Disusun Oleh :
Mahasiswa/i Jurusan Gizi Palembang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN GIZI PALEMBANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-nya jualah kami dapat menyelesaikan Proposal
Praktek Belajar Lapangan Perencanaan Program Gizi ini. Praktek Belajar
Lapangan Perencanaan Program Gizi akan dilaksanakan dari tanggal .....
November - ..... Desember 2015 di 8 Desa (Desa Guci, Muara Gula Baru,
Muara Gula Lama, Pinang Belarik, Tanjung Raman, Ujan Mas Baru, Ujan
Mas Lama, Ulak Bandung) dalam wilayah kerja Puskesmas Ujan Mas
Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Muara Enim .
Dalam proses pembuatan proposal ini kami banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu drg. Hj. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku Penanggung Jawab
Direktur Politeknik Kesehatan Palembang.
2. Ibu Hana Yuniarti, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi
Palembang
3. Kepala Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Muara
Enim
beserta
jajarannya.
4. Kepala Desa Guci, Muara Gula Baru, Muara Gula Lama, Pinang
Belarik, Tanjung Raman, Ujan Mas Baru, Ujan Mas Lama, Ulak
Bandung
5. Pimpinan Puskesmas Ujan Mas Kecamatan Ujan Mas Kabupaten
Muara Enim beserta jajaran.
6. Bidan Desa dan tenaga kesehatan lain serta kader Posyandu Guci,
Muara Gula Baru, Muara Gula Lama, Pinang Belarik, Tanjung
Raman, Ujan Mas Baru, Ujan Mas Lama, Ulak Bandung
7. Masyarakat Guci, Muara Gula Baru, Muara Gula Lama, Pinang
Belarik, Tanjung Raman, Ujan Mas Baru, Ujan Mas Lama, Ulak
Bandung yang telah berpartisipasi dan bekerjasama.
8. Teman-teman seperjuangan
Kami menyadari bahwa Proposal Praktek Belajar Lapangan
Perencanaan Program Gizi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture, dalam bentuk
variabel tertentu. Penilaian status gizi dapat dinilai secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi
empat
penilaian
yaitu
antropometri,
klinis,
biokimia
dan
biofisik.
yaitu
kejadian
gizi
yang
salah,
bisa
kekurangan
gizi
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
secara
nasional
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan status gizi
balita di Ujan Mas Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang diharapkan dalam praktek belajar
lapangan perencanaan program gizi ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi anak balita di wilayah
kerja Puskesmas Ujan Mas Kecamatan Ujan Mas Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2015.
b. Mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin anak balita di wilayah
kerja Puskesmas Ujan Mas Kecamatan Ujan Mas Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2015.
c. Mengetahui distribusi frekuensi usia anak balita di wilayah kerja
Puskesmas Ujan Mas Kecamatan Ujan Mas Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2015.
d. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi kesehatan anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Ujan Mas Kecamatan Ujan Mas Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2015.
e. Mengetahui distribusi frekuensi asupan zat gizi (energi, protein,
lemak, dan karbohidrat) anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Ujan Mas Kecamatan Ujan Mas Provinsi Sumatera Selatan tahun
2015.
f.Mengetahui distribusi frekuensi status sosial ekonomi keluarga anak
balita di wilayah kerja Puskesmas Ujan Mas Kecamatan Ujan Mas
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015.
g. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu dari anak
balita di wilayah kerja Puskesmas Ujan Mas Kecamatan Ujan Mas
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015.
h. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pendidikan kepala keluarga
anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ujan Mas Kecamatan Ujan
Mas Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015.
i.Mengetahui
distribusi
frekuensi
tingkat
pengetahuan
gizi
dan
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi anak balita
2. Ada hubungan antara usia dengan status gizi anak balita.
3. Ada hubungan antara status kesehatan dengan status gizi anak
balita.
4. Ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, lemak dan
karbohidrat) dengan status gizi anak balita.
5. Ada hubungan antara sosial ekonomi keluarga balita dengan
status gizi anak Balita.
6. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi
anak balita.
7. Ada hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan
status gizi anak balita.
pengembangan
mahasiswa
dalam
kegiatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti zat
makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang
berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu
gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk
menghasilkan tenaga (Irianto, 2006).
Supariasa dkk (2002) menjelaskan bahwa gizi adalah suatu
proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi. Penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ serta menghasilkan energi.
Menurut Almatsier (2009) zat-zat gizi yang dapat memberikan
energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein, oksidasi zatzat gizi ini
menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan
atau aktivitas. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa gizi
adalah
bahan
makanan
yang
dikonsumsi
oleh
tubuh
untuk
kecil
selalu
dijumpai
di
negara-negara
yang
sedang
Karakteristik Balita
1) Usia
Semakin bertambah usia bayi, semakin banyak makanan
pendamping yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi. Anak yang sehat dengan bertambahnya umur berat
badannya
juga
akan
bertambah,
sehingga
umur
transportasi,
penyimpanan
metabolisme
dan
masyarakat
pedesaan
belum
begitu
TABEL 6
ANGKA KECUKUPAN ZAT GIZI DIANJURKAN
PADA BALITA DI INDONESIA
Umur
(bulan)
BB
(kg)
TB
(cm)
Energi
(kkal)
Protein
(g)
06
07 11
12 36
37 72
6
9
13,0
19,0
61
71
91
112
550
725
1125
1600
12
18
26
35
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
34
58
36
44
62
82
155
220
Vit.A
(SI)
Thiamin
(mg)
Vit.C
(mg)
375
400
400
400
0,3
0,4
0,6
0,6
40
50
40
40
b. Karakteristik Keluarga
1. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga mempengaruhi keadaan status
gizi balita, karena pada umumnya keluarga yang berpendapatan
rendah mengakibatkan rendahnya pemenuhan akan konsumsi
makanan.
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi
pertama pada kondisi yang umum. Golongan miskin menggunakan
bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
Zat
Besi
(mg)
7
8
9
perilaku sesesorang
oleh
atau
masyarakat
pengetahuan.
Faktor
tentang
yang
kesehatan
mempengaruhi
keluarga.
Namun
demikian,
di
dalam
masyarakat
penanganan makanan masih didominasi oleh ibu. Oleh karena itu ibu
dituntut untuk memahami seluk beluk makanan yang berkaitan
dengan gizi (Lisdiana,1998).
Praktek ibu dalam menyediakan makanan sangat dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan gizi, pengetahuan gizi ibu yang cukup
diharapkan dapat memilih dan menyediakan makanan yang bergizi,
serta menyusun menu seimbang dengan baik yang secara tidak
langsung akan meningkatkan status gizi balita (Ngadiati, 1990).
Suatu hal yang menyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada 3 kenyataan :
Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan.
Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakan
mampu
menyediakan
zat
gizi
yang
diperlukan
untuk
belajar
menggunakan
pangan
dengan
baik
bagi
(2004)
dalam
blog
nutrisionist
5.26
kali
lebih
banyak
pengaruhnya
terhadap
dapat
dilihat
dari
besar
keluarga
akan
mempengaruhi
asupan
zat
gizi
(Prawirohartono, 1996).
7. Jumlah Anggota Keluarga
Pembatasan jumlah keluarga bisa membantu memperbaiki gizi.
Jika besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak
akan berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa
anak yang kecil memerlukan makanan relatif lebih banyak dari anak
yang lebih besar (Suhardjo, 1986).
A. Kerangka Teori
Kerangka teori ini merupakan hasil modifikasi dari teori beberapa
penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti. :
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dibawah ini merupakan hasil dari kerangka
yang dikemukakan, maka dibuat kerangka konsep penelitian seperti
yang tertera dibawah ini :
C. Definisi Operasional
1. Status Gizi Balita
Keadaan fisik anak balita usia 6 - 54 bulan yang diukur
secara antropometri dengan parameter berat badan, tinggi badan
Hasil ukur
Hasil ukur
Menurut BB/TB
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil ukur
injak
: (1) Sangat Kurus, jika < -3 SD
Sumber
: Kemenkes, 2011
Skala ukur
: Ordinal
Menurut IMT/U
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil ukur
injak
: (1) Sangat Kurus, jika < -3 SD
: Kemenkes, 2011
Skala ukur
: Ordinal
2. Jenis Kelamin
Alat kelamin primer yang dimiliki anak balita sebagai
pembeda antara laki-laki dan perempuan, diperoleh melalui
wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil ukur
: Wawancara
: Kuesioner
: (1) Laki- laki
Skala ukur
(2) Perempuan
: Nominal.
3. Usia
Selisih tanggal survey dengan tanggal lahir anak balita yang
dinyatakan dalam genap bulan, didapat melalui wawancara
langsung dengan menggunakan kuesioner.
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil ukur
: Wawancara
: Kuesioner
: (1) 7 11 bulan
(2) 12 36 bulan
(3) 37 54 bulan
Sumber
: AKG 2013
Skala ukur
: Interval
: Wawancara
: Kuesioner
: (1) Sakit, bila tidak ada gangguan kesehatan
: Wawancara
: Kuesioner
: (1) Konsumsi baik, bila 80 % AKG
Alat ukur
Hasil ukur
beras
:
Kuesioner
: (1) Miskin, bila <360 kg/kapita/tahun
Skala ukur
: Ordinal.
7. Pendidikan Ibu
Jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah atau telah
diselesaikan oleh Ibu dari anak Balita, diperoleh melalui wawancara
langsung dengan menggunaka kuesioner.
Cara Ukur
Alat ukur
: wawancara langsung
: Kuesioner
Hasil ukur
:
(1) SD
(2) SLTP
(3) SMA
menengah
pertama
atau sederajat
lulus SLTA/ pernah duduk di
sekolah menengah atas atau
sederajat dan atau lulus di
perguruan tinggi/pernah duduk
Sumber
di perguruan tinggi
: UU No. 23, 2003
Skala ukur
: Ordinal.
: wawancara langsung
: Kuesioner
:
(1) SD
(2) SLTP
menengah
pertama
(3) SMA
atau sederajat
lulus SLTA/ pernah duduk di
sekolah menengah atas atau
sederajat dan atau lulus di
perguruan tinggi/pernah duduk
Sumber
di perguruan tinggi
: UU No. 23, 2003
Skala ukur
: Ordinal.
: wawancara langsung
: Kuesioner
: (1) Baik , bila hasilnya nilai rata-rata
: wawancara langsung
: Kuesioner
: (1) Bekerja , bila berusaha sendiri, berusaha
dibantu
anggota
sebagai
buruh
keluarga,
pegawai
berusaha
pemerintah
maupun swasta
(2) Tidak bekerja, bila ibu rumah tangga
Skala ukur : Ordinal.
: wawancara langsung
: Kuesioner
:
(1) Pegawai
anggota
ABRI,
Pemerintah
(2) Wiraswasta
(3) Petani
Pensiunan.
pedagang.
petani pemilik dan petani
(4) Buruh
penggarap
Sopir, bekerja di pabrik atau
usaha orang lain
: wawancara langsung
: Kuesioner
: (1) Keluarga besar, bila > 4 orang
(2) Keluarga kecil, bila 4 orang
: Ordinal
PNS,
BAB III
METODE PENELITIAN
mulai dari
survey analitik
dengan
diambil
dan
N
n
Keterangan :
K = selang pengambilan sampel
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
4. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan teknik
Quota Random Sampling.
desa,
agama,
pekerjaan
penduduk
serta
cara
melakukan
kunjungan
ke
rumah
yang
Data Sekunder
1. Pengambilan data populasi balita diperoleh dari arsip desa
yang berjumlah 80 anak balita, ditambah cadangan
2.
3.
4.
5.
6.
instrumen
yang
akan
digunakan
dalam
Kuesioner.
b.
c.
Alat
ukur
panjang
badan
e.
f.
Timbangan makanan.
g.
h.
Program komputerisasi.
i.
Angka
Kecukupan
Gizi
yang
dihitung
dengan
menggunakan
aplikasi
Konsumsi baik
: 80 % AKG
Konsumsi kurang
: < 80 % AKG
gizi
dan
kesehatan
ibu
tersebut
yang
b. Analisis Bivariat
Analisis dilakukan dengan membuat tabel silang
antara masing-masing variabel bebas {jenis kelamin, usia,
status kesehatan, asupan zat gizi (E, P, L, KH), status sosial
ekonomi, pendidikan ibu, pendidikan kepala keluarga,
pengetahuan gizi dan kesehatan, status pekerjaan ibu, jenis
pekerjaan
kepala
keluarga,
jumlah
angota
keluarga)
DAFTAR PUSTAKA
RI.
2011.
Keputusan
1995/MENKES/SK/XII/2010
Menteri
Tentang
Kesehatan
Standar
RI
Nomor:
Antropometri
Indonesia.
Jakarta
Kemenkes
RI.
Bagi
Available
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.
%2075%20ttg%20Angka%20Kecukupan%20Gizi%20Bangsa
%20Indonesia.pdf (Diakses : 06 November 2014)
Krisnansari, Diah. Nutrisi dan Gizi Buruk. 2010 diakses tanggal 6 Oktober
2012.
Lita Dwilistyowati. 2012. Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Balita.
availabel on : http://alwaysnutritionist.blogspot.com/2012/02/faktorpenyebab-gizi-buruk-pada-balita.html. Diakses Februari 2012.
Moehji, Sjahmien. 1982. Ilmu Gizi Jilid 1. Bhratara Karya Aksara: Jakarta.
Soekidjo N. 2011. Kesehatan Masyarakat. Ilmu dan Seni. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara: Jakarta
Supariasa I.D.M, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Supariasa, I Dewa Nyoman dkk, 2002, Penilaian Status Gizi, Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Suhardjo, 2003. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Kanisius,
Yogyakarta
The United Nations Development Programme (UNDP). 2013. Human
Development Report 2013.The Rise of the South: Human Progress
2014.
Faktor
Penyebab
Gizi
Buruk.Availabel
on