JUDUL PENELITIAN
Strategi Pembelajaran Guru Fisika Berbasis Kurikulum 2013 di SMA:
Relevansinya terhadap Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Aspek
Sosial Religius Siswa
IDENTITAS PENELITI
Nama
Semester
: VI/B
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengantarkan siswa menuju
kepada proses kedewasaan dalam berbagai aspek. Furhmann dalam Azizah (1990)
menyatakan bahwa sekolah memiliki dua fungsi pokok yaitu tempat pendidikan dan
lembaga sosialisasi. Berdasarkan kedua fungsi tersebut, maka pengaruh sekolah
pada siswa tidak hanya sebatas pada pengalihan ilmu pengetahuan saja, tetapi
suasana lingkungan sekolah dan sistem pendidikan yang diterapkan juga akan dapat
mempengaruhi pengembangan fungsi kepribadian siswa. Pemerintah berupaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan guna menciptakan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas, bagi dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pemerintah
menyadari bahwa peran pendidikan sangat penting. Hal itu telah dibuktikan dari
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Upaya tersebut meliputi (1) meningkatkan sarana dan prasarana; (2)
meningkatkan kualitas guru; serta (3) mengevaluasi dan meningkatkan kurikulum
berbasis
kebutuhan
pelanggan
(users)
dengan
memperkuat
pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) pola
2
(Kemendikbud, 2014a). KI-1 dan KI-2 merupakan aspek yang sangat penting yang
membentuk nilai karakter siswa. Karakter religius dibutuhkan siswa dalam
menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral. Siswa diharapkan mampu
mengkritisi hal baik dan buruk serta berprilaku dengan baik yang didasarkan pada
ketentuan dan ketetapan agama. Sedangkan karakter sosial dibutuhkan siswa dalam
menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan
mampu bersosialisasi di masyarakat dan berazaskan kekeluargaan. Selain itu, KI-2
juga berperan penting dalam meningkatkan kepeduliannya terhadap suatu
permasalahan di sekitarnya yang secara tidak langsung berdampak kepada daya
berpikir kritis siswa. Dengan adanya Kurikulum 2013 ini diharapkan mampu
membentuk SDM yang berkualitas, baik dari aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Namun realita yang terjadi saat ini sangat miris dan tidak sesuai dengan
harapan. Dewasa ini, generasi muda Indonesia telah mengalami degradasi moral
akibat sikap acuh dan lebih condong invidualisme. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya
persoalan sosial budaya beragama yang dilakukan oleh siswa. Persoalan yang
dimaksud, di antaranya (1) degradasi citra bangsa; (2) dekadensi moral; (3) degradasi
karakter bangsa; (4) degradasi kepemimpinan nasional; (5) perkelahian pelajar; (6)
narkoba; (7) korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); (8) bahaya plagiarisme; dan (9)
kecurangan
dalam
ujian
(Kemendikbud,
2014a).
Oleh
sebab
itu,
keberhasilan
pembelajaran
siswa.
guru dituntut
yang
menyenangkan,
menarik,
dan
menantang
bagi siswa.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus mampu memberikan peluang bagi
siswa untuk mengoptimalkan keterampilan proses, sehinga siswa menjadi aktif
dan kritis dalam belajar.
Pada kenyataannya guru masih mengalami kebingungan dalam menjalankan
Kurikulum 2013 ini khususnya dalam mengembangkan KI-1 yang berkenaan dengan
sikap spiritual dan KI-2 berkenaan dengan sikap sosial. Sebagian besar guru
ditemukan belum memahami teknik pengembangan dan penilaian aspek sosial
religius. Guru membandingkan hasil penilaian spiritual dan sikap yang dilakukan
oleh peserta didik (penilaian diri) dengan hasil pengamatan spiritual dan sikap yang
dilakukan guru selama proses pembelajaran, Dengan jumlah siswa yang banyak dan
keterbatasan alokasi waktu, guru mengalami kendala dalam memberi penilaian.
Menanggapi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada Kurikulum 2013
tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui surat dengan Nomor
179342/MPK/KR/2014, memutuskan beberapa hal terkait pelaksanaan Kurikulum
2013, yaitu sebagai berikut.
5
1.5.1
Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai upayaupaya yang dapat dilakukan guru fisika dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan aspek sosial religius siswa melalui implementasi Kurikulum 2013 dalam
pembelajaran fisika. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu
memberikan manfaat terhadap pemecahan masalah dari hambatan-hambatan yang
dialami guru, khususnya dalam upaya pengembangan keterampilan berpikir kritis dan
aspek sosial religius siswa.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya dampak
langsung pada komponen-komponen yang terlibat dalam penelitian ini. Komponenkomponen yang dimaksud adalah guru, siswa, dan peneliti.
a. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menginspirasi guru untuk
meningkatkan upaya pengembangan keterampilan berpikir kritis dan aspek sosialreligius siswa dalam pembelajaran fisika.
b. Bagi Siswa
Peningkatan upaya guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan
aspek sosial-religius siswa, diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis dan aspek sosial-religius siswa.
c. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada peneliti
sebagai calon guru fisika. Manfaat yang dimaksud adalah adanya pengetahuan dan
pengalaman tentang upaya dan kendala mengembangkan keterampilan berpikir kritis
dan aspek sosial-religius siswa dalam pembelajaran fisika.
1.6 Definisi Konseptual dan Oprasional
10
1.6.1
Definisi Konseptual
1. Strategi pembelajaran merupakan pola-pola umum kegiatan guru anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan (Djamarah dan Zain, 2006).
2. Aspek Sosial diartikan sebagai aspek sikap yang digunakan orang/
individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana
pengaruh hubungan itu pada diri individu.
3. Aspek Religius merupakan tingkah laku manusia yang sepenuhnya
dibentuk oleh kepercayaan kepada kegaiban atau alam gaib, yaitu
kenyataan-kenyataan supra-empiris (Majid,1992).
4. Berpikir kritis merupakan proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas
mental yang mencakup kemampuan merumuskan masalah, memberikan
argumen, melakukan observasi dan menyusun laporan, melakukan
deduksi, melakukan induksi, melakukan evaluasi, memutuskan dan
melaksanakan, dan berinteraksi dengan yang lain untuk memecahkan
1.6.2
11
12
didik
pengetahuan,
pemahaman,
dan
sejumlah
kemampuan
yang
13
ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah, serta
berkomunikasi, sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
Tujuan pembelajaran fisika menurut Peraturan Pemerintah Nomor 59 tentang
Kurikulum SMA adalah sebagai berikut.
1. Menambah keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan keteraturan,
keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif,
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.
3. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.
4. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain.
5. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,
merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis.
6. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
7. Menguasai
konsep
dan
prinsip
fisika
serta
mempunyai
keterampilan
2.
Gerak dengan analisis vektor, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi,
gerak getaran, energi, usaha, dan daya, impuls dan momentum, momentum
sudut dan rotasi benda tegar, fluida, termodinamika.
Gejala gelombang, gelombang bunyi, gaya listrik, medan listrik, potensial dan
energi potensial, medan magnet, gaya magnetik, induksi elektromagnetik dan arus
bolak-balik, gelombang elektromagnetik, radiasi benda hitam, teori atom, relativitas,
dan radioaktivitas.
2.2 Strategi Pembelajaran
15
Strategi pembelajaran merupakan pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan. Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah
laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan
hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam
menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan
supra-empiris.
Manusia
melakukan
tindakan
empiris
Ritual
yaitu
perilaku
16
yaitu
adanya
perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan sebagainya; (4) Ethics yaitu atauranaturan untuk membimbing perilaku interpersonal membedakan yang benar dan yang
salah, yang baik dan yang buruk; (5) Community yaitu penegasan tentang hubungan
manusia dengan makhluk atau individu yang lain.
2.4 Aspek Sosial
Hubungan sosial diartikan sebagai bagaimana orang/ individu bereaksi terhadap
orang-orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu pada diri individu.
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi syarat.
Bentuk-bentuk aspek sosial dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Kerja sama yaitu
usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan
bersama; (2) Jujur yaitu sikap seseorang yang menceritakan informasi tanpa ada
perubahan ketika berhadapan dengan sesuatu kejadian; (3) Kritis yaitu kemampuan
untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang
lain.
2.5 Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah sikap yang mampu menyelesaikan masalah, membuat
keputusan, dan belajar konsep-konsep baru melalui kemampuan bernalar dan berpikir
reflektif berdasarkan suatu bukti dan logika yang diyakini benar. Untuk memberikan
kemampuan berpikir kritis kepada siswa, tidak diajarkan secara khusus sebagai satu
mata pelajaran tetapi melalui setiap mata pelajaran aspek berpikir kritis mendapatkan
tempat yang utama. Artinya setiap kegiatan pembelajaran harus mampu
menumbuhkan dan meningkatkan dimensi pemahaman, pengertian dan ketrampilan
17
dari para siswa untuk memahami kenyataan dan permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan kesehariannya di tengah keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
pergaulan yang lebih luas dalam masyarakat (Fathurrohman, 2012). Dengan
demikian, untuk mampu berpikir kritis berarti mengharuskan terbuka, jelas,
berdasarkan fakta atau bukti, dan logika dalam memberikan alasan-alasan atas pilihan
keputusan atau kesimpulan yang diambilnya. Berpikir kritis juga merupakan suatu
kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematik kualitas pemikiran diri sendiri dan
orang lain.
2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
a. Penelitian relevan yang telah dilakukan oleh Yusof et. al (2015) dengan judul
The Role of Religious Sociocultural Context in Promoting Positive Attitude
Towards Science Among Malaysian Students. Dalam penelitian ini bertujuan
untuk memperkenalkan suatu peranan konteks sosial budaya beragama
diperlukan di dalam mempromosikan sikap positif terhadap ilmu sains. Oleh
karena itu, harus ada langkah untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan
agama dalam pendekatan pembelajarannya.
b. Penelitian relevan yang telah dilakukan oleh Snyder et. al (2015) dengan judul
Peer Led Team Learning in Introductory Biology: Effect on Peer Leader
Critical Thinking Skills. Dalam penelitian ini model Peer-Led Team Learning
(PLTL) ini merupakan suatu model pembelajaran yang layak jika digunakan
dalam menumbuhkan aspek sosial siswa. Aspek sosial yang berkembang yaitu
sikap kepemimpinan dan sikap berpikir kritis.
2.5 Kerangka Berpikir
18
Guru sebagai komponen penting dalam proses belajar mengajar dituntut untuk
memiliki strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak pada masa
kini. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus interaktif dan mampu
memberikan peluang bagi siswa untuk mengoptimalkan keterampilan proses,
sehinga siswa menjadi aktif dan kritis dalam pembelajaran.
Ketika
startegi
pembelajaran
yang
interaktif
berlangsung
maka
akan
19
kondisi yang berubah-ubah maka definisi penelitian ini akan berdampak pada desain
penelitian dan cara-cara dalam melaksanakannnya yang juga berubah-ubah atau
bersifat fleksibel.
Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah penelitian ini adalah studi
kasus. Studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terikat atau
suatu kasus atau beragam kasus yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan
data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam
suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat
dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu. Dengan perkataan
lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena
tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau
kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu
(Creswell, 1998). Menurut Creswell, banyak orang lebih suka melakukan studi kasus
dalam penelitian kualitatif. Untuk itu, Creswell menyarankan bagi peneliti yang akan
mengembangkan penelitian studi kasus hendaknya pertama-tama, mempertimbangan
tipe kasus yang paling tepat. Kasus tersebut dapat merupakan suatu kasus tunggal
atau kolektif, banyak tempat atau di dalam tempat, dan atau berfokus pada suatu
kasus atau suatu isu (instrinsik-instrumental). Kedua, kasus yang akan diteliti, dapat
dikaji dari berbagai aspek, seperti beragam perspektif dalam permasalahannya, proses
atau peristiwa. Kasus yang diteliti dapat dipilih dari kasus biasa, kasus yang dapat
diakses, atau kasus yang tidak biasa.
21
Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik
melalui wawancara, observasi, partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari
berbagai cara itu hakikatnya adalah untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang
diperoleh dari wawancara belum lengkap sehingga harus dicari melalui cara lain,
seperti observasi dan partisipasi.
Penelitian dengan tipe studi kasus ini difokuskan pada upaya guru dalam
mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa melalui penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Singaraja, kendala yang mereka
hadapi, dan upaya mereka dalam mengatasi kendala tersebut. Upaya pengembangan
kreativitas dan sikap ilmiah siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran fisika dalam penelitian ini ditinjau dari tiga aktivitas utama guru dalam
pembelajaran, yaitu (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran,
dan (3) evaluasi pembelajaran.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni: (1) tahap pra lapangan, (2)
tahap lapangan, dan (3) tahap pasca lapangan. Realisasi teknis setiap tahap tersebut
adalah sebagai berikut.
3.2.1 Tahap Pra-Lapangan
Tahap pra-lapangan merupakan tahap penyusunan, perencanaan, dan
penyiapan segala bentuk materi yang dibutuhkan sebagai bahan dasar tahap
berikutnya. Pada tahap ini dilakukan beberapa aktivitas sebagai berikut.
22
24
25
sehingga
peneliti
ingin
mengungkap
profesionalisme
guru
dalam
Aktivitas
penelitian
pra-lapangan
merupakan
tahap
penyusunan,
perencanaan, dan penyiapan segala bentuk materi yang dibutuhkan sebagai bahan
dasar tahap berikutnya. Pada tahap ini beberapa aktivitas yang dilakukan, antara lain:
(1) penyusunan rancangan penelitian, (2) memilih objek penelitian, (3) penyiapan
sarana dan penentuan waktu pelaksanaan penelitian, (4) mengurus perizinan
pelaksanaan penelitian, (5) melakukan penjajakan awal dan menilai keadaan
lapangan, (6) memilih informan. Aktivitas penelitian lapangan merupakan tahap
pengumpulan
informasi
secara
holistik-kontekstual,
sebagai
aktivitas
yang
27
Data penelitian mengacu pada materi mentah yang dikumpulkan oleh peneliti
dari dunia yang sedang diteliti, yaitu berupa fakta-fakta yang dikumpulkan untuk
digunakan sebagai materi analisis. Materi yang akan dianalisis dalam penelitian ini,
yaitu: (1) transkripsi dan catatan lapangan dari hasil pengamatan serta refleksi
terhadap upaya guru dalam mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa
melalui penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika, (2) data transkrip
hasil wawancara dengan guru berupa alasan-alasan yang melatarbelakangi
pembelajaran yang dilakukannya, kendala-kendala, serta upaya dalam mengatasi
kendala tersebut, dan (3) data transkrip hasil wawancara dengan siswa sebagai bentuk
triangulasi kesesuaian data transkrip hasil wawancara dengan guru.
3.4.2 Sumber Data Penelitian
Data diperoleh dari guru dan siswa. Guru yang dijadikan sebagai sumber data
penelitian adalah salah seorang guru yang mengajar fisika di SMA Negeri 1 Singaraja
semester ganjil Tahun Ajaran 2015/2016. Sumber data siswa diperoleh dari beberapa
siswa yang diajar oleh guru bersangkutan. Jumlah sumber data penelitian kualitatif
ditentukan secara purposive sampling (Sugiyono, 2008). Sumber data yang lain
adalah foto, video, dan dokumen terkait.
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Tidak ada satupun metode yang terbaik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data untuk semua jenis penelitian (Moleong, 2007). Ketepatan
penggunaan metode pengumpulan data bergantung pada keperluan, yakni jenis data
28
yang dikumpulkan dan situasi yang dijumpai dalam pengumpulan data. Oleh karena
jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa deskripsi upaya guru dalam
mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa, maka teknik yang digunakan
adalah observasi lapangan dan wawancara.
1) Pengamatan (Observation)
30
31
pembelajaran
lainnnya
terhadap
pendekatan
saintifik
dan
32
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuktikan suatu hipotesis yang lazim
terdapat dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya mengkaji upaya guru dalam
mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa melalui pendekatan saintifik
dalam pembelajaran fisika. Data empiris yang dikaji, diperoleh dari hasil pengamatan
berupa catatan lapangan, hasil transkripsi wawancara, dan dokumen terkait. Analisis
dilakukan untuk mendapatkan jawaban sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditentukan.
Analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus
menerus dari awal sampai akhir penelitian melalui proses pelacakan dan pengaturan
secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain. Analisis data melibatkan pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data,
pencarian pola-pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang
dilaporkan. Dengan demikian, dalam penelitian ini, analisis data merupakan proses
mencari, menyederhanakan, mengklasifikasi, dan mengatur secara sistematis data
yang diperoleh dengan tujuan untuk menyusun hipotesis kerja, menemukan makna
yang terjadi dalam latar penelitian, kemudian mengangkatnya menjadi sebuah teori
sebagai hasil penemuan penelitian.
Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan secara induktif, yaitu
menemukan simpulan akhir terhadap data yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari
lokasi penelitian. Dalam menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan
Data Collection
33
Conclusions
Drawing/Verification
tahapan analisis data yang dilakukan, yaitu: (1) reduksi data (data reduction), (2)
paparan data (data display), dan (3) penarikan simpulan dan verifikasi data
(conclusion drawing and verification), seperti yang terlihat pada diagram berikut.
34
Kode
Arti Kode
OBS
WAN
DOK
PS
KI
SI
MGT
MNY
MI
MGS
MGK
FLC
FLX
ORI
RIT
KRT
TKN
KRJSM
JJR
DSP
BTJ
Contoh:
diperoleh dan
PS-MGT/KI-FLC
data
Jenis Data (variabel
penelitian)
Sub jenis data
(dimensi variabel)
relevansinya dengan
masalah penelitian.
PS-MNY/SI-RIT
35
tahapan pembelajaran
pembelajaran
Kelompok data dalam pelaksanaan
PLK
pembelajaran
Kelompok data dalam evaluasi
Urutan data
Waktu pengambilan
data
EVL
pembelajaran
D1
D2
dan seterusnya.
Contoh:
Data pertama
Data kedua
11 Januari 2015
11-01-15
dan seterusnya.
Berdasarkan teknik pengkodean tersebut, jika ditemukan kode D1/OBS/PS-
36
dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008), teknik penyajian data yang paling sering
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Pemaparan
atau penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, serta
memudahkan untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami.
3.6.3 Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
(dalam Sugiyono, 2008) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya (Sugiyono, 2008). Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif, sering hanya ditekankan pada
uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data
hasil penelitian adalah, valid, reliabel dan obyektif. Validitas merupakan derajat
ketepatan antar data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian, data yang valid adalah data yang tidak
berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada obyek penelitian (Soendari dalam Ningsih, 2014).
37
39
berdasarkan: (1) guru dan siswa, selaku sumber data, akan diobservasi dengan
frekuensi dan jangka waktu 3 bulan (sampai data jenuh), (2) guru dan siswa selaku
sumber data, akan diwawancarai dengan pedoman wawancara yang sudah mendapat
validasi dari 2 dosen pembimbing, dan (3) dokumen pembelajaran yang dibuat guru
akan dianalisis secara cermat dan berkala mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran. Berdasarkan indikator tersebut, dapat disimpulkan bahwa
proses pengumpulan data penelitian ini berlangsung secara konsisten dan stabil.
Dengan demikian, dari segi persyaratan reliabilitas secara kualitatif, data yang akan
terkumpul sudah memadai.
Dari segi validitas, informasi yang diperlukan dalam penelitian ini secara
nyata ada. Kebenaran informasi tersebut dapat diketahui berdasarkan: (1) catatan
yang dibuat oleh peneliti selama observasi, telah menunjukkan bahwa guru telah
menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika, (2) guru selaku sumber
data, pada saat wawancara tentang latar belakang perilaku mengajarnya, memberikan
jawaban yang sesuai dengan kenyataan, dan (3) siswa selaku sumber data, telah
memberikan triangulasi data yang sesuai dengan kenyataan, (4) dokumen
pembelajaran yang dianalisis, secara nyata ada dan merupakan hasil karya guru
terkait.
40
Tahap lapangan merupakan tahap pengumpulan informasi secara holistikkontekstual, sebagai aktivitas yang memanfaatkan segala sesuatu yang telah
41
Kegiatan pada tahap pasca lapangan adalah: (1) analisis data lanjutan, (2)
pengambilan simpulan akhir, (3) konfirmasi dan penyusunan laporan.
3.3 Lokasi Penelitian
42
keterampilan berpikir kritis dan aspek sosial religius siswa melalui penerapan
kurikulum 2013 dalam pembelajaran fisika, (2) data transkrip hasil wawancara
dengan guru berupa alasan-alasan yang melatarbelakangi pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, (3) data triangulasi berupa angket tentang upaya guru dalam
mengembangkan aspek sosial religius siswa melalui penerapan Kurikulum 2013
dalam pembelajaran fisika, dan (4) data mengenai keterampilan berpikir kritis dan
aspek sosial religius siswa.
3.4.2 Sumber Data Penelitian
Data diperoleh dari guru dan siswa. Guru yang dijadikan sebagai sumber
data penelitian adalah guru yang mengajar fisika di kelas XI IPA SMA Negeri 1
Semarapura Tahun Ajaran 2015/2016. Sumber data siswa diperoleh dari siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Semarapura Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah
sumber data penelitian kualitatif ditentukan secara purposive sampling (Sugiyono,
2008). Sumber data yang lain adalah foto, video, dan dokumen terkait.
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian, pengumpulan data bertujuan memperoleh data yang
diharapkan. Menurut Sugiyono (2008), teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian. Teknik pengumpulan data serta
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Pengamatan (Observation)
43
Wawancara dilakukan terhadap sumber data penelitian, yaitu guru dan siswa.
Wawancara terhadap guru dan siswa ditujukan untuk memperoleh data
berkaitan dengan upaya guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan aspek sosial religius siswa saat pembelajaran berlangsung serta
persepsi guru dan siswa terhadap upaya tersebut. Peneliti menyiapkan
instrumen penelitian berupa rubrik wawancara yang mengandung pertanyaanpertanyaan tertulis.
3) Dokumentasi
Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP),
jadwal
praktikum,
soal
Agar data benar-benar akurat, sahih, representatif, dan layak untuk dianalisis,
maka dalam penelitian ini digunakan 4 teknik pemeriksaan yaitu derajat
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, N. 2006. Perilaku moral dan religiusitas siswa berlatar belakang pendidikan
46
T. E.
2003.
Hubungan
antara
kemasakan
sosial
dengan
Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UII.
Djamarah, B. S., & Zain, A. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.59 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.81a tentang implementasi kurikulum.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2014a. Lampiran peraturan menteri pendidikan dan Kebudayaan RI
Nomor 59 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Madjid, R. 1997. Islam kemoderenan dan Ke-Indonesiaan. Bandung : Mizan Pustaka
Moleong, L. J. 2007. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Snyder J. J. & Wiles J. R. 2015. Peer led team learning in introductory biology: Effect
on peer leader critical thinking skills. PLOS ONE. 10(1): 1-18.
47
Tersedia
pada
http://journals.plos.org/plosone/article?
Implications.
6(1):
70-75.
Tersedia
pada:
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCMQFjAA&
url=http%3A%2F%2Fwww.ijonte.org%2FFileUpload
%2Fks63207%2FFile
%2F09.yusof.pdf&ei=kp_VPfAJsmRuATsn4HQCg&usg=AFQjCN
ExASBtDb3tJe46w6G8QGId_ywg3Q&sig2=fJFXaARNvrC0sgPD
CSOZqw&bvm=bv.87920726,d.c2EDiakses pada 27 Februari 2015.
48