: 1.
Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam
Lingkungan...
1
adalah
Pemerintah
Provinsi
-3-
4.
5.
6.
dan penghidupan.
38. Kawasan pedesaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
39. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi
kawasan
sebagai
tempat
permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
40. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang
ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk
kepentingan pertahanan.
41. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
42. Kawasan resapan air adalah kawasan yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(akifer) yang berguna sebagai sumber air.
43. Sempadan pantai adalah kawasan perlindungan
setempat sepanjang pantai yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian dan
kesucian pantai, keselamatan bangunan, dan
tersedianya ruang untuk lain lintas umum.
44. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kirikanan
sungai,
termasuk
sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi sungai.
45. Kawasan sekitar danau/waduk adalah kawasan
sekeliling danau atau waduk yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi danau/waduk.
46. Kawasan suaka alam adalah kawasan yang mewakili
ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang
memberikan perlindungan bagi perkembangan flora
dan...
-8-
wilayah
karena
lingkup
budaya,
- 11 -
77. Izin
pemanfaatan
ruang
adalah
izin
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan.
yang
orang
perseorangan
dan/
atau
Pasal 2
(1) Batas-batas wilayah Kabupaten Bintan meliputi:
a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Natuna,Kabupaten Kepulauan Anambas dan
Negara Malaysia;
b. sebelah timur berbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Barat;
c. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Lingga; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Kota Batam dan
Kota Tanjungpinang.
(2) Lingkup wilayah Kabupaten Bintan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kecamatan Teluk Bintan;
b. Kecamatan Seri Kuala Lobam;
c. Kecamatan Bintan Utara;
d. Kecamatan Teluk Sebong;
e. Kecamatan Bintan Timur;
f. Kecamatan Bintan Pesisir;
g. Kecamatan Mantang;
h. Kecamatan Gunung Kijang;
i. Kecamatan Toapaya; dan
j. Kecamatan Tambelan.
Pasal 3
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan meliputi :
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
wilayah Kabupaten Bintan;
b. rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bintan
yang meliputi rencana sistem perkotaan, rencana
sistem jaringan transportasi, rencana sistem jaringan
energip
- 13 -
c.
d.
e.
f.
- 14 -
Pasal 6
(1) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf a dilakukan dengan strategi :
a. mengembangkan pusat-pusat pelayanan dan
keterkaitan antara pusat-pusat pelayanan di
wilayah Kabupaten Bintan;
b. mengembangkan prasarana dan sarana pada
pusat-pusat pelayanan agar lebih kompetitif dan
mampu menciptakan investasi;
c. meningkatkan pelayanan pusat-pusat kegiatan
(perkotaan dan pedesaan) yang merata dan
berhirarki;
d. meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat
kegiatan di wilayah Kabupaten Bintan dengan
pusat-pusat kegiatan di kawasan sekitarnya;
e. menjaga berfungsinya pusat-pusat kegiatan yang
sudah ada di wilayah Kabupaten Bintan secara
optimal;
f. mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak
sesuai
dengan
fungsi
dan
peran
yang
dikembangkan;
g. mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan
baru di wilayah Kabupaten Bintan;
h. pengembangan jaringan jalan secara hirarkis yang
menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan
pelayanan dan antara pusat-pusat kegiatan
dengan masing-masing wilayah pelayanan;
i. integrasi sistem intermoda dan perpindahan antar
moda di wilayah Kabupaten Bintan;
j. pengembangan
rute-rute
pelayanan
moda
transportasi publik menjangkau seluruh wilayah
Kabupaten Bintan dengan pulau-pulau di
sekitarnya sesuai dengan intensitas aktivitas;
k. pengembangan dan peningkatan kualitas layanan
terminal umum meliputi bandara, pelabuhan,
pelabuhan penyeberangan, dan terminal angkutan
darat sebagai simpul transportasi.
(2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b dilakukan dengan strategi :
a. mempersiapkan daerah-daerah yang termasuk
dalam
Kawasan
Perdagangan
Bebas
dan
Pelabuhan Bebas di Kabupaten Bintan;
b. mempersiapkan
daerah-daerah
yang
tidak
termasuk ke dalam Kawasan Perdagangan Bebas
dan
- 15 -
dan Pelabuhan Bebas dalam menunjang kegiatankegiatan pada Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas di Kabupaten Bintan;
c. mendorong kegiatan industri pengolahan komoditi
unggulan di sentra-sentra produksi;
d. mengembangkan
kawasan
ekonomi
yang
prospektif dan menarik yang mampu membuka
lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja lokal
didalam dan diluar Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas;
e. mengembangkan kawasan permukiman didalam
dan diluar Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas yang terintegrasi dengan pusatpusat kegiatan ekonomi;
f. pengembangan prasarana dan sarana pendukung
kegiatan-kegiatan di Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas;
g. membina, mengawasi, dan mengkoordinasikan
pengelolaan Kawasan PerdaganganBebas dan
Pelabuhan Bebas.
(3) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf c dilakukan dengan strategi :
a. pengembangan potensi sektor kelautan dan
perikanan yang berkelanjutan;
b. pengembangan potensi sektor pertambangan
mineral dengan memperhatikan daya dukung
lingkungan dan kelestarian lingkungan;
c. mengembangkan
kegiatan
sektor
unggulan
pertanian di wilayah sentra produksi dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan dan
kelestarian lingkungan;;
d. mengembangkan pusat-pusat tujuan wisata dan
kawasan
pariwisata
berbasismasyarakatdan
keunikan budaya dan alam.
(4) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf d dilakukan dengan strategi :
a. mewujudkan pemanfaatan kawasan budidaya
secara efisien, serasi dan seimbang berdasarkan
kesesuaian lahannya;
b. mewujudkan kawasan lindung dengan luas
minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah
Kabupaten
Bintan
sesuai
dengan
kondisi
ekosistemnya;
c. mengembalikan
dan
meningkatkan
fungsi
kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan...
- 16 -
g. Berakit;
h. Numbing;
i. Penaga;
j. Toapaya Selatan; dan
k. Toapaya Asri.
(7) Arahan rencana sistem perkotaantercantum dalam
Lampiran
II
yang
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 9
Rencana
Sistem
Jaringan
Prasarana
wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b
terdiri dari:
a. sistem jaringan transportasi;
b. sistem jaringan energi;
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumberdaya air; dan
e. sistem prasarana lainnya.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 10
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, meliputi:
a. sistem transportasi darat;
b. sistem transportasi laut;
c. sistem transportasi udara; dan
d. jaringan perkeretaapian.
Pasal 11
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi:
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi
jaringan jalan dan prasarana lalu-lintas; dan
b. jaringan angkutan penyeberangan.
(2) Pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a ditujukan untuk penyediaan
prasarana
transportasi
guna
menunjang
pembentukan sistem perkotaan yang direncanakan,
meliputi pemeliharaan jalan, peningkatan fungsi jalan
dan/atau pembangunan jalan baru.
(3)Rencana....
- 19 -
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
e.
f.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Jalan
Licin;
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
- 22 -
Tambelan
Pontianak Natuna.
Pasal 14
(1) Pengembangan sistem transportasi laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf b ditujukan untuk
mendukung
pada
pengembangan
ayat
(1)
dan/atau
dilakukan
melalui
peningkatan
fungsi
pelabuhan
sebagaimana
dimaksud
pelabuhan
utama
Bandar
Sri
pelabuhan
Pengumpul
Regional
yang
menghubungkan
pulau-pulau
pelabuhan
rakyat
disetiap
f.
- 23 -
pengembangan.......
f. pengembangan
pelabuhan
perikanan,
yaitu
fungsi
pelayanan
angkutan
laut
- 24 -
pada
ayat
(1),
mengacu
pada
tatanan
kebandarudaraan nasional dan rencana induk
nasional bandara sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan penerbangan.
(3) Tatanan
kebandarudaraan
harus
mendukung
keberadaan dan operasional pesawat-pesawat TNI AU
beserta peralatan dan perlengkapan yang mendukung.
Pasal 16
(1) Rencana pengembangan jaringan perkeretaapian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d
ditujukan untuk memberikan pelayanan efisien bagi
masyarakat untuk mendukung aktivitas di pusatpusat kegiatan;
(2) Rencana pengembangan jaringan perkeretaapian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pembangunan
jaringan
kereta
api
yang
menghubungkan Kabupaten Bintan dengan Kota
Tanjungpinang yang terdiri dari beberapa koridor,
meliputi :
a. koridor Tanjungpinang Lagoi;
b. koridor Tanjungpinang Tanjung Uban; dan
c. koridor Tanjungpinang Gunung Kijang.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 17
(1) Pengembangan sistem jaringan prasarana energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b
merupakan pengembangan jaringan prasarana energi
listrik yang meliputi prasarana pembangkit dan
jaringan listrik.
(2) Pengembangan sistem prasarana pembangkit dan
jaringan listrik sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi penyediaan dan keseimbangan pemasokan
kebutuhan energi listrik bagi kegiatan sosial ekonomi
dan kebutuhan rumah tangga.
(3) Pengembangan prasarana pembangkit energi listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui pemanfaatan potensi sumber energi primer,
terutama sumber energi terbarukan dan/atau sumber
energi baru yang tersedia di wilayah Kabupaten
Bintan.
(4) Sumber ....
- 25 -
- 27 -
Pasal 22
(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bintan, terdiri
dari:
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya.
(2) Penetapan kawasan lindung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan mengacu
pada kawasan lindung yang telah ditetapkan secara
nasional dan memperhatikan kawasan lindung yang
ditetapkan oleh Provinsi Kepulauan Riau dan
Kabupaten Bintan.
(3) Penetapan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan mengacu
pada kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis
nasional, serta memperhatikan kawasan budidaya
Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan.
(4) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana
tercantum pada Lampiran V dan merupakan satu
kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 23
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam dan pelestarian alam dan cagar
budaya;
e. kawasan rawan bencana alam; dan
f. kawasan lindung lainnya.
Pasal 24
(1) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 huruf a merupakan kawasan hutan yang
mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur
tata air, pencegahan banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah, terdiri atas:
a. Hutan........
- 31 -
a.
merupakan
kawasan
resapan
air
dan
Jago-Busung,
Ekang
Anculai,
Cikolek-
kawasan
rawan
abrasi
pantai
ditetapkan
di
sebagai
lokasi
penyelamatan
apabila
dialokasikan
pada
lapangan-lapangan
dan/atau
lebih
lanjut
mengenai
penetapan,
Pasal 36
(1) Kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 huruf f, terdiri dari Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP) dan Wilayah Pertambangan
Rakyat
(WPR)
dilakukan
didalam
Wilayah
Pertambangan (WP).
(2) Kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan diseluruh wilayah Kabupaten
Bintan yang memiliki potensi pertambangan.
(3) Kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dikembangkan sampai dengan masa
berlaku izin usaha penambangan yang kemudian
dapat dikembalikan ke penggunaan lainnya.
(4) Pengelolaan
pertambangan
dilakukan
dengan
memperhatikan dampak lingkungan dan sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 37
(1) Kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 hurufg, terdiri dari industri besar, sedang, dan
kecil.
(2) Kawasan industri dilakukan melalui penataan ruang
kawasan industri, penyediaan prasarana pendukung
dan pengembangan kawasan sentra-sentra industri
kecil.
(3) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tersebar di Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kecamatan
Bintan Timur dan Kecamatan Gunung Kijang.
Pasal 38
Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 huruf h, terdiri dari :
a. kawasan wisata bahari di kawasan Lagoi, kawasan
Sakera Tanjung Uban, kawasan Kuala Sempang,
kawasan Trikora, kawasan Mapur dan kawasan
Berakit;
b. kawasan ekowisata di Kecamatan Teluk Bintan,
Kecamatan Teluk Sebong dan Kecamatan Gunung
Kijang;
c. kawasan potensi wisata di kawasan wisata Sebong
Pereh dan Sebong Lagoi di Kecamatan Teluk Sebong,
wisata Air Terjun Gunung Bintan di Kecamatan Teluk
Bintan, wisata ziarah Komplek Makam Bukit Batu,
dan......
- 38 -
Pasal 42
(1)
(2)
(3)
Pembiayaan
pengembangan
kawasan
strategis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dari
sumber dana anggaran Pemerintah, Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau, dan Pemerintah Kabupaten Bintan serta
dari dana investasi perorangan dan masyarakat
(swasta/investor) maupun dana yang dibiayai bersama
(sharing) baik antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau, antar Pemerintah dan
Pemerintah
Kabupaten
Bintan
maupun
antara
swasta/investor dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah
Kabupaten Bintan, dan dana lain-lain yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4)
(5)
- 40 -
pada
Peraturan
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
BINTAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 43
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pemanfaatan
ruang
wilayah
Kabupaten
Bintan
berpedoman pada rencana struktur ruang, rencana pola
ruang dan rencana kawasan strategis Kabupaten Bintan.
Pemanfaatan
ruang
wilayah
Kabupaten
Bintan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
penyusunan indikasi program pemanfaatan ruang.
Pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
Bintan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui penyusunan indikasi program pemanfaatan
ruang.
Pembiayaan untuk merealisasikan program pemanfaatan
ruang dalam rangka perwujudan rencana struktur ruang
dan perwujudan rencana pola ruang dialokasikan dari
sumber dana anggaran Pemerintah, Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau, dan Pemerintah Kabupaten Bintan serta
dari dana investasi perorangan dan masyarakat
(swasta/investor) maupun dana yang dibiayai bersama
(sharing) baik antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau, antar Pemerintah dan
Pemerintah
Kabupaten
Bintan
maupun
antara
swasta/investor dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah
Kabupaten Bintan, dan dana lain-lain yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bintan
yang merupakan indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 44
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
i. pembangunan.....
- 42 -
(3)
(4)
(5)
i. pembangunan
dan
pengembangan
Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) serta sarana dan
prasarana persampahan;
j. pembangunan perumahan PNS; dan
k. penyediaan prasarana dan sarana permukiman.
Peningkatan fungsi PKL Kota Kijang dilakukan melalui :
a. penyusunan Rencana Rinci Kawasan Perkotaan;
b. pembangunan dan peningkatan pelayanan Puskesmas
Rawat Inap dan Rumah Sakit Tipe C;
c. peningkatan sarana pasar;
d. pembangunan atau peningkatan pelayanan terminal
regional tipe C;
e. peningkatan kapasitas pelayanan air minum di
perkotaan;
f. pengembangan prasarana dan sarana permukiman;
g. pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI);
h. pengembangan
prasarana
dan
sarana
agropolitan/minapolitan;
i. pengembangan TPA regional serta sarana dan
prasarana persampahan; dan
j. peningkatan dan pengembangan Instalasi Pengelolaan
Air Limbah (IPAL).
Peningkatan fungsi PKL Kota Tanjung Uban dilakukan
melalui :
a. penyusunan Rencana Rinci Kawasan Perkotaan;
b. pembangunan dan peningkatan pelayanan Rumah
Sakit Umum Kelas B;
c. peningkatan sarana pasar;
d. pembangunan atau peningkatan pelayanan terminal
regional tipe C;
e. peningkatan kapasitas pelayanan air minum di
perkotaan;
f. pengembangan prasarana dan sarana permukiman;
g. peningkatan dan pengembangan Instalasi Pengelolaan
Air Limbah (IPAL) dan sarana dan prasarana
persampahan.
Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal Promosi Teluk Sekuni
dilakukan melalui :
a. penyusunan Rencana Rinci Kawasan Perkotaan;
b. pembangunan dan peningkatan pelayanan Puskesmas
Rawat Inap;
c. pengembangan sarana puskesmas keliling / terapung;
d. peningkatan sarana pasar;
e. pembangunan atau peningkatan pelayanan pelabuhan;
f. peningkatan .....
- 43 -
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
c.
b. mencegah
timbulnya
erosi,
bencana
banjir,
sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah di
kawasan hutan lindung; dan
c. memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan
pada kawasan resapan air untuk keperluan
penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan
banjir.
Pengelolaan
kawasan
perlindungan
setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf c
dilakukan melalui :
a. rehabilitasi dan pengamanan sempadan danau dan
waduk;
b. penetapan kawasan rawan, kawasan waspada dan
kawasan berpotensi banjir; dan
c. rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan
rawan bencana longsor.
Pengelolaan kawasan suaka alam dan cagar alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf d
dilakukan melalui :
a. identifikasi, penetapan dan pemantapan kawasan
suaka alam laut daerah;
b. identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan menjadi
kawasan sangat kritis, kritis dan tidak kritis;
c. perumusan program rehabilitasi melalui pendekatan
kerjasama lintas pelaku, partisipatif dan lintas
wilayah; dan
d. pelestarian zona inti Kawasan Konservasi Laut Daerah
(KKLD).
Pengelolaan kawasan rawan bencana alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf e dilakukan
melalui :
a. identifikasi dan penetapan kawasan rawan bencana
b. melakukan sosialisasi kawasan rawan bencana pada
masyarakat secara luas dan intensif;
c. pengaturan kegiatan manusia di kawasan rawan
bencana alam untuk melindungi manusia dari
bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara
tidak langsung oleh perbuatan manusia; dan
d. melakukan sosialisasi mitigasi bencana alam pada
masyarakat, terutama masyarakat yang berada
pada/dekat dengan daerah rawan bencana.
Pengelolaan kawasan lindung lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf f dilakukan
melalui :
a. Identifikasi ....
- 49 -
(7)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 58
Perwujudan
kawasan
pertambangan
sebagaimana
dimaksud dalam dalam Pasal 51 ayat (3) huruf f
dilakukan melalui :
a. evaluasi status perizinan usaha pertambangan;
b. inventarisasi daerah yang berpotensi untuk usaha
pertambangan di seluruh wilayah Kabupaten Bintan;
c. penetapan aturan zonasi penambangan rakyat yang
diijinkan agar tidak menimbulkan dampak lingkungan;
d. menyusun profil investasi, prosedur dan mekanisme
perizinan serta rencana bisnis untuk setiap wilayah
pertambangan;
e. rehabilitasi lahan pasca tambang; dan
f. pengawasan dan pengendalian kegiatan penambangan.
Pasal 59
Perwujudan kawasan industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 ayat (3) huruf g dilakukan melalui :
a. program penataan dan pemantapan pengembangan
kawasan industri pada Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas (KPBPB);
b. peningkatan
dan
pengembangan
infrastruktur
pendukung kawasan industri;
c. pengembangan kawasan sentra-sentra industri kecil;
d. pengembangan industri pengolahan hasil laut;
e. pengembangan
industri
hasil
pertanian
dan
perkebunan;
Pasal 60
Perwujudan kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 ayat (3) huruf h ditujukan pada kawasan
unggulan wisata maupun kawasan potensial wisata,
yaitu :
a. penataan dan pemantapan kawasan wisata bahari di
Kawasan Lagoi, Sakera Tanjung Uban, Trikora, dan
Berakit;
b. penataan dan pemantapan kawasan ekowisata di
Teluk Bintan, Teluk Sebong, dan Gunung Kijang; dan
c. penataan dan pemantapan kawasan wisata sejarah
dan budaya;
d. penyusunan profil kawasan pariwisata di seluruh
wilayah Kabupaten Bintan; dan
e. program .....
- 53 -
f.
e. program promosi dan pemasaran kawasan wisata
melalui media cetak dan elektronik;
f. pengembangan prasarana dan sarana pendukung
kegiatan pariwisata di seluruh kawasan wisata
Kabupaten Bintan; dan
g. peningkatan program sadar wisata kepada masyarakat
melalui penerangan dan penyuluhan.
Pasal 61
Perwujudan
kawasan
permukiman
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3) huruf i meliputi :
a. pengembangan kawasan permukiman perkotaan
dilakukan melalui :
1. percepatan
penyediaan
perumahan
melalui
kegiatan
penyediaan
KPR-RSH
bersubsidi,
pengembangan
perumahan
swadaya
dan
pengembangan kasiba/lisiba;
2. penataan dan rehabilitasi lingkungan kawasan
permukiman kumuh;
3. penataan dan rehabilitasi lingkungan kawasan
perkampungan nelayan; dan
4. penyediaan prasarana dan sarana permukiman
kawasan perkotaan.
b. pengembangan
kawasan
permukiman
pedesaan
dilakukan melalui :
1. pengembangan dan penyediaan sarana dan
prasarana di pulau-pulau kecil;
2. revitalisasi
kawasan
tradisional/bersejarah,
kawasan pariwisata dan kawasan lain yang
menurun kualitasnya;
3. pengembangan
sistem
jaringan
transportasi
kawasan permukiman;
4. penyediaan prasarana dan sarana permukiman
kawasan pedesaan.
Pasal 62
Perwujudan kawasan peruntukan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3) huruf j dilakukan
melalui :
a. peningkatan
dan
pengembangan
infrastruktur
pendukung tugas pengamanan dan keamanan
kawasan dan negara pada kawasan pertahanan
Satuan Radar di Kecamatan Teluk Sebong; dan
b. peningkatan .....
- 54 -
b. peningkatan
dan
pengembangan
infrastruktur
pendukung tugas pengamanan dan keamanan
kawasan dan negara pada kawasan pertahanan TNI AL
Mentigi di Kecamatan Bintan Utara.
Bagian Keempat
Arahan Perwujudan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten Bintan
Pasal 63
Perwujudan kawasan strategis Kabupaten Bintan
meliputi :
a. penataan kawasan strategis Kabupaten Bintan
melalui :
1. pemetaan dan tata batas Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas;
2. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas;
3. penyusunan rencana rinci kawasan pariwisata
Trikora;
4. penyusunan rencana rinci kawasan perdagangan
dan jasa Bandar Seri Bentan;
5. penyusunan rencana rinci kawasan kawasan
perkotaan Tanjung Uban dan Kijang;
6. penyusunan rencana rinci kawasan pariwisata
Kuala Sempang;
7. penyusunan rencana rinci kawasan Taman Wisata
Laut Tambelan;
8. penyusunan rencana rinci kawasan wisata bahari
Mapur;
9. penyusunan rencana rinci PPK Teluk Sekuni;
10. Penyusunan Rencana Induk (masterplan) kawasan
minapolitan;
b. Pembangunan dan pengembangan kawasan strategis
Kabupaten Bintan melalui :
1. pembangunan dan pengembangan infrastruktur
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas;
2. pembangunan dan pengembangan sarana dan
prasarana kawasan Minapolitan;
3. pengembangan kawasan industri Galang Batang;
4. pengembangan kawasan industri Maritim Bintan
Timur;
5.pengembangan .
- 55 -
5.
6.
7.
8.
9.
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
WILAYAH KABUPATEN BINTAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 64
(1)
(2)
(1)
(2)
Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf a, menjadi
pedoman bagi penyusunan peraturan zonasi oleh
pemerintah Kabupaten Bintan.
Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
budidaya.
Pasal ..
- 56 -
Pasal 66
(1)
(2)
1.
2.
3.
Pasal 72
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan
danau dan/atau waduk sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 ayat (1) huruf f ditetapkan sebagai berikut :
a. dilarang mendirikan bangunan, permukiman, atau
kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian daya
tampung dan fungsi danau/waduk;
b. dalam
kawasan
sempadan
danau/waduk
diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang seperti
perikanan, wisata air, khususnya yang bersifat
pemandangan sesuai ketentuan yang berlaku;
c. dalam kawasan sempadan danau/waduk masih
diperkenankan dibangun prasarana wilayah dan
utilitas lainnya dengan ketentuan:
1. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan
pemanfaatan ruang budidaya di sekitar jaringan
prasarana tersebut;
2. pembangunannya dilakukan sesuai ketentuan
Peraturan yang berlaku.
d. dalam kawasan sempadan danau/waduk dilarang :
1. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang
alam, mengganggu kesuburan dan keawetan
tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan
fauna, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup;
2. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau
3. kegiatan yang merusak kualitas air, kondisi fisik
kawasan sekitarnya, dan daerah tangkapan air
kawasan yang bersangkutan.
Pasal 73
Peraturan zonasi kawasan cagar alam laut dan perairan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1)
huruf g terdiri dari :
a. ketentuan umum kawasan suaka alam dan suaka
alam laut ditetapkan sebagai berikut :
1. dilarang....
- 61 -
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
3.
4.
5.
d.
e.
f.
g.
pertambangan;
tidak mengalokasikan penggalian pada kawasan
lindung dan pelestarian alam;
tidak mengizinkan penambangan di daerah tikungan
luar, tebing dan bagian-bagian sungai pada umumnya,
sehingga
mengarahkan
ke
daerah-daerah
agradasi/sedimentasi tikungan dalam, bagian-bagian
tertentu pada sungai dan daerah kantong-kantong
pasir;
sebelum kegiatan pertambangan wajib dilakukan studi
kelayakan
dan
dilengkapi
dengan
dokumen
pengelolaan lingkungan yang hasilnya disetujui oleh
tim evaluasi dari lembaga yang berwenang; dan
sebelum Izin Usaha Pertambangan dikeluarkan,
pengembangan
kawasan
pertambangan
harus
mengacu pada pemetaan wilayah pertambangan.
Pasal 81
Peraturan
zonasi
kawasan
industri
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf g terdiri atas :
a. ketentuan umum kawasan industri pengolahan
ditetapkan sebagai berikut :
1. lahan kawasan industri pengolahan ramah
lingkungan (keluaran limbah sisa dikelola);
2. lahan termasuk sarana perkantoran dormitori,
sarana olahraga/hiburan/makan/ dan pasar serta
klinik dan tempat ibadah;
3. memiliki fasilitas pergudangan dan pelabuhan,
jalan lingkungan kawasan.
b. ketentuan umum kawasan perindustrian maritim
ditetapkan sebagai berikut :
1. lahan
kawasan
industri
maritim,
ramah
lingkungan (keluaran limbah sisa dikelola), berada
di daerah pesisir pantai;
2. lahan termasuk sarana perkantoran, tempat
pelatihan, klinik medis, dan restorasi;
3. prasarana pergudangan, pelabuhan, dan jalan
lingkungan berada dalam kawasan.
c. ketentuan umum kawasan industri pariwisata
ditetapkan sebagai berikut :
1. industri berada dalam kawasan pariwisata atau
diluar kawasan namun masih berdekatan dengan
kawasan
pariwisata
diutamakan
industri
kerajinan, makanan olahan kelompok Industri
Kecil Menengah;
2. tersedianya fasilitas jalan ke kawasan pariwisata,
transportasi/angkutan.
- 68 -
Pasal 84
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
huruf j ditetapkan sebagai berikut :
a. diperkenankan
adanya
sarana
dan
prasarana
pendukung fasilitas peruntukan tersebut sesuai
dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku;
b. dilarang melakukan kegiatan yang merusak fungsi
ekosistem daerah peruntukan;
c. pembangunan kawasan peruntukan lainnya harus
sesuai dengan peraturan teknis dan peraturan lainnya
yang terkait (KDB, KLB, sempadan bangunan, dan lain
sebagainya);
d. kegiatan
pembangunan
tidak
diperkenankan
dilakukan di dalam kawasan lindung; dan
e. pada
kawasan
pertahanan
dan
keamanan
pengembangan kegiatan budidaya dilakukan secara
selektif untuk menjaga fungsi utamanya sebagai
kawasan pertahanan dan keamanan negara.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 84
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
Paragraf 1
Ketentuan Umum Insentif dan Disinsentif
Pasal 90
(1)
(2)
(3)
(4)
dan
e. pembatasan penyediaan
kompensasi, dan penalti.
infrastruktur,
pengenaan
Paragraf 2
Ketentuan Khusus Insentif dan Disinsentif
Pasal 91
(1)
(2)
Pengenaan
sanksi
merupakan
- 75 -
arahan
ketentuan
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(2)
(3)
(4)
(5)
berwenang; dan
d. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan
oleh Peraturan Perundang-Undangan sebagai milik
umum.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :
a. memanfaatkan ruang dengan izin pemanfaatan ruang
di lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukannya;
b. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di
lokasi yang sesuai peruntukannya; dan/atau
c. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di
lokasi yang tidak sesuai peruntukannya.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat
berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi :
a. tidak menindaklanjuti izin pemanfaatan ruang yang
telah dikeluarkan; dan/atau
b. memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan fungsi
ruang yang tercantum dalam izin pemanfaatan ruang.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan
izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. melanggar batas sempadan yang telah ditentukan;
b. melanggar ketentuan koefisien dasar bangunan dan
koefisien dasar hijau;
c. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan
fungsi bangunan;
d. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan
fungsi lahan; dan/atau
e. tidak menyediakan fasilitas sosial atau fasilitas umum
sesuai dengan persyaratan dalam izin pemanfaatan
ruang.
Menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan
oleh Peraturan Perundang-Undangan sebagai milik umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
a. Menutup .....
menutup akses ke pesisir pantai, sungai, danau, situ,
dan sumber daya alam serta prasarana publik;
menutup akses terhadap sumber air;
menutup akses terhadap taman dan ruang terbuka
hijau;
menutup akses terhadap fasilitas pejalan kaki;
menutup akses terhadap lokasi dan jalur evakuasi
- 77 -
bencana; dan/atau
f. menutup akses terhadap jalan umum tanpa izin
pejabat yang berwenang.
(1)
(2)
Pasal 94
Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
92 ayat (5) huruf a diberikan oleh pejabat yang berwenang
dalam penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyakbanyaknya 3 (tiga) kali.
Penghentian kegiatan sementara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 92 ayat (5) huruf b dilakukan melalui:
a. penerbitan surat perintah penghentian kegiatan
sementara dari pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
b. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian
kegiatan
sementara,
pejabat
yang
berwenang
melakukan penertiban dengan menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara
secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
c. pejabat
yang
berwenang
melakukan
tindakan
penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi penghentian kegiatan
pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan
tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
d. berdasarkan keputusan pengenaan sanksi, pejabat
yang berwenang melakukan penertiban dengan
bantuan aparat penertiban melakukan penghentian
kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan
e. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan,
pejabat yang berwenang melakukan pengawasan agar
kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak
beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya
kewajiban
pelanggar
untuk
menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang
dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang
berlaku.
(3)
disampaikan,
pejabat
yang
berwenang
melakukan
penertiban
menerbitkan
Keputusan
pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan
umum kepada pelanggar dengan memuat rincian jenisjenis pelayanan umum yang akan diputus;
c. pejabat
yang
berwenang
melakukan
tindakan
penertiban
memberitahukan
kepada
pelanggar
mengenai pengenaan sanksi penghentian sementara
pelayanan umum yang akan segera dilaksanakan,
disertai rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan
diputus;
d. pejabat yang berwenang menyampaikan perintah
kepada penyedia jasa pelayanan umum untuk
menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai
penjelasan secukupnya;
e. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan
pelayanan kepada pelanggar; dan
f. pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian
sementara pelayanan umum dilakukan untuk
memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada
(4)
c. pejabat ....
c. pejabat
yang
berwenang
melakukan
tindakan
penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang
akan segera dilaksanakan;
d. berdasarkan Keputusan pengenaan sanksi, pejabat
yang berwenang dengan bantuan aparat penertiban
melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan
- 79 -
izin oleh
penertiban
untuk
mengantisipasi
hal-hal
akibat
pembatalan izin;
c. menerbitkan Keputusan pembatalan izin oleh pejabat
yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
d. memberitahukan kepada pemegang izin tentang
keputusan pembatalan izin;
e. menerbitkan Keputusan pembatalan izin dari pejabat
yang
memiliki
kewenangan
untuk
melakukan
pembatalan izin; dan
(7)
(8)
disampaikan,
pejabat
yang
berwenang
d. pejabat
yang
berwenang
melakukan
penertiban,
memberitahukan
kepada
tindakan
pelanggar
(2)
(1)
(2)
Pasal 103
Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang
dilaksanakan melalui:
a. penyampaian
masukan
mengenai
kebijakan
pemanfaatan ruang melalui media komunikasi
dan/atau forum pertemuan;
b. kerjasama dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;
c. pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan; dan
d. penataan terhadap izin pemanfaatan ruang.
Pasal 104
(1)
(2)
BAB ....
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 105
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini
dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
- 85 -
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 106
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
Pasal 107
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua
peraturan ..
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan
ruang daerah yang telah ada dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum
diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan
telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
- 86 -
BAB .....
- 87 -
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 108
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 14 Tahun
2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bintan ( Lembaran Daerah Kabupaten Bintan Tahun
2007 Nomor 14) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 109
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Daerah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Bintan.
ditetapkan di Kijang
pada tanggal
BUPATI BINTAN
ANSAR AHMAD
diundangkan di Kijang
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BINTAN
LAMIDI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 2
- 88 -