1, Oktober 2020
1baha@untirta.ac.id, 2aryavickyarya@gmail.com,
diperlukan suatu metode pengendalian mutu untuk 7. Cause and Effect Analysis (Fishbone Chart and
meningkatkan kualitas produksi. Cause and Effect Matrix)
Secara sederhana six sigma (6𝜎) dapat diterjemahkan
2.1.2 Measure
sebagai suatu proses yang mempunyai kemungkinan cacat
Langkah kedua dalam pengaplikasian Six sigma adalah
(defect opportunity) sebanyak 3,4 buah dalam satu juta
measure atau pengukuran. Pada tahap kedua ini dilakukan
produk (atau jasa). Mengenai penurunan nilai 3,4
pengukuran terhadap performansi sigma dan
sebenarnya banyak sekali kontroversi, tapi yang
memvalidasi permasalahan, mengukur/menganalisis
terpenting adalah kita memahami six sigma sebagai
permasalahan dari data yang ada. Dalam manajemen
sebuah referensi tool untuk mengurangi jumlah cacat [1].
kualitas, pengukuran terhadap fakta-fakta akan
Six sigma merupakan sebuah proses perbaikan
menghasilkan data, yang kemudian diolah dan dianalisis.
berkelanjutan. Metode ini berkembang setelah beberapa
Jika data tersebut diolah dan dianalisis secara tepat, akan
cara metode perbaikan proses seperti Statistic Process
memberikan informasi yang akurat, yang selanjutnya
Control (SPC), Total Quality Management (TQM), Malcolm
informasi tersebut akan berguna bagi manajer untuk
Baldrige Company, Quality Circle, Kaizen, Juran, dan lain-
mengambil keputusan atau tindakan manajemen untuk
lain.. Istilah Six Sigma diambil dari terminologi, statistik, di
meningkatkan kualitas [3].
mana Sigma (σ) adalah standar deviasi dalam distribusi
Measure merupakan langkah operasional yang kedua
normal dengan probabilitas (a) ± 6 (enam) atau sama
dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat
dengan Pvalue = 0,999996 atau efektivitas sebesar
tiga hal pokok yang harus dilakukan, yaitu: (1) Memilih
99,9996% [2].
atau menentukan karakteristik kualitas kritis (Critical to
Penelitian ini bertujuan melakukan pengendalian
Quality), (2) Mengembangkan rencana pengumpulan data,
kualitas produk tepung kemasan 25 Kg yang dihasilkan
dan (3) Pengukuran baseline kinerja output [4].
oleh PT. XYZ dengan metode six sigma yang diawali
Critical to Quality (CTQ) adalah persyaratan-
dengan penentuan Critical to Quality (CTQ), menghitung
persyaratan yang dikehendaki oleh pelanggan. CTQ yang
nilai DPMO (Defect Per Million Opportunities) dan
merupakan kualitas yang ditetapkan harus berhubungan
memberikan usulan perbaikan terhadap proses produksi
langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan, yang
di PT. XYZ. Produk yang dijadikan sebagai objek penelitian
diturunkan secara langsung dari persyaratan-persyaratan
merupakan produk yang rentan mengalami cacat pada
output. Salah satu contoh Critical To Quality (CTQ) yang
saat produksi. Untuk itu dengan diterapkannya metode six
mempengaruhi terjadinya waste di rumah sakit yaitu tidak
sigma ini diharapkan pengendalian kualitas pada
terjadi lagi proses pendataan ulang data pribadi pada saat
perusahaan tersebut dapat menjadi lebih baik dan target
pasien mengunjungi klinik di rumah sakit [5].
3,4 DPMO dapat tercapai.
2.1.3 Analyze
2. METODE PENELITIAN Pada tahap ini dilakukan analisis data dan dilakukan
pengolahan data dengan berdasar pada akar
2.1 Model Perbaikan DMAIC
permasalahan yang menyebabkan performansi sigma
Terdapat 5 tahapan yang dipergunakan Six Sigma dalam
dalam proses menurun. Selain itu, mendaftar semua faktor
penyelesaian masalah dikenal dengan metode DMAIC,
yang berpengaruh (significant few opportunities) terhadap
yaitu:
kualitas yang akan di-improve, kemudian dipilih beberapa
2.1.1 Define faktor yang dianggap paling berpengaruh, kemudian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam program dilakukan eksperimen terhadap faktor tersebut, seberapa
peningkatan kualitas Six sigma. Pada tahap ini dilakukan besar pengaruhnya terhadap kualitas produk biasanya
identifikasi permasalahan, identifikasi spesifikasi tool statistik [3].
pelanggan, menentukan tujuan (pengurangan cacat/biaya, Alat – alat (Tools) yang dapat digunakan dalam tahapan
dan target waktu), dan mengidentifikasi area proses yang analyze adalah [1]:
akan di improve. Secara umum setiap proyek Six sigma 1. Uji Hipotesis (Hypothesis Testing)
yang terpilih harus mampu memenuhi kategori sebagai 2. Regression
berikut [3]: 3. Correlation Analysis
1. Memberikan hasil dan manfaat bisnis
4. ANOVA (Analysis of Variance)
2. Kelayakan
3. Memberikan dampak positif kepada organisasi. 5. Multi-Vari Analysis
6. Contingency Table
Alat-alat (tools) yang dapat digunakan dalam tahapan 2.1.4 Improve
define ini antara lain [1]: Pada tahap ini dilakukan seleksi solusi dan tindakan yang
1. Function Deployment Process Map diharapkan dapat meningkatkan performansi dari sigma.
2. SIPOC Map (Diagram Supplier, Input, Proses, Langkah ini dapat dilakukan dengan Design of Experiment
Output dan Customer) (DOE), yaitu menggabungkan faktor yang paling
3. Pareto Chart berpengaruh dalam proses dan mencari nilai optimum
4. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dari penggabungan faktor tersebut [3].
5. Affinity Diagram 2.1.5 Control
6. Relation Diagram Dalam fase ini seluruh usaha-usaha peningkatan yang ada
dikendalikan sebagai simulasi atau dicapai secara teknis
Journal Industrial Servicess, Vol. 6, No. 1, Oktober 2020
dan seluruh usaha tersebut kemudian didokumentasikan annoyance. Customer probably will
dan disebarluaskan atau disosialisasikan ke segenap notice a slight deterioration of the
karyawan perusahaan [4]. product and/or service. A slight
inconvenience in the next process, or
2.2 Analisis Diagram Pareto
minor rework action.
Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo
4-6 Moderate Moderate rangking because failure
Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran.
cause some dissatisfaction. Customer is
Diagram pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang
made uncomfortable or is annoyed by
menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data
the failure. May cause the use of
terhadap keseluruhan. Dengan memakai diagram pareto,
unscheduled repairs and/or damage of
dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat
equipment
mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Fungsi
7-8 High High degree of customer dissatisfaction
Diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau
due to the nature of the failure such an
menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas
inoperable product or inoperative
dari yang paling besar ke yang paling kecil [6].
convenience. Does not involve safety
2.3 Analisis 5W + 1H issues or government regulation. May
Analisa 5W + 1H adalah suatu metode analisis yang cause disruptions to subsequent
digunakan untuk melakukan penanggulangan terhadap processes and/or
setiap akar permasalahan yaitu: What (Apa 9- Very High Very high severity is when the failure
Penanggulangannya?), Why (Mengapa Ditanggulangi?), 10 affects safety and involves non-
How (Bagaimana Penanggulangannya?), Where (Di mana compliance withgovernment
Penanggulangannya?), When (Kapan regulations.
Penanggulangannya?), Who (Oleh Siapa Sumber: [8]
Penanggulangannya?) [7].
Tabel 2. Occurance Rating
2.4 Diagram Fishbone
Rank Criteria
Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah
1 Unlikely
Failure is unlikely (less than 1 in
satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering
1.000.000)
juga diagram ini disebut dengan diagram sebab-akibat
2 Very Low Process in statistical control. Isolated
atau cause effect diagram. Diagram ini akan menunjukkan
failure exist (1 in 20.000)
sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan,
3 Low Process is in statistical control. Isolated
dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat
failure occur sometimes (1 in 4,000)
dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang
4-6 Moderate Process in statistical control with
ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan
occasional failure but not in major
permasalahannya. Diagram sebab-akibat memperlihatkan
proportion (1 in 1000 to 1 in 800)
hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan
7-8 High Process no in statistical control. Have
kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang
failure often (1 in 40 to 1 in 20)
mempengaruhinya yang terdiri dari manusia (man), bahan
9- Very High Failure are inevitable
baku (material), mesin (machine), metode (method), dan
10
lingkungan (environment) [4].
Sumber: [8]
2.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
FMEA adalah sebuah teknik rekayasa yang digunakan Tabel 3. Detection Rating
untuk menetapkan, mengidentifikasi, dan untuk Rank Criteria
menghilangkan kegagalan yang diketahui, permasalahan, Remote likelihood that the product or
error, dan sejenisnya dari sebuah sistem, desain, proses, service will be delivered. The defect is
dan atau jasa sebelum mencapai konsumen. Dari definisi 1 Very High Functionally obvious and readly
FMEA tersebut, yang lebih mengacu pada kualitas, dapat detected. Detection reliability at least
disimpulkan bahwa FMEA merupakan suatu metode 99,99%.
yang digunakan untuk mengidentifikasi dan Low likelihood thet the product
menganalisa suatu kegagalan dan akibatnya untuk would be delivered with defect. The
2-5 High
menghindari kegagalan tersebut [8]. Berikut ini defect is obvious. Detection reliability
merupakan penentuan dari severity rating, occurance at least 99,80%.
rating dan detection rating Moderate likelihood that the product
Tabel 1. Severity Rating will be delivered with defect. The
6-8 Moderate
Rank Criteria defect is easily identified. Detection
1 Minor Unresonable to expect that the minor reliability at least 98,00%.
nature of this failure would cause any High likelihood that the product
real effect on the product and/or would be delivered with defect. The
9 Low
service. Customer will probably not defect is subtle. Detection reliability
even notice the failure. at greater than 90%
2-3 Low Low severity rangking due to nature of Very likelihood that the product
10 Very Low
failure causing only a slight costumer and/or service will be delivered with
Journal Industrial Servicess, Vol. 6, No. 1, Oktober 2020
defect. Item is usually not check or Tabel 5. Data Jumlah Produk Cacat Tahun 2019
not checkable . Quite often the defect Tepung Defect
is latent and would not appear Standar Rusak Kar
Out
during the process or service. No Bulan Quality Saat ung Total
Of
Detection reliability 90% or less. Tidak Wareh Rus
Spec
Sumber: [8] Sesuai ousing ak
1 Jan 857 391 260 453 1961
2 Feb 453 471 268 422 1614
3 Maret 523 191 481 314 1509
4 April 188 199 286 290 963
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
5 Mei 341 34 362 275 1012
3.1 Pengumpulan Data
6 Juni 112 196 210 140 658
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data 7 Juli 506 99 369 286 1260
produksi pada tahun 2019 dan data kecacatan (defect)
8 Agust 1522 114 325 335 2296
pada produk tepung 25 Kg. Pengambilan data dilakukan
9 Sept 85 335 507 340 1267
dengan pengamatan secara langsung oleh karyawan pada 10 Okt 859 207 548 415 2029
PT. XYZ. 11 Nov 20 231 426 50 727
3.1.1 Data Produksi 12 Des 574 734 344 217 1869
Data produksi yang digunakan adalah data produksi pada (Sumber : Data diolah)
periode tahun 2019, di mana pada PT. XYZ menghasilkan
jumlah produk yang berbeda setiap bulan sesuai jumlah Berdasarkan tabel di atas, maka didapatkan informasi
permintaan pada customer. Data produksi yang akan berupa data defect yang terjadi pada produk tepung
diteliti yaitu produk tepung kemasan 25 Kg. Berikut ini kemasan 25 Kg. Defect yang paling sering terjadi yaitu
adalah data jumlah produksi tepung pada periode tahun pada bulan Agustus sebesar 2296 Bag, sedangkan defect
2019 tersebut. yang paling sedikit terjadi yaitu pada bulan Juni sebesar
Tabel 4. Data Jumlah Produksi Periode Tahun 2019 658 Bag.
No. Periode Tahun 2019 Jumlah Produksi (Bag) 3.2 Pengolahan Data
1 Januari 687800 Six sigma dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu define,
2 Februari 628531 measure, analyze, improve, dan control.
3 Maret 709641
4 April 639195 3.2.1 Define
5 Mei 703392 Define (pendefinisian) merupakan tahap awal dalam
6 Juni 462424 melakukan penelitian menggunakan metode six sigma.
7 Juli 752733 Tahap ini merupakan tahap untuk mendefinisikan jenis-
8 Agustus 658860 jenis cacat yang terjadi dalam proses produksi tepung
9 September 588959 terigu, mengidentifikasi masalah utama dengan melihat
10 Oktober 701360 jumlah defect terbanyak, menentukan sasaran dan tujuan
11 November 634361 perbaikan, dan pembuatan diagram pareto.
12 Desember 628441 PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan produksi
Total 7795697 tepung terigu yang dibagi menjadi 2 kategori, yaitu dengan
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui produksi kemasan 1 Kg dan kemasan 25 Kg. Pada penelitian ini,
yang paling banyak terdapat pada bulan Juli yaitu sebesar tepung terigu dengan kemasan 25 Kg yang menjadi
752.733 Bag dan produksi yang paling sedikit terdapat sasaran perbaikan dari kecacatan yang terjadi. Pada
pada bulan Juni yaitu sebesar 462.424 Bag. Dapat proses produksi tepung terigu 25 Kg sangat dihindari
diketahui juga bahwa total produksi keseluruhan pada terjadinya kecacatan karena dampak yang ditimbulkan
tahun 2019 yaitu sebesar 7795697 Bag. Data jumlah dari kecacatan pada tepung terigu akan berpengaruh pada
produksi pada tabel di atas merupakan data yang penjualan tepung dan kepercayaan customer. Tepung
didapatkan dari arsip PT. XYZ pada tahun 2019. terigu diolah dengan cara yang sangat higienis, sehingga
apabila ada kecacatan sedikit saja maka produk tersebut
3.1.2 Data Produk Cacat akan sepenuhnya di daur ulang (recycle) dan mengalami
Produk cacat pada produk tepung kemasan 25 Kg ini di downgrade menjadi brand tepung dengan kualitas yang
klasifikasikan ke dalam 4 jenis cacat, yaitu kandungan berbeda dari brand tepung sebelumnya.
tepung yang tidak sesuai standar yang selanjutnya diganti Masalah yang akan diidentifikasi berasal dari data
dengan produk dengan brand yang berbeda produksi pada Januari sampai Desember 2019, serta data
(downgrade/change over), tepung dengan spesifikasi yang defect pada Januari sampai Desember 2019.
salah sehingga diharuskan untuk mengulang proses a. Pendefinisian Jenis-jenis Defect
produksinya (rework), cacat yang terjadi pada saat Produk tepung yang dihasilkan oleh PT. XYZ
perpindahan dari divisi produksi ke divisi warehouse mengalami beberapa kecacatan yang diakibatkan oleh
(rusak saat warehousing), dan cacat karung dari supplier beberapa faktor dan penyebab. Untuk mengetahui
(karung rusak). Berikut ini adalah data cacat (defect) faktor apa saja yang menyebabkan kecacatan tersebut,
tersebut. maka sebelumnya perlu diketahui cacat apa saja yang
Journal Industrial Servicess, Vol. 6, No. 1, Oktober 2020
dialami produk tepung tersebut. Berdasarkan hasil Pareto Chart of Jenis Cacat
wawancara dan observasi ke lapangan, maka dapat 18000
100
16000
diketahui jenis cacat apa saja yang ada pada produk 14000 80
Percent
Jumlah
10000 60
lit sin pe
Ru
3. Kemasan bocor/rusak saat warehouse rK
ua
reh
ou
un
g
ut
O
fS
da a r O
Ka
4. Karung rusak St
an
sa
at
W
k
Defect yang terjadi pada produk tepung kemasan Ru
sa
yaitu produk dilakukan downgrade dan produk di Gambar 1. Diagram Pareto Jumlah Persen Cacat
rework. Untuk produk tepung yang spesifikasinya
tidak sesuai namun masih dalam kualitas yang dapat Berdasarkan diagram pareto, didapatkan informasi
di toleransi, maka produk tersebut mendapat bahwa terdapat 4 jenis cacat pada produk tepung
perlakuan berupa downgrade. terigu kemasan 25 Kg, yaitu standar kualitas tidak
Sedangkan produk tepung yang tidak memenuhi sesuai, rusak saat warehousing, karung rusak, dan out
spesifikasi namun tidak sesuai standar perusahaan, of spec. Dari diagram pareto tersebut ditunjukkan
produk tersebut dilakukan rework sehingga secara jelas masalah tertinggi sebesar 35,2% dari
menjadikan pabrik ini memiliki jumlah limbah pabrik seluruh masalah disebabkan oleh cacat standar
yang sangat minim. Selain itu, kecacatan dapat terjadi kualitas tidak sesuai.
saat pemindahan produk dari divisi produksi ke
warehouse. Kecacatan yang terjadi yaitu pada 3.2.2 Measure
kemasan produk yang mengalami kerusakan. Tahap define yang telah dilakukan sebelumnya merupakan
Kerusakan kemasan tersebut dapat disebabkan oleh tahap menentukan CTQ, yang merupakan tahap di mana
beberapa faktor, yaitu benang pada kemasan putus, pendefinisian permasalahan utama terjadinya cacat
anyaman karung rusak, bocor karena air hujan, dan ditemukan, yaitu pada standar kualitas tidak sesuai. Dalam
saat perpindahan produk. Kemasan rusak juga dapat tahap selanjutnya yaitu measure, merupakan tahap di
disebabkan oleh supplier yang memberikan kemasan mana menentukan nilai defect per million opportunity
karung yang tidak sesuai spesifikasi, seperti anyaman (DPMO). DPMO merupakan nilai kejadian kecacatan yang
karung rusak dan karung yang polos (tidak ada logo terjadi pada satu juta kali kesempatan. Selain menentukan
brand-nya). nilai DPMO, pada tahapan ini juga melakukan perhitungan
b. Identifikasi Karakteristik Kualitas (CTQ) nilai sigma dari produksi tepung terigu kemasan 25 Kg.
Penentuan karakteristik kualitas berdasarkan Berdasarkan Tabel 6, didapatkan hasil pengolahan data
dari kondisi kecacatan fisik yang terjadi selama ini di berupa nilai DPMO dan tingkat sigma tiap periode. Untuk
perusahaan dan dikuatkan dengan wawancara yang nilai DPMO dan tingkat sigma pada periode 1 dihasilkan
dilakukan dengan bagian produksi dikarenakan nilai DPMO sebesar 712,78 dan nilai sigma sebesar 4,69
bagian ini yang lebih mengetahui secara teknis dibulatkan menjadi 5. Sedangkan pada periode terakhir
karakteristik kualitas dan kecacatan yang terjadi pada yaitu DPMO sebesar 743,51 dan sigma sebesar 4,68
produk tepung dari segi quality dan fisik. Karakteristik dibulatkan menjadi 5.
kualitas (CTQ) yang paling diperhatikan, yaitu: Untuk lebih jelasnya lagi, dapat dilihat grafik
1. Quality tepung kapabilitas DPMO dan tingkat sigma pada Gambar 2 dan 3
Tepung terigu memiliki kualitas yang berbeda- berikut.
beda pada setiap jenis brand-nya. Hal ini
membuat pada quality tepung yang memiliki
kecacatan mendapatkan 2 jenis perlakuan yang
berbeda, yaitu dengan downgrade atau dengan
reject. Perlakuan dengan downgrade yaitu tepung
yang memiliki kandungan protein yang
seharusnya, namun karena tidak sesuai maka
dialihkan menjadi tepung dengan kualitas di
bawahnya, namun masih sesuai standar.
Sedangkan perlakuan dengan reject yaitu tepung
yang memiliki spesifikasi quality keluar dari
standar
Data defect yang telah terdefinisi selanjutnya
dilakukan pengidentifikasian terhadap jenis
defect utama yang membuat spesifikasi dari
tepung tersebut tidak sesuai. Untuk mengetahui
penyebab utama masalah tersebut, maka
digunakan diagram pareto.
Journal Industrial Servicess, Vol. 6, No. 1, Oktober 2020
Tingkat Sigma
5; 4,886; 4,89
800,00 2; 641,97 4,90 4; 4,87
DPMO
Berdasarkan gambar kapabilitas DPMO pada Gambar Berdasarkan gambar grafik kapabilitas tingkat sigma
2, menunjukkan bentuk grafik DPMO setiap bulan. Dengan pada Gambar 3, menunjukkan pola yang mirip dengan
ditunjukkannya grafik tersebut kita dapat melihat grafik kapabilitas DPMO pada Gambar 2, yaitu membentuk
kenaikan dan penurunan nilai DPMO. Selain grafik pola cermin terhadap kapabilitas DPMO. Peta kendali
kapabilitas DPMO, terdapat juga kapabilitas tingkat sigma digunakan untuk memonitor aktivitas dari suatu proses
yang akan ditunjukkan pada grafik berikut. yang sedang berlangsung dengan menggunakan metode
grafis. Sehingga dapat diketahui apakah proses tersebut
berada dalam batas kendali statistik atau tidak. Peta
kendali yang sesuai dengan data yang telah diperoleh
adalah peta kendali p, di mana dalam observasinya jumlah
sampel yang diambil tidak sama. Hasil pengukuran produk
cacat dari tepung kemasan 20 Kg hasil produksi PT. XYZ
dapat dilihat pada Tabel 7.
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7, maka di bawah, semakin di bawah garis P maka semakin baik.
data fraksi nonconforming, LCL dan UCL dapat disajikan Karena hal tersebut menunjukkan jumlah proporsi produk
dalam peta kendali P. Pada peta kendali P seperti gambar cacat semakin rendah. Pada dasarnya proporsi produk
Journal Industrial Servicess, Vol. 6, No. 1, Oktober 2020
cacat yang serendah mungkin yang diharapkan suatu 1. Analisis Kapabilitas Proses
perusahaan. Banyaknya produk cacat yang dihasilkan, Berikut ini perhitungan nilai kapabilitas proses:
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan Cp = 1 – 𝑝̅
yang diperoleh perusahaan tersebut Cp = 1 – 0,002202
Berdasarkan peta kendali P pada Gambar 4, garis Cp = 0,997798
warna hijau menunjukkan rata-rata proporsi cacat produk Hal ini menunjukkan bahwa dalam sejumlah
tepung kemasan 20 Kg PT. XYZ di tahun 2019. Untuk garis produk yang diproduksi PT. XYZ mampu
merah menunjukkan batas atas dan batas bawah untuk menghasilkan produk baik atau yang memenuhi
setiap periode produksinya. Apabila proporsi produk spesifikasi yang telah ditentukan sebesar 99,78%.
cacat pada suatu periode masih berada di antara batas atas Dengan begitu hal ini juga menunjukkan bahwa
(UCL) dan batas bawah (LCL) maka dapat dikatakan kemampuan proses menghasilkan produk cacat
bahwa proporsi produk cacat masih dalam batas sebesar 0,22%. Nilai ini tidak begitu berarti jika
diperbolehkan. jumlah produk yang diproduksi kecil. Namun PT. XYZ
P Chart of Di
menghasilkan produk tepung khususnya tepung
0,0035
1 kemasan 20 Kg dalam jumlah ratusan ribu dalam satu
bulannya. Sehingga nilai 0,22% ini memiliki pengaruh
0,0030 1
1
1
yang signifikan terhadap keuntungan perusahaan.
1 2. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
Proportion
0,0025
UCL=0,002379
_ Berdasarkan diagram pareto yang telah
P=0,002202
0,0020 LCL=0,002024 didapatkan pada tahap define, dapat diketahui bahwa
cacat tertinggi pada produksi tepung kemasan 20 Kg
0,0015
1
1 1
1
terdapat pada cacat standar kualitas tidak sesuai, yaitu
1
sebesar 35,2%. Jenis cacat ini merupakan jenis cacat di
0,0010
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 mana tepung yang telah direncanakan untuk diolah
Tests performed with unequal sample sizes
Sample
tidak sesuai dengan isi kandungan yang seharusnya,
sehingga jenis tepung yang seharusnya dibuat tidak
Gambar 4. Peta Kendali P sesuai dengan standar kualitas tepung tersebut.
Berdasarkan peta kendali tersebut diperoleh nilai Setelah mengetahui jenis kecacatan dalam dari hasil
central line dari proses produksi lampu halogen adalah proses produksi tepung kemasan 20 Kg di PT. XYZ
sebesar 0,002202 Sedangkan lower center line dan upper yang memiliki jumlah paling signifikan yaitu cacat
center line berturut-turut adalah 0,002024 dan 0,002379. standar kualitas tidak sesuai, maka diidentifikasi
Pada peta kendali dapat dikatakan defect yang terjadi tidak sumber terjadinya kecacatan yang meliputi faktor
dapat terkendali secara statistik. Data yang terkendali manusia, material, mesin, metode dan lingkungan. Hal
terdapat pada periode 3 dan 9. tersebut dapat digambarkan dalam diagram sebab
akibat atau fishbone yang dapat dilihat pada Gambar 5.
3.2.3 Analyze
Tahap analyze dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
dan menemukan sumber penyebab masalah kualitas.
Berikut ini langkah dalam melakukan tahap analyze.
Kurang teliti
Lantai licin
Suhu udara panas Kurang terampil
Mesin error
Kurang peremajaan
Hujan Ngantuk
Bising
Standar kualitas
produk tepung
Bahan baku tidak sesuai
terdapat material
asing
Maintanance tidak tepat sasaran Kesalahan dalam penambahan zat additive
Tidak menjalankan Kualitas saat
peraturan mill tidak sesuai
Kurang menjalankan SOP
Tepung tidak sesuai spesifikasi
degan baik
REFERENCES
produksi
terhambat
Agar tepung Dibuatkan jadwal
hasil giling yang untuk operator
Tepung hasil Pengecekan tidak sesuai untuk melakukan
Setiap hari saat
9 giling tidak tepung yang dapat diketahui Divisi mill Tim produksi pengecekan
proses mill
sesuai sedang diolah dan dapat terhadap tepung
penanganan yang sedang
lanjut digiling
Pihak R&D
memberikan
Operator dan
Agar sesuai Saat briefing informasi
Penambahan mengecek
standar yang di untuk operator komposisi additive
10 additive tidak kualitas Produksi Packing dan R&D
berikan oleh dan saat kalibrasi melalui email, dan
sesuai timbangan
divisi R&D timbangan setelah itu di
additive-nya
infokan ke
operator