Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Saat ini, kualitas air permukaan di Indonesia mulai mendapat perhatian dari
berbagai pihak. Sehingga perlulah meningkatkan kesadaran bagi semua pihak, baik
masyarakat maupun pemerintah untuk memperbaiki kualitas air permukaan yang
semakin lama semakin menurun. Kualitas air permukaan yang menurun dapat
disebabkan oleh kegiatan manusia sehari-hari dalam hal ini berkaitan dengan
aktivitas penggunaan air yang dibuang begitu saja ke lingkungan. Kita membuang
begitu saja air bekas mencuci yang dapat bersumber dari perumahan, perkantoran,
dan lingkungan pendidikan (kampus). Di lingkungan pendidikan khususnya
menghasilkan beberapa air limbah khususnya grey water yang berasal dari gedunggedung perkuliahan, kantin, dan asrama mahasiswa. Untuk di lingkungan kampus
perlulah kesadaran dari berbagai pihak juga seperti mahasiswa, dosen, manajemen,
pegawai kebersihan dan elemen-elemen lain yang ada di kampus untuk
memanfaatkan kembali limbah khususnya limbah grey water tersebut.
Grey water, yaitu limbah cair hasil aktivitas dapur, pencucian pakaian, kamar
mandi (selain tinja) adalah salah satu pencemar yang paling banyak masuk ke badan
air. Meskipun kandungan organik pencemar pada grey water tidak begitu tinggi,
namun apabila masuk ke badan air dan terakumulasi dapat menyebabkan penurunan
kualitas air yang cukup berarti. Penanganan grey water di Indonesia saat ini adalah
langsung dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Saluran
drainase penyalur grey water dan air hujan ini akan berujung di badan air permukaan
atau di IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah). Berdasarkan data dari KLH
(Kementerian Lingkungan Hidup) tahun 2004, IPAL Bojongsoang yang berlokasi di
Bandung baru bisa melayani 18.67 % limbah dari 2.250.000 penduduk Bandung,
atau sekitar 420.000 jiwa. Sedangkan kebanyakan masyarakat hanya mengolah
limbah blackwater mereka dengan membuat septic tank , tetapi tidak mengolah
limbah grey water yang mereka timbulkan, sehingga hampir seluruh grey water yang
ditimbulkan di kota Bandung mengalir ke badan air permukaan atau ke IPAL.
Karakteristik grey water pada umumnya banyak mengandung unsur nitrogen,
fosfat, dan potasium (Lindstrom, 2000). Unsur-unsur tersebut merupakan nutrien

bagi tumbuhan, sehingga jika greywater dialirkan begitu saja ke badan air permukaan
maka akan menyebabkan eutrofikasi pada badan air tersebut. Eutrofikasi adalah
sebuah peristiwa dimana badan air menjadi kaya akan materi organik, sehingga
menyebabkan pertumbuhan ganggang yang pesat pada permukaan badan air tersebut
(Metcalf, 1991). Peristiwa eutrofikasi ini dapat menurunkan kualitas badan air
permukaan karena dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam badan air
tersebut. Sebagai akibatnya, makhluk hidup air yang hidup di badan air tersebut tidak
dapat tumbuh dengan baik atau mungkin mati.
Persediaan air tanah yang sudah semakin menipis menyebabkan banyak
orang berpikir untuk mendayagunakan air limbah yang masih layak pakai. Jika
dikelola dengan baik, grey water dapat digunakan sebagai sumber air untuk
keperluan perkebunan, pertanian, atau untuk penggelontoran toilet. Grey water dapat
digunakan sebagai sumber air untuk keperluan perkebunan dan pertanian karena
greywater mengandung fosfat, potasium, dan nitrogen yang merupakan sumber
nutrisi yang baik bagi tumbuhan, Hal tersebut membuat grey water lebih mudah
untuk dimanfaatkan kembali dibandingkan dengan blackwater yang harus melewati
proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan kembali. Untuk dapat
dimanfaatkan kembali, grey water harus memenuhi persyaratan beberapa parameter.
Jika parameter pada grey water sesuai dengan persyaratan parameter grey
water yang harus dipenuhi pada berbagai sektor maka grey water dapat dimanfaatkan
pada beberapa sektor. Jika tidak sesuai maka dapat dilakukan pengolahan grey water
sebelum digunakan pada pemanfaatan untuk sektor lain.
Rata-rata air bersih digunakan 70% untuk kebutuhan pertanian, 8% untuk
kebutuhan domestik, dan 22% untuk kebutuhan industri. Jika sektor pertanian
menggunakan air bersih maka persediaan air akan semakin menipis untuk kebutuhan
domestik manusia. Potensi pemanfaatan grey water ini dapat mengurangi
penggunaan air bersih. Karena kampus POLBAN membutuhkan air dalam jumlah
yang cukup banyak.
1.2. Batasan masalah
Batasan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pengolahan limbah
cair khususnya grey water yang ada di asrama POLBAN serta jenis pengolahan
limbah grey water tersebut.
2

1.3. Rumusan masalah


1.
2.
3.
4.
5.

Apa saja limbah cair yang dihasilkan di kampus POLBAN?


Bersumber dari mana saja grey water di kampus POLBAN?
Apa saja dampak grey water terhadap lingkungan POLBAN
Apa saja manfaat pengolahan grey water di kampus POLBAN?
Teknologi apa yang digunakan untuk mengolah grey water di kampus POLBAN

(khususnya asrama POLBAN)?


6. Bagaimana proses pengolahan dengan teknologi tersebut?
7. Apa keunggulan dari teknologi tersebut?
8. Bagaimana perancangan instalasi pengolahan grey water di Asrama POLBAN?
9. Bagaimana pemanfaatan dari pengolahan grey water tersebut?
10. Apa saja kendala mengenai pelaksanaan pengolahan grey water di Asrama POLBAN?
11. Apa saja faktor kunci keberhasilan penerapan pengolahan grey water di Asrama
POLBAN?
1.4. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui limbah cair yang dihasilkan di kampus POLBAN


Mengetahui sumber grey water di kampus POLBAN
Mengetahui dampak grey water terhadap lingkungan POLBAN
Mengetahui manfaat pengolahan grey water di kampus POLBAN
Mengetahui teknologi yang digunakan untuk mengolah grey water di kampus

POLBAN (khususnya asrama POLBAN)


6. Mengetahui proses pengolahan dengan teknologi tersebut
7. Mengetahui keunggulan dari teknologi tersebut
8. Mengetahui dan dapat membuat perancangan instalasi pengolahan grey water di
Asrama POLBAN
9. Mengetahui pemanfaatan dari pengolahan grey water tersebut
10. Mengetahui kendala mengenai pelaksanaan pengolahan grey water di Asrama
POLBAN
11. Mengetahui faktor kunci keberhasilan penerapan pengolahan grey water di Asrama
POLBAN
1.5. Metode penulisan
Data-data dalam makalah ini diperoleh dari hasil survey langsung ke lingkungan
yang bersangkutan (Asrama POLBAN dan Pujasera POLBAN), pustaka, dan
internet.
1.6 Manfaat penulisan
Manfaat penulisan ini bertujuan khususnya untuk warga kampus POLBAN agar
lebih sadar terhadap kondisi lingkungan sekitar kampus, lebih dapat menghemat air
serta diharapkan dapat melakukan pengolahan grey water khususnya yang dihasilkan

di Asrama POLBAN sehingga dapat memperkecil pembuangan jumlah limbah (grey


water) ke lingkungan sekitar karena telah termanfaatkannya grey water tersebut
sebagai hasil pengolahan menggunakan teknologi yang memungkinkan diterapkan di
Asrama POLBAN.
1.7 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 BAB diantaranya,
BAB I Pendahuluan : Berisi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan ini.
BAB II Tinjauan Pustaka : Berisi mengenai materi dan informasi yang mendukung
permasalahan yang dijelaskan di BAB selanjutnya.
BAB III Pembahasan : Berisi pemaparan permasalahan di makalah ini, dan bagaimana
penyelesaian permasalahan tersebut.
BAB IV : Berisi simpulan dan saran dari pemaparan yang sudah dijelaskan di bab
sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan.

2.2 Pengelompokan Limbah Berdasarkan Wujudnya


2.2.1 Limbah Cair
Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air
beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut
dalam air. Limbah cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
a) Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil buangan dari
rumahtangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya
air deterjen sisa cucian, air sabun, dan air tinja.
b) Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
industry. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari industry pengolahan
makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industry tekstil.
c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui
rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan. Air limbah dapat
merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang rusak, pecah, atau
bocor sedangkan luapan dapat terjadi melalui bagian saluran yang membuka atau
terhubung ke permukaan. Contoh limbah cair yang dapat merembes dan meluap
ke dalam saluran pembuangan limbah cair adalah air buangan dari talang atap,
pendingin ruangan (AC), tempat parker, halaman, bangunan perdagangan dan
industri, serta pertanian atau perkebunan.
d) Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di
atas permukaan tanah. Aliran air hujan di atas permukaan tanah dapat melewati
dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut
sebagai limbah cair.
2.2.2 Limbah Padat
Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan. Biasanya limbah padat
disebut sebagai sampah. Klasifikasi limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada
6 kelompok, yaitu :
a) Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa
bahan-bahan organik yang mudah busuk atau terurai mikroorganisme. Sampah ini
umumnya berasal dari sector pertanian dan makanan, misalnya sisa dapur, sisa
makanan, sampah sayuran, dan kulit buah-buahan.
5

b) Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat
anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme,
sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastic, kaca dan logam.
c) Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angina karena ringan dan tidak mudah
membusuk.
d) Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai Hewan/binatang (selain tumbuhan).
e) Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang
berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, seperti dedaunan, kertas, dan
plastic.
f) Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan industry.
Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.
2.2.3 Limbah Gas
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleb sumber alami
sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan
banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan udara sebagai hasil aktivitas
manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih lagi jika diketahui
jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas tersebut, serta
spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun pasca prosesnya. Di
udara pada umumnya terkandung unsur-unsur kimia seperti : O2, N2, NO2, CO2, H2
dan lain-lain. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara alami akan
menurunkan kualitas udara. Tingkat kualitas udara tergantung pada jenis limbah gas,
volume yang lepas, dan lamanya limbah berada di udara. Jangkauan pesebaran limbah
gas melalui udara dapat meluas karena factor cuaca dan iklim turut mempengaruhi.
Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia.
Misalnya, Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NOx),
Sulfur Oksida (SOx), Asam Klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan (CH4), Metan (CH4),
Nitrogen Sulfida (NS), Klorin (Cl2).
2.3 Sumber Limbah Cair di Kampus POLBAN

Sumber limbah cair yang yang paling banyak yang ada di kampus POLBAN merupakan
jenis limbah cair domestik. Berikut adalah macam-macam limbah cair di kampus
POLBAN beserta sumbernya:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Air kakus (black water)


Air bekas mandi dan cuci (grey water)
Oli / pelumas
Air kondensat
Limbah larutan mengandung logam
Limbah larutan mengandung mikroorganisme

2.4 Grey Water di Kampus POLBAN


Grey water merupakan air limbah domestik yang berasal dari dapur (tempat cuci
piring), air bekas cuci pakaian (air dari saluran pembuangan mesin cuci misalnya), dan air
mandi (bukan dari toilet). Grey water merupakan bagian dari limbah cair domestik yang
proses pengalirannya tidakmelalui toilet, misalnya seperti air bekas mandi, air bekas
mencuci pakaian, dan air bekas cucian dapur. Sekitar 60 85% dari total volume
kebutuhan air bersih akan menjadi limbah cair domestik (Metcalf, 1991). Bagian dari
grey water adalah sekitar 75% dari total volume limbah cair domestik (Hansen &
Kjellerup (1994), dikutip dari Eriksson et al (2001)). Penanganan grey water di Indonesia
saat ini adalah langsung dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Grey
water di kampus POLBAN bersumber dari buangan toilet dari setiap asrama, gedung
yang ada dan westafel dari setiap kantin. Grey water ini sebagian besar merupakan
limbah deterjen dan sabun.Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen,
sampo dan bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan
timbulnya buih-buih sabun pada permukaan air.
2.4.1 Sabun
Sabun berasal dari asam lemak (stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan
dengan basa Na(OH) atau K(OH), berdasarkan reaksi kimia berikut ini :
C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O
Asam stearat

basa sabun

Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak seperti pada
contoh reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang
7

diperoleh dari reaksi asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna yang
menarik dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan antiseptic seperti pada sabun
mandi. Beberapa sifat sabun antara lain adalah sebagai berikut:
a) Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat mengemulsikan kotoran
yang melekat pada badan atau pakaian
b) Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi akan membentuk endapan
(C17H35COO)2Ca) dengan reaksi:
2(C17H35COONa) + CaSO4 (C17H35COO)2Ca + Na2SO4
c) Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian.
2.4.2 Deterjen
Deterjen adalah bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi dibuat dari
senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sabun, karena
dapat bekerja pada air sadah.Bahan deterjen yang umum digunakan adalah
dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami ionisasi membentuk
komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau ion Mg pada air sadah.
Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat.Untuk dapat
membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat
alkalis.Contoh bahan pembentuk yang bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat.
Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan
mengganggu karena alasan berikut :
a) Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu kehidupan organisme
di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air
sampai sekitar 10,5-11.
b) Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu kehidupan
mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan.
c) Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh
mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu akan merugikan
lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan bahan sabun/deterjen yang
dapat didegradasi oleh mikroorganisme.
8

2.5 Dampak Grey Water di Kampus POLBAN


Grey water yang tidakmenjalani proses pengolahan yang benar tentunya dapat
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain:
a) Gangguan Kesehatan
Grey water dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit
bawaan air. Adakalanya, grey water yang tidak dikelola dengan baik juga dapat
menjadi sarang penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).
b) Penurunan Kualitas Lingkungan
Grey water yang dibuang langsung ke lingkungan dapat mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Sebagai contoh, larutan sabun yang terdapat dalam grey
water bila dibuang langsung ke lingkungan dapat menaikan pH pada tanah.
Dengan demikian kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan
sesuai peruntukannya. Grey water yang dibuang langsung ke lingkungan dapat
menurunkan kualitas lingkungan karena grey water yang mengandung limbah
deterjen diantaranya mengandung fosfat yang walaupun bermanfaat bagi
kesuburan tanaman apabila dalam kadar yang banyak jika bercampur dengan air
tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air
tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Selain itu limbah detergen juga
menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang
mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing
bisa menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah.
c) Gangguan Terhadap Keindahan
Adakalanya grey water mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan
dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh : grey water yang
mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada
selokan. Walaupun pigmen tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap lingkungan penerima
tersebut. Kadang-kadang grey water dapat juga mengandung bahan-bahan yang
bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila grey water ini mencemari
lingkungan, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada lingkungan
tersebut. Untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan diatas, grey water
yang dialirkan ke lingkungan harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
mengalirkannya ke lingkungan.
2.6 Manfaat Pengolahan Grey Water

Manfaat dari pengolahan limbah cair grey water diantaranya:


a)
b)
c)
d)

Mencegah pencemaran pada sumber air tanah.


Mencegah pencemaran tanah permukaan.
Menghilangkan tempat berkembangnya bibit penyakit.
Menghemat penggunaan air.

2.7 Teknologi Biofilter


Proses pengolahan limbah ini terdiri dari paking reaktor, media penyangga,
biofilm, dan aliran air limbah. Media berfungsi sebagai tempat tumbuh mikroorganisme
membentuk film biologis yang terdiri dari bakteri , jamur, ganggang, dan protozoa .
Pengaliran air limbah dalam media penyangga membawa substrat yang berfungsi sebagai
bahan makanan mikroorganisme sehingga air limbah terdegradasi menghasilkan
biomassa, karbondioksida, dan air. Jenis media yang sering digunakan adalah material
yang memiliki permukaan kasar seperti kerikil atau batu kali. Berbagai tipe variasi proses
Biofilter yang telah dikembangkan dapat digunakan untuk mengolah air limbah domestik.
Beberapa proses yang telah dikembangkan adalah proses Biocarbon dengan
menggunakan material Clay (Perancis), proses Biofor dengan menggunakan material
Biolite (Eropa dan Amerika Utara), proses Biostyr dengan media polystyrena (Denmark).
Tipe terakhir yang dikembangkan adalah Fluidized- Bed Bioreactors (FBBR) dengan
menggunakan media pasir atau karbon aktif (Metcal & Eddy, 2004). Pengembangan
teknologi FBBR di

Korea digunakan untuk mengolah air limbah rumah sakit

menghasilkan

yang

efluen

sangat

baik.

Media

sebagai

tempat

pertumbuhan

microorganism sangat berpengaruh pada efisiensi proses pengolahan. Jenis media filter
yang berbeda memberikan luas permukaan total specifik yang berbeda dalam reaktor.
Kerikil atau batu kali pecah memiliki luas permukaan sekitar 100 -200 m2dapat
menurunkan kandungan BOD sampai 95% digunakan untuk mengolah air limbah
domestik (Sugito, 2008), mereduksi sampai 98% untuk mengolah air limbah puskesmas,
(Ifadah &Sugito, 2012)
2.8

Proses Pengolahan Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob


Pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob ini merupakan pengembangan dari
proses proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak. Pengolahan air limbah
dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak

10

pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan
jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.
Air limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah
melalui screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan
partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang
berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor
anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor
anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah
bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan
jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air
limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik. Setelah beberapa
hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum
sempat terurai pada bak pengendap
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di
dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, pasltik
(polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan
udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada
dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal
tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta
mempercepat proses nitrifikasi. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact
Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini
lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa
kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
11

limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini
air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme
patogen.
Dan setelah air tersebut menjadi bersih lagi dan tidak berbahaya maka air
tersebut bisa digunakan untuk keperluan lain seperti mencuci mobil, menyiram
tanaman sampai air untuk toilet. Di Singapura dan negara-negara maju bahkan diolah
lagi menjadi air minum.. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain
dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi
(SS), phospat dan lainnya. Skema proses pengolahan air limbah dengan sistem
biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob

Proses dengan Biofilter "Anaerob-Aerob" ini mempunyai beberapa keuntungan yakni :

Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter
mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut
juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum
teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses
penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air
limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter
tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat
12

organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi


BODdan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau
suspended solids (SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.

Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini.
Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli
setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan
sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem
aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air
buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar
bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya mudah dan
tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar

Dengan kombinasi proses "Anaerob-Aerob", efisiensi penghilangan senyawa phospor


menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob
saja. Phenomena proses penghilangan phosphor oleh mikroorganisne pada proses
pengolahan anaerob-aerob dapat diterangkan seperti pada Gambar 3.2. Selama berada
pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel
mikrooragnisme akan keluar sebagi akibat hidrolosa senyawa phospor. Sedangkan
energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada
di dalam air limbah. Efisiensi penghilangan BOD akan berjalan baik apabila
perbandingan antara BOD dan phospor (P) lebih besar 10. (Metcalf and Eddy, 1991).
Selama berada pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan diserap oleh
bakteria/mikroorganisme dan akan sintesa menjadi polyphospat dengan menggunakan
energi yang dihasik oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD). Dengan demikian
dengan kombinasi proses anaerob-aerob dapat menghilangkan BOD maupun phospor
dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban
organik yang cukup besar.

13

Gambar 2.2 Proses Penghilangan Phospor Oleh Mikroorganisme di Dalam Proses


Pengolahan Anaerob-Aerob.
2.8.1 Keunggulan Proses Biofilter "Anaerob-Aerob"
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerob-aerob
antara lain yakni :

Pengelolaannya sangat mudah.

Biaya operasinya rendah.

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.

Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.

Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.

Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.

Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

14

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Grey Water yang Dihasilkan Dari Gedung Asrama POLBAN


Pada bahasan kali ini penulis menitikberatkan kepada pengolahan grey water yang
dihasilkan dari gedung asrama POLBAN, dimana dari gedung ini dihasilkan grey water
yang paling banyak dibandingkan gedung lain yang ada di kampus. Setelah dilakukan
survey ke asrama diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.1 Hasil Survey kondisi pembuangan grey water di Asrama Polban
Gambar

Keterangan
Saluran pipa penghubung pembuangan air
dari gedung Asrama C, menuju gedung A
dan B yang kurang terawat.

Saluran pembuangan air dari gedung


Asrama A menuju gedung B, kondisi tidak
terawat. Air limbah meresap ke tanah dan
menuju parit.

15

Saluran pembuangan air gedung C

Saluran pembuangan air gedung B

Saluran pembuangan air gedung B yang


tidak berfungsi
Grey water dari semua gedung hanya
dibuang langsung ke halaman belakang,
tidak ada pengolahan air sebelum
pembuangan akhir dan dapat mencemari
lingkungan. Grey water meresap ke tanah
di belakang gedung dan mengalir ke bawah
menuju parit yang ada di sebelah komplek
Perumahan Setra Duta.

16

17

Terdapat instalasi pengolahan air yang


telah rusak dan tidak terawatt di belakang
gedung Asrama B, seharusnya instalasi ini
dapat dimanfaatkan. Tempat ini bisa
digunakan untuk instalasi pengolahan grey
water sesuai teknologi yang dibahas dalam
makalah ini.

Saluran pembuangan air pujasera


POLBAN.

18

Pambuangan air limbah pujasera


POLBAN. Kondisi : langsung dibuang ke
lingkungan, air limbah bercampur dengan
sampah organik maupun anorganik.

Dari data hasil survey diatas, air limbah dari asrama dan pujasera sangat berpotensi
mencemari lingkungan, karena tidak adanya pengolahan air lebih lanjut. Dengan volume
air limbah yang cukup besar dalam sehari yang dihasilkan dari kegiatan mandi, mencuci
piring, mencuci baju dan lain-lain. Seharusnya pengolahan grey water dapat menjadi
solusi alternatif untuk pengolahan air limbah di asrama dan pujasera. Grey water dalam
penerapannya pengolahannya tidak memerlukan perawatan, biaya pengoperasian yang
tinggi dan ramah lingkungan, sehingga dapat dikatakan menjadi solusi yang tepat. Air
hasil pengolahan grey water dapat digunakan untuk beberapa aktivitas seperti, mencuci,
mandi ,menyiram tanaman, mengepel lantai, flushing dan lain-lain. Dari kondisi
perpipaan pembuangan air limbah di asrama, sebenarnya telah terhubung dengan baik
antara gedung A,B, dan C hanya perlu dibersihkan saluran saluran pipa yang mampat
serta perawatan sehari-hari untuk kebersihan pipa. Sehingga perlulah suatu bak
pengumpul dari ketiga gedung sebelum dilakukan pengolahan lanjut. Adanya kolam/bak
pengolahan air di belakang gedung B yang rusak dan tidak terawat, seharusnya dapat
dimanfaatan kembali dalam mendukung diterapkannya instalasi pengolahan grey water di
Asrama POLBAN. Untuk di pujasera seharusnya dapat diterapkan pengolahan grey water
pula.
3.2 Rancang Bangun Unit Pengolahan Grey Water dengan Sistem Pengolahan Biofilter
Anaerob-Aerob di Asrama POLBAN
Dari survey yang telah dilakukan tersebut penulis mencoba melakukan rencana
pengolahan terhadap grey water dari gedung asrama. Limbah grey water dari ketiga
gedung di asrama akan menuju pipa-pipa yang selanjutnya dialirkan ke bak
penampungan awal, untuk pengendapan awal untuk selanjutnya menuju bak pengolahan
lanjutan. Bak pengolahan air limbah ditempatkan di belakang Gedung asrama B,
19

lokasinya dibagian bawah, sehingga untuk mengalirkan air limbah dari gedung A,B dan
C hanya memanfaatkan gaya gravitasi/tidak perlu pompa. Untuk mensuplai air hasil
pengolahan digunakan pompa. Bak pengolahan air limbah yang telah ada namun
kondisinya rusak, dimanfaatkan kembali sebagai bak penampungan awal. Lokasi
penyimpanan instalasi pengolahan grey water sebagai berikut. Lahan ini terdapat di
belakang gedung asrama B.

Gambar 3.1 Lokasi yang bisa dijadikan tempat pengolahan grey water di Asrama POLBAN

Sedangkan untuk gambar perancangan instalasi penerapan pengolahan grey water sebagai
berikut:

20

Gambar 3.2 Perancangan Penerapan pengolahan grey water di Asrama POLBAN


3.2.1 Proses Pengolahan
Seluruh grey water yang dihasilkan oleh kegiatan di asrama POLBAN, yakni
seperti mandi, mencuci piring dan mencuci baju dialirkan ke bak kontrol. Fungsi
bak kontrol adalah untuk mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu
agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah, serta mencegah padatan yang
tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya agar tidak masuk
kedalam unit pengolahan limbah.
Dari bak kontrol, grey water dialirkan ke bak pengurai anaerob. Bak pengurai
anaerob dibagi menjadi tiga buah ruangan yakni bak pengendapan atau bak pengurai
awal, biofilter anaerob tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow), serta
bak stabilisasi. Selanjutnya dari bak stabilisasi, grey water dialirkan ke unit
pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri dari beberapa buah
ruangan yang berisi media untuk pembiakan mikro-organisme yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam grey water.
Setelah melalui unit pengolahan lanjut , air hasil olahan dialirkan ke bak
khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi dikontakkan dengan khlor tablet agar seluruh
mikroorganisme patogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air sudah dapat
21

digunakan kembali baik untuk mencuci kendaraan, mencuci baju maupun flushing
bagi penghuni asrama. Sehingga bisa menghemat konsumsi air, khususnya di
asrama POLBAN.
3.2.2 Bentuk dan Prototipe Alat
Data Penggunaan Air Pada Gedung Asrama Politeknik Negeri Bandung
Jumlah Gedung

= 3 (Asrama A, B dan C)

Jumlah Penghuni

= 65

Jumlah total penghuni

= 65 x 3 = 195 orang

Rincian Penggunaan Air per Hari


-

Mandi
Asumsi
Total penggunaan air

= 1 kali mandi menggunakan air 40 L


1 hari 2 kali mandi
= 40 x 2 Kali mandi x 195 orang
= 15600 L/ hari

Mencuci piring
Asumsi
= 1 orang, menggunakan 5 L dalam 1 hari
Penggunaan air
= 195 orang x 3 L/hari = 975 L/hari
Total penggunaan air
= 15600 L/hari + 975 L/hari = 16575 L/hari
Ket: *Penggunaan air untuk mencuci baju tidak dimasukkan karena pencucian baju
dilakukan per minggu sehingga air untuk mencuci sudah dapat memanfaatkan air
hasil pengolahan grey water. Jika ada pencucian yang dilakukan di hari-hari biasa,
menurut narasumber hanya beberapa orang yang melakukan. Sehingga volume air
limbah mencuci baju yang dihasilkan pada hari-hari biasa telah tercover oleh

overdesign bak pengolahan air*


Volume air = 16575 L/hari
Untuk design maksimum, ditambahkan 20% dari design awal
(16575 L/hari x 0,2) + 16575 L/hari = 19890L/hari
Konversi volume 19890 liter
= 19,89 m3 20 m3
Perhitungan Dimensi Bak (Reaktor)
Untuk Design maksimum, ditambahkan 20% dari design awal
(16575 L/hari x 0,2) + 16575 L/hari = 19890 L/hari
Asumsi Panjang Bak
= 5 meter
Konversi volume 19890 liter
= 19,89 m3
Volume
=PxLxT
19,89 m3
=5mxLxT
LxT
= 3,978

22

Nilai L dan T

3,978

= 1,99 meter = 2 meter


Dimensi Bak : panjang 5 meter, lebar 2 meter, tinggi 2 meter
Ket: *Data perhitungan dan foto rancangan bak di bawah ini dapat diterapkan.
Diperoleh dari sumber internet yang sama-sama mengolah limbah grey water
sebesar 15000 L/hari*
Bak Pengurai Anaerob
Debit Air Limbah = 20 m3/hari = 833,3 lt/jam = 0,833 m3/jam
Dimensi = 1,6 m X 1,6 m X 2,2 m
Volume Efektif = 5 m3
Waktu Tinggal di dalam Bak pengurai awal = 0,96 m3/0,833 m3/jam = 6 Jam
Gambar penampang bak pengurai awal ditunjukan seperti pada Gambar 3.3
Unit Pengolahan Lanjut
1. Ruang Pengendapan Awal
Debit Air Limbah (Q) = 20 m3/hari = 833,3 lt/jam = 0,833 m3/jam
Volume Efektif = 1,6 m x 1,0 m x 0,6 m = 0,96 m3
Waktu Tinggal di dalam ruang pengendapan awal (T1) = 0,96 m3/0,833 m3/jam
T1 = 1,15 jam
2. Zona Biofilter Anaerob
Volume Total Ruang efektif = 1,6 m x 1,0 m x 1,2 m = 1,92 m3
Volume Total Unggun Medium = 2 x [1,2 m x 1 m x 0,6 m] = 1,44 m3
Porositas Medium = 0,45
Volume Medium tanpa rongga = 0,55 x 1,44 m3 = 0,79 m3
Total Volume Rongga dalam Medium = 0,45 x 1,44 m3 = 0,65 m3
Volume Air Limbah Efektif di dalam zona Anareob = 1,92 m3 - 0,79 m3 = 1,13 m3
Waktu Tinggal di dalam Zona Anaerob (T2) = 1,13 m3/0,833m3/jam = 1,35 jam
Waktu Kontak di dalam medium zona Anaerob = 0,65 m3/0,833 m3/jam = 0,78 jam
3. Zona Aerob
Volume Efektif = 1,5 m x 1 m x 0,7 m = 1,05 m3
Volume Unggun Medium = 1,1 m x 0,6 m x 1 m = 0,66 m3
Porositas Medium = 0,45
23

Volume Rongga = 0,45 x 0,66 m3 = 0,3 m3


Volume Medium Tanpa Rongga = 0,66 m3- 0,3 m3 = 0,36 m3
Waktu Tinggal Total di dalam zona aerob (T3) = [1,05 - 0,36] m3/0,833 m3/jam =
0,83 jam
Waktu Kontak di dalam medium zona aerob = 0,3 m3/0,833 m3/jam = 0,36 jam
4. Ruangan Pengendapan Akhir
Volume Efektif = 1,5 m x 0,6 m x 1 m = 0,9 m3
Waktu Tinggal (T4) = 0,9 m3/0,833 m3/jam = 1,08 jam
Waktu Tinggal Total di dalam Unit Pengolahan Lanjut = [1,15+1,35+0,83+0,36]
jam = 3,69 jam
Rancangan prototipe alat dirancang yang digunakan untuk uji coba
pengolahan grey water asrama ditunjukkan seperti pada Gambar 3.4 Prototipe alat
ini secara garis besar terdiri dari bak pengendapan/pengurai anaerob dan unit
pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Bak pengurai anaerob
dibuat dari bahan beton cor atau dari bahan fiber glas (FRP), disesuaikan dengan
kondisi yang ada. Ukuran bak pengurai anaerob yakni panjang 160 cm, lebar 160
cm, dan kedalaman efektif sekitar 200 cm, dengan waktu tinggal sekitar 6 jam.

Gambar 3.3 Penampang Bak Pengurai Anaerob

24

Unit pengolahan lanjut dibuat dari bahan fiber glas (FRP) dan dibuat dalam bentuk
yang kompak dan langsung dapat dipasang dengan ukuran panjang 310 cm, lebar 100 cm
dan tinggi 190 cm. Ruangan di dalam alat tersebut dibagi menjadi beberapa zona yakni
ruangan pengendapan awal, zona biofilter anaerob, zona biofilter aerob dan rungan
pengendapan akhir.

Gambar 3.4 Prototipe Alat

Ga
mbar 3.5 Rancangan Prototipe Alat Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter AnaerobAerob

25

Media yang digunakan untuk biofilter adalah bisa batu apung atau batu pecah
dengan ukuran 1-2 cm, atau dari bahan lain misalnya zeolit, batubara (anthrasit), plastic,
arang batok dan lainnnya. Selain itu, air limbah yang ada di dalam rungan pengendapan
akhir sebagian disirkulasi ke zona aerob dengan menggunakan pompa sirkulasi dan
blower.

Gambar 3.6 Bak Khlorinator


3.2.3 Contoh Pembuatan
*Foto-foto di bawah ini diperoleh dari sumber internet. Instalasi ini dilakukan di salah
satu rumah sakit di Garut yang sama-sama mengolah limbah grey water sebesar

15000 L/hari*

26

Gambar 3.7 Bak Kontrol

Gambar 3.8 Konstruksi bak pengurai anaerobik

27

Gambar 3.9 Bak Pengurai Anaerob

Gambar 3.10 Air di Bak Penenang pada Bak Pengurai Anaerob

Gambar 3.11 Konstruksi Reaktor dari Bahan Fiber Glass


28

Gambar 3.12 Media Filter

Gambar 3.13 Blower dan Pompa Sirkulasi

Gambar 3.14 Instalasi Pengolahan

29

Gambar 3.15 Air Limbah Sebelum Diolah dan Setelah Diolah


Tabel 3.2 Hasil Analisa Kualitas Air Limbah Sebelum dan Sesudah Pengolahan

3.3 Pemanfaatan Air Olahan Grey Water Asrama POLBAN


Grey water yang telah diolah menggunakan teknologi biofilter anaerob-aerob
bisa dialirkan ke dalam bak penampung. Hasil pengolahan ini memerlukan penelitian
lebih lanjut apaka sudah berkurang kadar fosfat (deterjen) dan bahan-bahan toksiknya
sehingga aman untuk digunakan kembali sebagai air pencuci dan menyiram tanaman.
untuk Untuk selanjutnya air olahan tersebut bisa digunakan penghuni asrama untuk
kebutuhan mencuci seperti untuk mencuci kendaraan, mencuci piring, mencuci baju,
flush toilet, dan untuk menyiram tanaman sekitar asrama. Hasil pengolahan ini pula
memerlukan penelitian lebih lanjut apabila akan digunakan untuk mandi maupun
untuk air minum seperti yang sudah diterapkan di luar negeri. Pemanfaatan grey
water yang bisa diterapkan di Gedung Asrama POLBAN bisa diilustrasikan seperti
gambar di bawah ini.

30

Gambar 3.16 Pemanfaatan pengolahan grey water


3.4 Memungkinkan atau Tidaknya Penerapan Pengolahan Grey Water dengan Teknologi
Biofilter Anaerob-Aerob di Asrama POLBAN
Penerapan Pengolahan grey water dengan Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob di
Asrama POLBAN memmberikan kemudahan penerapan dan keuntungan yang didapat.
Dari segi teknis , adanya tenaga ahli yaitu dosen Teknik Kimia, dan teknisi dapat diambil
dari mahasiswa Teknik Kimia ataupun mahasiswa penghuni asrama yang sebelumnya
telah diberikan pelatihan. Dari segi ekonominya, untuk membuat bak-bak pengolahan air
,dapat memanfaatkan bak pengolahan air yang rusak, namun butuh perbaikan, media
filter yang digunakan mudah didapat dan murah (kerikil,arang atau batu apung),
penghematan pemakaian air bersih karena telah menggunakan hasil air olahan
pengolahan grey water. Dari segi lahan, terdapat lahan kosong di belakang asrama
POLBAN yang tidak termanfaatkan dan hanya ditumbuhi tanaman/rumput liar. Dari segi
pencitraan, Politeknik Negeri Bandung, Jurusan Teknik Kimia telah melakukan aksi
nyata dalam upanya pengolahan air limbah di lingkungan kampus, menjadi pelopor
gerakan cinta lingkungan sehingga mengaktivasi munculnya ide/inovasi-inovasi lain dari
mahasiswa Politeknik Negeri Bandung.
3.5 Kesadaran Warga Kampus dan Penghuni Asrama POLBAN Terhadap Limbah
Grey Water
Sejauh ini kesadaran warga POLBAN sendiri khususnya mahasiswa terhadap
penghematan air masih kurang. Limbah hasil cucian masih dibuang begitu saja, bahkan
seperti yang penulis lihat langsung di asrama air limbah deterjen dibuang ke lingkungan
dan meresap langsung ke tanah dan langsung menuju parit yang ada kompleks Setra Duta
tanpa memasuki IPAL terlebih dahulu. Padahal dengan mengolahnya terlebih dahulu,
31

misalnya dengan pengolahan Biofilter Anaerob-Aerob air tersebut bisa digunakan


kembali untuk kegiatan mencuci seperti mencuci baju, piring, kendaraan penghuni asrama
dan penggelontoran. Dengan ini setidaknya sudah melakukan konservasi air dengan
mengurangi konsumsi air untuk melakukan kegiatan sehari-hari penghuni asrama
khususnya.
3.6 Kendala yang Dapat Menghambat Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN
Tabel 3.3 Kendala Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN
Kendala Ekonomi

Keperluan biaya tambahan peralatan seperti:


biaya

Kendala Teknologi

reaktor,

blower,

pompa

sirkulasi
Perlunya investasi
Penghematan air dari penerapan daur ulang

grey water yang belum nyata terealisasi


Kurangnya informasi mengenai teknologi

untuk melakukan pengolahan


Kurangnya pelatihan penggunaan teknologi

Biofilter Anaerob-Aerob ini


Sistem yang baru ada kemungkinan tidak
sesuai

Kendala SDM

instalasi,

dengan

yang

diharapkan/malah

menyebabkan gangguan
Pelaksanaan peraturan yang kaku/kurangnya

komitmen manajemen puncak


Kurangnya komunikasi antar warga kampus
Kurangnya penyebaran informasi
Adanya keengganan untuk melakukan hal baru
Kurangnya pelatihan kepada warga kampus
khususnya penghuni asrama

3.7 Faktor Kunci Penerapan Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN


Untuk menerapkan pengolahan grey water dengan teknologi biofilter perlulah
adanya komitmen manajemen puncak, keterlibatan warga kampus, komunikasi antar
warga kampus, dan perlulah adanya penilaian kinerja apabila pengolahan tersebut sudah
berlangsung. Sehingga diperoleh hasil yang diinginkan dan apabila belum dicapai bisa
dilakukan evaluasi terkait penerapan teknologi tersebut.

32

3.7 Manfaat Menerapkan Penerapan Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN


Tabel 3.4 Manfaat Penerapan Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN
Aspek Lingkungan

Sudah

terlibat

pelestarian

dalam

lingkungan

hal
sekitar

kampus
Terhindar dari teguran warga
sekitar kampus akibat pencemaran
yang dihasilkan dari limbah grey
water serta berkurangnya volume

limbah yang dibuang langsung


Terciptanya lingkungan kampus
yang bersih , sehat dan bebas akan

Aspek Teknis

pencemar
Meningkatnya

efisiensi

penggunaan air untuk kegiatan

mencuci di asrama
Berkurangnya jumlah penggunaan
air di lingkungan kampus karena
telah dilakukannya konservasi air
di berbagai sektor kampus yang

Aspek Ekonomi

menghasilkanl limbah air


Beban ekonomi dalam

hal

konsumsi energi, air berkurang.

Pengolahan kembali grey water di kampus ini bisa dengan alat yang berharga
ratusan juta atau bisa juga menggunakan alat yang sangat sederhana dan mudah dibuat
sendiri dengan bahan-bahan seperti pasir, ijuk, koral, arang, dan sebuah drum. Namun
pembuatan grey water harus ditangani dengan baik, karena jika tidak akan berpengaruh
buruk pada kualitas air dan menimbulkan penyebaran penyakit di lingkungan sekitar
kampus. Namun jika grey water bisa dikelola dengan baik maka bukan tidak mungkin
akan memberikan kontribusi yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar kampus,
khususnya di asrama POLBAN. Pengolahan grey water ini pula bukan hanya bisa
dilakukan di asrama tetapi juga bisa diterapkan di tempat yang tentunya menghasilkan
grey water seperti Pujasera, kantin MKU, Mesjid LH dan gedung-gedung kuliah yang
33

ada di POLBAN. Sehingga daur ulang ini diharapkan bisa diterapkan di POLBAN
secara terintegrasi dan berkelanjutan sehingga bisa menjadi satu eco-kampus yang bisa
dicontoh oleh kampus-kampus lainnya.Rasanya sangat disayangkan sekali jika ada
alternatif untuk mendaur ulang air sisa pembuangan dan menjadi air bersih yang bisa
dipergunakan kembali seperti grey water ini hanya menjadi wacana saja tanpa ada
pembuktian nyata dari banyak pihak. Satu lagi, diharapkan pilihlah deterjen yang ramah
lingkungan yang sama sekali tidak mengandung fosfat atau yang kadar fosfatnya sangat
rendah. Beberapa deterjen mengandalkan produknya sebagai deterjen berlimpah busa,
sebaiknya pilih saja detergen yang mengandung sedikit busa. Sehingga air yang
digunakan untuk membilas tidak terlalu banyak.Yang paling terpenting adalah
bagaimana kita tetap bisa menjaga kelestarian lingkungan sekitar agar tetap bisa
memberikan kontribusi yang positif untuk kelangsungan hidup manusia. Dengan terus
menjaga bumi ini, bukan hanya kelangkaan air bersih yang bisa kita atasi tapi berbagai
elemen penting lainnya yang dibutuhkan oleh manusia.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

34

Dari hasil pengawasan kami pada kawasan polban pengaruh dari mengenai
pengolahan grey water terhadap lingkungan polban dari hasil analisi kami
menyumpulkan bahwa:
Pengolahan dapat meperbaiki kandungan air dikawasan pembuangan air

sekitar
Mengurangi penggunaan air karena menggunakan air limbah yang telah diolah
Hasil pengolahan limbah yaitu CH3, air bersih, dan pupuk organik

4.2 Saran
Sebaiknya pada kawasan polban membuat system pengolahan limbah grey water dan
memaksimalkan hasil dari pengeluaran limbah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim._____Alat Pengolah Air Limbah Rumah Tangga Semi Komunal "Kombinasi
Biofilter

Anaerob

dan

35

Aerob"http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrt/limbahrt.html.
_Diakses tanggal 01 April 2015.
Anonim.

Pencemaran

Air.

https://3superelektron.wordpress.com/pencemaran-air/.

Diakses tanggal 04 April 2015.


Anonim._____Teknologi

Pengolahan

Dengan

Air

Limbah

Sistem

Rumah

Biofilter

Sakit
Anaerob-

Aerob.http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrs/limbahrs.html.
Diakses tanggal 01 April 2015.
Fauzia Rahmiyati Yazid, Syafrudin, dan Ganjar Samudro ,Pengaruh Variasi Konsentrasi
Dan Debit Pada Pengolahan Air artifisial (Campuran Grey Water Dan Black
Water)Menggunakan Reaktor Uasbdiakes tanggal 03 april 2015.
Gunadarma,

Rendra.

2013.

Makalah

Pengolahan

Air

Limbah.

http://rendragunadarma.blogspot.com/2013/04/makalah-pengolahan-airlimbah.html. Diakses tanggal 04 April 2015.


Imagine,

Okty.

2013.Menghemat

Air

dengan

Sistem

Grey

Water.

http://oktyimagine.blogspot.com/2013/11/menghemat-air-dengan-sistem-greywater.html. Diakses tanggal 03 April 2015.


Indriani, Tika dan Herumurti, Welly. Grey Water Treatment Using ABR-AF
Reactordiakes tanggal 03 april 2015.
Lutfifpk11. 2013. Dampak Limbah Deterjen Terhadap Lingkungan. http://lutfifpk11.web.unair.ac.id/artikel_detail-73950-Lingkungan-Dampak%20Limbah
%20Detergen%20bagi%20Lingkungan.html. Diakses tanggal 03 April 2015.
Punyanyavika.

2011.

Dampak

Penggunaan

Deterjen.

https://punyanyavika.wordpress.com/2011/12/25/dampak-penggunaandetergen-sebagai-pembersih-pakaian-dalam-kehidupan/. Diakses tanggal 03


April 2015.
Shimazaki,

Haruka.

2014.

Water

Conservation.

http://kudanilhamil23.blogspot.com/2014/06/water-conservation.html. Diakses
tanggal 03 April 2015.

36

Switarto, Bambang dan Sugito. 2012. Aplikasi Biofilter Aerobik Untuk Menurunkan
Kandungan

Detergen

Pada

Air

Limbah

Laundry.

http://digilib.unipasby.ac.id/files/disk1/14/gdlhub--sugito-692-1-aplikasi-n.pdf.
Diakses tanggal 03 April 2015.
Widianti, Dini dan Marisa Handajani. 2009. Greywater Characterisation To Know The
Potential Utilizationof Greywater Reuse In Bandung Citydiakes tanggal 03
april 2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah. Diakses tanggal 03 April 2015.

37

Anda mungkin juga menyukai