Penerapan Metode Quality Function Deploy

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

Penerapan Metode Quality Function Deployment untuk Peningkatan


Kualitas Produk Coklat Lokal
Syamsul Anwar1, Jasril2, Yunizurwan3, Ira Restica Palba4
1

Program Studi Sistem Produksi Industri


Akademi Teknologi Industri Padang
(syamsul-a@kemenperin.go.id)
2
Program Studi Sistem Produksi Industri
Akademi Teknologi Industri Padang
3
Program Studi Sistem Produksi Industri
Akademi Teknologi Industri Padang
(yoensboer@gmail.com)
4
Alumni Program Studi Manajemen Industri,
Jalan Bungo Pasang, Tabing, Padang, Sumatera Barat, 25171
(i_palba@yahoo.co.id)
ABSTRAK
Coklat chokato merupakan produk coklat lokal dari Sumatera Barat. Faktor kualitas produk tetap diyakini menjadi
faktor penentu dalam memenangkan persaingan di pasar. Diperlukan kajian terhadap strategi peningkatan kualitas
produk dengan berorientasi kepada kebutuhan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi
peningkatan kualitas coklat lokal dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Objek
penelitian adalah coklat batangan dengan jenis milk-chocolate dan dark-chocolate. Pengumpulan data dilakukan
dengan penyebaran kuesioner, pengamatan langsung, dan wawancara. Dari penyebaran kuesioner didapatkan
atribut-atribut kualitas yakni ; rasa, variasi rasa, aspek kemasan (informasi tentang merk, jenis rasa, berat,
komposisi, gizi, halal, waktu kadaluarsa, tampilan yang menarik), harga, dan kemudahan dalam mendapatkan.
Hasil benchmarking terhadap produk pesaing didapatkan kedua jenis coklat lokal masih berada di bawah level
produk kompetitor untuk semua atribut tersebut. Penelitian ini mengusulkan peningkatan cita rasa cokelat mulai
dari tahapan sortasi biji kakao, pengolahan hingga tahap pengemasan. Peningkatanan variasi rasa, memperbaiki
tampilan kemasan dan menambahkan informasi pada kemasan serta meningkatkan usaha promosi produk.
Kata kunci: peningkatan kualitas, coklat lokal, QFD
1.

PENDAHULUAN

Sumatera Barat merupakan salah satu sentra


perkebunan kakao di Kawasan Barat Indonesia [1].
Pemerintah Pusat telah menetapkan agroindustri
kakao sebagai industri unggulan di provinsi Sumatera
Barat. (Kemenperin, 2008). Walaupun Sumatera
Barat belum memiliki industri pengolahan kakao
skala besar tetapi telah memiliki industri kecil
pengolahan kakao. Lokasi pabrik pengolahan
tersebut berada di Kanagarian Kapalo Koto, Kec.
Payakumbuh Selatan, Kota Payakumbuh. Pabrik ini
dikelola oleh kelompok tani Tanjung Subur dan
bernama Chokato (cokelat kapalo koto). Pabrik ini
memproduksi
coklat
berfermentasi.
Untuk
pengadaan bahan baku dengan mengandalkan
sepenuhnya dari hasil kebun anggota kelompok tani .
Karena kuantitas produksinya yang masih relatif
kecil sehingga wilayah pemasarannya juga masih
terbatas. Pihak perusahaan berencana akan
meningkatkan kuantitas produksi maupun wilayah
pemasarannya.
Dalam persaingan bisnis dewasa ini yang semakin
ketat maka pelaku usaha dituntut untuk terus

meningkatkan daya saing produknya. Aspek kualitas


produk merupakan salah satu aspek yang menentukan
daya saing suatu produk di pasar selain harga [10].
Untuk mengembangkan wilayah pemasaran,
persoalan kualitas merupakan hal yang krusial. Dari
pengamatan di lapangan, produk olahan kakao yang
paling populer adalah coklat batangan. Produk ini
sangat mudah ditemukan antara lain di supermarket,
swalayan, kantin sekolah, dan lain sebagainya.
Coklat yang beredar paling banyak berasal dari
produsen coklat di Pulau Jawa dan dari negara
Singapura dan Malaysia. Tentunya kualitas produk
dari coklat yang beredar tersebut baik dari segi rasa
dan kemasan sudah tidak diragukan lagi. Perusahaan
cokelat lokal telah menyadari bahwa untuk mampu
bersaing, kualitas produk perlu ditingkatkan. Untuk
itulah diperlukan kajian mengenai strategi
peningkatan kualitas produk cokelat lokal Sumatera
Barat.
Beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji
industri pengolahan kakao dapat dilihat antara lain ;
[2] yang melakukan kajian terhadap aspek kelayakan
dari sisi teknologi dan finansial industri pengolahan
kakao Sumatera Barat. Hasibuan (2012) yang

Syamsul Anwar, Jasril, Yunizurwan, dan Ira Restica Palba, Penerapan Metode Quality......

III-79

Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

merancang skenario kebijakan pengembangan


industri kakao nasional. Mochtar dan Darma [4] yang
mengkaji faktor daya saing dan analisis finansial
industri pengolahan kakao di Makassar. Hamdani [5]
yang mengkaji kelayakan industri pengolahan kakao
di Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan strategi peningkatan kualitas coklat
lokal dengan menggunakan metode Quality Function
Deployment (QFD). Metode QFD merupakan salah
satu metode peningkatan kualitas yang populer.
Beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan
metode QFD antara lain; Noviana [6] dengan objek
produk batik Kaltim, Rahmayanti [7] untuk objek
produk suku cadang, Suryaningrat [8] dengan objek
produk mie jagung, Waisyarayutt [9] dengan objek
produk mie beras instan.
2.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskritif dengan analisis


kuantitatif. Studi kasus dilakukan pada perusahaan
cokelat Chokato di Payakumbuh, Sumatera Barat.
Pengumpulan data atribut kualitas dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner I kepada 97 orang responden
yang dianggap sebagai konsumen potensial. Untuk
produk pembanding diambil beberapa sampel merk
cokelat yang banyak beredar di swalayan di kota
Padang. Di lakukan juga pengamatan langsung
terhadap proses pengolahan cokelat di perusahaan.
Untuk menggali lebih dalam tentang proses
pengolahan maka dilakukan wawancara terhadap
pimpinan maupun karyawan perusahaan. Objek
penelitian
adalah
cokelat
batangan
jenis
milk-chocolate dan dark-chocolate. Untuk kebutuhan
benchmarking setiap jenis cokelat tersebut diambil
dua merk produk kompetitor. Untuk milk-chocolate,
produk perusahaan Chokato diinisialkan dengan A,
sedangkan merk produk lainnya diinisialkan dengan
B dan C. Untuk dark-chocolate, produk perusahaan
Chokato diinisialkan dengan D, sedangkan merk
produk lainnya diinisialkan dengan E dan F.
Penerapan QFD dalam pengembangan produk
coklat batangan dibagi dalam tiga tahap, yaitu [6]:
1. Tahap pengumpulan Voice of Customer.
Pada tahap ini dilakukan survey untuk
memperoleh suara pelanggan. Proses QFD
membutuhkan data konsumen yang ditulis
sebagai atribut-atribut dari produk.
2. Tahap penyusunan House of Quality (HoQ).
Langkah-langkah dalam menyusun rumah
kualitas (HoQ) adalah dengan menyusun matriks
yang merupakan dari HoQ adalah sebagai
berikut :
- Matriks kebutuhan konsumen,
- Matriks perencanaan,
- Benchmarking dan penetapan target
- Matriks Respon teknis
- Matriks hubungan respon teknis dengan
kebutuhan konsumen
- Matriks Korelasi teknis,

III-80

3. Tahap analisis dan interpretasi


Di sini dilakukan analisis dan interpretasi
terhadap HoQ yang dibangun pada tahap
sebelumnya. Tujuannya adalah untuk merancang
produk yang memiliki karakteristik yang kuat
dalam memenuhi keinginan konsumen.
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Matriks Kebutuhan Konsumen


Hasil dari penyebaran kuesioner I didapatkan
beberapa atribut kualitas produk coklat batangan
sebagai berikut :
1. Cita Rasa yang enak
2. Variasi rasa lebih banyak
3. Citra merk
4. Kemasan:
- informasi jenis rasa
- informasi berat
- informasi komposisi
- informasi gizi
- label halal
- informasi waktu kadaluarsa
- Tampilan yang menarik
5. Harga yang murah
6. Mudah didapatkan
Berikutnya, kuesioner II disebarkan untuk
mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat
kepuasan untuk setiap atribut tersebut. Untuk
benchmarking, setiap jenis cokelat dibandingkan
dengan dua merk cokelat kompetitor.
Uji Reliabilitas dan Validitas
Pengujian reliabilitas dan validitas dilakukan
terhadap hasil kuesioner untuk memastikan
instrumen kuesioner dan data memenuhi persyaratan
secara
statistik.
Pengujian
reliablitas
ini
menggunakan SPSS versi 17. Variabel dinilai valid
jika nilai cronbachs alpha > 0,700. Tabel 1 berikut
menampilkan ringkasan hasil uji reliabilitas
kuesioner.
Tabel 1 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Tingkat kepentingan
Tingkat kepuasan-A
Tingkat kepuasan-B
Tingkat kepuasan-C
Tingkat kepuasan-D
Tingkat kepuasan-E
Tingkat kepuasan-F

Hasil
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

Item setiap atribut kualitas dinilai valid jika nilai r


output SPSS > nilai r tabel (0,05; N-2). Adapun tabel
2 berikut menampilkan ringkasan hasil uji validitas
kuesioner.

Syamsul Anwar, Jasril, Yunizurwan, dan Ira Restica Palba, Penerapan Metode Quality......

Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

Tabel 4 di atas menunjukkan tingkat kepuasan


(performance) produk perusahaan (A) berada di
bawah kedua produk kompetitor (B dan C) untuk
semua atribut kualitas. Nilai target ditetapkan
adalah nilai performance terbaik yang dicapai oleh
produk kompetitor.
Kemudian dihitung
improvement rasio, pembobotan dan penetapan
rangking prioritas. Adapun urutan peringkat atribut
kualitas yang menempati rangking 3 besar untuk
ditingkatkan adalah cita rasa, kemasan dengan
label halal, variasi rasa, dan citra merek.

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Validitas


Hasil
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Customer
importance
4,7
4,2
4,2
4,2
3,8
4,4
4,5
4,8
4,8
4,2
4,3
4,5

Atribut kualitas
1. Cita rasa yang enak
2. Variasi rasa lebih banyak
3. Citra Merk
4. Kemasan : Informasi jenis rasa
5. Kemasan : Informasi berat
6. Kemasan : Informasi komposisi
7. Kemasan : Informasi gizi
8. Kemasan : Label halal
9. Kemasan : Informasi waktu kadaluarsa
10.Kemasan : Kemasan menarik
11. Harga murah
12. Mudah didapatkan

Selanjutnya Tabel 4 dan Tabel 5 berikut


masing-masing menampilkan benchmarking dan
penetapan target atribut kualitas milk-chocolate
dan dark-chocolate.

4,4
4,2
4,3
4,1
4,0
4,1
4,2
4,2
4,2
4,2
3,5
4,4

4,4
4,3
4,4
4,1
4,1
4,1
4,3
4,3
4,3
4,2
3,7
4,3

4,4
4,3
4,4
4,1
4,1
4,1
4,3
4,3
4,3
4,2
3,7
4,4

2,3
2,1
1,5
1,5
1,3
1,3
1,5
1,2
1,3
1,4
1,3
1,6

10,1
9,1
6,4
6,1
5,4
5,3
6,5
5,2
5,5
5,9
5,0
7,1

0,13
0,12
0,08
0,08
0,07
0,07
0,08
0,07
0,07
0,08
0,06
0,09

1
2
3
3
4
4
3
4
4
3
5
2

3.4 Matriks Respon Teknis

Target Value I

Improvement Ratio I

Weight

Weight (%) I

Ranking I

Tabel 4 Benchmarking dan Penetapan Target


Produk Milk-Chocolate

Cita rasa
Variasi rasa
Citra Merk
Kemasan : Informasi jenis rasa
Kemasan : Informasi berat
Kemasan : Informasi komposisi
Kemasan : Informasi gizi
Kemasan : Label halal
Kemasan : Informasi kadaluarsa
Kemasan : Kemasan menarik
Harga murah
Mudah didapatkan

2,0
2,0
2,9
2,8
3,1
3,2
2,8
3,6
3,3
3,0
2,8
2,7

Tabel 5 di atas menunjukkan performance


produk perusahaan (D) berada di bawah kedua
produk kompetitor (E dan F) untuk semua atribut
kualitas. Penetapan target sama seperti sebelumnya.
Adapun urutan peringkat atribut kualitas yang
menempati rangking 3 besar untuk ditingkatkan
adalah cita rasa,
variasi rasa, kemudahan
mendapatkan, citra merk, kemasan dengan
informasi jenis rasa, gizi, dan tampilan kemasan
yang menarik.

3.3 Benchmarking dan Penetapan Target

Atribut kualitas

Ranking I

Tabel 3 Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas

Weight (%) I

Cita rasa
Variasi rasa
Citra Merk
Kemasan : Informasi jenis rasa
Kemasan : Informasi berat
Kemasan : Informasi komposisi
Kemasan : Informasi gizi
Kemasan : Label halal
Kemasan : Informasi kadaluarsa
Kemasan : Kemasan menarik
Harga murah
Mudah didapatkan

Weight

Atribut kualitas

Improvement Ratio I

Matriks
perencanaan
bertujuan
untuk
menentukan atribut mana yang akan dikembangkan
terlebih dahulu. Tabel 3 berikut menampilkan atribut
kualitas
cokelat
batangan
dan
tingkat
kepentingannya.

Target Value I

3.2 Matriks Perencanaan

Tabel 5 Benchmarking dan Penetapan Target


Produk Dark-Chocolate

Cita rasa
Variasi rasa
Citra Merk
Kemasan : Informasi jenis rasa
Kemasan : Informasi berat
Kemasan : Informasi komposisi
Kemasan : Informasi gizi
Kemasan : Label halal
Kemasan : Informasi waktu kadaluarsa
Kemasan : Kemasan menarik
Harga murah
Mudah didapatkan

Atribut

2,6
2,7
3,3
3,1
3,3
3,5
3,2
3,2
3,7
3,5
2,9
2,8

4,2
3,9
4,2
3,8
3,8
4,0
4,0
4,3
4,2
4,2
3,2
3,9

4,0
3,8
4,0
3,9
3,8
4,0
4,0
3,9
4,2
3,9
3,3
3,8

4,2
3,9
4,2
3,9
3,8
4,0
4,0
4,3
4,2
4,2
3,3
3,9

1,6
1,5
1,3
1,2
1,1
1,1
1,3
1,4
1,1
1,2
1,1
1,4

6,8
5,7
5,3
4,8
4,3
4,6
5,2
5,9
4,8
5,1
3,7
5,4

0,11
0,09
0,09
0,08
0,07
0,07
0,08
0,10
0,08
0,08
0,06
0,09

1
3
3
4
5
5
4
2
4
4
6
3

Respon teknis disusun untuk menggambarkan


kemampuan teknis perusahaan dalam merespon
keinginan konsumen. Daftar respon teknis disusun
dengan merujuk kepada [11] dan interview dengan
pelaku usaha. Berikut adalah penjelasan respon
teknis yang dapat dilakukan oleh perusahaan.
a. Sortasi buah dan biji kakao
Mendapatkan biji kakao dari buah kakao yang
benar-benar matang, bebas dari penyakit, dan
higienis dari bahan-bahan lain karena ini akan
mempengaruhi rasa.

Syamsul Anwar, Jasril, Yunizurwan, dan Ira Restica Palba, Penerapan Metode Quality......

III-81

Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

Gambar 1 Buah kakao (kiri) dan Biji Kakao (kanan)


b. Fermentasi
Proses ini akan mengakibatkan biji kakao
mengalami perubahan fisik, kimia, dan biologis.
Proses ini dapat memperbaiki kenampakan dan
akan diperoleh biji kakao kering yang memiliki
calon aroma yang kuat dan dapat mengurangi rasa
sepat dan pahit. Lama fermentasi ideal antara 5-6
hari. Kesalahan dalam praktik fermentasi akan
menyebabkan biji kakao kurang beraroma dan
memiliki keasaman yang tinggi. Perusahaan
melakukan proses fermentasi ini dengan
menggunakan kotak seperti pada Gambar 2.
c. Pengeringan
Pengeringan adalah kelanjutan dari tahap
oksidatif dari fermentasi yang berperan penting
dalam mengurangi rasa kelat dan pahit. Tujuan
utamanya adalah mengurangi kadar air biji
menjadi di bawah 7 %. Perusahaan menggunakan
pengeringan manual dengan cahaya matahari
dengan alasan efisiensi.
d. Penyangraian
Proses penyanggraian biji kakao akan
mengakibatkan interaksi senyawa-senyawa calon
pembentuk cita rasa khas. Suhu penyangraian
untuk cokelat batangan sekitar 99 1040 C.
Penyangraian pada suhu rendah atau terlalu cepat
akan menyebabkan aroma cokelat kurang tajam,
tetapi jika suhu terlalu tinggi biji kakao akan
beraroma gosong. Mesin sangrai dapat dilihat
pada Gambar 3.

penghalusan diperlukan untuk menghasilkan


tekstur produk cokelat yang halus (smoothness).
Cokelat batangan pada umumnya memiliki
ukuran partikel 75 m. Proses ini pada
perusahaan menggunakan mesin seperti pada
Gambar 5.
f. Conching
Proses ini untuk pematangan dan homogenisasi
adonan yang dilakukan pada suhu > 60o C dimana
dapat mengurangi tingkat keasaman, rasa
menyengat (harshness), dan rasa pahit. Pasta
cokelat diaduk secara terus-menerus selama
selang waktu lebih dari 24 jam. Cokelat yang
melewati proses ini akan memiliki cita rasa khas
yang lembut dan matang. Mesin Conching ini
seperti dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Mesin Refiner (kiri), mesin Conching


(kanan)
g. Pengemasan
Untuk melindungi hasil olahan akhir cokelat dari
pengaruh lingkungan, sehingga mutu hasil olahan
tetap baik dan dapat dikonsumsi dalam jangka
waktu cukup lama. Bahan pengemasan yang
direkomendasikan adalah aluminium foil. Untuk
menjaga mutu dan tekstur cokelat dibutuhkan
tempat penyimpanan yang kering dan dingin.

Gambar 6 Produk

Gambar 3 Kotak fermentasi (kiri) dan Mesin Sangrai


(kanan)
e. Pencampuran dan refining
Untuk menghasilkan campuran cokelat dengan
bahan-bahan lainnya menjadi lebih homogen.
Partikel-partikel kasar dapat berasal dari gula,
pasta kakao atau susu. Proses refining atau
III-82

h. Penambahan isian cokelat


Menambahkan isian di dalam cokelat seperti
kacang mete, kacang almond, susu, dan rasa buah
bertujuan agar konsumen memiliki lebih banyak
pilihan dalam memilih cokelat sesuai selera.
i. Meningkatkan promosi
Dapat dilakukan misalnya melalui iklan di koran
atau radio, brosur, dan lain sebagainya sesuai
kondisi perusahaan.
j. Membuat sistem pemasaran
Pihak perusahaan seharusnya mendistribusikan
produk cokelatnya ke berbagai swalayan, toko
dengan terlebih dahulu meningkatkan kapasitas
produksinya.

Syamsul Anwar, Jasril, Yunizurwan, dan Ira Restica Palba, Penerapan Metode Quality......

Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

k. Pencantuman label halal


Terlebih dahulu perusahaan mengajukan
permohonan sertifikasi halal ke BPOM MUI
untuk produk milk-chocolate.
l. Pencantuman informasi gizi
Terlebih dahulu perusahaan mengirimkan
produknya ke balai /laboratorium pengujian
untuk mengetahui kandungan gizi (nutrition fact)
produk
m. Membuat kemasan yang menarik
Perusahaan meningkatkan anggarannya untuk
mengajukan permintaan pembuatan kemasan
kepada supplier yang lebih eye-catching.
3.5 Matriks Hubungan Respon Teknis dengan
Kebutuhan Konsumen
Selanjutnya ditentukan korelasi antara kebutuhan
konsumen dengan respon teknis. Untuk menjelaskan
derajat hubungan ini digunakan simbol
untuk
hubungan kuat (bobot angka 9),
untuk hubungan
sedang (bobot angka 3),
untuk hubungan lemah
(bobot angka 1), dan jika tidak memiliki hubungan
maka tidak diberikan simbol (bobot angka 0).
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Korelasi Kebutuhan Konsumen Dengan
Respon Teknis

Gambar 7 Korelasi Respon Teknis dan Pembobotan


Hubungan antar respon teknis secara umum
ditemukan pada proses-proses yang saling
berdekatan dan tidak memiliki hubungan yang
negatif. Setelah dilakukan pembobotan maka
didapatkan urutan respon teknis yang diprioritaskan
untuk ditingkatkan. Berikut urutan prioritas untuk
peringkat tiga teratas ; proses pencampuran-refining,
metode promosi,
proses pengemasan, bahan
tambahan, proses sortasi biji kakao, fermentasi,
pengeringan,
penyangraian,
conching,
dan
pencantuman sertifikat halal.
3.7 Penyusunan House of Quality (HoQ)
Setelah komponen-komponen rumah kualitas
(HoQ) dibuat maka dapat disusun HoQ secara utuh.
HoQ ini dapat digunakan dalam perencanaan
pengembangan produk cokelat batangan. Gambar
lihat di Lampiran 1.
4.

3.6 Korelasi Teknis dan Pembobotan


Selanjutnya ditentukan hubungan di antara
masing-masing respon teknis dengan menggunakan
simbol sebelumnya untuk hubungan yang positif dan
diberi tanda di atas simbol jika terdapat hubungan
negatif. Lihat Gambar 7 berikut :

KESIMPULAN DAN SARAN

Atribut-atribut kualitas cokelat batangan yang


dipentingkan berturut-turut adalah ; cita rasa, variasi
rasa, tampilan dan informasi pada kemasan, dan
kemudahan mendapatkan. Respon teknis dari
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di
mulai dari sortasi buah dan biji kakao, proses
pengolahan hingga proses pengemasan produk, juga
upaya peningkatan promosi dan pemasaran produk.
Penelitian ini dapat dikembangkan dengan
melakukan benchmarking proses pada industri
cokelat skala besar. Penelitian khusus terhadap
strategi peningkatan kualitas untuk produk permen
cokelat dan cokelat bubuk.

Syamsul Anwar, Jasril, Yunizurwan, dan Ira Restica Palba, Penerapan Metode Quality......

III-83

Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

DAFTAR PUSTAKA
[1] Damanik, S., Herman, Prospek dan Strategi
Pengembangan Perkebunan Kakao Berkelanjutan
di Sumatera Barat, Perspektif, Vol.9, No. 2, pp
94-105, 2010
[2] Aisman, Lukman, Irvan, R., Kajian Tekno
Ekonomi Industri Kecil Pengolahan Kakao (Studi
Kasus Pengolahan Rakyat di Nagari Sikucur Kab.
Padang Pariaman), Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Pertanian, Padang 22 Agustus 2008, pp
127-148, 2008
[3] Hasibuan, A.M., Herman, Analisis Kebijakan
Pengembangan Industri Hilir Kakao (Suatu
Pendekatan Sistem Dinamis), Informatika
Pertanian, Vol.21, No. 2, pp 59-70, 2012
[4] Mochtar, A. H., Darma, R., Prospek Pengolahan
Industri Kakao Di Makassar: Analisis Potensi
Kelayakan, Jurnal Agrisistem, Vol.7, No. 1, pp
46-62, 2011
[5] Hamdani,N. S., Studi Kelayakan Pendirian
Industri Pengolahan Kakao (Theobroma cacao L)
Skala Industri Kecil-Menengah (IKM) di
Kabupaten Tanggamus, Lampung,
Skripsi,
Institut Pertanian Bogor
[6] Noviana, M., Hastanto, S., Penerapan Metode
Quality Function Deployment (QFD) untuk
Pengembangan Desain Motif Batik Khas
Kalimantan Timur, J@TI Undip, Vol. IX, No. 2,
pp 87-92, 2014

[7] Rahmayanti, D., Marcelena, W, Strategi

[8]

[9]

[10]

[11]

Inovasi Industri Kecil Suku Cadang Di Kota


Padang, Jurnal Optimasi Sistem Industri,
Vol.11, No. 2, pp 265-278, 2012
Suryaningrat, I.R., Djumarti, Ruriani, Eka,
Kurniawati, I., Aplikasi Metode Quality
Function
Deployment
(QFD)
untuk
Peningkatan Kualitas Produk Mie Jagung,
AGROTEK, Vol.4, No. 1, pp 08-17, 2010
Waisyarayutt, C., Tutiyapak, O., Application
of Quality Function Deployment in Instant Rice
Noodle Product Development,
Kasetsart
Journal of Natural Science, Vol.40, Supplement,
pp 162-171, 2006
Cohen, L., Quality Function Deplyment, How
to Make QFD Work for You, Addition Wesley
Publishing Company, Reading, Massachusetts,
1995.
Wahyudi, T., Panggabean T.R., Pujiyanto,
Kakao, Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir, Panduan Lengkap, Penebar
Swadaya, Jakarta, 2002.

Lampiran 1.
HoQ-Cokelat Batangan

III-84

Syamsul Anwar, Jasril, Yunizurwan, dan Ira Restica Palba, Penerapan Metode Quality......

Anda mungkin juga menyukai