PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi
serta
memiliki
peran
penting
dalam
upaya
penanggulangan
kemiskinan.
dari kecacatan. Pada sidang WHO tahun 1996 menyimpulkan bahwa campak
dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) atau reservoir
campak hanya pada manusia dan adanya vaksin dengan potensi yang cukup tinggi
dengan effikasi vaksin 85%. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka ditetapkan
kesepakatan global untuk me-Reduksi Campak (RECAM) pada tahun 2000. Tahap
eradikasi diperkirakan akan dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi (Ranuh,
2011) dan (Lisnawati, 2011).
Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 anak akan meninggal karena campak.
Sebanyak 2 dari 100 anak akan meninggal karena batuk rejan. Satu dari 100 anak
akan meninggal karena penyakit tetanus. Dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita
penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan
melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas
pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi
telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi lengkap (Andhini, 2010). Hal ini ditandai
dengan masih banyaknya negara berkembang yang masih belum dapat mencapai
Universal Child Immunization (UCI) karena cakupan imunisasi yang rendah.
Sebenarnya apabila UCI dapat dicapai maka kita dapat menyelamatkan tiga juta anak
yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi setiap tahun
(Ranuh, 2011).
Campak mudah sekali menular dan sering terjadi komplikasi yang serius
Hampir semua anak dibawah 5 tahun di Negara berkembang akan terserang
penyakit ini, sedangkan di Negara maju biasanya menyerang anak usia remaja
atau dewasa muda yang tidak terlindung oleh imunisasi. Penularan campak
berlangsung sangat cepat melalui menyebar melalui kontak langsung dengan
penderita, perantara udara, batuk atau bersin dan kotoran manusia. Penularan
terjadi pada fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.Penyakit
campak lebih sering menyerang anak-anak, hal ini disebabkan daya tahan tubuh
anak lebih lemah dibandingkan orang dewasa. Penyakit campak dinilai berbahaya
karena dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak dan kematian.
Penyakit campak sebetulnya tidak berakibat fatal apabila menyerang
anakanak yang sehat dan bergizi baik. Tetapi apabila di Negara di mana anak yang
menderita kurang gizi sangat banyak, campak merupakan penyakit yang berakibat
fatal. Untuk itu sangat perlu diadakan tindakan pencegahan. Salah satu tindakan
yang dinilai paling efektif adalah dengan cara imunisasi.
Peningkatan
cakupan
imunisasi
campak
ini
tidak
merata
disetiap
kabupaten/kota di kabupaten Bogor imunisasi campak dalam dua tahun terakhir justru
menurun 78,9% pada tahun 2013. Di desa Kalong Sawah Kecamatan Jasinga
menunjukkan penurunan cakupan imunisasi campak, penurunan cakupan imunisasi
campak yaitu 57,6% (2014) (Profil Puskesmas Kecamatan Jasinga) .
Terjadinya penurunan cakupan imunisasi campak banyak dipengaruhi
beberapa faktor, tidak bersedianya anak diberi imunisasi campak, faktor budaya
sengat mempengaruhi anak untuk mendapatkan imunisasi secara lengkap, disamping
itu, anak tidak diberikan imunisasi campak karena ibu takur dampak setelah diberikan
imunisasi campak
Upaya Dinas Kesehatan untuk menanggulangi permasalahan tersebut dengan
menerapkan kebijakan bahwa penyelenggaraan imunisasi dasar dapat dilaksanakan
oleh pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan prinsip keterpaduan; mengupayakan
pemerataan jangkauan pelayanan; mengupayakan kualitas pelayanan; mengupayakan
kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program dan anggaran
terpadu. Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan penyakit dan
daerah-daerah sulit secara geografis
Salah satu hambatan program imunisasi adalah isu-isu negatif tentang
imunisasi dan persepsi negatif terhadap imunisasi serta mitosmitos mengenai
imunisasi itu sendiri. Pandangan negatif terhadap vaksinasi bukan saja dikemukan
oleh masyarakat awam namun juga oleh sebagian petugas kesehatan. Masyarakat
awam lebih khawatir terhadap efek samping dari imunisasi daripada penyakitnya
sendiri dan komplikasi penyakit tersebut yang dapat menyebabkan kecacatan dan
kematian, (Ranuh, 2010). Isu dan mitos negatif mengenai imunisasi dapat
mempengaruhi pengetahuan, pemahaman dan akhirnya berpengaruh pada tindakan
ibu untuk mengimunisasikan anaknya.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena orang
terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Pengetahuan, kepercayaan dan perilaku
kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi campak
pada bayi, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasi bayi. Masalah pengertian,
pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi
halangan yang besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal itu
diberikan (Ali M, 2012).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember tahun
2015 di desa kalongsaeah terhadap 11 orang ibu yang mempunyai Balita didapatkan
hasil bahwa hanya 3 (30,8%) orang ibu yang mempunyai pengetahuan yang benar
mengenai imunisasi campak.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.4