Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN
Strategi Pembelajaran Guru Fisika Berbasis Kurikulum 2013 di SMA:
Relevansinya terhadap Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Aspek
Sosial Religius Siswa
IDENTITAS PENELITI
Nama

: I Komang Indra Wibawa (1213021034)

Semester

: VI/B

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengantarkan siswa menuju
kepada proses kedewasaan dalam berbagai aspek. Furhmann dalam Azizah (1990)
menyatakan bahwa sekolah memiliki dua fungsi pokok yaitu tempat pendidikan dan
lembaga sosialisasi. Berdasarkan kedua fungsi tersebut, maka pengaruh sekolah
pada siswa tidak hanya sebatas pada pengalihan ilmu pengetahuan saja, tetapi
suasana lingkungan sekolah dan sistem pendidikan yang diterapkan juga akan dapat
mempengaruhi pengembangan fungsi kepribadian siswa. Pemerintah berupaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan guna menciptakan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas, bagi dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pemerintah
menyadari bahwa peran pendidikan sangat penting. Hal itu telah dibuktikan dari
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Upaya tersebut meliputi (1) meningkatkan sarana dan prasarana; (2)
meningkatkan kualitas guru; serta (3) mengevaluasi dan meningkatkan kurikulum

yang telah diterapkan.


Pada bulan Juli 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
menerapkan kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013
merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Penyempurnaan KTSP menjadi Kurikulum 2013
menurut Kemendikbud (2013a) dikarenakan selama ini aspek yang sering menjadi
perhatian hanya aspek kognitif. Berdasarkan Permendikbud Nomor 81 A Tahun
2013, proses pembelajaran menurut kurikulum 2013 adalah suatu proses pendidikan
yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi
yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat
dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
(psikomotor).
Menurut Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Kurikulum 2013
dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir tentang pola pembelajaran, yaitu:
(1) berpusat pada peserta didik; (2) pembelajaran interaktif (guru-siswa-masyarakatlingkungan); (3) pembelajaran dirancang secara jejaring (peserta didik dapat
menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta
diperoleh melalui internet); (4) pembelajaran bersifat aktif-mencari (pembelajaran
siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains); (5) belajar kelompok (berbasis tim); (6) pembelajaran berbasis multimedia; (7)
pembelajaran

berbasis

kebutuhan

pelanggan

(users)

dengan

memperkuat

pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) pola
2

pembelajaran menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan


(9) pembelajaran kritis. Berdasarkan penyempurnaan pola pikir tersebut, Kurikulum
2013 hadir dengan karakteristik yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik: (1) mengembangkan
keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu,
kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik, (2) sekolah
merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana
dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, (3) mengembangkan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di
sekolah dan masyarakat, (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk
mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan, (5) kompetensi
dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar mata pelajaran, (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur
pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi
dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi inti, (7)
kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (Kemendikbud, 2014).
Kurikulum 2013 memiliki tujuan yang menekankan pada pencapaian empat
Kompetensi Inti (KI). Keempat Kompetensi Inti (KI) tersebut meliputi KI-1 yang
berkenaan dengan sikap spiritual, KI-2 berkenaan dengan sikap sosial, KI-3
berkenaan dengan pengetahuan, serta KI-4 yang berkenaan dengan keterampilan
3

(Kemendikbud, 2014a). KI-1 dan KI-2 merupakan aspek yang sangat penting yang
membentuk nilai karakter siswa. Karakter religius dibutuhkan siswa dalam
menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral. Siswa diharapkan mampu
mengkritisi hal baik dan buruk serta berprilaku dengan baik yang didasarkan pada
ketentuan dan ketetapan agama. Sedangkan karakter sosial dibutuhkan siswa dalam
menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan
mampu bersosialisasi di masyarakat dan berazaskan kekeluargaan. Selain itu, KI-2
juga berperan penting dalam meningkatkan kepeduliannya terhadap suatu
permasalahan di sekitarnya yang secara tidak langsung berdampak kepada daya
berpikir kritis siswa. Dengan adanya Kurikulum 2013 ini diharapkan mampu
membentuk SDM yang berkualitas, baik dari aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Namun realita yang terjadi saat ini sangat miris dan tidak sesuai dengan
harapan. Dewasa ini, generasi muda Indonesia telah mengalami degradasi moral
akibat sikap acuh dan lebih condong invidualisme. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya
persoalan sosial budaya beragama yang dilakukan oleh siswa. Persoalan yang
dimaksud, di antaranya (1) degradasi citra bangsa; (2) dekadensi moral; (3) degradasi
karakter bangsa; (4) degradasi kepemimpinan nasional; (5) perkelahian pelajar; (6)
narkoba; (7) korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); (8) bahaya plagiarisme; dan (9)
kecurangan

dalam

ujian

(Kemendikbud,

2014a).

Oleh

sebab

itu,

pengimplementasian Standar Proses Kurikulum 2013 harus optimal untuk


menciptakan SDM berkualitas.

Kesuksesan implementasi Standar Proses Kurikulum 2013 terletak pada


peran profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru adalah orang
yang berhadapan langsung dengan siswa, sehingga memberikan pengaruh langsung
terhadap

keberhasilan

pembelajaran

siswa.

Oleh sebab itu,

guru dituntut

memiliki kesiapan, kompetensi, komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawabnya


terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013. Kompetensi yang dimaksud tidak
hanya pada penguasaan bahan ajar, tetapi guru juga harus mampu melakukan
pembelajaran

yang

menyenangkan,

menarik,

dan

menantang

bagi siswa.

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus mampu memberikan peluang bagi
siswa untuk mengoptimalkan keterampilan proses, sehinga siswa menjadi aktif
dan kritis dalam belajar.
Pada kenyataannya guru masih mengalami kebingungan dalam menjalankan
Kurikulum 2013 ini khususnya dalam mengembangkan KI-1 yang berkenaan dengan
sikap spiritual dan KI-2 berkenaan dengan sikap sosial. Sebagian besar guru
ditemukan belum memahami teknik pengembangan dan penilaian aspek sosial
religius. Guru membandingkan hasil penilaian spiritual dan sikap yang dilakukan
oleh peserta didik (penilaian diri) dengan hasil pengamatan spiritual dan sikap yang
dilakukan guru selama proses pembelajaran, Dengan jumlah siswa yang banyak dan
keterbatasan alokasi waktu, guru mengalami kendala dalam memberi penilaian.
Menanggapi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada Kurikulum 2013
tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui surat dengan Nomor
179342/MPK/KR/2014, memutuskan beberapa hal terkait pelaksanaan Kurikulum
2013, yaitu sebagai berikut.
5

dengan memperhatikan rekomendasi tim evaluasi kurikulum, serta diskusi


dengan berbagai pemangku kepentingan, saya memutuskan untuk:
(1)
menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru
menerapkan satu semester, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2014/2015. Sekolahsekolah ini akan kembali menggunakan Kurikulum 2006, maka bagi para kepala
sekolah dan guru di sekolah-sekolah tersebut diminta mempersiapkan diri untuk
kembali menggunakan Kurikulum 2006 mulai semester genap Tahun Pelajaran
2014/2015; (2) tetap melanjutkan penerapan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah
yang telah tiga semester menerapkan, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014,
serta menjadikan sekolah-sekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan dan
percontohan penerapan Kurikulum 2013. Pada saat Kurikulum 2013 telah
diperbaiki dan dimatangkan, sekolah-sekolah ini (dan sekolah-sekolah lain yang
ditetapkan oleh Pemerintah) akan melakukan proses penyebaran penerapan
Kurikulum 2013 ke sekolah lain di sekitarnya, .
Berdasarkan petikan surat edaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan Kurikulum 2013 tidak dihentikan secara total, namun tetap dilaksanakan
di sekolah-sekolah yang telah tiga semester menerapkannya, yaitu sejak Tahun
Pelajaran 2013/2014. Pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah ini bertujuan
untuk menjadikan sekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan dan percontohan,
yang akan membantu pemerintah menyebarkan teknis penerapan Kurikulum 2013 ke
sekolah lain di sekitarnya. Dengan demikian, tersirat bahwa tujuan jangka panjang
pemerintah adalah menerapkan Kurikulum 2013 di seluruh sekolah di Indonesia,
ketika kurikulum ini telah diperbaiki dan dimatangkan.
Paparan di atas mengindikasikan bahwa masih terdapat permasalahan
penerapan Kurikulum 2013 yang dihadapi guru dalam pembelajaran fisika
khususnya pada pengembangan dan penilaian KI 1 dan KI 2 untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa . Oleh karena itu, dalam proposal ini, digagas
sebuah penelitian yang berjudul Strategi Pembelajaran Guru Fisika Berbasis
Kurikulum 2013 di SMA: Relevansinya terhadap Pengembangan Kemampuan

Berpikir Kritis dan Aspek Sosial Religius Siswa.


Beberapa kalangan yang berpendapat bahwa beberapa persoalan yang
dihadapi bangsa Indonesia saat ini, disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia
(SDM) Indonesia yang tergolong rendah. Rendahnya kualitas SDM ini
menyebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia belum mampu berpartisipasi
dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keahlian dan bidangnya masingmasing. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan karena
hal tersebut merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu
bangsa. Keberhasilan pembangunan akan tercapai, jika masyarakat berpartisipasi
aktif dalam seluruh kegiatan pembangunan tersebut. Hanya dengan kualitas SDM
yang tinggi, partisipasi tersebut dapat dilakukan secara optimal.
SDM yang berkualitas adalah SDM yang memiliki keseimbangan hardskill
dan softskill yang baik. Kritis merupakan salah satu komponen softskill yang
dinilai penting di era globalisasi ini. Kritis didefinisikan sebagai suatu proses
intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis,
dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi,
pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat
mengambil tindakan (Walker et al, 2006). Kemampuan berpikir kritis terdiri dari 5
keterampilan meliputi; 1) memberikan penjelasan sederhana, 2) membangun
keterampilan dasar, 3) menyimpulkan, 4) memberikan penjelasan lebih lanjut, 5)
mengatur strategi dan taktik (Ennis dalam Andriyani et al, 2015). Kelima
keterampilan berpiir kritis ini dapat dijabarkan dalam enam aspek, yaitu; 1)
merumuskan masalah, 2) memberikan argumen, 3) melakukan deduksi, 4)
7

melakukan induksi, 5) melakukan evaluasi, dan 6) mengambil keputusan dan


tindakan (Andriyani et al, 2015). Dalam rangka menghadapi perubahan aspek
kehidupan yang berlangsung sangat cepat di era globalisasi ini, masyarakat
harus mampu berpikir kritis, mampu bertindak dengan cepat dan tepat, mampu
menyelesaikan permasalahan dengan efektif, dan mampu beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi. Begitu pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) saat ini yang juga mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Hal ini disebabkan masyarakat dunia telah terjangkiti oleh revolusi di bidang ilmu,
teknologi, dan seni serta arus globalisasi untuk mencapai kualitas SDM terbaik. Untuk
merealisasikan SDM yang berkualitas maka persiapan dari semua pihak untuk
menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Perlu disadari bahwa dengan berkembangnya
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, informasi yang akan sampai makin banyak
ragamnya, baik sumber maupun esensi informasinya. Menghadapi perubahan yang
cepat tersebut maka kemampuan berpikir kritis merupakan aspek yang perlu
mendapatkan penekanan dan pengajaran di dalam dunia pendidikan.

1.2 Fokus Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang diatas penelitian ini berfokus pada
pengembangan keterampilan berpikir kritis dan aspek sosial religius siswa ditinjau
dari pendekatan pembelajaran guru fisika di SMAN 1 Semarapura.
I.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran fisika di


SMA Negeri 1 Semarapura?
2. Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fisika di
SMA Negeri Semarapura?
3. Bagaimanakah aspek sosial dan religius siswa pada pembelajaran fisika di SMAN
1 Semarapura?
4. Bagaimanakah strategi guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa SMA Negeri 1 Semarapura melalui implementasi Kurikulum 2013 dalam
pembelajaran fisika?
5. Bagaimanakah strategi guru dalam mengembangkan aspek sosial religius siswa
SMA Negeri 1 Semarapura melalui implementasi Kurikulum 2013 dalam
pembelajaran fisika?
1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran fisika di
SMA Negeri 1 Semarapura.
2) Mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa di SMAN 1 Semarapura.
3) Mendeskripsikan pemahaman guru tentang aspek sosial dan religius di SMAN 1
Semarapura.
4) Mendeskripsikan strategi guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dalam pembelajaran fisika di SMAN 1 Semarapura.
5) Mendeskripsikan strategi guru dalam mengembangkan aspek sosial religius
siswa dalam pembelajaran fisika di SMAN 1 Semarapura.
1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1

Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai upayaupaya yang dapat dilakukan guru fisika dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan aspek sosial religius siswa melalui implementasi Kurikulum 2013 dalam
pembelajaran fisika. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu
memberikan manfaat terhadap pemecahan masalah dari hambatan-hambatan yang
dialami guru, khususnya dalam upaya pengembangan keterampilan berpikir kritis dan
aspek sosial religius siswa.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya dampak
langsung pada komponen-komponen yang terlibat dalam penelitian ini. Komponenkomponen yang dimaksud adalah guru, siswa, dan peneliti.
a. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menginspirasi guru untuk
meningkatkan upaya pengembangan keterampilan berpikir kritis dan aspek sosialreligius siswa dalam pembelajaran fisika.
b. Bagi Siswa
Peningkatan upaya guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan
aspek sosial-religius siswa, diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis dan aspek sosial-religius siswa.
c. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada peneliti
sebagai calon guru fisika. Manfaat yang dimaksud adalah adanya pengetahuan dan
pengalaman tentang upaya dan kendala mengembangkan keterampilan berpikir kritis
dan aspek sosial-religius siswa dalam pembelajaran fisika.
1.6 Definisi Konseptual dan Oprasional
10

1.6.1

Definisi Konseptual
1. Strategi pembelajaran merupakan pola-pola umum kegiatan guru anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan (Djamarah dan Zain, 2006).
2. Aspek Sosial diartikan sebagai aspek sikap yang digunakan orang/
individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana
pengaruh hubungan itu pada diri individu.
3. Aspek Religius merupakan tingkah laku manusia yang sepenuhnya
dibentuk oleh kepercayaan kepada kegaiban atau alam gaib, yaitu
kenyataan-kenyataan supra-empiris (Majid,1992).
4. Berpikir kritis merupakan proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas
mental yang mencakup kemampuan merumuskan masalah, memberikan
argumen, melakukan observasi dan menyusun laporan, melakukan
deduksi, melakukan induksi, melakukan evaluasi, memutuskan dan
melaksanakan, dan berinteraksi dengan yang lain untuk memecahkan

1.6.2

suatu masalah (Arnaya, 2004).


Definisi Oprasional
1. Strategi Pembelajaran merupakan metode dan model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru dalam pembelajaran.
2. Aspek Sosial merupakan sikap seperti bekerja sama, jujur, dan kritis.
3. Aspek Religius merupakan perilaku siswa yang mampu menunjukkan
kekaguman akan kebesaran Tuhan.
4. Berpikir kritis adalah nilai atau skor yang diperoleh oleh siswa yang aktif
pada saat pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kurikulum 2013

11

Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum berbasis kompetensi yang


diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dalam SKL (Standar
Kompetensi Lulusan). Tema pengembangan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang
dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Kemendikbud (2013a) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada
pencapaian empat Kompetensi Inti (KI) yang meliputi KI-1 yang berkenaan dengan
sikap spiritual, KI-2 berkenaan dengan sikap sosial, KI-3 berkenaan dengan
pengetahuan, serta KI-4 yang berkenaan dengan keterampilan. Keempat Kompetensi
Inti (KI) ini dilaksanakan secara integratif melalui pelaksanaan pembelajaran
pendekatan saintifik.
2.2 Karakteristik Mata Pelajaran Fisika dalam Kurikulum 2013
Fisika adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang merupakan
usaha sistematis untuk membangun dan mengorganisasikan pengetahuan dalam
bentuk penjelasan-penjelasan yang dapat diuji dan mampu memprediksi gejala alam.
Dalam memprediksi gejala alam, diperlukan kemampuan pengamatan yang
dilanjutkan dengan penyelidikan melalui metode ilmiah. Menurut Kemendikbud
(2014), ilmu fisika merupakan: (1) proses memperoleh informasi melalui metode
empiris (empirical method), (2) informasi yang diperoleh melalui penyelidikan ditata
secara logis dan sistematis, dan (3) suatu kombinasi proses berpikir kritis yang
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid. Fisika sebagai proses atau
metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-

12

langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-produk ilmu pengetahuan ilmiah,


misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan
data, bereksperimen, dan memprediksi. Dalam konteks ini, fisika bukan sekadar cara
bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan science as a way of knowing. Artinya,
selain sebagai proses, fisika juga meliputi kecenderungan sikap atau tindakan,
keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat prosedur.
Nilai-nilai fisika berhubungan dengan tanggung jawab moral, nilai-nilai
sosial, manfaat fisika dalam kehidupan manusia, sikap dan tindakan seseorang dalam
belajar atau mengembangkan fisika, serta terbentuknya sikap ilmiah, misalnya
keingintahuan, keseimbangan antara keterbukaan dan skeptis, kejujuran, ketelitian,
ketekunan, hati-hati, toleran, dan hemat. Dengan demikian, fisika dapat dipandang
sebagai cara berpikir untuk memahami alam, cara untuk melakukan penyelidikan,
serta sebagai kumpulan pengetahuan.
Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai
mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan (Kemendikbud, 2014).
Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika
dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, yang
berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata
pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali
peserta

didik

pengetahuan,

pemahaman,

dan

sejumlah

kemampuan

yang

dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta


mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri

13

ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah, serta
berkomunikasi, sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
Tujuan pembelajaran fisika menurut Peraturan Pemerintah Nomor 59 tentang
Kurikulum SMA adalah sebagai berikut.
1. Menambah keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan keteraturan,
keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif,
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.
3. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.
4. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain.
5. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,
merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis.
6. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
7. Menguasai

konsep

dan

prinsip

fisika

serta

mempunyai

keterampilan

mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk


14

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan


ilmu pengetahuan dan teknologi.
Poin 2 dan 4 dari paparan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran fisika
dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah
siswa. Hal ini didukung oleh pernyataan Kustijono dan Wiwin (2014), bahwa
Kurikulum 2013 menggunakan standar penilaian yang bertujuan mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Standar penilaian yang dimaksud mencakup
pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal, memberi nilai bagi jawaban yang
nyeleneh, dan menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasilnya.
Mata pelajaran Fisika di SMA/MA merupakan mata pelajaran peminatan
MIPA yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya, dengan ruang
lingkup sebagai berikut (Kemendikbud, 2014).
1.

Pengukuran berbagai besaran, karakteristik gerak, penerapan hukum Newton,


alat-alat optik, kalor, konsep dasar listrik dinamis, dan konsep dasar gelombang
elektromagnetik.

2.

Gerak dengan analisis vektor, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi,
gerak getaran, energi, usaha, dan daya, impuls dan momentum, momentum
sudut dan rotasi benda tegar, fluida, termodinamika.
Gejala gelombang, gelombang bunyi, gaya listrik, medan listrik, potensial dan

energi potensial, medan magnet, gaya magnetik, induksi elektromagnetik dan arus
bolak-balik, gelombang elektromagnetik, radiasi benda hitam, teori atom, relativitas,
dan radioaktivitas.
2.2 Strategi Pembelajaran
15

Strategi pembelajaran merupakan pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan. Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah
laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan
hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam
menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan

umpan balik buat

penyempurnaan sistem interuksional yang

bersangkutan secara keseluruhan (Djamarah dan Zain, 2006).


2.3 Aspek Religius
Menurut Majid (1992) religiusitas adalah tingkah laku manusia yang
sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan kepada kegaiban atau alam gaib, yaitu
kenyataan-kenyataan

supra-empiris.

Manusia

melakukan

tindakan

empiris

sebagaimana layaknya tetapi manusia yang memiliki religiusitas meletakan


harga dan makna tindakan empirisnya di bawah supra-empiris.
Terdapat enam komponen religiusitas dan masing-masing komponen memiliki
empat dimensi. Kelima komponen tersebut adalah (1)

Ritual

yaitu

perilaku

seromonial baik secara sendiri-sndiri maupun bersama-sama; (2) Doctrin yaitu

16

penegasan tentang hubungan individu dengan Tuhan; (3) Emotion

yaitu

adanya

perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan sebagainya; (4) Ethics yaitu atauranaturan untuk membimbing perilaku interpersonal membedakan yang benar dan yang
salah, yang baik dan yang buruk; (5) Community yaitu penegasan tentang hubungan
manusia dengan makhluk atau individu yang lain.
2.4 Aspek Sosial
Hubungan sosial diartikan sebagai bagaimana orang/ individu bereaksi terhadap
orang-orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu pada diri individu.
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi syarat.
Bentuk-bentuk aspek sosial dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Kerja sama yaitu
usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan
bersama; (2) Jujur yaitu sikap seseorang yang menceritakan informasi tanpa ada
perubahan ketika berhadapan dengan sesuatu kejadian; (3) Kritis yaitu kemampuan
untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang
lain.
2.5 Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah sikap yang mampu menyelesaikan masalah, membuat
keputusan, dan belajar konsep-konsep baru melalui kemampuan bernalar dan berpikir
reflektif berdasarkan suatu bukti dan logika yang diyakini benar. Untuk memberikan
kemampuan berpikir kritis kepada siswa, tidak diajarkan secara khusus sebagai satu
mata pelajaran tetapi melalui setiap mata pelajaran aspek berpikir kritis mendapatkan
tempat yang utama. Artinya setiap kegiatan pembelajaran harus mampu
menumbuhkan dan meningkatkan dimensi pemahaman, pengertian dan ketrampilan
17

dari para siswa untuk memahami kenyataan dan permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan kesehariannya di tengah keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
pergaulan yang lebih luas dalam masyarakat (Fathurrohman, 2012). Dengan
demikian, untuk mampu berpikir kritis berarti mengharuskan terbuka, jelas,
berdasarkan fakta atau bukti, dan logika dalam memberikan alasan-alasan atas pilihan
keputusan atau kesimpulan yang diambilnya. Berpikir kritis juga merupakan suatu
kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematik kualitas pemikiran diri sendiri dan
orang lain.
2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
a. Penelitian relevan yang telah dilakukan oleh Yusof et. al (2015) dengan judul
The Role of Religious Sociocultural Context in Promoting Positive Attitude
Towards Science Among Malaysian Students. Dalam penelitian ini bertujuan
untuk memperkenalkan suatu peranan konteks sosial budaya beragama
diperlukan di dalam mempromosikan sikap positif terhadap ilmu sains. Oleh
karena itu, harus ada langkah untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan
agama dalam pendekatan pembelajarannya.
b. Penelitian relevan yang telah dilakukan oleh Snyder et. al (2015) dengan judul
Peer Led Team Learning in Introductory Biology: Effect on Peer Leader
Critical Thinking Skills. Dalam penelitian ini model Peer-Led Team Learning
(PLTL) ini merupakan suatu model pembelajaran yang layak jika digunakan
dalam menumbuhkan aspek sosial siswa. Aspek sosial yang berkembang yaitu
sikap kepemimpinan dan sikap berpikir kritis.
2.5 Kerangka Berpikir
18

Guru sebagai komponen penting dalam proses belajar mengajar dituntut untuk
memiliki strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak pada masa
kini. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus interaktif dan mampu
memberikan peluang bagi siswa untuk mengoptimalkan keterampilan proses,
sehinga siswa menjadi aktif dan kritis dalam pembelajaran.
Ketika

startegi

pembelajaran

yang

interaktif

berlangsung

maka

akan

menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis ini


merupakan salah satu sikap yang dinilai dari aspek sosial siswa. Di dalam
perkembangan aspek sosial perlu diimbangi dengan aspek religius yang merupakan
aspek yang mampu menunjukkan kekaguman akan kebesaran Tuhan yang
menciptakan alam semesta. Kesesuaian penggunaan strategi pembelajaran yang
diterapkan oleh guru akan menciptakan siswa yang seimbang, yaitu keseimbangan
dari segi ilmu dan segi spiritual .

III. METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Peneliti menggunakan metode kualitatif karena metode ini sangat berkaitan
dengan fokus serta rumusan masalah penelitian yang akan diteliti. Filosofi penelitian
kualitatif dalam suatu penelitian merupakan kegiatan yang berusaha mengamati,
menganalisis, mendeskripsikan, dan mengidentifikasi suatu kejadian secara alamiah
(Moleong, 2007). Kejadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya guru

19

dalam mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa melalui penerapan


pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika.
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Moleong (2007) adalah sebagai
berikut.
1. Peneliti terlibat langsung dalam kancah penelitian untuk melakukan observasi,
wawancara mendalam, diskusi, pengukuran langsung, serta mempelajari
dokumen-dokumen yang ada yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
2. Peneliti menjadi instrumen utama agar dapat mengumpulkan data seobjektif
mungkin. Manusia sebagai instrumen dapat berhubungan dengan responden
atau objek lainnya, dan hanya manusia yang mampu memahami kaitan
kenyataan-kenyataan di lapangan.
3. Data bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah dalam bentuk kata-kata
atau gambar. Laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran yang diperoleh melalui naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
videotape, dan dokumen-dokumen.
4. Analisis data bersifat induktif. Melalui teknik ini, penulis dapat menguraikan
latar secara penuh dan membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit,
dapat dikenal, dan akuntabel.
5. Lebih mementingkan proses daripada hasil karena hubungan bagian-bagian
yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.
Definisi di atas menunjukkan beberapa kata kunci dalam penelitian
kualitatif, yaitu: proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan manusia. Proses
dalam melakukan penelitian merupakan penekanan dalam penelitian kualitatif. Oleh
karena itu, dalam melaksanakan penelitian, peneliti lebih berfokus pada proses dari
pada hasil akhir. Proses yang dilakukan dalam penelitian ini memerlukan waktu dan
20

kondisi yang berubah-ubah maka definisi penelitian ini akan berdampak pada desain
penelitian dan cara-cara dalam melaksanakannnya yang juga berubah-ubah atau
bersifat fleksibel.
Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah penelitian ini adalah studi
kasus. Studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terikat atau
suatu kasus atau beragam kasus yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan
data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam
suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat
dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu. Dengan perkataan
lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena
tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau
kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu
(Creswell, 1998). Menurut Creswell, banyak orang lebih suka melakukan studi kasus
dalam penelitian kualitatif. Untuk itu, Creswell menyarankan bagi peneliti yang akan
mengembangkan penelitian studi kasus hendaknya pertama-tama, mempertimbangan
tipe kasus yang paling tepat. Kasus tersebut dapat merupakan suatu kasus tunggal
atau kolektif, banyak tempat atau di dalam tempat, dan atau berfokus pada suatu
kasus atau suatu isu (instrinsik-instrumental). Kedua, kasus yang akan diteliti, dapat
dikaji dari berbagai aspek, seperti beragam perspektif dalam permasalahannya, proses
atau peristiwa. Kasus yang diteliti dapat dipilih dari kasus biasa, kasus yang dapat
diakses, atau kasus yang tidak biasa.

21

Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik
melalui wawancara, observasi, partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari
berbagai cara itu hakikatnya adalah untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang
diperoleh dari wawancara belum lengkap sehingga harus dicari melalui cara lain,
seperti observasi dan partisipasi.
Penelitian dengan tipe studi kasus ini difokuskan pada upaya guru dalam
mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa melalui penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Singaraja, kendala yang mereka
hadapi, dan upaya mereka dalam mengatasi kendala tersebut. Upaya pengembangan
kreativitas dan sikap ilmiah siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran fisika dalam penelitian ini ditinjau dari tiga aktivitas utama guru dalam
pembelajaran, yaitu (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran,
dan (3) evaluasi pembelajaran.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni: (1) tahap pra lapangan, (2)
tahap lapangan, dan (3) tahap pasca lapangan. Realisasi teknis setiap tahap tersebut
adalah sebagai berikut.
3.2.1 Tahap Pra-Lapangan
Tahap pra-lapangan merupakan tahap penyusunan, perencanaan, dan
penyiapan segala bentuk materi yang dibutuhkan sebagai bahan dasar tahap
berikutnya. Pada tahap ini dilakukan beberapa aktivitas sebagai berikut.

22

1. Penyusunan rancangan penelitian, di dalamnya terdapat latar belakang, kajian


pustaka, penentuan instrumen, perencanaan pengumpulan data dan perekaman
data, perencanaan prosedur analisis data, perancangan pengecekan kebenaran
data. Pelaksanaan penyusunan rancangan penelitian dilakukan selama mengikuti
perkuliahan seminar fisika.
2. Memilih tempat penelitian. Terdapat aspek yang perlu diperhatikan oleh peneliti
dalam menetapkan tempat penelitian, yaitu menjalin hubungan positif antara
peneliti dan subjek penelitian yang dimaksudkan agar kelak memunculkan
informasi sebagaimana yang diinginkan. Berdasarkan fokus serta rumusan
masalah yang disampaikan, maka penulis memilih SMA Negeri 1 Singaraja
sebagai tempat penelitian.
3. Penyiapan sarana dan penentuan waktu pelaksanaan penelitian. Sarana yang
dimaksudkan adalah berbagai keperluan tulis menulis, alat perekam suara,
kamera, dan handycam. Dalam pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu peneliti
mengadakan kontak dengan kepala sekolah dan guru yang dijadikan sasaran
penelitian, guna untuk menyepakati jadwal pelaksanaan penelitian di lapangan.
4. Mengurus perizinan untuk melaksanakan penelitian. Peneliti mempersiapan
surat-menyurat untuk kelengkapan administrasi sebelum terjun langsung ke
lapangan. Untuk melengkapi administrasi dilakukan pengesahan dan legalitas
surat-surat yang diperlukan.
5. Melakukan penjajakan awal dan menilai keadaan lapangan. Maksud dan
tujuannya adalah untuk mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, dan
keadaan alam (Moleong, 2007).
23

6. Memilih dan memanfaatkan informan. Informan adalah orang-orang yang berada


dalam latar penelitian. Informan dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan informan bagi penelitian
adalah membantu agar secepatnya dan seteliti mungkin dapat membenamkan diri
dalam konteks setempat. Informan dalam penelitian ini adalah guru dan siswa.
3.2.2 Tahap Lapangan
Tahap lapangan merupakan tahap pengumpulan informasi secara holistikkontekstual, sebagai aktivitas yang memanfaatkan segala sesuatu yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini, kegiatan lapangan dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1. Memahami latar penelitian. Untuk memasuki pekerjaan lapangan, peneliti perlu
memahami latar penelitian terlebih dahulu. Peneliti secara fisik dan mental,
mempersiapkan diri untuk terjun ke lapangan. Dari segi fisik, penampilan dari
peneliti akan disesuaikan dengan kebiasaan serta norma yang berlaku di sekolah.
Selain itu, pembatasan waktu penelitian juga direncanakan selama 3 bulan,
sehingga peneliti dapat memanfaatkan waktu tersebut secara efektif dan efisien
untuk melakukan penelitian. Walaupun waktu tersebut ditentukan selama 3
bulan, namun tidak menutup kemungkinan waktu penelitian bisa berubah sesuai
dengan data yang diperoleh. Sugiyono (2008) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif akan berakhir ketika objek penelitian sudah jenuh.
2. Pengumpulan data. Pada proses pengumpulan data, peneliti menggunakan alatalat penelitian yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Alat penelitian yang penting

24

yang biasanya digunakan adalah catatan lapangan. Catatan lapangan adalah


catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara,
dan menyaksikan suatu kejadian tertentu. Di samping itu, peneliti juga
menggunakan alat bantu lain, yaitu kamera, perekam suara, dan handycam.
3. Analisis data di lapangan. Peneliti kualitatif mengenal adanya analisis data di
lapangan, walaupun analisis data secara intensif barulah dilakukan setelah dari
lapangan penelitian.
4. Pengkategorisasian data. Aktivitas analisis data penelitian guna mendapatkan
simpulan yang transferable, dilakukan pada tahap pasca lapangan. Data
dikategorisasi menjadi 3, yaitu upaya pengembangan kreativitas dan sikap ilmiah
siswa melalui pendekatan saintifik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran.
3.2.3 Tahap Pasca Lapangan
Kegiatan pada tahap pasca lapangan adalah analisis data lanjutan,
pengambilan simpulan akhir, konfirmasi, dan penyusunan laporan. Kegiatan analisis
data lanjutan dilakukan setelah keseluruhan data terkumpul dan setelah kegiatan
pengumpulan data di lapangan berakhir. Kegiatan dilakukan sampai diperoleh
simpulan akhir. Pada kegiatan ini, dilakukan pula konfirmasi tentang temuan
penelitian pada subjek penelitian dan juga pada dosen pembimbing.
Kegiatan akhir pada tahap pasca lapangan adalah penulisan laporan. Laporan
ditulis tahap demi tahap dengan melakukan diskusi terlebih dahulu dengan teman

25

sejawat, serta beberapa dosen, untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen


pembimbing.
3.3 Situasi Sosial
Dalam penelitian kualitatif, dikenal istilah situasi sosial (social situation)
yang meliputi tempat dan waktu penelitian (place and time), pelaku penelitian
(actor), dan aktivitas penelitian (activity) yang saling berinteraksi secara sinergis.
3.3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Singaraja yang beralamat di
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
purposive sampling, dengan dasar pertimbangan: (1) SMA Negeri 1 Singaraja telah
menerapkan Kurikulum 2013, (2) SMA Negeri 1 Singaraja terkenal sebagai sekolah
favorit,

sehingga

peneliti

ingin

mengungkap

profesionalisme

guru

dalam

mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa melalui penerapan pendekatan


saintifik dalam pembelajaran fisika, dan (3) lokasi SMA Negeri 1 Singaraja dekat
dengan tempat tinggal peneliti dan kampus UNDIKSHA, sehingga penggunaan
waktu, tenaga, dan biaya dapat diminimalisir. Penelitian ini dilaksanakan pada awal
Januari 2015, yaitu pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.
3.3.2 Pelaku Penelitian
Pelaku penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek dan
objek penelitian. Subjek yang diteliti adalah seorang guru fisika yang mengajar di
SMA Negeri 1 Singaraja. Sedangkan objek penelitian ini adalah upaya guru dalam
mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa melalui implementasi pendekatan
saintifik dalam pembelajaran fisika, yang ditinjau dari tiga aktivitas utama guru
26

dalam pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran,


serta faktor-faktor penghambat upaya tersebut dan upaya guru untuk mengatasinya.
3.3.3 Aktivitas Penelitian
Aktivitas penelitian yang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahapan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Aktivitas penelitian ini dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu aktivitas pra lapangan, aktivitas lapangan, dan aktivitas pasca
lapangan.

Aktivitas

penelitian

pra-lapangan

merupakan

tahap

penyusunan,

perencanaan, dan penyiapan segala bentuk materi yang dibutuhkan sebagai bahan
dasar tahap berikutnya. Pada tahap ini beberapa aktivitas yang dilakukan, antara lain:
(1) penyusunan rancangan penelitian, (2) memilih objek penelitian, (3) penyiapan
sarana dan penentuan waktu pelaksanaan penelitian, (4) mengurus perizinan
pelaksanaan penelitian, (5) melakukan penjajakan awal dan menilai keadaan
lapangan, (6) memilih informan. Aktivitas penelitian lapangan merupakan tahap
pengumpulan

informasi

secara

holistik-kontekstual,

sebagai

aktivitas

yang

memanfaatkan segala sesuatu yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam penelitian


ini, aktivitas lapangan dapat dijabarkan menjadi: (1) memahami latar penelitian, (2)
pengumpulan data, (3) analisis data di lapangan. Terakhir, aktivitas pasca lapangan
yang meliputi: (1) analisis data lanjutan, (2) pengambilan simpulan akhir, (3)
konfirmasi dan penyusunan laporan.
3.4 Data dan Sumber Data Penelitian
3.4.1 Data Penelitian

27

Data penelitian mengacu pada materi mentah yang dikumpulkan oleh peneliti
dari dunia yang sedang diteliti, yaitu berupa fakta-fakta yang dikumpulkan untuk
digunakan sebagai materi analisis. Materi yang akan dianalisis dalam penelitian ini,
yaitu: (1) transkripsi dan catatan lapangan dari hasil pengamatan serta refleksi
terhadap upaya guru dalam mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa
melalui penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika, (2) data transkrip
hasil wawancara dengan guru berupa alasan-alasan yang melatarbelakangi
pembelajaran yang dilakukannya, kendala-kendala, serta upaya dalam mengatasi
kendala tersebut, dan (3) data transkrip hasil wawancara dengan siswa sebagai bentuk
triangulasi kesesuaian data transkrip hasil wawancara dengan guru.
3.4.2 Sumber Data Penelitian
Data diperoleh dari guru dan siswa. Guru yang dijadikan sebagai sumber data
penelitian adalah salah seorang guru yang mengajar fisika di SMA Negeri 1 Singaraja
semester ganjil Tahun Ajaran 2015/2016. Sumber data siswa diperoleh dari beberapa
siswa yang diajar oleh guru bersangkutan. Jumlah sumber data penelitian kualitatif
ditentukan secara purposive sampling (Sugiyono, 2008). Sumber data yang lain
adalah foto, video, dan dokumen terkait.
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Tidak ada satupun metode yang terbaik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data untuk semua jenis penelitian (Moleong, 2007). Ketepatan
penggunaan metode pengumpulan data bergantung pada keperluan, yakni jenis data

28

yang dikumpulkan dan situasi yang dijumpai dalam pengumpulan data. Oleh karena
jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa deskripsi upaya guru dalam
mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa, maka teknik yang digunakan
adalah observasi lapangan dan wawancara.
1) Pengamatan (Observation)

Metode pengamatan atau observasi adalah kegiatan keseharian yang


dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan panca indra sebagai alat bantu untuk
melaksanakan pengamatan (Sugiyono, 2008). Metode observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif. Partisipasi pasif adalah
teknik observasi dimana peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2008). Kegiatan ini
dilakukan untuk mengupayakan perilaku alami dari subyek agar tetap terjaga tanpa
adanya pengaruh dari prilaku peneliti. Hasil pengamatan diintepretasikan sesuai
dengan keadaan empiris. Dengan demikian, peneliti mendapatkan pemahaman
terhadap prilaku subyek yang kemudian diungkapkan ke dalam laporan penelitian.
Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2007) menyatakan bahwa terdapat
beberapa alasan digunakannya metode observasi dalam penelitian kualitatif.
Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung
selama proses pembelajaran. Sehingga pengalaman langsung ini memberikan
suatu guru yang baik bagi peneliti untuk mendeskripsikan kejadian secara alami
di kelas. Pengamatan secara langsung dapat memberikan suatu pemaknaan yang
lebih mendalam dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Kedua, teknik
pengamatan berguna untuk dimungkinkannya melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
29

sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam


situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang
langsung diperoleh dari data. Keempat, teknik pengamatan memungkinkan peneliti
mampu memahami situasi yang rumit untuk perilaku yang kompleks di dalam
penelitian.
Dalam penelitian ini, selama observasi berlangsung, peneliti melakukan
kegiatan pencatatan, perekaman, pendeskripsian dan penginterpretasian data yang
berkaitan dengan upaya guru dalam mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah
siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika. Data
tersebut dideskripsikan sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar sebagaimana
adanya dan tidak dibuat-buat.
2) Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam (Sugiyono, 2008). Dalam wawancara biasanya terjadi tanya jawab
yang dilakukan secara sistematis dan berpijak pada tujuan penelitian. Dengan kata
lain, wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari subyek.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara semi terstruktur (Sugiyono, 2008). Peneliti menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Namun dalam pelaksanaannya,
konteks wawancara dapat berkembang di luar rubrik wawancara. Tujuan dari
wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,

30

dimana pihak yang diajak berwawancara dimintai penjelasan mengenai hal-hal


yang melatarbelakangi perilakunya.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap sumber data penelitian,
yaitu guru dan siswa. Wawancara terhadap guru ditujukan untuk memperoleh data
berkaitan dengan upaya guru dalam mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah
siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika termasuk
kendala-kendala yang dihadapi dan upaya untuk mengatasinya. Sedangkan
wawancara dengan siswa bertujuan untuk triangulasi kebenaran data yang
disampaikan guru.
3) Dokumentasi
Metode dokumentasi diperlukan untuk memperkuat bukti dari hasil
penelitian. Di samping itu, dokumentasi juga digunakan untuk mengecek kembali
bila ada data yang belum tercatat maupun bila ada data yang meragukan pada saat
observasi dilaksanakan. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan dokumen-dokumen terkait, seperti RPP, silabus, LKS,
modul, jadwal praktikum dan rubrik evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran
untuk selanjutnya dianalisis hubungannya dengan fokus penelitian.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah alat
yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
merupakan instrumen kunci, karena peneliti bertindak selaku alat pengumpul data
utama. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman observasi, alat bantu
observasi (perekam audio visual), dan pedoman wawancara untuk mengumpulkan
data. Pedoman observasi digunakan sebagai panduan dalam melakukan observasi

31

untuk memperoleh data tentang upaya penerapan pendekatan saintifik dalam


pembelajaran yang dilakukan oleh guru fisika, yang dikelompokkan ke dalam tiga
kegiatan utama dalam pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Selain pedoman observasi, peneliti juga menggunakan alat bantu pencatatan yakni,
buku, pensil, dan pulpen untuk mencatat temuan-temuan di lapangan. Alat bantu
observasi, seperti kamera, perekam suara, dan handycam digunakan untuk mengambil
foto, rekaman suara, dan video kejadian yang terkait dengan fokus penelitian. Kamera
juga digunakan untuk mengambil foto dukumen terkait yang kiranya tidak bisa
digandakan. Pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menggali
informasi lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi tindak guru
dalam pembelajaran. Di samping itu, pedoman wawancara juga digunakan untuk
menggali data triangulasi dari siswa. Untuk menganalisis kesesuaian RPP dan
perlengkapan

pembelajaran

lainnnya

terhadap

pendekatan

saintifik

dan

pengembangan kreativitas dan sikap ilmiah siswa, digunakan daftar periksa


(checklist).
3.6 Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah melakukan analisis data
secara kolektif. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana

32

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuktikan suatu hipotesis yang lazim
terdapat dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya mengkaji upaya guru dalam
mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah siswa melalui pendekatan saintifik
dalam pembelajaran fisika. Data empiris yang dikaji, diperoleh dari hasil pengamatan
berupa catatan lapangan, hasil transkripsi wawancara, dan dokumen terkait. Analisis
dilakukan untuk mendapatkan jawaban sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditentukan.
Analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus
menerus dari awal sampai akhir penelitian melalui proses pelacakan dan pengaturan
secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain. Analisis data melibatkan pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data,
pencarian pola-pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang
dilaporkan. Dengan demikian, dalam penelitian ini, analisis data merupakan proses
mencari, menyederhanakan, mengklasifikasi, dan mengatur secara sistematis data
yang diperoleh dengan tujuan untuk menyusun hipotesis kerja, menemukan makna
yang terjadi dalam latar penelitian, kemudian mengangkatnya menjadi sebuah teori
sebagai hasil penemuan penelitian.
Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan secara induktif, yaitu
menemukan simpulan akhir terhadap data yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari
lokasi penelitian. Dalam menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan
Data Collection

kerangka berpikir analisis data yang diadaptasi dari model interaktif.Data


Terdapat
tiga
Display
Data Reduction

33
Conclusions
Drawing/Verification

tahapan analisis data yang dilakukan, yaitu: (1) reduksi data (data reduction), (2)
paparan data (data display), dan (3) penarikan simpulan dan verifikasi data
(conclusion drawing and verification), seperti yang terlihat pada diagram berikut.

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)


(Sugiyono, 2008)
3.6.1 Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses memilih dan menyarikan data kasar yang
diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya diberikan kode. Reduksi data dan
penyajian hasilnya, dilakukan secara terus menerus selama pengumpulan data
berlangsung, kemudian dari hasil itu ditarik kesimpulan sementara. Jika pada sajian
dirasakan masih terdapat kejanggalan-kejanggalan, segera diadakan reduksi melalui
verifikasi data dengan data yang lain untuk mencari data baru (Sugiono, 2008).
Langkah kerja yang dilakukan pada tahap reduksi data adalah: (1) data pada
catatan lapangan disusun kembali dan dicocokan dengan data yang ada pada
transkripsi hasil rekaman, sehingga menggambarkan kegiatan pembelajaran secara
keseluruhan dan utuh, (2) gambaran data ini dipilih dan disarikan, diberi kode atau
tanda, dan diberi catatan kecil menurut relevansinya dengan fokus masalah.
Pengkodean ini bertujuan agar data yang diperoleh tidak tercampur dengan data

34

lainnya, Di samping juga akan mempermudah peneliti saat menarasikan hasil


penelitian. Komentar-komentar berupa pendapat atau kesan yang ditulis peneliti
dalam catatan lapangan, akan berguna sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan
analisis. Teknik pengkodean dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Teknik Pengkodean Data
Klasifikasi Kode
Teknik pengumpulan

Kode

Arti Kode

Jenis data yang

OBS
WAN
DOK
PS
KI
SI
MGT
MNY
MI
MGS
MGK
FLC
FLX
ORI
RIT
KRT
TKN
KRJSM
JJR
DSP
BTJ
Contoh:

Observasi atau pengamatan


Wawancara
Dokumentasi
Pendekatan saintifik
Kreativitas Ilmiah
Sikap Ilmiah
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan informasi
Mengasosiasi
Mengkomunikasikan
Kelancaran (fluency)
Fleksibelitas (flexibility)
Kebaruan (originality)
Rasa ingin tahu
Kritis
Tekun
Kerjasama
Jujur
Disiplin
Bertanggungawab
Upaya implementasi pendekatan

diperoleh dan

PS-MGT/KI-FLC

saintifik pada aktivitas mengamati

data
Jenis Data (variabel
penelitian)
Sub jenis data
(dimensi variabel)

relevansinya dengan

untuk mengembangkan kreativitas

masalah penelitian.

ilmiah siswa pada aspek kelancaran


Upaya implementasi pendekatan

PS-MNY/SI-RIT

saintifik pada aktivitas menanya

35

untuk mengembangkan sikap


ilmiah siswa pada aspek rasa ingin
tahu.
dan seterusnya.
Hubungannya dengan

Kelompok data dalam perencanaan


PRC

tahapan pembelajaran

pembelajaran
Kelompok data dalam pelaksanaan
PLK
pembelajaran
Kelompok data dalam evaluasi

Urutan data
Waktu pengambilan
data

EVL

pembelajaran

D1
D2
dan seterusnya.
Contoh:

Data pertama
Data kedua
11 Januari 2015

11-01-15
dan seterusnya.
Berdasarkan teknik pengkodean tersebut, jika ditemukan kode D1/OBS/PS-

MGT/KI-FLC/PLK/11-01-15, maka kode tersebut berarti data pertama observasi


lapangan tentang upaya guru dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik, pada
aspek mengamati, sebagai upaya pengembangan kreativitas ilmiah siswa, pada aspek
kelancaran, dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada tanggal 11
Januari 2015.
3.6.2 Paparan Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah tahap pemaparan
atau penyajian data. Data penelitian kualitatif dapat disajikan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Menurut Miles

36

dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008), teknik penyajian data yang paling sering
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Pemaparan
atau penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, serta
memudahkan untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami.
3.6.3 Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
(dalam Sugiyono, 2008) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya (Sugiyono, 2008). Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif, sering hanya ditekankan pada
uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data
hasil penelitian adalah, valid, reliabel dan obyektif. Validitas merupakan derajat
ketepatan antar data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian, data yang valid adalah data yang tidak
berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada obyek penelitian (Soendari dalam Ningsih, 2014).

37

Agar data benar-benar akurat, sahih, representatif, dan layak untuk


dianalisis, maka dalam penelitian ini digunakan 4 teknik pemeriksaan menurut
Moleong (2007), yaitu sebagai berikut.
1. Derajat kepercayaan (credibility). Penerapan kriterium kredibilitas pada dasarnya
menggantikan konsep validitas internal dari penelitian kuantitatif. Kriterium ini
berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa, sehingga tingkat
kepercayaaan penemuan dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan hasil-hasil
penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti.
2. Keteralihan (transferability). Keteralihan merupakan proses empiris yang
bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk
melakukan pengalihan tersebut, peneliti mencari dan mengumpulkan kejadian
empiris tentang kesamaan konteks.
3. Kebergantungan (dependenability). Merupakan substitusi istilah reliabilitas
dalam penelitian kuantitatif. Konsep kebergantungan lebih luas dari reliabilitas.
Hal ini disebabkan oleh segi peninjauannya, bahwa konsep tersebut
memperhitungkan banyak hal, yaitu reliabilitas itu sendiri dan faktor lainnya.
4. Kepastian (confirmability). Berasal dari objektivitas dalam penelitian kuantitatif.
Kepastian dalam penelitian ini, bukan ditekankan pada orang, namun pada data
yang didapat. Sehingga, kebergantungan bukan lagi pada orangnya, namun pada
datanya.
Sehubungan dengan keabsahan data, ada dua hal yang perlu dikaji. Hal yang
pertama berkaitan dengan pertanyaan apakah jumlah data sudah memadai sesuai
dengan masalah serta sumber data penelitian? dan hal yang kedua berkaitan dengan
38

pertanyaan, apakah data yang terkumpul tersebut mempunyai kualitas yang


memadai?. Kedua pertanyaan tersebut akan dijawab dan dijelaskan dalam uraian
berikut.
a) Jumlah Data
Sesuai dengan masalah penelitian dan metode pengumpulan data, data yang
dikumpulkan terdiri atas: (1) data hasil observasi lapangan yang dilengkapi dengan
rekaman dari proses belajar mengajar di kelas, (2) data hasil wawancara dengan guru
dan siswa, dan (3) data hasil analisis dokumen pembelajaran. Data hasil observasi
adalah catatan (baik deskriptif maupun reflektif) yang dibuat pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Data hasil rekaman akan ditranskripsikan untuk
melengkapi serta sekaligus mengontrol kelengkapan catatan selama observasi. Data
rekaman hasil wawancara juga akan ditranskripsikan untuk memudahkan penarikan
kesimpulan sesuai dengan butir-butir pertanyaan yang ada. Untuk memperjelas dan
meminimalkan kesalahan interpretasi hasil rekaman, peneliti akan melakukan
pengecekan ulang terhadap transkripsi pembelajaran dengan teman sejawat peneliti.
Ditinjau dari segi jumlah, data tersebut sudah memadai karena semua data yang
berkaitan dengan masalah penelitian sudah tersedia dalam sumber data. Selanjutnya
data yang sudah terkumpul perlu dikaji kualitasnya, agar hasil pengolahannya dapat
mencapai tingkat kepercayaan (credibility) yang setinggi-tingginya.
b) Kualitas Data
Ada dua hal yang esensial berkenaan dengan kualitas data, yakni reliabilitas
dan validitas. Secara reliabilitas, data penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan

39

berdasarkan: (1) guru dan siswa, selaku sumber data, akan diobservasi dengan
frekuensi dan jangka waktu 3 bulan (sampai data jenuh), (2) guru dan siswa selaku
sumber data, akan diwawancarai dengan pedoman wawancara yang sudah mendapat
validasi dari 2 dosen pembimbing, dan (3) dokumen pembelajaran yang dibuat guru
akan dianalisis secara cermat dan berkala mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran. Berdasarkan indikator tersebut, dapat disimpulkan bahwa
proses pengumpulan data penelitian ini berlangsung secara konsisten dan stabil.
Dengan demikian, dari segi persyaratan reliabilitas secara kualitatif, data yang akan
terkumpul sudah memadai.
Dari segi validitas, informasi yang diperlukan dalam penelitian ini secara
nyata ada. Kebenaran informasi tersebut dapat diketahui berdasarkan: (1) catatan
yang dibuat oleh peneliti selama observasi, telah menunjukkan bahwa guru telah
menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika, (2) guru selaku sumber
data, pada saat wawancara tentang latar belakang perilaku mengajarnya, memberikan
jawaban yang sesuai dengan kenyataan, dan (3) siswa selaku sumber data, telah
memberikan triangulasi data yang sesuai dengan kenyataan, (4) dokumen
pembelajaran yang dianalisis, secara nyata ada dan merupakan hasil karya guru
terkait.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

40

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif karena peneliti


bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.

3.2 Prosedur Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan melalui 3 tahap, yakni (1) tahap pra-lapangan,
(2) tahap lapangan, dan (3) tahap pasca lapangan. Realisasi teknis dapat diuraikan
sebagai berikut.
3.2.1 Tahap Pra-Lapangan

Tahap pra-lapangan merupakan tahap penyusunan, perencanaan, dan


penyiapan segala bentuk materi yang dibutuhkan sebagai bahan dasar tahap
berikutnya. Pada tahap ini beberapa aktivitas yang dilakukan, antara lain: (1)
penyusunan rancangan penelitian, (2) memilih objek penelitian, (3) penyiapan
sarana dan penentuan waktu pelaksanaan penelitian, (4) mengurus perizinan
pelaksanaan penelitian, (5) melakukan penjajakan awal dan menilai keadaan
lapangan, (6) memilih informan.
3.2.2 Tahap Lapangan

Tahap lapangan merupakan tahap pengumpulan informasi secara holistikkontekstual, sebagai aktivitas yang memanfaatkan segala sesuatu yang telah

41

dipersiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini, kegiatan lapangan dapat


dijabarkan sebagai berikut: (1) memahami latar penelitian, (2) pengumpulan data,
(3) analisis data di lapangan.
3.2.3 Tahap Pasca Lapangan

Kegiatan pada tahap pasca lapangan adalah: (1) analisis data lanjutan, (2)
pengambilan simpulan akhir, (3) konfirmasi dan penyusunan laporan.
3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian rencananya akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Semarapura.


Penentuan ini dilakukan dengan dasar pertimbangan sebagai berikut: (1) SMA
Negeri 1 Semarapura telah menerapkan Kurikulum 2013; (2) SMA Negeri 1
Semarapura terkenal sebagai sekolah favorit, sehingga peneliti ingin mengungkap
profesionalisme guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan
aspek sosial-religius siswa melalui penerapan dalam pembelajaran fisika.
3.4 Data dan Sumber Data Penelitian
3.4.1 Data Penelitian
Data penelitian mengacu pada materi mentah yang dikumpulkan oleh
peneliti dari dunia yang sedang diteliti, yaitu berupa fakta-fakta yang
dikumpulkan untuk digunakan sebagai materi analisis. Materi yang akan diolah
dalam penelitian ini, yaitu: (1) transkr ipsi dan catatan lapangan dari hasil
pengamatan serta refleksi terhadap upaya guru dalam mengembangkan

42

keterampilan berpikir kritis dan aspek sosial religius siswa melalui penerapan
kurikulum 2013 dalam pembelajaran fisika, (2) data transkrip hasil wawancara
dengan guru berupa alasan-alasan yang melatarbelakangi pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, (3) data triangulasi berupa angket tentang upaya guru dalam
mengembangkan aspek sosial religius siswa melalui penerapan Kurikulum 2013
dalam pembelajaran fisika, dan (4) data mengenai keterampilan berpikir kritis dan
aspek sosial religius siswa.
3.4.2 Sumber Data Penelitian
Data diperoleh dari guru dan siswa. Guru yang dijadikan sebagai sumber
data penelitian adalah guru yang mengajar fisika di kelas XI IPA SMA Negeri 1
Semarapura Tahun Ajaran 2015/2016. Sumber data siswa diperoleh dari siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Semarapura Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah
sumber data penelitian kualitatif ditentukan secara purposive sampling (Sugiyono,
2008). Sumber data yang lain adalah foto, video, dan dokumen terkait.
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian, pengumpulan data bertujuan memperoleh data yang
diharapkan. Menurut Sugiyono (2008), teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian. Teknik pengumpulan data serta
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Pengamatan (Observation)

43

Selama observasi berlangsung, peneliti melakukan kegiatan pencatatan,


perekaman, pendeskripsian dan penginterpretasian data. Pencatatan dan
perekaman dilakukan berkaitan dengan upaya guru dalam mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan aspek sosial religius siswa dalam pembelajaran
fisika saat pembelajaran berlangsung. Data tersebut dideskripsikan sesuai
dengan apa yang dilihat dan didengar sebagaimana adanya dan tidak dibuatbuat.
2) Wawancara (Interview)

Wawancara dilakukan terhadap sumber data penelitian, yaitu guru dan siswa.
Wawancara terhadap guru dan siswa ditujukan untuk memperoleh data
berkaitan dengan upaya guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan aspek sosial religius siswa saat pembelajaran berlangsung serta
persepsi guru dan siswa terhadap upaya tersebut. Peneliti menyiapkan
instrumen penelitian berupa rubrik wawancara yang mengandung pertanyaanpertanyaan tertulis.
3) Dokumentasi

Teknik Dokumentasi digunakan untuk mengecek kembali bila ada data


yang belum tercatat maupun bila ada data yang meragukan pada saat
observasi dilaksanakan. Instrumen yang digunakan dalam hal ini adalah,
kamera, perekam suara, dan handycam. Disamping itu, teknik dokumentasi
juga dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen terkait, seperti
44

Rancangan Pelaksanaan

Pembelajaran

(RPP),

jadwal

praktikum,

soal

evaluasi pembelajaran, dan hasil evaluasi pembelajaran siswa.


4) Kuesioner
Teknik kuesioner dilaksanakan dengan tujuan: (1) memperoleh data triangulasi
dari siswa terkait upaya guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan aspek sosial religius siswa; (2) mengevaluasi keterampilan berpikir
kritis dan aspek sosial religius siswa yang diperoleh melalui observasi langsung
selama proses pembelajaran. Data keterampilan berpikir kritis siswa dalam hal
ini diasumsikan sebagai hasil kontribusi upaya guru dalam mengembangkan
aspek sosial religius siswa dalam pembelajaran fisika.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah diri


peneliti sendiri yang hadir di lapangan. Dalam penelitian kualitatif peneliti
merupakan instrumen kunci. Peneliti hadir di tengah latar penelitian. Sebagai
instrumen, dengan menggunakan segala kemampuan dan pengalaman yang
dimiliki, peneliti bertindak selaku alat pengumpul data. Untuk memaksimalkan
unjuk kerja instrumen kunci, digunakan alat bantu perekam elektronik berupa
kamera digital dan perekam video (handycam) serta alat bantu pencatatan di
lapangan yakni, buku, pensil, dan pulpen. Peneliti melakukan observasi langsung
ke lapangan, melakukan wawancara serta mendeskripsikan hasil penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
45

Analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus


menerus dari awal sampai akhir penelitian. Analisis dilakukan dalam 3 tahap
yaitu: (1) analisis sebelum di lapangan; (2) analisis selama peneliti masih berada
di lapangan; (3) analisis setelah pengumpulan data berakhir (Sugiyono, 2008).
Pada setiap tahapan tersebut, terdapat tiga sub tahapan analisis data yang akan
dilakukan, yakni: (1) tahap reduksi data (data reduction), (2) tahap paparan data
(data display), dan (3) tahap verifikasi data serta penarikan simpulan (conclution
drawing and verification).
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar data benar-benar akurat, sahih, representatif, dan layak untuk dianalisis,
maka dalam penelitian ini digunakan 4 teknik pemeriksaan yaitu derajat
kepercayaan

(credibility),

keteralihan

(transferability),

kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability) (Sugiyono, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N. 2006. Perilaku moral dan religiusitas siswa berlatar belakang pendidikan

46

umum dan agama. Jurnal Psikologi 33 (2): 1 16 Tersedia pada


http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/
index.php/fpsi/article/view/86/76. Diakses pada 1 Juni 2015
Darwati,

T. E.

2003.

Hubungan

antara

kemasakan

kompetensi interpersonal pada remaja,

sosial

dengan

Yogyakarta: Fakultas

Psikologi UII.
Djamarah, B. S., & Zain, A. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.59 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.81a tentang implementasi kurikulum.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2014a. Lampiran peraturan menteri pendidikan dan Kebudayaan RI
Nomor 59 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Madjid, R. 1997. Islam kemoderenan dan Ke-Indonesiaan. Bandung : Mizan Pustaka
Moleong, L. J. 2007. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Snyder J. J. & Wiles J. R. 2015. Peer led team learning in introductory biology: Effect
on peer leader critical thinking skills. PLOS ONE. 10(1): 1-18.

47

Tersedia

pada

http://journals.plos.org/plosone/article?

id=10.1371/journal.pone.0115084. Diakses pada 5 Maret 2015


Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Yusof, A. & Rashid, S. A. 2015. The role of religious sociocultural context in
promoting positive attitude towards science among Malaysian
Students. International Journal on New Trends in Education and
Their

Implications.

6(1):

70-75.

Tersedia

pada:

http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCMQFjAA&
url=http%3A%2F%2Fwww.ijonte.org%2FFileUpload
%2Fks63207%2FFile
%2F09.yusof.pdf&ei=kp_VPfAJsmRuATsn4HQCg&usg=AFQjCN
ExASBtDb3tJe46w6G8QGId_ywg3Q&sig2=fJFXaARNvrC0sgPD
CSOZqw&bvm=bv.87920726,d.c2EDiakses pada 27 Februari 2015.

48

Anda mungkin juga menyukai