Anda di halaman 1dari 10

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

44 TAHUN 1995 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN.


Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam arti
penggunaan benih bermutu mempunyai peranan yang menentukan dalam usaha

meningkatkan produksi dan mutu hasil.


Untuk mendapatkan benih bermutu diperlukan penemuan varietas unggul yang dilakukan
melalui usaha pemuliaan tanaman yang diselenggarakan antara lain melalui kegiatan
pencarian, pengumpulan, dan pemanfaatan plasma nutfah baik di dalam maupun diluar

habitatnya dan atau melalui usaha introduksi dari luar negeri.


Benih dari varietas unggul, untuk dapat menjadi benih bina, terlebih dahulu varietasnya

harus dilepas.
Produksi benih bina harus melalui proses sertifikasi dan apabila akan diedarkan harus

diberi label.
Dalam rangka pembinaan perbenihan tanaman perlu dilakukan upaya yang menyangkut
semua aspek mulai dari pengadaan sampai peredarannya yang diarahkan untuk
memenuhi kriteria tepat jenis/varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat lokasi
dan tepat harga. Kesalahan dalam pembinaan perbenihan tanaman akan menimbulkan
kegagalan dalam kegiatan budidaya tanaman, baik ditinjau dari kepentingan individual
petani/pengguna benih maupun dari segi kepentingan nasional. Dalam rangka
memberikan perlindungan kepada konsumen dan produsen perlu diadakan pengawasan

dalam pengadaan maupun peredaran benih bina.


Supaya kegiatan perbenihan tanaman dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
sasaran yang diinginkan, Pemerintah memberikan kesempatan secara luas kepada
masyarakat, baik berupa badan hukum seperti Koperasi, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, perusahaan swasta yang berbentuk perseroan terbatas,
maupun perorangan termasuk firma dan C.V. untuk berperan serta dalam kegiatan
perbenihan, baik kegiatan pemuliaan, produksi, maupun peredaran benih. Dengan materi
seperti tersebut diatas disusunlah Peraturan Pemerintah tentang Perbenihan Tanaman
sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman.

PELESTARIAN PLASMA NUTFAH

Plasma nutfah di atur oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 44 Tahun 1995
dalam BAB II tentang Plasma nutfah pasal 3 sampai dengan pasal 14. Adapun isi dari
pasal tersebut yaitu :
Pasal 3
1) Plasma nutfah dikuasai oleh Negara, dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
2) Segala kegiatan yang langsung atau tidak langsung dapat memusnahkan atau
membahayakan kelestarian plasma nutfah, dilarang.
Pasal 4
1) Pencarian, pengumpulan, dan pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan di dalam
dan atau di luar habitatnya.
Pasal 5
1) Pemerintah melakukan pencarian, pengumpulan, pemanfaatan, dan atau
pelestarian plasma nutfah.
2) Pencarian dan atau pengumpulan plasma nutfah dapat dilakukan oleh perorangan
warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berdasarkan izin Menteri.
3) Pencarian dan atau pengumpulan plasma nutfah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) hanya untuk keperluan pemuliaan tanaman.
4) Pencarian dan atau pengumpulan plasma nutfah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) dapat pula dilakukan dalam rangka kerjasama penelitian
dengan pihak asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Kegiatan pencarian dan atau pengumpulan plasma nutfah tumbuhan yang
dilindungi harus terlebih dahulu mendapat izin dari Menteri yang membidangi
tumbuhan yang dilindungi.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
diatur oleh Menteri.
Pasal 6
1) Pencarian dan atau pengumpulan plasma nutfah di dalam atau di luar habitatnya
harus dilakukan dengan menjaga kelestarian plasma nutfah dan lingkungan hidup.
2) Dalam melaksanakan kegiatan pencarian dan atau pengumpulan plasma nutfah
harus didampingi oleh petugas yang ditunjuk Menteri.
3) Hasil pencarian dan atau pengumpulan plasma nutfah dilaporkan dan diserahkan
sebagian kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang perbenihan tanaman.

4) Untuk keperluan pelestarian plasma nutfah hasil pencarian dan atau pengumpulan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Pemerintah membentuk Bank Plasma
Nutfah.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan dan penyerahan serta Bank Plasma
Nutfah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4), diatur oleh Menteri.
Pasal 7
Untuk kepentingan pelestarian plasma nutfah, Menteri menetapkan jenis
tumbuhan yang populasinya terbatas.

Pasal 8
1) Pemerintah melaksanakan langkah-langkah pelestarian plasma nutfah yang
populasinya

terbatas, dan menggandakannya

di berbagai tempat

yang

agroklimatnya sesuai.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggandaan plasma nutfah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diatur oleh Menteri.
Pasal 9
1) Untuk

kepentingan

pelestarian

plasma

nutfah,

Pemerintah

memberikan

penandaan.
2) Setiap orang wajib menjaga dan mengamankan plasma nutfah yang telah diberi
tanda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penandaan plasma nutfah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diatur oleh Menteri.
Pasal 10
1) Untuk kepentingan pelestarian plasma nutfah tertentu, Menteri dengan
persetujuan Presiden menetapkan wilayah tertentu sebagai habitatnya.
2) Perubahan peruntukan wilayah habitat plasma nutfah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ditetapkan oleh Menteri dengan persetujuan Presiden.
3) Perubahan peruntukan wilayah habitat plasma nutfah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), tidak dapat dilakukan, dalam hal tidak ada habitat pengganti yang
sesuai bagi plasma nutfah tersebut.
4) Pihak yang berkepentingan dengan perubahan peruntukan wilayah habitat plasma
nutfah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), harus menyediakan wilayah

habitat yang sesuai dan memindahkan plasma nutfah ke wilayah dimaksud di


bawah pengawasan Menteri.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata pemindahan plasma nutfah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), diatur oleh Menteri.
Pasal 11
1) Pelestarian plasma nutfah di luar habitatnya dilakukan dalam bentuk kebun
koleksi dan atau tempat penyimpanan.
2) Kebun koleksi dan atau tempat penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dapat diselenggarakan oleh perorangan, badan hukum atau Pemerintah.
3) Kebun Koleksi dan atau tempat penyimpanan plasma nutfah yang
diselenggarakan oleh perorangan dan atau badan hukum wajib didaftarkan pada
Menteri.
4) Apabila Kebun koleksi dan atau tempat penyimpanan plasma nutfah yang
diselenggarakan perorangan atau
5) badan hukum akan diubah peruntukannya, harus dilaporkan kepada Menteri
paling lambat enam bulan sebelumnya.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pendaftaran dan pelaporan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4), diatur oleh Menteri.
Pasal 12
1) Untuk keperluan pemuliaan tanaman, Pemerintah dapat memanfaatkan plasma
nutfah yang ada pada kebun
2) koleksi dan atau tempat penyimpanan milik perorangan atau badan hukum dengan
memberikan imbalan yang wajar.
3) Apabila dalam kebun koleksi dan atau tempat penyimpanan milik perorangan atau
badan hukum terdapat plasma nutfah yang populasi tumbuhannya terbatas,
Pemerintah dapat memanfaatkannya untuk kepentingan penggandaan tanpa
memberikan imbalan.
Pasal 13
1) Kebun koleksi dan atau tempat penyimpanan plasma nutfah yang diselenggarakan
oleh Pemerintah, ditetapkan oleh Menteri.
2) Perubahan peruntukan kebun koleksi dan atau tempat penyimpanan plasma nutfah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan oleh Menteri.

3) Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 10, Menteri dapat menetapkan kebun


koleksi yang diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai wilayah habitat plasma
nutfah.
Pasal 14
1) Pengeluaran plasama nutfah dari wilayah negara Republik Indonesia hanya untuk
keperluan penelitian dalam rangka pemuliaan tanaman dan dilakukan secara tukar
menukar plasma nutfah.
2) Menteri menetapkan jenis tanaman yang plasma nutfahnya dapat dikeluarkan dari
wilayah negara Republik Indonesia.
3) Pengeluaran plasma nutfah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
Menteri.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengeluaran dan tukar menukar plasma nutfah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Mentri.

PELESTARIAN PLASMA NUTFAH KENTANG


Tanaman kentang adalah tanaman pangan dunia utama sesudah padi, gandum, dan
jagung. Kentang adalah tanaman yang bergizi tinggi, berkalori rendah dengan asam - asam
amino lengkap. Kentang selain digunakan sebagai pangan (salad, baking potato, mash potato,
french fries, chip) juga sebagai bahan industri (pati, alkohol, dekstrin), pakan dan biofarmaka.
Tanaman kentang adalah tanaman yang high input(termasuk tenaga kerja),

high output

(peningkatan pendapatan) tetapi high Risk. Peran plasma nutfah kentang adalah dalam mengubah
High Risk menjadi Low Riskmelalui kultivar unggul dan bibit bermutu.
Penggunaan istilah benih yang berlaku baik bagi perbanyakan tanaman dengan biji
maupun yang diperbanyak secara klonal adalah tidak tepat. Pengertian ini tetap berlaku pada UU
No. 12 Tahun 1992 (Sistem Budidaya Tanaman) dan pada UU No. 29 Tahun 2000 (Perlindungan
Varietas Tanaman). Didalam istilah bahasa Inggeris sedang gencar-gencar disosialisasi
penggunaan istilah propagule (bahan perbanyaka tanaman) yang terdiri dari seed propagule
dan clonal propagule . Dalam perdagangan propagul kentang masih digunakan istilah seed

potatoes untuk umbi dan true potato seed (TPS) atau botanical seed untuk biji. Dalam
karangan ini selanjutnya akan digunakan istilah bibit (propagul vegetatif) untuk tanaman
kentang.
Pelestarian plasma
Pelestarian plasma nutfah kentang didalam bahasa Inggris pada umumnya digunakan
istilah preservasi atau konservasi yang berarti pencegahan dari kehilangan dan kerusakan. Di
Indonesia lebih disukai memakai kata lestari dari pada preservasi dan konservasi. Kata lestari
sendiri berarti tetap selama- lamanya atau tetap tidak berubah. Plasma nutfah adalah bahan
genetic yang dapat diturunkan dari generasi ke generasi. Bahan genetic ini memepunyai susunan
kimia tertentu yang membentuk sifat - sifat fisik tertentu yang dikenal dengan nama khromosom.
Pada tanaman kentang terdapat 3 jenis khromosom yaitu:
1.

kromosom inti,

2.

kromosom kloroplas dan

3.

kromosom mitokhondria.

Bahan informasi genetikyang kita lestarikan ini tedapat dalam sel tanaman (inti sel,
kloroplas, mithokondria) karena itu pelestarian dapat dilakukan pada tingkat tanaman, tingkat
jaringan dan sel dan tingkat DNA. Cara-cara pelestarian itu antara lain :
1. Tingkat tanaman : pada lingkungan dimana tanaman itu tumbuh (in situ), diluar daerah
dari lingkungan tanamannya (ex situ) : kebun raya, arboretum, kebun koleksi).
2. Tingkat invitro (kultur jaringan) : pertumbuhan lambat dan kriopreservasi.
3. Tingkat DNA (DNA-DNA diisolasi dan disimpan dalam vector/ pustaka metagenom).
Tanaman kentang adalah tanaman yang diperbanyak secara klonal dengan umbi, stek mikro,
stek mini, umbi mikro dan umbi mini. Pelestarian plasmanutfah kentang harus secara in vitro.
Cara in vitro ini dapat dilakukan dengan pertumbuhan lambat atau kriopreservasi. Pertumbuhan
lambat adalah praktis, murah, tidak sukar didalam regenerasi serta tidak merubah sifat
plasmanutfah kentang. Pertumbuhan lambat atau minimal ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan tekanan osmosis media, mengurangi hara tanaman, suhu rendah, dan penggunaan
zat pengatur tumbuh. Faktor pertumbuhan minimal dapat dilakukan secara tunggal atau
kombinasi. Penyimpanan koleksi kentang di CIP, Lima (Peru) adalah dengan media MS, sukrosa
14.6 mM, manitol 220 mM dan disimpan pada suhu 8 -10 oC. Di CIAT Columbia digunakan

media MS, GA3 0.58 mM, ABA 19 mM, sukrosa 88mM dan disimpan pada suhu 8 -10 oC (Roca
et al., 1982). Di IPB Bogor ada 2 cara yang digunakan yaitu dengan :
1. MS0, sukrosa 40g/L, dan agar 7 g/L dengan cara ini harus disubkultur 3 bulan sekali.
2. MS0, sukrosa 40g/L, aquasorb (hydrogel) 20 g/L.
Cara ini dapat bertahan sampai 1 tahun baru disubkultur. Pertumbuhan lambat juga dapat
dicapai dengan mengsubtitusi sukrosa degan trehalosa (2 molekul glukosa). Keuntungan dengan
pertumbuhan lambat ini, kalau hendak dikomersialisasikan makasegera dapat digunakan.
Kejelekannya jika listrik padam 3-6 hari maka 50% koleksi akan tidak terselamatkan. Oleh
karena itu penggunaan umbi mikro sebagai system penyimpanan plasmanutfah kentang perlu
dipikirkan.

Pemanfaatan plasma nutfah kentang


Pemanfaatan plasma nutfah kentang dalam menunjang usaha swasembada bibit kentang
di Indonesia adalah dalam dua hal yaitu :
1. Sumber propagul bebas penyakit untuk menghasilkan bibit bersertifikat yang bermutu.
Sudah saatnya bahwa Indonesia tidak lagi mengimpor bibit kentang bersertifikat
dari luar negeri tapi harus membuat sendiri bibit bersertifikat. Keuntungan bibit
bersertifikat dalam negeri antara lain : (1) Menghemat devisa, (2) Memberikan pekerjaan
bagi tenaga yang berpendidikan SD-SLTP-SLA, (3) Mencegah masuknya penyakit dan
hama kentang berbahaya dari luar negeri. Tercatat akhir- akhir ini duahama penyakit
kentang yang sangat berbahaya telah masuk di Indonesia melalui bibit kentang impor
yaitu : (a) lalat liriomisa (Liriomiza huidobrensis) dan nematode sista kuning (Globodera
rostochiensis) dan sista putih (G.pallida). Lalat liriomisa yang di negeri asalnya hanya
menyerang kentang di Indonesia bukan saja kentang tetapi tanaman lainpun diserang.
Tanaman kentang pada musim kemarau sekarang dihadapi pada dua hama yang
berbahaya yaitu : penggerek batang dan lalat liriomisa.

Survei Lisnawita menunjukkan bahwa Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat
semua sudah terjangkit nematode sista. Nematoda inisulit diberantas kecuali dengan
memakai tanaman perangkap. Penyakit-penyakit sistemik seperti virus (PVA, PVS, PVY,
PVX, PLRV, PVM, PAMV, TRV, APLV), hawar daun (Phytophtora infestans), busuk
umbi (Erwinia carotovora), nematode bengkak akar (Meloidogynespp) dll semua masuk
ke Indonesia melalui bibit impor. Karena bibit kentang bersertifikat itu ada selang
toleransi persentase penyakit yang dapat diterima.
Dengan demikian tanaman kultur jaringan yang diambil dari bibit impor, tentu
tidak bebas penyakit sistemik seperti penyakit virus. Oleh Karena itu semua tanaman
kentang in vitro yang akan digunakan sebagai sumber bibit harus disertifikasi bebas
penyakit oleh badan pengawas yang berwenang. Perbanyakan kentang secara in vitro
adalah melalui stek in vitro buku tunggal (single node cutting) kecepatan multiplikasinya
luar biasa. Tanaman kentang in vitro rata- rata menghasilkan 1 buku tiap 3 hari atau 2
buku tiap minggu atau 8 buku tiap bulan. Contoh perhitungan sebagai berikut : Berapa
planlet atau bibit tanaman kentang sesudah 7 minggu jika dimulai dengan 1000 botol
kultur dengan planlet yang berumur 4 minggu. 1 botol berisi 10 planlet, tiap planlet
mempunyai 8 buku pada umur 4 minggu.

640.000 buku disubkultur secara in vitro dan dalam 3 minggu menghasilkan 640
000 planlet yang siap aklimatisasi. Umur planlet 3 minggu adalah umur yang optimal
untuk diaklimatisasi. sasi. Jika kita mempunyai laboratorium dengan kapasitas 100 000
ribu setiap bulan dapat mempoduksi sekitar 700 000 800 000 planlet tiap aklimatisasi
2. Sumber keragaman genetic untuk menghasilkan kultivar kentang unggul untuk berbagai
kebutuhan di Indonesia maupun global.
Badan - badan utama yang menyediakan plasmanutfah kentang
adalah :
1. Centro International de La Papa (CIP), Lima Peru.
2. Estacion Exper imental Regional Agropecuarea (INTA) Balcache, Argentina.

3. EMBRAPA UEPAE de Brazilia, Brazil


4. Institute fur Kartoffelforshung, Gross- Lusenarta, Germany
5. Dutch - German Potato Collection, Braunschwig Germany
6. Commonwealth Potato Collection (CPC) Pentlandfield, Scotland
7. Inter Regional Potato Introduction Station (IR Sturgion Bay, Wisconsin, USA.
8. N.I. Navilov Institute of Plant Idustry Leningrad, USSR.
Tugas badan- badan tersebut ( bank gen kentang ) adalah eksplorasi, koleksi, identifikasi,
dokumentasi, preservasi, evaluasi dan distribusi. CIP, Lima, Peru merupakan pusat plasma nutfah
kentang terlengkap dunia, karena disana terdapat World Potato Collection dan koleksi dasar dari
IBPGR (International Board for Plant Genetic Resources ).
Hasil koleksi dan pemuliaan di Indonesia (IPB) adalah sebagai berikut :
1. Koleksi spesies kentang : S. acaula, S. microdontum, S. phureja, S. sparsipilum, S.
stenotonum, S. stoloniferum, S. berthaultii.
2. Klon differential : (a) Untuk hawar daun (Phytophthora infestans) yaitu 20 klon gen R,
dan kombinasi serta 8 klon differential untuk nematode sista (5 klon untuk sista kuning
dan 3 klon untuk sista putih ).
3. Introduksi Nauetas Komersial.
a. Kentang konsumsi : Alpha (BL, 1925)*), Aminca (BL, 1977), Berolina (JR,
1977), BF15 (PR, 1947), Bintje (BL, 1910), Elvira(BL, 1981), Granola (JR,
1975), Katahdin (US, 1932), Majestic (IN, 1911 ), Nicola ( JR, 1973 ),
Premiere (BL, 1979), Donata (1982), Red Pontiac (US, 1949), dan Seguoia
(US, 1939).
b. Kentang olahan (chip dan french fries) : Atlantic (US, 1976), Baraka (BL,
1971), Columbus, Diamant (BL, 1982), Eba (BL, 1966), Hertha (BL, 1980),
Kennebec (US, 1948), Multa (BL, 1964), Prevalent (BL, 1966), Russet
Burbank (US, 1910), Nooksack (US, 1973), Norchip (US, 1968), Lehmi
Russet (US, 1980).
c.

Kentang untuk pati kentang : Astarte (BL, 1976), Elkana (BL, 1978).

http://novelgro.com/assets/brochure/Prospek_Plasma_Nutfah_Kentang_Dalam_Menduku
ng_Swasembada_Benih_Kentang_di_Indonesia,_Bandung_2006.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CBwQFjAAahUKEwi-jbKemXIAhXIMKYKHQZdCdM&url=http%3A%2F%2Fwww.bpkp.go.id%2Fuu
%2Ffiledownload
%2F4%2F71%2F1494.bpkp&usg=AFQjCNEBpQxy7WMlwwOxOcsanP_q1vlO3A&sig
2=ShUKOfPdRZ4TsggOUt-flw

Anda mungkin juga menyukai