Anda di halaman 1dari 32

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PADA PROSES

PRODUKSI KUE DONA CAKE

PROPOSAL PENELITIAN
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mata kuliah Seminar

Oleh:
DIO RAHMAT PUTRA
NIM. 20037017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA


DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengendalian kualitas adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar

kualitas bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai

standar pengiriman produk akhir ke konsumen agar barang (jasa) yang dihasilkan

sesuai dengan spesifikasi kualitas yang direncanakan (Suyadi, 2007: 72). Hal

tersebut menyatakan bahwa pengendalian kualitas bertujuan untuk menghasilkan

produk yang memenuhi persyaratan perusahaan. Oleh karena itu, fungsi kendali

mutu suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting guna

memperbaiki dan meningkatkan mutu produk sesuai dengan yang direncanakan.

Saat ini, tantangan yang dihadapi hampir semua pelaku usaha, terutama yang

bergerak di sektor industri adalah tingkat persaingan yang semakin ketat. Bukan

hanya perusahaan berskala besar dan internasional, bahkan perusahaan kecil juga

mengalami persaingan global. Keadaan inilah yang menuntut para pengusaha

harus mampu mempertahankan usaha yang digelutinya bahkan bisa memajukan

usahanya (Rahma Dilla, 2016). Oleh sebab itu, dalam meningkatkan usaha

perusahaan dengan semakin banyaknya kompetitor, perushaan perlu melakukan

pengendalian kualitas disetiap proses produksi. Sehingga perusahaan tersebut

mampu mempertahankan dan mampu memajukan usahanya dibandingkan pesaing

lainnya.

1
2

Toko Dona Cake adalah salah satu industri yang bergerak pada bidang

produksi kue. Usaha ini beralamat di Lubuk Sikaping, Kecamatan Pauah,

Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Toko Kue Dona Cake berdiri pada

tahun 2008. Toko Dona Cake memproduksi berbagai jenis kue seperti kue bolu,

blueberry, brownies dan black forest. Toko Dona Cake mengedepankan kepuasan

pelanggan atas hasil produk mereka. Salah satu bentuk yang dilakukan adalah

meberikan kualitas yang terbaik kepada pelanggan dengan mengecek kembali

apakah terdapat produk yang cacat atau tidaknya.

Berdasarkan survey awal dengan pihak produksi diketahui bahwa kecacatan

produk dapat disebabkan karena pencampuran komposisi bahan yang kurang

tepat, terlalu lama di oven, dan ketika proses pemindahan dari loyang, ada kue

yang lengket atau terjatuh. Berdasarkan survey dengan pemilik toko diketahui

bahwa terdapat tiga permasalah utama yang membuat kualitas kue menurun, yakni

dari kualitas kue yang bertekstur kasar, hal ini disebabkan oleh tidak

menggunakan penghalus kue. Masih terdapatnya kegagalan produksi kue seperti

hangus/gosong, rusak/cacat, dan bantat. Hal ini disebabkan oleh terlalu lama di

dalam oven, pemberian tepung pada loyang yang tidak merata dan bahan yang

digunakan tidak sesuai takaran. Serta terdapatnya pesaing baru yang berada

diwilayah tersebut. Seperti Toko Kue Zahra, Toko kue Rita dan Toko Kue Dinda.

Toko Dona Cake telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas

terhadap produk yang mereka produksi dari segi kualitas kue yang sebelumnya

kue bolu bertekstur kasar menjadi halus dengan menambahkan penghalus kue,

namun masih terdapat produk gagal yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
3

Dampak yang dihasilkan dari masalah tersebut terjadinya penurunan kualitas

mutu bisa berupa kualitas yang tidak baik dan image perusahaan akan buruk

dimata konsumen. Semakin banyak cacat/rusak yang dihasilkan maka semakin

besar biaya yang harus dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk memperbaiki produk

yang rusak.

Dalam menjaga kualitas produk, pelaku usaha dituntut untuk melakukan

kegiatan yang berdampak pada kualitas produk yang dihasilkan dan juga

menghindari banyaknya produk cacat/rusak yang dihasilkan. Pengendalian

terhadap kualitas tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali melainkan secara

terus-menerus sampai tidak ada produk yang mengalami kecacatan/kerusakan.

Hasil produksi yang optimal tentu mampu meningkatkan keuntungan usaha, dan

guna mengoptimalkan hasil produksi tersebut maka harus mempertimbangkan

banyak faktor meliputi efisiensi usaha, hasil akhir, jenis bahan yang digunakan,

dan lainnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Toko Dona Cake perlu melakukan

pengendalian kualitas untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produksinya. Hal

ini juga dibutuhkan agar Toko Dona Cake mampu bersaing dengan toko

kompetitornya. Maka dari itulah diperlukan suatu analisis proses pengendalian

kualitas untuk menghasilkan kue yang berkualitas agar dapat diterima dengan baik

oleh pasar atau konsumen dan juga agar dapat bertahan di antara para pesaingnya.

Menurut Ahyari (2000: 239), pengendalian kualitas adalah merupakan suatu

aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas

produk (dan jasa) perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah


4

direncanakan. Sedangkan Statistical Quality Control (SQC) menurut Assauri

(2004: 219) adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga standar yang

uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan

merupakan bantuan untuk mencapai efisiens. Untuk itu perlu adanya pengendalian

kualitas dengan metode Statistical Quality Control (SQC) Untuk menekankan

jumlah produksi yang gagal dalam setiap produksi.

Peta kendali adalah suatu teknik berupa pengamatan pada grafik yang

menggambarkan karakteristik kualitas yang diukur dari sampel terhadap nomor

sampel atau waktu pengambilan sampel. Peta kendali terdiri atas Garis Tengah

(GT) yang merupakan nilai rata-rata dari karakteristik kualitas, serta dua garis lain

yang menyatakan Batas Pengendalian Atas (BPA) dan Batas Pengendalian Bawah

(BPB) (Wijayanti dkk., 2021).

Peta Kendali p atau p-chart adalah salah satu alat statistik yang digunakan

untuk mengendalikan variasi proses yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

dapat diukur. Dalam penelitian produksi Kue Dona Cake, Peta Kendali p dapat

digunakan untuk memonitor jumlah cacat yang terjadi pada kue selama proses

produksi. Peta Kendali p memungkinkan pengendalian terhadap jumlah cacat

yang melebihi batas kendali, sehingga langkah-langkah perbaikan dapat diambil

untuk mengurangi variasi dan meningkatkan kualitas kue.

Diagram Sebab-Akibat, juga dikenal sebagai Diagram fishbone, digunakan

untuk mengidentifikasi dan mengorganisir faktor-faktor yang berkontribusi

terhadap masalah atau variasi kualitas. Pengendalian kualitas secara statistik

dengan menggunakan Statistical Processing Control (SPC) mempunyai tujuh alat


5

statistik utama yang dapat dipakai sebagai alat bantu untuk mengendalikan

kualitas yaitu check sheet, histogram, control chart, diagram pareto, diagram

sebab-akibat, scatter diagram, dan flow chart (Devani & Wahyuni, 2017).

Dalam penelitian produksi Kue Dona Cake, diagram sebab-akibat dapat

membantu dalam mengidentifikasi berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi

kualitas kue, seperti bahan baku, metode produksi, mesin, tenaga kerja, dan

lingkungan. Dengan memahami faktor-faktor ini, langkah-langkah perbaikan yang

tepat dapat diambil untuk mengurangi variasi kualitas dan meningkatkan kualitas

mutu dari produksi kue tersebut.

Penelitian mengenai pengendalian kualitas ini telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Aldo Almayda Abidin dkk.

(2022). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dengan menggunakan diagram

pareto diperoleh kesimpulan bahwa proses produksi Roti Anny bakery and cake

masih mengalami beberapa masalah yang disebabkan oleh 4 faktor yaitu,

Manusia, Pengoperasian alat, alat yang digunakan, dan keterbatasan objek

penelitian hanya tertuju pada satu subjek. Penelitian selanjutnya yang dilakukan

oleh Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas (2017) Menurutnya berdasarkan hasil

analisis dan pembahasan dengan menggunakan grafik pengendali p diperoleh

kesimpulan bahwa masih terdapat 11, 61% kerusakan produk yang dimana masih

termasuk dalam batas wajar. Dengan menggunakan diagram pareto diketahui

bahwa faktor utama penyebab terjadinya kegagalan produk adalah faktor manusia.

Melihat dari penelitian-penelitian sebelumnya maka peneliti akan melakukan


6

penelitian dengan metode yang sama dengan menggunakan peta kendali atribut p

pada proses produksi Kue Dona Cake.

Jika proses produksi sudah terkendali secara statistik, dilanjutkan dengan

analisis kapabilitas proses yang digunakan untuk mengecek seberapa kapabel atau

seberapa besar tingkat akurasi dari proses itu. Setelah diketahui kapabilitas dari

proses tersebut, dengan menggunakan diagram sebab akibat akan dilihat

hubungan sebab akibat dari cacat yang dihasilkan sehingga akan didapatkan

faktor-faktor apa saja yang menjadi sumber dari permasalahan yang ada. Sehingga

nantinya diharapkan dari hasil penelitian ini dapat membantu pihak Toko Dona

Cake dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang pengendalian kualitas

produk dan mampu bersaing dengan pabrik maupun usaha produksi kue yang

lainnya. Maka dari penjabaran penelitian yang dilakukan diatas peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang pengendalian kualitas statistik pada proses produksi

Kue Toko Dona Cake.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah ini Bertujuan agar penelitian menjadi terarah dan jelas,

berikut batasan masalah pada penelitian ini:

1. Data proses produksi yang digunakan adalah jumlah kue yang dihasilkan

baik sukses ataupun gagal (terdapat kecacatan) yang dimulai dari tanggal 1

Maret 2023 sampai dengan 30 April 2023.

2. Analisis yang digunakan adalah peta kendali atribut p dan diagram

sebab-akibat.
7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batas permasalahan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Apakah tingkat kerusakan produk kue Dona Cake berada di dalam batas

kendali?

2. Apa saja faktor penyebab kerusakan produk Kue Dona cake?

3. Bagaimana bentuk grafik pengendalian kualitas dari peta kendali atribut p?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin

dicapai dalam penelitian adalah:

1. Untuk menganalisis tingkat kerusakan produk pada kue Dona cake.

2. Untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya kerusakan pada produk

kue Donca cake.

3. Untuk mengetahui bentuk grafik pengendalian kualitas peta kendali atribut p.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti, dapat memperluas pengetahuan, pengertian dan pemahaman

terhadap masalah yang diteliti, serta menambah pengalaman peneliti dalam

penelitian.

2. Bagi Pembaca, dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan

penelitian sejenis, serta untuk mengembangkan dan memperluas hasil

penelitian.
8

3. Bagi Toko Dona Cake, dapat memberikan solusi atas permasalah proses

dan efisiensi produksi sehingga dapat meminimalisir kerusakan pada

produksi pembuatan kue dan memperlancar pemasaran hasil produksi

tersebut sehingga mampu bersaing dengan pesaing toko kue yang lainnya.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kualitas

Menurut Montgomery (1990), terdapat dua segi umum tentang kualitas, yaitu

kualitas rancangan dan kulitas kecocokan. Kualitas rancangan adalah barang dan

jasa memiliki berbagai tingkat kualitas, seperti perbedaan ukuran, warna, tipe,

tergantung tujuan dan mangsa pasar produk dan jasa tersebut. sedangkan, kualitas

kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi yang

disyaratkan oleh perusahaan. Adapun pengertian kualitas menurut (Suyadi

Prawirosentono, 2007) pengertian kualitas merupakan “kondisi fisik, kegunaan,

dan sifat sebuah produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan

konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan”.

Menurut Suyadi Prawirosentono (2007: 12-13) terdapat 6 (5M+1E) unsur

dasar yang mempengaruhi kualitas, yaitu sebagai berikut.

1. Manusia (man)

Sumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan 12 terjadinya

proses penambahan nilai (value added). Kemampuan mereka untuk melakukan

suatu tugas adalah kemampuan, pengalaman, pelatihan, dan potensi kreativitas

yang beragam sehingga diperoleh suatu hasil (output).

2. Mesin (machine)

Mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai menjadi

output. Dengan demikian mesin sebagai alat pendukung pembuatan suatu

9
10

produk, memungkinkan berbagai variasi dalam bentuk, jumlah, dan kecepatan

proses penyelesaian kerja.

3. Metode (method)

Hal ini meliputi prosedur kerja di mana setiap orang harus melaksanakan kerja

sesuai dengan tugas yang dibebankan pada masing-masing individu. Metode

ini harus merupakan prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat

melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

4. Bahan (material)

Bahan baku yang diproses produksi agar menghasilkan nilai tambah menjadi

output, jenisnya sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan akan

memengaruhi nilai output yang beragam pula. Bahkan, perbedaan bahan baku

(jenisnya) mungkin dapat pula menyebabkan proses pengerjaannya.

5. Ukuran (measurement)

Dalam setiap tahap proses produksi harus ada ukuran sebagai standar

penilaian, agar setiap tahap proses produksi dapat dinilai kinerjanya.

Kemampuan dari standar ukuran tersebut merupakan faktor penting untuk

mengukur kinerja seluruh tahapan proses produksi, dengan tujuan agar hasil

(output) yang diperoleh sesuai dengan rencana.

6. Lingkungan (environment)

Lingkungan di mana proses produksi berada sangat memengaruhi hasil atau

kinerja proses produksi. Bila lingkungan kerja berubah maka kinerja pun akan

berubah. Bahkan faktor lingkungan eksternal pun dapat memengaruhi kelima

unsur tersebut di atas sehingga dapat menimbulkan variasi tugas pekerjaan.


11

B. Pengendalian Kualitas

Semakin banyak perusahaan memproduksi semakin banyak Pesaing di dunia

bisnis, mendorong para pemimpin bisnis untuk melakukan yang lebih efisien

untuk menjaga kualitas produknya melalui penerapan sistem kendali mutu untuk

memastikan produknya sehingga dapat bersaing dan menang dengan produk

pesaing kompetitor. Menurut (Bakhtiar dkk., 2013:30) pengertian pengendalian

kualitas dalam arti menyeluruh adalah Pengawasan mutu merupakan usaha untuk

mempertahankan mutu kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan

spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan

perusahaan.

Menurut Suyadi (2007:72) Pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai

dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah

jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen agar

barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan.

Tujuan dari pengendalian mutu adalah untuk memastikan bahwa produk akhir

(jasa) memenuhi spesifikasi yang diberikan. Semua penyimpangan dari standar

dicatat untuk analisis. Hasil analisis kendali mutu digunakan untuk mengarahkan

atau memperbaiki sistem kerja agar produk yang bersangkutan memenuhi standar

yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu dan produksi

harus dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui adanya penyimpangan

dari rencana standar agar segera diperbaiki. Menurut (Endi Haryanto dan Ipin

Novialis, 2019:70) tujuan pengendalian kualitas adalah sebagai berikut.


12

1. Agar produk hasil dari produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah

ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan

menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan

bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas

yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah

mungkin.

C. Statistical Process Control (SPC) atau Pengendalian Kualitas Statistik

Statistical Process Control adalah sebuah proses yang digunakan untuk

mengawasi standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan

selagi sebuah produk atau jasa sedang diproduksi (Heizer dan Render, 2005: 268).

Menurut (Montgomery, 1990) pengendalian kualitas adalah aktivitas

pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk,

membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan yang ada dan mengambil

tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang

sebenarnya dengan standar yang telah ditetapkan.

Menurut (Endi Haryanto & Ipin Novialis, 2019:71) pengendalian kualitas

secara statistik dengan menggunakan SPC (Statistical Process Control) dan SQC

(Statistical Quality Control), mempunyai tujuh alat statistik utama yang dapat

digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas antara lain: check
13

sheet, histogram, control chart, diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter

diagram dan flow chart.

1. Lembar Periksa (Cheeck Sheet)

Membuat checksheet (lembar periksa). Menurut (Handoko, 2017) lembar

periksa merupakan lembaran yang digunakan untuk mengumpulkan data

sampel berupa jumlah produksi, jumlah cacat, dan jenis jumlah cacat dari

pencatatan check-sheet yang dilakukan perusahaan.

2. Diagram Pencar (Scatter Diagram)

Menurut Somadi dkk. (2020) scatter diagram atau dalam istilah lain

dinamakan dengan diagram pencar menunjukkan hubungan dari suatu

penyebab terhadap akibat atau kedekatan dari dua data.

3. Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)

Menurut Ratnadi & Suprianto (2016) diagram sebab-akibat merupakan

diagram yang memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi

dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone)

dan berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh

pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain

itu kita juga dapat melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang

berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat

kita lihat dari panah-panah yang bentuk tulang ikan pada diagram fishbone

tersebut.
14

Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam:

a. Material/bahan baku;

b. Machine/mesin;

c. Man/manusia;

d. Method/metode;

e. Environment/lingkungan.

4. Diagram Pareto (Pareto analysis)

Menurut Tobing (2018) diagram pareto merupakan grafik batang yang

menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya jumlah kejadian.

Urutannya mulai dari jumlah permasalahan yang paling banyak terjadi sampai

yang paling sedikit terjadi. Pada permasalahan, diagram pareto ini digunakan

untuk menunujukkan prioritas permasalahan atau jumlah kecacatan yang

terjadi di perusahaan.

5. Flow Chart

Menurut Idris dkk. (2016) flow chart merupakan alat bantu untuk

memvisualisasikan proses suatu penyelesaian tugas secara tahap-demi-tahap

untuk tujuan analisis, diskusi, komunikasi, serta dapat membantu untuk

menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses produksi.

Flow Chart memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.

a. Mengumpulkan data, mengimplementasikan data juga merupakan

ringkasan visual dari data itu sehingga memudahkan dalam pemahaman.

b. Menunjukan output dari suatu proses.


15

c. Menunjukan apa yang sedang terjadi dalam situasi tertentu sepanjang

waktu.

d. Menunjukan kecenderungan dari data sepanjang waktu.

e. Membandingkan dari data periode yang satu dengan periode lain, juga

memeriksa perubahan-perubahan yang terjadi.

6. Histogram

Menurut Tobing (2018) histogram atau diagram batang adalah alat bantu yang

digunakan untuk menggambarkan perkembangan suatu objek penelitian dalam

kurun waktu tertentu berdasarkan sebaran data yang dikumpulkan. Berbentuk

diagram batang yang menunjukan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan

ukurannya. Manfaat histogram adalah:

a. Memberikan gambaran populasi;

b. Memperlihatkan variabel dalam susunan data;

c. Mengembangkan pengelompokan logis; dan

d. Pola-pola variasi mengungkapkan fakta-fakta produk tentang proses.

7. Peta Kendali (Control Chart)

Menurut Radianza & Mahabai (2020) peta kendali adalah yaitu peta yang

digunakan untuk melihat proporsi jumlah kecacatan per hari terhadap

kelompok sampel yang sedang diinspeksi. Peta kendali adalah suatu alat yang

secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu

aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak

sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas.


16

Kita mengenal ada 2 (dua) jenis peta kendali, yaitu peta kendali variabel dan

peta kendali atribut.

a. Peta kendali variabel

Peta kendali variabel digunakan untuk memonitor proses yang memiliki

dimensi yang berkelanjutan. Seperti berat, kecepatan, panjang, atau kekuatan.

Peta kendali variabel ada 2 jenis yaitu sebagai berikut.

1) Mean chart (x-bar chart)

Suatu grafik kendali kualitas untuk variabel-variabel yang

mengindikasikan ketika perubahan terjadi di dalam kecenderungan sentral

suatu proses produksi.

2) Range chart (R-chart)

Suatu grafik kendali yang menelusuri “kisaran” di dalam sampel bahwa

untung atau rugi dalam keseragaman yang terjadi di dalam penyebaran

suatu proses produksi.

b. Peta kendali atribut

Peta kendali atribut digunakan untuk mengendalikan kualitas produk

selama proses produksi yang tidak dapat diukur tetapi dapat dihitung sehingga

kualitas produk dapat dibedakan dalam karakteristik baik atau buruk.

1) p-chart (sampel tidak konstan pada setiap subgrup), digunakan untuk

menganalisis banyaknya barang yang ditolak yang ditemukan dalam

pemeriksaan.

2) np-chart (sampel konstan pada setiap subgrup), digunakan untuk

menganalisis jumlah butir yang ditolak per unit.


17

3) c-chart (sampel konstan pada setiap subgrup), digunakan untuk

menganalisis dengan menghitung jumlah produk yang mengalami cacat

dengan cara spesifikasi.

4) u-chart (sampel tidak konstan pada setiap subgrup), digunakan untuk

menganalisis dengan menghitung jumlah produk yang mengalami cacat

per unit.

D. Peta Kendali p ( p-chart)

Peta kendali P (P-chart) digunakan untuk mengidentifikasi banyaknya unit

atau item produk yang rusak, dan terdeteksi pada saat pemeriksaan, sehingga

dapat mengendalikan kualitas produk yang berada diluar batas kendali

(Khikmawati, 2019).

Peta kendali p digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan proporsi

dari produk yang tidak sesuai spesifikasi kualitas atau proporsi produk yang cacat

dalam suatu proses produksi. Proporsi yang tidak sesuai dengan spesifikasi

didefinisikan sebagai rasio banyaknya item yang tidak sesuai spesifikasi dalam

suatu populasi terhadap total banyaknya item dalam populasi itu. (Montgomery,

Douglas C, 1990)

Asas-asas statistik yang mendasari untuk grafik pengendali p didasarkan atas

distribusi binomial. Misalkan proses produksi bekerja dalam keadaan stabil,

sehingga probabilitas bahwa suatu unit akan tidak sesuai dengan spesifikasi

adalah p, dan unit yang diproduksi berurutan adalah independen. Maka tiap unit

yang diproduksi merupakan realisasi peubah acak Bernoulli dengan parameter p.

Apabila sampel acak dengan n unit produk dipilih, dan D adalah banyak unit
18

produk yang tak sesuai maka D berdistribusi binomial dengan parameter n dan p

berikut ini.

P { D=x }=C nx Pn (1− p)n−x


Mean dan variansi peubah acak D masing-masing adalah np dan np(1-p).

Proporsi sampel yang tidak sesuai spesifikasi kualitas (sebesar D) terhadap ukuran

sampel n, yaitu:

^ D
P=
n

Dimana:

^
P = proporsi ketidaksesuaian dalam setiap sampel.

D = banyaknya unit yang tidak sesuai dalam setiap sampel.

n = banyaknya sampel yang diambil pada setiap observasi.

(Montgomery, alih bahasa Zanzawi, 1990: 143).

Distribusi peubah acak ^


P dapat diperoleh dari distribusi binomial sehingga

mean dan variansi ^


P masing-masing adalah

μ=P

dan

2 p(1−p)
σ ^P=
n

Jika w suatu statistik yang mengukur suatu karakteristik kualitas, dan jika

mean w adalah μw dan variansi w adalah σ 2w, maka model umum grafik pengendali

p adalah sebagai beriku.

BPA=μw + k σ w

Garis Tengah ( ¿ )=μ w


19

BPB=μw −k σ w

Dengan k adalah jarak batas pengendali garis tengah, dalam kelipatan deviasi

standar w. Biasanya dipilih k = 3. (Montgomery, Douglas C. 1990: 144)

Jika proporsi yang sebenarnya dari unit-unit yang tidak sesuai spesifikasi telah

diketahui dalam produksi atau nilai standar telah ditentukan oleh manajemen yaitu

sebesar p maka garis tengah dan batas pengendali grafik pengendali p dapat

ditentukan sebagai berikut.

BPA= p+3
√ p(1− p)
n

¿=p

BPB=p−3
√ p( 1− p)
n

Dalam prakteknya, nilai p yang sebenarnya jarang diketahui dengan pasti

sehingga p harus ditaksir dari data observasi. Prosedur yang umum adalah

memilih m sampel pendahuluan, masing-masing berukuran n. Sebagai aturan

umum, m haruslah 20 atau 25. Kemudian jika menyatakan banyaknya unit tak

sesuai atau cacat dalam sampel i, maka untuk menghitung proporsi

ketidaksesuaian dalam sampel ke-i itu adalah sebagai berikut.

Di
^
Pi = , i=1,2 , … , m
ni

Dimana:

^
Pi= proporsi ketidaksesuaian dalam sampel ke-i.

Di = banyaknya unit yang tidak sesuai dalam sampel ke-i.

ni = banyaknya sampel ke-i yang diambil pada setiap observasi.


20

Rata-rata dari proporsi sampel-sampel yang tidak sesuai spesifikasi adalah


m m

∑ Di ∑ ^pi
i=1 i=1
P= =
mn m

Dimana:

P=¿ rata-rata dari proporsi atau garis tengah grafik pengendali p.

Di=¿ banyaknya unit yang tidak sesuai dalam sampel ke-i.

^
pi = proporsi ketidaksesuaian dalam sampel ke-i.

m = banyaknya observasi yang dilakukan

n = banyaknya sampel yang diambil pada setiap observasi.

(Montgomery, alih bahasa Zanzawi, 1990: 145)

Statistik P dipergunakan sebagai penaksir bagi nilai p yang tidak diketahui.

Sehingga garis tengah dan batas pengendali grafik pengendali p untuk batas 3σ

dengan banyak sampel konstan adalah

BPA= p+3
√ p(1− p)
n

¿= p

BPB= p−3
√ p (1− p)
n
21

Gambar 1. Peta Kendali P batas 3σ dengan Banyaknya Sampel Konstan

Jika dalam suatu periode tertentu diproduksi banyak unit yang berbeda maka

grafik pengendali itu akan mempunyai ukuran sampel yang berbeda-beda. Harga

P untuk banyaknya sampel yang berbeda-beda adalah


m m

∑ P^ i ∑ Di
i=1 i=1
P= =
m m

∑ ni
i

Dimana:

P=¿ rata-rata dari proporsi atau garis tengah grafik pengendali p.

Di=¿ banyaknya unit yang tidak sesuai dalam sampel ke-i.

^
pi = proporsi ketidaksesuaian dalam sampel ke-i.

m = banyaknya observasi yang dilakukan

ni = banyaknya sampel ke-i yang diambil pada setiap observasi yang selalu

berbeda-beda.

Sehingga garis tengah dan batas pengendali grafik pengendali p untuk batas

3σ dengan banyak sampel berbeda-beda adalah

BPA= p+3
√ p(1− p)
ni
22

¿= p

BPB= p−3
√ p (1− p)
ni

Gambar 2. Peta Kendali P batas 3σ dengan Banyaknya Sampel Berbeda-


beda
Dalam mengatur batas kendali atas dan batas kendali bawah pada grafik

pengendali statistik digunakan batas tiga sigma. Batas tiga sigma (three-sigma)

adalah perhitungan statistik dimana data berada dalam tiga standar deviasi dari

mean. Dalam aplikasi bisnis, three-sigma mengacu pada proses yang beroperasi

secara efisien dan menghasilkan item dengan kualitas terbaik. Batasan tiga sigma

digunakan untuk mengatur batas kendali atas dan bawah dalam grafik kendali

mutustatistik. Bagan kontrol digunakan untuk menetapkan batasan untuk proses

manufaktur atau bisnis yang berada dalam keadaan kontrol statistik.

Adapun langkah-langkah dalam membuat sebuah peta kendali p adalah

sebagai berikut.

1. Menghitung jumlah produk yang tidak sesuai/cacat.

2. Menghitung proporsi produk tidak sesuai/cacat dari masing masing subgrup.

3. Menghitung rata-rata dari proporsi atau garis tengah (GT) menggunakan

persamaan:
23

m
(1)
∑ ^Pi
i=1
P=¿=
m
4. Menentukan batas pengendalian masing-masing observasi.

BPA sebagai batas pengendali atas dan BPB sebagai batas pengendali bawah.

Dimana:

√ p(1− p) (2)
BPA= p+3
ni


p (1− p) (3)
BPB= p−3
ni
5. Menggambarkan diagram pengendalian proses statistik (control chart).

6. Melakukan perbaikan garis tengah, BPA, dan BPB apabila dalam grafik

pengendali p terdapat titik yang berada diluar batas kendali.

7. Membuat simulasi dengan program Minitab.

E. Diagram Sebab-Akibat

Diagram Sebab-Akibat (dikenal juga dengan sebutan the cause-and-effect

diagram atau fishbone) diperkenalkan pertama kali oleh pencetusnya yaitu Kaoru

Ishikawa (1915-1989), seorang warga negara Jepang.

Analisis sebab akibat atau sering disebut sebagai diagram fishbone berguna

untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara

signifikan terhadap penentuan karakteristik kualitas output kerja, yang dalam hal

ini metode sumbang saran akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-

faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail (Hendradi, 2006).

Faktor-faktor yang menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kualitas

pada fishbone diagram terdiri dari 5M + 1E yaitu machine (mesin), man

(manusia), method (metode), material (bahan produksi), measurement


24

(pengukuran), dan environment (lingkungan). Faktor-faktor tersebut berguna

untuk mengelompokkan jenis akar permasalahan ke dalam sebuah kategori.

Gambar 3. Diagram Sebab-Akibat


Sumber: Rahardi (2008)

Menurut Gaspersz (1998) pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat

digunakan untuk kebutuhan berikut:

1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab suatu masalah.

2. Membantu mebangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.

3. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian terapan. Penelitian terapan

merupakan penelitian yang berangkat dari permasalahan yang dihadapi dan

dilanjutkan dengan penerapan teori yang ada pada permasalahan yang dihadapi

tersebut. Studi kasus dilakukan dengan mengambil data sekunder pada proses

produksi kue di Dona Cake

B. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

Dalam Penelitian ini dibutuhkan 2 jenis data, yaitu sebagai berikut.

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data jumlah produk dan

jumlah produk rusat/cacat Kue Dona Cake selama bulan Maret dan

April 2023.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data mengenai profil

perusahaan dan aspek produksi.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dari hasil produksi kue. Pengambilan data dilakukan di Toko Kue Dona Cake

dengan proses wawancara disertai adanya dokumentasi yang diberikan dari

25
26

pihak produksi dari bulan Maret hingga bulan April 2023. Berikut

dokumentasi yang diberikan dari pihak produksi, berupa check seet harian

dalam memproduksi kue.

Table 1. Contoh Cheeck Sheet dari pihak produksi untu data jumlah
produksi baik dan produksi buruk

Jenis Cacat
Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
Banyak Kue Yang Total
Hari/Tanggal Tidak Kue Yang
Produksi Mengalami Produk
Sesuai Cacat
Hangus Cacat
Standar atau
atau
(Bantat) Rusak
Gosong
… … … … … …
… … … … … …
… … … … … …
Total … ... … … …
Sumber: (dari pihak produksi)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

pengamatan secara langsung pada objek penelitian. Metode pengumpulan data

yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait dan

bekepentingan langsung dengan objek pembahasan tugas akhir. Narasumber disi

adalah pemilik Toko Kue Dona Cake yang berhubungan langsung dengan proses

produksi. Wawancara dilakukan pada tanggal 13 Mei 2023 mengenai cacat

produksi apa saja yang masih sering terjadi dan apa penyebabnya pada proses

produksi kue toko Dona Cake.


27

2. Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati sistem atau cara kerja, produksi

dari awal sampai akhir, dan kegiatan inspeksi yang dilakukan di Toko Kue Dona

Cake.

3. Dokumentasi

Informasi yang diperoleh dari metode ini meliputi profil perusahaan, alat yang

digunakan dalam proses produksi, dan data yang diberikan berupa check seet dari

pihak produksi.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data cenderung diatikan sebagai proses perhitungan dalam penerapan

metode statistika. Analisis data pada dasarnya meliputi upaya penelusuran dan

pengungkapan inferensi relevan yang terkandung dalam data penyajian hasilnya

dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana yang pada akhirnya mengarah

pada keperluan adanya penjelasan dan penafsiran.

Dalam penelitian ini, Pengolahan data dilakukan dengan alat bantu yang

terdapat pada Statistical Process Control (SPC). Adapaun langkah-langkah yang

dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Meminta data produk baik dan produk cacat (Check Sheet)

Data yang diperoleh dari Toko Kue Dona Cake adalah data produk baik dan

data produk rusak yang dikumpulkan dari pihak produksi dalam pembukuan

hariannya. kemudian diolah menjadi tabel secara rapi dan terstruktur. Hal ini

dilakukan agar memudahkan dalam memahami data tersebut hingga bisa

dilakukan analisis lebih lanjut.


28

2. Menginput data / tabulasi data

Data yang diperoleh dari Toko Kue Dona Cake diolah menjadi tabel secara

rapi dan terstuktur. Data yang diinputkan adalah data total keseluruhan dan

data produk rusak.

3. Membuat Peta Kendali p (p–chart)

a. Menghitung jumlah produk yang tidak sesuai/cacat

b. Menghitung proporsi produk tidak sesuai/cacat dari masing masing

subgrup

c. Menghitung rata-rata dari proporsi atau garis tengah (GT) menggunakan

persamaan (1).

d. Menentukan batas pengendalian masing-masing observasi menggunakan

persamaan (2) dan (3).

e. Menggambarkan diagram pengendalian proses statistik (control chart)

f. Melakukan perbaikan garis tengah, BPA, dan BPB apabila dalam grafik

pengendali p terdapat titik yang berada diluar batas kendali.

g. Membuat simulasi dengan program Minitab.

4. Mencari faktor penyebab dengan diagram sebab-akibat (fishbone diagram)

Diagram sebab-akibat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja

yang menjadi penyebab kerusakan produk.

5. Menarik kesimpulan.

6. Membuat rekomendasi atau usulan perbaikan


29

Setelah diketahui penyebab terjadinya kerusakan produk, maka dapat disusun

sebuah rekomendasi atau usulan tindakan untuk melakukan perbaikan kualitas

produk.

E. Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. A., Wahyudin, W., Fitriani, R., & Astuti, F. (2022). “Analisis
Pengendalian Kualitas Produk Roti dengan Metode Seven Tools di
UMKM Anni Bakery and Cake”. Vol. 21, No. 1, 2022, 21, 52-63.
https://doi.org/10.20961/performa.21.1.53700
Ahyari, Agus. (2000). “Manajemen Produksi”. BPFE-UGM. Yogyakarta.
Assauri, Sofian. (2004). “Manajemen Produksi dan Operasi”. LPFE-UI. Edisi
Revisi. Jakarta.
Devani, V., & Wahyuni, F. (2017). “Pengendalian Kualitas Kertas Dengan
Menggunakan Statistical Process Control di Paper Machine 3”.
Elmas, M. S. (2017). “Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode
Statistical Quality Control (SQC) Untuk Meminimumkan Produk Gagal
Pada Toko Roti Barokah Bakery”. Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA
Vol. 7, Maret 2017, 7, 15-22. https://doi.org/10.30741/wiga.v7i1.330
Endi Haryanto, & Ipin Novialis. (2019). “Analisis Pengendalian Kualitas Produk
Bos Rotor Pada Proses Mesin CNC Lathe Dengan Metode Seven Tools”. 8,
69–77.
Gaspersz, V. (1998). “Statistical Proses Control Penerapan Teknik-Teknik
Statistik dalam Manajemen Bisnis Total”. Jakarta: Diterbitkan atas Kerja
Sama Yayasan Indonesia Emas. Institut Vincent, PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Handoko, A. (2017). “Implementasi Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan
Pendekatan PDPCA Dan Seven Tools Pada PT. Rosandex Putra Perkasa di
Surabaya”. Jurnal Ilmial Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 6, No. 2,
1329-1347.
Heizer, J.; Render, B. (2005). "Manajemen Operasi". Edisi 7. Jakarta: Salemba
Empat.
Hendradi, C. Tri. (2006). “Statistik Six Sigma Dengan Minitab Panduan Cerdas
Inisiatif Kualitas”. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Idris, I., Sari, R. A., Wulandari, & Uthumpon. (2016). “Pengendalian Kualitas
Tempe Dengan Metode Seven Tools”. Jurnal Teknovasi, 3(1), 66-80.
Khikmawati, Emy, Heri Wibowo dan Irwanyah. (2019). “Analisis Pengendalian
Kualitas Kemasan Glukosa Dengan Peta Kendali P Di PT. Budi Starch &
Sweetener Tbk Lampung Tengah”. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Volume
7 No. 1. Jakarta: Program Studi Teknik Industri Universitas
Tarumanagara.

30
31

Montgomery, Douglas C. (1990). “Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik”.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Radianza, J., & Mahabai, I. (2020). “Analisa Pengendalian Kualitas Produksi
Dengan Menggunakan Metode Seven Tools Quality Di PT. Borsya Cipta
Communica”. Jurnal Industri & Teknologi Samawa, 1(1), 17-21.
Rahardi, D. 2008. “Fishbone Analysis”.
Rahma, Dilla. (2016). “Analisis Pengendalian Kualitas Proses Produksi
Bedak Salisil Talk Wangi di Bagian Pengemasan Menggunakan C-Chart”.
Tugas Akhir, 1.
Ratnadi, R., & Suprianto, E. (2016). “Pengendalian Kualitas Produksi
menggunakan Alat Bantu Stastistik (Seven Tools) Dalam Upaya Menekan
Tingkat Kerusakan Produk”. Jurnal Industri Elektro dan Penerbangan,
6(2), 10-18.
Somadi, S., Priambodo, B. S., & Okarini, P. R. (2020). “Evaluasi Kerusakan
Barang Dalam Proses Pengiriman Dengan Menggunakan Metode Seven
Tools”. Jurnal INTECH Teknik Industri Universitas Serang raya, 6(1), 1-
11.
Suyadi Prawirosentono. (2007). “Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu
Terpadu Abad 21 Kiat Membangun Bisnis Kompetitif”. Edisi dua. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tobing, B. (2018). “Seven Basic Tools & Delapan Langkah Perbaikan”. Deli
Serdang: PT. Medan Sugar Industry.

Anda mungkin juga menyukai