Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI

KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS CURUG KECAMATAN JASINGA
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2017

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
RITA YUNITA
NIM : 2015132011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA BOGOR
TAHUN 2017
1 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia (UUD 1945, Pasal 28 ayat

1 dan UU No. 36 tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga

perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan

oleh seluruh kelompok bangsa. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat

menikmati hidup sehat dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal1.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak

pembangunan kesehatan mengemban misi untuk mendorong kemandirian

masyarakat dalam hal hidup sehat melalui pemberdayaan masyarakat.

Wujud nyata dari upaya pemberdayaan masyarakat adalah hadirnya

berbagai bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di

setiap wilayah kerja Puskesmas yang lebih nyata peranannya dan telah

mampu berkembang ditengah masyarakat adalah Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu)2.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber

Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,

untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan

kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

Posyandu yang meliputi 5 program prioritas (KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan

1
2

Penanggulangan Diare) dan terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap

penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu1.

Perkembangan dan peningkatan mutu pelayanan posyandu sangat

dipengaruhi oleh peran serta masyarakat diantaranya adalah kader. Fungsi

kader terhadap posyandu sangat besar yaitu mulai dari tahap perintisan

posyandu, penghubung dengan lembaga yang menunjang penyelenggaraan

posyandu, sebagai perencana pelaksana dan sebagai pembina serta sebagai

penyuluh untuk memotivasi masyarakat yang berperan serta dalam kegiatan

posyandu di wilayahnya1.

Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam

pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan

posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi atau

balita (Bawah Lima Tahun) tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas.

Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan program

posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita. 1.

Kegiatan penimbangan balita di posyandu menjadi salah satu

indikator yang di tetapkan pada renstra kementrian kesehatan tahun 2010 -

2014. Indikator ini berkaitan dengan cakupan pelayanan kesehatan dasar

khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita.

Dengan cakupan penimbangan yang tinggi, di harapkan semakin tinggi pula

cakupan vitamin A, cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi

kurang. Cakupan penimbangan balita di posyandu Indonesia pada tahun

2013 sebesar 80,30% cakupan ini lebih tinggi di bandingkan tahun 2012

yang sebesar 75,1%.3


3

Namun demikian, beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan

kegiatan di posyandu antara lain dana operasional dan sarana prasarana

untuk menggerakkan posyandu, tingkat pengetahuan kader, dan kemampuan

petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling 3.

Data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, terdapat

280.225 Posyandu pada tahun 2013 di Indonesia. Berdasarkan data yang

dikeluarkan oleh Dinas kesehatan Provinsi pada tahun 2011, Jumlah

Posyandu di provinsi Jawa Barat sebanyak 48.959 buah. Sebagian besar

Posyandu berstatus madya (45%), pratama (26%) dan purnama (24 %),

terdapat posyandu mandiri sebesar 5% 4.

Berdasarkan data perkembangan posyandu Kabupaten Bogor tahun

2012 jumlah Posyandu di Kabupaten Bogor sebanyak 4.631 dengan jumlah

kader sebanyak 16.495. Pada tahun 2013 jumlahnya meningkat, yakni 4729

Posyandu dan 19.145 kader. Dan di tahun 2014 kembali meningkat, yakni

4.758 Posyandu dan 21.044 kader. Sedangkan pada puskesmas Curug

memiliki 26 posyandu yang terdiri dari posyandu madya 25 buah, dan

posyandu mandiri 1 buah dan memiliki kader berjumlah 250 orang, namun

jumlah kader yang terlatih hanya 26 orang5.

Dari jumlah tersebut posyandu pratama sebanyak 32,7%, posyandu

madya 29,1%, posyandu purnama sebanyak 29,9% dan mandiri sebanyak

8,3%. Dari hasil di atas diketahui proporsi tertinggi posyandu pratama dan

proporsi terendah adalah posyandu mandiri. Dengan demikian diperlukan

upaya intensif untuk meningkatkan jumlah posyandu mandiri 5.


4

Kader posyandu sebagai perwujudan dari kelompok kerja komunitas

dalam praktik asuhan keperawatan komunitas. Pelatihan kader dalam

membina posyandu adalah kompetensi perawat puskesmas guna

memberdayakan masyarakat untuk mandiri1. Ahmad (2006) menyebutkan

fungsi perawat puskesmas adalah pemberi pelayanan kesehatan, penemu

kasus, pendidik, penyuluh kesehatan, koordinator, kolaborator, konselor,

panutan, pemodifikasi lingkungan, konsultan, advokasi, manajer kasus,

peneliti, pemimpin, pembaharu. Perawat puskesmas memiliki peran penting

dalam pengembangan Primary Health Care yang efektif 6. Peran perawat

puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan berupa asuhan

keperawatan kesehatan masyarakat secara langsung atau tidak langsung.

Asuhan keperawatan secara tidak langsung berupa tatanan pelayanan

kesehatan seperti klinik puskesmas, ruang rawat puskesmas, puskesmas

pembantu, puskesmas keliling, sekolah, panti, posyandu dan keluarga 5.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 1 April 2017

di UPF Puskesmas Curug dengan teknik wawancara dengan 10 orang kader

didapatkan data 8 kader sudah mendapatkan pelatihan. Peran kader dalam

pelaksanaan posyandu belum optimal, antara lain masih kurangnya

partisipasi beberapa kader dalam kegiatan posyandu dikarenakan

keterbatasan sarana dan prasarana. Sementara untuk dana insentif yang

diberikan masih belum mencukupi, yaitu Rp. 100.000,-/bulan. Kader

mengatakan hanya mendapatkan insentif setiap 2 bulan sekali, degan sistem

rapel. Sarana prasarana yang tersedia di posyandu di wilayah puskesmas

Curug masih belum merata, antara lain timbangan bayi dan balita banyak
5

yang rusak dan gedung posyandu yang kurang terawat. Berdasarkan data

sekunder melalui studi dokumentasi didapatkan jumlah kader di wilayah

kerja puskesmas Curug sebanyak 250 orang kader yang membawahi 26

posyandu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis membuat

rumusan masalah Adakah Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Partisipasi Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Di Wilayah Kerja

Puskesmas Curug Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor Tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi

kader dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas Curug

kecamatan Jasinga kabupaten Bogor tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan kader di wilayah

kerja puskesmas Curug kecamatan Jasinga kabupaten Bogor tahun

2017.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dana insentif kader di

wilayah kerja puskesmas Curug kecamatan Jasinga kabupaten Bogor

tahun 2017.
6

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sarana dan prasana di wilayah

kerja puskesmas Curug kecamatan Jasinga kabupaten Bogor tahun

2017.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi partisipasi kader dalam

pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas Curug kecamatan

Jasinga kabupaten Bogor tahun 2017.

e. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan partisipasi kader


dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas Curug
kecamatan Jasinga kabupaten Bogor tahun 2017.
f. Untuk mengetahui hubungan dana insentif dengan partisipasi kader
dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas Curug
kecamatan Jasinga kabupaten Bogor tahun 2017.
g. Untuk mengetahui hubungan sarana dan prasarana dengan partisipasi
kader dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas
Curug kecamatan Jasinga kabupaten Bogor tahun 2017.
h. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, dana insentif, sarana
prasarana dengan partisipasi kader dalam pelaksanaan posyandu di
wilayah kerja puskesmas Curug kecamatan Jasinga kabupaten Bogor
tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian dapat memberikan masukan dan sebagai literatur dalam

pengembangan ilmu-ilmu kesehatan khususnya terkait keperawatan

komunitas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi

kader dalam pelaksanaan posyandu.

2. Bagi Ilmu Terapan

a. Pelayanan Kesehatan
7

Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dalam pelakasanaan

posyandu.

b. Peneliti

Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian

dan dapat mengindentifikasi secara langsung mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam

pelaksanaan posyandu.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi kader pada pelaksanaan posyandu di wilayah

kerja puskesmas Curug kecamatan Jasinga kabupaten Bogor tahun 2017.

Populasi pada penelitian ini berjumlah 250 orang responden yang akan

dilaksanakan pada bulan April Mei tahun 2017. Penelitian akan

dilaksanakan di puskesmas Curug kecamatan Jasinga kabupaten Bogor.

Pengumpulan data dengan kuesioner untuk pengetahuan kader, dana

insentif, sarana prasarana dan peran serta kader. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional.


8

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Hasil

1 Wicaksono 2014 Hubungan Deskriptif Hasil


Faktor korelasi menunjukan
Predisposing dengan adanya
(tingkat menggunakan hubungan
pengetahuan, pendekatan antara tingkat
pendidikan, cross pengetahuan
sikap, sectional dengan
pekerjaan) study keaktifan
Kader dengan kader (p value
keaktifan kader = 0,026), ada
pada kegiatan hubungan
posyandu di pendidikan
desa rakit pada dengan
tahun 2014 keaktifan
kader (p value
= 0,024), ada
hubungan
sikap dengan
keaktifan
kader (p value
= 0,035), ada
hubungan
pekerjaan
dengan
keaktifan
kader
2 Prabaasturi 2013 Faktor-faktor Survey Tidak adanya
yang analitik yang
mempengaruhi dengan signifikan
partisipasi kader pendekatan antara
posyandu cross pengetahuan
harapan maju sectional (p=0,1000,
Pangeralang dana insentif
kecamatan (p=0,145),
Kamranjen petugas
Kabupaten kesehatan
Banyumas (p=0,157),
prasarana
9

(p=0,003)
terhadap
partisipasi
kader
3 Rita Yunita 2017 Faktor-Faktor Deskriptif
Yang analitik
Berhubungan dengan
Dengan menggunakan
Partisipasi pendekatan
Kader Dalam cross
Pelaksanaan sectional
Posyandu Di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Curug
Kecamatan
Jasinga
Kabupaten
Bogor
10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu

Posyandu merupakan kegiatan dari, dan untuk masyarakat sebagai

salah satu bentuk unit pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat guna

mengembangkan sumber daya manusia secara dini. Posyandu juga

merupakan tempat memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar yaitu kesehatan ibu dan anak,

keluarga berencana, gizi, imunisasi, penanggulangan diare dan ispa (Depkes,

2008).

Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat dalam

pemenuhan pelayanan kesehatan dasar dengan dukungan bantuan pemerintah

berupa fasilitas, bimbingan teknis, pemenuhan sarana prasarana dasar.

Kelembagaan yang mengkoordinasikan fungsi pembinaan dari pemerintah

diorganisasikan melalui wadah kelompok kerja operasional posyandu

(Pokjanal Posyandu). Di desa/kelurahan dikoordinasikan melalui pokja

posyandu. Fungsi pembinaan meliputi 3 aspek manajemen yaitu aspek

program, aspek kelembagaan, aspek sumber daya pengelolaan posyandu.

Pengorganisasian terhadap 2 hal yang berkaitan yaitu

Pengorganisasian posyandu dan pengorganisasian pembinaan posyandu.

Pengorganisasian posyandu meliputi :

1. Tingkat RT/RW/Dusun
11

Kedudukan posyandu berada pada tingkat RT/RW/Dusun, dikelola oleh

kader yang terdiri dari 4-5 kader posyandu diketuai oleh 1 orang kader

sebagai penanggungjawab, kegiatan dilaksanakan secara prinsip 5 meja.

2. Tingkat Desa/Kelurahan

Untuk mengkoordinasikan kegiatan di desa/kelurahan perlu dibentuk

pokja.

Pengorganisasian institusi pembinaan posyandu untuk mendukung dan

mengoptimalkan kegiatan posyandu yang berfungsi untuk memfasilitasi,

membina, memantau dan mengevaluasi kegiatan posyandu sesuai kebutuhan.

Institusi dapat berbentuk Pokjanal. Kedudukan Pokjanal (Kelompok Kerja

Operasional) adalah di Kecamatan/Kota, Provinsi dan Pusat. Adapun peran

masing-masing sektor adalah :

1. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Sebagai koordinator, penggerakan, penggalian potensi masyarakat,

pengembangan metode dan pendampingan masyarakat.

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Perencanaan dan evaluasi

3. Kesehatan

Pelayanan teknis, sarana, prasarana, peran petugas puskesmas adalah

membimbing kader dalam penyelenggaraan posyandu, menyelenggarakan

pelayanan kesehatan dan KB, penyuluhan kesehatan, menganalisis hasil

kegiatan posyandu, menyusun rencana kerja dan menyusun upaya

perbaikan.

4. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)


12

Penyediaan alat kontrasepsi, penyuluhan dan bina keluarga balita

5. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)

Pemberdayaan kader, penyuluhan dan bimbingan, berperan aktif dalam

penyelenggaraan posyandu, melakukan bimbingan dan pembinaan kepada

posyandu, menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan

posyandu dan menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan

serta dalam kegiatan posyandu.

6. Pendidikan Nasional

Fasilitas pendidikan anak usia dini

7. Lembaga Swadaya Masyarakat

Dukungan operasional posyandu

a) Pembinaan Posyandu

Pembinaan posyandu dilaksanakan secara terpadu melalui pokja

posyandu yang ada di desa/kelurahan. Tujuan di lakukan pembinaan agar

posyandu dapat menyelenggarakan berbagai kegiatannya sehingga tujuan

di dirikan posyandu dapat tercapai. Tujuan penyelenggaraan Posyandu

adalah :

1) Untuk mendukung dan mengoptimalkan kegiatan posyandu

2) Pengorganisasian institusi Pembina posyandu

3) Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka

Kelahiran

4) Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera


13

5) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai

dengan kebutuhan.

Bentuk pembinaan dapat dilakukan melalui :

1) Rapat koordinasi berkala pokja posyandu untuk membahas kemajuan

dan kendala penyelengaraan posyandu.

2) Kunjungan, bimbingan, fasilitas untuk melihat operasionalisasi

kegiatan posyandu, mengetahui kendala yang dihadapi, memberikan

saran penyelesaian dari perbaikan baik aspek teknis medis maupun

administratif.

3) Menghadiri rapat/pertemuan yang diselenggarakan masyarakat

khususnya yang membahas masalah posyandu untuk memberikan

dukungan moril dalam penyelenggaraan posyandu.

B. Kader Posyandu

a) Definisi

Kader adalah laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh

masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan

serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-

tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995). Kader adalah

anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang

disetujui dan dibina oleh LKMD dalam melaksanakan kegiatan

bertanggungjawab pada masyarakat melalui LKMD, mau dan mampu

bekerja secara sukarela, sebaiknya dapat membaca dan menulis huruf


14

latin serta masih mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat

disamping usahanya mencari nafkah (Depkes, 2004).

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat

dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena kader berasal dari

masyarakat setempat sehingga alih pengetahuan dan olah ketrampilan

dari kader kepada tetangganya menjadi mudah (Adisasmito, 2008).

Departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk kader untuk

meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak

dan angka kematian bayi (Depkes RI, 2007).

b) Peran Kader di Posyandu

Peran atau peranan adalah suatu pola tingkah laku, kepercayaan,

nilai, sikap yang diharapkan oleh masyarakat muncul dari seseorang

sesuai dengan kedudukannya dalam suatu organisasi (Sarwono, 2007).

Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat (Meilani,

2009).

1. Perilaku hidup bersih dan sehat

2. Pengamatan terhadap permasalahan kesehatan di desa

3. Upaya penyehatan lingkungan

4. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak balita

5. Pemasyarakatan keluarga sadar gizi

Menurut Depkes RI (2005), tugas pokok kader kesehatan dalam

kegiatan posyandu adalah kegiatan persiapan yaitu menyiapkan tempat

dan sarana kegiatan posyandu, mengecek peralatan sebelum digunakan,

menyampaikan pemberitahuan kepada sasaran yaitu ibu balita, ibu hamil,


15

ibu menyusui tentang jadwal kegiatan (hari buka posyandu) serta upaya

pencarian/pengumpulan dana operasional posyandu.

Kegiatan pelaksanaan, yaitu kader yang melakukan kegiatan pola 5

meja yaitu pendaftaran, penimbangan, mencatat hasil penimbangan,

penyuluhan kesehatan, membantu petugas kesehatan dalam pelayanan

kepada balita, ibu hamil, ibu nifas dan keluarga berencana. Kegiatan

diluar posyandu kader bertugas melakukan pendataan ibu hamil dengan

kunjungan rumah, mengupayakan rujukan yang tepat, sosialisasi kegiatan

yang ada di desa dalam rangka penyebaranluasan informasi posyandu

serta mengajak masyarakat untuk aktif datang ke posyandu.

Peran kader dalam siap antar jaga kesehatan ibu anak adalah ibu

harus selalu siap mengantar dan menjaga apabila ada ibu atau anak yang

memerlukan pertolongan tenaga kesehatan. Peran kader dalam kasus ibu

hamil dengan faktor risiko dapat mengenal faktor risiko, menjelaskan

kepada ibu/keluarga tentang faktor risiko, menjelaskan kepada

ibu/keluarga untuk melakukan pemeriksaan kehamilan serta merujuk ibu

hamil dengan faktor risiko (Depkes RI, 2007).

Peran kader dalam surveilans penyakit dan masalah kesehatan

adalah melihat, mendengar, mencatat untuk menemukan gejala dan

masalah kesehatan, menemukan, melaporkan dan melakukan upaya

pencegahan dan penangana sederhana. Dalam pelaksanaan peran

menemukan gejala, tanda serta masalah kesehatan yang ada di

masyarakat termasuk faktor risiko ibu hamil informasi diperoleh dari


16

posyandu, laporan dari masyarakat, laporan dasa wisma, kunjungan

rumah, kegiatan sosial masyarakat (Depkes RI, 2008).


17

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Pengetahuan
Peran serta Kader pada
2. Dana Insentif
pelaksanaan Posyandu
3. Sarana dan prasarana

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan peran serta kader pada

pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas Curug kecamatan

Jasinga kabupaten Bogor tahun 2017.

2. Ada hubungan antara dana insentif dengan peran serta kader pada

pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas Curug kecamatan

Jasinga kabupaten Bogor tahun 2017.

3. Ada hubungan antara sarana dan prasarana dengan peran serta kader pada

pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas Curug kecamatan

Jasinga kabupaten Bogor tahun 2017.


18

C.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.


Jakarta: Depkes RI.
2. Pokjanal Posyandu. 2006. Pedoman Pengelola Posyandu. Jakarta: Pokjanal
Posyandu.
3. Dodo. D. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader Dalam
Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Kelurahan. Jurnal Pangan, Gizi dan
Kesehatan. Tahun 1, Vol 1, No 1 April 2009 (Skripsi).
http://repository.unand.ac.id/17532/ Diakses pada tanggal 25 Agustus 2015.
4. Kementrian kesehatan RI. 2011. Laporan Akhir Tahun provinsi Jawa Barat.
Jakarta: Kemenkes RI.
http://www.gizikia.depkes.go.id/download/Buku+Jabar.pdf Diakses pada
tanggal 10 April 2017.
5. Data Perkembangan Posyandu Kabupaten Bogor 2014
http://bogorkab.go.id/index.php/post/detail/412/kabupaten-bogor-andalkan-
posyandu-dahlia-juara#.WOsWSBJnPDd. Diakses pada tanggal 10 April
2017.
6. WHO, 2010. World Health Statistics 2010. Switzerland: WHO Press.
19

Anda mungkin juga menyukai