Anda di halaman 1dari 9

Segala Sesuatu tentang Jerawat

Oleh : Dito Anurogo

Definisi
1. Akne adalah penyakit kulit yang
terjadi akibat peradangan menahun
folikel pilosebasea yang ditandai dengan
adanya komedo, papul, pustul, nodus,
dan kista pada tempat predileksinya.

Artikel ini akan membahas segala


sesuatu tentang jerawat yang meliputi
delapan belas hal, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Pendahuluan
Sinonim
Definisi
Patogenesis
(Mengapa Timbul Jerawat?)
5. Epidemiologi
(meliputi:Frekuensi,Mortalitas/Morbiditas,
Ras, Jenis Kelamin, dan Usia)
6. Manifestasi Klinis (meliputi:
Kronologis dan Pemeriksaan Fisik)
7. Penyebab (Etiologi)
8. Predileksi (Lokasi)
9. Diagnosis Banding
10. Pemeriksaan Laboratorium
11. Pemeriksaan Histopatologis
12. Penatalaksanaan dan Farmakoterapi
13. Komplikasi
14. Prognosis
15. Pencegahan
16. Kesimpulan
17. Tahukah Anda?
18. Bacaan Lebih Lanjut

2. Akne vulgaris adalah penyakit


peradangan menahun folikel pilosebasea
yang umumnya terjadi pada masa
remaja dan dapat sembuh sendiri.
Gambaran klinis akne vulgaris sering
polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan
kulit berupa komedo, papul, pustul,
nodul, dan jaringan parut, yang terjadi
akibat kelainan aktif tersebut, baik
jaringan parut yang hipotrofik maupun
yang hipertrofik.
3. Acne is an inflammatory disease
involving the sebaceous glands of the
skin; characterized by papules or
pustules or comedones.
4. Acne vulgaris is the most common
form of acne; usually affects people from
puberty to young adulthood.
5. A comedone is a whitehead (closed
comedone) or a blackhead (open
comedone) without any clinical signs of
inflammation.

Pendahuluan
Acne vulgaris merupakan penyakit kulit
yang umum terjadi (a common skin
disease) dan memengaruhi 85-100%
orang pada suatu saat selama hidupnya.
Dicirikan dengan adanya papula folikuler
noninflamasi (noninflammatory follicular
papules) atau komedo (comedones) dan
nodul, pustula, dan papula radang dalam
bentuk yang lebih berat. Acne vulgaris
memengaruhi daerah kulit yang memiliki
banyak
folikel
sebaceous
(kelenjar
minyak), seperti wajah, dada bagian
atas, dan punggung.

Patogenesis
(Mengapa
Timbul
Jerawat?)
Patogenesis acne vulgaris multifaktorial.
Ada
empat
faktor
utama
yang
bertanggung jawab pada perkembangan
lesi akne:
1. Hiperproliferasi
epidermis
folikuler
dengan
subsequent
plugging
of
the follicle.
2. Kelebihan sebum (sekresi minyak
dari
kelenjar
sebaceous;
dengan keringat / perspiration,
sebum
membasahi
atau
melembabkan dan melindungi
kulit).
3. Keberadaan dan aktivitas dari
Propionibacterium acnes.
4. Proses radang (inflammation).
Follicular epidermal hyperproliferation
adalah peristiwa yang pertama kali
dikenal di dalam perkembangan akne.
Penyebab yang mendasari (underlying
cause) terjadinya hiperproliferasi ini
belum diketahui. Sampai sekarang, ada

Sebenarnya ada beberapa bentuk acne


(jerawat), misalnya:
1. Acne conglobata
2. Acne fulminans
3. Acne Keloidalis Nuchae
4. Acneiform Eruptions
Sinonim
Di dalam tulisan ini, istilah jerawat
disebut sebagai akne, acne, acne
vulgaris.

Segala Sesuatu tentang Jerawat

Dito Anurogo

tiga hipotesis yang dipertimbangkan


untuk menjelaskan mengapa epitel
folikuler menjadi hyperproliferative pada
orang yang berjerawat.

Kelebihan sebum merupakan faktor


penting lainnya di dalam perkembangan
acne vulgaris. Ekskresi (pengeluaran)
dan produksi sebum diatur oleh sejumlah
hormon dan mediator yang berbeda.
Hormon androgen, dalam keadaan
tertentu,
menaikkan
produksi
dan
pengeluaran/pelepasan sebum.

Pertama, hormon androgen terkait


sebagai pemicu awal (initial trigger).
Komedo, lesi klinis sebagai hasil dari
follicular plugging, mulai muncul sekitar
adrenarche pada orang yang berjerawat.

Sebagian besar pria dan wanita dengan


jerawat memiliki hormon androgen yang
bersirkulasi dalam tubuh dengan kadar
normal.
Suatu
end-organ
hyperresponsiveness terhadap hormon
androgen
telah
dipercaya
sebagai
hipotesis
(hypothesized).
Hormon
androgen
bukanlah
satu-satunya
regulator
dari
kelenjar
sebaceous
manusia.

Derajat akne komedo pada wanita


sebelum masa pubertas (prepubertal)
berhubungan dengan kadar adrenal
androgen
dehydroepiandrosterone
sulfate (DHEA-S) yang bersikulasi.
Tambahan
pula,
reseptor
hormon
androgen ada di bagian atau komponen
folikel
dimana
komedo
terbentuk;
seseorang dengan reseptor androgen
yang tidak berfungsi (malfunctioning)
tidak akan muncul jerawatnya.

Banyak agen-agen lainnya, termasuk


hormon pertumbuhan dan insulinlike
growth factor, juga mengatur (regulate)
kelenjar
sebaceous
dan
juga
berkontribusi
pada
perkembangan
jerawat.

Kedua, perubahan komposisi lemak juga


berperan dalam perkembangan jerawat.
Orang
yang
berjerawat
seringkali
memiliki
produksi
sebum
yang
berlebihan dan kulit yang berminyak.
Sebum yang berlebihan ini dapat
mendilusi
(mengencerkan)
lemak
epidermis yang normal sehingga dapat
mengubah
konsentrasi
relatif
dari
berbagai lemak. Kadar asam linoleat
(linoleic acid) terbukti rendah pada
orang yang berjerawat, dan, menariknya,
kadar ini menjadi normal setelah
pemberian isotretinoin yang sukses.
Penurunan relatif asam linoleat ini dapat
menginisiasi (memicu) pembentukan
komedo.

P. acnes merupakan suatu organisme


microaerophilic yang terdapat di banyak
lesi jerawat. Meskipun, belum terbukti
keberadaannya di lesi jerawat yang
paling
awal
terjadi,
microcomedo,
keberadaannya pada lesi-lesi kemudian
hampir dapat dipastikan. Keberadaan P.
acnes menaikkan (promote) proses
radang melalui berbagai mekanisme.
P.acnes
menstimulasi
(merangsang)
terjadinya radang dengan memproduksi
mediator-mediator
proinflammatory
yang menyebar melalui dinding folikel.
Riset
terbaru
menunjukkan
bahwa
P.acnes mengaktifkan toll-like receptor 2
pada monosit dan neutrofil. Aktivasi tolllike receptor 2 kemudian memacu
produksi
multiple
proinflammatory
cytokines, termasuk IL-12, IL-8, dan
tumor necrosis factor. Hipersensitivitas
terhadap
P
acnes
dapat
juga
menjelaskan mengapa beberapa orang
mengalami jerawat disertai peradangan
(inflammatory acne vulgaris) sementara
yang lainnya tidak.

Ketiga, proses radang (inflammation)


merupakan salah satu faktor yang
dipercaya terlibat di dalam pembentukan
komedo.
Interleukin
(IL)1alpha
merupakan proinflammatory cytokine,
yang digunakan pada contoh jaringan
(tissue
model)
untuk
menginduksi
(memicu)
follicular
epidermal
hyperproliferation
dan
pembentukan
komedo. Meskipun proses radang tidak
nyata secara mikroskopis atau klinis
pada lesi awal jerawat, namun tetap
memegang peranan yang sangat penting
di dalam perkembangan acne vulgaris
dan komedo (comedones).

Segala Sesuatu tentang Jerawat

Dito Anurogo

Peradangan dapat merupakan suatu


fenomena
primer
atau
sekunder.
Sebagian besar bukti hingga kini
menyarankan suatu respon peradangan
sekunder terhadap P.acnes sebagaimana
telah disebutkan di atas. Bagaimanapun
juga,
ekspresi
IL-1-alpha
telah
teridentifikasi pada microcomedone, dan
dapat berperan pada perkembangan
jerawat.

lima persen pria pada usia 25 tahun


memiliki problem jerawat. Setelah usia
45 tahun, sejumlah 5% baik pria
maupun wanita masih memiliki problem
jerawat.
* Menurut Wolff K., dkk (2007), akne
umumnya terjadi pada usia pubertas 10
hingga 17 tahun pada wanita, 14 hingga
19 tahun pada pria. Dapat juga muncul
pertama kali pada usia > 25 tahun.

Epidemiologi

Manifestasi Klinis

Frekuensi di Amerika Serikat


Acne vulgaris memengaruhi 85-100%
orang pada suatu saat dalam hidupnya.

Kronologis (History)
Gejala lokal termasuk nyeri (pain)
atau
nyeri
jika
disentuh
(tenderness).
Biasanya
tidak
ada
gejala
sistemik pada acne vulgaris.
Akne yang berat (severe acne)
disertai dengan tanda dan gejala
sistemik disebut sebagai acne
fulminans.
Acne dapat muncul pada pasien
apapun
sebagai
dampak
psikologis, tanpa melihat tingkat
keparahan penyakitnya.

Mortalitas/Morbiditas
* Acne dapat menyebabkan nyeri fisik
dan penderitaan psikososial.
* Jerawat (acne) dapat menimbulkan
bekas luka/parut pada kulit (scarring).
* Varian inflammatory acne yang berat,
acne fulminans, dapat berhubungan
dengan demam, arthritis, dan gejalagejala sistemik lainnya.
Ras
* Prevalensi jerawat pada penduduk
Amerika Utara keturunan Afrika dan kulit
putih adalah sama.

Pemeriksaan Fisik
Acne vulgaris bercirikan adanya komedo,
papula,
pustula,
dan
nodul
pada
distribusi sebaceous.

Jenis Kelamin
* Acne vulgaris lebih sering terjadi pada
pria daripada wanita di masa remaja
(adolescence), namun lebih sering pada
wanita daripada pria di masa dewasa
(adulthood).

Komedo
dapat
berupa
whitehead
(komedo
tertutup)
atau
blackhead
(komedo terbuka) tanpa disertai tandatanda klinis dari peradangan apapun.
Papula dan pustula terangkat membenjol
(bumps) disertai dengan peradangan
yang nyata.

Usia
* Acne vulgaris dapat muncul pada
minggu-minggu
dan
bulan-bulan
pertama kehidupan saat bayi baru lahir
(newborn)
masih
dipengaruhi
oleh
hormon ibunya dan saat androgenproducing portion dari kelenjar adrenal
tak sebanding kadarnya. Jerawat di
masa bayi ini (neonatal acne) dapat
menghilang secara spontan.

Wajah dapat menjadi satu-satunya


permukaan kulit yang terserang jerawat;
namun dada, punggung, dan lengan atas
juga sering terkena jerawat.
* Pada akne komedo (comedonal acne),
tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo
(comedonal lesions) merupakan lesi
akne yang paling awal, sedangkan
komedo tertutup (closed comedones)
merupakan lesi precursor dari lesi
peradangan (inflammatory lesions)
* Akne peradangan yang ringan (mild
inflammatory acne) bercirikan adanya
komedo dan papula peradangan.

* Jerawat di masa remaja biasanya


muncul di masa pubertas, saat kelenjar
adrenal
mulai
memproduksi
dan
melepaskan
lebih
banyak
hormon
androgen.
* Jerawat tidak terbatas hanya pada usia
remaja. Dua belas persen wanita dan

Segala Sesuatu tentang Jerawat

Dito Anurogo

* Akne peradangan yang sedang


(moderate inflammatory acne) memiliki
komedo,
papula
peradangan,
dan
pustula. Akne ini memiliki lebih banyak
lesi
dibandingkan
dengan
akne
peradangan
yang
lebih
ringan.

Pemeriksaan Laboratorium
Penegakan diagnosis acne vulgaris
berdasarkan diagnosis klinis.
* Pada pasien wanita dengan nyeri haid
atau
hirsutisme,
(dysmenorrhea)
evaluasi
hormonal
sebaiknya
dipertimbangkan.
Pasien
dengan
virilization
haruslah
diukur
kadar
testosteron totalnya. Banyak ahli juga
mengukur kadar free testosterone,
DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan
kadar follicle-stimulating hormone (FSH).

* Acne nodulocystic bercirikan komedo,


lesi-lesi peradangan, dan nodul besar
yang berdiameter lenih dari 5 mm.
Seringkali
tampak
jaringan
parut
(scarring).
Penyebab (Etiologi)
Penyebab eksternal acne vulgaris jarang
teridentifikasi.
* Beberapa kosmetik dan minyak rambut
(hair pomades) dapat memperburuk
akne.

* Kultur lesi kulit untuk me-rule out


gram-negative
folliculitis
amat
diperlukan ketika tidak ada respon
terhadap terapi atau saat perbaikan
tidak tercapai.
Pemeriksaan Histopatologis
Microcomedo dicirikan oleh adanya
folikel berdilatasi dengan a plug of
loosely
arranged
keratin.
Seiring
kemajuan
(progression)
penyakit,
pembukaan folikular menjadi dilatasi dan
menghasilkan suatu komedo terbuka
(open comedo). Dinding follicular tipis
dan dapat robek (rupture). Peradangan
dan bakteri terlihat jelas, dengan atau
tanpa follicular rupture. Follicular rupture
disertai reaksi badan asing (a foreign
body
reaction).
Peradangan
padat
(dense
inflammation)
menuju
dan
melalui dermis dapat berhubungan
dengan fibrosis dan jaringan parut
(scarring).

* Obat-obatan pemicu timbulnya akne


antara lain: steroid, lithium, beberapa
antiepilepsi, dan iodides.
*
Congenital
adrenal
hyperplasia,
polycystic ovary syndrome, dan kelainan
endokrin
lainnya
(dengan
kadar
androgen
yang
berlebihan)
dapat
memicu perkembangan acne vulgaris.
* Acne vulgaris dapat juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor genetik.
Predileksi (Lokasi)
Jerawat biasa timbul di wajah/muka,
leher, bahu, lengan atas, tubuh (trunk),
dada, punggung, pantat/bokong.

Penatalaksanaan
Saat digunakan antibiotik sistemik atau
topikal, sebaiknya digunakan bersama
dengan
benzoyl
peroxide
untuk
mengurangi risiko terjadinya resistance.

Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang menyerupai
jerawat (acne vulgaris) antara lain:
1. Acne conglobata
2. Acne fulminans
3. Akne venenata dan akne akibat
rangsangan fisik
4. Acne Keloidalis Nuchae
5. Acneiform Eruptions (erupsi yang
mirip akne)
6. Folliculitis
7. Perioral Dermatitis
8. Rosacea (dulu: akne rosasea)
9. Sebaceous Hyperplasia
10. Milia
11. Syringoma
12. Tuberous Sclerosis
13. Demodex folliculitis
14. Bacterial folliculitis
15. Papular sarcoidosis

Segala Sesuatu tentang Jerawat

1. Topical treatments
Topical retinoids bersifat comedolytic dan
anti-inflammatory.
Topical retinoids yang paling banyak
diresepkan
termasuk
adapalene,
tazarotene, dan tretinoin.
Topical retinoids menipiskan stratum
corneum, dan berkaitan erat dengan sun
sensitivity. Nasihatilah pasien untuk
berlindung dari sinar matahari (sun
protection), misalnya dengan memakai
topi, tabir surya, dll.

Dito Anurogo

Antibiotik topikal yang yang umum


diresepkan termasuk erythromycin dan
clindamycin
dosis
tunggal
atau
dikombinasikan dengan benzoyl peroxide.
2. Systemic treatments
Antibiotik sistemik merupakan
mainstay untuk jerawat.

Pasien wanita haruslah memberikan


informed consent secara tertulis (dan
menandatanganinya), yang menyatakan
bahwa mereka akan menggunakan
kontrasepsi selama menjalani terapi dan
untuk 30 hari paskaterapi.

terapi
Dosis
Total
dosis
kumulatif
yang
direkomendasikan
sebesar
120-150
mg/kg berat badan, dosis awal (starting
dose) sebaiknya <0.5 mg/kg berat
badan/hari PO, kemudian dosis dapat
dinaikkan
hingga
1
mg/kg
berat
badan/hari.

Antibiotik
kelompok
tetracycline
umumnya
diresepkan
untuk
akne.
Semakin antibiotik bersifat lebih lipofilik,
seperti doxycycline dan minocycline,
biasanya
lebih
efektif
daripada
tetracycline.
Antibiotik lainnya, seperti: trimethoprim,
dosis tunggal atau dikombinasi dengan
sulfamethoxazole,
dan
azithromycin,
dilaporkan bermanfaat.
Farmakoterapi Jerawat
Tujuan farmakoterapi adalah
mengurangi
morbiditas
dan
mencegah komplikasi.

1.2. Tretinoin (Retin-A, Retin-A Micro,


Avita)
Mekanisme Kerja
Menghambat pembentukan microcomedo.
Menormalkan
diferensiasi
epidermis
folikuler dan menunjukkan (mengexhibit) anti-inflammatory properties.
Tersedia dalam krem 0.025%, 0.05%,
dan 0.1%. Juga tersedia dalam bentuk
gels 0.01% dan 0.025%.

untuk
untuk

Secara umum ada dua golongan:


1. Retinoid, misalnya:
1.1. isotretinoin,
1.2. tretinoin,
1.3. adapalene,
1.4. tazarotene.
2. Antibiotik, misalnya:
2.1. minocycline,
2.2. doxycycline,
2.3. tetracycline,
2.4. trimethoprim/sulfamethoxazole.

Dosis
Dimulai dengan formulasi tretinoin dosis
terendah dan dapat ditingkatkan sesuai
toleransi tubuh. Berikan hs (sebelum
tidur) atau qod. Turunkan dosis bila
terjadi iritasi.
1.3. Adapalene (Differin)
Mekanisme Kerja
Turunan (derivative) asam naptoat
(naphthoic acid) yang mampu mengikat
reseptor asam retinoat (retinoic acid).
Menormalkan
diferensiasi
epidermis
folikuler dan menunjukkan (mengexhibit) anti-inflammatory properties.
Tersedia dalam sediaan (formulation)
krem, gel, solution, dan pledget.

Berikut ini sedikit uraian tentang


farmakoterapi jerawat beserta nama
dagangnya di Amerika:
1. Retinoid
1.1. Isotretinoin (Accutane)
Mekanisme Kerja
Pengobatan (medication) secara oral
yang paling efektif mengobati berbagai
kondisi
dermatologis
yang
serius.

Dosis
Berikan
sedikit
pada
berjerawat, diberikan: qd.

Isotretinoin merupakan bentuk isomer


13-cis sintetis dari tretinoin yang terjadi
secara
alami
(trans-retinoic
acid).
Struktur
kedua
agen
tersebut
berhubungan
dengan
vitamin
A.
Menurunkan ukuran kelenjar sebaseus
dan produksi sebum. Juga menghambat
diferensiasi
kelenjar
sebaseus
dan
keratinisasi abnormal.

Segala Sesuatu tentang Jerawat

kulit

yang

1.4.
Tazarotene
(Tazorac,
AVAGE)
Mekanisme Kerja
Prodrug retinoid yang memiliki active
metabolite modulates differentiation dan
proliferation of epithelial tissue; juga
memiliki efek antiperadangan (antiinflammatory) dan immunomodulatory
properties. Tersedia preparat krem dan
gel 0.05% dan 0.1%.

Dito Anurogo

Dosis
Berikan sedikit saja pada area yang
berjerawat, diberikan: qd.

Dosis anak-anak
<8 tahun: : tidak direkomendasikan.
>8 tahun: 25-50 mg/kg/hari (10-20
mg/lb) PO dibagi qid

2. Antibiotik
2.1. Minocycline (Dynacin, Minocin)
Mekanisme Kerja
Mengobati infeksi yang disebabkan oleh
organisme gram-negatif dan gram-positif.
Juga infeksi yang disebabkan oleh
organisme klamidia (chlamydial), riketsia
(rickettsial),
dan
mikoplasma
(mycoplasmal).

2.4.
Trimethoprim/sulfamethoxazole
(Bactrim, Bactrim DS, Septra, Septra
DS).
Mekanisme Kerja
Antibiotik dengan aktivitas melawan
banyak organisme gram-positive dan
gram-negative.
Menghambat
pertumbuhan
bakteri
dengan
menghambat sintesis asam dihidrofolat
(dihydrofolic acid). Tersedia dosis 80 mg
trimethoprim
dan
400
mg
sulfamethoxazole
atau
160
mg
trimethoprim
dan
800
mg
sulfamethoxazole (kekuatan ganda).

Tersedia dalam preparat 50mg, 75mg,


dan 100mg.
Dosis dewasa
50-100 mg PO bid.
Dosis anak-anak
<8 tahun: tidak direkomendasikan.
>8 tahun: mula-mula 4 mg/kg berat
badan PO, diikuti dengan 2 mg/kg berat
badan q12h.

Dosis dewasa
160 mg TMP/800 mg SMZ PO q12h.
Dosis anak-anak
8 mg/kg berat badan/hari TMP/40 mg/kg
berat badan/hari SMZ PO/IV dibagi q12h.

2.2.
Doxycycline
(Bio-Tab,
Doryx,
Vibramycin)
Mekanisme Kerja
Agen antibakteri yang efektif melawan
organisme gram-positive dan gramnegative.

Komplikasi
* Lesi akne dapat berlanjut menjadi
permanent scarring.
Prognosis
* Pada pria, akne biasanya menghilang
pada usia dewasa muda. Lima persen
pria masih memiliki akne pada usia 25
tahun.

Tersedia dalam preparat 20mg, 50mg,


dan 100mg.
Dosis dewasa
100 mg PO bid.

* Pada wanita, 12% masih memiliki akne


di usia 25 tahun, sedangkan 5% masih
memiliki akne di usia 45 tahun.

Dosis anak-anak
<8 tahun: tidak direkomendasikan.
>8 tahun: 2-5 mg/kg berat badan/hari
PO/IV
dalam
1-2
dosis
terbagi; sebaiknya tidak melebihi 200
mg/hari.

* Rata-rata prognosis
akne adalah baik.

dengan

Pencegahan
1. Diet rendah lemak dan karbohidrat.
2. Melakukan perawatan kulit (tidak
hanya
wajah)
secara
rutin
dan
teratur, misalnya teratur mencuci muka
setelah
pulang
dari
bepergian.
3. Hidup teratur dan seimbang, cukup
istirahat,
cukup
olahraga,
hindari
stres.
4. Penggunaan kosmetika secukupnya
dan
sewajarnya
(baik
jumlah/banyaknya
dan
lamanya).

2.3. Tetracycline (Sumycin)


Mekanisme Kerja
Agen antibakteri yang efektif melawan
organisme gram-positive dan gramnegative.
Dosis dewasa
250-500
mg
PO
q6h
Untuk infeksi ringan sampai sedang: 500
mg PO bid atau 250 mg PO qid untuk 714 hari.

Segala Sesuatu tentang Jerawat

orang

Dito Anurogo

5. Menghindari: polusi, debu, asap


(rokok,
pabrik,
kendaraan
bermotor, dll.), rokok, minuman keras,
semua
yang
bercitarasa
pedas,
pemencetan
jerawat
yang
dilakukan
oleh
bukan
ahlinya.
6. Mengetahui dan memahami informasi
tentang
jerawat
dari
berbagai literatur.

c.2. Medikamentosa

Kesimpulan
Mutiara Diagnosis Akne Vulgaris menurut
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI):

Sistemik:
-Tetrasiklin 4x250 mg/hari.
- Doksisiklin 50-100 mg/hari.
- Eritromisin 2-4x250-500 mg/hari.
- Minosiklin 50-100 mg/hari.
- Siprosteron asetat 2mg.
- Isotretinoin 0,5-1 mg/Kg berat
badan/hari.

Topikal:
- Kombinasi sulfur, resorchin, asam
azaleat.
- Eritromisin 2%.
- Benzoil peroksida 2,5-10%.
- Tretinoin 0,025-0,1 %.
- Klindamisin 1-2 %.

a.
Definisi:
akne
vulgaris
yaitu
peradangan
kronis
pada
folikel
pilosebaseus yang secara klinis ditandai
adanya komedo, papul, pustul, nodul,
dan kista, pada daerah predileksi yaitu di
wajah, bahu, lengan atas, dada dan
punggung bagian atas, yang sering
dijumpai pada usia remaja.

Tindakan:
1. Ekstraksi komedo.
2. Injeksi kortikosteroid intralesi.
3. Peeling kimiawi (asam glikolat, asam
trikloroasetat).
4. Dermabrasi.
5. Punch graft.
6. Colagen implant.
7. Photorejuvenation.

b. Kriteria Diagnostik:
b.1. Klinis:
- Terutama menyerang usia remaja.
- Predileksi pada wajah, punggung, dada
atas, bahu, dan
lengan atas.
- Kelainan kulit bersifat pleomorfik, yaitu
berupa campuran komedo tertutup,
papul, pustul, nodul, kista, sikatriks
atrofik (depressed scar/ice prick) atau
hipertrofik. Dapat juga berupa eritem
dab hiperpigmentasi paska-inflamasi.

Tahukah Anda?
Beberapa
istilah
di
artikel
ini:
Adrenarche adalah peningkatan aktivitas
kelenjar adrenal sebelum masa puber
(puberty).
Follicle (folikel):
1. Lubang kecil atau kantung di tubuh
(tiny hole or sac in the body).
2. Any small spherical group of cells
containing a cavity.

b.2. Dignosis Banding:


1. Folikulitis pada daerah janggut
2. Rosasea.
3. Dermatitis perioral
4. Erupsi akneiformis
5. Lupus miliaris desiminatus fasiei
6. Folikulitis negatif-Gram
7. Pioderma fasiale
8. Akne venenata

Kista: penonjolan di atas permukaan


kulit berupa kantung yang berisi cairan
serosa atau padat atau setengah padat.
Komedo
(comedones):
gejala
patognomonik (khas) bagi akne berupa
papul
miliar
yang
ditengahnya
mengandung sumbatan sebum. Ada dua
jenis komedo:
a. Komedo hitam atau komedo terbuka
(black
comedo,
open
comedo):
mengandung
unsur
melanin.
b. Komedo putih atau komedo tertutup
(white comedo, close comedo): letaknya
lebih dalam, tidak mengandung unsur
melanin.

b.3. Pemeriksaan Penunjang: c. Penatalaksanaan


c.1. Nonmedikamentosa
- Hindari trauma.
- Kosmetik nonkomedogenik.
- Perawatan kulit wajah untuk kulit
berminyak.

Segala Sesuatu tentang Jerawat

Dito Anurogo

Miliar: berukuran sebesar jarum pentul.

5. Webster GF. Inflammatory acne represents


hypersensitivity
to
Propionibacterium
acnes.
Dermatology. 1998;196(1):80-1.

Nodula atau nodul: sama seperti papula


namun diameternya lebih besar dari 1
cm.

6. Ingham E, Eady EA, Goodwin CE, Cove JH,


Cunliffe WJ. Pro-inflammatory levels of interleukin1 alpha-like bioactivity are present in the majority
of open comedones in acne vulgaris. J Invest
Dermatol. Jun 1992;98(6):895-901.

Papula atau papul: penonjolan padat di


atas permukaan kulit, berbatas tegas,
berukuran kurang dari 1 cm.

7. Goulden V, McGeown CH, Cunliffe WJ. The


familial risk of adult acne: a comparison between
first-degree relatives of affected and unaffected
individuals. Br J Dermatol. Aug 1999;141(2):297300.

Pustula: vesikel berisi nanah.


Vesikel atau vesikula: gelembung yang
berisi cairan serosa dengan diameter
kurang dari 1 cm.

8. Eady EA, Farmery MR, Ross JI, Cove JH, Cunliffe


WJ. Effects of benzoyl peroxide and erythromycin
alone and in combination against antibioticsensitive and -resistant skin bacteria from acne
patients. Br J Dermatol. Sep 1994;131(3):331-6.

Virilisasi (= virilization, masculinization):


perkembangan abnormal karakteristik
seksual pria pada seorang wanita
(biasanya sebagai hasil dari terapi
hormon atau malfungsi adrenal).

9. Cunliffe WJ, Holland KT. The effect of benzoyl


peroxide
on
acne.
Acta
Derm
Venereol.
1981;61(3):267-9.
10. Eady EA, Jones CE, Gardner KJ, Taylor JP, Cove
JH,
Cunliffe
WJ.
Tetracycline-resistant
propionibacteria from acne patients are crossresistant
to
doxycycline,
but
sensitive
to
minocycline. Br J Dermatol. May 1993;128(5):55660.

Mengobati
akne
selama
kehamilan
merupakan tantangan tersendiri. Banyak
dari obat yang diresepkan untuk akne
tidak
aman
selama
kehamilan.
Pendekatan yang lebih aman adalah
dengan menggabungkan erythromycin
atau clindamycin topikal atau sistemik.

11. Bottomley WW, Cunliffe WJ. Oral trimethoprim


as a third-line antibiotic in the management of
acne vulgaris. Dermatology. 1993;187(3):193-6.
12. Fernandez-Obregon AC. Azithromycin for the
treatment of acne. Int J Dermatol. Jan
2000;39(1):45-50.

Tentang Penulis
Dito Anurogo
email: ditoanurogo@gmail.com

13. Koulianos GT. Treatment of acne with oral


contraceptives: criteria for pill selection. Cutis. Oct
2000;66(4):281-6.

- A Student in School of Medicine, Sultan


Agung
Islamic
University
(UNISSULA), Semarang, Central Java.
- A member of International Federation of
Medical
Students'
Associations (IFMSA).
- A member of Center for Indonesian Medical
Students'
Activities
(CIMSA).

14.
Redmond
GP.
Effectiveness
of
oral
contraceptives
in
the
treatment
of
acne.
Contraception. Sep 1998;58(3 Suppl):29S-33S;
quiz 68S.
15. Strauss JS, Pochi PE. Effect of cyclic progestinestrogen therapy on sebum and acne in women.
JAMA. Nov 30 1964;190:815-9.

Bacaan Lebih Lanjut


1. Wolff K., Johnson RA., Suurmond D. Fitzpatrick's
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology.
5th Edition. McGraw-Hill. USA. 2007.

16. Thorneycroft IH, Stanczyk FZ, Bradshaw KD,


Ballagh SA, Nichols M, Weber ME. Effect of lowdose oral contraceptives on androgenic markers
and acne. Contraception. Nov 1999;60(5):255-62.

2. Fitzpatrick JE., Morelli JG., Dermatology Secrets


In Color. Third Edition. Mosby Elsevier.Philadelphia,
USA.
2007.

17. Shaw JC. Low-dose adjunctive spironolactone


in the treatment of acne in women: a retrospective
analysis of 85 consecutively treated patients. J Am
Acad Dermatol. Sep 2000;43(3):498-502.

3. Zouboulis CC. Is acne vulgaris a genuine


inflammatory
disease?.
Dermatology.
2001;203(4):277-9.

18. Jacobs DG, Deutsch NL, Brewer M. Suicide,


depression, and isotretinoin: is there a causal link?.
J Am Acad Dermatol. Nov 2001;45(5):S168-75.

4. Kim J, Ochoa MT, Krutzik SR, Takeuchi O,


Uematsu S, Legaspi AJ. Activation of toll-like
receptor 2 in acne triggers inflammatory cytokine
responses. J Immunol. Aug 1 2002;169(3):153541.

Segala Sesuatu tentang Jerawat

19. Jick SS, Kremers HM, Vasilakis-Scaramozza C.


Isotretinoin use and risk of depression, psychotic
symptoms, suicide, and attempted suicide. Arch
Dermatol. Oct 2000;136(10):1231-6.

Dito Anurogo

Psychosocial impact of acne vulgaris. evaluation of


the relation between a change in clinical acne
severity and psychosocial state. Dermatology.
2001;203(2):124-30.

20. Cunliffe WJ, Goulden V. Phototherapy and acne


vulgaris. Br J Dermatol. May 2000;142(5):855-6.
21. Papageorgiou P, Katsambas A, Chu A.
Phototherapy with blue (415 nm) and red (660 nm)
light in the treatment of acne vulgaris. Br J
Dermatol. May 2000;142(5):973-8.

36. Norris JF, Cunliffe WJ. A histological and


immunocytochemical study of early acne lesions.
Br J Dermatol. May 1988;118(5):651-9.

22. Knowles SR, Shapiro L, Shear NH. Serious


adverse reactions induced by minocycline. Report
of 13 patients and review of the literature. Arch
Dermatol. Aug 1996;132(8):934-9.

37. Pochi PE, Strauss JS. Sebaceous gland activity


in black skin. Dermatol Clin. Jul 1988;6(3):349-51.
38. Ross JI, Snelling AM, Eady EA, Cove JH,
Cunliffe WJ, Leyden JJ, et al. Phenotypic and
genotypic characterization of antibiotic-resistant
Propionibacterium acnes isolated from acne
patients attending dermatology clinics in Europe,
the U.S.A., Japan and Australia. Br J Dermatol. Feb
2001;144(2):339-46.

23. Cunliffe WJ, Holland DB, Clark SM, Stables GI.


Comedogenesis: some new aetiological, clinical and
therapeutic strategies. Br J Dermatol. Jun
2000;142(6):1084-91.
24. Eady EA, Ingham E, Walters CE, Cove JH,
Cunliffe WJ. Modulation of comedonal levels of
interleukin-1 in acne patients treated with
tetracyclines.
J
Invest
Dermatol.
Jul
1993;101(1):86-91.

39. Shaw JC, White LE. Persistent acne in adult


women. Arch Dermatol. Sep 2001;137(9):1252-3.
40. Thiboutot D, Gilliland K, Light J, Lookingbill D.
Androgen metabolism in sebaceous glands from
subjects with and without acne. Arch Dermatol.
Sep 1999;135(9):1041-5.

25. Fulton JE, Black E. Dr. Fulton's Step-by-Step


Program for Clearing Acne. New York, NY: Harper &
Row; 1983.

41. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit


Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2005.

26. Gollnick H, Cunliffe W, Berson D, Dreno B,


Finlay A, Leyden JJ, et al. Management of acne: a
report from a Global Alliance to Improve Outcomes
in Acne. J Am Acad Dermatol. Jul 2003;49(1
Suppl):S1-37.

42. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., (ed.). Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keempat.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2005.

27. Gollnick H, Schramm M. Topical drug treatment


in
acne.
Dermatology.
1998;196(1):119-25.

43. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan


Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Standar Pelayanan
Medik Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta.
2004.

28. Goulden V, Stables GI, Cunliffe WJ. Prevalence


of facial acne in adults. J Am Acad Dermatol. Oct
1999;41(4):577-80.

44. Harahap M (Ed.). Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit


Hipokrates. Jakarta. 2000.

29. Holland DB, Cunliffe WJ, Norris JF. Differential


response of sebaceous glands to exogenous
testosterone. Br J Dermatol. Jul 1998;139(1):1023.

45. FK UNAIR-RSUD Dr.Soetomo Surabaya.


Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. 1994.

30. Kellett SC, Gawkrodger DJ. The psychological


and emotional impact of acne and the effect of
treatment with isotretinoin. Br J Dermatol. Feb
1999;140(2):273-82.
31. Kligman AM. Postadolescent acne in women.
Cutis. Jul 1991;48(1):75-7.
32. Lucky AW, Biro FM, Simbartl LA, Morrison JA,
Sorg NW. Predictors of severity of acne vulgaris in
young adolescent girls: results of a five-year
longitudinal study. J Pediatr. Jan 1997;130(1):30-9.
33. Mallon E, Newton JN, Klassen A, Stewart-Brown
SL, Ryan TJ, Finlay AY. The quality of life in acne: a
comparison with general medical conditions using
generic questionnaires. Br J Dermatol. Apr
1999;140(4):672-6.
34. Mango D, Ricci S, Manna P, Miggiano GA, Serra
GB. Clinical and hormonal effects of ethinylestradiol
combined with gestodene and desogestrel in young
women with acne vulgaris. Contraception. Mar
1996;53(3):163-70.
35. Mulder MM, Sigurdsson V, van Zuuren EJ,
Klaassen EJ, Faber JA, de Wit JB, et al.

Segala Sesuatu tentang Jerawat

Dito Anurogo

Anda mungkin juga menyukai