PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi
dan proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan
mekanisme imunologis yang menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan
mekanisme
yang
masih
belum
jelas.
Pada
anak
kebanyakan
kasus
komponen
antigen
yang
sama
sehigga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Glomerulonefritis adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai macam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi di glomerulus akibat suatu proses imunologis.Istilah glomerulonefritis
akut pasca infeksi termasuk grup yang besar dari dari glomerulonefritis akut
sebagai akibat dari bermacam-macam agen infeksi. Pada glomerulonefritis pasca
infeksi, proses inflamasi terjadi dalam glomerulus yang dipicu oleh adanya reaksi
antigen antibodi, selanjutnya menyebabkan aktifasi lokal dari sistem komplemen
dan kaskade koagulasi. Kompleks imun dapat terjadi dalam sirkulasi atau in situ
pada membrane basalis glomerulus.
2.2 Insiden
GNAPS dapat terjadi secara sporadik ataupun epidemik. Biasanya
kasus terjadi pada kelompok sosio ekonomi rendah, berkaitan dengan higiene
yang kurang baik dan jauh dari tempat pelayanan kesehatan.2-4 Risiko terjadinya
nefritis 5% dari infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A yang
menyerang
tenggorokan
sampai
25%
yang
menyerang
kulit
(pioderma),sedangkan tanpa melihat tempat infeksi risiko terjadinya nefritis 1015%. Rasio terjadinya GNAPS pada pria dibanding wanita adalah 2:1. Penyakit
ini terutama menyerang kelompok usia sekolah 5-15 tahun, pada anak < 2 tahun
kejadiannya kurang dari 5%.
Kejadian glomerulonefritis pasca streptokokus sudah mulai menurun
pada negara maju, namun masih terus berlanjut pada negara berkembang,
penurunan kejadian GNAPS berkaitan banyak faktor diantaranya penanganan
infeksi streptokokus lebih awal dan lebih mudah oleh pelayanan kesehatan yang
kompeten.Di beberapa negara berkembang, glomerulonefritis pasca streptokokus
tetap menjadi bentuk sindroma nefritik yang paling sering ditemui. Attack rate
dari glomerulonefritis akut terlihat memiliki pola siklus, yaitu sekitar setiap 10
tahun.
2.3 Etiologi
Faktor faktor penyebab yang mendasari GNA dapat dibagi menjadi
kelompok infeksi dan non infeksi.
Kelompok infeksi
Penyebab yang paling sering GNA adalah oleh infeksi spesies
streptococcus beta hemoliticus group A. Dua jenis telah dijelaskan, yang
melibatkan serotip yang berbeda :
salmonella
typhosa,
brucella
suis,
treponema
palidum
Cryoglobulinemia
Serum sicknes
2.5 Patogenesis
Mekanisme dari pathogenesis terjadinya jejas glomerulus pada
GNAPS sampai sekarang belum diketahui, meskipun telah diduga terdapat
sejumlah faktor host dan faktor kuman streptokokus yang berhubungan dalam
terjadinya GNAPS.
2.5.1
Faktor host
Penderita yang terserang infeksi kuman streptokokus grup A strain
nefritogenik, hanya 10-15% yang berkembang menjadi GNAPS, mengapa hal ini
demikian masih belum dapat diterangkan, tetapi diduga beberapa faktor ikut
berperan.3 GNAPS menyerang semua kelompok umur dimana kelompok umur 5-
15 tahun (di Indonesia antara umur 2.5 15 tahun, dengan puncak umur 8.4
tahun) merupakan kelompok umur tersering dan paling jarang pada bayi.Anak
laki-laki menderita 2 kali lebih sering dibandingkan anak wanita. Rasio anak lakilaki dibanding anak wanita adalah 76.4%:58.2% atau 1.3:1.6 GNAPS lebih sering
dijumpai di daerah tropis dan biasanya menyerang anak-anak dari golongan
ekonomi rendah. Di Indonesia 68.9% berasal dari keluaga sosial ekonomi rendah
dan 82% dari keluarga berpendidikan rendah. Keadaan lingkungan yang padat,
higiene sanitasi yang jelek, malnutrisi, anemia, dan infestasi parasit, merupakan
faktor risiko untuk GNAPS, meskipun kadang-kadang outbreaks juga terjadi
dinegara maju. Faktor genetik juga berperan, misalnya alleles HLA-DRW4, HLADPA1 dan HLA-DPB1 paling sering terserang GNAPS.
2.5.2
Streptokinase
adalah
protein
yang
disekresikan
oleh
kuman
3-phosphate
dehydrogenase
(GAPDH)
dan
streptococcal
antibodi yang terjadi dalam sirkulasi atau in situ dalam glomerulus. Mekanisme
terjadinya inflamasi yang mengakibatkan terjadinya jejas renal didahului oleh
proses sebagai berikut:
1. Terbentuknya plasmin sebagai akibat pemecahan plasminogen oleh
streptokinase yang akan menaktivasi reaksi kaskade komplemen.
2. Terperangkapnya kompleks Ag-Ab yang sudah terbentuk sebelumnya
kedalam
glomerulus.
(jaringan
glomerulus
yang
normal
yang
bersifat
autoantigen).
Proses terjadinya jejas renal pada GNAPS diterangkan pada gambar dibawah ini:
10
1. Terperangkapnya
kompleks
antigen-antibodi
dalam
glomerulus
yang
kemudian akan
merusaknya.
2. Proses auto-imun kuman Streptokokus yang bersifat nefritogenik dalam tubuh
menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus.
3. Streptokokus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai
komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak
membrana basalis glomerulus.
Pola respon jaringan tergantung pada tempat deposit dan jumlah
kompleks yang dideposit. Bila deposit pada mesangium respon mungkin minimal,
atau dapat terjadi perubahan mesangiopatik berupa ploriferasi sel-sel mesangial
dan matrik yang dapat meluas diantara sel-sel endotel dan membran basalis, serta
menghambat fungsi filtrasi glomerulus. Jika kompleks terutama terletak di
subendotel atau subepitel, maka respon cenderung berupa glomerulonephritis
difusa, seringkali dengan pembentukan sabit epitel. Pada kasus deposit komplek
imun di subepitel, maka respon peradangan dan proliferasi menjadi kurang nyata,
dan membran basalis glomerulus berangsur-angsur menebal dengan masuknya
kompleks-kompleks ke dalam membran basalis glomerulus.
Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap perbedaan distribusi
deposit kompleks imun dalam glomerulus sebagian besar tidak diketahui,
walaupun demikian ukuran dari kompleks tampaknya merupakan salah satu
determinan utama. Kompleks-kompleks kecil cenderung menembus membran
basalis kapiler, mengalami agregasi, dan berakumulasi sepanjang dinding kapiler
di
bawah
epitel,
sementara
kompleks-kompleks
berukuran
sedangtidak
11
pada
dinding
kapiler
gromelurus
mengakibatkan
12
hari sering terjadi edema pada wajah terutama edem periorbita, meskipun edema
paling nyata dibagian anggota GFR biasanya menurun (meskipun aliran plasma
ginja biasanya normal) akibatnya, ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin
berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat
juga berperan pada retensi air dan natrium. Dipagi hari sering terjadi edema pada
wajah terutama edem periorbita, meskipun edema paling nyata dibagian anggota
bawah tubuh ketika menjelang siang. Derajat edema biasanya tergantung pada
berat peradangan gelmurulus, apakah disertai dnegan payah jantung kongestif,
dan seberapa cepat dilakukan pembatasan garam.
Hematuria mikroskopik ditemukan pada hampir semua pasien (di
Indonesia 99.3%). Hematuria gros (di Indonesia 53.6%) terlihat sebagai urin
berwarna merah kecoklatan seperti warna coca-cola. Penderita tampak pucat
karena anemia akibat hemodilusi. Penurunan laju filtrasi glomerulus biasanya
ringan sampai sedang dengan meningkatnya kadar kreatinin (45%). Takhipnea
dan dispnea yang disebabkan kongesti paru dengan efusi pleura sering ditemukan
pada penderita glomerulonefritis akut. Takikardia, kongesti hepar dan irama
gallop timbul bila terjadi gagal jantung kongesti. Proteinuria (di Indonesia 98.5%)
biasanya bukan tipe proteinuria nefrotik. Gejala sindrom nefrotik dapat terjadi
pada kurang dari 5% pasien.
Hipertensi ringan sampai sedang terlihat pada 60-80% pasien ( di
Indonesia 61.8%) yang biasanya sudah muncul sejak awal penyakit. Tingkat
hipertensi beragam dan tidak proporsional dengan hebatnya sembab. Bila terdapat
kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa
minggu dan menjadi permanen bila keadaan penyakitnya menjadi kronis.
Hipertensi selalu terjadi meskipun peningkatan tekanan darah mungkin hanya
sedang. Hipertensi terjadi akibat ekspansi volume cairan ekstrasel (ECF) atau
akibat vasospasme masih belum diketahui dengan jelas.
Kadang-kadang terjadi krisis hipertensi yaitu tekanan darah mendadak
meningkat tinggidengan tekanan sistolik > 200 mm Hg, dan tekanan diastolik >
13
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.6.1.1
Urinalisis
Pada pemeriksaan urin rutin ditemukan hematuri mikroskopis ataupun
14
2.6.1.2
Darah
Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat dengan
tanda
gagal
ginjal
seperti
hiperkalemia,
asidosis,
hiperfosfatemia
dan
15
hingga sebaiknya uji titer dilakukan secara serial. Kenaikan titer 2-3 kali berarti
adanya infeksi.
2.6.1.3
Pencitraan
Gambaran radiologi dan USG pada penderita GNAPS tidak spesifik.
Foto toraks umumnya menggambarkan adanya kongesti vena sentral daerah hilus,
dengan derajat yang sesuai dengan meningkatnya volume cairan ekstraseluler.
Sering terlihat adanya tanda-tanda sembab paru (di Indonesia 11.5%), efusi pleura
(di Indonesia 81.6%), kardiomegali ringan (di Indonesia 80.2%), dan efusi
perikardial (di Indonesia 81.6%). Foto abdomen dapat melihat adanya asites.
Pada USG ginjal terlihat besar dan ukuran ginjal yang biasanya
normal. Bila terlihat ginjal yang kecil, mengkerut atau berparut, kemungkinannya
adalah penyakit ginjal kronik yang mengalami eksaserbasi akut. Gambaran ginjal
pada USG menunjukkan peningkatan echogenisitas yang setara dengan
echogenisitas parenkhim hepar. Gambaran tersebut tidak spesifik dan dapat
ditemukan pada penyakit ginjal lainnya
2.7
Diagnosis
Diagnosis glomerulonefritis akut pascastreptokok perlu dicurigai pada
pasien dengan gejala klinis berupa hematuri makroskopis (gros) yang timbul
mendadak, sembab dan gagal ginjal akut, yang timbul setelah infeksi
streptokokus. Tanda glomerulonefritis yang khas pada urinalisis, bukti adanya
infeksi streptokokus secara laboratoris dan rendahnya kadar komplemen C3
mendukung bukti untuk menegakkan diagnosis.Beberapa keadaan lain dapat
menyerupai glomerulonefritis akut pascastreptokok pada awal penyakit, yaitu
nefropati-IgA dan glomerulonefritis kronik. Anak dengan nefropati-IgA sering
menunjukkan gejala hematuria nyata mendadak segera setelah infeksi saluran
napas atas seperti glomerulonefritis akut pascastreptokok, tetapi hematuria
makroskopik pada nefropati-IgA terjadi bersamaan pada saat faringitis, sementara
pada glomerulonefritis akut pascastreptokok hematuria timbul 7-14 hari setelah
faringitis, sedangkan hipertensi dan sembab jarang ditemukan pada nefropati-IgA.
16
akut,
glomerulonefritis
sembab,
kronik
hipertensi
yang
dan
menunjukkan
gagal
gejala
ginjal.
tersebut
Beberapa
adalah
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien GNAPS meliputi eradikasi kuman dan
17
Edukasi penderita
18
KOMPLIKASI
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari, terjadi
PROGNOSIS
19
secara
kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-4
minggu. Komplemen serum menjadi normal dalam waktu 6-8 minggu. Tetapi
kelainan sedimen urin akan tetap terlihat selama berbulan-bulan bahkan bertahuntahun pada sebagian besar pasien. Beberapa penelitian lain menunjukkan adanya
perubahan histologis penyakit ginjal yang secara cepat terjadi pada orang dewasa.
Selama komplemen C3 belum pulih dan hematuria mikroskopis belum
menghilang, pasien hendaknya diikuti secara seksama oleh karena masih ada
kemungkinan terjadinya pembentukan glomerulosklerosis kresentik ekstra-kapiler
dan gagal ginjal kronik.
20
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
1. Nama
: An. D
2. Umur
: 12 tahun
3. Jenis kelamin
: Laki-laki
4. Agama
: Islam
5. Suku
: Jawa
6. Alamat
7. Tanggal masuk RS
: 13 Juli 2014
Orang tua
Ayah
1. Nama
: Tn. S
2. Agama
: Islam
3. Suku
: Jawa
4. Pekerjaan
: Sopir
Ibu
1. Nama
: Ny. E
2. Agama
: Islam
21
3. Suku
: Jawa
4. Pekerjaan
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien sendiri dan alloananamnesis dengan ibu
dan ayah pasien pada hari Senin tanggal 15 agustus 2014 pada jam 11.00 WIB.
KELUHAN UTAMA : Bengkak di wajah sejak 1 minggu yang lalu
KELUHAN TAMBAHAN :.
Timbul panas naik turun sejak 6 hari yang lalu, disertai batuk pilek, muntah dari 3
hari yang lalu sehari berkisar 3 sampai 4 kali, 4 hari sebelum masuk rumah sakit
kencing warnanya seperti teh.
RIWAYAT PERJALANAN PEYAKIT :
Seminggu sebelum masuk rumah sakit ibu mengatakan pasien tiba-tiba bengkak
di wajah pagi hari setelah bangun tidur, keesokan harinya pasien panas. Panas
naik turun. Sakit kepala gliyeng. Disertai dengan batuk berdahak dan pilek.
Sampai susah bernafas. Nafsu makan berkurang. Selama ini makan selalu teratur
4 hari sebelum masuk rumah sakit , pasien mengeluh kencing seperti teh tidak
seperti biasanya. Tidak nyeri.
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien pergi periksa ke puskesmas porong,
dokter jaga puskesmas mengatakan pasien terserang penyakit thypus dan infeksi
saluran kencing. Mendapat pengobatan dari puskesmas tapi tidak sembuh. Merasa
khawatir pergi ke poli anak RSUD Bangil keesokan harinya. Dari poli anak
pasien dinyatakan harus rawat inap.
22
RIWAYAT PENGOBATAN :
RIWAYAT SOSIAL
Perawatan Antenatal
Ke puskesmas
KELAHIRAN
Tempat Kelahiran
Bidan
Penolong Persalinan
Bidan
Cara Persalinan
Masa Gestasi
23
Spontan
Cukup Bulan
Keadaan Bayi
tidak
diketahui
- Lingkar
kepala:
tidak diketahui
- Langsung
Menangis
- Kulit warna merah
Kesimpulan riwayat kehamilan/ kelahiran : NORMAL
RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyaki
Penyakit
Penyakit
t
Alergi
Cacinga
Difteria
Kejang
Jantung
Ginjal
n
Demam
Kecelakaa
Darah
Radang
Paru
Tuberkulosi
s
Demam
Berdara
h
Demam
Thypoid
Otitis
n
-
Diare
Morbili
Parotitis
Operasi
RIWAYAT IMUNISASI
24
Vital sign
Frekuensi Nadi
: 137x / menit
Frekuensi Napas
: 54x / menit
Suhu Tubuh
: 37,3 0C
Tensi
: 150/110 mmhg
2. Antropometri
Berat Badan : 41 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Lingkar kepala : 55 cm
Lingkar lengan atas : 23 cm
Status Gizi (WHO) :
TB/U
: 41 kg
BB/U
: Median
BB/TB
: Median
BBI
: 41
% BBI
: 100 %
3. Pemeriksaan Fisik
1.
Kepala
-
Normocephali
25
Mata
-
Telinga
-
Sekret -/-
Serumen -/-
Hidung
-
Dypspneu (+)
Mulut
-
Bibir kering
Gigi
-
Faring
Tenggorokan
Leher
2.
Toraks
Jantung
-
S1 dan S2 tunggal
Murmur (-)
Gallop (-)
26
Paru
Ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
3.
Abdomen
-
Supel
Datar
Meteorismus (+)
4.
Genitalia
-
Kelamin laki-laki
5.
Ekstremitas atas :
6.
7.
Akral hangat
Oedem (-)
Ekstremitas bawah :
-
Akral hangat
Oedem (-)
Tulang Belakang
-
Scoliosis (-)
Lordosis (-)
Kiposis (-)
27
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi
Tanggal 15 agustus 2014
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Hb
Leukosit
11,4 g/dl
19,1 k/ l
4,52
35,3 %
78,0 Fl
25,2 pg
32,3 g/dl
11,5 %
35,0-60,0 %
80,0-99,0 Fl
26,0-37,0 pg
32,0-36,0 g/dl
11,6-13,7 %
319 x 103 / l
150-450 x 103 / l
Eritrosit
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
Hasil
Nilai normal
BUN
Kreatinin serum
SGOT
SGPT
GDA
Albumin
22 mg/dl
0,7 mg/dl
18,8 u/l
16,8 u/l
68,9 mg/dl
3,8 gr/dl
6-20 mg/dl
<1,3 mg/dl
L= < 39 u/l, P= < 31 u/l
L= < 41 u/l, P= < 31 u/l
3,8-5,1
Hasil
15 agustus 2014
+2
Albumin
28
Reduksi
Bilirubin
Urobilin
Sedimen :
Negatif
Negatif
Negatif
Eritrosit
12-15 plp
Leukosit
6-8
2-3
Epitel
Negatif
Kristal
29
Pemeriksaa
Hasil
Nilai normal
Satuan
n
ASO/AST
Positif : 200
< 200
IU/ml
RESUME
Seorang pasien An.D , laki-laki berumur 11 tahun
dengan berat badan 41 kg datang ke poli Anak RSUD Bangil
dengan keluhan Seminggu yang lalu pasien tiba-tiba bengkak di wajah
pagi hari setelah bangun tidur, keesokan harinya pasien panas. Panas naik
turun. Sakit kepala gliyeng. Disertai dengan batuk berdahak dan pilek. Sampai
susah bernafas. Nafsu makan berkurang. Selama ni makan selalu teratur,
pasien mengeluh kencing seperti teh tidak seperti biasanya. Tidak
nyeri.Periksa ke puskesmas porong, dokter jaga puskesmas mengatakan
pasien terserang penyakit thypus dan infeksi saluran kencing. Mendapat
pengobatan dari puskesmas tapi tidak sembuh. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan gizi baik, tampak lemas, kesadaran compos
mentis. Berat badan : 41 kg, Frekuensi nadi 137x / menit ,
Frekuensi Napas : 54x / menit, Suhu Tubuh : 37,3 0C, Tensi : 150/110 mmhg
30
Sindrom nefrotik
DAFTAR MASALAH
Gejala klinis
1. Bengkak di wajah
2. Batuk
3. Pilek
4. Panas, sakit kepala , muntah
5. Kencing seperti the
PENATALAKSANAAN
PDx
Darah lengkap
Kultur urin
Pemeriksaan ASTO
Pemeriksaan Kimia Klinik
Meliputi : BUN, kreatinin serum, SGOT, SGPT,GDA
Pemeriksaan penunjang lain
Meliputi: radiologis (rontgen)
PTx
Cefotaxim 1 X 1 gram
Furosemide 2 X 40 mg
Po :
31
Nifedipin 3 X 4 mg
Extra sublingual bila TTD diastole > 100
Tensi perjam
PEMBAHASAN KASUS
32
basalis
Proses
autoimun
kuman
streptococcus
menimbulkan pembentukan
yang
kompleks
nefritogen
autoimun
dalam
yang
tubuh
merusak
gromerulus.
Streptococcus nefrinogen dan membrane basal gromerulus mempunyai
antigen yang sama sehigga dibentuk antibodi langsung
komponen
merusak
33
BAB IV
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi
dan proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan
mekanisme imunologis yang menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan
mekanisme yang masih belum jelas.
Pada anak kebanyakan kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling
sering infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A.
Insiden terjadinya gromerulonefritis kebanyakan anak laki daripada
perempuan dengan perbandingan 2 : 1 , Penyakit ini terutama menyerang
kelompok usia sekolah 5-15 tahun, pada anak < 2 tahun kejadiannya kurang dari
5%. Usia >6 tahun sebanyak 76.4%). Terdapat di daerah tropik dan golongan
sosio-ekonomi rendah (68.9%), Golongan pendidikan rendah ( 82% ). Timbulnya
GNA didahului infeksi ekstrarenal terutama disaluran nafas dan kulit oleh kuman
streptococcus beta hemolitikus grup A. Tipe radang dari saluran nafas atas M 1,4,
12, 25. Tipe kulit M 2, 42, 49, 56, 57 , 60.
Mekanisme terjadinya gromerulonefritis :
basalis gromerulus
merusaknya
34
dan
kemudian
merusak gromerulus.
komponen
antigen
yang
sama
sehigga
35
36