Anda di halaman 1dari 108

TANGGAPAN MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN TERHADAP BALIHO


GUBERNUR SULAWESI SELATAN

OLEH :
NURWILDHANAH HARDIYANTI IDSYAM

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

TANGGAPAN MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS HASANUDDIN TERHADAP BALIHO
GUBERNUR SULAWESI SELATAN

OLEH :
NURWILDHANAH HARDIYANTI IDSYAM
E 311 08 275

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

ABSTRAK
NURWILDHANAH. Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin terhadap Baliho Gubernur Sulawesi Selatan. (Dibimbing
oleh Muhammad Farid dan Mursalim)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin terhadap baliho Gubernur Sulawesi
Selatan dan mengetahui saran dan masukan mahasiswa terhadap baliho Gubernur
Sulawesi Selatan.
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan yakni
pada bulan Oktober hingga November 2012 yang dilaksanakan di Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Hasanuddin, Makassar. Metode yang digunakan untuk
penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 yang
berjumlah 231 mahasiswa. Penentuan besaran sampel menggunakan tabel Isaac
dan Michael, dengan taraf kesalahan 5% diperoleh sampel sebesar 142
mahasiswa. Teknik sampel yang digunakan yaitu teknik sampel berstrata
proporsional (proportionale stratified random sampling).
Dari hasil penelitian tanggapan mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin terhadap Baliho Gubernur Sulawesi Selatan, berdasarkan
indikator Perhatian menunjukkan bahwa desain baliho menarik, jumlah baliho
sangat memadai, lokasi pemasangan baliho kurang tepat, dan pemasangan baliho
merusak /mengganggu keindahan tata kota. Kemudian berdasarkan indikator
Pengertian dapat disimpulkan bahwa baliho berpengaruh terhadap citra Gubernur,
penggunaan bahasa, judul (headline), dan pesan dalam baliho kurang mudah
dimengerti serta penggunaan gambar dan pesan yang disampaikan dalam baliho
masih kurang jelas. Sedangkan dari indikator Penerimaan menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mendukung program/kegiatan Gubernur dalam baliho
namun kurang berpartisipasi karena responden beranggapan bahwa program kerja
Gubernur masih kurang direalisasikan dan yang terakhir, responden beranggapan
bahwa baliho kurang efektif digunakan untuk sosialisasi program Gubernur.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, atas segala
karunia-Nya yang tercurahkan kepada kita semua. Shalawat dan salam atas
junjungan Nabi Besar kita, Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah
dan syariat Islam kepada umat manusia.
Atas rahmat dan hidayah Allah SWT, akhirnya penulis bisa menyelesaikan
skripsi yang berjudul : Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Hasanuddin terhadap Baliho Gubernur Sulawesi Selatan. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Prodi Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin Makassar.
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah peduli dan turut serta membantu,
baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya skripsi ini,
dengan hormat kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Syamsir Mustamin dan Ibunda
Nurhaedah. Skripsi ini penulis dedikasikan untuk kalian. Terima kasih
tiada tara atas segala doa yang tulus, nasehat penuh makna, dan semua

energi positif yang tersalurkan kemudian menjadi kekuatan terbesar


bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Pembimbing I, Bapak Dr. H. Muhammad Farid, M.Si. Terima kasih
atas waktu, perhatian, motivasi, serta nasehat yang diberikan kepada
penulis demi terselesaikannya tugas akhir ini.
3. Pembimbing II, Bapak Drs. Mursalim, M.Si. Terima kasih atas waktu
yang telah diluangkan untuk memberikan nasehat dan membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih pula untuk Ibu
Mursalim dan Akram Mursalim atas bantuan kecil namun sangat
bermanfaat selama proses penyusunan skripsi.
4. Dosen-dosen pengajar dan seluruh staff Jurusan Ilmu Komunikasi.
Terima kasih atas segala bantuannya selama proses perkuliahan hingga
penyelesaian studi penulis.
5. Humas Unhas, Bapak Dr. H. Iqbal Sultan, M.Si beserta seluruh staf.
Terima kasih segala kebaikan yang diberikan kepada penulis dan
menjadi tempat persinggahan yang sangat menyenangkan selama
proses penyelesaian skripsi.
6.
Pembimbing plus-plus

Dwi

AstutiHardiningrum,

Dewi

Suryaningsih ,Armita Amelia, dan Ahmad Rizandy. Terima kasih atas


kesediaannya berbagi ilmu kepada penulis, juga untuk Indah Elza Putri
atas segala bentuk motivasi yang memberi sumbangsih amat besar
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Rizky Maulidiana. Terima kasih telah melaksanakan tugas sebagai My
Mommy Bee dengan sangat baik dan menjadi Pengoceh rutin atas
segala keleletan penulis. Tak sabar menanti hari bahagia di mana kita

akan menyanyikan Best Thing I Never Had . Yess, You are My Best
Girl I Ever Had :*
8. The Aunties. Aunty Dosky Zakiah Putri, Aunty Melby Satriany, Aunty
Boen Lispa Juliantry. Terima kasih telah mengisi hari-hari penulis yang
dipenuhi tekanan dengan ngopi-ngopi cantik dan sorella serta
membahas hal-hal kocak di sekitar kita.
9. EXIST, tak ada kata yang dapat menerjemahkan betapa bersyukur dan
beruntungnya saya memiliki kalian. Dari jutaan drama yang kita
lakoni, pesta-pesta segala rupa, kekonyolan kelas bahasa Indonesia,
hingga menjajal 40 jam melintasi Pulau Jawa bersama Kuncoro. How
could well be separated ?. Terima kasih telah menjadi Teman Hidup
dan membuat Empat Tahun ini menjadi Penuh Warna. We are
Immortal Friends. See you on Top, guys !!!
10. Kosmik, Another best place in Campus. Untuk semua angkatan yang
tergabung di dalammnya, terima kasih atas ilmu tambahan yang
penulis dapatkan selain dari bangku kuliah. Semoga kebersamaan yang
Unik dan Radikal akan terus berlanjut.
11. Sahabat Cantik; Nurul Asri Utari, Waode Nurul Hasanah, Merlien
Saputri, Malihah Ramadhani Rum. Terima kasih untuk slogan Skripsi
for Holiday-nya. Yeyeye,Our holiday coming up !!
12. Densus88; Winda Budiawati, Nurhardianty, Iksan Adisaputra, Fritz
Irawan, Ridha Anshari, Afrizal, dan Hery Herman . Terima kasih telah
menjadi sahabat yang selalu ada untuk berbagi suka dan duka selama 5
tahun ini serta doa dan semangat yang terus diberikan hingga akhir
penyusunan skripsi ini.

13. Song Playlist ; Tulus, Marteza Sumendra, Adhitia Sofyan, dan Monita
Sahuleka. Terima kasih telah menjadi penghangat jiwa pelipur lara di
malam-malam penuh kegalauan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis sudah berusaha menyusun skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Penulis berharap semoga skripsi ini nantinya tidak hanya menjadi
catatan yang lapuk termakan usia namun bermanfaat bagi penulis dan juga
pembacanya. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Makassar, 5 Desember 2012
Penulis

NURWILDHANAH H I

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .

HALAMAN PENGESAHAN. ii
ABSTRAK .

iv

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ..

viii

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR .

xvi

BAB I PENDAHULUAN ..

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang ..
Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..


Kerangka Konseptual
Definisi Operasional
Metode Penelitian
..

1
6
6
7
12
13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

17

A. Tanggapan
.
1. Pengertian Tanggapan
2. Tanggapan dalam Komunikasi .
B. Media Massa..........
1. Ilmu Komunikasi dan Media Massa....
2. Pesan Media Massa. . . . ......
C. Komunikasi Politik..............................................................................
D. Komunikasi Politik dalam Media Massa...........................................
1. Komunikator................................................................................
2. Khalayak......................................................................................
E. Media Outdoor...................................................................................
F. Teori S-O-R........................................................................................36

17
17
18
21
21
26
28
29
29
32
34

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .

39

A. Sejarah Unhas
B. Sejarah dan Perkembangan FISIP..
C. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Komunikasi...................................

39
51
58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .

64

A. Hasil Penelitian ..
B. Pembahasan .

64
81

BAB V PENUTUP ..

87

A. Kesimpulan .

87

B. Saran

89

DAFTAR PUSTAKA

91

LAMPIRAN

93

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1

Perbedaan antara
Komunikasi lainnya

bentuk

25

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7

Distribusi Responden berdasarkan Angkatan


Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi Responden berdasarkan Usia
Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Distribusi Responden berdasarkan Desain Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Lokasi Pemasangan
Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Pemasangan Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Perhatian terhadap
Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Penggunaan Bahasa
dalam Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Kejelasan Judul Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Pesan dalam Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Kesesuaian Pesan dan
Gambar dalam Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Pengaruh Baliho
terhadap Citra Gubernur Sul-Sel
Distribusi Responden berdasarkan Dukungan terhadap
program Gubernur dalam Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Partisipasi dalam
Program Gubernur
Distribusi Responden berdasarkan Realisasi Program
Gubernur dalam Baliho
Distribusi Responden berdasarkan Efektivitas Sosialisasi

65
66
66
67
68
69
70

Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18

Komunikasi

Massa

&

71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81

Program Gubernur
DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.1

Kerangka Konseptual

12

2.1

Unsur-unsur dalam proses Komunikasi

19

2.2

Teori S-O-R

37

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, media massa mempunyai peran strategis dalam


kehidupan politik bangsa. Peran media massa dalam menyalurkan
informasi tentang peristiwa politik yang terjadi, sering kali memberikan
dampak signifikan bagi perkembangan dinamika politik. Bahkan peran
media tidak sekedar sebagai penyalur informasi, lebih dari itu media massa
mempunyai potensi untuk membentuk opini publik.
Menurut Supa Athana dalam Hasrullah (2010:10) menyatakan
bahwa :
Penguasa dan politisi sangat sadar akan kekuatan media
dalam membentuk opini publik. Oleh karena itu mereka selalu
berusaha membentuk dan mendapatkan manfaat media massa dan
opini publik. Mereka menggunakan media massa dalam
mempertahankan pengaruh dan perhatian publik. Untuk mencapai
hal tersebut, mereka menggunakan media massa untuk
mengalihkan perhatian dan informasi yang sebenarnya bisa saja
merugikan masyarakat.
Peristiwa politik memang selalu menarik perhatian media massa
sebagai bahan liputan. Politik saat ini berada di era mediasi (politics in the
age of mediation) yakni media massa yang mempunyai peran signifikan
sebagai mediator antara aktor politik dan konstituennya sehingga mustahil
memisahkan kehidupan politik dari media massa (Tamburaka, 2012:104).

Dalam konteks ini, sajian informasi media massa mempunyai efek ganda,
yaitu dalam hal pemuas kehausan masyarakat akan informasi politik,
sekaligus sebagai media sosialisasi aktor politik untuk memperoleh
simpati publik.
Mc Luhan menguraikan bahwa media secara umum adalah
perpanjangan alat indera manusia. Dengan media, kita memperoleh
informasi tentang benda, orang dan tempat yang tidak kita pahami secara
langsung termasuk berbagai pesan tentang lingkungan sosial politik.
Semua pesan yang mengandung muatan politik dapat membentuk atau
mempertahankan citra politik dan pendapat secara umum (Rakhmat,
1994:220). Mc Luhan juga menyatakan bahwa media adalah pesan ( the
medium is the message ). Artinya media saja sudah menjadi pesan.
Menurutnya, yang mempengaruhi khalayak adalah bukan apa yang
disampaikan oleh media, tapi jenis media komunikasi yang dipergunakan,
yaitu antarpersonal, media elektronik atau media cetak.
Saat ini media cetak bisa dikatakan mengalami perkembangan
yang sangat signifikan, dikaji dan dirancang sedemikian rupa untuk
meraup simpati publik. Media outdoor atau media luar ruang merupakan
salah satu media publisitas yang akhir-akhir ini gencar dipergunakan.
Media luar ruang yang dimaksud adalah berupa flyer, poster, baliho, atau
bentuk-bentuk lainnya yang juga merupakan alat penyampai pesan yang
ditempatkan di luar ruangan, yakni pada posisi-posisi strategis yang paling
memungkinkan untuk tersampainya pesan.

Dikenalnya media outdoor merupakan hasil dari kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi khususnya mesin media cetak digital yang
semakin canggih. Manakala dicermati dari sudut sasarannya, penggunaan
media luar ruang memang tepat. Sebab sifat audience-nya heterogen,
terdiri dari berbagai golongan. Di samping itu, rentan waktu pemasangan
relatif lebih lama. Dahsyatnya media luar ruang terbukti tahan lama, tak
lapuk dan tak lekang oleh panas terik dan guyuran hujan. Karakteristik dan
kekuatan material semacan ini tidak dimiliki oleh media lain
Baliho merupakan salah satu media yang sangat dekat dengan
kehidupan kita sehari-hari. Baliho telah memenuhi penjuru setiap kota.
Baliho saling tumpang tindih dan saling mengalahkan. Yang besar
menutupi yang kecil dan yang baru meminggirkan yang lama. Jadi bisa
dikatakan, baliho menganut sistem hutan rimba. Pesta demokrasi serasa
berlangsung

sepanjang

tahun.

Berbagai

wajah

berlomba-lomba

memunculkan diriya melalui baliho dengan tujuan dan maksud tertentu.


Syahrul Yasin Limpo merupakan salah satu sosok yang juga
mengkonstruksikan karirnya dalam dunia politik melalui baliho. Selepas
menjadi Wakil Gubernur Sulawesi Selatan bersama Amin Syam, SYL
kemudian mencalonkan diri menjadi Gubernur Sul-Sel berpasangan
dengan Agus Arifn Numang. Dengan tagline Dont Look Back dan
mengusung program besar yakni, Pendidikan dan Kesehatan Gratis untuk
Sul-Sel yang kemudian sukses menghantarkan pasangan ini meraih tahta
sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008-2013.

Media massa menjadi sebuah agen dalam membentuk citra di


masyarakat. Media massa sangat terkait dengan pembentukan citra, karena
pada dasarnya komunikasi itu proses interaksi sosial, yang digunakan
untuk menyusun makna yang membentuk citra tersendiri mengenai dunia
dan bertukar citra melalui simbol-simbol (Nimmo, 2001:98). Dengan
demikian, citra Gubernur dapat terbentuk dari apa yang ditampilkan di
media. Baliho pun bekerja sebagai media pembingkai yang kemudian akan
membentuk opini publik. Maka dari itu, sebaiknya dikemas semaksimal
mungkin agar dapat mengoptimalkan efektivitasnya sehingga memperoleh
citra positif di mata masyarakat.
Selama kurang lebih empat tahun masa kepemimpinannya, seluruh
program kerja dan kegiatan pemerintahan disosialisasikan melalui baliho.
Lokasi yang rutin memasang baliho Gubenur, yakni kantor Gubernur
Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi di jalan Urip Sumoharjo dan
Gedung Mulo di jalan Sam Ratulangi yang merupakan jalan-jalan protokol
yang ada di Makassar.
Konflik ruang publik yang menyangkut media luar ruang seperti
baliho yaitu belum adanya masterplan perihal penempatan titik-titik
reklame luar ruang, sehingga menyebabkan keberadaan kota bagaikan
wilayah tak bertuan. Ruang publik yang seharusnya menjadi hak warga,
dikuasai oleh tonggak-tonggak baliho. Jika pemasangan baliho yang tidak
tertata dengan baik, maka dampaknya akan memberikan rasa tidak
nyaman, merusak keindahan kota, mental dan moral masyarakat. Dan yang

paling krusial dari suasana carut-marut ini, masyarakat menjadi terjajah


oleh keberadaan media komunikasi yang ditengarai sudah mengalami over
communicative. Ketika media luar ruang diposisikan sebagai salah satu
ornamen kota, namun yang tercipta justru sebaliknya. Tata kota yang rapi
dan indah berubah berantakan karena bentangan berbagai macam baliho
yang berakibat tidak nyaman dipandang mata dan berujung pada sampah
visual.
Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang menerima
informasi melalui baliho. Mahasiswa juga dikenal sebagai sosok yang
peka terhadap isu-isu politik pemerintahan. Khususnya mahasiswa Ilmu
Komunikasi yang mengetahui dan mempelajari tentang media secara
mendalam. Bagaimana media tersebut memiliki peran dan efek kepada
khalayak melalui pesan dan gambar.
Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, penulis mencoba untuk
mengkaji lebih jauh dalam bentuk penelitian skripsi komunikasi dengan
judul :
Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin
terhadap Baliho Gubernur Sulawesi Selatan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tanggapan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Hasanuddin terhadap baliho Gubernur Sulawesi Selatan ?
2. Apa saran dan masukan mahasiswa terhadap Baliho Gubernur
Sulawesi Selatan ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin terhadap baliho Gubernur Sulawesi
Selatan.
b. Untuk mengetahui saran dan masukan mahasiswa terhadap baliho
Gubernur Sulawesi Selatan.
2. Kegunaan penelitian
- Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dalam

pengembangan

ilmu

pengetahuan

di

bidang

Ilmu

Komunikasi dan diharapkan dapat menjadi referensi dalam


pembelajaran Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan
media luar ruang (baliho).
-

Secara praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
masukan,

evaluasi,

pemikiran

dan

pertimbangan

dalam

pemasangan baliho sebagai meditor antara pemerintah dan


masyarakat.
D. Kerangka Konseptual

Freidsow berpendapat bahwa komunikasi massa dibedakan dari


jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi
massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan
bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi.
Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alatalat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar supaya komunikasi itu
dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai
lapisan masyarakat. (Rakhmat, 1994:188)
Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui
media massa. Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan
sistem komunikasi interpersonal, secara teknis kita dapat menunjukkan
empat tanda pokok dari komunikasi massa menurut Elizabeth-Noelle
Neuman (Rakhmat, 1994:189) :
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis

2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara pesertapeserta komunikasi (para komunikan)
3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak
terbatas dan anonim
4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar
Media massa mempunyai kekuatan yang dahsyat. Sampai-sampai
Napoleon Bonaparte pernah mengatakan, Jika media dibiarkan saja, saya
tidak akan bisa berkuasa lebih dari tiga bulan. Ini membuktikan bahwa

media memiliki kekuatan yang besar. Dalam bukunya Understanding


Media,

Marshall McLuhan mengatakan bahwa media itu perluasan

manusia (The Extension of Man) (Nurudin, 2008:51). Dengan kata lain,


media menjadi kepanjangan tangan manusia. Apa yang menjadi keinginan,
cita-cita, dan tujuan seorang manusia bisa diperluas oleh media. Media
dengan jangkauan yang dimilikinya akan meluaskan banyak hal pada diri
manusia.
Baliho digolongkan dalam model publisitas, yang merupakan salah
satu aspek penting dalam komunikasi massa. Menurut Nisberg dalam The
Random House Handbook of Business Terms (Liliweri, 2011:458),
publisitas adalah informasi yang dirancang untuk memperkenalkan,
memperlihatkan, mempertahankan nama dan kehormatan seseorang atau
organisasi ke hadapan publik dalam suatu konteks tertentu melalui media
dalam rangka menciptakan daya tarik publik.
Sehubungan dengan penelitian ini, aspek atau unsur utama dalam
proses komunikasi secara sederhana dapat dipahami sebagaimana yang
dikemukakan dalam teori Lasswell (1972) dalam karyanya The Structure
and Function of Communication in Society, yaitu Who says what in
which channel to whom with what effect ? , Siapa mengatakan apa
melalui siaran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana ?. Dalam
teori ini, jika dikaitkan dengan judul penelitian di atas, maka Gubenur
yang merupakan tokoh yang ada dalam baliho sebagai komunikator (who
says) yang mampu menyampaikan pesan berupa kegiatan dan aktifitas

kepada publiknya. Kedua, pesan (what message) yang berupa informasi,


aktifitas,

pengetahuan,

ajakan,

bujukan,

atau

ungkapan

yang

dipublikasikan untuk diketahui, dimengerti, dan diterima oleh publik


sasaran. Ketiga, saluran (in which channel) berupa media baliho. Yaitu
sarana

yang

dipergunakan

oleh

komunikator

dalam

mekanisme

penyampaian pesan-pesan kepada publiknya. Keempat, komunikan (to


whom), yaitu publik yang menjadi sasaran atas pesan yang disampaikan
oleh komunikator. Kelima, efek (with the effect) yaitu suatu dampak yang
terjadi dalam proses pesan (citra). Dapat berakibat positif maupun negatif
tergantung dari tanggapan, persepsi, dan opini dari hasil komunikasi
tersebut dan bisa menimbulkan umpan balik (feedback).
Dalam proses pemasangan baliho, komunikasi yang terjadi
mempunyai tujuan yang utama adalah menimbulkan efek terhadap
khalayak. Adapun efek-efek tersebut berupa :
a. Efek Kognitif (cognitive effect) terjadi bila ada perubahan pada
apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek
ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, atau informasi.
b. Efek Afektif (affective effect) timbul bila ada perubahan pada
apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini
ada hubunganya dengan emosi, sikap, atau nilai.
c. Efek Behavioral (behavioral effect) merujuk pada perilaku
nyata yang dapat diamati meliputi tindakan, kegiatan, atau

kebiasaan berprilaku yang dilakukan setelah terjadinya efek


kognitif dan afektif terhadap khalayak.
Jadi sebenarnya melalui proses komunikasi kita melakukan
aktifitas pertukaran makna melalui interaksi sosial dalam lingkungan
sosial kita sehigga melahirkan tanggapan setiap orang dalam hal
memandang, memahami, dan membangun realitas sosial kehidupannya.
Media massa membantu kita dalam memahami dunia kita. Melalui simbolsimbol verbal dan non-verbal, yaitu dalam bentuk visual (tulisan dan
gambar), audio (suara), dan gabungan keduanya telah membangun budaya
komunikasi kita sehari-hari.
Tanggapan

merupakan

kemampuan

setiap

individu

untuk

memberikan makna dan kata interpretasi berdasarkan stimuli yang


diterima oleh panca indera, sehingga melahirkan suatu refleksi dari dalam
diri seseorang untuk merealisasikan stimuli yang diterimanya. Menurut
Rakhmat (1994:51), tanggapan adalah pengalaman tentang obyek,
peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan.
Menurut teori Stimulus-Organism-Response (S-O-R), efek yang
ditimbulkan merupakan reaksi khusus, sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antar pesan dan reaksi
komunikan. Adapun unsur dalam model ini adalah a) Pesan (Stimulus); b)
Komunikan (Organism); c) Efek (Response).

Menurut Hovland, Janis, dan Kelley terdapat cara untuk menelaah


sikap yang terdiri dari 3 variabel penting, yaitu:
-

Perhatian,
Pengertian, dan
Penerimaan
Teori ini dicantumkan pada teori S-O-R yang merupakan

penjelasan pada bagian organisme yang ada pada komunikan. Beberapa


variabel tersebut mengacu pada pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk memudahkan proses
penelitian, penulis mengemukakan bagan kerangka konseptual dalam
penelitian ini sebagai berikut :

Kerangka Konseptual :

Stimulus
Baliho Gubernur
Sulawesi Selatan

Organism
- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan

Respon
Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Unhas

Gambar 1.1. Kerangka konseptual

E. Definisi Operasional
1. Mahasiswa adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Unhas Strata satu
angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011.
2. Tanggapan adalah pernyataan subjektif mahasiswa Ilmu Komunkasi
Unhas terhadap Baliho Gubernur Sul-Sel
3. Baliho Gubernur adalah media penyampai berupa bentangan yang
memperjelas akan adanya suatu kegiatan/aktifitas yang akan atau telah
dilaksanakan oleh Gubernur
4. Gubernur Sulawesi Selatan merupakan jabatan kepala daerah untuk
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yng saat ini diduduki oleh pasangan
Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Numang.
5. Perhatian adalah melihat dan mengamati suatu objek dalam hal ini
yaitu baliho Gubernur Sulawesi Selatan
6. Pengertian adalah gambaran/pengetahuan tentang sesuatu di dalam
pikiran, pemahaman, kesanggupan intelegensi untuk menangkap
makna suatu situasi atau perbuatan.
7. Penerimaan adalah mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa
perlakuan; sikap terhadap objek.
F. Metode Penelitian
1.Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian berlangsung selama kurang lebih dua bulan,
yakni pada bulan Oktober hingga November 2012.Penelitian ini
dilaksanakan di Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10

Makassar dan yang menjadi objek penelitian adalah Mahasiswa Jurusan


Ilmu Komunikasi.
2. Tipe Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kuantitatif deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti sekelompok manusia, suatu obyek tertentu dengan tujuan
untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki.
3.Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a) Data Primer
Dalam pengumpulan data ini menggunakan angket yakni pengumpulan
data dengan cara memberikan sejumlah daftar pertanyaan kepada semua
responden. Atau dalam pengertian lain adalah data diperoleh dari observasi
langsung dan pengumpulan angket/kuisoner yang telah dijawab oleh
responden. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Juruan Ilmu
Komunikasi Universitas Hasanuddin.
b) Data Sekunder
Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode wawancara dengan
pihak-pihak akademik Jurusan Ilmu Komunikasi dan, observasi, yaitu
pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti dan melakukan

pencatatan data yang sesungguhnya serta studi literatur dengan membaca


buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.
4.Populasi dan Sampel
Yang dimaksud dengan populasi sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik
suatu kesimpulan. (Sugiyono, 2010:80)
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 yang
berjumlah 231 orang sesuai dengan jumlah mahasiswa aktif yang terdaftar
pada semester awal tahun akademik 2012/2013
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil
melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas,
lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi (Sugiyono, 2010:81).
Penetapan

sampel

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

menggunakan jenis metode ( probability sampling) yaitu peluang masingmasing responden dapat diketahui, Sedangkan teknik samplingnya
menggunakan sampel berstrata proporsional (proportionale stratified
random sampling).Adapun penentuan besaran sampel menggunakan tabel
yang dikembangkan dari Isaac dan Michael.Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 231 dengan taraf kesalahan 5%

sehingga berdasarkan tabel

Isaac dan Michael diperoleh sampel sebesar 142 mahasiswa. Jumlah


sampel per-jurusan di FISIP Universitas Hasanuddin:
1. Angkatan 2007

: 27/231 142 = 16,4 = 16

2. Angkatan 2008

: 40/231 142 = 24,5 = 24

3. Angkatan 2009

: 39/231 142 = 23,9 = 24

4. Angkatan 2010

: 44/231 142 = 27,0 = 27

5. Angkatan 20111

: 81/231 142 = 49,7 = 50

5.Teknik Analisis Data


Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu
uraian yang berupa penggambaran untuk menjelaskan jawaban-jawaban
yang diberikan responden dalam angket/kuisoner,data-data yang diperoleh
melalui

wawancara

dan

studi

pustaka

digunakan

sebagai

data

penunjang.Penelitian ini memanfaatkan software SPSS dalam pengolahan


data.Selain itu peneliti juga menggunakan Skala Likert sebagai pedoman.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanggapan
I. Pengertian Tanggapan
Menurut Rakhmat (2007:51) tanggapan adalah pengalaman tentang
obyek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan.
Sementara itu, Baron dan Paulus dalam Mulyana (2000:167)
mengatakan persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita
memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan
kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita.
Menurut Mc Quail dalam Fitriyani (2011:36) bahwa tanggapan
adalah suatu proses dimana individu berubah atau menolak perubahan
sebagai tanggapan terhadap pesan yang dirancang untuk mempengaruhi
pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Tanggapan adalah hasil yang ingin dicapai dari sebuah proses


komunikasi. Dalam proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan, umpan balik akan terjadi dalam bentuk tanggapan sebagai
akibat dari stimulus yang ditransmisikan. Hal ini, akan mempermudah
proses pemahaman jika tanggapan yang muncul memiliki kesamaan
kerangka berfikir yaitu kesamaan pengalaman dan pengetahuan yaitu
pengetahuan antara komunikator dan komunikan.
(Effendy,1998:14) menjelaskan jika umpan balik secara verbal
adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata, baik
secara singkat maupun secara panjang lebar. Sedangkan umpan balik
secara nonverbal adalah tanggapan yang dinyatakan bukan dengan katakata melainkan dengan bahasa tubuh.
Namun, sebuah persepsi tak akan muncul, jika alat indera manusia
tidak diberi rangsangan terlebih dahulu. Seringkali manusia diberikan
rangsangan yang sama namun tanggapannya berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan tak ada satu pun manusia di dunia yang persis sama dengan
manusia lain, baik itu dari segi kemampuan alat indera, ataupun dari
pengalaman sosial yang didapat dari lingkungan.
Tanggapan sangat erat hubungannya dengan rangsangan sehingga
apabila rangsangan timbul maka mungkin sekali diikuti oleh tanggapan.
Perilaku yang muncul setelah stimulus ditransmisikan ke komunikan
adalah sebuah bentuk tanggapan, tanggapan adalah hasil yang berupa
perilaku yang timbul karena rangsangan.
II. Tanggapan dalam Komunikasi

Menurut Laswell dalam (Effendy,1998:13) untuk memahami


pengertian komunikasi sehingga dapat dilakukan secara efektif maka
komunikator harus dapat dijawab dari 5 unsur dalam proses komunikasi yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Komunikator (communicator, source, sender)


Pesan (message)
Media (channel)
Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
Efek (effect, impact, influense)
Berdasarkan paradigma yang dikemukakan Laswell tersebut di atas,

maka komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada


komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Kotler, Laswell, dan Amstrong (1996 :133) menampilkan model unsurunsur dalam proses komunikasi sebagai berikut:

Pengirim

Penyandian

Pesan
Media

Penguraian isi
sandi

Rangsangan

Gangguan
Umpan Balik

Tanggapan

Gambar 2.1. Unsur-unsur dalam proses Komunikasi

Dari gambar diatas dapat dilihat 9 elemen komunikasi. Dua elemen


memiliki bagian utama dalam komunikasi, yaitu pengirim dan penerima.
Dua elemen mewakili perangkat utama yaitu, pesan dan media. Empat
elemen lainnya mewakili fungsi komunikasi utama yaitu penyampaian,
penerimaan, respond,dan umpan balik. Elemen terakhir adalah gangguan
dalam sistem tersebut.

Elemen-elemen di atas dapat didefinisikan sebagai berikut:


1. Pengirim: pihak yang mengirimkan berita atau pesan ke pihak lain, biasa
juga disebut sebagai sumber atau komunikator.
2. Penyandian: proses memindahkan buah pikiran ke bentuk simbol.
3. Pesan : sekumpulan simbol yang dikirimkan pengirim.
4. Media : saluran komunikasi yang dengannya pesan berpindah dari
penerima ke pengirim.
5. Penguraian isi sandi: proses dimana penerima menguraikan arti lambang
atau simbol yang disandikan pengirim.
6. Penerima: pihak yang menerima berita yang dikirimkan oleh pihak lain
(yang disebut audiens atau tujuan).
7. Tanggapan (respon): serangkaian reaksi yang penerima lakukan setelah
menerima pesan.
8. Umpan balik: sebagian bentuk respon dari penerima yang nantinya akan
disampaikan lagi ke pihak pengirim.
9. Gangguan: gangguan atau distorsi tidak terencana selama proses
komunikasi.
Model tersebut menjelaskan faktor-faktor atau unsur-unsur utama
dalam komunikasi yang efektif. Pengirim atau komunikator harus
mengetahui apa yang pendengar atau komunikan inginkan. Pengirim itu
harus menyimbolkan pesan dengan sedemikian rupa sehingga dapat
memperkirakan bagaimana penerima sebagai sasaran bisa mengartikan
pesan tersebut. Pengirim harus mengembangkan saluran umpan balik
sehingga dapat mengetahui respon penerima terhadap pesan tersebut.
Dalam analisis efek, efek adalah unsur penting dalam keseluruhan
komunikasi. Efek bukan hanya sekedar umpan balik dan reaksi balik
penerima terhadap pesan yang dilontarkan oleh pihak komunikator,

melainkan efek yang dapat menimbulkan baik dalam pengetahuan, sikap,


dan tingkah laku secara keseluruhan pada diri penerima. Perubahan
semacam ini menyangkut proses komunikasi yang azasi sifatnya, dan
perubahan semacam inilah yang diharapkan terjadi dalam proses interaksi
antara komunikator dan komunikan.
Para komunikator harus mengetahui audiens mana yang ingin
dicapai dan tanggapan apa yang diinginkan, mereka harus cakap dan
terampil dalam menyandikan pesan-pesan dengan memperhitungkan
bagaimana khalayak sasaran cenderung membaca pesan-pesan, dengan
kata lain sebelum komunikator mengadakan komunikasi maka ia harus
bisa membuat perencanaan komunikasi sehingga komunikasi berjalan
lebih efektif.
B. Media Massa
I.
Ilmu Komunikasi dan media massa
Apakah yang disebut dengan komunikasi massa ? Batasan yang
diberikan oleh para ahli menyebutkan bahwa pada intinya komunikasi
massa adalah salah satu bentuk komunikasi yang menggunakan media
massa sebagai alat berkomunikasi. Dalam ilmu komunikasi, media atau
lengkapnya media massa adalah sarana atau alat dalam komunikasi massa.
Media massa dilihat sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kepada sejumlah orang yang tersebar di banyak tempat. Pesan-pesan
bersifat umum disampaikan secara serantak, selintas.

Untuk lebih memahami pengertian komunikasi massa, berikut ini


adalah ciri-ciri yang dikemukakan para ahli ilmu Komunikasi dalam
Wiryawan (2007:44) :
1. Mempergunakan alat atau transmitter. Dengan menggunakan alat
transmitter ini, maka pesan yang disampaikan dapat menjangkau
massa. Tidak semua komunikasi yang mengunakan alat atau
media bisa disebut sebagai komunikasi massa, tetapi hanya alat
atau media yang dapat menjangkau massa yang bisa disebut
komunikasi massa.
2. Pengirim dan pemerima pesan tidak harus saling mengenal,
anonym. Komunikasi yang mengunakan media massa pada
dasarnya ditujukan kepada khalayak luas yang heterogen, anonim,
tersebar dan tidak mengenal batas geografis-kultural. Hal ini
membedakan dengan jenis komunikasi lain di mana pesan selalu
ditujukan kepada orang tertentu yang telah diketahui secara
spesifik.
3. Bersifat umum. Komunikasi dengan mengunakan media massa
adalah komunikasi publik, umum, bukan pribadi. Isi pesan yang
disampaikan

menyangkut

kepentingan

orang

banyak

dan

khalayak.
4. Berlangsung relatif cepat. Pola penyampaian komunikasi dengan
menggunakan media massa berlangsung relatif cepat. Apa yang
terjadi di belahan bumi lain, bisa cepat diketahui di belahan bumi
lainnya. Hal ini makin menguatkan sifat komunikasi massa yang

berlangsung cepat bahkan antara peristiwa yang terjadi dengan


siaran yang diterima oleh khalayak terjadi dalam waktu yang
sama.
5. Bersifat satu arah. Komunikasi dengan menggunakan media
massa cenderung berlangsung satu arah. Hal ini terlihat pada
komunikasi media cetak. Di mana komunikator berkomunikasi
melalui tulisan dan penerima pesan hanya bisa membaca, tanpa
bisa menjawab secara langsung.
6. Komunikasi massa berlangsung secara terencana. Kegiatan
komunikasi

massa

tidak

bisa

dilakukan

secara

spontan,

sebagaimana reaksi sebuah kerumunan orang di jalan akibat


adanya kecelakaan lalu lintas. Komunikasi massa dilakukan secara
terencana.
7. Secara berkala. Penyampaian pesan melalui media massa
dilakukan secara berkala, reguler, mengikuti jadwal tertentu.
Untuk media cetak biasanya setiap hari (harian), setiap minggu
(mingguan), setiap bulan (bulanan), dan sebagainya. Komunikasi
massa tidak akan efektif bila waktu yang digunakan dilakukan
secara acak, tidak reguler sesuai jadwal.
8. Melalui gate keeper. Dalam proses komunikasi massa, tidak
semua orang dapat bertindak sebagai pengirim pesan. Ada
semacam pengawas atau gate keeper yang mengawasi siapa orang
yang berhak mengunakan alat komunikasi massa dan materi apa
yang hendak disampaikan. Gate keeper ini tidak harus berarti

suatu sensor dalam arti politis melainkan suatu standar


profesional.
9. Meliputi berbagai aspek kehidupan. Isi pesan media massa
mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Bila kita melihat
sebuah surat kabar, maka di sana terdapat berbagai informasi
mengenai politik, ekonomi, budaya, iklan produk, iklan jasa dan
lainnya. Media massa bisa membatasi isi media untuk materi
tertentu, misalnya majalah anak-anak, harian ekonomi, radio
dangdut, dan sebagainya. Meskipun media massa tersebut terbatas
untuk kalangan tertentu, namun tetap menyajikan materi yang
beragam dari suatu bidang tersebut.
Di atas telah dijelaskan karakteristik komunikasi massa. Sifat
utama dari komunikasi massa adalah digunakannya media massa
sebagai alat berkomunikasi. Untuk melihat sejauh mana sifat
komunikasi massa bila dibandingkan dengan bentuk komunikasi lain,
berikut ini tabel perbedaan komunikasi massa dengan komunikasi
antar pribadi (Wiryawan, 2007:53)
Tabel 2.1 Perbedaan antara Komunikasi Massa dan bentuk komunikasi
lainnya

Unsur Komunikasi

Komunikasi Massa

1.

Isi pesan

Kepentingan umum

Komunikasi antar
pribadi
Kepentingan perorangan

2.
3.
4.
5.
6.

Sifat pesan
Perumusan pesan
Materi pesan
Pengirim pesan
Sifat pengiriman pesan

Formal
Terencana
Berbagai aspek
Kaum profesional
Cepat/luas

Tidak formal
Spontan
Topik tertentu
Setiap orang
Lambat, terbatas

7.

Sifat

penyampaian Formal

8.
9.
10.
11.

pesan
Frekuensi pengiriman
Penerima pesan
Arah komunikasi
Alat / medium

Reguler/ajek
Khalayak, anonim
Satu arah
Media massa

Tidak formal
Acak/melihat kebutuhan
Pribadi-pribadi ; diketahui
Dua arah
Alat komunikasi non
media massa

Dari tabel di atas, terlihat bahwa pada seluruh unsur komunikasi,


terdapat perbedaan antara komunikasi massa dengan komunikasi antar
pribadi. Unsur utama yang menjadi pembeda adalah alat/media
komunikasi.
Pada komunikasi massa, alat/media mengunakan media massa,
sedangkan pada komunikasi antarpribadi menggunakan udara atau
berkomunikasi langsung tanpa alat. Bila menggunakan alat maka alat
tersebut bukan alat media massa, misalkan saluran telepon. Sebagaimana
diuraikan di atas, komunikasi massa dapat terjadi manakala komunikasi itu
menggunakan media massa.
II.

Pesan Media Massa


Proses komunikasi melibatkan komunikator yang mana komunikator
akan meng-endcode pesan (menyusun pesan) sedemikian rupa dan
disampaikan pada komunikan, selanjutnya komunikator dapat pula disebut
sebagai sumber atau encoder. Komunikator massa adalah orang-orang

yang bekerja dalam organisasi media massa yang terlibat langsung dengan
proses penyusunan pesan yang akan disampaikan kepada khalayak.
Media massa pada hakekatnya adalah sekadar alat atau sarana
dalam komunikasi massa. Karena media adalah alat dalam komunikasi
massa, maka ia bertugas membawa pesan yang harus disampaikan kepada
massa. Namun pesan yang dibawanya itu harus memiliki unsur-unsur
tertentu agar dapat diterima dengan baik oleh massa.
Adapun sifat pesan melalui media massa yang dikemukakan oleh
Atmojo (2007: 24) dalam modul Komunikasi Massa adalah :
1. Umum/publik (sarana untuk menyampaikan pesan kepada
khalayak bukan untuk sekelompok kecil orang tertentu)
2. Mengenai berbagai hal, peristiwa dan dari berbagai tempat
3. Pesan diproduksi, re-produksi dan didistribusikan pada
khalayak yang besar jumlahnya
4. Isi pesan dari media elektronik bersifat selintas artinya
khalayak yang melewatkan saat itu tidak akan dapat
mengulanginya, berbeda dengan isi pesan media cetak yan
dapat dibaca/dilihat ulang apabila ada yang kurang jelas.
5. Komunikasi massa berjalan secara cepat serempak
6. Pesan yang disampaikan komunikator melalui media
massa dengan cepat sampai kepada khalayak. Pada saat
yang sama media massa dapat membuat khalayak secara
serempak

menaruh

perhatian

disampaikan komunikator

kepada

pesan

yang

Informasi atau pesan dalam media massa akan bersaing dengan isi
yang sama dari media massa sejenis atau media lainnya, disamping itu
sifat pesan yang selintas, maka rancangan pesan seharusnya dikemas
semenarik mungkin. Ada beberapa kriteria informasi/pesan yang menarik
menurut Verdeber dalam Atmojo (2007 : 24) :
1. Informasi lebih mudah mendapat

perhatian khalayak

ketika memiliki relevansi


2. Informasi lebih mudah mendapat perhatian khalayak
ketika ada hal-hal yang baru
3. Informasi lebih mudah mendapat perhatian khalayak
ketika ada pengulangan
4. Informasi lebih mudah dimengerti dan diingat ketika
disususn dengan baik
5. Informasi lebih mudah mendapat perhatian khalayak
ketika menyentuh perasaan atau emosi
6. Informasi lebih mendapat perhatian khalayak ketika
disajikan secara humor
7. Informasi lebih mudah dimengerti dan disimpan jika
memiliki asosiasi
8. Informasi lebih mudah dimengerti dan disimpan jika
disajikan secara visual
C. Komunikasi politik
Rudini dalam Rauf (1993:3), komunikasi politik merupakan salah
satu fungsi dalam sistem politik yang amat penting. Komunikasi politik
menyalurkan aspirasi dan kepentingan politik rakyat yang menjadi input

sistem politik dan pada waktu yang sama komunikasi politik


menyalurkan kebijakan yang diambil atau output sistem politik.
Para ilmuan politik beranggapan bahwa komunikasi politik
termasuk objek studi politik karena pesan-pesan yang disampaikan dalam
proses komunikasi itu mempunyai ciri-ciri politik yaitu berkaitan dengan
kekuasaan

politik,

negara,

pemerintahan

dan

komunikator

serta

komunikan yan terlibat di dalamnya bertindak sebagai pelaku kegiatan


politik.
Lasswell dalam Rauf (1993:12) menjelaskan dunia politik dengan
dunia komunikasi sangat erat hubungannya. Dalam artikulasi, politik tidak
akan lepas dari persoalan siapa, mengatakan apa, melalui media mana,
kepada siapa, serta dengan pengaruh yang bagaimana.
Komunikasi adalah pengalihan informasi untuk memperoleh
tanggapan, pengkoordinasian makna antara seseorang dan khalayak, saling
berbagi informasi, gagasan atau sikap, saling berbagi unsur-unsur perilaku
atau modus kehidupan melalui perangkat- perangkat aturan. Politik dapat
diartikan siapa memperoleh apa, kapan dan bagaimana, pembagian nilainilai oleh yang berwenang, kekuasaan dan pemegang kekuasaan,
pengaruh, tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau
memperluas tindakan lainnya. Komunikasi politik merupakan komunikasi
yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau sebuah lembaga dalam
upaya memperoleh kewenangan untuk membela rakyat, baik dalam

peranannya sebagai pejabat pemerintah maupun sebagai anggota suatu


badan yang dapat mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah.
D. Komunikasi politik dalam media massa
1. Komunikator
Komunikator politik memainkan peran sosial yang utama
khususnya dalam proses opini publik, para pemimpin atau
komunikator politik ini menciptakan opini karena mereka berhasil
membuat bebberapa gagasan. Karena itu, opini publik dipahami
sebagai sejenis tanggapan publik terhadap pemikiran dan usaha para
komunikator politik menciptakan pemikiran baru, gagasan baru, dan
argumen baru.
Komunikator politik, seperti politikus, profesional atau aktivis,
menggunakan

pembicaraan

persuasif

untuk

mempengaruhi

khalayak. Alat atau upaya yang digunakan untuk mengirimkan pesan


tersebut adalah saluran dari siapa mengatakan apa kepada siapa.
Komunikator

menyampaikan

bentuk-bentuk

simbolik

dan

kombinasinya ini dengan berbagai teknik dan media ; secara lisan


melalui perbincangan personal, melalui media elektronik seperti
radio dan televisi dan radio, dan dengan media cetak seperti baliho.
Tipe utama saluran yang digunakan dalam penggunaan baliho
itu sendiri menekankan pada komunikasi satu kepada banyak, yaitu
komunikasi massa. Menurut Tan dalam Nurudin (2007:11) dalam

komunikasi massa yang menjadi komunikatornya adalah organisasi


sosial yang mampu menghasilkan pesan dan mengirim ke semua
khalayak.
Gamble dalam Nurudin (2007:8) menjelaskan media massa
adalah alat-alat dalam komunikasi (baliho) yang bisa menyebarkan
pesan serempak, cepat kepada khalayak luas.
Media

komunikasi

massa

dapat

dan

memang

telah

mempengaruhi perubahan, apalagi jika itu menyangkut orang


banyak. Media juga mampu menggalang persatuan dan opini
terhadap peristiwa tertentu. Media massa telah ikut menentukan
pilihan seseorang setelah membentuk, memanipulasi citra.
Media massa merupakan sebuah entitas bisnis, entitas sosial,
entitas budaya sekaligus sebuah entitas politik. Dalam konteks
hubungan bermedia dengan publik, media massa menjalankan fungsi
utama seperti yang dikemukakan Laswell dalam Effendy (1998:27)
sebagai berikut :
1. The surveillance of the environment. Artinya media massa
mempunyai fungsi sebaai pengamat lingkungan, yaitu
sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang berada di
luar jangkauan penglihatan masyarakat.
2. The correction of the parts of the society to the
environment. Artinya media massa berfungsi melakukan

seleksi, evaluasi, dan interpretasi informasi. Dalam hal ini


peranan media adalah melakukan seleksi mengenai apa
yang pantas dan perlu disajikan dalam media.
3. The transmission of the social heritage from one generation
to the next. Artinya media massa merupakan sarana
penyampaian warisan sosial budaya dari satu generasi ke
generasi lainnya.
2. Khalayak
Publik dalam hal ini ialah publik atentif yaitu publik yang
terdiri dari seluruh lapisan masyarakat yang dibedakan berdasarkan
tingkatnya yang tinggi dalam keterlibatan politik, informasi,
perhatian dan berpikiran kewarganegaraan.
Efek dalam komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada
diri penerima (komunikas/khalayak) sebagai akibat pesan yang
diterima baik secara langsung maupun melalui media massa. Ada
tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu : kognitif, afektif, dan
konatif.
1. Efek kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri
komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya.
2. Efek afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif.
Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar
memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu
tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui

informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat


merasakannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya efek
afektif dari komunikasi massa antara lain :
Suasana emotional
Dapat disimpulkan bahwa respons terhadap sebuah

informasi akan dipengaruhi oleh suasana emosional.


Skema kognitif
Naskah yang ada dalam pikiran kita yang

menjelaskan tentang alur peristiwa.


Faktor predisposisi individual
Faktor yang menunjukkan sejauh mana seseorang
merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan

dalam media massa.


3. Efek behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada
diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau
kegiatan.
Stamm dan Bowes dalam Nurudin (2008:206) menjelaskan efek
terbagi dua bagian yaitu efek primer meliputi perhatian dan pemahaman
sedangkan efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan
pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima).
Schramm dalam Arifin (1998:40) menjelaskan efek dalam
komunikasi adalah terjadinya perubahan pendapat, sikap atau perilaku
khalayak, akibat pesan yang menyentuhnya.
Sebuah efek lahir melalui beberapa tahapan proses yang terjadi
dalam diri seorang komunikan. Proses ini merupakan komunikasi

antarpersonal yang terjadi untuk merespons stimulus. Bulaeng (2002:53)


menjelaskan jika stimulus yang diterima dari komunikator kepada
komunikan akan melalui proses pengenalan. Di tahap ini stimulus akan
dikenali oleh komunikan yang kemudian dilanjutkan ke tahap penalaran
dan perasaan. Tahap ini stimulus mengalami penalaran yaitu sebuah proses
untuk menguji stimulus apakah rasional untuk diterima atau tidak. Proses
ini melibatkan perasaan komunikan dalam memilih apakah rangsangan
cocok dan diterima. Jika stimulus cocok maka akan lahirlah efek yang
merupakan bentuk dari respon balik (feedback).
E. Media outdoor (media luar ruang)
Media periklanan luar ruangan merupakan salah satu media yang
diletakan di luar ruangan yang pada saat ini telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat, yang memiliki tujuan menyampaikan pesan
promosi suatu produk atau jasa. Sedangkan menurut pakar ahli, Fandy
Tjiptono (2008:243), media luar ruangan adalah media yang berukuran
besar dipasang ditempat-tempat terbuka seperti di pinggir jalan, di pusat
keramaian atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti di dalam bus kota,
gedung, pagar tembok dan sebagainya.
Secara umum, media yang digunakan dalam periklanan dapat
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media lini atas (above the line) dan
media lini bawah (below the line). Media lini atas terdiri dari media surat
kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Sementara yang termasuk dalam

kategori media lini bawah misalnya baliho, poster, bilboard,spanduk, dan


sebagainya. Media lini bawah memiliki karakter yang khas, yaitu :
1. Komunikan yang dijangkau terbatas, baik dalam jumlah
maupun luas wilayah sasaran.
2. Mampu menjangkau khalayak yang tidak dijangkau media lini
atas.
3. Cenderung tidak serempak
Secara konseptual media outdoor mempunyai beberapa efektivitas
(Febriani, 2009:38) diantaranya adalah :
1. Jangkauan : kemampuan media menjangkau khalayak sasaran.
Pada media luar ruang, faktor ini bersifat lokal, artinya hanya
mampu menjangkau daerah sekitar saja.
2. Frekuensi : kemampuan media mengulang pesan yang sama
terhadap khayalak sasaran saat mulai dilupakan. Pada media
outdoor , frekuensi telah berubah menjadi repetisi, yakni melihat
pesan yang sama pada saat masih diingat. Ini terjadi karena
khalayak sasaran melihat pesan tersebut setiap hari, bahkan
beberapa kali dalam sehari.

3. Kontinuitas : kesimanbungan media penyampai pesan. Media


outdoor memiliki kesinambungan yang baik mengingat lokasinya
yang tetap.
4. Ukuran : kemampuan media memberikan ukuran yang dituntut
oleh pesan.
5. Warna : kemampuan media menyajikan tata warna yang dituntut
oleh suasana yang dikehendaki pada saat pesan disampaikan.
Media

outdoor

sangat

membantu

menampilkan

gambar

produknya dalam tata warna dan karena ukurannya yang besar


media ini mampu menciptakan smash impact yang kuat.
6.

Pengaruh : kekuatan pesan yang kreatif dengan tata letak yang


fungsional dalam hal menjual dirinya kepada khalayak sasaran.
Karena media outdoor mengadapi khalayak sasaran yang hampir
tidak memiliki kesempatan membaca saat berkendaraan, maka
media ini harus mudah dibaca setidaknya dalam tujuh detik.
Gunakan huruf yang mudah terbaca dari jarak relatif, gunakan
warna yang tepat sebagai pembantu.

F. Teori S-O-R
1. Model Komunikasi S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-OrganisResponse ini
semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori
komunikasi, tidaklah mengherankan karena objek material dari psikologi

dan komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi


komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi
(Effendy, 2003:254).
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus

terhadap

stimulus

khusus,

sehingga

komunikator

dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi


komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (stimulus, S)
b. Komunikan (organism, O)
c. Efek (response, R)
Dalam Effendy (2003:254), mengutip pendapat Hovland, Janis, dan
Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3
variabel penting, yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Gambar 2.2
Stimulus-Organism-Respons Theory
Stimulus

Organism:
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
Response

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada


proses yang terjadi pada individu (organism/komunikan). Stimulus atau pesan
yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak.
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; perhatian, pengertian,
dan penerimaan dapat diuraikan sebagai berikut:

Perhatian adalah melihat dengan teliti; mengamati; menilik.

Pengertian adalah gambaran/ pengetahuan tentang sesuatu di dalam


pikiran, pemahaman, kesanggupan intelegensi untuk menangkap makna
suatu situasi atau perbuatan.

Penerimaan adalah mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa
perlakuan; sikap terhadap objek.

BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Universitas Hasanuddin


Mengawali berdirinya Universitas Hasanuddin secara resmi pada tahun
1956, di kota Makassar pada tahun 1947 telah berdiri Fakultas Ekonomi yang
merupakan cabang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Jakarta

berdasarkan keputusan Letnan Jenderal Gubernur Pemerintah Hindia Belanda


Nomor 127 tanggal 23 Juli 1947. Karena ketidakpastian yang berlarut-larut
dan kekacauan di Makassar dan sekitarnya maka fakultas yang dipimpin oleh
Drs L.A. Enthoven (Direktur) ini dibekukan dan baru dibuka kembali sebagai
cabang Fakultas Ekonomi UI pada 7 Oktober 1953 di bawah pimpinan Prof.
Drs. G.H.M. Riekerk. Fakultas Ekonomi benar-benar hidup sebagai cikal
bakal Universitas Hasanuddin setelah dipimpin acting ketua Prof. Drs.
Wolhoff dan sekretarisnya Drs. Muhammad Baga pada tanggal 1 September
1956 sampai diresmikannya Universitas Hasanuddin pada tanggal 10
September 1956.
Di saat terjadinya stagnasi Fakultas Ekonomi di akhir tahun 1950,
Nuruddin Sahadat, Prof. Drs. G.J. Wolhoff, Mr. Tjia Kok Tjiang, J.E.
Tatengkeng dan kawan-kawan mempersiapkan pendirian Fakultas Hukum
swasta. Jerih payah mereka melahirkan Balai Perguruan Tinggi Sawerigading
yang di bawah ketuanya Prof. Drs. G.J. Wolhoff tetap berusaha mewujudkan
universitas negeri sampai terbentuknya Panitia Pejuang Universitas Negeri di
bulan Maret 1950. Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan universitas
didahului dengan membuka Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat
cabang Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) yang resmi didirikan
tanggal 3 Maret 1952 dengan Dekan pertama Prof. Mr. Djokosoetono yang
juga sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Dilandasi
semangat kerja yang tinggi, kemandirian dan pengabdian, Fakultas Hukum
yang dipimpin Prof. Dr. Mr. C. de Heern dan dilanjutkan Prof. Drs. G.H.M.
Riekerk, dalam kurun waktu empat tahun mampu memisahkan diri dari

Universitas Indonesia dengan keluarnya PP no. 23 tahun 1956 tertanggal 10


September 1956.
Langkah usaha Yayasan Balai Perguruan Tinggi Sawerigading untuk
membentuk Fakultas Kedokteran terwujud dengan tercapainya kesepakatan
antara pihak Yayasan dengan Kementerian PP dan K yang ditetapkan dalam
rapat Dewan Menteri tanggal 22 Oktober 1953. Berdasarkan ketetapan
tersebut dibentuklah Panitia Persiapan Fakultas Kedokteran di Makassar yang
diketuai Syamsuddin Daeng Mangawing dengan Muhammad Rasyid Daeng
Sirua sebagai sekretaris dan anggota-anggotanya yaitu J.E. Tatengkeng, Andi
Patiwiri dan Sampara Daeng Lili. Pada tanggal 28 Januari 1956, Menteri P
dan K Prof. Mr. R. Soewandi meresmikan Fakultas Kedokteran Makassar
yang kelak berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
seiring dengan diresmikannya Universitas Hasanuddin pada tanggal 10
September 1956.
Perjuangan dan tekad masyarakat Sulawesi Selatan untuk melahirkan
putra bangsa yang berpengalaman teknik mencapai keberhasilannya ketika
menteri P dan K RI mengeluarkan SK No. 88130/S tertanggal 8 September
1960 perihal peresmian Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang
diketuai lr. J. Pongrekun dan sekretaris lr. Ramli Cambari Saka dengan tiga
departemen Sipil, Mesin dan Perkapalan. Pada tahun 1963 menyusul
terbentuk Departemen Elektronika dan Arsitektur dan lengkaplah Fakultas
Teknik sebagai fakultas yang ke-4.
Mendahului SK Menteri PP dan K tanggal 3 Desember 1960 No.
102248/UU/1960

perihal

Pembentukan

Fakultas

Sastra

Universitas

Hasanuddin, telah terjadi peleburan beberapa unit Program Kursus B.1 dari

Yayasan Perguruan Tinggi Makassar ke Universitas Hasanuddin. Yayasan


yang diketuai oleh Syamsuddin Dg Mangawing beranggotakan antara lain
Prof. G.J. Wolhoff ini adalah pecahan Universitas Sawerigading yang
dipimpin oleh Nuruddin Sahadat. Peristiwa peleburan Program Kursus B.1
Paedagogik, Sastra Timur dan Sastra Barat ke UNHAS pada tanggal 2
Nopember 1959 tersebut menjadi cikal bakal Fakultas Sastra yang secara
resmi terbentuk sesuai SK menteri PP dan K tanggal 3 Nopember 1960.
Menyusul kelahiran Fakultas Sastra, lahirlah Fakultas yang ke - 6
yakni Fakultas Sosial Politik sesuai dengan SK Menteri P & K tertanggal 30
Januari 1961 No. A. 4692/U.U.41961, berlaku mulai 1 Februari 1961. Pada
awalnya fakultas ini merupakan Perguruan Tinggi Swasta yang bernama
Fakultas Tata Praja Universitas 17 Agustus 1945 yang didirikan oleh Mr. Tjia
Kok Tjiang yang kelak setelah penegeriannya menjadi pimpinan fakultas
didampingi Mr. Sukamto sebagai sekretaris. Pada tanggal 15 Nopember 1962
Mr. Sukamto diangkat sebagai Dekan dan Abdullah Amu menjadi Sekretaris.
Di masa kepemimpinan Rektor A. Amiruddin berdasarkan SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 0266/Q/1977 tanggal 16 Juli 1977 Fakultas
Sastra diintegrasikan ke dalam Fakultas limu Sosial Budaya bersama Fakultas
Ilmu Sosial Politik dan Fakultas Ekonomi. Hal yang sama juga terjadi atas
Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA yang diintegrasikan menjadi Fakultas
Sains dan Teknologi terkecuali Fakultas Hukum yang tidak rela berintegrasi
dengan Fakultas Ilmu - ilmu Sosial Budaya. Berselang enam tahun kemudian
yakni pada tahun 1983 pengintegrasian ini dicabut dengan keluamya PP No. 5
Tahun 1980 yang disusul dengan SK Presiden RI No. 68 Tahun 1982.

Melalui kerjasama dengan IPB Bogor dan atas permintaan Rektor Prof.
Arnold Mononutu terbentuklah Panitia Persiapan Pendirian Fakultas
Pertanian yang beranggotakan Prof. Dr. A. Azis Ressang, Dosen Fakultas
Kedokteran Hewan IPB dan lr Fachrudin, asisten Akhli Fakultas Pertanian
IPB. Kerjasama Prof. Ressang dkk dengan Fakultas Pertanian Universitas
Indonesia dan IPB membuahkan SK Menteri PTIP RI Prof. Dr. lr. Toyib
Hadiwidjaya tertanggal 17 Agustus 1962 dan secara resmi Fakultas Pertanian
menjadi fakultas yang ke-7 dalam lingkungan Universitas Hasanuddin.
Gubernur Andi Pangerang Petta Rani dalam rapat tanggal 11 Maret 1963
menunjuk lr. Aminuddin Ressang sebagai ketua sub - panitia kerja
Pembentukan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) resmi terbentuk
berdasar surat kawat Menteri PTIP tanggal 8 Agustus 1963 No. 59 1
BM/PTIP/63 disusul SK Menteri No. 102 Tahun 1963 berlaku Tanggal 17
Agustus 1963. Pada tahun 1963 dibentuk Panitia Pendiri Fakultas Kedokteran
Hewan dan Peternakan di Makassar yang diketuai Syamsuddin Dg
Mangawing dengan anggota Andi Pangerang Petta Rani, Drh. A. Dahlan dan
Andi Patiwiri. Pada tanggal 10 Oktober 1963 berdiri Fakultas Kedokteran
Hewan dan Peternakan (FKHP) yang berstatus swasta didekani oleh Drh.
Achmad Dahlan dengan Pembantu Dekan I, II masing - masing Drh. Muh.
Gaus Siregar dan Andi Baso Ronda, B. Agr.Sc. Terhitung mulai tanggal 1 Mei
1964 fakultas swasta tersebut dinegerikan menjadi Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin meialui SK Menteri PTIP No. 37 11964 Tanggal 4
Mei 1964.

Pendidikan Dokter Gigi berdiri pada tanggal 23 Januari 1969 sebagai


hasil kerjasama antara Universitas dengan TNI - AL sebagai hasif rintisan
Laksamana Mursalim Dg Mamanggun, S.H. , Rektor Unhas Let.Kolonel Dr.
M. Natsir Said, S.H. serta Drg. Halima Dg Sikati dan diberi nama Institut
Kedokteran Gigi Yos Sudarso. Pada tahun 1970 lnstitut ini resmi menjadi
Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dan selanjutnya menjadi
Fakultas Kedokteran Gigi Unhas pada tahun 1983.
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) didirikan pada tangggal 5
Nopember 1982 yang pada awalnya menerima mahasiswa tamatan Diploma
Tiga Kesehatan dan nanti pada tahun 1987 FKM Unhas menerima tamatan
SMA. FKM merupakan fakultas yang ke-11 dalam lingkungan Unhas.
Sebagai realisasi dari pengembangan Pola Ilmiah Pokok (PIP) yang
menjadi rujukan orientasi lembaga pendidikan tinggi di Indonesia, maka pada
tahun 1988 UNHAS secara resmi membuka program Studi Ilmu Kelautan
dengan SK Dirjen Dikti No.19/Dikti/Kep/1988, tanggal 16 Juni 1988. Pada
awalnya karena belum ada wadah yang tepat program tersebut berstatus lintas
fakultas dan langsung dibawahi rektor. Mengingat sifatnya yang berorientasi
kelautan, program ini pada akhirnya dibentuk menjadi Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan dengan menggabungkan jurusan Perikanan ke
dalamnya

berdasarkan

SK

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

No.036/0/1996, tanggal 29 Januari 1996.


Pada Dies Natalis yang ke - 25, 17 September 1981 Presiden RI Soeharto
meresmikan Kampus Tamalanrea yang pada awalnya dirancang oleh Paddock
Inc., Massachustts, AS dan dibangun oleh OD 205, Belanda yang
bekerjasama dengan PT. Sangkuriang Bandung di atas tanah seluas 220 Ha.

Sejak dikeluarkannya SK Menteri PP dan K No. 3369/S Tanggal 1 1 Juni


1956 terhitung mulai 1 September 1956 dan dengan PP No. 23 Tanggal 8
September 1956, Lembaran Negara No. 39 Tahun 1956 yang secara resmi
dibuka oleh Wakil Presiden RI Drs. Moh. Hatta pada tangggal 10 September
1956, UNHAS pernah dipimpin oleh sejumlah Rektor yaitu:
1. Prof. Mr.A.G. Pringgodigdo 1956 - 1957
2. Prof. Mr. K.R.M.T. Djokomarsaid 1957 - 1960
3. Prof. Arnold Mononutu 1960 - 1965
4. Let. Kol. Dr. M. Natsir Said, S.H. 1965 - 1969
5. Prof. Dr. A. Hafid 1969 - 1973
6. Prof. Dr. Ahmad Amiruddin 1973 - 1982
7. Prof. Dr. A. Hasan Walinono 1982 - 1984
8. Prof. Dr. Ir. Fachruddin 1984 - 1989
9. Prof. Dr. Basri Hasanuddin, M.A 1989 - 1997
10. Prof. Dr.Ir. Radi A. Gany 1997 - 2006
11. Prof. Dr.dr. Idrus A. Paturusi, Sp.BO 2006 Sekarang
Visi, Misi dan Tujuan
VISI
Pusat unggulan pengembangan budaya bahari
MISI
1. Menghasilkan alumni bermutu yang mandiri, berakhlak, memiliki rasa
kebersamaan dalam kemitraan dan berwawasan global.
2. Mengembangkan ipteks yang berkaitan dengan pengelola sumber daya.
3. Mempromosikan serta mendorong terwujudnya nilai-nilai budaya,
khusunya budaya bahari dalam masyarakat.
TUJUAN
1. Mampu berperan sebagai pusat konservasi dan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang unggul.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat akademik yang handal,
didukung oleh budaya ilmiah yang menjunjung tinggi kebenaran,
terbuka, kritis, kreatif, inovatif, serta tanggap terhadap dinamika
perubahan regional, nasional maupun global.

3. Mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan


seni yang relevan dengan tujuan pembangunan nasional dan daerah
melalui penyelenggaraan program-program studi, penelitian, pembinaan
kelembagaan serta pengembangan sumber daya manusia akademik yang
berdayaguna dan berhasilguna.
4. Mewujudkan Universitas Hasanuddin sebagai Universitas penelitian
(research university).
5. Meningkatkan mutu prasarana, sarana dan teknologi serta mewujudkan
atmosfir yang kondusif serta bermanfaat bagi masyarakat untuk
mendukung terselenggaranya misi universitas.
6. Meningkatkan produktivitas dan kualitas iuran, khususnya yang
berkaitan dengan kebutuhan pembangunan dan dunia usaha.
7. Memupuk dan mengembangkan kerjasama kemitraan dengan sektor
eksternal seperti pemerintah, dunia usaha dan industri serta dengan
perguruan tinggi dan lembaga-lembaga ipteks lainnya, baik didalam
maupun diluar negeri.
Struktur Organisasi dan Manajemen
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0206/0/1995, struktur organisasi Universitas Hasanuddin terdiri atas
komponen-komponen berikut ini:
1. Rektor dan Wakil Rektor
2. Senat
3. Dewan Penyantun
4. Biro Administrasi
5. Program Pascasarjana
6. Fakultas-Fakultas
7. Lembaga-Lembaga
8. Unit-Unit Pelaksana Tugas
Rektor dan Wakil Rektor

Rektor adalah pimpinan tertinggi universitas, rektor dipilih oleh senat untuk
masa bakti lima tahun. Setelah lima tahun pertama, rektor dapat dipilih
kembali untuk masa lima tahun ke depan. Masa bakti maksimum untuk rektor
adalah dua kali lima tahun. Untuk pelaksanaan program, rektor dibantu oleh
wakil-wakil rektor, yakni:
a.
b.
c.
d.

Wakil Rektor I Bidang Akademik


Wakil Rektor II Bidang Administrasi dan Keuangan
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan
Wakil Rektor IV Bidang Eksternal, Perencanaan dan Pengendalian.
REKTOR

SENAT

WAKIL REKTOR

DEWAN PENYANTUN

BIRO

PASCASARJANA

FAKULTAS

LP

UPT

LPM

PROGRAM

JURUSAN

PUSAT PENELITIAN
PUSAT
PENGEMBANGAN

PROGRAM STUDI

LABORATORIUM

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Universitas Hasanuddin

Senat
Senat adalah lembaga perwakilan para dosen yang anggotanya terdiri atas
dosen-dosen yang bergelar profesor penuh dan dosen-dosen lainnya ditunjuk
untuk mewakili fakultasnya masing-masing. Tugas senat diantaranya memilih
rektor

dan

memformulasi

kenijakan-kebijakan

universitas.

Untuk

menjalankan program-programnya, para anggota senat dibagi kedalam empat


komisi:
a. Komisi Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada
b.
c.
d.
e.

Masyarakat.
Komisi Bidang Organisasi dan Kepegawaian.
Komisi Bidang Kemahasiswaan dan Kesejahteraan.
Komisi Bidang Perencanaan dan Pengembangan Universitas.
Komisi Bidang Keuangan dan Aset.

Dewan Penyantun
Dewan penyantun berfungsi sebagai dewan konsultasi yang akan memberikan
pertimbangan-pertimbangan

kepada

rektor.

Anggota-anggota

dewan

penyantun terdiri atas para pejabat pemerintahan, pejabat militer, pemuka


agama dan mantan-mantan rektor.

Biro Administrasi
Dibawah rektor dan wakil rektor terdapat lima biro yang berfungsi untuk
mengimplementasikan dan mengkoordinasikan administrasi universitas. Birobiro ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Biro Administrasi Akademik


Biro Administrasi Umum
Biro Administrasi Keuangan
Biro Administrasi Kemahasiswaan dan Alumni
Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi

Fakultas Fakultas
Fakultas berfungsi untuk mengorganisasikan dan menjalankan proses
pendidikan dan melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
menurut bidangnya masing-masing. Setiap fakultas dipimpin oleh seorang
Dekan yang dipilih dan diangkat oleh Senat Fakultas untuk masa bakti empat
tahun. Sama halnya dengan Rektor, Dekan dapat dipilih kembali pada masa
kedua setelag masa bakti pertama selesai.
Saat ini Universitas Hasanuddin memiliki 13 fakultas, yaitu:

1. Fakultas Ekonomi
2. Fakultas Hukum
3. Fakultas Kedokteran
4. Fakultas Teknik
5. Fakultas Sastra
6. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
7. Fakultas Pertanian dan Kehutanan
8. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
9. Fakultas Peternakan
10. Fakultas Kedokteran Gigi
11. Fakultas Kesehatan Masyarakat
12. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
13. Fakultas Farmasi
Setiap fakultas terdiri atas beberapa jurusan atau bagian. Jurusan atau bagian
dipimpin oleh seorang ketua dan sekretaris yang dipilih oleh dosen-dosen
pada jurusan atau bagian tersebut untuk masa bakti empat tahun dan dipilih
kembali untuk masa bakti empat tahun berikutnya.
B. Sejarah dan Perkembangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
Fakultas Sosial Politik sebelum diresmikan sebagai bagian dari salah satu
Fakultas di Universitas Hasanuddin (UNHAS), pada awalnya merupakan
perguruan tinggi swasta yang bernama Fakultas Tata Praja Universitas 17
Agustus 1945 Ujung Pandang, yang didirikan oleh Mr. Tija Kok Tjian
(almarhum) di Ujung Pandang. Fakultas Tata Praja (Public Administration)
tersebut merupakan yang pertama didirikan di kawasan Indonesia Timur.
Dalam perkembangannya, Fakultas Tata Praja tersebut oleh pendirinya
diusahakan lebur kedalam Fakultas Ekonomi Unhas, yang direncanakan
menjadi salah satu jurusan yang ada, dan akan dibuka pada tahun kuliah
1959-1960. Namun disebabkan berbagai kesulitan teknis yang dihadapi,
sehingga realisasinya tak dapat dilaksanakan.

Sebagai

tindak

lanjut

dari

perencanaan

itu

diupayakan

lagi

pelaksanaannya, agar fakultas ini dimasukkan dalam lingkungan Unhas


sebagai fakultas yang berdiri sendiri sesuai keinginan semula dari pelopor
pendirinya. Rencana tersebut akhirnya terealisasi pada tanggal 30 Januari
1961, sesuai dengan SK. Menteri Pendidikan , Pengajaran dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. A/4692/U,u/5/1961 mengenai perubahan status
fakultas tata praja menjadi Fisip. Adapun jurusan publisistik ini merupakan
pengalihan dari perguruan tinggi pers dan publisistik sulawesi, yang
sebelumnya didirikan di Makassar oleh sebuah yayasan atas dorongan da
bantuan penuh panglima M. Yusuf dalam rangka mempertinggi mutu dan
kemampuan tenaga policy man.
Dalam perkembangannya, jurusan tata praja mengalami lagi perubahan
atau penyempurnaan. Hal tersebut disebabkan kesalahan pengertian
sementara pihak yang beranggapan bahwa tata praja dihubungkan atau
diasosiasikan dengan pengertian perguruan tinggi pamong praja. Namun,
setelah Lembaga Administrasi Negara (LAN) diresmikan pemerintah, barulah
nama tata praja disesuaikan pula dan diubah menjadi Jurusan Administrasi
Negara. Sedangkan jurusan Publisistik tetap dipergunakan karena telah
mendapat persetujuan Menteri P&K.
Setelah peresmian itu, maka mahasiswa pun dialihkan menjadi
mahasiswa negeri dengan ketentuan, yaitu harus menempuh ujian negera
yang diselenggarakan oleh satu panitia yang dibentuk Menteri P&K
beranggotakan dosen-dosen Unhas. Perlu diketahui, bahwa dalam rangka
usaha peresmian/penegerian perguruan tinggi dan perkembangan Unhas pada

umumnya dan FISIP pada khususnya, telah turut serta memberikan bantuan
yang besar sekali artinya bagi perkembangan pendidikan, dapat disebutkan
antara lain Pangdam XIV Hasanuddin Brigjen M. Jusuf, Bapak Pangerang
Pettarani dan beberapa pejabat tinggi lainnya.
Pada saat sesudah penegerian maka diangkatlah pimpinan fakultas yaitu
Mr. Tija Kok Tjian sebagai pejabat ketua dan sekretaris diserahkan pada Mr.
Soekanto. Namun, Mr. Tija Kok Tjian hanya sempat memimpin dan membina
perguruan tinggi ini selama kurang lebih 5 bulan, berhubung karena beliau
meninggal dunia tiba-tiba tanggal 3 Mei 1961 pada saat sementara
berlangsung ujian negara bagi mahasiswa dalam rangka persyaratan
pengertian fakultas ini. Dan selanjutnya, sepeninggalan beliau pimpinan
perguruan tinggi dipegang langsung oleh presiden Unhas Prof. Arnold
Mononutu di dampingi Mr. Soekanto sebagai sekretaris hingga 01 Januari
1964.
Tanggal 15 November 1962, Mr. Soekanto diangkat menjadi Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, sedangkan
kedudukan sekretaris dipercayakan kepada Abdullah Amu. Sedangkan Prof.
Arnold Mononutu kembali menjadi dekan, sedangkan E. A. Mokodompit MA
dipercayakan sebagai Kuasa Dekan I bersama Drs. Jonathan Salusu sebagai
Kuasa Dekan II.
Tanggal 11 Januari 1964 struktur pimpinan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik kembali berubah dengan diangkatnya E. A.Mokodompit sebagai
dekan, dengan didampingi Pembantu Dekan I Drs. Jonathan Salusu,
Pembantu Dekan II G. R. Pantouw dan Drs. Hasan Walinono sebagai

Pembantu Dekan III. Pada tahun 1967 keadaan mahasiswa tercatat sejumlah
1338 orang.
Selanjutnya dalam usaha perkembangannya selama tujuh tahun Fisip
Unhas silih berganti mengalami pergantian pimpinan. Tahun 1965-1969
dijabat kembali oleh Drs. Hasan Walinono dan tahun kemudian 1970-1971
dijabat kembali Drs. Jonathan Salusu dengan sekretaris Saldy AD. Ditahun
1971-1972 jabatan dekan kembali dipegang Hasan Walinono sedang
sekretaris adalah A.S. Ahmad.
Sejalan dengan usaha rencana penataan kampus Unhas di Baraya maka
Fakultas Sosial Politik sebagai fakultas satu-satunya yang berlokasi di luar
kampus juga direncanakan berpindah lokasi ke kampus Baraya. Perpindahan
ini baru terlaksanakan pada tahun 1974 setelah terjadi pergantian pimpinan
dari Prof. Dr. A. Hafid kepada Prof. Dr. A. Amiruddin. Dengan pindahnya
fakultas sosial dan ppolitik ke kampus Baraya dan menempati salah satu
gedung dibelakang fakultas teknik, maka gedung lama yang berlokasi di jalan
Dr. Ratulangi 93 dijual kepada pemerintah daerah tingkat I Sulawesi Selatan
dan merupaka modal pertama pembelian tanah untuk pembangunan kampus
baru Unhas yang saat ini.
Berhubung dalam tahun 1975 Drs. A. S. Ahmad berangkat ke Belanda
untuk memperdalam studi bidang komunikasi pembangunan, maka jabatan
sekretaris yang dipegangnya untuk sementara waktu dijabat kembali oleh
Drs. Anshar Ahmad dan nanti tahun 1967 dijabat kembali oleh Drs. A. S.
Ahmad sampai 1977.
Dengan ditunjuknya Unhas sebagai proyek printis pengembangan
perguruan tinggi untuk jangka waktu 5 tahun sesuai SK Menteri P&K TI No.

08/U/1977 tanggal 10 Januari 1977 Unhas mencoba melakukan usaha


mencari bentuk dan sistem perguruan tinggi yang lebih efisian dan efektif
dalam pengembangan pembangunan. Untuk itu sejak 1 Februari 1977
diberlakukan sistem sosial organisasi matriks di mana fakultas mengalami
perubahan pengertian. Fakultas hanya merupakan wadah sumber daya ilmu
dan pelaksanaan pendidikan sehingga berada pada aliran sumber daya.
Sedangkan untuk mengembangkan program, monitoring dan evaluasi
pendidikan, penelitian pengabdian pada masyarakat dikelola oleh pusat
kajian.
Sebagai tindak lanjut surat keputusan tersebut, maka fakultas sosial
politik yang tadinya berdiri sendiri salah satu wadah fakultas dalam jajaran 9
fakultas yang ada di Unhas. Selanjutnya digabung bersama Fakultas Ekonomi
dan Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya
(FISBUD) dengan dekan pertama dijabat oleh Drs. Lantoro pada masa bakti
1977-1980 dan Dr. Kustiah Kristianto pada masa bakti 1980-1982.
Perlu diketahui bahwa dalam tahun 1977 sistem kurikulum yang
diterapkan sekian lama untuk penyesuaian dua jenjang pendidikan, yaitu
program sarjana muda sekitar 3 tahun dan program sarjana 5 tahun diubah
menjadi kurikulum sistem kredit yang memungkinkan mahasiswa dapat
menyelesaikan studinya lebih cepat. Langkah inilah yang merupakan
persiapan pelaksanaan program pendidikan strata satu (S1) yang mulai dibuka
secara serentak dilingkungan Unhas sejak 1980 dengan selesainya
pembangunan gedung induk. Fakultas-fakultas ilmu-ilmu sosial dan budaya
dikampus baru Unhas.

Perkembangan

selanjutnya,

setelah

terjadi

pergantian

pimpinan

Universitas dari Prof. Dr. A. Amiruddin kepada Prof. Dr. Hasan Walinono
pada akhir tahun 1982. Organisasi fakultas kembali mengalami perubahan
sejalan dengan diberlakukannya peraturan pemerintah No. 5 tahun 1982 yang
mengatur struktur organisasi perguruan tinggi di Indonesia.
Terhitung sejak 1 Januari 1983 sejalan dengan perubahan struktur Unhas
yang dilaksanakan berdasarkan PP No. 5/1978 dan Kepress No. 62/1982.
Program pendidikan ilmu-ilmu sosial yang dahulu bersumber dari fakultasfakultas sosial politik dikembangkan dalam satu fakultas dengan nama
fakultas sosial politik (FISIP) yang dipimpin Prof. Dr. H. M. Syukur Abdullah
(1989) kemudian Prof. H. Sadly AD. Mappa Nasrun MA melanjutkan sampai
tahun 1988 kemudian diganti dengan Dr. H.M. Thair Kasnawi, SU (19882002), selanjutnya Dr. Hafied Cangara, M.Sc., Dr, Deddy T. Tikson dan
sekarang Prof. Dr. Hamka Naping, MS.
Sejarah pergantian kepemimpinan Fisipol di atas, menjadi bukti
keberadaan (eksistensi) dan dinamika kelembagaan Fisipol di lingkungan
Universitas Hasanuddin.
Visi, Misi dan Tujuan Fisipol Unhas
VISI
Menjadikan Institusi Pendidikan yang unggul dalam pengembangan Ilmu
Sosial di Asia Tenggara
MISI
1. Memberikan pelayanan pendidikan tinggi kepada masyarakat, khususnya
yang berkaitan dengan kebijakan dan kelembagaan di bidang Sosial
Politik.

2. Melakukan pengkajian masalah-masalah kemasyarakatan baik dalam


rangka pengembangan ilmu pengetahuan sosial, teknologi dan seni
maupun untuk kepentingan penerapan kebijakan sektoral.
3. Meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan atar institusi dalam
rangka pemanfaatan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh masingmasing pihak.

TUJUAN
Menghasilkan iuran yang memiliki kemampuan konseptual dan keterampilan
aplikasi dalam:
1. Analisis kebijakan dan dinamika kelembagaan sosial politik.
2. Riset tentang masalah-masalah kemasyarakatan untuk memajukan Ilmu
Pengetahuan

Sosial,

teknologi

dan

seni

untuk

kepentingan

pengembangan masyarakat.
3. Kepedulian yang tinggi untuk meningkatkan harkat dan martabat sumber
daya manusia Indonesia sebagai pribadi yang cerdas, bermoral, terampil
dan unggul dalam daya saing.
C. Sejarah dan Perkembangan Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Hasanuddin
Keberadaan Jurusan Ilmu Komunikasi diawali dengan berdirinya sebuah
Perguruan Tinggi Swasta dengan nama Perguruan Tinggi Pers dan
Publisiteit pada tahun 1960-an di Makassar.
Hal ini diawali dengan kekhawatiran mahasiswa yang menjalani studi
pada

Akademi

Kewartawanan

yang

dikelola

oleh

Universitas

Sawerigading. Mereka khawatir karena akademi ini, nantinya akan mencetak


wartawan berpendidikan tinggi, memiliki proses belajar mengajar yang
kurang efektif. Antara lain seperti dosen yang tidak pernah hadir, dan
masalah-masalah lainnya.
Permasalahan tersebut akhirnya mencuak melalui gerakan yang
dilakukan mahasiswa dengan keinginan untuk normalisasi akademik.
Gerakan tersebut dipelopori oleh dua orang mahasiswa yaitu A.S. Achmad
dan Abdullah Suara.
Pertanyaan Rektor Universitas Sawerigading yang saaat itu dijabat oleh
Prof. Nurdin Syahadat bersama Dekaan Akademik yang dijabat oleh Idrus
Effendi dalam menanggapi permasalahan tersebut karena tidak adanya dana.
Akhirnya kedua mahasiswa tersebut sepakat mengajukan permintaan
dana pada Panglima Kodam M. Yusuf. Permintaan mereka terpenuhi dengan
syarat dana dalam bentuk uang tersebut harus dikelola secara khusus. Kedua
mahasiswa tersebut akhirnya menghadap kepada rektor untuk menyerahkan
dana beserta persyaratan yang diajukan. Namun ternyata mereka dipecat
melalui keputusan rektor.
Kedua mahasiswa tersebut kemudian menghubungi Idrus Effendi dan
menyampaikan ide dan keinginan mereka untuk mendirikan sebuah
perguruan tinggi swasta baru. Dengan diawali oleh pembentukan yayasan
baru, dengan ketua Idrus Effendi dan disahkan di depan notaris M.
Zulkarnaen. Akhirnya terbentuklah sebuah perguruan tinggi Pers dan
Publisiteit Sulawesi. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan kader
wartawan yang berpendidikan tinggi. Jumlah mahasiswanya sebanyak 100

orang. Dengan tempat perkuliahan di sebuah gedung di jalan Riburane


(sekarang Kantor Pembantu Gubernur Wilayah III Makassar).
Tetapi tidak lama kemudian, Panglima M. Yusuf saat itu juga sudah
menyelesaikan izin di pusat untuk membuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Perguruan Tinggi Pers dan Publisiteit akhirnya melebur kedalam
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Publisiteit. Orang pertama kali
memimpin jurusan Publisiteit adalah G.R. Pantou.
Program Studi Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin
Dalam perkembangan selanjutnya, Jurusan Publisiteit kemudian berganti
nama menjadi Jurusan Ilmu Komunikasi. Jumlah program studi yang
dikembangkan telah mengalami penambahan dan pengurangan, sesuai
kurikulum yang dilaksanakan. Untuk saat ini kurikulum yang berlaku adalah
2009/2010. Adapun nama-nama dosen yang mengajar di jurusan Ilmu
Komunikasi antara lain sebagai berikut:
N
Nama
O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc.


Dr. Muh. Nadjib, M.Ed., M.lib.
Drs. Abdul Gaffar, M.Si.
Prof. Dr. Alimuddin Unde, M.Si.
Dr. H. Muhammad Farid, M.Si.
Dr. Jeanny Maria Fatimah, M.Si.
Drs. Kahar, M.Hum.
Dr. Hasrullah, MA.
Drs. Mursalim, M.Si.
Drs. Sudirman Karnay, M.Si.
Dr. Moeh. Iqbal Sultan, M.Si.
Dr. H. Muh. Akbar, M.Si.
Drs. H. Aswar Hasan, M.Si.
Drs. Syamsuddin Aziz, M.Phil.
Muliadi Mau, S.Sos., M.Si.
Sitti Murniati Mukhtar, S.Sos., S.H.

NIP
195204121976031017
195403061978031002
195702271985031003
196201181987021001
196107161987021001
195910011987022001
195910101985031005
196203071988111002
196004201989031001
196410021990021001
196312101991031002
196506271991031004
196308171992021001
196304251993031003
197012311998021002
196610132000032001

17.
18.
19.
20.
21.

Alem Febri Sonni, S.Sos., M.Si.


Andi Subhan Amir, S.Sos., M.Si.
Dr. Tuti Bahfiarti, S.Sos., M.Si.
Dasad Latief, S.Sos., S.Ag., M.Si.
Indrayanti, S.Sos., M.Si.

Berdasarkan

kurikulum

tersebut,

197402232001121002
197705252003121003
197306172006042001
197306172006042001
197603292010122002
jurusan

Ilmu

Komunikasi

mengembangkan misi untuk menghasilkan Sarjana Strata 1 yang memiliki


bekal, kemampuan pengolahan dan pelaksanaan dalam bidang-bidang
jurnalistik (kewartawanan) dan Public Relations (kehumasan). Demikian pula
mampu menghasilakn produktivitas penelitian yang bersifat mengembangkan
aspek teoritis, praktisi dan analisis komprehensif serta pemecahan masalah
berdasarkan bidang masing-masing.
Melaksanakan pengabdian masyarakat

yang

berorientasi

pada

pemberdayaan masyarakat dalam berbagai dimensi kehidupan sesuai bidang


studi. Saat ini jurusan ilmu komunikasi berdasarkan kurikulum yang berlaku,
mengembangkan 2 konsentrasi, yaitu:
1. Program Studi Jurnalistik (Kewartawanan)
2. Program Studi Public Relations / Kehumasan
Keluaran sarjana S1 Ilmu Komunikasi diharapkan memiliki kemampuan
penguasaan dalam bidang analisis komunikasi, antara lain:
1. Memiliki pengetahuan yang baik tentang kelembagaan (institusional
setting).
2. Mampu menerjemahkan konsep-konsep pembangunan dalam bahasa
yang praktis dan mudah diserap.
3. Mampu memahami tingkah laku manusia, memiliki adaptabilitas,
keluwesan, keinovatifan dalam berfikir dan bersikap.
4. Memiliki pendekatan kreatif dalam pemecahan masalah.
5. Tanggap dan peka terhadap perkembangan lingkungan.

Di atas telah dijelaskan mengenai tujuan-tujuan khusus yang ingin


dicapai oleh Jurusan Ilmu Komunikasi. Berikut ini akan diuraikan mengenai
tujuan program studi pada jurusan ilmu komunikasi sesuai dengan tertulis
pada kurikulum yang berlaku:
1. Jurnalistik
a. Menguasai

pengetahuan

dan

keterampilan

khusus

dunia

kewartawanan dan komunikasi massa pada umumnya.


b. Memahami dengan baik organisasi dan teknik bekerjanya media
kontemporer (elektronik/cetak) serta perangkat-perangkat kerasnya
(hardware).
c. Mampu menerapkan dan mengembangkan jurnalistik pembangunan
dan jurnalisme lain yang berorientasi terhadap keobyektifan fakta dan
kebenaran.
d. Dapat memimpin dan mengelola organisasi perusahaan siaran (media
massa) khusunya dalam bidang perangkat lunak (software).
e. Menguasai dengan baik berbagai teknik penulisan kreatif (creative
writing) dan pelaporan jurnalistik (jurnal report).
2. Public Relations
a. Memiliki kemampuan analisis kebijaksanaan dan perencanaan public
relations/kehumasan (skill human relation).
b. Menguasai kemampuan human relation.
c. Menguasai penggunaan berbagai saluran komunikasi massa secara
efektif.
d. Mampu menjadi komunikator dan mediator berbagai instansi ke dalam
dan ke luar negeri (internal dan eksternal).
e. Sanggup memimpin dan mengelola sumber-sumber informasi yang
berhubungan bagi kegunaan instansinya.
f. Terampil dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan promosi dan
periklanan.

g. Mampu berperan sebagai Manager Public Relations yang menjunjung


tinggi hak etik.
Adapun fasilitas laboratorium jurusan Ilmu Komunikasi FISIP-UNHAS
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Laboratorium Radio
Laboratorium Komputer
Laboratorium Produksi Siaran TV
Laboratorium Photografi
Ruang Baca
Pemancar Radio
Kamera Video
Kamera Foto
Komputer : 15 Unit
Printer : 2 Unit

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian mengenai Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi


Universitas Hasanuddin Terhadap Baliho Gubernur Sulawesi Selatan ini
menggunakan instrumen berupa kuisoner dan observasi mendalam.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan
(kuisoner) kepada setiap responden yang telah ditetapkan berdasarkan
kriteria- kriteria yang telah ditetapkan, kemudian setelah itu data diolah
dengan menggunakan tabel frekuensi sederhana.
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Hasanuddin yang terdiri dari angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011.
Jumlah responden yang menjadi sampel didapat dengan menggunakan
tabel penentuan jumlah sampel Isaac dan Michael yang berjumlah 142
responden. Untuk lebih jelasnya, maka hasil penelitian ini dapat kita lihat
pada tabel di bawah ini.
I. Identitas Responden
Data mengenai identitas responden dalam penelitian ini dibagi ke
dalam 4 (empat) kategori yang meliputi pembagian berdasarkan angkatan,
jenis kelamin, usia, dan pekerjaan orang tua. Berikut ini diuraikan data
identitas responden yang diperoleh berdasarkan kuisoner yang telah
diedarkan.
a. Angkatan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 142 responden dalam
penelitian ini menunjukan bahwa persentase terbesar adalah responden
angkatan 2011 dengan jumlah 35,2% (50 responden). Disusul responden
angkatan 2010 dengan jumlah 19,0% (27 responden). Responden angkatan
2008 berjumlah 17,6% (25 responden), responden angkatan 2009

berjumlah 16,9% (24 responden), serta responden angkatan 2007


berjumlah 11,3% (16 responden). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan
N=142
Angkatan

Frekuensi

Persentase

2007

16

11,3

2008

25

17,6

2009

24

16,9

2010

27

19,0

2011

50

35,2

Total

142

100,0

Sumber : Data primer diolah dari kuisoner 2012


b. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 142 responden dalam
penelitian ini menunjukan bahwa responden perempuan berada pada
persentase tertinggi yaitu sebanyak 53,5% (76 responden), kemudian
responden laki-laki sebanyak 46,5% (66 responden). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
N = 142
Jenis Kelamin

Frekuensi

Persentase

Laki-laki

66

46,5

Perempuan

76

53,5

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012

c. Usia
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 142 responden dalam penelitian ini
menunjukan bahwa responden yang berumur berusia 21 tahun berada pada
persentase tertinggi yaitu sebanyak 26,8% (38 responden). Kemudian responden
yang berumur 19 tahun sebanyak 24,6% (35 responden) dan yang berumur 20

tahun sebanyak 22,5% (32 responden). Disusul responden yang berumur 23


tahun sebanyak 16,2% (23 responden) dan yang berumur 22 tahun sebanyak
9,9% (14 responden). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
N = 142
Usia

Frekuensi

Persentase

19 tahun

35

24,6

20 tahun

32

22,5

21 tahun

38

26,8

22 tahun

14

9,9

23 tahun

23

16,2

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


d. Pekerjaan orang tua
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 142 responden dalam
penelitian ini menunjukan bahwa responden yang pekerjaan orang tuanya
sebagai PNS/TNI/Polri berada pada persentase tertinggi yakni 44,4 % (63
reponden). Posisi kedua yaitu responden dengan pekerjaan orang tua
sebagai Wiraswasta/pengusaha dengan hasil persentase sebesar 35,2% (50

responden). Selanjutnya adalah responden dengan pekerjaan orang tua


sebagai Karyawan Swasta/BUMN yakni sebesar 12,0% (17 responden).
Responden dengan pekerjaan orang tua sebagai Profesional dan pekerjaan
lainnya memiliki persentase yang sama yaitu masing-masing sebesar 4,2%
( masing-masing 6 responden) dan tak satupun dari responden yang
pekerjaan orang tuanya sebagai politisi.
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
N = 142
Pekerjaan Orang Tua
Frekuensi
Persentase
PNS/TNI/Polri

63

44,4

Karyawan Swasta/BUMN

17

12,0

Politisi

Wiraswasta/Pengusaha

50

35,2

Profesional (Dokter,
Wartawan,dll)
Lainnya

4,2

4,2

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012

II.

Tanggapan

Mahasiswa

Ilmu

Komunikasi

Universitas

Hasanuddin terhadap Baliho Gubernur Sulawesi Selatan


a. Perhatian
1. Desain baliho Gubernur Sulawesi Selatan
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Bagaimana
desain baliho Gubernur Sul-Sel , dapat dilihat bahwa persentase
terbesar 40,8% (58 responden) memberikan jawaban menarik.
Selanjutnya 35,2% (50 responden) yang menjawab kurang menarik,

kemudian terdapat 17,6% (25 responden) yang menjawab tidak


menarik dan hanya 6,3% (9 responden) yang memberikan jawaban
sangat menarik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Desain Baliho
N = 142
Desain Baliho

Frekuensi

Persentase

Tidak menarik

25

17,6

Kurang menarik

50

35,2

Menarik

58

40,8

Sangat menarik

6,3

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012

2. Jumlah Baliho Gubernur Sul-Sel


Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
jumlah baliho Gubernur Sul-Sel sudah memadai, dapat dilihat bahwa
persentase terbesar 49,3% (70 responden) memberikan jawaban sangat
memadai. Selanjutnya 37,7% (53 responden) yang menjawab
memadai, kemudian terdapat 10,6% (15 responden) yang menjawab
kurang memadai dan hanya 2,8% (4 responden) yang memberikan
jawaban tidak memadai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Baliho
N = 142

Jumlah Baliho

Frekuensi

Persentase

Tidak Memadai

2,8

Kurang Memadai

15

10,6

Memadai

53

37,7

Sangat Memadai

70

49,3

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


3. Lokasi Pemasangan Baliho Gubernur Sul-Sel
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
lokasi pemasangan baliho Gubernur Sul-Sel sudah tepat , dapat dilihat
bahwa persentase terbesar 43,0% (61 responden) memberikan jawaban
kurang tepat. Selanjutnya 31,0% (44 responden) yang menjawab tepat,
kemudian terdapat 19,7% (28 responden) yang menjawab tidak tepat
dan hanya 6,3% (9 responden) yang memberikan jawaban sangat tepat.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Pemasangan Baliho
N = 142
Lokasi Pemasangan
Frekuensi
Persentase
Baliho

Tidak Tepat

28

19,7

Kurang Tepat

61

43,0

Tepat

44

31,0

Sangat Tepat

6,3

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


4. Pemasangan Baliho Gubernur Sul-Sel
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
pemasangan baliho Gubernur Sul-Sel merusak/mengganggu keindahan
tata kota, dapat dilihat bahwa persentase terbesar 43,7% (62
responden) memberikan jawaban merusak/mengganggu. Selanjutnya
31,0% (44 responden) yang menjawab sangat merusak/mengganggu,
kemudian terdapat 14,8% (21 responden) yang menjawab kurang
merusak/mengganggu dan 10,6% (15 responden) yang memberikan
jawaban tidak merusak/mengganggu. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Pemasangan Baliho
N = 142

Pemasangan Baliho

Frekuensi

Persentase

Tidak merusak/mengganggu

15

10,6

Kurang
merusak/mengganggu
Merusak/mengganggu

21

14,8

62

43,7

Sangat
merusak/mengganggu
Total

44

31,0

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012

5. Perhatian terhadap Baliho


Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
baliho Gubernur Sul-Sel menarik perhatian anda, dapat dilihat bahwa
persentase terbesar 45,8% (65 responden) memberikan jawaban kurang
menarik perhatian. Selanjutnya 29,6% (42 responden) yang menjawab
menarik perhatian, kemudian terdapat 16,2% (23 responden) yang
menjawab tidak menarik perhatian dan hanya 8,5% (12 responden)
yang memberikan jawaban sangat menarik perhatian. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Perhatian terhadap Baliho
N = 142

Perhatian terhadap
Baliho
Tidak Menarik Perhatian

Frekuensi

Persentase

23

16,2

Kurang Menarik Perhatian

65

45,8

Menarik Perhatian

42

29,6

Sangat Menarik Perhatian

12

8,5

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


b. Pengertian
1. Penggunaan Bahasa dalam Baliho Gubernur Sul-Sel
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Bagaimana
penggunaan bahasa yang digunakan pada baliho Gubernur Sul-Sel,
dapat dilihat bahwa persentase terbesar 57,7% (82 responden)

memberikan jawaban kurang mudah dimengerti. Selanjutnya 33,8%


(48 responden) yang menjawab mudah dimengerti, kemudian terdapat
4,9% ( 7 responden) yang menjawab tidak mudah dimengerti dan
hanya 3,5% (5 responden) yang memberikan jawaban sangat mudah
dimengerti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10
Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Bahasa dalam Baliho
N = 142

Penggunaan Bahasa

Frekuensi

Persentase

Tidak mudah dimengerti

4,9

Kurang mudah dimengerti

82

57,7

Mudah dimengerti

48

33,8

Sangat mudah dimengerti

3,5

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


2. Kejelasan Judul Baliho Gubernur Sul-Sel
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
judul (headline) dari baliho dengan jelas telah merepresentasikan
program/kegiatan Gubernur Sul-Sel , dapat dilihat bahwa persentase
terbesar 43,0% (61 responden) memberikan jawaban kurang jelas,
selanjutnya 38,0% (54 responden) yang menjawab jelas, kemudian
terdapat 19,0% (27 responden) yang menjawab tidak jelas dan tak

satupun responden yang memberikan jawaban sangat jelas. Untuk


lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11
Distribusi Responden Berdasarkan Kejelasan Judul Baliho
N = 142

Kejelasan Judul Baliho

Frekuensi

Persentase

Tidak jelas

27

19,0

Kurang jelas

61

43,0

Jelas

54

38,0

Sangat jelas

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


3. Pesan dalam Baliho Gubernur Sul-Sel
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai apakah
pesan yang ditampilkan dalam baliho mudah ditangkap oleh seluruh
kalangan masyarakat, dapat dilihat bahwa persentase terbesar 50,0%
(71 responden) memberikan jawaban kurang mudah ditangkap,
selanjutnya 35,2% (50 responden) yang menjawab mudah ditangkap
kemudian terdapat 14,1% (20 responden) yang menjawab tidak mudah
ditangkap dan hanya 7% (1 responden) yang memberikan jawaban
sangat mudah ditangkap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4.12
Distribusi Responden Berdasarkan Pesan dalam Baliho
N = 142

Pesan dalam Baliho

Frekuensi

Persentase

Tidak mudah ditangkap

20

14,1

Kurang mudah ditangkap

71

50,0

Mudah ditangkap

50

35,2

Sangat mudah ditangkap

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


4. Kesesuaian Pesan dan Gambar dalam Baliho Gubernur Sul-Sel
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai bagaimana
kesesuaian pesan dan gambar yang ditampilkan dalam baliho Gubernur
Sul-Sel, dapat dilihat bahwa persentase terbesar 48,6% (69
responden) memberikan jawaban kurang sesuai, selanjutnya 33,1% (47
responden) yang menjawab sesuai, kemudian terdapat 16,9% (24
responden) yang menjawab tidak sesuai dan hanya 1,4% (2 responden)
yang memberikan jawaban sangat sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.13

Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Pesan dan Gambar


dalam Baliho
N = 142

Kesesuaian Pesan dan


Gambar dalam Baliho
Tidak sesuai

Frekuensi

Persentase

24

16,9

Kurang sesuai

69

48,6

Sesuai

47

33,1

Sangat sesuai

1,4

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012.


5. Pengaruh Baliho terhadap Citra Gubernur Sul-Sel
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
baliho Gubernur Sul-Sel berpengaruh terhadap citranya di mata
masyarakat, dapat dilihat bahwa persentase terbesar 54,9% (78
responden) memberikan jawaban berpengaruh, selanjutnya 21,1% (30
responden) yang menjawab kurang berpengaruh, kemudian terdapat
12,7% (18 responden) yang menjawab sangat berpengaruh dan 11,3%
(16 responden) yang memberikan jawaban tidak berpengaruh. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.14
Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Baliho terhadap Citra
Gubernur Sul-Sel
N = 142

Pengaruh Baliho
terhadap Citra
Gubernur
Tidak berpengaruh

Frekuensi

Persentase

16

11,3

Kurang berpengaruh

30

21,1

Berpengaruh

78

54,9

Sangat berpengaruh

18

12,7

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


c. Penerimaan
1. Dukungan terhadap Program Gubernur Sul-Sel
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
anda mendukung program/kegiatan Gubernur Sul-Sel yang ditampilkan
dalam baliho, dapat dilihat bahwa persentase terbesar 57,0% (81
responden) memberikan jawaban mendukung, selanjutnya 26,1% (37
responden) yang menjawab kurang mendukung, kemudian terdapat 12,7%
(18 responden) yang menjawab tidak mendukung dan hanya 4,2% (6
responden) yang memberikan jawaban sangat mendukung. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.15
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan terhadap Program
Gubernur Sul-Sel
N = 142

Dukungan terhadap
Program Gubernur
Tidak mendukung

Frekuensi

Persentase

18

12,7

Kurang mendukung

37

26,1

Mendukung

81

57,0

Sangat mendukung

4,2

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


2. Partisipasi Program Gubernur Sul-Sel dalam Baliho
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
anda berpartisipasi dalam setiap program/kegiatan yang disampaikan
dalam baliho Gubernur Sul-Sel , dapat dilihat bahwa persentase terbesar
45,1% (64 responden) memberikan jawaban kurang berpartisipasi,
selanjutnya 44,4% (63 responden) yang menjawab tidak berpartisipasi,
kemudian terdapat 8,5% (12 responden) yang menjawab berpartisipasi dan
hanya

2,1%

(2

responden)

yang

memberikan

jawaban

sangat

berpartisipasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16
Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi dalam Program
Gubernur
N = 142

Partisipasi dalam
Program Gubernur
Tidak berpartisipasi

Frekuensi

Persentase

63

44,4

Kurang berpartisipasi

64

45,1

Berpartisipasi

12

8,5

Sangat berpartisipasi

2,1

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012

3. Realisasi Program Gubernur dalam Baliho


Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
program/kegiatan

yang

ditampilkan

dalam

baliho

benar-benar

direalisasikan, dapat dilihat bahwa persentase terbesar 61,3% (87


responden) memberikan jawaban kurang direalisasikan ,selanjutnya
26,8% (38 responden) menjawab direalisasikan, kemudian terdapat 12,0%
(17 responden) yang menjawab tidak direalisasikan dan tak satupun yang
menjawab sangat direlisasikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 4.17
Distribusi Responden Berdasarkan Realisasi Program Gubernur dalam
Baliho
N = 142

Realisasi Program
Gubernur dalam Baliho
Tidak direalisasikan

Frekuensi

Persentase

17

12,0

Kurang direalisasikan

87

61,3

Direalisasikan

38

26,8

Sangat direalisasikan

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


4. Efektivitas Sosialisasi Program Gubernur dalam Baliho
Dari 142 responden yang dimintai pendapat mengenai Apakah
baliho yang digunakan oleh Gubernur efektif untuk mensosialisasikan
program/kegiatan Gubernur Sul-Sel , dapat dilihat bahwa persentase
terbesar 45,1% (64 responden) memberikan jawaban kurang efektif ,
selanjutnya 35,9% (51 responden) menjawab efektif, kemudian terdapat
16,2% (23 responden) yang menjawab tidak efektif dan hanya 2,8% (4
responden) yang memberikan jawaban sangat efektif. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18
Distribusi Responden Berdasarkan Efektivitas Sosialisasi Program
Gubernur
N = 142

Efektivitas Sosialisasi
Program Gubernur
Tidak efektif

Frekuensi

Persentase

23

16,2

Kurang efektif

64

45,1

Efektif

51

35,9

Sangat efektif

2,8

Total

142

100,0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisoner, 2012


J. Pembahasan

Berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori S-O-R
(StimulusOrganismResponse), di mana teori ini mengacu pada stimulus yang
ditujukan kepada individu sehingga melahirkan sebuah respons. Kemudian untuk
lebih jelasnya penulis akan memaparkan 3 indikator yang dihubungkan dengan
hasil data dari pengisian kuisoner yang berdasarkan cara untuk menelaah sikap
menurut Hovland, Janis, dan Kelley. Berikut hasilnya sebagai berikut:
a. Perhatian
Perhatian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

melihat

dengan teliti; mengamati. Dalam hal ini, ketertarikan khalayak terhadap media
baliho khususnya baliho Gubernur Sulawesi Selatan yang dimanfaatkan untuk
mensosialisasikan program kerja dan kegiatan Gubernur. Gamble dalam
Nurudin (2007:8) menjelaskan media massa adalah alat-alat dalam
komunikasi yang bisa menyebarkan pesan serempak, cepat kepada khalayak
luas. Pesan dalam media massa akan bersaing dengan isi yang sama dari
media massa sejenis atau media lainnya, di samping itu sifat pesan yang
selintas, maka rancangan pesan seharusnya dikemas semenarik mungkin.
Perhatian terhadap baliho yaitu menyangkut dengan desain, jumlah, lokasi
pemasangan dan estetika. Hal-hal tersebut erat kaitannya dengan pembentukan
persepsi dan citra di masyarakat. Berdasarkan hasil kuisoner terhadap 142
responden mengenai desain baliho Gubernur, sebanyak 40,8% atau 58
responden mengatakan bahwa desain baliho Gubernur menarik perhatian.
Namun mengenai lokasi pemasangan baliho Gubernur, 43,0% atau 61 dari 142
responden menganggap bahwa lokasi pemasangan baliho kurang tepat. Hal ini

disebabkan karena lokasi pemasangannya yang tidak beraturan dan tidak


adanya lokasi khusus yang dipatenkan untuk memasang baliho Gubernur.
Kadangkala ditempatkan di lokasi yang sudah dipadati oleh baliho ataupun
umbul-umbul yang lain sehingga sering kali mengganggu akses transportasi
dan mengganggu keindahan tata kota. Berkenaan dengan hal tersebut, 43,7%
atau sama dengan 62 dari 142 responden juga sepakat mengatakan bahwa
pemasangan baliho Gubernur Sulawesi Selatan merusak atau mengganggu
keindahan tata kota. Tinarbuko dalam bukunya yang berjudul Iklan Politik
Dalam Realitas Media (2009:13), mengatakan bahwa konflik terbesar ruang
publik menyangkut media outdoor yaitu kecenderungan para pihak pemasang
untuk melakukan pelanggaran peraturan legal formal atau SK Pemkot perihal
penempatan titik-titik baliho dan bentuk reklame lainnya, serta belum adanya
masterplan untuk media luar ruang. Jika pemasangan baliho Gubernur yang
tidak tertata dengan baik maka dampaknya akan memberikan rasa tidak
nyaman dan masyarakat menjadi terjajah oleh media komunikasi yang
ditengarai sudah mengalami over communicative sehingga masyarakat
kehilangan ruang publik. Hal tersebut justru berbanding terbalik dengan salah
satu ciri komunikasi massa menurut para ahli komunikasi dalam Wiryawan
(2007:44) yakni bersifat umum, komunikasi dengan menggunakan media
massa adalah komunikasi publik, bukan pribadi. Isi pesan yang disampaikan
menyangkut kepentingan orang banyak dan khalayak. Namun fakta di
lapangan justru media yang harusnya menyangkut kepentingan masyarakat
malah menimbulkan kegelisahan karena telah mengganggu ruang publik.

Untuk mengatasi hal tersebut, seyogyanya penataan baliho dapat diatur


sedemikian rupa dan ditata menyesuaikan ekologi visual dan ruang publik
yang tersedia.
b. Pengertian
Arti kata pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
gambaran/ pengetahuan tentang sesuatu di dalam pikiran, pemahaman,
kesanggupan intelegensi untuk menangkap makna suatu situasi atau
perbuatan. Pengertian berhubungan dengan pemaknaan terhadap pesan yang
disampaikan melalui media baliho. Membicarakan pesan (massage) dalam
proses komunikasi, kita tidak dapat melepaskan diri dari apa yang disebut
simbol dan kode, karena pesan yang dikirim komunikator kepada penerima
terdiri atas rangkaian simbol dan kode (Cangara, 2003:101). Pengirim harus
menyimbolkan pesan dengan sedemikian rupa sehingga dapat memperkirakan
bagaimana penerima sebagai sasaran bisa mengartikan pesan tersebut. Lebih
lanjut, Cangara menjelaskan bahwa kode verbal dalam pemakaiannya
menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah
disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang
mengandung arti. Menurut Benjamin Lee Whorf dan Edward Sapir (1956),
bahwa bahasalah yang mempengaruhi persepsi dan pola-pola berpikir
seseorang. Terkait dengan penggunaan bahasa yang digunakan dalam baliho,
57,7% atau 82 dari 142 responden mengatakan bahwa kurang mudah
dimengerti. Tanggapan tersebut pun sejalan dengan hasil kuisioner mengenai
pemaknaan pesan dalam baliho, yakni 71 dari 142 responden (50%)

beranggapan bahwa pesan dalam baliho kurang mudah ditangkap oleh seluruh
kalangan masyarakat. Penggunaan bahasa asing yang seringkali digunakan
dalam baliho menjadi salah satu alasan mengapa pesan dalam baliho tidak
mudah dimengerti oleh seluruh kalangan masyarakat. Penggunaan bahasa
asing biasanya digunakan sebagai judul baliho. Sehubungan dengan bahasa,
penggunaan judul (headline) baliho, 43% atau sama dengan 61 dari 142
responden beranggapan bahwa judul baliho masih kurang jelas dalam
merepresentasikan program/kegiatan Gubernur. Seperti yang sudah penulis
paparkan sebelumnya bahwa judul baliho yang seringkali menggunakan
bahasa asing menjadi kendala tersampaikannya pesan yang dimaksud dalam
baliho Gubernur. Karena publik sasaran media baliho tersebut berasal dari
berbagai kalangan yang tidak semua mengerti bahasa asing. Sedangkan data
hasil kuisioner menunjukkan bahwa 78 responden (54,9%) beranggapan
bahwa baliho Gubernur Sulawesi Selatan berpengaruh terhadap citranya di
mata masyarakat. Media massa menjadi sebuah agen dalam membentuk citra
di masyarakat. Media massa sangat terkait dengan pembentukan citra, karena
pada dasarnya komunikasi itu proses interaksi sosial, yang digunakan untuk
menyusun makna yang membentuk citra tersendiri mengenai dunia dan
bertukar citra melalui simbol-simbol (Nimmo, 2001:98).
c. Penerimaan
Penerimaan adalah mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa
perlakuan; sikap terhadap objek. Pemerimaan merupakan efek yang timbul
setelah terjadinya perhatian dan pengertian yang sebelumnya menerima

rangsangan dari pesan media massa dalam hal ini media baliho. Efek dalam
komunikasi

adalah

perubahan

yang

terjadi

pada

diri

penerima

(komunikas/khalayak) sebagai akibat pesan yang diterima baik secara


langsung maupun melalui media massa. Stamm dan Bowes dalam Nurudin
(2008:206) menjelaskan efek terbagi dua bagian yaitu efek primer meliputi
perhatian dan pemahaman sedangkan efek sekunder meliputi perubahan
tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku
(menerima). Hal ini berkaitan dengan dukungan, partisipasi dan realisasi yang
merupakan perubahan sikap dan perilaku akibat pesan yang diterima melalui
media baliho. Berdasarkan hasil kuisioner, sebanyak 57% atau 81 dari 142
responden mendukung program/kegiatan Gubernur Sulawesi Selatan yang
dijabarkan dalam baliho. Namun dalam proses realisasinya, masyarakat dalam
skala kecil, yakni para responden, kurang berpartisipasi dalam merealisasikan
program Gubernur yang ditampilkan dalam baliho. Setidaknya 64 responden
(45,1%) dari hasil kuisioner menyatakan demikian. Dari hasil penelitian pun
terungkap bahwa 87 responden (61,3%) menilai program yang ditampilkan
melalui baliho tidak terealisasi dengan baik dan hasilnya tidak dirasakan oleh
responden. Hasil kuisioner terkait efektivitas penggunaan baliho untuk
mensosialisasikan program/kegiatan Gubernur yaitu 45,1% atau 64 responden
menilai bahwa hal tersebut kurang efektif. Komunikasi dinyatakan efektif
apabila ia mengasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan sabagaimana
yang diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap, dan perilaku, atau

ketiganya. Perubahan-perubahan di pihak penerima ini diketahui dari


tanggapan-tanggapan yang diberikan penerima sebagai umpan balik.
III. Saran dan Masukan Mahasiswa terhadap Baliho Gubernur Sulawesi
Selatan
Hal utama yang harus diperhatikan dalam pemasangan baliho Gubernur
adalah jumlah dan lokasinya. Diharapkan penataan baliho lebih dirapikan dan
tidak ditempatkan pada lokasi yang telah dipadati oleh baliho atau unbulumbul lainnya. Baliho yang sudah

tidak digunakan

sebaiknya segera

berganti posisi dengan baliho yang baru untuk mengurangi polusi


visual.Baliho yang dipasang kebanyakan fokus terhadap pencitraan Gubernur.
Sebaiknya yang harus lebih difokuskan adalah dokumentasi program dan
kegiatannya.Desain baliho dibuat sesimpel mungkin tapi tetap menarik agar
mudah dibaca sambil lalu.Jangan dipasang di pohon-pohon pinggir jalan.
Selain merusak lingkungan juga dapat mengganggu akses transportasi.Konten
baliho

jangan

terlalu

dibuat-buat

disesuaikan

dengan

kinerja

Gubernur.Minimalisir jumlah baliho. Membangun citra bukan hanya melalui


baliho. Namun lebih kepada karya dan kontribusinya kepada masyarakat.
Semoga kata-kata dalam baliho benar-benar direalisasikan. Bukan sekedar
untuk menarik simpati masyarakat.Menambahkan unsur-unsur budaya lokal
ke dalam balihoPemasangan baliho saat ini sudah sangat memadai dan
efektif. Sebaiknya penggunaan baliho dikurangi agar tidak menimbulkan
tanggapan negatif dari masyarakat karena overexpose.Tampilan baliho dan

tagline yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan Gubernur


dalam hal pelaksanaan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin terhadap
Baliho Gubernur, yang dinilai berdasarkan 3 indikator :

a. Perhatian
Berdasarkan indikator Perhatian, menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memberikan tanggapan yang kurang baik terkait jumlah
baliho yang sangat memadai, lokasi pemasangan yang kurang tepat,
serta pemasangan baliho dinilai merusak/mengganggu keindahan tata
kota. Namun mengenai desain baliho, responden beranggapan bahwa
desain baliho menarik.
b. Pengertian
Berdasarkan indikator Pengertian, baliho Gubernur menuai tanggapan
yang negatif dari semua aspek. Penggunaan bahasa dianggap kurang
mudah dimengerti, pemberian judul baliho yang kurang jelas, serta
tampilan pesan dan gambar dalam baliho kurang sesuai. Jadi dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan pesan dalam baliho tidak
mudah ditangkap atau dicerna oleh seluruh kalangan masyarakat
sehingga berpengaruh terhadap citranya.
c. Penerimaan
Dari hasil penilaian responden terkait indikator Penerimaan, dapat
disimpulkan

bahwa

sebagian

besar

responden

mendukung

program/kegiatan Gubernur Sulawesi Selatan yang dijabarkan dalam


baliho. Namun dalam proses realisasinya, masyarakat dalam skala
kecil,

yakni

para

responden,

kurang

berpartisipasi

dalam

merealisasikan program Gubernur yang ditampilkan dalam baliho.


Mereka menilai program yang ditampilkan melalui baliho tidak
terealisasi dengan baik dan hasilnya tidak dirasakan oleh responden
sehingga penggunaan baliho untuk sosialisasi program Gubernur
dinilai kurang efektif

2. Berikut saran dan masukan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas


Hasanuddin terkait dengan baliho Gubernur Sulawesi Selatan :
a. Hal utama yang harus diperhatikan dalam pemasangan baliho
Gubernur adalah jumlah dan lokasinya.
b. Diharapkan penataan baliho lebih dirapikan dan tidak ditempatkan
pada lokasi yang telah dipadati oleh baliho atau unbul-umbul lainnya
c. Baliho yang sudah tidak digunakan sebaiknya segera berganti posisi
dengan baliho yang baru untuk mengurangi polusi visual.
d. Baliho yang dipasang kebanyakan fokus terhadap pencitraan Gubernur.
Sebaiknya yang harus lebih difokuskan adalah dokumentasi program
dan kegiatannya.
e. Desain baliho dibuat sesimpel mungkin tapi tetap menarik agar mudah
dibaca sambil lalu.
f. Jangan dipasang di pohon-pohon pinggir jalan. Selain merusak
lingkungan juga dapat mengganggu akses transportasi.
g. Konten baliho jangan terlalu dibuat-buat disesuaikan dengan kinerja
Gubernur.
h. Minimalisir jumlah baliho. Membangun citra bukan hanya melalui
baliho. Namun lebih kepada karya dan kontribusinya kepada
masyarakat.
i. Semoga kata-kata dalam baliho benar-benar direalisasikan. Bukan
sekedar untuk menarik simpati masyarakat.
j. Menambahkan unsur-unsur budaya lokal ke dalam baliho
k. Pemasangan baliho saat ini sudah sangat memadai dan efektif.
Sebaiknya penggunaan baliho dikurangi agar tidak menimbulkan
tanggapan negatif dari masyarakat karena overexpose.
l. Tampilan baliho dan tagline yang digunakan sebaiknya disesuaikan
dengan kemampuan Gubernur dalam hal pelaksanaan.

B. Saran
Dari penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran, yaitu :
1. Berdasarkan indikator Pengertian yang mendapatkan respon kurang baik
dari hasil kuisioner, sebaiknya lebih sering dilakukan evaluasi terkait
dengan penggunaan bahasa, judul, isi pesan serta kesesuaian antara pesan
dan gambar yang terdapat dalam baliho Gubernur Sulawesi Selatan.
2. Untuk pihak Gubernur Sulawesi Selatan yang sekarang ataupun yang
selanjutnya,disarankan untuk membuat spot tersendiri khusus untuk
Baliho Gubernur Sulawesi Selatan dalam mensosialisasikan program dan
kegiatannya dan tidak diganggu oleh baliho ataupun bentuk reklame
lainnya
3. Untuk peneliti selanjutnya tidak terbatas pada satu jurusan saja, misalkan
dapat melakukan penelitian yang sama pada jurusan lain di Universitas
Hasanuddin maupun membandingkan antara satu jurusan dengan jurusan
lainnya.
4. Untuk rekan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, diharapkan dapat
melakukan penelitian mengenai baliho Gubernur Sulawesi Selatan dengan
jangkauan responden yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Juwono Tri. 2007. Modul Komunikasi Massa. Jakarta : Fikom


Universitas Mercubuana
Bulaeng, Andi. 2000. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Makassar :
Lembaga Penerbitan UNHAS
Cangara, Hafied.2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo
Elzaputri, Indah. 2012. Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Pelayanan
Akademik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin. Skripsi tidak diterbitkan
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
Citra Aditya Bakti
Febriani, Syafrina. 2009. Tanggapan Mahasiswa Reguler Sore FISIP Uhnas
terhadap Media Outdoor pada Pemilihan Walikota Makassar. Skripsi
tidak diterbitkan
Harun, Rochayat. 2006.Komunikasi Politik sebagai Suatu Pengantar. Bandung :
Mandar Maju
Jurusan Ilmu Komunikasi. 2005. Pedoman Penyusunan Skripsi. Makassar:
Hasanuddin University Press
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi
Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi : Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
Littlejohn, Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Mcquail, Dennis. 2011. Teori Komunikasi Massa Mcquail. Jakarta : Salemba
Humanika
Morissan, Andy Corry & Farid Hamid.2010. Teori Komunikasi Massa, Media,
Budaya, dan Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Mursalim. 2007. Dasar-dasar Penelitian Komunikasi. Stikom Fajar. Makassar :
Modul.

Nimmo, Dan. 2001. Komunikasi Politik : Khalayak & Efek. Bandung : PT Remaja
Yosdakarya
Nurudin. 2008. Hubungan Media Konsep dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Rakhmat, Jalaluddin. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif . Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Singarimbun, Masri & Sofian Efendi . 1981. Metode Penelitian Survei. Jakarta :
LP3ES
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi.
Yogyakarta : MedPress
Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media Massa. Jakarta : Rajawali Pers
Tinarbuko, Sumbo. 2009. Iklan Politik dalam Realitas Media. Yogyakarta :
Jalasutra
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan. Jakarta : Kencana
Wiryawan, Hari. 2007. Dasar-dasar Hukum Media. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rujukan lain:
http://ilmukomunikasi.blogspot.com/ Diakses 7 Oktober 2012 pukul 17.59

WITA
http://mrlungs.wordpress.com/2010/08/08/teori-komunikasi/ Diakses 15

Oktober 2012 pukul 20.00 WITA


univercity.html. Diakses 26 Oktober 2012 pukul 20.00 WITA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sikap. Diakses 10 November 2012 pukul 09.38 WITA

LAMPIRAN

Kuisioner

Judul Penelitian : Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas

Hasanuddin terhadap Baliho Gubernur Sulawesi Selatan


Pengisian kuisioner ini diajukan untuk kepentingan penelitian bukan untuk kepentingan
lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini menjamin kerahasiaan responden. Terima kasih
atas kesediaan saudara(i) mengisi kuisioner ini.
Petunjuk pengisian.
Baca baik-baik setiap pertanyaan yang disediakan!
Pilih dan lingkari atau tanda silang jawaban yang Anda anggap paling sesuai.

A. Identitas Responden
1. Nomor Responden

2. Nama

3. Angkatan

1. 2007
2. 2008
3. 2009
4. 2010
5. 2011

4. Jenis Kelamin

1. Laki-laki
2. Perempuan

5. Usia

1. 19 tahun
2. 20 tahun
3. 21 tahun
4. 22 tahun
5. 23 tahun

6. Pekerjaan Orang Tua

1. PNS/TNI/Polri
2. Karyawan Swasta/BUMN
3. Politisi
4. Wiraswasta/Pengusaha
5. Profesional (Dokter, Wartawan, dll)
6. Lainnya : Sebutkan

___________________

B. Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin


terhadap Baliho Gubernur Sulawesi Selatan
Perhatian
6. Menurut anda, bagaimana desain baliho Gubenur Sul-Sel ?
1. Tidak menarik
2. Kurang menarik

3. Menarik
4. Sangat menarik
7. Jika kurang/tidak menarik, apa saran anda ?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
...................................................................
8. Menurut anda, apakah jumlah baliho Gubernur Sul-Sel sudah memadai ?
1. Tidak memadai
2. Kurang memadai
3. Memadai
4. Sangat memadai
9. Menurut anda, apakah lokasi pemasangan baliho Gubenur Sul-Sel sudah tepat ?
1. Tidak tepat
2. Kurang tepat
3. Tepat
4. Sangat tepat
10. Menurut anda, apakah pemasangan baliho Gubernur Sul-Sel merusak/mengganggu
keindahan tata kota ?
1. Tidak merusak/mengganggu
2. Kurang merusak/mengganggu
3. Merusak/mengganggu
4. Sangat merusak/mengganggu
11. Apakah baliho Gubernur Sul-Sel menarik perhatian anda ?
1. Tidak menarik perhatian
2. Kurang menarik perhatian
3. Menarik perhatian
4. Sangat menarik perhatian

Pengertian
12. Menurut anda, bagaimanakah penggunaan bahasa yang digunakan pada baliho
Gubernur Sul-Sel ?
1. Tidak mudah dimengerti
2. Kurang mudah dimengerti
3. Mudah dimengerti
4. Sangat mudah dimengerti
13. Menurut anda, apakah judul (headline) dari baliho dengan jelas telah
merepresentasikan setiap program/kegiatan Gubernur Sul-Sel ?
1. Tidak jelas
2. Kurang jelas
3. Jelas

4. Sangat jelas
14. Menurut anda, apakah pesan yang ditampilkan dalam baliho mudah ditangkap oleh
seluruh kalangan masyarakat ?
1. Tidak mudah ditangkap
2. Kurang mudah ditangkap
3. Mudah ditangkap
4. Sangat mudah ditangkap
15. Menurut anda, bagaimana kesesuaian antara pesan dan gambar yang ditampilkan
dalam baliho Gubernur Sul-Sel ?
1. Tidak sesuai
2. Kurang sesuai
3. Sesuai
4. Sangat sesuai
16. Menurut anda, apakah baliho Gubernur Sulawesi Selatan berpengaruh terhadap
citranya di mata masyarakat ?
1. Tidak berpengaruh
2. Kurang berpengaruh
3. Berpengaruh
4. Sangat berpengaruh

Penerimaan
17. Apakah anda mendukung program/kegiatan Gubernur Sul-Sel yang ditampilkan
dalam baliho ?
1. Tidak mendukung
2. Kurang mendukung
3. Mendukung
4. Sangat mendukung
18. Apakah anda berpartisipasi dalam setiap program/kegiatan yang disampaikan dalam
baliho Gubernur Sul-Sel ?
1. Tidak berpartisipasi
2. Kurang berpartisipasi
3. Berpartisipasi
4. Sangat berpartisipasi
19. Menurut anda, apakah program/kegitan yang ditampilkan dalam baliho benar-benar
direalisasikan oleh Gubernur Sul-Sel ?
1. Tidak direalisasikan
2. Kurang direalisasikan
3. Direalisasikan
4. Sangat direalisasikan
20. Menurut anda, apakah baliho yang digunakan oleh Gubernur, efektif untuk
mensosialisasikan program/kegiatan Gubernur Sul-Sel ?

1. Tidak efektif
2. Kurang efektif
3. Efektif
4. Sangat efektif
21. Apa saran anda terhadap baliho Gubernur Sul-Sel ?
..........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
..................................................................................................
TERIMA KASIH

angkatan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

2007

16

11.3

11.3

11.3

2008

25

17.6

17.6

28.9

2009

24

16.9

16.9

45.8

2010

27

19.0

19.0

64.8

2011

50

35.2

35.2

100.0

Total

142

100.0

100.0

jeniskelamin
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

laki-laki

66

46.5

46.5

46.5

perempuan

76

53.5

53.5

100.0

142

100.0

100.0

Total

usia
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

? 19 tahun

35

24.6

24.6

24.6

20 tahun

32

22.5

22.5

47.2

21 tahun

38

26.8

26.8

73.9

22 tahun

14

9.9

9.9

83.8

23 tahun

23

16.2

16.2

100.0

142

100.0

100.0

Total

pekerjaanorangtua
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

PNS/TNI/Polri

63

44.4

44.4

44.4

karyawan swasta/BUMN

17

12.0

12.0

56.3

Wiraswasta/Pengusaha

50

35.2

35.2

91.5

4.2

4.2

95.8

4.2

4.2

100.0

142

100.0

100.0

Profesional ( Dokter,
wartawan, dll)
lainnya
Total

desainbaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak menarik

24

16.9

16.9

16.9

kurang menarik

50

35.2

35.2

52.1

menarik

59

41.5

41.5

93.7

6.3

6.3

100.0

142

100.0

100.0

sangat menarik
Total

jumlahbaliho
Cumulative
Frequency
Valid

tidak memadai

Percent

Valid Percent

Percent

2.8

2.8

2.8

kurang memadai

15

10.6

10.6

13.4

memadai

53

37.3

37.3

50.7

sangat memadai

70

49.3

49.3

100.0

142

100.0

100.0

Total

lokasipemasanganbaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak tepat

28

19.7

19.7

19.7

kurang tepat

61

43.0

43.0

62.7

tepat

44

31.0

31.0

93.7

6.3

6.3

100.0

142

100.0

100.0

sangat tepat
Total

pemasanganbaliho
Cumulative
Frequency
Valid

tidak merusak/mengganggu
kurang
merusak/mengganggu
merusak/mengganggu
sangat
merusak/mengganggu
Total

Percent

Valid Percent

Percent

15

10.6

10.6

10.6

21

14.8

14.8

25.4

62

43.7

43.7

69.0

44

31.0

31.0

100.0

142

100.0

100.0

perhatianterhadapbaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak menarik perhatian

23

16.2

16.2

16.2

kurang menarik perhatian

65

45.8

45.8

62.0

menarik perhatian

42

29.6

29.6

91.5

sangat menarik perhatian

12

8.5

8.5

100.0

142

100.0

100.0

Total

penggunaanbahasadalambaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak mudah dimengerti

12

8.5

8.5

8.5

kurang menarik perhatian

33

23.2

23.2

31.7

menarik perhatian

91

64.1

64.1

95.8

4.2

4.2

100.0

142

100.0

100.0

sangat menarik perhatian


Total

kejelasanjudulbaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak jelas

27

19.0

19.0

19.0

kurang jelas

61

43.0

43.0

62.0

jelas

54

38.0

38.0

100.0

Total

142

100.0

100.0

pesandalambaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak mudah ditangkap

20

14.1

14.1

14.1

kurang mudah ditangkap

71

50.0

50.0

64.1

mudah ditangkap

50

35.2

35.2

99.3

.7

.7

100.0

142

100.0

100.0

sangat mudah ditangkap


Total

kesesuaianpesandangambardalambaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak sesuai

24

16.9

16.9

16.9

kurang sesuai

69

48.6

48.6

65.5

sesuai

47

33.1

33.1

98.6

1.4

1.4

100.0

142

100.0

100.0

sangat sesuai
Total

pengaruhbalihoterhadapcitraGubernur
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak berpengaruh

16

11.3

11.3

11.3

kurang berpengaruh

30

21.1

21.1

32.4

berpengaruh

78

54.9

54.9

87.3

sangat berpengaruh

18

12.7

12.7

100.0

142

100.0

100.0

Total

dukunganterhadapprogramGubernurdalambaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak mendukung

18

12.7

12.7

12.7

kurang mendukung

37

26.1

26.1

38.7

mendukung

81

57.0

57.0

95.8

4.2

4.2

100.0

142

100.0

100.0

sangat mendukung
Total

partisipasidalamkegiatanGubernurdalambaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak berpartisipasi

63

44.4

44.4

44.4

kurang berpartisipasi

64

45.1

45.1

89.4

berpartisipasi

12

8.5

8.5

97.9

2.1

2.1

100.0

142

100.0

100.0

sangat berpartisipasi
Total

realisasiprogramGubernurdalambaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak direalisasikan

17

12.0

12.0

12.0

kurang direalisasikan

87

61.3

61.3

73.2

direalisasikan

38

26.8

26.8

100.0

142

100.0

100.0

Total

efektivitassosialisasiprogramGubernurdalambaliho
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

23

16.2

16.3

16.3

kurang efektif

63

44.4

44.7

61.0

efektif

51

35.9

36.2

97.2

2.8

2.8

100.0

141

99.3

100.0

.7

142

100.0

Total

Total

Valid Percent

tidak efektif

sangat efektif

Missing

Percent

System

Anda mungkin juga menyukai