Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI
Dalam pembuatan tugas akhir ini peralatan yang kami gunakan adalah
sebagai berikut :
2.1 Sensor pendeteksi objek
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik
menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu.
Hampir seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya.
Pada saat ini, sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil dengan orde
nanometer. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan
menghemat energi.
Enam Tipe Isyarat Sensor
1)

Mechanical, contoh: panjang, luas, mass flow, gaya, torque, tekanan,


kecepatan, percepatan, panjang gel acoustic, dll

2)

Thermal, contoh: temperature, panas, entropy, heat flow

3)

Electrical, contoh: tegangan, arus, muatan, resistance, frekuensi, dll

4)

Magnetic, contoh: intensitas medan, flux density, dll

5)

Radiant, contoh: intensitas, panjang gelombang, polarisasi, dll

6)

Chemical, contoh: komposisi, konsentrasi, ph, kecepatan reaksi, dll


Pada tugas akhir ini kami menggunakan sensor GTE-6 yaitu sensor yang

menggunakan infrared. Sensor memiliki jarak deteksi max 30 cm dan memiliki


setting sensitivikasi.

Gambar 2.1 Sensor Gte-6


( Sumber : www.sick.com )

Gambar 2.2 Data Sheet


( Sumber : www.sick.com )

Gambar 2.3 Data Sheet


( Sumber : www.sick.com )

Keterangan :
1. Objek dengan pengurangan 90 % (berdasarkan standar warna putih DIN
5033).
2. Kisaran lama penggunaan 100 jam pada TA = + 250 C.
3. Nilai batas reverse-polarity perlindungan operasi kerja dengan jaringan
pelindung konsleting max 8 A.
4. Jangan melebihi atau kurang dari tegangan toleransi Vs.
5. Tanpa Beban.
6. Waktu signal pemindahan dengan beban resistive.
7. Rasio terang/gelap 1 : 1.
8. Jangan ditempatkan dibawah suhu 00 C

Gambar 2.4 Jarak Deteksi Objek


( Sumber : www.sick.com )

Keterangan :
1. Jarak deteksi objek hitam, refleksi 18 %.
2. Jarak deteksi objek putih refleksi 90 %.

Gambar 2.5 Grafik Sensitivitas


( Sumber : www.sick.com )

Keterangan :
Berdasarkan grafik sensitivitas sensor terhadap jarak, terlihat bahwa
semakin jauh jarak sensitivitas semakin berkurang. Sensitivitas tertinggi
berdasarkan grafik diatas, sensitivitas tertinggi berada pada jarak 50 mm atau 1,9
inc.

2.1.1 Gangguan Yang Terjadi Pada Sensor

Sebuah sensor akan bekerja optimal, andaikata tidak terdapat beberapa


sebab yang dapat mengganggu kinerja sensor tersebut, gangguan tersebut bisa dari
luar atau dari dalam, namun umumnya gangguan tersebut berasal dari luar sensor.
Maka dari itu diperlukan perawatan agar sensor tersebut selalu dalam keadaan
baik/berfungsi dengan semestinya, dengan cara menghilangkan masalah-masalah
yang dapat mempengaruhi sensor. Ada beberapa macam gangguan yang
menyebabkan sensor tidak bekerja antara lain:
Sensor off center, artinya antara pengirim dan penerima tidak center
sehingga sinar yang dipancarkan oleh pengirim tidak sampai ke penerima
Sensor kotor, ini sering terjadi pada area dimana kandungan debunya
sangat banyak, sehingga menutupi bagian permukaan sensor.
Usia pakai sensor, terkadang usia pakai yang cukup lama menyebabkan
sensor berkurang tingkat efisiensinya.
Kabel putus, ini dapat disebabkan oleh kondisi wiring yang tidak rapih,
sehingga kabel tertarik benda lain.
Sensitivitas kurang, pengaturan sensitivitas yang tidak sesuai dengan jarak
yang dibutuhkan menyebabkan sensor tidak bekerja dengan baik.
Dengan cara mengontrol kondisi sensor kemudian melakukan tindakantindakan yang diperlukan, maka dengan sendirinya masalah-masalah yang dapat
mengganggu kinerja sensor akan hilang.
2.2 Level Switch / Level Sensor
Level switch adalah alat yang mendeteksi ketinggian atau level dari suatu
volume benda cair pada suatu tabung atau tangki, kita ambil contoh, misalkan
level switch dipasang pada tangki air untuk mendeteksi jumlah atau volume air
yang masuk kedalam tangki, kemudian alat ini dihubungkan dengan mesin pompa

air, pada saat volume air didalam tabung sudah mencapai level tertentu (high) dan
terdeteksi oleh sensor, maka sensor level switch akan bekerja sebab bagian depan
dari level switch terendam oleh air, ketika itu pula level switch akan
memerintahkan mesin pompa air untuk berhenti berputar, dalam artian level
switch akan memutuskan aliran arus yang ke mesin pompa air. mesin pompa air
akan bekerja kembali manakala volume air yang ada didalam tangki berkurang
akibat pemakaian, dan terdeteksi oleh sensor level switch yang dipasang dibagian
bawah tangki ( low ) pada saat itu pula sensor akan memerintahkan mesin pompa
air untuk bekerja atau berputar agar mengisi tangki, demikian seterusnya.
Sensor level air (Otoelektrod) adalah sensor level air multifungsi yang
dipakai untuk aplikasi pengisi galon, tandon air, bak mandi, maupun bak wudhu
otomatis. Alat ini bekerja menggunakan stik elektroda stainless steel anti karat
sehingga aman untuk depot air minum, tandon maupun bak air. Dengan
meniadakan unsur mekanis (seperti bandul, pelampung dan sebagainya), Maka
dijamin alat ini anti macet dan sangat presisi dalam mendeteksi level air dengan 3
level deteksi (low medium high).
Untuk pengisian galon stik elektrodra dari alat ini dipasang pada mulut
galon dan output dari alat ini dihubungkan dengan solenoid valve. Ketika stik
stainless steel posisi low dan high tidak mendeteksi air saat galon kosong
maka Solenoid Valve akan on. Ketika stik stainless steel posisi low dan high
mendeteksi air saat galon penuh maka solenoid valve akan off.
LOW

HIGH

Gambar 2.6 Stik Otoelektrod

Gambar 2.7 Otoelektrod sensor level air multifungsi


( Sumber : http://otosensing.blogspot.com/2010/11/prinsip-kerja-sensor.html )

Gambar 2.8 Skema Kerja Alat


Sumber : (www.sick.com )

Cara kerja alat ini yaitu naik-turunnya level air ada di antara ujung elektroda
high dan low, artinya ketika level air turun di bawah elektroda low maka pompa

akan ON, dan ketika level air naik sampai menyentuh ujung elektroda high maka
pompa akan OFF.
2.3 Solenoid Valve
Solenoid Valve adalah katup yang digerakan oleh energi listrik, mempunyai
kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakkan piston yang
dapat digerakan oleh arus AC maupun DC. Solenoid Valve atau katup solenoida
mempunyai lubang keluaran, lubang masukan, dan lubang exhaust. Lubang
masukan berfungsi sebagai tempat cairan masuk, lalu lubang keluaran berfungsi
sebagai tempat cairan keluar yang dihubungkan ke beban, sedangkan lubang
exhaust berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan cairan yang terjebak saat
piston bergerak atau pindah posisi ketika solenoid valve bekerja.
Prinsip kerja dari solenoid valve yaitu katup listrik yang mempunyai koil
sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supplay tegangan maka koil
tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakkan piston
pada bagian dalamnya. Ketika piston berpindah posisi maka pada lubang keluaran
dari solenoid valve akan keluar cairan yang berasal dari supplay. Pada umumnya
solenoid valve mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang
mempunyai tegangan kerja DC.

Gambar 2.4 solenoid valve

Gambar 2.9 Struktur Fungsi Solenoid Valve


(Sumber : http://meriwardana.blogspot.com/2011/11/solenoid-valve.html)
Keterangan Gambar :

1) Valve Body
2) Terminal masukan (Inlet Port)
3) Terminal keluaran (Outlet Port)
4) Koil / koil solenoid
5) Kumparan gulungan
6) Kabel suplai tegangan
7) Plunger
8) Spring
9) Lubang / exhaust
Katup Listrik / Solenoid valve atau sv adalah katup yang digerakan oleh
energi listrik, mempunyai koil sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk
menggerakan piston yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC, sv
mempunyai lubang keluaran, lubang masukan dan lubang exhaust, lubang
masukan diberi kode P, berfungsi sebagai terminal / tempat udara masuk atau
supply, lalu lubang keluaran, diberi kode A dan B, berfungsi sebagai terminal atau
tempat udara keluar yang dihubungkan ke beban, sedangkan lubang exhaust diberi
kode R, berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan udara terjebak saat piston
bergerak atau pindah posisi ketika sv ditenagai atau bekerja.
Cara kerja Solenoid valve adalah salah satu alat atau komponen kontrol yang
salah satu kegunaannya yaitu untuk menggerakan tabung cylinder, sv adalah katup
listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya yang mana ketika koil
mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan
magnet sehingga menggerakan piston pada bagian dalamnya ketika piston
berpindah posisi maka pada lubang keluaran A atau B dari sv akan keluar udara
yang berasal dari P atau supply, pada umumnya sv mempunyai tegangan kerja
100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC.

Solenoid valve dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu sv single coil (satu
kumparan) dan sv double coil (dua kumparan) tapi mempunyai cara.
2.4 Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang
digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip relay merupakan tuas saklar dengan
lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus
listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid
sehingga kontak saklar akan menutup.
Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke
posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk
menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC
220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt
DC). Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang memberikan
pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik.
Secara sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut :
1) Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau
membuka) kontak saklar.
2) Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik.
Dalam pemakaian biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC
dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang
terbaik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan
untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi
dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.
NO (normally open)

dan NC (normally close) adalah penamaan kondisi

atau keadaan switch saat switch belum dipasang atau belum in-service atau belum
ada aksi dari parameter yang dideteksinya.
Selain NO(normally open) dan NC(normally close) ada istilah lain untuk
dunia per-switch-an, NE (Normally Energize) dan ND (Normally De-energize)
adalah istilah lain tersebut. NE adalah keadaan switch yang close ketika parameter
yang dideteksinya sedang dalam keadaan normal, switch akan open jika parameter

yang dideteksinya menjadi tidak normal (pressure low atau high, sebagai
contohnya). Sedangkan ND adalah keadaan switch yang open ketika parameter
yang dideteksinya sedang dalam keadaan normal, switch akan close jika parameter
yang dideteksinya menjadi tidak normal (pressure low atau high, sebagai
contohnya) perhatikan gambar berikut :

Gambar 2.10 NO dan NC


Pada gambar diatas sebuah LS (level switch) dipasang untuk mendeteksi
ketinggian cairan yang berada di dalam sebuah tangki. LS tersebut misalnya
dipakai untuk mendeteksi level high (LSH=Level Switch High).
Gambar A menunjukkan level dalam keadaan normal atau dalam keadaan
tidak high. Terminal Common (C) akan terhubung ke terminal NC, atau C-NC
dalam keadaan energize, dan C-NO dalam keadaan deenergize.
Gambar B menunjukkan level dalam keadaan tidak normal atau dalam
keadaan high. Terminal Common (C) akan terhubung ke terminal NO, atau C-NO
dalam keadaan energize, dan C-NC dalam keadaan deenergize.
Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta
kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body
relay. Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan
sebagai pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik
(maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay
difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi
lebih aman. Relay jenis lain ada yang namanya reedswitch atau relay lidi. Relay
jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang

dililitkan kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan
menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar yang on. Ketika
arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali terbuka
(off).

Gambar 2.11 Relay


( Sumber : http://meriwardana.blogspot.com/2011/11/prinsip-kerja-relay.html )

Prinsip Kerja Relay


Relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi
(solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik
karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar
akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan
kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya
digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan
listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya
0.1 ampere 12 Volt DC). Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis
yang memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara
sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut :
1) Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau
membuka) kontak saklar.
2) Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik.
Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC
dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan
dipasang terbaik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada

tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang


terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak
merusak komponen di sekitarnya. Konfigurasi dari kontak-kontak
relay ada tiga jenis, yaitu:
3)

Normally Open (NO), apabila kontak-kontak tertutup saat relay


dicatu.

4) Normally Closed (NC), apabila kontak-kontak terbuka saat relay


dicatu Change Over (CO), relay mempunyai kontak tengah yang
normal tertutup, tetapi ketika relay dicatu kontak tengah tersebut akan
membuat hubungan dengan kontak-kontak yang lain. Penggunaan
relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan
relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada bodi
relay. Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang
diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu menswitch arus listrik (maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220
Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan
maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman. Relay jenis lain
ada yang namanya reedswitch atau relay lidi.
Relay jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil
yang dililitkan kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut
akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar yang on.
Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali
terbuka (off).

Gambar 2.12 Prinsip Kerja Relay

( Sumber : http://meriwardana.blogspot.com/2011/11/prinsip-kerja-Relay .html )

2.5 Power Supply ( adaptor )


Adaptor adalah pengganti batteray maupun aki dengan alat ini disebut
adaptor karena berasal dari kata to adapt yang berarti menyesuaikan dari
tegangan bolak-balik (AC) kepada suatu pesawat elektronika yang memerlukan
tegangan searah (DC). Jadi adaptor adalah suatu alat yang berfungsi merubah arus
bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) dengan tegangan tertentu.

Gambar 2.13 Gambar Adaptor 12 volt

Gambar 2.14 Rangkaian Power Supply


Keterangan :
2.

Trafo Engkel = 1 Ampere


Transformator atau sering disebut trafo adalah alat untuk

mentransfer tegangan AC dari gulungan kawat ke gulungan kawat lainya.

Kawat yang dipakai biasanya menggunakan kawat email, sedangkan


untuk inti besi biasanya menggunakan lapisan-lapisan pelat besi. Selain itu
trasformator juga berfungsi untuk menaikan tegangan listrik. Trafo jenis ini
disebut trafo step up. Dan yang menurunkan tegangan listrik disebut Trafo
step down.
Komponen yang dihubungkan dengan tegangan input disebut
komponen primer, sedangkan komponen yang dihubugnkan dengan
tegangan output disebut komponen sekunder. Adapun tegangan untuk satu
daya cenderung kecil, yaitu sekitar 3; 4,5; 6; 7,5; 9; 12 maka trafo ini
disebut trafo step down.

3.

Didoda 4 buah = 1 ampere


Diode berfungsi sebagai penyearah yang dapat mengubah tegangan

AC menjadi DC. Rangkaian penyearah dapat digolongkan menjadi 2


kelompok, yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang
penuh.
4.

Resistor (R1), (R2) = 561 , 1 k


Sebuah resistor adalah terminal dua komponen elektronik yang

menghasilkan tegangan pada terminal yang sebanding dengan arus listrik


melewatinya sesuai dengan hukum Ohm
R1

Rtotal = R1 + R2
= 561 + 1 k
= 562 k

5.

Kapasitor = 1000 mf. 25 volt

R2

Kapasitor atau kondensator adalah komponen listrik yang


digunakan untuk menyimpan muatan listrik. Dan secara sederhana terdiri
dari dua konduktor yang dipisahkan oleh bahan penyekat (bahan dielektrik),
Tiap konduktor disebut keping. Simbol yang digunakan untuk menampilkan
sebuah kapasitor dalam suatu rangkaian listrik adalah

Dalam pemakaian normal, satu keping diberi muatan positif dan


keping lainnya diberi muatan negatif yang besarnya sama. Antara kedua
keping tercipta suatau medan listrik yang berarah ke keping positif menuju
keping negatif

C=Q
V
C = 1000
25

= 40 mf/volt

C = kapasitas kapasitor satuannya dalam SI (Farad disingkat F),


1 Farad = 1 Coulomb/Volt. satuan lain F (microfarad) 1 F = 10-6
F.
Q = muatan listrik sataunnya Coulomb, dan -V = beda potensial satunnya
Volt.
V = tegangan listrik

6.

Saklar
Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memutuskan
jaringan listrik, atau untuk menghubungkannya. Jadi saklar pada
dasarnya adalah alat penyambung atau pemutus aliran listrik.

Anda mungkin juga menyukai