadi Rp333,6 miliar pada
tahun 2012 dari Rp257,6 miliar pada tahun 2010. Terdapat peningkatan pada rasio laba
bruto menjadi sebesar 26,5% pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 sebesar 25,0%
Beban usaha: Beban usaha Perseroan meningkat sebesar 56,2% menjadi Rp245,1
miliar pada tahun 2011 dari Rp156,9 miliar pada tahun 2010 yang terutama disebabkan
oleh meningkatnya beban penjualan, gaji dan kesejahteraan karyawan, listrik dan air,
penyusutan dan sewa yang masing-masing sebesar Rp2,1 miliar, Rp34,7 miliar, Rp10,3
miliar, Rp16,5 miliar, dan Rp13,7 miliar atau meningkat masing-masing sebesar 44,9%,
61,3%, 54,6%, 295,7% dan 75,8%. Peningkatan tersebut terutama disebabkan sebagai
hasil dari pembukaan rumah sakit baru dan akuisisi dua rumah sakit di tahun 2011.
Penghasilan bunga: Penghasilan bunga Perseroan meningkat menjadi Rp2,8 miliar pada
tahun 2011 dari Rp0,4 miliar pada tahun 2010 yang disebabkan oleh pendapatan bunga
dari sertifikat deposito berjangka yang diperoleh dari penjualan tanah dan bangunan
Siloam Hospitals Lippo Cikarang.
Beban keuangan: Beban keuangan Perseroan meningkat sebesar 51,2% menjadi
Rp16,2 miliar pada tahun 2011 dari Rp10,7 miliar pada tahun 2010 yang disebabkan oleh
peningkatan beban keuangan terhadap pinjaman bank yang dimiliki oleh rumah sakit yang
diakuisisi pada tahun 2011. Pada tahun 2011, proporsi beban administrasi bank sebagai
bagian dari pendapatan menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya kesepakatan yang baru
dibuat antara Perseroan dengan bank.
Laba sebelum pajak. Karena hasil-hasil yang telah dijelaskan di atas, laba sebelum pajak
Perseroan menurun sebesar 38,3% menjadi Rp57,7 miliar pada tahun 2011 dari Rp93,6
miliar pada tahun 2010.
Beban pajak. Beban pajak Perseroan menurun sebesar 8,5% menjadi Rp19,9 miliar pada
tahun 2011 dari Rp21,7 miliar pada tahun 2010 yang disebabkan oleh menurunnya laba
bersih sebelum pajak untuk tahun 2011.
Laba tahun berjalan. Karena hasil-hasil yang telah dijelaskan di atas, laba tahun berjalan
Perseroan menurun sebesar 47,3% menjadi Rp37,9 miliar pada tahun 2011 dari Rp71,9
miliar pada tahun 2010. Peningkatan tersebut telah dijelaskan pada paragraf di atas.
Aset
Per 30 April 2013 dibandingkan dengan per 31 Desember 2012
Aset Tetap. Aset tetap meingkat 14,9% menjadi Rp994,7 miliar per 30 April 2013 dari
Rp865,3 miliar per 31 Desember 2012, yang terutama disebabkan oleh peningkatan
peralatan dan pasokan medis dan kantor terkait dengan pembukaan rumah sakit baru
Perseroan pada tahun 2013.
Piutang Usaha Pihak Ketiga. Piutang usaha pihak ketiga naik 24,0% menjadi Rp228,0
miliar per 30 April 2013 dari Rp183,9 miliar per 31 Desember 2012. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan meningkatnya Pendapatan dari Asuransi dan Jaminan Perusahaan.
Aset Keuangan Lancar Lainnya. Aset keuangan lancar lainnya meningkat 38,9% menjadi
Rp11,2 miliar per 30 April 2013 dari Rp8,1 miliar per 31 Desember 2012. Peningkatan
tersebut terutama disebabkan meningkatnya pendapatan sewa dari penyewa ruangan
komersial di rumah sakit Perseroan.
Uang Muka. Uang muka turun 66,4% menjadi Rp51,4 miliar per 30 April 2013 dari Rp152,8
miliar per 31 Desember 2012. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh realisasi
pembelian aset tetap.
Per 31 Desember 2012 dibandingkan dengan per 31 Desember 2011
Piutang Usaha Pihak Ketiga. Piutang usaha pihak ketiga naik 51,5% menjadi Rp183,9 miliar
per 31 Desember 2012 dari Rp121,4 miliar per 31 Desember 2011. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan meningkatnya Pendapatan dari Asuransi dan Jaminan Perusahaan.
Aset Keuangan Lancar Lainnya. Aset keuangan lancar lainnya menurun 75,9% menjadi
Rp8,1 miliar per 31 Desember 2012 dari Rp33,5 miliar per 31 Desember 2011. Penurunan
tersebut terutama disebabkan oleh pelunasan piutang dari PT Graha Pilar Sejahtera yang
terjadi sehubungan dengan penjualan tanah dan bangunan dari PT East Jakarta Medika
(Siloam Hospitals Lippo Cikarang).
Persediaan. Persediaan meningkat 70,9% menjadi Rp75,4 miliar per 31 Desember 2012
dari Rp44,1 miliar per 31 Desember 2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan
oleh meningkatnya persediaan obat-obatan dan perlengkapan medis sehubungan dengan
telah dibukanya Rumah Sakit Umum Siloam, Siloam Hospitals Manado, Siloam Hospitals
Makassar, Siloam Sriwijaya, Siloam Hospitals Cinere, pada tahun 2012.
Beban dibayar di muka. Beban dibayar di muka meningkat 78,6% menjadi Rp17,5 miliar
per 31 Desember 2012 dari Rp9,8 miliar per 31 Desember 2011. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan oleh meningkatnya beban sewa dibayar di muka untuk Siloam
Hospitals Cinere, dan Siloam Hospitals Lippo Cikarang.
Uang Muka. Uang muka meningkat 315,3% menjadi Rp152,8 miliar per 31 Desember 2012
dari Rp36,8 miliar per 31 Desember 2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan
adanya kenaikan uang muka yang digunakan untuk pembelian peralatan dan perlengkapan
medis untuk rumah sakit baru yaitu Siloam Hospitals Bali.
Aset tetap. Aset tetap meningkat 56,7% menjadi Rp865,3 miliar per 31 Desember 2012
dari Rp552,3 per 31 Desember 2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
meningkatnya peralatan dan perlengkapan medis, dan perlengkapan kantor untuk rumah
sakit baru yaitu Rumah Sakit Umum Siloam, Siloam Hospitals Manado, Siloam Hospitals
Makassar, Siloam Sriwijaya, Siloam Hospitals Cinere.
Goodwill. Goodwill menurun 48,7% menjadi Rp54,4 miliar per 31 Desember 2012 dari
Rp106,2 miliar per 31 Desember 2011. Penurunan tersebut terjadi karena adanya
penurunan nilai terhadap Goodwill dari Siloam Hospitals Jambi dan Siloam Hospitals
Balikpapan yang terjadi akibat adanya kompensasi yang dibayarkan kepada Perseroan
karena tidak mencapai laba bersih setelah pajak yang dijanjikan serta adanya pengakuan
Goodwill yang timbul dari akuisisi Siloam Hospitals Cinere.
Per 31 Desember 2011 dibandingkan dengan per 31 Desember 2010
Kas dan Setara Kas. Kas dan setara kas meningkat 540,2% menjadi Rp146,6 miliar
per 31 Desember 2011 dari Rp22,9 miliar per 31 Desember 2010. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh penempatan deposito dari hasil penjualan tanah dan bangunan milik
PT East Jakarta Medika kepada PT Graha Pilar Sejahtera.
Piutang Usaha Pihak Ketiga. Piutang usaha pihak ketiga naik 75,6% menjadi Rp121,4 miliar
per 31 Desember 2011 dari Rp69,1 miliar per 31 Desember 2010. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan meningkatnya Pendapatan dari Asuransi dan Jaminan Perusahaan.
Persediaan. Persediaan meningkat 40,9% menjadi Rp44,1 miliar per 31 Desember 2011
dari Rp31,3 miliar per 31 Desember 2010. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
meningkatnya persediaan obat-obatan dan perlengkapan medis sehubungan dengan telah
dibukanya MRCCC, dan akuisisi Siloam Hospitals Jambi dan Siloam Hospitals Balikpapan.
Uang Muka. Uang muka menurun 65,3% menjadi Rp36,8 miliar per 31 Desember 2011
dari Rp106,1 miliar per 31 Desember 2010. Penurunan tersebut disebabkan oleh telah
terealisasinya uang muka investasi saham sehubungan dengan akuisisi Siloam Hospitals
Jambi dan Siloam Hospitals Balikpapan.
Piutang Pihak Berelasi Non-Usaha. Piutang pihak berelasi non-usaha menurun 99,5%
menjadi Rp1,3 miliar per 31 Desember 2011 dari Rp246,8 miliar per 31 Desember 2010.
Penurunan tersebut disebabkan oleh pelunasan piutang dari Bridgewater International
(entitas anak PT Lippo Karawaci Tbk) yang berasal dari hasil penjualan tanah dan
bangunan milik PT East Jakarta Medika.
Aset tetap. Aset tetap meningkat 135,9% menjadi Rp552,3 miliar per 31 Desember 2011
dari Rp234,1 miliar pada 31 Desember 2010. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
pembelian peralatan dan perlengkapan medis, dan perlengkapan kantor untuk rumah sakit
baru yaitu MRCCC, dan akuisisi Siloam Hospitals Jambi dan Siloam Hospitals Balikpapan.
Goodwill. Goodwill meningkat 1.395,8% menjadi Rp106,2 miliar per 31 Desember 2011
dari Rp7,1 miliar per 31 Desember 2010. Peningkatan tersebut disebabkan oleh Goodwill
yang diakui sehubungan dengan akuisisi Siloam Hospitals Jambi dan Siloam Hospitals
Balikpapan.
Liabilitas
Per 30 April 2013 dibandingkan dengan per 31 Desember 2012
Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya. Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya
meningkat 46,5% menjadi Rp39,4 miliar per 30 April 2013 dari Rp26,9 miliar.
Utang Pihak Berelasi Non-Usaha. Utang pihak berelasi non-usaha meningkat menjadi
Rp827,2 miliar per 30 April 2013 dari Rp798,8 miliar per 31 Desember 2012 terutama
karena bertambahnya utang pemegang saham kepada LK yang digunakan untuk
mendanai sebagian dari ekspansi Perseroan untuk periode empat bulan yang berakhir
pada tanggal 30 April 2013.
Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Panjang. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang meningkat
menjadi Rp83,1 miliar per 30 April 2013 dari Rp71,0 miliar per 31 Desember 2012, terutama
karena provisi imbalan pasca kerja karyawan untuk periode empat bulan yang berakhir
pada tanggal 30 April 2013. per 31 Desember 2012. Peningkatan tersebutkan disebabkan
oleh meningkatnya utang kepada pemasok peralatan dan perlengkapan medis untuk
Siloam Hospitals Bali.
Per 31 Desember 2012 dibandingkan dengan per 31 Desember 2011
Utang Usaha Pihak Ketiga. Utang usaha pihak ketiga meningkat 36,8% menjadi Rp155,5
miliar Per 31 Desember 2012 dari Rp113,7 miliar per 31 Desember 2011. Peningkatan
tersebut disebabkan oleh peningkatan supplai obat-obatan dengan adanya rumah sakit
baru Perseroan yaitu Rumah Sakit Umum Siloam, Siloam Hospitals Manado, Siloam
Hospitals Makassar, Siloam Sriwijaya, Siloam Hospitals Cinere.
Beban Akrual. Beban akrual meningkat 82,7% menjadi Rp33,5 miliar per 31 Desember
2012 dari Rp18,3 miliar per 31 Desember 2011. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
mulai ditagihnya Technical Support Service untuk peralatan medis utama seperti MRI, CT,
PETSCAN, LINAC, Cyclotron, dan lain-lain.
Utang Pihak Berelasi Non-Usaha. Utang pihak berelasi non-usaha meningkat 80,1%
menjadi Rp798,8 miliar per 31 Desember 2012 dari Rp443,6 miliar per 31 Desember 2011.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya utang terhadap PT Lippo Karawaci
Tbk sehubungan dengan rencana ekspansi Perseroan terkait pendirian Rumah Sakit
Umum Siloam, Siloam Hospitals Manado, Siloam Hospitals Makassar, Siloam Sriwijaya,
Siloam Hospitals Cinere.
Per 31 Desember 2011 dibandingkan dengan per 31 Desember 2010
Utang Usaha Pihak Ketiga. Utang usaha pihak ketiga meningkat 28,5% menjadi Rp113,7
miliar per 31 Desember 2011 dari Rp88,4 miliar per 31 Desember 2011. Peningkatan
tersebut disebabkan oleh peningkatan supplai obat-obatan dengan adanya rumah sakit
baru Perseroan yaitu MRCCC, dan akuisisi Siloam Hospitals Jambi dan Siloam Hospitals
Balikpapan.
Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya. Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya
meningkat 183,5% menjadi Rp 20,2 miliar per 31 Desember 2011 dari Rp 7,1 miliar per
31 Desember 2010. Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya tambahan peralatan
dan perlengkapan medis dengan adanya rumah sakit baru Perseroan yaitu MRCCC, dan
akuisisi Siloam Hospitals Jambi.
Utang Pihak Berelasi Non-Usaha. Utang pihak berelasi non-usaha meningkat 79,3%
menjadi Rp443,6 miliar per 31 Desember 2011 dari Rp247,4 miliar 31 Desember 2010.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya utang terhadap PT Lippo Karawaci
Tbk sehubungan dengan rencana ekspansi Perseroan terkait pendirian MRCCC, dan
akusisi Siloam Hospitals Jambi serta Siloam Hospitals Balikpapan.
Utang Bank Jangka Panjang. Utang bank jangka panjang meningkat menjadi Rp66,0 miliar
per 31 Desember 2011 dibandingkan dengan Rp0 per 31 Desember 2010 karena utang
bank yang diterima terkait dengan akuisisi perusahaan operasional SHJ pada tahun 2011.
Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Panjang. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang meningkat
27,3% menjadi Rp 61,9 miliar per 31 Desember 2011 dari Rp48,7 miliar per 31 Desember
2010. Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah karyawan sehubungan
dengan pendirian MRCCC, dan akuisisi Siloam Hospitals Jambi serta Siloam Hospitals
Balikpapan.
Ekuitas
Per 30 April 2013 dibandingkan dengan per 31 Desember 2012
Ekuitas meningkat 7,0% menjadi Rp261,8 miliar per 30 April 2013 dari Rp244,6 miliar per
31 Desember 2012. Peningkatan tersebut terutama karena peningkatan saldo laba atas
laba periode berjalan untuk periode empat bulan yang berakhir 30 April 2013.
Per 31 Desember 2012 dibandingkan dengan per 31 Desember 2011
Ekuitas meningkat 36,7% menjadi Rp244,6 miliar per 31 Desember 2012 dari Rp179,0
miliar per 31 Desember 2011. Peningkatan tersebut terutama karena peningkatan saldo
laba atas laba periode berjalan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012.
Per 31 Desember 2011 dibandingkan dengan per 31 Desember 2010
Ekuitas meningkat 30,1% menjadi Rp179,0 miliar per 31 Desember 2011 dari Rp137,6
miliar per 31 Desember 2010, terutama karena peningkatan saldo laba atas laba periode
berjalan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011.
Likuiditas dan Sumber Modal
Likuiditas Perseroan berhubungan dengan pendanaan untuk modal kerja, belanja modal,
pembayaran hutang, dan pemeliharaan reservan kas. Likuiditas utama Perseroan
didapatkan dari operasional, pemegang saham, hutang bank, dan kontribusi modal dari
pemegang saham.
Perseroan memperkirakan pendapatan bersih dari Penawaran Umum, kas yang diperoleh
dari operasional, dan hutang bank akan menjadi sumber likuiditas utama Perseroan
di depannya, dan akan digunakan untuk mendanai perluasan operasional Perseroan.
Perseroan berkeyakinan memiliki kecukupan likuiditas untuk modal kerja dan operasional
Perseroan, serta untuk membayar hutang selama 12 bulan ke depan.
Arus Kas
Arus Kas yang diperoleh dari Aktivitas Operasi
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi untuk periode empat bulan yang
berakhir 30 April 2013 berjumlah Rp47,2 miliar, atau menurun Rp145,7 miliar atau sebesar
75,5% dibandingkan dengan periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April
2012 yaitu sebesar Rp192,9 miliar yang terutama disebabkan oleh jumlah rumah sakit
pada periode tersebut, per April 2013, terdapat 13 rumah sakit yang beroperasi, namun di
April 2012, hanya terdapat 7 rumah sakit yang beroperasi. Dengan demikian penerimaan
kas dari pelanggan pada April 2013 meningkat dibandingkan dengan April 2012. Hal
ini berdampak langsung terhadap kenaikan pembayaran kepada pemasok. Selain itu,
terdapat peningkatan jumlah karyawan yang menyebabkan peningkatan pada biaya gaji
dan kesejahteraan karyawan. Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi terdiri
dari penerimaan kas dari pelanggan Perseroan berjumlah Rp748,1 miliar dan pembayaran
kepada pemasok Rp558,5 miliar, pembayaran manajemen dan karyawan berjumlah
Rp128,1 miliar, beban keuangan bersih Rp5,1 miliar dan beban pajak Rp9,2 miliar.
Penurunan arus kas bersih dari aktivitas operasi tersebut disebabkan adanya penambahan
6 (enam) rumah sakit Perseroan yang meningkatkan biaya operasional Perseroan.
Pada tahun 2012, arus kas bersih Perseroan yang diperoleh dari aktivitas operasi berjumlah
Rp203,0 miliar atau meningkat Rp149,6 miliar atau sebesar 280,1% dibandingkan dengan
tahun 2011 sebesar Rp53,4 miliar yang digunakan untuk aktivitas operasi yang terutama
disebabkan oleh pertumbuhan rumah sakit yang ada serta pembukaan 4 rumah sakit
baru dan 1 rumah sakit akuisisi dalam periode Januari 2012 Desember 2012 yang
menyebabkan kenaikan penerimaan kas dari pelanggan. Pertumbuhan ini berdampak
langsung terhadap kenaikan pembayaran kepada pemasok. Selain itu, dengan rumah
sakit-rumah sakit baru ini, Perseroan merekruit manajemen serta karyawan medis dan nonmedis yang menyebabkan peningkatan pada biaya gaji dan kesejahteraan karyawan. Arus
kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi terdiri dari penerimaan kas dari pelanggan
Perseroan berjumlah Rp1.717,9 miliar dan pembayaran kepada pemasok Rp1.185,8 miliar,
pembayaran manajemen dan karyawan berjumlah Rp281,5 miliar, beban keuangan
bersih Rp14,5 miliar dan beban pajak Rp33,2 miliar.
Tanah........................................
Bangunan prasarana dan
renovasi..................................
Perlengkapan dan peralatan
medis......................................
Kendaraan................................
Perabot dan peralatan kantor...
Aset dalam penyelesaian.........
Jumlah belanja modal............
Untuk periode-periode
Untuk tahun-tahun yang berakhir
empat bulan yang
pada 31 Desember
berakhir 30 April
2010
2011
2012
2012
2013
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
(dalam miliar Rupiah)
22,3
0,5
44,1
2,6
1,5
0,2
161,3
1,6
7,0
2,8
173,2
70,8
1,5
75,5
39,8
246,7
280,1
2,6
45,3
54,1
407,0
133,7
1,5
44,9
3,6
185,3
13,8
0,2
4,6
0,4
19,1
Perseroan tidak melakukan transaksi lindung nilai atas mata uang asing, hal ini disebabkan
Perseroan dan entitas anak melakukan sebagian besar transaksi belanja modal dan
memperoleh pendapatan dengan menggunakan mata uang Rupiah, sehingga Perseroan
mendapat lindung nilai natural hedge.
Perseroan berkeyakinan, bahwa dengan adanya pengeluaran modal di tahun 2013
akan memberikan kontribusi positif bagi kinerja Perseroan dalam bentuk penambahan
pendapatan.
Perseroan tidak memiliki pengikatan sehubungan dengan pengeluaran modal yang
belum terealisasi. Perseroan selalu berupaya melakukan peninjauan dan penelaahan
untuk melakukan transaksi pembelian yang sesuai dengan tujuannya untuk mendapatkan
pendapatan di masa yang akan datang. Apabila pembelian tersebut terdapat masalah
yang tidak sesuai dengan pembelian dan tujuannya, Perseroan tetap berkeyakinan bahwa
hal ini tidak akan mempengaruhi pendapatan Perseroan yang berdampak yang signifikan
terhadap rencana Perseroan. Hal ini disebabkan karena Perseroan senantiasa berupaya
untuk melakukan peninjauan dan penelaahan yang intensif secara menyeluruh serta
berupaya untuk mendapatkan syarat-syarat pembelian yang menguntungkan.
Perseroan mengharapkan untuk mendanai belanja modal Perseroan melalui kombinasi
arus kas dari operasional, fasilitas pinjaman bank, pasar modal dan pinjaman dari
pemegang saham. Realisasi belanja modal Perseroan dapat berbeda dengan apa yang
direncanakan sebelumnya karena berbagai faktor, antara lain arus kas Perseroan di masa
depan, hasil usaha dan kondisi keuangan, perubahan kondisi perekonomian Indonesia,
perubahan peraturan di Indonesia dan perubahan rencana serta strategi bisnis Perseroan.
Analisis Rasio Keuangan
Likuiditas
Tingkat likuiditas mencerminkan kemampuan Perseroan dalam memenuhi liabilitas jangka
pendek dengan menggunakan aset lancar yang dimilikinya. Tingkat likuiditas diukur
dengan rasio lancar, yaitu perbandingan aset lancar terhadap liabilitas jangka pendek pada
waktu tertentu dan merupakan indikator kemampuan Perseroan untuk memenuhi semua
liabilitas jangka pendek dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki.
Rasio Lancar Perseroan untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April
2013 dan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010
masing-masing sebesar 1,76x; 1,71x; 1,73x; dan 0,97x.
Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan Perseroan untuk memenuhi seluruh liabilitas dengan
menggunakan seluruh aset atau ekuitas. Rasio Solvabilitas dapat dihitung dengan dua
pendekatan sebagai berikut:
1. Jumlah Liabilitas dibagi dengan Jumlah Ekuitas (Solvabilitas Ekuitas)
2. Jumlah Liabilitas dibagi dengan Jumlah Aset (Solvabilitas Aset)
Rasio Solvabilitas Ekuitas Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 30 April 2013,
31 Desember 2012, 2011 dan 2010 masing-masing sebesar 5,31x; 5,48x; 5,22x; dan 4,66x.
Sedangkan Solvabilitas Aset Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 30 April 2013,
31 Desember 2012, 2011 dan 2010 masing-masing sebesar 0,84x; 0,85x; 0,84x; dan 0,82x.
Imbal Hasil Investasi (Return on Asset/ROA)
Imbal hasil investasi adalah kemampuan Perseroan dalam menghasilkan laba periode
tahun berjalan dari aset yang dimiliki yang dapat dihitung dari perbandingan antara laba
bersih dengan jumlah aset. Imbal hasil investasi Perseroan untuk periode empat bulan
yang berakhir pada tanggal 30 April 2013 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2012, 2011 dan 2010 masing-masing sebesar 1,00%; 3,28%; 3,41%; dan 9,22%.
Imbal Hasil Ekuitas (Return on Equity/ROE)
Imbal hasil ekuitas adalah kemampuan Perseroan dalam menghasilkan laba periode
tahun berjalan dari ekuitas yang dimiliki yang dapat dihitung dari perbandingan antara laba
periode tahun berjalan dengan jumlah ekuitas. Imbal hasil ekuitas Perseroan untuk periode
empat bulan yang berakhir pada 30 April 2013 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2012, 2011 dan 2010 masing-masing sebesar 6,5%; 21,24%; 21,17%; dan
52,24%.
RISIKO USAHA
Dalam menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan Jasa Pelayanan Kesehatan
Masyarakat, Perseroan tidak terlepas dari berbagai risiko usaha. Pelaksanaan kegiatan
usaha tersebut dapat mengakibatkan timbulnya dampak negatif bagi kelangsungan usaha
Perseroan. Semua risiko yang mempengaruhi usaha Perseroan secara umum telah
disusun berdasarkan bobot dari dampak masing-masing risiko terhadap kinerja keuangan
Perseroan adalah sebagai berikut:
Risiko yang Berhubungan dengan Kegiatan Usaha Perseroan
1. Strategi Perseroan didasarkan pada diperolehnya peluang pertumbuhan dan
penerapan strategi pertumbuhan Perseroan dapat menimbulkan risiko-risiko tertentu
bagi Perseroan
2. Perseroan dipengaruhi oleh seluruh risiko yang lazim dalam industri kesehatan
3. Perseroan bergantung pada pemegang saham pengendali Perseroan dan mitra
strategis Perseroan sehubungan dengan pengembangan dan penyediaan gedung dan
lokasi rumah sakit
4. Perseroan mungkin tidak berhasil mengembangkan atau mengakuisisi dan
mengintegrasikan rumah sakit yang ada saat ini di masa depan
5. Kemajuan teknologi yang pesat dan tantangan lain yang terkait dengan peralatan medis
Perseroan dapat mempengaruhi bisnis Perseroan secara negatif
6. Kegagalan teknologi dan tantangan lain yang terkait dengan sistem informasi Perseroan
dapat mempengaruhi bisnis Perseroan secara negatif
7. Investor mungkin mengalami kesulitan mengevaluasi usaha Perseroan, karena
informasi keuangan historis Perseroan mungkin tidak mewakili hasil usaha seandainya
Perseroan adalah sebuah perusahaan independen
8. Hasil keuangan Perseroan dapat mengalami kerugian jika Perseroan tidak mampu
menarik dan mempertahankan para dokter dan tenaga profesional kesehatan lain
9. Perubahan atau ketidakpatuhan terhadap peraturan pemerintah sehubungan dengan
kesehatan, lingkungan dan aspek lainnya dapat mempengaruhi bisnis Perseroan
10. Kepentingan pemegang saham pengendali Perseroan mungkin bertentangan dengan
kepentingan pembeli saham yang ditawarkan
11.
Perseroan kemungkinan tunduk pada gugatan malpraktek kedokteran di mana
Perseroan tidak memiliki jaminan asuransi
12. Wabah flu babi, flu burung, SARS, atau penyakit atau kontaminasi berpotensi
mengancam jiwa lain dapat mempengaruhi rumah sakit Perseroan
13. Perseroan mengalami persaingan dari rumah sakit atau penyedia layanan kesehatan
lain
14.
Jika Perseroan tidak menerima pembayaran secara tepat waktu dari asuransi
kesehatan swasta, asuransi yang disponsori pemerintah, klien perusahaan atau pasien
individu, bisnis dan hasil usaha Perseroan bisa terpengaruh
15. Reputasi Perseroan tergantung pada konsistensi dan kualitas pelayanan medis yang
diberikan oleh profesional medis di rumah sakit Perseroan, tidak semua dari mereka
dipekerjakan secara langsung oleh Perseroan
16. Perseroan kemungkinan akan tunduk pada kewajiban atau risiko operasional dan
peraturan lainnya terkait rumah sakit yang diakuisisi Perseroan
17. Perseroan bergantung pada kemampuan Perseroan mengelola persediaan secara
efektif
18. Perseroan bergantung pada individu kunci tim manajemen senior Perseroan
19. Pertanggungan asuransi Perseroan mungkin tidak mencakup semua jenis kerugian dan
mungkin tidak cukup untuk menutupi kerugian Perseroan
20. Struktur grup Perseroan menjadikan Perseroan bergantung pada sejumlah entitas
anak untuk arus kas dan menjadikan Perseroan lebih rendah prioritas hak krediturnya
dibanding entitas-entitas anak yang menjadi pailit atau dilikuidasi
Risiko yang berkaitan dengan Indonesia
1. Pasar yang tumbuh seperti Indonesia memiliki risiko lebih besar dari pasar yang
lebih maju, dan jika resiko tersebut menjadi kenyataan, maka konsekuensinya bisa
mengganggu bisnis Perseroan dan investor bisa menderita kerugian yang signifikan
untuk investasi investor
2. Ketidakpastian interpretasi dan pelaksanaan peraturan tentang pemerintahan daerah di
Indonesia dapat berdampak negatif pada Perseroan
3. Pemogokan Tenaga Kerja
4. Bencana Alam
Risiko yang Berkaitan dengan Kepemilikan Saham Perseroan
1. Harga Saham yang Dapat Berfluktuasi
2. Penjualan Saham di Masa Datang Dapat Mempengaruhi Harga Pasar Saham
Perseroan
3. Kemampuan Perseroan membayar dividen di masa depan akan bergantung pada laba
ditahan, kondisi keuangan, arus kas dan kebutuhan modal kerja di masa depan
4. Investor tunduk pada beberapa pembatasan hak pemegang saham minoritas
5. Agen Stabilisasi untuk dan atas nama Para Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Para
Agen Penjualan Internasional tidak dapat menjamin setelah dilakukannya stabilisasi
atas harga pasar Saham Yang Ditawarkan berada pada Harga Penawaran.
(1)
Disewa dari First REIT
(langsung dan tidak
langsung).................
Tahun berakhirnya
sewa........................ 2021
2021 2021 2025
- 2025 2028 2027 2027 2022 2018 2028
Opsi untuk
memperpanjang
sewa........................
Keterangan:
(1) Pada bulan Mei 2013, LK menyelesaikan transaksi jual dan sewa kembali untuk Properti Rumah Sakit SHB
kepada First REIT. Perseroan kemudian menyewa Properti Rumah Sakit SHB untuk jangka waktu awal selama
15 tahun.
Sewa
Perseoan telah masuk dalam delapan perjanjian penyewaan kembali dengan LK dimana
Perseroan menyewakan Properti Rumah Sakit SHLV, SHKJ, SHSB, MRCCC, SHB, SHMD,
SHM dan SHTB, yang dimiliki oleh First REIT dan disewa kepada LK. Masing-masing
perjanjian sub-lease tertanggal 30 April 2013, kecuali untuk SHB yang tertanggal 13 Mei
2013 dan SHTB yang tertanggal 1 Juli 2013. Berdasarkan perjanjian penyewaan kembali
tersebut, LK setuju untuk menyewakan kembali properti-properti tersebut bersama dengan
peralatan mekanikal dan elektrikal terkait untuk jangka waktu awal selama 15 tahun dari
permulaan perjanjian head lease LK dengan First REIT (dapat diperbaharui untuk 15 tahun
lagi) dan untuk biaya sewa sebesar 1% dari pendapatan operasional kotor (GOR) untuk
tahun pertama, 2% dari GOR untuk tahun kedua dan 3% dari GOR untuk tahun ketiga
dan seterusnya. Biaya sewa yang dibebankan berdasarkan perjanjian penyewaan kembali
Perseroan dengan LK saat ini lebih rendah dari biaya yang akan dibayarkan antara LK
dan First REIT berdasarkan perjanjian head lease sehubungan dengan properti-properti
tersebut.
RSUS
Perseroan menandatangani perjanjian sewa pada tanggal 30 April 2013, dimana Perseroan
sewa dari LK Properti Rumah Sakit dari RSUS. Sesuai ketentuan dari perjanjian sewa,
LK setuju untuk menyewakan kepada Perseroan Properti Rumah Sakit bersama dengan
perlengkapan mekanik dan elektrik tertentu yang terpasang di Properti Rumah Sakit untuk
jangka waktu awal selama 15 tahun (dapat diperbaharui lagi untuk 15 tahun) dan pada
sewa tahunan 1% dari GOR RSUS untuk tahun pertama, 2% dari GOR untuk tahun kedua
dan 3% dari GOR untuk tahun selanjutnya.
SHLC
PT EJM, entitas anak, menandatangani perjanjian pengalihan pada tanggal 28 Desember
2010 dengan First REIT dan LK, dimana LK mentransfer, mengalihkan dan menovasi
seluruh hak, keuntungan, bunga dan kewajiban berdasarkan perjanjian sewa antara First
REIT dan LK sehubungan dengan Properti Rumah Sakit (dan peralatan mekanik dan
elektrik tertentu) dari SHLC. Sesuai dengan ketentuan dari perjanjian sewa dan perjanjian
novasi, sewa akan berakhir pada tahun 2025 (dapat diperbaharui lagi untuk 15 tahun)
dan PT EJM membayar biaya sewa tahunan (jumlah keseluruhan sewa dasar dan sewa
variabel yang ditentukan oleh GOR SHLC) kepada First REIT.
SHC
PT DHI, entitas anak, menandatangani perjanjian sewa pada tanggal 23 Februari 2005,
dimana PT DHI menyewa dari PT Anadi Sarana Tatahusada Properti Rumah Sakit SHC.
Sesuai dengan ketentuan dari perjanjian sewa, PT Anadi Sarana Tatahusada setuju untuk
menyewa Properti Rumah Sakit tersebut untuk jangka waktu awal selama 13 tahun (dapat
diperbaharui lagi untuk 5 tahun) dengan biaya sewa tahunan sebeesar Rp6,5 miliar.
SS
Perseroan menandatangani perjanjian sewa pada tanggal 7 Januari 2012, dimana
Perseroan menyewa dari PT Palembangparagon Mall (PPM) Properti Rumah Sakit
SS (Perjanjian Sewa Sriwijaya). Properti ini tersedia untuk PPM melalui kesepakatan
build-operate-transfer (BOT) dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Perjanjian
Sewa Sriwijaya berlaku selama 10 tahun dari tanggal pembukaan perdana rumah
sakit dan dapat diperbaharui lagi untuk 8 tahun. Sesuai dengan perjanjian, biaya sewa
sebesar Rp3 milyar per tahun untuk tiga tahun pertama perjanjian, Rp3,5 milyar per
tahun untuk tahun keempat sampai keenam perjanjian dan Rp4 milyar untuk tahun-tahun
berikutnya. Pada tanggal 5 Oktober 2012, PPM dan MPU (melalui entitas anaknya),
menandatangani perjanjian pengikatan jual beli (PPJB), dimana menurut perjanjian
tersebut PPM mentransfer, mengalihkan dan menovasikan semua hak, keuntungan, bunga
dan kewajibannya berdasarkan BOT kepada MPU.. Sesuai dengan ketentuan perjanjian
jual beli pada tanggal 5 Oktober 2012 dengan PPM dan MPU, PPM mengalihkan seluruh
hak, keuntungan, bunga dan kewajiban berdasarkan Perjanjian Sewa Sriwijaya kepada
MPU. Transfer, pengalihan dan novasi semua hak di bawah Perjanjian Sewa Sriwijaya
diberitahukan kepada Perseroan melalui surat pemberitahuan dari PPM tertanggal
5 Oktober 2012. hak, keuntungan, bunga dan kewajiban berdasarkan kesepakatan BOT
kepada MPU.
Hubungan dengan First REIT
First REIT merupakan dana investasi real estat (DIRE) yang disponsori oleh LK pada
bulan Desember 2006 dan merupakan DIRE pertama yang didaftarkan serta DIRE
kesehatan pertama yang tercatat pada Singapore Stock Exchange (SGX). Saat ini, First
REIT dikelola oleh Bowsprit Capital Corporation Limited, entitas anak yang seluruhnya
dimiliki oleh LK. Per tanggal 30 April 2013, LK secara langsung atau tidak langsung memiliki
28,8% dari total unit First REIT.
Pada bulan Oktober 2006, tiga Properti Rumah Sakit dari rumah sakit Perseroan yaitu
SHLV, SHKJ dan SHSB dijual kepada First REIT dan selanjutnya disewa kembali oleh
LK untuk 15 tahun. Pada bulan Desember 2010, Properti Rumah Sakit dari rumah sakit
Perseroan, SHLC, dijual kepada First REIT. Pada saat bersamaan, First REIT juga
mengakuisisi Properti Rumah Sakit MRCCC. Perseroan lalu menyewa Properti Rumah
Sakit SHLC dan LK menyewa Properti Rumah Sakit MRCCC dari First REIT untuk 15 tahun.
Pada bulan November 2012, transaksi penjualan dan penyewaan kembali ditandatangani
dengan First REIT dimana berdasarkan transaksi tersebut Properti Rumah Sakit SHM dan
SHMD dijual kepada First REIT dan disewa oleh LK untuk 15 tahun. Pada bulan Mei 2013,
transaksi penjualan dan penyewaan kembali ditandatangani dengan First REIT dimana
berdasarkan transaksi tersebut Properti Rumah Sakit SHB dijual kepada First REIT dan
disewa oleh LK untuk 15 tahun.
Informasi Operasional mengenai Rumah Sakit Perseroan
Tabel berikut menggambarkan informasi mengenai Rumah Sakit yang dimilki oleh
Perseroan dan Anak Perusahan sampai dengan Prospektus diterbitkan:
Mulai beroperasi..........
Tahun akuisisi.............
Kapasitas tempat tidur..
Tempat tidur
operasional..............
Staf medis...................
Dokter umum..............
Dokter spesialis
dokter tetap..............
Dokter spesialis
paruh waktu.............
Perawat......................
SHLV SHKJ SHSB SHLC SHJ SHBP MRCCC RSUS SHMD SHM
1996 1991 1977 2002 2004 2008 2011 2012 2012 2012
-(2) 2011 2011
-(2) 2002(1)(2) 2002(2)
317
266
177
108
100
212
336
680
249
352
251
197
160
108
97
138
112
120
SS
SHC SHB Total
2012 2006 2013
- 2012
347
21
271 3.436
224
101
99
21
76
1.703
31
41
18
18
12
10
28
15
18
16
16
15
243
79
44
22
16
18
20
13
11
11
10
256
86
444
97
325
73
250
42
143
32
126
46
184
95
217
118
46
205
35
152
58
159
57
55
152
665
2.532
Keterangan:
(1)
Tahun diakuisisi oleh LK
(2)
Perseroan mengakuisisi rumah sakit ini dari LK pada tahun 2010
(3)
Jumlah tempat tidur operasional berarti jumlah tempat tidur yang beroperasi di
rumah sakit
Per 30 April 2013, rumah sakit Perseroan memilki beragam jasa pelayanan kesehatan dan
jasa bedah, sebagai digambarkan pada table dibawah ini :
Rumah Sakit
SHLV.........................................
SHKJ........................................
SHSB.......................................
SHLC.......................................
SHJ..........................................
SHBP........................................
MRCCC....................................
RSUS.......................................
SHMD......................................
SHM.........................................
SS............................................
SHC.........................................
SHB.........................................
Spesialisasi
Kardiologi, neuroscience, ortopedi dan gawat darurat
Urologi, ortopedi, kardiologi dan gawat darurat
Perawatan kesuburan, kardiologi dan gawat darurat
Occupational medicine dan gawat darurat
Gawat darurat
Gawat darurat
Kanker, liver dan gawat darurat
Gawat darurat
Gawat darurat
Kardiologi, endokrinologi dan gawat darurat
Gastroenterologi dan gawat darurat
Kardiologi
Pengobatan untuk Turis, ortopedik, kardiologi dan gawat darurat
Keterangan:
SHTB memulai kegiatan usaha di bulan Juni 2013 dan menyediakan layanan spesialisasi
kardiologi, onkologi dan neuroscience
Siloam Hospitals Lippo Village (SHLV)
SHLV menawarkan layanan rumah sakit umum dan diposisikan Perseroan sebagai Center
of Excellence untuk Kardiologi, pusat pengobatan neuroscience dan ortopedik. SHLV
menawarkan berbagai layanan yang komprehensif jantung mulai dari langkah-langkah
pencegahan sampai dengan pelaksaanan operasi yang rumit. SHLV merupakan rumah
sakit pertama di Indonesia yang diberikan akreditas JCI pada tahun 2007. SHLV terletak di
Jl. Siloam No 6, Lippo Village, Karawaci, Tangerang, dan berdiri di atas lahan seluas 17.442
meter persegi. SHLV mulai beroperasi pada tahun 1996 dan memperoleh Sertifikasi ISO
di 2001. Per tanggal 30 April 2013, SHLV memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 317
tempat tidur dengan 251 tempat tidur yang beroperasi dan memiliki tenaga kerja sebanyak
196 dokter umum dan spesialis (termasuk spesialis yang bekerja paruh waktu) serta 444
perawat. SHLV merupakan hub Center of Excellence untuk kardiologi, neuroscience dan
ortopedi serta memiliki peralatan medis dengan teknologi terkini, yaitu 3-Tesla MRI dan
Cath Lab.
Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ)
SHKJ menawarkan layanan rumah sakit umum yang diposisikan Perseroan sebagai Center
of Excellence untuk urologi dan ortopedi. SHKJ terletak di Jl. Pejuangan raya Kav. 8,
Kel. Kebon Jeruk, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dan berdiri di atas lahan seluas
11.420 meter persegi. SHKJ memperoleh Sertifikasi ISO di 2001. Per tanggal 30 April 2013,
SHKJ memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 266 tempat tidur dengan 197 tempat tidur
yang beroperasional dan memiliki tenaga kerja sebanyak 182 dokter umum dan spesialis
(termasuk spesialis yang bekerja paruh waktu) serta 325 perawat. SHKJ merupakan
Center of Excellence untuk urologi dan ortopedi. Pada tahun 2007, SHKJ menjadi salah
satu rumah sakit pertama di Indonesia untuk menggunakan Siemens Somatom Definition
Dual Source Multi Slice CT Technology yang paling canggih. Untuk menawarkan layanan
komprehensif di Jakarta Barat, SHKJ juga memasang Cath Laboratory dengan teknologi
terkini untuk membantu layanan kardiologi. Selanjutnya, SHKJ telah memerintiskan
Emergency Motorbike Advance Party untuk melewati kemacetan jalan dan mencapai dan
menstabilisasikan pasien selagi menunggu ambulans.
Siloam Hospitals Surabaya (SHSB)
SHSB memberikan jasa perawatan umum dan diposisikan Perseroan sebagai Center
of Excellence untuk perawatan kesuburan. SHSB merupakan salah satu rumah sakit di
Indonesia yang memilki teknologi perbantuan reproduksi, SHSB telah membantu lebih dari
5.400 perawatan inseminasi buatan sejak program tersebut dimulai dimana dari prosedur
tersebut berhasil menghasilkan kehamilan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 masingmasing sebanyak 337, 359 dan 451 kehamilan. SHSB terletak di Jl. Raya Gubeng 70,
Surabaya, Jawa Timur, dan berdiri di atas lahan seluas 6.862 meter persegi. SHSB mulai
beroperasi pada tahun 1997 dan memperoleh Sertifikasi ISO di Juni 2009. Per tanggal
30 April 2013, SHSB memiki kapasitas tempat tidur sebanyak 177 tempat tidur dengan
160 tempat tidur yang beroperasional dan memiliki tenaga kerja sebanyak 98 dokter umum
dan spesialis (termasuk spesialis yang bekerja paruh waktu) serta 250 perawat. SHSB
merupakan Center of Excellence untuk perawatan kesuburan. SHSB telah memasang
perawatan intensif neonatal pada tahun 2006 untuk mendukung program In Viro
Fertilization (IVF) Perseroan. SHSB telah mendapatkan Service Excellence Award dari
Markplus Insight, yang merupakan perusahaan riset pasar, pada tahun 2010 serta Azima
Infection Management Award pada tahun 2011.
Siloam Hospitals Lippo Cikarang (SHLC)
SHLC menawarkan layanan rumah sakit umum. SHLC terletak di Jl. M.H. Thamrin Kav.
105, Lippo Cikarang, Bekasi 17550, dan berdiri di atas lahan seluas 9.900 meter persegi.
SHLC memperoleh Sertifikasi ISO di 2008. Per tanggal 30 April 2013, SHLC memiki
tempat tidur sebanyak 108 tempat tidur dan memiliki tenaga kerja sebanyak 82 dokter
umum dan spesialis (termasuk spesialis yang bekerja paruh waktu) serta 143 perawat.
SHLC merupakan salah satu rumah sakit pertama di jaringan rumah sakit Perseroan yang
mendapatkan manfaat dari strategi hub-and-spoke. Jalan tol Jakarta-Cikampek dan
daerah industri Cikarang membuat SHLC rumah sakit ideal untuk menawarkan layanan
gawat darurat dan trauma. SHLC didukung oleh departemen gawat darurat 24 jam dengan
fasilitas evakuasi medis, termasuk evakuasi helikopter siang hari.
Siloam Hospitals Jambi (SHJ)
Pada bulan Maret 2011, Perseroan mengakuisisi 99,98% kepemilikan pada sebuah rumah
sakit di Jambi melalui PT GKE dengan harga Rp27,5 miliar, dimana PT GKE memiliki 83,0%
kepemilikan di perusahaan operasional yang mengoperasikan SHJ. Rumah sakit tersebut
memiliki total lahan seluas 7.132 meter persegi. SHJ mendapatkan Hospital Accreditation
Certificate yang diberikan oleh KARS pada tahun 2011. Per 30 April 2013, rumah sakit
ini memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 100 tempat tidur dengan 97 tempat tidur
beroperasional dan memiliki tenaga kerja sebanyak 60 dokter umum dan spesialis
(termasuk spesialis yang bekerja paruh waktu), serta 126 perawat. SHJ merupakan rumah
sakit terkemuka di Sumatera, yang merupakan daerah kaya dengan sumber daya alam.
Lokasinya di sebelah Bandara Sultan Thaha memposisikannya sebagai pusat perujukan
penting untuk layanan gawat darurat dan trauma untuk daerah sekitarnya. SHJ merupakan
rumah sakit spoke.
Siloam Hospitals Balikpapan (SHBP)
Pada bulan Maret 2011, Perseroan mengakuisisi 99,80% dari saham PT PTS dengan
nilai sebesar Rp45,7 miliar, dimana PT PTS memiliki 79,6% kepemilikan di perusahaan
operasional yang mengoperasikan SHBP. Rumah sakit SHBP berdiri di atas lahan seluas
12.562 meter persegi. Per tanggal 30 April 2013, SHBP memiki kapasitas tempat tidur
sebanyak 212 tempat tidur dengan 138 tempat tidur yang beroperasional dan tenaga
kerja sebanyak 74 dokter umum dan spesialis (termasuk spesialis yang bekerja paruh
waktu) serta 184 perawat. SHBP berlokasi di dekat bandara internasional, pelabuhan dan
terminal bis dan juga merupakan rumah sakit spoke. Karena adanya banyak perusahaan
multinasional di Balikpapan, SHBP mendirikan klinik khusus ekspatriat yang ditargetkan
untuk melayani keperluan keluarga-keluarga ekspatriat. SHBP diawaki oleh dokter umum
dan perawat Indonesia yang dilatih secara khusus untuk menawarkan layanan konsultasi
umum, antara lain, dari obat pencegahan, manajemen penyakit kronis, stabilisasi dan
evakuasi untuk kecelakaan lalu lintas atau industri, sampai saran travel dan vaksinasi, ibu
dan anak serta perujukan untuk perawatan sekunder.
Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC)
MRCCC dibuka pada kuartal 3 (tiga) tahun 2011 dengan 29 lantai yang terdiri dari
80 tempat tidur. MRCCC merupakan rumah sakit pertama di Indonesia dengan spesialiasi
kanker dan diposisikan Perseroan sebagai Center of Excellence untuk perawatan kanker.
MRCCC terletak di Jl. Garnisun Dalam Kav. 2-3, Kel. Karet Semanggi, Kec. Setiabudi,
Jakarta Selatan, Kode Pos 12930, dan berdiri di atas lahan seluas 4.145 meter persegi.
Per tanggal 30 April 2013, MRCCC memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 336 dengan
112 tempat tidur yang beroperasi dan memiliki tenaga kerja sebanyak 143 dokter umum
dan spesialis (termasuk spesialis yang bekerja paruh waktu) serta 217 perawat. MRCCC
merupakan Center of Excellence untuk kanker di jaringan rumah sakit Perseroan.
Rumah Sakit Umum Siloam (RSUS)
Pembangunan RSUS, rumah sakit pendidikan yang berlokasi di Lippo Village, dimulai pada
kuartal pertama tahun 2010. Konstruksi selesai pada kuartal terakhir tahun 2011 dan rumah
sakit pendidikan mulai beroperasi pada kuartal kedua tahun 2012 dengan 120 tempat tidur
operasional. Perseroan percaya bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit pertama di
Indonesia yang dibangun dengan model sektor publik tetapi didanai oleh penyedia layanan
kesehatan swasta dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan individu berpenghasilan
rendah dan juga menyediakan kesempatan pelatihan bagi siswa di sekolah medis lokal.
RSUS terletak di Jl. Siloam No. 6, Lippo Village, Kel. Bencongan Indah, Kec. Kelapa
Dua, Kab. Tangerang, Kode Pos 15811. Luas total lahan rumah sakit ini adalah 39.317
meter persegi. Per tanggal 30 April 2013, memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 680
tempat tidur dengan 120 tempat tidur yang beroperasi dan memiliki 15 dokter umum dan
118 perawat.
Siloam Hospitals Manado (SHMD)
Pembangunan SHMD, yang terletak di Manado, Sulawesi Utara, dimulai pada bulan
Januari 2011. Rumah sakit ini mulai beroperasi pada bulan Mei 2012 dengan 94 tempat
tidur operasional. Luas total lahan rumah sakit ini adalah 5.518 meter persegi. Per tanggal
30 April 2013, memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 249 tempat tidur dengan 224
tempat tidur yang beroperasi dan memiliki tenaga kerja sebanyak 77 dokter umum dan
spesialis (termasuk 46 spesialis yang bekerja paruh waktu) dan 205 perawat. SHMD
merupakan rumah sakit spoke.
Siloam Hospitals Makassar (SHM)
Pembangunan SHM, yang terletak di Makassar, Sulawesi Selatan, dimulai pada bulan
Januari 2011. Rumah sakit ini mulai beroperasi pada bulan September 2012 dengan
47 tempat tidur operasional. Luas total lahan rumah sakit ini adalah 3.963 meter persegi.
SHMK diposisikan oleh Perseroan sebagai Center of Excellence untuk kardiologi dan neuro
surgery. Per tanggal 30 April 2013, memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 352 tempat
tidur dengan 101 tempat tidur beroperasi dan memiliki tenaga kerja sebanyak 62 dokter
umum dan spesialis (termasuk 35 spesialis yang bekerja paruh waktu) dan 152 perawat.
SHMK merupakan hub untuk Center of Excellence dalam kardiologi untuk mendukung
jaringan rumah sakit Perseroan di Indonesia bagian timur.
Siloam Sriwijaya (SS)
Pembangunan SS, terletak di Palembang, Sumatera Selatan, dimulai pada kuartal pertama
tahun 2011. Rumah sakit ini mulai beroperasi pada Oktober 2012. Luas total lahan rumah
sakit ini adalah 23.285 meter persegi. Per tanggal 30 April 2013, memiliki kapasitas tempat
tidur sebanyak 347 dengan 99 tempat tidur yang beroperasi dan memiliki tenaga kerja
sebanyak 85 dokter umum dan spesialis (termasuk 58 spesialis yang bekerja paruh waktu)
dan 159 perawat. SS merupakan rumah sakit spoke.
Siloam Hospitals Cinere (SHC)
Pada tahun 2012, Perseroan mengakuisisi 80% kepemilikan di PT DHCI, yang merupakan
perusahaan yang mengoperasikan SHC. SHC terletak di Jl. Maribaya 1, Puri Cinere, Depok
16514 dan menempati bangunan bertingkat 7 yang terletak di lahan seluas 1.359 meter
persegi. SHC diposisikan oleh Perseroan sebagai Center of Excellence untuk kardiologi.
Per tanggal 30 April 2013, SHC memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 21 tempat tidur
(semua beroperasi) dan memiliki tenaga kerja sebanyak 10 dokter umum dan spesialis dan
57 perawat. SHC merupakan hub Center of Excellence dalam kardiologi untuk jaringan
rumah sakit Perseroan.
Siloam Hospitals Bali (SHB)
Pembangunan SHB, yang berlokasi di Bali, dimulai pada kuartal pertama tahun 2011.
SHB mulai beroperasi pada Januari 2013. Luas total lahan rumah sakit ini adalah 9.025
meter persegi. SHB diposisikan Perseroan sebagai Center of Excellence untuk ortopedik
dan kardiologi. Per tanggal 30 April 2013, memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 271
tempat tidur dengan 76 tempat tidur yang beroperasi dan memiliki tenaga kerja sebanyak
80 dokter umum dan spesialis (termasuk spesialis yang bekerja paruh waktu), dan 152
perawat. SHB merupakan hub dari Centre of Excellence bidang ortopedi dan kardiologi
untuk jaringan rumah sakit Perseroan dan juga menargetkan untuk memberikan layanan
kesehatan kepada turis, khususnya turis dari Australia.
Siloam Hospitals TB (SHTB)
Siloam Hospitals TB memulai kegiatan usaha terbatas pada Juni 2013. SHTB terletak
di Jl. R.A. Kartini No. 8, Kel. Cilandak Barat, Kec. Cilandak, Jakarta Selatan, Kode Pos
12410. Total area tanah rumah sakit ini adalah 2.489 meter persegi. Perseroan telah
memposisikan rumah sakit ini sebagai Center of Excellence untuk kardiologi, onkologi dan
neuroscience. Pada saat kegiatan usaha sudah berjalan penuh, yang diharapkan untuk
mulai pada Juli 2013, Perseroan berencana rumah sakit ini untuk memiliki kapasitas tempat
tidur sebanyak 269 tempat tidur.
5. CENTERS OF EXCELLENCE
Sebagai bagian dari visi dan komitmen Perseroan untuk memberikan layanan kesehatan
dengan kualitas terbaik, Perseroan telah mendirikan Center of Excellence di rumah sakit
yang dipilih, yang didedikasikan untuk menyediakan perawatan tim medis spesialisasi
dalam berbagai bidang dan didukung oleh fasilitas yang terkini. Strategi ini memungkinkan
untuk pengembangan teknologi paling terkini di Indonesia, penyatuan keahlian dan
peningkatan pengalaman pasien di Indonesia dan di daerah. Center of Excellence
Perseroan membedakan Perseroan dari penyedia layanan kesehatan lainnya di Indonesia.
Center of Excellence juga merupakan hal penting dalam model hub-and-spoke Perseroan.
Jaringan rumah sakit Perseroan disegmentasi secara demografi, epidemiologi dan geografi
dan masing-masing rumah sakit dikomplemen oleh lainnya melalui model hub-and-spoke
Perseroan via infrastruktur Tele-Medicine Perseroan, dimana rumah sakit spoke, yang
biasanya beroperasi di kota lebih kecil berlaku sebagai rujukan untuk kasus yang lebih
kompleks kepada rumah sakit hub, yang biasanya beroperasi di pusat perkotaan dan
menawarkan beberapa spesialisasi medis dan klinis.
Berikut ini merupakan daftar rumah sakit hub Centers of Excellence sebagai berikut:
SHLV merupakan hub untuk kardiologi, neuroscience dan ortopedi;
SHKJ merupakan hub untuk operasi kardiologi, urologi dan ortopedi;
SHSB merupakan hub untuk kardiologi dan perawatan kesuburan;
MRCCC merupakan hub untuk perawatan kanker;
SHMK merupakan hub untuk kardiologi untuk Indonesia bagian timur;
SHC merupakan hub untuk kardiologi; dan
SHB merupakan hub untuk ortopedi dan kardiologi dan juga merupakan hub untuk
turis medis
Akuisisi Lahan
Surat Rekomendasi
(Dinkes Kota)
Konstruksi
Groundbreaking
Izin Pendirian
(Dinkes Provinsi)
15 hari
Penyelesaian
Bangunan
Izin beroperasi
sementara
Commissioning
1 atau 2 tahun
bergantung
pada Regulasi
Provinsi
Simulasi
Operasional
Izin beroperasi
secara permanen
Soft Opening
Prospek Usaha
Pada tahun 2012, Perseroan telah membuka empat rumah sakit baru dan mengakuisisi
satu rumah sakit. Pada periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2013,
Perseroan membuka satu rumah sakit. Siloam Hospitals TB dibuka pada bulan Juni 2013
dan Perseroan berencana untuk membuka satu rumah sakit tambahan pada tahun 2013,
yaitu Siloam Hospitals Medan (direncanakan untuk selesai pada kuartal keempat 2013)
yang akan membuat jumlah rumah sakit Perseroan menjadi sebanyak 15 rumah sakit pada
akhir 2013.
Sampai dengan Prospektus ini diterbitkan beberapa rumah sakit sedang dalam tahap
konstruksi (yang dilaksanakan oleh MPU dengan masukan dari Perseroan), antara lain,
Siloam Hospitals Yogyakarta (direncanakan untuk selesai pada kuartal pertama 2014),
Siloam Hospitals Kupang (direncanakan untuk selesai pada kuartal pertama 2014) dan
Siloam Hospitals Bogor (direncanakan untuk selesai pada kuartal empat 2014).
Semua rumah sakit ini akan didanai oleh dana hasil Penawaran Umum serta kas internal.
7. ENTRY POINT PASIEN
Entry point pasien dimana pasien mengakses dan membayar pelayanan di rumah sakit
Perseroan adalah melalui lima jalur bisnis utama berikut yang mendorong peningkatan
pendapatan secara keseluruhan, yaitu:
Gawat Darurat
Layanan Rawat Jalan
Medical check-up
Rujukan
Layanan Rawat Inap
Distributor
Perseroan
14
Perkiraan
Jumlah
Ranjang
~ 3,000
10
~ 1,200
~1,000
6
3
~ 900
~ 650
41
~ 6,750
Jumlah Rumah
Sakit
Rumah Sakit
SH Lippo Village
RSUS
SH Lippo Cikarang
MRCCC
No Izin
660.1/3/0 Dis. LH
660.1/Kep.80 BP2T/2011
660.1/23/PPDAL/DPLH
24/Amdal/-I.774.151
5 SH Jambi
6 SH Balikpapan
660.2/50/BLH/2010
033/Komdal/I/2004
7
8
9
10
11
SH Menado
SH Makassar
SH Bali
SH Surabaya
SH Kebun Jeruk
12 SH Palembang
512 Tahun 2011
13 Klinik Utama Jantung 660.1/81/VI/BLH
Cinere (SH Cinere)
Jumlah Aset
Jumlah Liabilitas
Jumlah Ekuitas
Jumlah Ekuitas dan Liabilitas
PENDAPATAN
BEBAN POKOK PENDAPATAN
LABA BRUTO
Beban Usaha
Lain-lain - Bersih
LABA USAHA
Penghasilan Bunga
Beban keuangan
LABA SEBELUM PAJAK
Beban Pajak
LABA TAHUN BERJALAN
PENDAPATAN KOMPREHENSIF
LAIN
JUMLAH LABA
KOMPREHENSIF TAHUN
BERJALAN
LABA YANG DAPAT
DIATRIBUSIKAN KEPADA
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Nonpengendali
JUMLAH LABA
KOMPREHENSIF YANG
DAPAT DIATRIBUSIKAN
KEPADA
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Nonpengendali
LABA PER SAHAM DASAR
Laba Periode Berjalan yang
Diatribusikan kepada
Pemegang Saham Biasa
Entitas Induk
17,1
31,0
52,0
37,9
71,87
0,0
0,0
19,4
(2,3)
17,1
27,2
3,9
31,0
50,5
1,5
52,0
43,7
(5,9)
37,9
67,48
4,39
71,87
19,4
(2,3)
17,1
27,2
3,9
31,0
50,5
1,5
52,0
43,74
(5,86)
37,9
67,48
4,40
71,87
0,0
-
0,0
-
27,2
50,5
43,74
143,27
19,4
EKUITAS
Tabel berikut ini menggambarkan posisi ekuitas Perseroan untuk periode empat bulan
yang berakhir pada tanggal 30 April 2013 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2012, 2011 dan 2010 yang telah diaudit oleh KAP Aryanto, Amir Jusuf,
Mawar & Saptoto dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
mengenai penerbitan kembali laporan keuangan konsolidasian, penyajian laporan
keuangan tersendiri entitas induk, dan penggunaan laporan keuangan untuk keperluan
pernyataan pendaftaran. Rincian dari ekuitas tersebut adalah sebagai berikut:
(dalam miliar Rupiah)
Keterangan
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Tambahan Modal Neto
Saldo Laba
Jumlah Ekuitas yang Dapat Diatribusikan kepada
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Nonpengendali
Jumlah Ekuitas
30 April
2013
400
100
(23,1)
175,7
31 Desember
2012
2011
400
400
100
100
(23,1)
(23,1)
156,2
105,8
252,6
9,2
261,8
233,2
11,5
244,6
182,7
(3,7)
179,0
2010
400
100
(23,1)
62,0
138,9
(1,4)
137,5
Selain yang telah disebutkan di atas, setelah tanggal Laporan Keuangan 30 April 2013
hingga Prospektus diterbitkan, tidak ada perubahan struktur modal yang terjadi.
KEBIJAKAN DIVIDEN
Berdasarkan UUPT, pembayaran dividen dilakukan melalui keputusan pemegang saham
pada RUPS tahunan atau luar biasa atas rekomendasi dari Direksi Perseroan. Perseroan
dapat melakukan pembayaran dividen dalam suatu tahun atas hasil laba bersih Perseroan
dari tahun sebelumnya. Sebelum berakhirnya tahun buku Perseroan, dividen interim
dapat dibagikan selama diizinkan oleh Anggaran Dasar Perseroan dan jika pembagian
dividen interim tersebut tidak menyebabkan jumlah kekayaan bersih Perseroan lebih kecil
dari jumlah modal ditempatkan dan disetor serta cadangan wajib. Pembagian tersebut
ditentukan oleh Direksi setelah disetujui oleh Dewan Komisaris. Apabila setelah akhir
tahun buku tersebut, Perseroan mengalami kerugian, maka dividen interim yang telah
dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Direksi dan
Dewan Komisaris akan bertanggung jawab secara renteng jika dividen interim tersebut
tidak dikembalikan kepada Perseroan.
Setelah Penawaran Umum ini, Perseroan bermaksud untuk membayarkan dividen kas
kepada pemegang saham Perseroan sejak tahun buku 2013 dan seterusnya, atas laba
bersih setelah pajak dengan kisaran sebagai berikut:
Persentase Dividen Kas terhadap Laba setelah
Pajak
Keterangan
Bila laba bersih setelah pajak sampai dengan
Rp150 miliar
Laba bersih setelah pajak di atas Rp150 miliar
10%
15 30%
Tingkat dividen kas Perseroan juga dipengaruhi oleh aliran dana dan rencana investasi
dari Perseroan dan entitas anak, di samping batasan peraturan perundangan yang
digambarkan di atas dan persyaratan lainnya, termasuk pembayaran dividen kas oleh
entitas anak kepada Perseroan, kepatuhan pada persyaratan fasilitas kredit untuk
memastikan kemampuan Perseroan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur,
kondisi keuangan dan prospek usaha di masa mendatang dari Perseroan, dan faktor-faktor
yang dianggap relevan oleh Direksi Perseroan dan pemegang saham, termasuk pemegang
saham pengendali.
Apabila keputusan telah dibuat untuk membayar dividen kas, dividen kas tersebut akan
dibayar dalam Rupiah. Pemegang saham pada tanggal pencatatan yang berlaku berhak
atas sejumlah penuh dividen kas yang disetujui, dan dapat dikenai pajak penghasilan
(withholding tax) yang berlaku di Indonesia, jika ada. Dividen kas yang diterima oleh
pemegang saham asing akan dikenai pajak penghasilan (withholding tax) Indonesia
sebesar 20%.
Pemegang Saham baru dalam rangka Penawaran Umum ini mempunyai hak yang sama
dan sederajat dalam segala hal dengan Pemegang Saham lainnya yang modal sahamnya
telah ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan, termasuk hak atas pembagian
dividen kas.
Tidak ada negative covenant atau pembatasan terkait dengan pembagian dividen.
PERPAJAKAN
CALON PEMBELI SAHAM DALAM PENAWARAN UMUM INI DIHARAPKAN UNTUK
BERKONSULTASI DENGAN KONSULTAN PAJAK MASING-MASING MENGENAI
AKIBAT PERPAJAKAN YANG TIMBUL DARI PEMBELIAN, PEMILIKAN MAUPUN
PENJUALAN SAHAM YANG DIBELI MELALUI PENAWARAN UMUM INI.
Dikeluarkan oleh
Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tangerang
Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tangerang
Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bekasi
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Propinsi DKI
Badan Lingkungan Hidup Kota Jambi
Komisi Penilai Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan Kota Balikpapan
Badan Lingkungan Hidup Kota Manado
Walikota Makassar
Gubernur Bali
Walikota Surabaya
Komisi Penilai Amdal Daerah Provinsi
DKI Jakarta
Walikota Palembang
Walikota Depok
Sumber: Riset Pasar Independen tentang Pasar Jasa Perawatan Kesehatan (HCS) Global
dan Indonesia oleh Frost & Sullivan (Juni 2013)
Perseroan juga menghadapi saingan dari grup regional yang beroperasi di Singapura dan
Penang.
Fokus utama Siloam Hospitals Group saat ini adalah melayani seluruh wilayah Indonesia
yang bertujuan untuk mengubah layanan dan akses pelayanan kesehatan menjadi
pelayanan kesehatan berkualitas dan bermutu internasional untuk masyarakat Indonesia
pada umumnya dalam 5 tahun kedepan. Dengan membangun lebih dari 40 rumah sakit
di seluruh Indonesia, kami ingin dikenal sebagai penyedia pelayanan kesehatan yang
melakukan transformasi dimana penduduk Indonesia akan menyadari bahwa mereka
dapat menemukan pelayanan kesehatan berkualitas dengan hasil yang memuaskan
dari rumah sakit-rumah sakit Siloam Hospitals Group yang tidak kalah kualitasnya
dengan pelayanan kesehatan di luar negeri. Dengan populasi lebih dari 240 juta orang
untuk dilayani, Perseroan melihat tidak ada masalah yang timbul dari persaingan dengan
Singapura dan Penang.
13. ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
Berikut adalah surat persetujuan atas dokumen ANDAL, RKL, dan RPL yang dimiliki rumah
sakit Perseroan dan Entitas Anak:
No
1
2
3
4
PT Philips Indonesia
PT Mindray Medical Indonesia
PT Paramount Bed Indonesia
PT Setio Harto
PT Versacon Medical
PT B.Braun Medical Indonesia
PT Draeger Medical Indonesia
PT Thomasong Nirmala
PT Aerocom Jenco Indonesia
PT Murti Indah Sentosa
d. Program Beasiswa
Perseroan juga mengadakan Program Beasiswa yang diperuntukan anak-anak
SMA (Sekolah Menengah Atas) agar dapat mengeyam pendidikan dalam Fakultas
Kedokteran UPH (Universitas Pelita Harapan). Program tersebut disalurkan pada
daerah-daerah maupun masyarakat yang membutuhkan. Selain itu Program diadakan
setiap tahun selama jangka waktu rata-rata 4 tahun hingga pendidikan berakhir.
e. Aksi Donor Darah
Aksi Donor Darah juga kerap dilakukan Perseroan secara berkala setiap tahunnya pada
Rumah Sakit - Rumah Sakit milik Perseroan. Aksi Donor Darah dilakukan bekerjasama
dengan PMI. Salah satu aksi donor darah dilakukan pada Siloam Hospitals Jambi pada
Juni 2012 dan telah terkumpul 45 kantung darah dari aksi tersebut.
f. Pengadaan Program Kesehatan Pendidikan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)
Perseroan secara berkala mengadakan Seminar, Edukasi dan Talk show bertema
Kesehatan yang beragam seperti contohnya Seminar Kesehatan Gigi Anak dan
pemeriksaan gigi gratis serta Sosialisasi alat KB, Talk Show Saturday Health gratis
kegiatan-kegiatan tersebut diadakan di beberapa Siloam Hospitals milik Perseroan.
g. Pemberian Bantuan Bagi korban Bencana Alam
Perseroan juga aktif memberikan bantuan berupa tenaga medis, obat-obatan dan
kebutuhan dasar hidup para korban bencana dalam bencana-bencana alam nasional
yang telah terjadi antara lain Tsunami Aceh tahun 2004, Gempa Yogya di tahun 2006,
Gempa Padang di 2009, Merapi Yogya 2011 dan paling terdekat dilakukan adalah
Longsor Manado 2013.
h. Lainnya
Selain itu, Perseroan juga kerap menyediakan atau menyumbang tenaga ahli dokter
pada Program Bakti Sosial yang dilakukan di daerah Tangerang dan sekitarnya. Dalam
pengadaan maupun kontribusi Program-program Sosial Perseroan melakukan hal
tersebut secara periodik guna memberikan kontribusi dan pelayanan jasa kesehatan
pada masyarakat yang membutuhkan.