Anda di halaman 1dari 14

Bentuk dan Prototipe Alat

Data Penggunaan Air Pada Gedung Asrama Politeknik Negeri Bandung


Jumlah Gedung

= 3 (Asrama A, B dan C)

Jumlah Penghuni

= 65

Jumlah total penghuni

= 65 x 3 = 195 orang

Rincian Penggunaan Air per Hari


-

Mandi
Asumsi
Total penggunaan air

= 1 kali mandi menggunakan air 40 L


1 hari 2 kali mandi
= 40 x 2 Kali mandi x 195 orang
= 15600 L/ hari

Mencuci piring
Asumsi
= 1 orang, menggunakan 5 L dalam 1 hari
Penggunaan air
= 195 orang x 3 L/hari = 975 L/hari
Total penggunaan air
= 15600 L/hari + 975 L/hari = 16575 L/hari
Ket: *Penggunaan air untuk mencuci baju tidak dimasukkan karena pencucian baju
dilakukan per minggu sehingga air untuk mencuci sudah dapat memanfaatkan air hasil
pengolahan grey water. Jika ada pencucian yang dilakukan di hari-hari biasa, menurut
narasumber hanya beberapa orang yang melakukan. Sehingga volume air limbah
mencuci baju yang dihasilkan pada hari-hari biasa telah tercover oleh overdesign bak

pengolahan air*
Volume air = 16575 L/hari
Untuk design maksimum, ditambahkan 20% dari design awal
(16575 L/hari x 0,2) + 16575 L/hari = 19890L/hari
Konversi volume 19890 liter
= 19,89 m3 20 m3
Perhitungan Dimensi Bak (Reaktor)
Untuk Design maksimum, ditambahkan 20% dari design awal
(16575 L/hari x 0,2) + 16575 L/hari = 19890 L/hari
Asumsi Panjang Bak
= 5 meter
Konversi volume 19890 liter
= 19,89 m3
Volume
=PxLxT
19,89 m3
=5mxLxT
LxT
= 3,978

Nilai L dan T

3,978

= 1,99 meter = 2 meter


Dimensi Bak : panjang 5 meter, lebar 2 meter, tinggi 2 meter
Ket: *Data perhitungan dan foto rancangan bak di bawah ini dapat diterapkan.
Diperoleh dari sumber internet yang sama-sama mengolah limbah grey water sebesar
15000 L/hari*
Bak Pengurai Anaerob
Debit Air Limbah = 20 m3/hari = 833,3 lt/jam = 0,833 m3/jam
Dimensi = 1,6 m X 1,6 m X 2,2 m
Volume Efektif = 5 m3
Waktu Tinggal di dalam Bak pengurai awal = 0,96 m3/0,833 m3/jam = 6 Jam
Gambar penampang bak pengurai awal ditunjukan seperti pada Gambar 3.3
Unit Pengolahan Lanjut
1. Ruang Pengendapan Awal
Debit Air Limbah (Q) = 20 m3/hari = 833,3 lt/jam = 0,833 m3/jam
Volume Efektif = 1,6 m x 1,0 m x 0,6 m = 0,96 m3
Waktu Tinggal di dalam ruang pengendapan awal (T1) = 0,96 m3/0,833 m3/jam
T1 = 1,15 jam
2. Zona Biofilter Anaerob
Volume Total Ruang efektif = 1,6 m x 1,0 m x 1,2 m = 1,92 m3
Volume Total Unggun Medium = 2 x [1,2 m x 1 m x 0,6 m] = 1,44 m3
Porositas Medium = 0,45
Volume Medium tanpa rongga = 0,55 x 1,44 m3 = 0,79 m3
Total Volume Rongga dalam Medium = 0,45 x 1,44 m3 = 0,65 m3
Volume Air Limbah Efektif di dalam zona Anareob = 1,92 m3 - 0,79 m3 = 1,13 m3
Waktu Tinggal di dalam Zona Anaerob (T2) = 1,13 m3/0,833m3/jam = 1,35 jam
Waktu Kontak di dalam medium zona Anaerob = 0,65 m3/0,833 m3/jam = 0,78 jam
3. Zona Aerob
Volume Efektif = 1,5 m x 1 m x 0,7 m = 1,05 m3

Volume Unggun Medium = 1,1 m x 0,6 m x 1 m = 0,66 m3


Porositas Medium = 0,45
Volume Rongga = 0,45 x 0,66 m3 = 0,3 m3
Volume Medium Tanpa Rongga = 0,66 m3- 0,3 m3 = 0,36 m3
Waktu Tinggal Total di dalam zona aerob (T3) = [1,05 - 0,36] m3/0,833 m3/jam = 0,83
jam
Waktu Kontak di dalam medium zona aerob = 0,3 m3/0,833 m3/jam = 0,36 jam
4. Ruangan Pengendapan Akhir
Volume Efektif = 1,5 m x 0,6 m x 1 m = 0,9 m3
Waktu Tinggal (T4) = 0,9 m3/0,833 m3/jam = 1,08 jam
Waktu Tinggal Total di dalam Unit Pengolahan Lanjut = [1,15+1,35+0,83+0,36] jam =
3,69 jam
Rancangan prototipe alat dirancang yang digunakan untuk uji coba pengolahan
grey water asrama ditunjukkan seperti pada Gambar 3.4 Prototipe alat ini secara garis
besar terdiri dari bak pengendapan/pengurai anaerob dan unit pengolahan lanjut
dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Bak pengurai anaerob dibuat dari bahan beton
cor atau dari bahan fiber glas (FRP), disesuaikan dengan kondisi yang ada. Ukuran bak
pengurai anaerob yakni panjang 160 cm, lebar 160 cm, dan kedalaman efektif sekitar
200 cm, dengan waktu tinggal sekitar 6 jam.

Gambar 3.3 Penampang Bak Pengurai Anaerob


Unit pengolahan lanjut dibuat dari bahan fiber glas (FRP) dan dibuat dalam bentuk
yang kompak dan langsung dapat dipasang dengan ukuran panjang 310 cm, lebar 100 cm
dan tinggi 190 cm. Ruangan di dalam alat tersebut dibagi menjadi beberapa zona yakni
ruangan pengendapan awal, zona biofilter anaerob, zona biofilter aerob dan rungan
pengendapan akhir.

Gambar 3.4 Prototipe Alat

Gambar
3.5 Rancangan Prototipe Alat Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob
Media yang digunakan untuk biofilter adalah bisa batu apung atau batu pecah dengan
ukuran 1-2 cm, atau dari bahan lain misalnya zeolit, batubara (anthrasit), plastic, arang batok
dan lainnnya. Selain itu, air limbah yang ada di dalam rungan pengendapan akhir sebagian
disirkulasi ke zona aerob dengan menggunakan pompa sirkulasi dan blower.

Gambar 3.6 Bak Khlorinator


Contoh Pembuatan
*Foto-foto di bawah ini diperoleh dari sumber internet. Instalasi ini dilakukan di salah
satu rumah sakit di Garut yang sama-sama mengolah limbah grey water sebesar
15000 L/hari*

Gambar 3.7 Bak Kontrol

Gambar 3.8 Konstruksi bak pengurai anaerobik

Gambar 3.9 Bak Pengurai Anaerob

Gambar 3.10 Air di Bak Penenang pada Bak Pengurai Anaerob

Gambar 3.11 Konstruksi Reaktor dari Bahan Fiber Glass

Gambar 3.12 Media Filter

Gambar 3.13 Blower dan Pompa Sirkulasi

Gambar 3.14 Instalasi Pengolahan

Gambar 3.15 Air Limbah Sebelum Diolah dan Setelah Diolah


Tabel 3.2 Hasil Analisa Kualitas Air Limbah Sebelum dan Sesudah Pengolahan

3.3 Memungkinkan atau Tidaknya Penerapan Pengolahan Grey Water dengan Teknologi
Biofilter Anaerob-Aerob di Asrama POLBAN
Penerapan Pengolahan grey water dengan Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob di Asrama
POLBAN memmberikan kemudahan penerapan dan keuntungan yang didapat. Dari segi
teknis , adanya tenaga ahli yaitu dosen Teknik Kimia, dan teknisi dapat diambil dari
mahasiswa Teknik Kimia ataupun mahasiswa penghuni asrama yang sebelumnya telah
diberikan pelatihan. Dari segi ekonominya, untuk membuat bak-bak pengolahan air ,dapat
memanfaatkan bak pengolahan air yang rusak, namun butuh perbaikan, media filter yang
digunakan mudah didapat dan murah (kerikil,arang atau batu apung), penghematan

pemakaian air bersih karena telah menggunakan hasil air olahan pengolahan grey water.
Dari segi lahan, terdapat lahan kosong di belakang asrama POLBAN yang tidak
termanfaatkan dan hanya ditumbuhi tanaman/rumput liar. Dari segi pencitraan, Politeknik
Negeri Bandung, Jurusan Teknik Kimia telah melakukan aksi nyata dalam upanya
pengolahan air limbah di lingkungan kampus, menjadi pelopor gerakan cinta lingkungan
sehingga mengaktivasi munculnya ide/inovasi-inovasi lain dari mahasiswa Politeknik
Negeri Bandung.
3.5 Kesadaran Warga Kampus dan Penghuni Asrama POLBAN Terhadap Limbah Grey
Water
Sejauh ini kesadaran warga POLBAN sendiri khususnya mahasiswa terhadap
penghematan air masih kurang. Limbah hasil cucian masih dibuang begitu saja, bahkan
seperti yang penulis lihat langsung di asrama air limbah deterjen dibuang ke lingkungan dan
meresap langsung ke tanah dan langsung menuju parit yang ada kompleks Setra Duta tanpa
memasuki IPAL terlebih dahulu. Padahal dengan mengolahnya terlebih dahulu, misalnya
dengan pengolahan Biofilter Anaerob-Aerob air tersebut bisa digunakan kembali untuk
kegiatan mencuci seperti mencuci baju, piring, kendaraan penghuni asrama dan
penggelontoran. Dengan ini setidaknya sudah melakukan konservasi air dengan mengurangi
konsumsi air untuk melakukan kegiatan sehari-hari penghuni asrama khususnya.
3.6 Kendala yang Dapat Menghambat Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN
Tabel 3.3 Kendala Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN
Kendala Ekonomi

Keperluan biaya tambahan peralatan seperti:


biaya

Kendala Teknologi

instalasi,

reaktor,

blower,

pompa

sirkulasi
Perlunya investasi
Penghematan air dari penerapan daur ulang

grey water yang belum nyata terealisasi


Kurangnya informasi mengenai teknologi

untuk melakukan pengolahan


Kurangnya pelatihan penggunaan teknologi

Biofilter Anaerob-Aerob ini


Sistem yang baru ada kemungkinan tidak

sesuai
Kendala SDM

dengan

yang

diharapkan/malah

menyebabkan gangguan
Pelaksanaan peraturan yang kaku/kurangnya

komitmen manajemen puncak


Kurangnya komunikasi antar warga kampus
Kurangnya penyebaran informasi
Adanya keengganan untuk melakukan hal baru
Kurangnya pelatihan kepada warga kampus
khususnya penghuni asrama

3.7 Faktor Kunci Penerapan Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN


Untuk menerapkan pengolahan grey water dengan teknologi biofilter perlulah adanya
komitmen manajemen puncak, keterlibatan warga kampus, komunikasi antar warga kampus,
dan perlulah adanya penilaian kinerja apabila pengolahan tersebut sudah berlangsung.
Sehingga diperoleh hasil yang diinginkan dan apabila belum dicapai bisa dilakukan evaluasi
terkait penerapan teknologi tersebut.
3.7 Manfaat Menerapkan Penerapan Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN
Tabel 3.4 Manfaat Penerapan Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN
Aspek Lingkungan

Sudah

terlibat

pelestarian

dalam

lingkungan

hal
sekitar

kampus
Terhindar dari teguran warga
sekitar kampus akibat pencemaran
yang dihasilkan dari limbah grey
water serta berkurangnya volume

limbah yang dibuang langsung


Terciptanya lingkungan kampus
yang bersih , sehat dan bebas akan

Aspek Teknis

pencemar
Meningkatnya

efisiensi

penggunaan air untuk kegiatan

mencuci di asrama
Berkurangnya jumlah penggunaan
air di lingkungan kampus karena
telah dilakukannya konservasi air
di berbagai sektor kampus yang

Aspek Ekonomi

menghasilkanl limbah air


Beban ekonomi dalam

hal

konsumsi energi, air berkurang.

Pengolahan kembali grey water di kampus ini bisa dengan alat yang berharga ratusan
juta atau bisa juga menggunakan alat yang sangat sederhana dan mudah dibuat sendiri
dengan bahan-bahan seperti pasir, ijuk, koral, arang, dan sebuah drum. Namun pembuatan
grey water harus ditangani dengan baik, karena jika tidak akan berpengaruh buruk pada
kualitas air dan menimbulkan penyebaran penyakit di lingkungan sekitar kampus. Namun
jika grey water bisa dikelola dengan baik maka bukan tidak mungkin akan memberikan
kontribusi yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar kampus, khususnya di asrama
POLBAN. Pengolahan grey water ini pula bukan hanya bisa dilakukan di asrama tetapi juga
bisa diterapkan di tempat yang tentunya menghasilkan grey water seperti Pujasera, kantin
MKU, Mesjid LH dan gedung-gedung kuliah yang ada di POLBAN. Sehingga daur ulang
ini diharapkan bisa diterapkan di POLBAN secara terintegrasi dan berkelanjutan sehingga
bisa menjadi satu eco-kampus yang bisa dicontoh oleh kampus-kampus lainnya.Rasanya
sangat disayangkan sekali jika ada alternatif untuk mendaur ulang air sisa pembuangan dan
menjadi air bersih yang bisa dipergunakan kembali seperti grey water ini hanya menjadi
wacana saja tanpa ada pembuktian nyata dari banyak pihak. Satu lagi, diharapkan pilihlah
deterjen yang ramah lingkungan yang sama sekali tidak mengandung fosfat atau yang kadar
fosfatnya sangat rendah. Beberapa deterjen mengandalkan produknya sebagai deterjen
berlimpah busa, sebaiknya pilih saja detergen yang mengandung sedikit busa. Sehingga air
yang digunakan untuk membilas tidak terlalu banyak.Yang paling terpenting adalah
bagaimana kita tetap bisa menjaga kelestarian lingkungan sekitar agar tetap bisa
memberikan kontribusi yang positif untuk kelangsungan hidup manusia. Dengan terus

menjaga bumi ini, bukan hanya kelangkaan air bersih yang bisa kita atasi tapi berbagai
elemen penting lainnya yang dibutuhkan oleh manusia.

Anda mungkin juga menyukai