Anda di halaman 1dari 11

PROFISIENSI, Vol.4 No.

2 : 68-78
Desember, 2016
ISSN Cetak: 2301-7244

Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan Pendekatan


DMAIC (Studi Kasus PT. Lautan Bening)

The Improvement of AMDK Bottle Packaging Production Process with


DMAIC approach (A Case Study PT. Lautan Bening)
Edi Sumarya

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Riau Kepulauan Batam
Jl. Batu Aji Baru, Batam, Batam, Indonesia
edisumarya@yahoo.co.id

ABSTRAK
PT. Lautan Bening merupakan salah satu perusahaan yang bergerak bidang industri manufaktur
dengan produk yang dihasilkan berupa Air Minum dalam Kemasan (AMDK). Berdasarkan data historis
perusahaan, cacat produksi khususnya pada lini proses produksi botol kemasan memiliki tingkat cacat yang
cukup tinggi hampir sebesar 10%, yaitu cacat botol putih , botol pecah, botol miring, botol bocor halus,
kepala botol oval dan leher botol bersayap. Penelitian ini berfokus pada peningkatan kualitas pada proses
produksi botol kemasan, yang memiliki cacat produk 6,04%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Six sigma dengan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) Pendekatan yang digunakan
untuk memperbaiki proses. Setiap langkah DMAIC dilakukan dengan teliti menganalisis dan menjaga proses.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses produksi botol dengan cacat sejumlah 6722.963 defect per
million opportunity (DPMO), dengan tingkat sigma 3,97. Tiga cacat prioritas, berdasarkan grafik data yaitu
cacat botol putih (35,12%), botol pecah (28,22%), dan botol berdiri miring (19,24%). Dalam meningkatkan
langkah DMAIC, bentuk FMEA digunakan untuk mengusulkan beberapa rekomendasi untuk memperbaiki
proses dan menetapkan prosedur kerja dan intruksi kerja mesin yang standar, pelatihan operator yang
bertanggung jawab di setiap proses produksi, menetapkan standar suhu thermocontrol dalam proses produksi,
dan menetapkan standar tekanan air compressor, kecepatan chain roller untuk penyesuaian pemanasan
material agar mendapatkan hasil yang sempurna dari botol.

Kata Kunci : Six Sigma, DMAIC, DPMO, FMEA

ABSTRACT

PT. Lautan Bening is one of manufacturing industry company that produce mineral water package
(bottled water). Based on historical data of company, production defect especially in packaging process
production line has a high levels defect almost by 10%, ie defects bottle of white, broken bottle, the bottle
tilted, leaking bottles smooth, oval bottle head and neck of the bottle with wings. This research focuses to
improve quality of the bottle packaging production process, which has a 6.04% product defect. The method
used in this study is Six sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) approach used to
improve the process. Each step DMAIC done carefully analyze and maintain the process. The result of this
research indicate that the production process of the bottle with disabilities 6722.963 defect per million
opportunity (DPMO), with 3.97 sigma level. Three defects priority, based on the graph of the data that is
68
Edi ; Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan....

bottle of white (35.12%), broken bottles (28.22%), and the bottle tilted (19.24%). In improving step of
DMAIC, FMEA used to propose some recommendations to improve processes and establish work procedures
and instructions machines work standards, training the operator responsible in any production process, set the
standard temperature thermocontrol in the production process, and sets the standard pressure air compressor,
speed roller chain for adjustment of heating the material in order to get a perfect result from a bottle.

Keywords: Six Sigma, DMAIC, DPMO, FMEA

PENDAHULUAN tahapan DMAIC (define, measurement,


Perkembangan dunia industripada analyze, improve, control). DMAIC
saat ini menuntut persaingan antar pelaku dilakukan secara sistematik berdasarkan
usaha industri untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan fakta (Pusporini,
pelanggan. Untuk memenangkan 2009) menuju target six sigma, yaitu 3,4
persaingan tersebut, menciptakan produk defect per million opportunity (DPMO)
yang berkualitas, memberikan pelayanan serta tentunya meningkatkan profitabilitas
yang lebih baik dari kompetitor adalah dari perusahaan (Vanany et al., 2007).
kunci utama, sehingga kepuasan Kualitas pada industri manufaktur
pelanggan terpenuhi (customer satisfied) selain menekankan pada produk yang
yang kemudian mendorong untuk dihasilkan, juga perlu diperhatikan
membeli dan membeli lagi produk kualitas pada proses produksi (Ariani,
tersebut sehingga pelanggan akan tetap 2003). Bahkan yang terbaik adalah
setia. apabila perhatian pada proses
Metode six sigma sering produksinya, bukan pada produk akhir
digunakan oleh perusahaan dalam (Gasperz, 2003). PT Lautan Bening
pengendalian kualitas produk dengan merupakan perusahaan yang bergerak di
meminimasi jumlah defect. Aplikasi six bidang industri manufaktur dengan
sigma berfokus pada cacat dan variasi, produk yang dihasilkan berupa Air
dimulai dengan mengidentifikasi unsur- Minum dalam Kemasan (AMDK).
unsur kritis terhadap kualitas (critical to Berdasarkan data historis perusahaan,
quality) dari suatu proses hingga cacat produksi khususnya pada lini proses
memberikan usulan-usulan perbaikan produksi botol kemasan memiliki tingkat
(improvement) terkait cacat yang timbul. cacat yang cukup tinggi hampir sebesar
Langkah mengurangi cacat dan variasi 10%, yaitu cacat botol putih , botol
dilakukan secara sistematis dengan pecah, botol miring, botol bocor halus,
mendefinisikan, mengukur, menganalisa, kepala botol oval dan leher botol
memperbaiki, dan mengendalikannya bersayap. Menyadari akan hal tersebut
yang dikenal dengan 5 fase DMAIC dan pentingnya kualitas, penelitian ini
(Paul, 1999). Pada referensi lain, six bertujuan untuk mengurangi tingkat cacat
sigma merupakan alat atau tools yang produksi botol dengan menerapkan
digunakan untuk memperbaiki proses langkah kerja DMAIC.
melalui customer focus, perbaikan yang
terus-menerus dan keterlibatan orang- LANDASAN TEORI
orang baik didalam maupun diluar Perbaikan proses produksi botol kemasan
organisasi (Pyzdek, 2000). Six sigma AMDK dengan pendekatan DMAIC
merupakan proses peningkatan terus- untuk mencapai tujuan dari penelitian ini
menerus, yang lebih mengutamakan pada
69
PROFISIENSI, Vol.4 No.2 : 68-78
Desember, 2016
ISSN Cetak: 2301-7244

terdapat teori yang berkelanjutan, faktor-faktor penyebab dan


diantaranya: karakteristik kualitas (akibat)
a. DMAIC (Define, measure, analyze, yang disebabkan oleh faktor-
improve, control) faktor penyebab itu (Gasperz,
DMAIC merupakan proses untuk 2003).
peningkatan terus–menerus menuju 4. Improve
target Six Sigma. DMAIC dilakukan Pada tahap ini, FMEA (Failure
secara sistematik, berdasarkan ilmu Mode and Effect Analysis)
pengetahuan dan fakta. Proses ini digunakan untuk menentukan
menghilangkan langkah–langkah prioritas rencana perbaikan.
proses yang tidak produktif, sering FMEA adalah sistematika dari
berfokus pada pengukuran– aktivitas yang mengidentifikasi
pengukuran baru, dan menetapkan dan mengevaluasi tingkat
teknologi untuk peningkatan kualitas kegagalan (failure) potensial
menuju target Six Sigma. Penjelasan yang ada pada sistem, produk
mengenai DMAIC adalah sebagai atau proses terutama pada bagian
berikut: akar-akar fungsi produk atau
1. Define proses pada faktor-faktor yang
Tahap ini merupakan tahap awal mempengaruhi produk atau
dalam six sigma. Pada tahap ini proses. Tujuan FMEA adalah
akan dilakukan penentuan sasaran mengembangkan, meningkatkan,
dan identifikasi jumlah total cacat dan mengendalikan nilai-nilai
produk. Pada tahap ini pula probabilitas dari failure yang
didefinisikan CTQ (critical to terdeteksi dari sumber (input) dan
quality) berdasarkan input dari juga mereduksi efek-efek yang
pelanggan terhadap kualitas ditimbulkan oleh kejadian
produk. “failure” tersebut (Hidayat,
2. Measure 2007). Setiap jenis kegagalan
Beberapa hal yang dilakukan mempunyai 1 (satu) RPN (Risk
dalam tahap ini yaitu: Priority Number), yang
menentukan cacat dominan yang merupakan hasil perkalian antara
merupakan CTQ (critical to ranking severity, detection, dan
quality) dengan menggunakan occurrence. Kemudian RPN
diagram pareto, mengukur nilai tersebut diurutkan dari yang
total DPMO dan tingkat sigma. terbesar hingga terkecil, sehingga
3. Analyze dapat diketahui jenis kegagalan
Tahap ini merupakan tahap yang paling kritis yang menjadi
menganalisa, mencari dan prioritas untuk tindakan korektif
menemukan akar penyebab dari (Vanany et al., 2007)
suatu masalah. Hal ini dapat 5. Control
dengan menggunakan diagram Tahap ini merupakan tahap untuk
sebab akibat. Berkaitan dengan mengendalikan proses yang
pengendalian proses statistik, sudah diperbaiki. Pengendalian
diagram sebab akibat tersebut dapat dilakukan dengan
dipergunakan untuk menunjukan menggunakan tools yang sudah
70
Edi ; Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan....

pernah digunakan atau dengan proses peningkatan terus-menerus menuju


tools yang lain. target six sigma. DMAIC menghilangkan
langkah-langkah proses yang tidak
b. FMEA (failure, mode and effect produktif, dan fokus pada pengukuran-
analysis) pengukuran baru, penerapan teknologi
FMEA merupakan alat six sigma untuk peningkatan kualitas menuju target
yang sering digunakan untuk six sigma.
mengidentifikasi sumber sumber dan
akar penyebab dari suatu masalah HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitas. FMEA adalah suatu
prosedur tersetruktur untuk DMAIC
mengidentifikasi dan mencegah Pendekatan DMAIC digunakan dalam
sebanyak mungkin mode kegagalan penelitian ini.
(failure modes). 1. Define
c. Six Sigma Hasil pengumpulan data total
Sigma () merupakan sebuah abjad produksi dan total cacat produk
Yunani yang menunjukkan standar difokuskan pada botol, karena botol
deviasi dari suatu proses. Standar ini merupakan yang paling banyak
deviasi mengukur variasi atau jumlah diproduksi untuk memenuhi
persebaran suatu rata-rata proses. permintan hotel dengan
Nilai sigma dapat diartikan seberapa memperhatikan jumlah cacat produk
sering cacat yang mungkin terjadi. yang terjadi pada botol cukup tinggi.
Jika semakin tinggi tingkat sigma Jumlah total cacat produk botol
maka semakin kecil toleransi yang sebesar 12.377 Pcs dari jumlah total
diberikan pada kecacatan sehingga produksi botol sebesar 204.870 Pcs,
semakin tinggi kapabilitas proses, dengan persentase cacat produk yang
dan hal itu dikatakan semakin baik. dihasilkan sebesar 6,04 %. Terdapat
Dalam esensinya, Six Sigma 9 CTQ (Critical to Quality) untuk
menganjurkan bahwa terdapat kualitas botol, yaitu: botol putih,
hubungan yang kuat antara cacat botol pecah, botol berdiri miring,
produk dan produk yang dihasilkan, botol bocor, kepala botol oval, leher
reliability, costs, cycle time, botol bersayap, ulir kepala botol
inventory, schedule, dll. Bila jumlah rusak, botol bercincin, tebal botol
cacat yang meningkat, maka jumlah tidak rata.
sigma akan menurun. Dengan kata 2. Measure
lain, dengan nilai sigma yang lebih Gambar 1 menunjukkan diagram
besar maka kualitas produk akan pareto cacat yang terjadi pada botol.
lebih baik. Cacat dominan diidentifikasikan
dengan melihat pada cacat botol yang
METODOLOGI PENELITIAN memberikan kontribusi ± 80% dari
total jumlah cacat. Cacat dominan ini
Penelitian berlangsung di bagian akan dijadikan sebagai prioritas
produksi botol PT. Lautan Bening. Data penanganan untuk perbaikan kualitas
produksi dan cacat produksi periode pada botol. Cacat dominan tersebut
Januari 2016 digunakan untuk melakukan yaitu, cacat botol putih (35,12%),
analisis pengendalian kualitas dengan botol pecah (28,22%), botol berdiri
pendekatan DMAIC. DMAIC merupakan miring(19,24%). Dari hasil
71
PROFISIENSI, Vol.4 No.2 : 68-78
Desember, 2016
ISSN Cetak: 2301-7244

perhitungan didapatkan nilai DPMO opportunity, dengan tingkat (level)


sebesar 6722,963 defect per million sigma sebesar 3,97.

Implementasi pendekatan DMAIC untuk perbaikan proses produksi botol


Tabel 1 Jenis cacat botol
Cacat botol Jumlah Persentase
Botol putih 4347 35.12%
Botol bolong 3493 28.22%
Botol berdiri miring 2381 19.23%
Botol bocor halus 998 8.06%
Kepala botol oval 744 6.01%
Leher botol bersayap 210 1.69%
Ulir botol rusak 81 0.65%
Botol bercincin 76 0.61%
Tebal botol tidak rata 49 0.39%

Gambar 1 Grafik Cacat botol


3. Analyze (kurang kontrol dalam hal kesalahan
Melalui diagram sebab akibat pada melakukan setting menjadi penyebab
gambar 2 dijelaskan bahwa terjadinya cacat botol putih,
terjadinya cacat botol putih ditambah tenaga operator yang
disebabkan beberapa hal diantaranya kurang terlatih sehingga diperlukan
adalah: Faktor manusia, mesin, pelatihan terkait dengan proses yang
metode, dan material dianalisa untuk dilakukan). Pada faktor mesin, hasil
penyebab botol putih. Hasilnya yang didapatkan menunjukkan
menunjukkan pada faktor manusia (temperatur mesin terlalu tinggi
72
Edi ; Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan....

karena thermocontrol Berdasarkan Untuk faktor manusia, kelalaian


tahap measure, diketahui cacat dalam melakukan setting mesin dan
dominan yaitu cacat botol putih, kurang kontrol menjadi penyebab
botol pecah, dan botol berdiri miring. utama, sehingga dibutuhkan suatu
Berikutnya, evaluasi dilakukan untuk pelatihan terkait hal tersebut. Untuk
mengetahui penyebab dari masing- faktor metode, belum adanya
masing cacat tersebut dengan standar penyetingan thermocontrol
diagram sebab akibat. Diagram sebab dan air compressor menjadi faktor
akibat merupakan pendekatan penyebab utama terjadinya cacat
terstruktur yang memungkinkan botol berdiri miring sehingga perlu
dilakukan analisis lebih terperinci adanya suatu standar tertulis
dalam menemukan penyebab- mengenai penyetelan thermocontrol
penyebab suatu masalah, dan air compressor. Faktor yang
ketidaksesuaian dan kesenjangan terakhir adalah faktor mesin,
yang ada (Nasution, 2001). Dengan kecepatan mesin yang tidak sesuai,
kondisi yang tidak berfungsi, jadwal pendingin yang tidak berfungsi dan
perawatan mesin berkala diperlukan Fan sirkulasi udara mesin yang
untuk mensiasati hal ini). Pada faktor bermasalah menjadi faktor
metode, hasil analisa didapatkan penyebab utama untuk cacat botol
(belum adanya suatu standar setting berdiri miring.
pada proses produksi botol, sehingga 4. Improve
perlu adanya suatu standar baku pada Proses sebelumnya analyze
proses produksi botol). Faktor menggunakan diagram sebab
terakhir yang menjadi penyebab akibat. Hasil diagram sebab akibat
cacat botol putih adalah material akan menjadi input untuk
(sering ganti supplier, dengan perhitungan FMEA pada tahap ini.
tingkat qualitas berbeda) Failure Mode and Effect Analysis
Gambar 3 menunjukkan diagram (FMEA) akan menghasilkan nilai
sebab akibat untuk cacat botol Risk Priority Number (RPN), yang
pecah . Faktor manusia, mesin, dan selanjutnya akan menjadi skala
metode dianalisa untuk cacat botol prioritas perbaikan. Tiga (3) jenis
pecah. Hasil yang sama ditunjukkan cacat dianalisis dengan
untuk faktor manusia dan metode menggunakan alat ini. Tabel 1
seperti pada cacat botol putih. menunjukkan FMEA untuk cacat
Sedangkan untuk faktor mesin botol putih . Pada cacat botol putih
(penyebab chain roller yang macet, ini, beberapa modus kegagalan
fan sirkulasi udara mesin tidak potensial diidentifikasikan untuk
berfungsi dan panas yang tidak mencari penyebab kegagalan. Dari
merata terjadi pada mesin sehingga tabel tersebut, penyebab kesalahan
menyebabkan cacat botol pecah), setting thermocontrol memiliki
sehingga diperlukan suatu jadwal RPN tertinggi. Ini menunjukkan
perawatan mesin yang berkala. bahwa penyebab kegagalan tersebut
Gambar 4 menunjukkan diagram memberikan kontribusi yang besar
sebab akibat untuk cacat botol terhadap terjadinya cacat botol
berdiri miring. Penyebab terjadinya putih serta menjadi prioritas dalam
cacat botol berdiri miring adalah langkah perbaikan seperti yang
faktor manusia, mesin dan metode.
73
PROFISIENSI, Vol.4 No.2 : 68-78
Desember, 2016
ISSN Cetak: 2301-7244

telah direkomendasikan pada tabel modus kegagalan setting


tersebut. thermocontrol tidak sesuai / terlalu
Tabel 2 menunjukkan FMEA untuk tinggi menjadi prioritas perbaikan
jenis cacat botol pecah. Dari tabel karena menghasilkan RPN tertinggi.
FMEA jenis cacat botol pecah,

Method Man
Lebih focus pada pengalaman Standar setting kurang jelas
Standar setting kurang jelas Kesalahan setting Kurang kontrol
Sering ganti ukuran Kurang ahli
Standar setting dianggap sepele Permintan konsumen
Tidak tentu Kurang pelatihan

Botol Putih
Kualitas berbeda Jarang dibersihkan
Pergantian supplier Thermocontrol tdk fungsi Temperature terlalu tinggi
Jadwal perawatan
Tdk jalan

Material Machine
Gambar 2 Diagram sebab akibat cacat botol putih

Method Man
Lebih focus pada pengalaman
Standar setting kurang jelas Kesalahan setting
Kuarang serius melakukan setting Sering ganti ukuran Standar setting tdk jelas Kurang kontrol

Permintaan konsumen tdk menentu


Botol pecah
Jarang dibersihkan
Chain roller macet
Jadwal perawatan tdk berkala Panas tidak merata

Machine
Gambar 3 Diagram sebab akibat cacat botol pecah

Method Man
Lebih focus pada pengalaman
Standar setting kurang jelas Kesalahan setting
Kuarang serius melakukan setting Sering ganti ukuran Standar setting tdk jelas Kurang kontrol

Permintaan konsumen tdk menentu


Botol berdiri
Pendingan tidak berfungsi miring
Kecatan mesin tidak sesuai
Tekanan air compressor kuarang Panas tidak merata

Fan sirkulasi bermasalah

Machine
Gambar 4 Diagram sebab akibat cacat botol berdiri miring

Implementasi pendekatan DMAIC untuk perbaikan proses produksi botol.

74
Edi ; Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan....

Tabel 2 FMEA Jenis Cacat Botol Putih


Modus Kegagalan Efek Kegagalan Penyebab Nilai RPN Rekomendasi
Potensial Potensial Potensial S O D Penanggulangan

Setting Bahan material Standar 4 4 3 48 Pembuatan standar


thermocontrol yang diproses di penyetelan prosedur dan
tidak sesuai / mesin menjadi belum jelas dan intruksi kerja untuk
terlalu tinggi putih hanya mengacu penyetelan
pada pengalaman thermocontrol
operator mesin
Setting kecepatan Laju bahan Standar 4 5 6 120 Pembuatan standar
mesin tidak sesuai material di mesin penyetelan prosedur dan
menjadi tidak belum jelas dan intruksi kerja untuk
seimbang dengan hanya mengacu penyetelan
suhu di mesin, pada pengalaman kecepatan mesin
sehingga bahan operator
material menjadi
putih
Setting mesin saat Bahan material Tidak disiplin 7 4 6 148 Pengawasan dan
pergantian proses tidak sempurna saat pergantian kontrol oleh
produksi tidak proses produksi pengawas produksi
sesuai
Sensor suhu / Suhu pada mesin Kurang 2 3 5 30 Melakukan
thermocouple tidak terkontrol, perawatan dan penjadwalan untuk
tidak berfungsi sehingga suhu pengecekan perawatan dan
dapat menjadi pergantian berkala
terlalu tinggi

Tabel 3 FMEA Jenis Cacat Botol Pecah


Modus Kegagalan Efek Kegagalan Penyebab Nilai RPN Rekomendasi
Potensial Potensial Potensial S O D Penanggulangan

Setting Bentuk botol Standar 6 3 5 90 Pembuatan standar


thermocontrol yang diproses penyetelan prosedur dan
tidak sesuai / menjadi pecah belum jelas intruksi kerja
terlalu tinggi dan hanya untuk penyetelan
mengacu pada thermocontrol
pengalaman mesin
operator
Fan sirkulasi Panas yang tidak Kurang 3 2 4 24 Melakukan
udara mesin tidak merata pada perawatan dan penjadwalan untuk
berfungsi mesin dan pengecekan perawatan yang
menyebabkan berkala
pecah
Chain Roller Botol pecah pada Kurang 4 2 2 16 Melakukan
macet saat di proses perawatan dan penjadwalan untuk
produksi jalan pengecekan perawatan yang
preeform tidak berkala
sempurna

75
PROFISIENSI, Vol.4 No.2 : 68-78
Desember, 2016
ISSN Cetak: 2301-7244

Tabel 4 FMEA Jenis Cacat Botol Berdiri Miring


Modus Kegagalan Efek Kegagalan Penyebab Nilai RPN Rekomendasi
Potensial Potensial Potensial S O D Penanggulangan

Setting Ketebalan pipa Standar 6 6 7 252 Pembuatan standar


thermocontrol menjadi terlalu penyetelan kerja untuk
tidak sesuai tebal atau belum jelas dan penyetelan baut
menjadi terlalu sering terjadi stir dan juga
tipis ketidaktelitian pelatihan operator
operator dalam
penyetelan
Tekanan air Posisi Pin Dies Pergantian 7 4 2 56 Pembuatan standar
compressor tempat bahan ukuran pipa kerja untuk
belum sesuai masuk menjadi penyetelan baut
tidak rata stir
material dapat
hangus
Setting kecepatan Kecepatan Tidak disiplin 6 3 2 36 Pengawasan dan
mesin tidak Chain roller saat menyetel kontrol oleh
sesuai tidak sesuai kecepatan pengawas produksi
mesin

Lampu infra red Proses untuk Kurang 5 4 3 60 Melakukan


mati/rusak pemanasan perawatan dan penjadwalan untuk
preeform pengecekan perawatan dan
menjadi tidak pergantian yang
sempurna berkala

Rekomendasi penanggunalan penyebab thermocontrol yang tidak sesuai memiliki


setting temperatur tidak sesuai berupa nilai RPN tertinggi, sehingga prioritas
pembuatan standar kerja untuk perbaikan akan fokus pada hal tersebut.
penyetelan temperatur mesin. Rekomendasi berupa pembuatan standar
Rekomendasi-rekomendasi kerja settingthermocontrol diusulkan
penanggulangan lainnya pun diberikan pada permasalahan ini, serta adanya
untuk modus penyebab kegagalan dari pelatihan bagi operator agar terampil
cacat botol berdiri miring. dalam melakukan proses setting
Berikutnya analisis dengan menggunakan thermocontrol
FMEA juga dilakukan untuk jenis cacat 5. Control
botol berdiri miring. Tabel 3 Tahapan control merupakan tahap
menunjukkan FMEA untuk jenis cacat akhir dalam pendekatan DMAIC.
tersebut. Beberapa penyebab kegagalan Pada dasarnya tahapan ini
pada cacat botol berdiri miring yang tidak merupakan tindakan pengendalian
standar diperoleh, yaitu setting terhadap tahapan-tahapan yang
thermocontrol yang tidak sesuai, lampu sebelumnya telah dilakukan,
infra red yang rusak, dan setting sehingga pendokumentasian, dan
kecepatan chain roller yang tidak sesuai. pengendalian menjadi hal yang
Dari beberapa penyebab kegagalan cacat penting untuk menjaga konsistensi
botol berdiri miring , penyebab setting perbaikan-perbaikan yang dilakukan

76
Edi ; Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan....

untuk perbaikan kualitas. Pada operator yang bertanggung jawab


penelitian ini, tahap control belum disetiap proses produksi botol,
diimplementasikan sampai ke pembuatan standar setting
perusahaan, sehingga beberapa saran thermocontrol mesin, penjadwalan
diberikan, dengan harapan dalam perawatan mesin agar dapat
kedepannya saran ini dapat berfungsi dengan baik.
diterapkan atau menjadi
pertimbangan bagi perusahaan. Saran
1. Check Sheet Berdasarkan hasil pembahasan
Merupakan alat yang sangat efektif tersebut, disampaikan beberapa saran
mudah dalam penggunaannya, atau masukan yang mungkin dapat
sehingga alat ini sangat cocok berguna bagi divisi terkait maupun
digunakan dalam pengambilan data pihak-pihak lain. 1. Perlunya suatu
(pengendalian) cacat produksi. waktu proses standar (Standard
2. Quality Report Process Time) maupun prosedur
Quality report merupakan catatan kerja standar (Standard Operating
mengenai jumlah produksi, jumlah Procedure) untuk seluruh proses
cacat produk, dan masalah yang yang ada pada divisi produksi.
menjadi penyebab cacat produk pada 2.Pemberian pelatihan/training
proses produksi. kepada tiap-tiap operator yang
3. P Chart dan U Chart bertanggung jawab disetiap proses
Peta kendali dapat digunakan untuk produksi.
melihat suatu proses produksi dan
kualitas produk yang dihasilkan DAFTAR PUSTAKA
apakah masih berada dalam satu Ariani, D.W., 2003. Manajemen Kualitas
sistem kendali atau tidak. Alat ini Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta:
sangat efektif dilakukan untuk
Ghalia Indonesia.
pengendalian suatu proses produksi
Arifin, M., Supriyanto, H., 2012. Aplikasi
KESIMPULAN DAN SARAN Metode Lean Six Sigma Untuk
Kesimpulan Usulan Improvisasi Lini Produksi
Hasil dari perhitungan DPMO dengan Mempertimbangkan Faktor
sebesar 6722,963 yang berarti akan Lingkungan. Jurnal Teknik ITS,
terdapat peluang cacat produk Vol. 1, No. 1 ISSN: 2301-9271.
sebesar 6722,963 dari kegagalan
Gasperz, V., 2003. Metode Analisis
proses per satu juta peluang, dengan
tingkat sigma proses produksi PVC Untuk Peningkatan Kualitas.
sebesar 3,97. Beberapa jenis cacat Jakarta: PT Gramedia Pustaka
yang dominan pada produk botol Utama.
yaitu: botol putih (35,99%), botol Hidayat, A., 2007. Strategi Six Sigma.
pecah (27,46%), dan botol berdiri Jakarta: PT Elex Media
miring (18,83%). Beberapa usulan Komputindo Kelompok Gramedia.
yang ditujukan untuk menekan
Paul, L., 1999. Practice Makes Perfect.
jumlah cacat produk pada botol
kemasan AMDK yaitu: pembuatan CIO Enterprise, Vol. 12 No. 7,
standar intruksi kerja dan prosedur Section 2.
kerja, pelatihan/training kepada
77
PROFISIENSI, Vol.4 No.2 : 68-78
Desember, 2016
ISSN Cetak: 2301-7244

Pusporini, P., Andesta, D., 2009.


Integrasi Model Lean Sigma Untuk
Peningkatan Kualitas Produk.
Jurnal Teknik Industri, Vol.
10,No.2: 91-97.
Pyzdek, T., 2000. The Six Sigma
Handbook, New York: McGraw-
Hill.
Vanany, I. dan Emilasari, D.,2007.
Aplikasi Six Sigma pada Produk
Clear File di Perusahaan Stationary.
Jurnal Teknik Industri, Vol. 9 No.
1,: 27-36.

78

Anda mungkin juga menyukai