Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi

serta

memiliki

peran

penting

dalam

upaya

penanggulangan

kemiskinan.

Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan


kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan
pendapatan (Elfindri, 2011). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
maka paling sedikit yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah: a).
Pendidikan kesehatan, b). Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi, c).
Penyediaan air minum dan sanitasi dasar, d). Pelayanan kesehatan ibu dan anak
termasuk keluarga berencana, e). Imunisasi, dan f). Pengobatan dan pengadaan obat
(Hasanah, 2010).
Vaksinasi merupakan teknologi yang sangat berhasil di dunia Kedokteran
yang oleh Katz (1999) dikatakan sebagai Sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik
yang pernah diberikan para ilmuwan di dunia ini, satu upaya kesehatan yang paling
efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya (Ranuh, 2011).
Cakupan imunisasi pada anak-anak di seluruh belahan dunia, sejak tahun
1974 Badan kesehatan Dunia (World Health Organization) mencanangkan Expanded
Program on Immunization (EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly
(WHA). Setelah dilaksanakannya EPI cakupan terus meningkat dan hampir setiap
tahun minimal 3 juta anak terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 anak terhindar

dari kecacatan. Pada sidang WHO tahun 1996 menyimpulkan bahwa campak
dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) atau reservoir
campak hanya pada manusia dan adanya vaksin dengan potensi yang cukup tinggi
dengan effikasi vaksin 85%. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka ditetapkan
kesepakatan global untuk me-Reduksi Campak (RECAM) pada tahun 2000. Tahap
eradikasi diperkirakan akan dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi (Ranuh,
2011) dan (Lisnawati, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 242.000 anak seluruh


dunia meninggal karena penyakit campak. Besarnya jumlah kematian karena
penyakit campak ini menunjukkan bahwa penyakit ini sangat berbahaya dan harus
dicegah penyebarannya, salah satu cara mencegah meluasnya penyakit ini yaitu
dengan melakukan program vaksinasi. Program vaksinasi dilakukan dengan
memberikan senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh
terhadap virus atau penyakit. Menurut WHO, pemberian vaksin MMR terbukti
mampu menekan jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit measles sekitar
68% (WHO, 2008).
Kebijakan Nasional Imunisasi, menurut Renstra Kemenkes tahun 2013, target
cakupan imunisasi yang harus dicapai pada tahun 2014 yaitu cakupan pemberian
imunisasi pada bayi 0-11 bulan 82%, persentase anak SD yang mendapatkan
imunisasi 80%, persentase desa yang mencapai UCI 85%. Menurut Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), target cakupan imunisasi dasar
lengkap pada bayi 0-11 bulan 90% dan tercapainya UCI di seluruh desa dan
kelurahan. Kebijakan pemerintah terhadap cakupan nasional anak dibawah satu tahun
yang diimunisasi campak adalah 92%. (DepKes RI, 2014)

Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 anak akan meninggal karena campak.
Sebanyak 2 dari 100 anak akan meninggal karena batuk rejan. Satu dari 100 anak
akan meninggal karena penyakit tetanus. Dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita
penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan
melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas
pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi
telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi lengkap (Andhini, 2010). Hal ini ditandai
dengan masih banyaknya negara berkembang yang masih belum dapat mencapai
Universal Child Immunization (UCI) karena cakupan imunisasi yang rendah.
Sebenarnya apabila UCI dapat dicapai maka kita dapat menyelamatkan tiga juta anak
yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi setiap tahun
(Ranuh, 2011).

Campak mudah sekali menular dan sering terjadi komplikasi yang serius
Hampir semua anak dibawah 5 tahun di Negara berkembang akan terserang
penyakit ini, sedangkan di Negara maju biasanya menyerang anak usia remaja
atau dewasa muda yang tidak terlindung oleh imunisasi. Penularan campak
berlangsung sangat cepat melalui menyebar melalui kontak langsung dengan
penderita, perantara udara, batuk atau bersin dan kotoran manusia. Penularan
terjadi pada fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.Penyakit
campak lebih sering menyerang anak-anak, hal ini disebabkan daya tahan tubuh
anak lebih lemah dibandingkan orang dewasa. Penyakit campak dinilai berbahaya
karena dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak dan kematian.
Penyakit campak sebetulnya tidak berakibat fatal apabila menyerang
anakanak yang sehat dan bergizi baik. Tetapi apabila di Negara di mana anak yang

menderita kurang gizi sangat banyak, campak merupakan penyakit yang berakibat
fatal. Untuk itu sangat perlu diadakan tindakan pencegahan. Salah satu tindakan
yang dinilai paling efektif adalah dengan cara imunisasi.
Peningkatan

cakupan

imunisasi

campak

ini

tidak

merata

disetiap

kabupaten/kota di kabupaten Bogor imunisasi campak dalam dua tahun terakhir justru
menurun 78,9% pada tahun 2013. Di desa Kalong Sawah Kecamatan Jasinga
menunjukkan penurunan cakupan imunisasi campak, penurunan cakupan imunisasi
campak yaitu 57,6% (2014) (Profil Puskesmas Kecamatan Jasinga) .
Terjadinya penurunan cakupan imunisasi campak banyak dipengaruhi
beberapa faktor, tidak bersedianya anak diberi imunisasi campak, faktor budaya
sengat mempengaruhi anak untuk mendapatkan imunisasi secara lengkap, disamping
itu, anak tidak diberikan imunisasi campak karena ibu takur dampak setelah diberikan
imunisasi campak
Upaya Dinas Kesehatan untuk menanggulangi permasalahan tersebut dengan
menerapkan kebijakan bahwa penyelenggaraan imunisasi dasar dapat dilaksanakan
oleh pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan prinsip keterpaduan; mengupayakan
pemerataan jangkauan pelayanan; mengupayakan kualitas pelayanan; mengupayakan
kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program dan anggaran
terpadu. Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan penyakit dan
daerah-daerah sulit secara geografis
Salah satu hambatan program imunisasi adalah isu-isu negatif tentang
imunisasi dan persepsi negatif terhadap imunisasi serta mitosmitos mengenai
imunisasi itu sendiri. Pandangan negatif terhadap vaksinasi bukan saja dikemukan
oleh masyarakat awam namun juga oleh sebagian petugas kesehatan. Masyarakat

awam lebih khawatir terhadap efek samping dari imunisasi daripada penyakitnya
sendiri dan komplikasi penyakit tersebut yang dapat menyebabkan kecacatan dan
kematian, (Ranuh, 2010). Isu dan mitos negatif mengenai imunisasi dapat
mempengaruhi pengetahuan, pemahaman dan akhirnya berpengaruh pada tindakan
ibu untuk mengimunisasikan anaknya.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena orang
terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Pengetahuan, kepercayaan dan perilaku
kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi campak
pada bayi, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasi bayi. Masalah pengertian,
pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi
halangan yang besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal itu
diberikan (Ali M, 2012).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember tahun
2015 di desa kalongsaeah terhadap 11 orang ibu yang mempunyai Balita didapatkan
hasil bahwa hanya 3 (30,8%) orang ibu yang mempunyai pengetahuan yang benar
mengenai imunisasi campak.

1.2. Rumusan Masalah


Desa Kalong Sawah Kecamatan Jasinga menjadi lokasi penelitian dengan
cakupan imunisasi campak masih rendah 56,7% pada tahun 2014 menurun jauh
dibandingkan cakupan imunsasi campak pada tahun 2013 yaitu 66,8%. (profil
Puskesmas Jasinga, 2014)

Hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan imunsasi campak


pada balita usia 9 12 bulan di desa kalong sawah, Kabupaten Bogor tahun
2015

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Diketahuinya hubungan karaketistik ibu dengan pemberian imunisasi
campak pada balita usia 9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga
Kabupaten Bogor Tahun 2015

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Diketahuinya distribusi frekuensi pemberian imunisasi campak balita
usia 9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.
2. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu balita usia 9
12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.
3. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan ibu
balita usia 9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.
4. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu balita usia
9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.
5. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan sikap ibu balita usia 9
12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.
6. Diketahuinya distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan ibu balita
usia 9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.

7. Ada hubungan antara umur dengan pemberian imunisasi Campak Pada


Ibu Balita usia 9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga.
8. Ada hubungan antara Pendidikan pemberian imunisasi Campak Pada
Ibu Balita usia 9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga
9. Ada hubungan antara Pekerjaan pemberian imunisasi Campak Pada
Ibu Balita usia 9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga
10. Ada hubungan antara Sikap pemberian imunisasi Campak Pada Ibu
Balita usia 9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga
11. Ada hubungan antara pengetahuan pemberian imunisasi Campak Pada
Ibu Balita usia 9 12 bulan di desa kalongsawah kecamatan Jasinga

1.4

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini membahas tentang hubungan karakteristik dengan sikap ibu

terhadap pemberian imunisasi campak pada balita usia 9 12 bulan Di lakukan


penelitian pada bulan Januari febuari 2015 di desa kalongsawah Kecamatan
Jasinga, penelitian dilakukan karena cakupan imunsasi campak pada tahun 2014
masih rendah yaitu 56,7%. Penelitian dilakukan di desa kalongsawah, jumlah
sampel penelitian 97 ibu yang mempunyai balita usia 9 12 bulan, penelitian ini
menggunakan desain potong lintang (cross sectional Study) data yang di gunakan
data primer yaitu kuesioner dengan wawancara .

Anda mungkin juga menyukai