Ipi 111067
Ipi 111067
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email: dini_fitria_annur@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email : johannes.tarigan@usu.ac.id
ABSTRAK
Pada jembatan beton pratekan, kekuatan dan kehandalan sebuah jembatan sangat dipengaruhi oleh jenis
dan mutu balok girder. Pada tugas akhir ini, penulis merencanakan sebuah jembatan beton pratekan
dengan metode post tension yang menggunakan I girder sebagai struktur utamanya. Dasar-dasar
perencanaan PCI girder ini mengacu pada Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SNI T-12-2004),
Pembebanan untuk Jembatan (SNI T-02-2005), Bridge Management System (BMS), AASHTO 1992 dan
ACI. Kabel prestress pada desain PCI Girder ini menggunakan kawat jenis Uncoated Stress Relieve
Seven Wires Strand, ASTM A 416 Grade 270 Low Relaxation. Analisa beban yang terjadi yaitu analisa
beban mati, beban mati tambahan, beban hidup, beban angin dan analisa pengaruh waktu seperti rangkak
dan susut serta kehilangan prategang. Kemudian hasil dari analisa tersebut dilakukan kontrol tegangan
yang terjadi pada struktur. Untuk mempermudah perhitungan, penulis menggunakan bantuan Program
Microsoft Office Excel. Hasil akhir dari perencanaan ini adalah didapat bentuk dan dimensi penampang I
girder yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada jembatan sehingga didapat suatu struktur
jembatan yang aman.
Kata kunci : jembatan, beton pratekan, PCI girder, posttension, microsoft office excel
ABSTRACT
Strength and reliability on a prestressed concrete bridge is strongly influenced by the type and strength of
its girder beam. In this thesis, the author design a prestressed concrete bridge post tension method that
uses I girder as the main structural beam. The basic design calculation refers to Perencanaan Struktur
Beton untuk Jembatan (SNI T-12-2004), Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005), Bridge
Management System (BMS), AASHTO 1992 and ACI. Prestress cable on the PCI girder design used of
Uncoated Stress Relieve Seven Wires Strand, ASTM A 416 Grade 270 Low Relaxation. Analysis of
loading that occur are the analysis of dead load, an additional dead load, live load, wind load, and
analyzes the influence of the time such as creep and shrinkage and loss of prestressed others. The results
of the analysis carried out control of stress that occur in the structure. To simplify the calculation, the
author uses the aid program of Microsoft Office Excel. The end result of the design is to get the shape and
dimension of the cross section of I girder which is capable of withstanding the loads on the bridge in
order to get a safe bridge structure.
Keywords : bridge, prestressed concrete, PCI girder, posttension, microsoft office excel
1. PENDAHULUAN
Kemampuan sebuah jembatan beton prategang sangat dipengaruhi oleh kekuatan girdernya. Oleh karena itu dalam
tugas akhir ini penulis akan merencanakan struktur I girder prestressed segmental pada jembatan beton prategang
dengan metode post-tensioning. Struktur beton prategang lebih ekonomis karena pada beban dan bentang yang sama
dapat digunakan profil girder yang lebih kecil. Penggunan profil I girder dipilih karena dianggap mudah dalam
proses pembuatan, lebih efisien dan mudah pelaksanaannya di lapangan. Proses perhitungan dilakukan dengan
bantuan program microsoft office excel, hal ini dikarenakan program tersebut mudah didapat, mudah digunakan dan
mudah dipahami. Adapun tulisan ini merupakan suatu perencanaan dari sebuah tugas akhir (Dini Fitria Annur,
2013).
2. TINJAUAN PUSTAKA
Jembatan adalah bagian jalan yang berfungsi untuk menghubungkan antara dua jalan yang terpisah karena suatu
rintangan seperti sungai, lembah, laut, jalan raya dan rel kereta api. Jembatan sangat vital fungsinya terhadap
kehidupan manusia, dan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat kepentingannya tidak sama
bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan studi yang menarik (Bambang Supriyadi, 2007).
Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Kuat tariknya bervariasi dari
8-14 persen dari kuat tekannya. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif di dalam penampang-penampang
struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak di
bagian tertarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat. Selain itu, retak-retak
di sekitar baja tulangan berbahaya bagi struktur karena merupakan tempat meresapnya air dan udara luar ke dalam
baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya baja tulangan akibat karatan akan berakibat fatal bagi struktur. Hal
inilah yang menyebabkan tidak dapatnya diciptakan struktur-struktur beton bertulang dengan bentang yang panjang
secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif. Akibat kekurangan-kekurangan tersebut maka
timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi bahan beton, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton
melalui kabel baja (rendon) yang ditarik atau biasa disebut beton pratekan. Beton pratekan pertama kali ditemukan
oleh Eugene Freyssinet, seorang insinyur Perancis. Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak, relaksasi
dan slip pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan baja bermutu tinggi.
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar (akibat stressing) dan distribusi
sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal
(T.Y.Lin, 2000). Pada beton prategang, baja sebelumnya ditarik terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya
pemanjangan yang berlebihan pada saat pembebanan, sementara beton ditekan terlebih dahulu untuk mencegah
retak-retak akibat tegangan tarik. Dengan memanfaatkan momen sekunder akibat stressing untuk mengimbangi
momen akibat beban luar tinggi komponen beton prategang berkisar antara 65% sampai 80% tinggi komponen
beton bertulang pada bentang dan beban yang sama, dengan demikian beton prategang membutuhkan lebih sedikit
beton dan sekitar 20% sampai 30% banyaknya tulangan (Edward G. Nawy, 2001).
3.
METODE ANALISA
MULAI
Pemilihan Sistem Beton Prategang
Tafsiran Dimensi I Girder
Perhitungan Lintang dan Momen
Menentukan Gaya Prategang
Tata Letak Kabel (Tendon)
Kehilangan Gaya Prategang
NOT OK
Tegangan bawah :
Saat servis di tengah bentang
Tegangan atas
Tegangan bawah :
(2)
(3)
(4)
Beban D
Beban Lajur D terdiri atas beban tersebar merata, Uniform Distributed Load (UDL) yang
digabung dengan beban garis, Knife Edge Load (KEL)
Beban Tersebar Merata (UDL), mempunyai intensitas q t/m2 dimana besarnya q tergantung pada
panjang total wilayah yang dibebani, L (span), seperti berikut :
q = 0.9 t/m2
span 30 m
q = 0.9 x (0.5 + 15/L) t/m2
> 30 m
Beban Garis atau Knife Edge Load (KEL) dengan intensitas p ton/m harus ditempatkan tegak
lurus terhadap lalu lintas jembatan. Besarnya intensitas p adalah 4.90 ton/m
Gaya angin
Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis merata tambahan arah horizontal harus
diterapkan pada permukaan lantai seperti diberikan pada rumus dibawah ini :
= 0.0012
(kN)
(5)
dengan Cw = 1.2, dan Ab = Luas bagian samping kendaraan (m2).
c.
4.
Gambar 4.1
4.1. Analisa Penampang
Analisa penampang dibutuhkan untuk mengetahui titik berat, momen inersia dan modulus section pada
balok, baik balok precast maupun balok komposit.
Keterangan
Balok
Precast
Balok
Komposit
[komposit]
Luas
(cm2)
Wa (cm3)
Wb (cm3)
6723,000
87,987
82,013
23841902,775
270969,339
290710,440
10160,200
78,993
116,007
46987135,066
594830,282
405035,345
[precast]
53,993
870252,890
Dari hasil analisa penampang didapat jarak titik berat balok terhadap alas balok girder yaitu sebesar 82.013
cm. Pada balok komposit digunakan plat dengan ketebalan 25 cm sehingga untuk balok komposit jarak titik
berat balok terhadap alas balok girder didapat sebesar 116.007 cm.
Nilai beban
1.681 t/m
1.156 t/m
0.210 t/m
0.204 t/m
0.020 t/m
Beban hidup
- Distribution Load, qudl
- Line Load, PKEL
Beban angin
1.546 t/m
12.692 t
0.741 t/m
Description
DL
Precast beam
Tengah bentang
(tm)
257,365
Subtotal
257,365
DL
Slab
177,051
ADL
Asphaltic Layer
31,161
DL
Diaphragm+deck slab
Subtotal
LL
35,267
243,479
Distribution load
236,742
KEL
111,046
Windload
113,466
Subtotal
347,788
848,632
Ultimate total
1405,825
Dari tabel 4.3. diatas didapat besarnya momen ultimate yang terjadi di tengah bentang adalah 1405.825 tm
dimana perhitungan momen ultimate dalam hal ini mengacu pada BMS atau Bridge Managament System
(Anonim, 1992).
4.4. Profil kabel
Jenis kabel yang digunakan Uncoated stress relieve seven wires strand, ASTM A 416 Grade 270 Low
Relaxation dengan spesifikasi diameter strand 1.27 cm, modulus elastisitas 1960000 kg/cm2 dan effective
section area (Ast) sebesar 0.987 cm2.
Tendon
Jumlah
Strand
19
95,00
15,00
0,987
19000
75%
267230,25
19
65,00
10,00
0,987
19000
75%
267230,25
19
35,00
10,00
0,987
19000
75%
267230,25
Total
57
65,00
11,667
75%
801690,75
Po
Jacking Force
(kg)
75%
0,00
Gaya prategang yang diberikan pada kabel strand merupakan gaya prategang initial (jacking force) yang
besarnya belum dikurangi oleh besar kehilangan gaya prategang akibat kehilangan jangka pendek dan
jangka panjang. Jumlah tendon yang digunakan sebanyak tiga buah tendon dimana terdapat 19 buah strand
untuk setiap tendon. Total strand yang digunakan adalah 57 strand. Besarnya jacking force yang terjadi
untuk setiap tendon adalah 267230.25 kg. Sehingga nilai total jacking force yang didapat adalah sebesar
801690.75 kg.
Bentang
[ton.m]
257,365
[ton]
752,188
[m]
0,703
Pi.e
[ton.m]
-529,133
Moment Net.
[ton.m]
-271,769
Pi / A
[kg/cm ]
111,883
M / Wa
[kg/cm2]
-100,295
M / Wb
Tegangan initial
2
[kg/cm ]
b.
x - [m]
[kg/cm ]
93,484
top ( sT )
11,588
bottom ( sB )
205,367
Bentang
[t-m]
469,683
[t]
648,264
P.e
[t-m]
-456,027
Moment --- M1
[t-m]
13,656
Moment --- M2
[t-m]
Moment DL
P
P/A
378,949
2
96,425
[kg/cm ]
M 1 / Wa
[kg/cm ]
5,040
M 1 / Wb
[kg/cm2]
-4,697
M 2 / Wa'
[kg/cm ]
43,545
M 2 / Wb'
[kg/cm2]
-93,560
Tegangan service
slab ( sS )
63,707
[kg/cm2]
top ( sT )
145,009
bottom ( sB )
-1,832
Kehilangan prategang akibat Jacking force atau gaya dongkrak awal yaitu :
Jumlah strand x Po
57 x 14064.750 kg
=
801690.750 kg (75%)
752188.140 kg
(70.369%)
x100% =
DAFTAR PUSTAKA
Annur, Dini Fitria. 2013. Perencanaan Precast Concrete I Girder pada Jembatan Prestressed Post-tension dengan
Bantuan Program Microsoft Office Excel. Tugas Akhir Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Anonim1. 1992. Bridge Management System (BMS). Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan. Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan.
Anonim2. 2005. Standar Nasional Indonesia. Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. Departemen Pekerjaan
Umum.
Anonim3. 2004. Standar nasional Indonesia. Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. Departemen Pekerjaan
Umum.
Anonim4. ACI-ASCE Joint Committee 423. 1957.
Hadipratomo, Winarni. 1994. Struktur Beton Prategang Teori dan Prinsip Desain. Bandung : Nova.
Lin, T. Y dan Burns, Ned. H. 2000. Desain Struktur Beton Prategang Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Nawy, Edward. G. 2001. Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar. Jilid I Edisi III. Terjemahan Bambang
Suryoatmono. Jakarta : Erlangga.
Supriyadi, Bambang dan Seto Muntohar, Agus. 2007. Jembatan. Diktat Kuliah Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.