Domaic
Domaic
Muhammad Shobur
Dosen Teknik Industri Universitas Pamulang
shobur.muhammed@gmail.com
ABSTRAK
Industri fast moving consumer goods (FMCG) di Indonesia tumbuh mengesankan yakni mencapai hingga
15% pertahun, sektor ini menjadi incaran pemain global. Indonesia menjadi salah satu Negara di Asia
dengan tingkat pertumbuhan industri FMCG. Hal ini mendorong para produsen untuk berlomba-lomba
memasarkan produknya tidak sekedar menggunakan cara yang konservatif tetapi melalui berbagai cara
yang inovatif dan inspirasional, mengamati tingkat proses periode Juli- Juni 2015 presentase defect proses
yang terjadi sepanjang proses produksi defect produk Beng-Beng rata-rata 17.45%. Untuk mengetahui
hasil pendekatan Six Sigma dalam meningkatkan kualitas proses produksi Beng-Beng di Line 8 maka perlu
dilakukan analisa faktor penyebab, dan melakukan improvement untuk meningkatkan level sigma.
Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma DMAIC dalam menurunkan tingkat defect produk. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa, defect jenis packing dan potongan kasar mendominasi tingkat defect
sebesar 57% dari defect yang ada, hasil pendekatan Six Sigma dalam meningkatkan kualitas proses
produksi Beng-Beng di Line 8 nilai DPMO proses produksi Beng-Beng sebesar 24,929 level sigma 3,46
sigma, dan dilakukan perbaikan dengan mengukur nilai RPN dari defect yang ditimbulkan dengan metode
5W + 1H. Dari penelitian ini kemampuan proses dapat ditingkatkan dari level sigma 3,46 sigma menjadi
level sigma 3.57 sigma.
107
JITMI Vol.1 Nomor 2 Oktober 2018 ISSN : 2620 – 5793
108
JITMI Vol.1 Nomor 2 Oktober 2018 ISSN : 2620 – 5793
Validated In Control
Tabel 1: Six Sigma (DMAIC) Measurement System Analysis
Steps Common Strategic Section Deliverables or Gage R&R
Define0 Project0Charter0or0Statement0of0Work0 Step Documentation and Final
(SOW) Report
-Process and Problem Sumber: (Goffnett, 2004) (Lanjutan)
-Scope and Boundaries
-Team, Customer & Critical Concerns B. Pareto chart
-Improvement Goals & Objectives Pareto chart merupakan metode standar
-Estimate Sigma & Cost of Poor Quality dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan
hasil maksimal atau memilih masalah-masalah
Gantt Chart / TimeLine utama dan lagi pula dianggap sebagai suatu
High0Level0Process0Map pendekatan. Pareto chart adalah grafik batang
Step0Documentation0and0Next0Steps yang menunjukkan masalah berdasarkan
urutan banyaknya kejadian.
Measur BaseLine Figures (Sigma & Cost) Prinsip Pareto chart juga dikenal sebagai
e Process Capability Measurement System aturan 80/20 dengan melakukan 20% dari
Analysis (MSA)0or0Gage0R&R including pekerjaan bisa menghasilkan 80% manfaat
COPQ, Refine Project Charter, dari pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat
diterapkan pada hampir semua hal, seperti:
Refine0Process0Map
1. 80% dari keluhan pelanggan timbul 20%
Fix0Gantt0Chart0/0TimeLine
dari produk atau jasa.
SIPOC or IPO Diagram
2. 80% dari keterlambatan jadwal timbul
Step Documentation and Next Steps 20% dari kemungkinan penyebab
Sumber: (Goffnett, 2004) penundaan.
Tabel 1: Six Sigma (DMAIC) (Lanjutan) 3. 20% dari produk atau account untuk
Strategic Common Strategic Section layanan, 80% dari keuntungan
Deliverables 4. 20% dari-tenaga penjualan menghasilkan
Analyze Identified Root Cause(s) 80% dari pendapatan perusahaan Anda.
-Cause and Effect 5. 20% dari cacat sistem penyebab 80%
-Statistical Analyses masalah nya.
Validated Root Cause(s)
Step Documentation and Next C. Failure Mode and Effects Analysis
Steps (FMEA)
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
Improve
adalah suatu metode yang digunakan untuk
Selected Root Cause(s) & menganalisis kehandalan dari suatu sistem,
Counter measures sub-system dan komponen sistem (Lauritsen,
Improvement Implementation 2006). Secara umum terdapat 3 elemen utama
Plan dari FMEA ini yaitu:
Validated Solutions or 1. Failure mode dapat digambarkan sebagai
Control0 Improvements cara penanggulangan kegagalan pada
Statistical Analyses desain produk atau proses yang
berdasarkan spesifikasi.
Process Capability 2. Effect atau dampak dari suatu hasil dari
Process and Benefits failure mode pada pelanggan.
Control Plan Tolerance, 3. Cause atau berarti sebuah elemen dari
Controls, and Measures Charts hasil desain di dalam failure mode.
and Monitor Standard Operating
Tahap-tahap pelaksanaan metode
Procedures (SOP)
FMEA adalah sebagai berikut:
Response Plan 1. Identifikasi mode-mode kegagalan
Ownership or Responsibilities potensial. Pemindaian terhadap segala
Corrective Actions kemungkinanterjadinyakegagalan
109
JITMI Vol.1 Nomor 2 Oktober 2018 ISSN : 2620 – 5793
110
JITMI Vol.1 Nomor 2 Oktober 2018 ISSN : 2620 – 5793
111
JITMI Vol.1 Nomor 2 Oktober 2018 ISSN : 2620 – 5793
defect packing dan potongan kasar dengan pada tahap perbaikan dengan metode.
persentase defect sebesar 57% harus ditindak perhitungan FMEA pada Tabel 6:
lanjuti untuk dicari permasalahan yang ada.
a. Defect Packing
2. Tahap Measure
Tabel 6. FMEA defect Packing
Pada tahap ini akan dilakukan pengukuran
DET
SEV
OCC
RPN
Process
Potential Failure Potential Current
terhadap kemampuan proses produksi Beng- Effects Causes Controls
Beng regular di Line 8. Dalam pengukuran
baseline kinerja digunakan satuan pengukuran produk yang produk
manual
masuk secara terblok
DPMO (Defect Per Million Opportunities) abnormal (tidak
7
diinfeed
10 setting infeed 8 560
mesin SIG
untuk menentukan tingkat Sigma. Berdasarkan berurutan) m/c SIG
PACKING
belt infeed
Sigma='+NORM.S.INV((10^6-DPMO)/10^6)+1,5
SEV
OCC
tidak sesuai dengan standart yang ada dengan permasalahan yang ada, yaitu dengan
nilai RPN 343. memberikan antislip pada roll pengerak belt
pada mesin SIG Hal ini dilakukan untuk
4. Tahap Improvement menjaga stabilitas dari fungsi belt jalur infeed
Setelah mengetahui berbagai penyebab agar dapat berfungsi dengan baik, dapat dilihat
yang menimbulkan permasalahan pada proses pada Gambar 6.
produksi, maka langkah selanjutnya adalah
memperbaiki dan meningkatkan sistem
produksi yang telah ada. Menentukan rencana
perbaikan dengan 5W + 1H. Setelah penyebab
utama defect dalam proses produksi Beng-
Beng dapat diketahui yaitu defect terbesar
terjadi pada defect jenis packing. Gambar 6 Improvement Defect Packing
a. Defect Packing Sumber: Olah Data Six Sigma Project 2015
Tabel 8 5W + 1H Defect packing Masalah crimpher yang menginjak produk
Faktor Mas alah
juga disebabkan dari design infeed terlalu
WH EN
WHAT
WHO
roll penggerak
SIG 230 unit/menit, seperti pada Gambar 7:
Machine
MesinSIG
Maintenance
produk
masuk Infeed
Maintenance
Material
113
JITMI Vol.1 Nomor 2 Oktober 2018 ISSN : 2620 – 5793
Faktor Masalah
Desember2015
Material
2015
Desember
114
JITMI Vol.1 Nomor 2 Oktober 2018 ISSN : 2620 – 5793
Sumber: Olah Data Six Sigma Project 2015 dengan menggunakan pareto chart,
diketahui presentase penyebab defect
Improvement yang dilakukan dalam
yang terjadi pada proses produksi Beng-
menyelesaikan penyebab pelapisan cream
Beng defect jenis packing dan potongan
yang tidak rata dengan memperbesar hopper
kasar mendominasi presentase defect
dan membuat filter cream agar bubble yang
terbesar yaitu sebesar 57%. Fase measure
terbawa pada sheet dapat di filter dengan baik,
diukur level Sigma, nilai DPMO dan
dan melakukan pergantian pegas roll bottom
secara continue. Hal ini dilakukan agar proses kapabilitas proses, Diketahui nilai DPMO
pelapisan cream dapat berjalan dengan baik. sebesar 24,929, dan level Sigma pada
proses produksi Beng-Beng regular di
5. Tahap control Line 8 sebesar 3,46 Sigma.
Tahap ini merupakan tahap akhir dari satu 2. Dalam upaya menentukan prioritas
siklus DMAIC. Pada tahap ini berisi validasi masalah dan melakukan tindakan
improvement yang telah dilakukan dengan improvement dalam upaya meningkatkan
kombinasi optimal yang telah didapatkan pada kualitas proses dilakukan pada Fase
dan bagaimana rancangan agar proses analyze, analisa Failure Mode and Effect
produksi yang dihasilkan nantinya tidak akan Diagram (FMEA) Faktor terjadinya defect
menyimpang dari kombinasi optimal yang packing disebabkan beberapa hal di
telah didapatkan. DPMO dan Level Sigma antaranya adalah: faktor mesin, yang
setelah improvement. Tabel 10 Pengukuran meneyebabkan defect yaitu produk naik
level Sigma Dan DPMO setlah dilakukan keatas finger dengan nilai RPN sebesar 560,
Improvement Periode Januari – Maret 2016 Factor terjadinya defect potongan kasar
adalah faktor mesin, book rusak atau hancur
penyebabdefect(O)
DPMO=(D/(UxO))x10^6
Sigma='+NORM.S.INV((10^6-DPMO)/10^6)+1,5
Banyak
pada proses cutting dengan nilai RPN 448
Banyak
produk
produk
dan Faktor material, yaitu masalah yang
No. yang
diperiksa
yang defect sering terjadi dengan sheet yang mudah
( D)
(U) pecah dengan nilai RPN 343. Fase
Improvement yang dilakukan dalam
1 3,536,640 486,149.70 7 19637 3.5613
2 3,536,640 479,128.10 7 19354 3.5673
menyelesaikan permasahan ini dengan
3 3,536,640 472,772.50 7 19097 3.5728 Faktor untuk mengurangi defect dengan
∑ 10,609,920 1,438,050.30 7 19363 3.5671 melakukan memberikan antislip pada belt
dan memodifiasi forming box dan
Sumber: Olah Data Six Sigma Project 2016
melakukan ekspand divider sampai dengan
proses clearing produk setelah di cutting.
Fase control dalam Six Sigma ini dilakukan 3. Dalam upaya mengetahui peningkatan
control pada periode tri wulan pertama, yaitu proses dengan pendekatan Six Sigma,
periode Januari-Maret 2016, di dapat nilai dilakukan pada Fase Control yang
DPMO dan level Sigma setelah permasalahan dilakukan dengan melakukan perhitungan
yang ada telah diselesaikan, dihitung nilai kembali nilai DPMO, level Sigma dan
DPMO mencapai angka 19363 dengan level kemampuan proses produksi setelah
Sigma 3.57, terjadi peningkatan level Sigma dilakukan pedekatan Six Sigma, dan
dari periode sebelumnya 3.46 Sigma Diketahui terjadi peningkatan level Sigma
setelah dilakukan pendekatan Six Sigma
ini menjadi ke level 3.57 Sigma dengan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
nilai DPMO 19363 dan kemampuan
Pada penelitian yang dilakukan di PT. proses dengan nilai Cpk 1 dan dianggap
Mayora Indah, Tbk dapat ditarik kesimpulan kemampuan proses produksi Beng-Beng
sebagai berikut: dianggap capable
1. Pendekatan Six Sigma DMAIC dalam
upaya meningkatkan kemampuan proses DAFTAR PUSTAKA
proses produksi Beng-Beng di Line 8 PT.
Mayora Indah, Tbk dengan mengurangi
DitjenNak. (2000). Panduan Pelatihan Total
tingkat terjadinya defect. Fase define
Quality Management Dan
diidentifikasi jenis defect yang terjadi
Meningkatkan Sistem-Sistem
selama proses lalu dilakukan analisa
115
JITMI Vol.1 Nomor 2 Oktober 2018 ISSN : 2620 – 5793
Organisasi. Jakarta: Direktorat Yang, K. (2005). Design for six sigma for
Jenderal Peternakan dan Kesehatan service. New York: McGraw Hill Professional.
Hewan, Kementerian Pertanian
Republik Indonesia.
Gaspersz, V. (2001). ISO Total Quality
Management. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Gaspersz, V. (2003). Sistem manajemen
kinerja terintegrasi Balanced
scorecard dengan six sigma untuk
organisasi bisnis dan pemerintah.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
116