PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Saat ini, kualitas air permukaan di Indonesia mulai mendapat perhatian dari
berbagai pihak. Sehingga perlulah meningkatkan kesadaran bagi semua pihak, baik
masyarakat maupun pemerintah untuk memperbaiki kualitas air permukaan yang
semakin lama semakin menurun. Kualitas air permukaan yang menurun dapat
disebabkan oleh kegiatan manusia sehari-hari dalam hal ini berkaitan dengan
aktivitas penggunaan air yang dibuang begitu saja ke lingkungan. Kita membuang
begitu saja air bekas mencuci yang dapat bersumber dari perumahan, perkantoran,
dan lingkungan pendidikan (kampus). Di lingkungan pendidikan khususnya
menghasilkan beberapa air limbah khususnya grey water yang berasal dari gedunggedung perkuliahan, kantin, dan asrama mahasiswa. Untuk di lingkungan kampus
perlulah kesadaran dari berbagai pihak juga seperti mahasiswa, dosen, manajemen,
pegawai kebersihan dan elemen-elemen lain yang ada di kampus untuk
memanfaatkan kembali limbah khususnya limbah grey water tersebut.
Grey water, yaitu limbah cair hasil aktivitas dapur, pencucian pakaian, kamar
mandi (selain tinja) adalah salah satu pencemar yang paling banyak masuk ke badan
air. Meskipun kandungan organik pencemar pada grey water tidak begitu tinggi,
namun apabila masuk ke badan air dan terakumulasi dapat menyebabkan penurunan
kualitas air yang cukup berarti. Penanganan grey water di Indonesia saat ini adalah
langsung dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Saluran
drainase penyalur grey water dan air hujan ini akan berujung di badan air permukaan
atau di IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah). Berdasarkan data dari KLH
(Kementerian Lingkungan Hidup) tahun 2004, IPAL Bojongsoang yang berlokasi di
Bandung baru bisa melayani 18.67 % limbah dari 2.250.000 penduduk Bandung,
atau sekitar 420.000 jiwa. Sedangkan kebanyakan masyarakat hanya mengolah
limbah blackwater mereka dengan membuat septic tank , tetapi tidak mengolah
limbah grey water yang mereka timbulkan, sehingga hampir seluruh grey water yang
ditimbulkan di kota Bandung mengalir ke badan air permukaan atau ke IPAL.
Karakteristik grey water pada umumnya banyak mengandung unsur nitrogen,
fosfat, dan potasium (Lindstrom, 2000). Unsur-unsur tersebut merupakan nutrien
bagi tumbuhan, sehingga jika greywater dialirkan begitu saja ke badan air permukaan
maka akan menyebabkan eutrofikasi pada badan air tersebut. Eutrofikasi adalah
sebuah peristiwa dimana badan air menjadi kaya akan materi organik, sehingga
menyebabkan pertumbuhan ganggang yang pesat pada permukaan badan air tersebut
(Metcalf, 1991). Peristiwa eutrofikasi ini dapat menurunkan kualitas badan air
permukaan karena dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam badan air
tersebut. Sebagai akibatnya, makhluk hidup air yang hidup di badan air tersebut tidak
dapat tumbuh dengan baik atau mungkin mati.
Persediaan air tanah yang sudah semakin menipis menyebabkan banyak
orang berpikir untuk mendayagunakan air limbah yang masih layak pakai. Jika
dikelola dengan baik, grey water dapat digunakan sebagai sumber air untuk
keperluan perkebunan, pertanian, atau untuk penggelontoran toilet. Grey water dapat
digunakan sebagai sumber air untuk keperluan perkebunan dan pertanian karena
greywater mengandung fosfat, potasium, dan nitrogen yang merupakan sumber
nutrisi yang baik bagi tumbuhan, Hal tersebut membuat grey water lebih mudah
untuk dimanfaatkan kembali dibandingkan dengan blackwater yang harus melewati
proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan kembali. Untuk dapat
dimanfaatkan kembali, grey water harus memenuhi persyaratan beberapa parameter.
Jika parameter pada grey water sesuai dengan persyaratan parameter grey
water yang harus dipenuhi pada berbagai sektor maka grey water dapat dimanfaatkan
pada beberapa sektor. Jika tidak sesuai maka dapat dilakukan pengolahan grey water
sebelum digunakan pada pemanfaatan untuk sektor lain.
Rata-rata air bersih digunakan 70% untuk kebutuhan pertanian, 8% untuk
kebutuhan domestik, dan 22% untuk kebutuhan industri. Jika sektor pertanian
menggunakan air bersih maka persediaan air akan semakin menipis untuk kebutuhan
domestik manusia. Potensi pemanfaatan grey water ini dapat mengurangi
penggunaan air bersih. Karena kampus POLBAN membutuhkan air dalam jumlah
yang cukup banyak.
1.2. Batasan masalah
Batasan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pengolahan limbah
cair khususnya grey water yang ada di asrama POLBAN serta jenis pengolahan
limbah grey water tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan.
b) Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat
anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme,
sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastic, kaca dan logam.
c) Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angina karena ringan dan tidak mudah
membusuk.
d) Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai Hewan/binatang (selain tumbuhan).
e) Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang
berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, seperti dedaunan, kertas, dan
plastic.
f) Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan industry.
Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.
2.2.3 Limbah Gas
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleb sumber alami
sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan
banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan udara sebagai hasil aktivitas
manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih lagi jika diketahui
jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas tersebut, serta
spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun pasca prosesnya. Di
udara pada umumnya terkandung unsur-unsur kimia seperti : O2, N2, NO2, CO2, H2
dan lain-lain. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara alami akan
menurunkan kualitas udara. Tingkat kualitas udara tergantung pada jenis limbah gas,
volume yang lepas, dan lamanya limbah berada di udara. Jangkauan pesebaran limbah
gas melalui udara dapat meluas karena factor cuaca dan iklim turut mempengaruhi.
Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia.
Misalnya, Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NOx),
Sulfur Oksida (SOx), Asam Klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan (CH4), Metan (CH4),
Nitrogen Sulfida (NS), Klorin (Cl2).
2.3 Sumber Limbah Cair di Kampus POLBAN
Sumber limbah cair yang yang paling banyak yang ada di kampus POLBAN merupakan
jenis limbah cair domestik. Berikut adalah macam-macam limbah cair di kampus
POLBAN beserta sumbernya:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
basa sabun
Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak seperti pada
contoh reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang
7
diperoleh dari reaksi asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna yang
menarik dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan antiseptic seperti pada sabun
mandi. Beberapa sifat sabun antara lain adalah sebagai berikut:
a) Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat mengemulsikan kotoran
yang melekat pada badan atau pakaian
b) Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi akan membentuk endapan
(C17H35COO)2Ca) dengan reaksi:
2(C17H35COONa) + CaSO4 (C17H35COO)2Ca + Na2SO4
c) Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian.
2.4.2 Deterjen
Deterjen adalah bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi dibuat dari
senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sabun, karena
dapat bekerja pada air sadah.Bahan deterjen yang umum digunakan adalah
dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami ionisasi membentuk
komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau ion Mg pada air sadah.
Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat.Untuk dapat
membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat
alkalis.Contoh bahan pembentuk yang bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat.
Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan
mengganggu karena alasan berikut :
a) Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu kehidupan organisme
di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air
sampai sekitar 10,5-11.
b) Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu kehidupan
mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan.
c) Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh
mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu akan merugikan
lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan bahan sabun/deterjen yang
dapat didegradasi oleh mikroorganisme.
8
menghasilkan
yang
efluen
sangat
baik.
Media
sebagai
tempat
pertumbuhan
microorganism sangat berpengaruh pada efisiensi proses pengolahan. Jenis media filter
yang berbeda memberikan luas permukaan total specifik yang berbeda dalam reaktor.
Kerikil atau batu kali pecah memiliki luas permukaan sekitar 100 -200 m2dapat
menurunkan kandungan BOD sampai 95% digunakan untuk mengolah air limbah
domestik (Sugito, 2008), mereduksi sampai 98% untuk mengolah air limbah puskesmas,
(Ifadah &Sugito, 2012)
2.8
10
pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan
jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.
Air limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah
melalui screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan
partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang
berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor
anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor
anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah
bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan
jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air
limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik. Setelah beberapa
hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum
sempat terurai pada bak pengendap
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di
dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, pasltik
(polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan
udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada
dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal
tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta
mempercepat proses nitrifikasi. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact
Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini
lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa
kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
11
limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini
air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme
patogen.
Dan setelah air tersebut menjadi bersih lagi dan tidak berbahaya maka air
tersebut bisa digunakan untuk keperluan lain seperti mencuci mobil, menyiram
tanaman sampai air untuk toilet. Di Singapura dan negara-negara maju bahkan diolah
lagi menjadi air minum.. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain
dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi
(SS), phospat dan lainnya. Skema proses pengolahan air limbah dengan sistem
biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter
mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut
juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum
teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses
penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air
limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter
tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat
12
Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini.
Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli
setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan
sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem
aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air
buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar
bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya mudah dan
tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar
13
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Keterangan
Saluran pipa penghubung pembuangan air
dari gedung Asrama C, menuju gedung A
dan B yang kurang terawat.
15
16
17
18
Dari data hasil survey diatas, air limbah dari asrama dan pujasera sangat berpotensi
mencemari lingkungan, karena tidak adanya pengolahan air lebih lanjut. Dengan volume
air limbah yang cukup besar dalam sehari yang dihasilkan dari kegiatan mandi, mencuci
piring, mencuci baju dan lain-lain. Seharusnya pengolahan grey water dapat menjadi
solusi alternatif untuk pengolahan air limbah di asrama dan pujasera. Grey water dalam
penerapannya pengolahannya tidak memerlukan perawatan, biaya pengoperasian yang
tinggi dan ramah lingkungan, sehingga dapat dikatakan menjadi solusi yang tepat. Air
hasil pengolahan grey water dapat digunakan untuk beberapa aktivitas seperti, mencuci,
mandi ,menyiram tanaman, mengepel lantai, flushing dan lain-lain. Dari kondisi
perpipaan pembuangan air limbah di asrama, sebenarnya telah terhubung dengan baik
antara gedung A,B, dan C hanya perlu dibersihkan saluran saluran pipa yang mampat
serta perawatan sehari-hari untuk kebersihan pipa. Sehingga perlulah suatu bak
pengumpul dari ketiga gedung sebelum dilakukan pengolahan lanjut. Adanya kolam/bak
pengolahan air di belakang gedung B yang rusak dan tidak terawat, seharusnya dapat
dimanfaatan kembali dalam mendukung diterapkannya instalasi pengolahan grey water di
Asrama POLBAN. Untuk di pujasera seharusnya dapat diterapkan pengolahan grey water
pula.
3.2 Rancang Bangun Unit Pengolahan Grey Water dengan Sistem Pengolahan Biofilter
Anaerob-Aerob di Asrama POLBAN
Dari survey yang telah dilakukan tersebut penulis mencoba melakukan rencana
pengolahan terhadap grey water dari gedung asrama. Limbah grey water dari ketiga
gedung di asrama akan menuju pipa-pipa yang selanjutnya dialirkan ke bak
penampungan awal, untuk pengendapan awal untuk selanjutnya menuju bak pengolahan
lanjutan. Bak pengolahan air limbah ditempatkan di belakang Gedung asrama B,
19
lokasinya dibagian bawah, sehingga untuk mengalirkan air limbah dari gedung A,B dan
C hanya memanfaatkan gaya gravitasi/tidak perlu pompa. Untuk mensuplai air hasil
pengolahan digunakan pompa. Bak pengolahan air limbah yang telah ada namun
kondisinya rusak, dimanfaatkan kembali sebagai bak penampungan awal. Lokasi
penyimpanan instalasi pengolahan grey water sebagai berikut. Lahan ini terdapat di
belakang gedung asrama B.
Gambar 3.1 Lokasi yang bisa dijadikan tempat pengolahan grey water di Asrama POLBAN
Sedangkan untuk gambar perancangan instalasi penerapan pengolahan grey water sebagai
berikut:
20
digunakan kembali baik untuk mencuci kendaraan, mencuci baju maupun flushing
bagi penghuni asrama. Sehingga bisa menghemat konsumsi air, khususnya di
asrama POLBAN.
3.2.2 Bentuk dan Prototipe Alat
Data Penggunaan Air Pada Gedung Asrama Politeknik Negeri Bandung
Jumlah Gedung
= 3 (Asrama A, B dan C)
Jumlah Penghuni
= 65
= 65 x 3 = 195 orang
Mandi
Asumsi
Total penggunaan air
Mencuci piring
Asumsi
= 1 orang, menggunakan 5 L dalam 1 hari
Penggunaan air
= 195 orang x 3 L/hari = 975 L/hari
Total penggunaan air
= 15600 L/hari + 975 L/hari = 16575 L/hari
Ket: *Penggunaan air untuk mencuci baju tidak dimasukkan karena pencucian baju
dilakukan per minggu sehingga air untuk mencuci sudah dapat memanfaatkan air
hasil pengolahan grey water. Jika ada pencucian yang dilakukan di hari-hari biasa,
menurut narasumber hanya beberapa orang yang melakukan. Sehingga volume air
limbah mencuci baju yang dihasilkan pada hari-hari biasa telah tercover oleh
22
Nilai L dan T
3,978
24
Unit pengolahan lanjut dibuat dari bahan fiber glas (FRP) dan dibuat dalam bentuk
yang kompak dan langsung dapat dipasang dengan ukuran panjang 310 cm, lebar 100 cm
dan tinggi 190 cm. Ruangan di dalam alat tersebut dibagi menjadi beberapa zona yakni
ruangan pengendapan awal, zona biofilter anaerob, zona biofilter aerob dan rungan
pengendapan akhir.
Ga
mbar 3.5 Rancangan Prototipe Alat Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter AnaerobAerob
25
Media yang digunakan untuk biofilter adalah bisa batu apung atau batu pecah
dengan ukuran 1-2 cm, atau dari bahan lain misalnya zeolit, batubara (anthrasit), plastic,
arang batok dan lainnnya. Selain itu, air limbah yang ada di dalam rungan pengendapan
akhir sebagian disirkulasi ke zona aerob dengan menggunakan pompa sirkulasi dan
blower.
15000 L/hari*
26
27
29
30
Kendala Teknologi
reaktor,
blower,
pompa
sirkulasi
Perlunya investasi
Penghematan air dari penerapan daur ulang
Kendala SDM
instalasi,
dengan
yang
diharapkan/malah
menyebabkan gangguan
Pelaksanaan peraturan yang kaku/kurangnya
32
Sudah
terlibat
pelestarian
dalam
lingkungan
hal
sekitar
kampus
Terhindar dari teguran warga
sekitar kampus akibat pencemaran
yang dihasilkan dari limbah grey
water serta berkurangnya volume
Aspek Teknis
pencemar
Meningkatnya
efisiensi
mencuci di asrama
Berkurangnya jumlah penggunaan
air di lingkungan kampus karena
telah dilakukannya konservasi air
di berbagai sektor kampus yang
Aspek Ekonomi
hal
Pengolahan kembali grey water di kampus ini bisa dengan alat yang berharga
ratusan juta atau bisa juga menggunakan alat yang sangat sederhana dan mudah dibuat
sendiri dengan bahan-bahan seperti pasir, ijuk, koral, arang, dan sebuah drum. Namun
pembuatan grey water harus ditangani dengan baik, karena jika tidak akan berpengaruh
buruk pada kualitas air dan menimbulkan penyebaran penyakit di lingkungan sekitar
kampus. Namun jika grey water bisa dikelola dengan baik maka bukan tidak mungkin
akan memberikan kontribusi yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar kampus,
khususnya di asrama POLBAN. Pengolahan grey water ini pula bukan hanya bisa
dilakukan di asrama tetapi juga bisa diterapkan di tempat yang tentunya menghasilkan
grey water seperti Pujasera, kantin MKU, Mesjid LH dan gedung-gedung kuliah yang
33
ada di POLBAN. Sehingga daur ulang ini diharapkan bisa diterapkan di POLBAN
secara terintegrasi dan berkelanjutan sehingga bisa menjadi satu eco-kampus yang bisa
dicontoh oleh kampus-kampus lainnya.Rasanya sangat disayangkan sekali jika ada
alternatif untuk mendaur ulang air sisa pembuangan dan menjadi air bersih yang bisa
dipergunakan kembali seperti grey water ini hanya menjadi wacana saja tanpa ada
pembuktian nyata dari banyak pihak. Satu lagi, diharapkan pilihlah deterjen yang ramah
lingkungan yang sama sekali tidak mengandung fosfat atau yang kadar fosfatnya sangat
rendah. Beberapa deterjen mengandalkan produknya sebagai deterjen berlimpah busa,
sebaiknya pilih saja detergen yang mengandung sedikit busa. Sehingga air yang
digunakan untuk membilas tidak terlalu banyak.Yang paling terpenting adalah
bagaimana kita tetap bisa menjaga kelestarian lingkungan sekitar agar tetap bisa
memberikan kontribusi yang positif untuk kelangsungan hidup manusia. Dengan terus
menjaga bumi ini, bukan hanya kelangkaan air bersih yang bisa kita atasi tapi berbagai
elemen penting lainnya yang dibutuhkan oleh manusia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
34
Dari hasil pengawasan kami pada kawasan polban pengaruh dari mengenai
pengolahan grey water terhadap lingkungan polban dari hasil analisi kami
menyumpulkan bahwa:
Pengolahan dapat meperbaiki kandungan air dikawasan pembuangan air
sekitar
Mengurangi penggunaan air karena menggunakan air limbah yang telah diolah
Hasil pengolahan limbah yaitu CH3, air bersih, dan pupuk organik
4.2 Saran
Sebaiknya pada kawasan polban membuat system pengolahan limbah grey water dan
memaksimalkan hasil dari pengeluaran limbah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim._____Alat Pengolah Air Limbah Rumah Tangga Semi Komunal "Kombinasi
Biofilter
Anaerob
dan
35
Aerob"http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrt/limbahrt.html.
_Diakses tanggal 01 April 2015.
Anonim.
Pencemaran
Air.
https://3superelektron.wordpress.com/pencemaran-air/.
Pengolahan
Dengan
Air
Limbah
Sistem
Rumah
Biofilter
Sakit
Anaerob-
Aerob.http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrs/limbahrs.html.
Diakses tanggal 01 April 2015.
Fauzia Rahmiyati Yazid, Syafrudin, dan Ganjar Samudro ,Pengaruh Variasi Konsentrasi
Dan Debit Pada Pengolahan Air artifisial (Campuran Grey Water Dan Black
Water)Menggunakan Reaktor Uasbdiakes tanggal 03 april 2015.
Gunadarma,
Rendra.
2013.
Makalah
Pengolahan
Air
Limbah.
Okty.
2013.Menghemat
Air
dengan
Sistem
Grey
Water.
2011.
Dampak
Penggunaan
Deterjen.
Haruka.
2014.
Water
Conservation.
http://kudanilhamil23.blogspot.com/2014/06/water-conservation.html. Diakses
tanggal 03 April 2015.
36
Switarto, Bambang dan Sugito. 2012. Aplikasi Biofilter Aerobik Untuk Menurunkan
Kandungan
Detergen
Pada
Air
Limbah
Laundry.
http://digilib.unipasby.ac.id/files/disk1/14/gdlhub--sugito-692-1-aplikasi-n.pdf.
Diakses tanggal 03 April 2015.
Widianti, Dini dan Marisa Handajani. 2009. Greywater Characterisation To Know The
Potential Utilizationof Greywater Reuse In Bandung Citydiakes tanggal 03
april 2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah. Diakses tanggal 03 April 2015.
37