Disusun oleh:
Aneta Tria Sari, S.Ked.
2011730006
Dokter Pembimbing:
dr. Desiana Darmayani, Sp.A
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An.A
Jenis kelamin
: laki-laki
TTL
Umur
: 7 bulan
Agama
: Islam
Tanggal ke RSIJ
: 17 Oktober 2015
NO RM
: 00902856
Riwayat Psikososial :
An. Kurang berinteraksi dengan lingkungan.
PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan umum
Kesadaran
: apatis
Tanda vital
Nadi
150x/menit
Respirasi
43 x/menit
Suhu
37,8 C
Antropometri
BB sebelum sakit
: 11 kg
BB saat ini
: 9 kg
Penurunan BB
TB
: 72 cm
Status Gizi
BB/U : 9/8,9 x 100%
= 101%
= 104%
= 100%
Kesan gizi
: baik
Status generalis :
Wajah
Bentuk : simetris
Warna : sawo matang
Kondisi : edema (-), luka (-), pucat (+)
Rambut
Bentuk : lurus
Warna : hitam
Kondisi : distribusi merata
Kepala
Bentuk : normocephal
Ubun-ubun : tidak cekung
Nyeri (-)
Mata
Cekung (+/+)
Air mata kering (+/+)
Konjungtiva anemis (+/+)
Sklera ikterik (-/-)
Edema palpebra (-/-)
Refleks cahaya (+/+)
Hidung
Telinga
Bentuk : normal
Sekret (-)
Mulut
Stomatitis (-)
Perdarahan gusi dan gigi (-)
Tenggorokan
Bibir
Lidah
Leher
Inspeksi : simetris
Palpasi : teraba focal fremitus di kedua lapang paru
Perkusi : terdengar suara sonor
Auskultasi : terdengar suara vesikuler dikedua lapang paru,
whezing (-/-), ronkhi (+/+)
Jantung
Abdomen
Limpa
Splenomegali (-)
Hepar
Hepatomegali (-)
Ekstremitas atas
Akral : hangat
Edema : -/Sianosis : -/RCT : > 2 detik kembali lambat
Ekstremitas bawah
Akral : hangat
Edema : -/Sianosis : -/RCT : > 2 detik kembali lambat
Kelenjar limfe
Tampak hiperemis
Kulit
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
Hemoglobin
11,4
g/dL
10,8
Jumlah leukosit
13,60
103/mikroL
6,00-17,00
Hematokrit
34
35-43
Jumlah trombosit
682
103/mikroL
217-491
Eritrosit
4,94
106/mikroL
3,60-5,20
MCV/VER
69
fL
73-101
MCH/HER
23
pg
23-31
MCHC/KHER
33
g/dL
26-34
132
mEq/L
135-147
3,0
mEq/L
3,5-5,0
94
mEq/L
94-111
Hematologi rutin
Elektrolit
Resume :
Orangtua An.A usia 7 bulan datang ke UGD RSIJ Cempaka Putih dengan
mengeluhkan anaknya BAB cair sejak 2 hari SMRS, BAB cair disertai ampas tidak ada lendir
dan darah sebanyak > 10 kali, berwarna kuning dan berbau. Keluhan disertai dengan batuk
dan pilek sejak 5 hari SMRS batuk berdahak berwarna kuning kehijauan tetapi sulit keluar,
pilek berwarna kekuningan, hari ini muntah 1 kali, muntah cair tidak ada lendir dan darah.
Demam sejak 5 hari SMRS tetapi saat ini sudah turun. Kemerahan dan gatal di daerah
kemaluan. Nafsu makan menurun. An. Sering merasa haus dan ingin minum serta badanya
lemas. BAK sedikit sejak 3 hari SMRS. Terakhir BAK jam 16.00 sore SMRS. An.rewel dan
gelisah. Sebelum BAB cair, An.makan kue talem.
Pemfis : wajah pucat, konjungtiva anemis (+/+), mata cekung (+/+), mukosa bibir kering,
ronkhi (+)
Pem.lab :
Hb 11,4 g/dL, Ht 34%, jumlah trombosit 682 x 103/mikroL, MCV/VER 69fL, Na 132 mEq/L,
K 3,0 mEq/L,.
Assesment :
Diare, ISPA, vomitus, febris, malaise, hipokalemia, hiponatremia, trombositosis.
Diagnosa Kerja
a.
Diagnosa klinis
Diagnosa gizi
c.
Diagnosa imunisasi
: gizi baik
:
tidak
lengkap
(tidak
Diagnosa Tum-Bang
Terapi :
Untuk rehidrasi : Infus RL 200 mL/kgBB/hari
: 200 ml x 9 kg = 1800 mL = 25 tpm (makro).
Untuk maintenance : Infus KA-EN 3B + 10 mEq KCL (1 kali) = 14 tpm (makro)
selanjutnya infus KA-EN 3B polos
Injeksi Ondancetron (invomit) : 1 ampul = 4 mg/2 mL IV dengan dosis 0,1 mg/kgBB
: 3 x (0,1 x 9 kg)
: 3 x 0,9 mg 3 x1 mg ( ampul)
Zinc (Daryazink) syrup
: 1 x 10 mg ( sendok obat)
1 galur Prebiotik dan 3 galur probiotik (Probiokid) sachet : 1,5 gram / sachet
: dosis 1x1 sachet
Paracetamol (Sanmol) syrup
Follow up pasien :
Hari/tanggal
/jam
Minggu,
18-10-2015
05.00 WIB
13.30 WIB
S
OT
mengatakan
anaknya
BAB cair
batuk, dan
naik turun,
2 kali.
O
pasien KU : tampak sakit
sedang. Kesadaran
masih apatis, suhu :
7 kali, 37,6oC,
HR:
demam 135x.menit, RR:
muntah 35x/menit.
KU : sakit sedang,
kesadaran : apatis,
suhu : 37,5oC,
HR:130x/menit,
RR: 37x/menit
Diare
akut - Terapi
cairan
dengan
untuk rehidrasi.
dehidrasi
ringan sedang
Diare
akut Terapi dilanjutkan
dengan
dehidrasi
ringan sedang
Terapi dilanjutkan
19.00 WIB
KU : sakit sedang,
Demam naik turun, Kes.0 CM, suhu :
BAB cair 5 kali + 38,6 C, HR: 133
x/menit, RR :
ampas, batuk (+)
36x/menit.
Diare
akut
dengan
dehidrasi
ringan sedang
Senin,
19-10-2015
05.00 WIB
19.00 WIB
Selasa,
20-10-2015
05.00 WIB
Rabu,
21-10-2015
05.00 WIB
KU : sakit ringan.
Kesadaran : CM,
suhu : 37,1oC, HR:
128x/menit,
RR:38x/menit.
Terapi lanjutkan
KU : sakit ringan.
Kesadaran : CM,
suhu : 37,1oC, HR:
128x/menit,
RR:38x/menit.
KU : sakit ringan,
Kes : CM, suhu :
37,50C,
HR
:
125x/menit, RR :
35x/menit.
KU : sakit ringan,
Kes : CM, suhu :
37,50C,
HR
:
125x/menit, RR :
35x/menit.
Diare
akut
dengan
dehidrasi
ringan sedang
Terapi lanjutkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebelumnya sehat.
Diare kronik : Diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan kehilangan
berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut.
Diare diklasifikasikan sebagai akut atau persisten menurut lamanya. Suatu episode
yang berlangsung selama kurang dari 7 sampai 14 hari adalah diare akut, diare yang
berlangsung selama lebih dari 2 minggu adalah diare kronik (Horrison, 2000).
2.3. Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
melalui lalat (melalui 4 F = finger, flies, fluid, field).
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.
Selain itu, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk
dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman
lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan
faktor genetik.
1.
Faktor umum
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6 11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI.
2.
Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang
dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak enteropatogen
terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
3.
Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah sub
tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare
karena virus, terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah
tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi
sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare
karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
4.
2 tahun.
Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat antara lain disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi
dan anak yang penting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida, dengan bantuan
enzim lipase mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena
lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
3) Malabsorbsi Protein
c.
Faktor makanan : Makanan basi, beracun, tidak hygienis, alergi terhadap makanan
d.
Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
2.5. Mekanisme Diare
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi.
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang saling
tumpang tindih. Menurut mekanisme diare:
1. Gangguan absorpsi atau diare osmotik
Secara umum terjadi penurunan fungsi absorpsi oleh berbagai sebab seperti celiac
sprue, atau karena:
a. Mengkonsumsi magnesium hidroksida
b. Defisiensi sukrase-isomaltase adanya laktase defisien pada anak yang lebih besar
c. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus
halus
dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usus dan darah
maka pada segmen usus jejenum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke
arah lumen jejenum, sehingga air akan banyak terkumpul dalam lumen usus. Na
akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan
intraluminal yang besar dengan kadar Na yang normal. Sebagian kecil cairan ini
akan diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh
karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sukrosa, laktosa,
maltosa di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon, sehingga
terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah, atau bahan yang
mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan, akan memberikan dampak yang
2.
sama.
Malabsorpsi umum
Keadaan seperti short bowel syndrome, celiac, protein, peptida, tepung, asam
amino, dan monosakarida mempunyai peran pada gerakan osmotik pada lumen usus.
Kerusakan sel (yang secara normal akan menyerap Na dan air) dapat disebabkan virus
atau kuman, seperti Salmonella, Shigella atau Campylobacter. Sel tersebut juga dapat
rusak karena inflammatory bowel disease idiopatik, akibat toksin atau obat-obatan
tertentu. Gambaran karakteristik penyakit yang menyebabkan malabsorbsi usus halus
adalah atropi villi. Lebih lanjut, mikroorganisme tertentu (bakteri tumbuh lampau,
giardiasis dan enteroadheren E. coli) menyebabkan malabsorbsi nutrien dengan
merubah faal membran brush border tanpa merusak susunan anatomi mukosa.
Maldigesti protein lengkap, karbohidrat, dan trigliserid diakibatkan insufisiensi
eksokrin pankreas menyebabkan malabsorbsi yang signifikan dan mengakibatkan
diare osmotik.
Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan
kompleks protein, karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan maldigesti,
transit
obat-obatan
atau
nutrisi
akan
meningkatkan
absorpsi.
5.
Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limphatic menyebabkan air, elektrolit, mukus,
protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen.
Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare
osmotik dan diare sekretorik.
6. Diare terkait imunologi
Diare terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III
dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen
makanan. Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi
tipe IV terdapat pada Coeliac disease dan protein loss enteropaties.
2.6
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang, berat. Bila berdasarkan tonsillitis plasma di bagi menjadi dehidrasi hipotonik,
isotonik, dan hipertonik.
2.7. Diagnosis
A. Anamnesis
- Perjalanan penyakit harus ditanyakan secara jelas:
- Lamanya diare berlangsung
- Kapan diare muncul (saat neonates, bayi atau anak-anak) untuk mengetahui
apakah termasuk diare kongenital atau didapat.
- Frekuensi BAB, konsistensi dari feses, ada tidaknya darah dalam tinja.
- Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare, antara lain:
- Tidak diberikan ASI, atau ASI tidak ekslusif dalam 6 bulan pertama
kehidupan.
- Riwayat makanan: adanya faktor-faktor modifikasi yang mempengaruhi
BABseperti diet (untuk memperkirakan termasuk diare osmotic atau
sekretorik) atau stress.
- Riwayat kecil masa kehamilan.
- Jenis kelamin laki-laki.
- Riwayat diare dalam 2 bulan terakhir (yang menunjukan ada masalah dengan
sistem imunologi anak).
- Tanda-tanda adanya penyakit sistemik, pneumonia, didaerah endemis HIV
jangan lupa mencari kemungkinan adanya HIV.
- Riwayat pemberian antimikroba atau antiparasit
sebelumnya.
- Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal tumbuh.
- Riwayat pembedahan usus dapat mengakibatkan striktur intestinal, adhesi atau
hilangnya valvula ileocecal. Semuanya ini dapat menyebabkan terjadinya
small bowel bacterial overgrowth yang merupakan factor risiko terjadinya
diare persisten.
- Riwayat berpergian, tinggal ditempat penitipan anak merupakan risiko untuk
diare infeksi.
B. Pemeriksan Fisik
1) Penilaian status dehidrasi, status gizi dan status perkembangan anak.
2) Edema mungkin menunjukan adanya protein losing enteropathy yang merupakan
akibat sekunder dari inflammatory bowel disease, lymphangiektasia atau colitis.
3) Perianal rash merupakan akibat dari diare yang memanjang atau merupakan
tanda dari malabsorpsi karbohidrat karena feses menjadi bersifat asam.
4) Tanda-tanda malnutrisi seperti cheilosis, rambut merah jarang dan mudah dicabut,
lidah yang halus, badan kurus, baggy pants.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
Amebiasis,
Campylobacter,
Shigella,
Giardiasis
dan
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit
formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang
terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih
banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak
terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih banyak terjadi akhirakhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan oleh karena
virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektrolit
seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru
oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru
lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko
terjadinya hipernatremia.
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit
ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih
baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga
menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF
untuk diare akut non-kolera pada anak.
Diare akut tanpa dehidrasi
o Cairan rehidrasi oralit (NEW ORALIT) : 5 10 ml/kgBB/diare cair.
Diare akut dehidrasi ringan-sedang
o Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar:
75 ml/kgBB dalam 3 jam.
o Rehidrasi parenteral (bila anak muntah) :
RL atau KA-EN 3B atau NaCl
BB 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
BB 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
BB >15 kg : 135 ml/kgBB/hari
30 ml/kgBB
70 ml/kgBB
< 1 tahun
1 jam pertama
5 jam berikutnya
1 tahun
jam pertama
mikronutrien
yang
mutlak
dibutuhkan
untuk
memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil,
dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti
oksidan,
perkembangan
seksual,
kekebalan
seluler,
adaptasi
gelap,
pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan
tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut
didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama
diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan
elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun
yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Pengobatan dengan zinc
cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang
memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena
tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosis zinc untuk anak-anak:
Anak < 6 bulan
: 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak 6 bulan
: 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10 14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh
dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau
oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.
2. ASI dan makanan tetap diteruskan (Nutrisi)
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang.
Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak
mau. Bayi yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling
tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas
laktosa secara rutin tidak diperlukan. Pemberian susu rendah laktosa atau bebas
laktosa mungkin diperlukan untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan
diare timbul kembali atau bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau
dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH <6) dan terdapat
bahan yang mereduksi dalam tinja >0,5%. Setelah diare berhenti, pemberian tetap
dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula
biasanya diminum secara bertahap selama 2-3 hari.
Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak
atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energi diit harus
berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6 kali atau
lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan
tambahan seperti serealia pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik pada anak
yang telah disapih. Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan makanan yang
terdiri dari: makanan pokok setempat. Untuk meningkatkan kandungan energinya
ditambahkan 5-10 ml minyak nabati untuk setiap 100 ml makanan. Minyak
kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya akan karoten.
Campur makanan
Antibiotik pilihan
Alternatif
Kolera
Tetracycline
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Erythromycin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Shigella dysentry
Ciprofloxacin
15 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari
Pivmecillinam
20 mg/kgBB
4x sehari selama 5 hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM
selama 2-5 hari
Amoebiasis
Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
(10 hari pada kasus berat)
Giardiasis
Metronidazole
5 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
WHO 2006
Untuk antibiotik umum diberikan sesuai dengan data publikasi yang dipakai
saat ini, yaitu:
Lini pertama : Kotrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol)
Tablet: 6-12 mg/kgBB/hari : 2
Lini kedua
: Amoksisilin: 20-40 mg/kgBB/hari : 3
Lini ketiga
: Cefixime : 5-10 mg/kgBB/hari : 2
Untuk Disentri Basiler (Shigela)
Lini pertama : Kotrimoksazol
Lini kedua
: Kotrimoksazol
2.10
Komplikasi
Gangguan elektrolit
K 2,5 3,5 mEq/L = KCL per oral dengan dosis 75 mEq/kgBB/hari dibagi 3
dosis.
K <2,5 mEq/L = KCL IV drip dengan dosis:
Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar.
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
c. Penggunaan air bersih yang cukup.
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan.
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga.
Membuang tinja bayi yang benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host)
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan
dapat mengurangi risiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan
dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
c. Imunisasi campak.
Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan probiotik, prebiotik dan seng
dalam pencegahan diare.
Probiotik
Probiotik yaitu mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang
menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam
waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI.
Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pencegahan diare melalui:
perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen), produksi bahan anti mikroba
terhadap beberapa patogen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen
pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa
usus melalui penyediaan nutrien dan imunomodulasi.
Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan.
Umumnya
BAB III
KESIMPULAN
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama,
karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama terbanyak
diare akut adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika. Pemakaian antibitika hanya untuk kasuskasus yang diindikasikan. Masalah utama diare akut pada anak berkaitan dengan
risiko terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan rehidrasi oral
merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan. Penggantian cairan
dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian anti
sekretorik, probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya
diare. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang
cukup selama diare dan mengobati penyakit penyerta.
Pada kasus pasien An.A termasuk dalam diare akut karena diare sudah lebih dari 10
kali sejak 2 hari. Penyebab diare pada kasus ini diduga karena infeksi virus dan keracunan
makanan, ditegakan berdasarkan anamnesis terdapat BAB cair disertai ampas tidak ada lendir
berwarna kuning dan berbau sebelum BAB cair An.A makan kue talem, demam 5 hari terus
menerus diserati batuk pilek, nafsu makan menurun, pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh
37,80C, faring hiperemis, pemeriksaan paru didapatkan suara ronkhi pada kedua lapang paru,
dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit normal yaitu 13,60 x 10 3/mikroL.
Derajat diare pada kasus ini termasuk dalam derajat ringan sedang ditegakkan berdasarkan
anamnesis An.merasa sering haus dan ingin minum, BAK sedikit sejak 3 hari dan BAK
terakhir jam 16.00 sore SMRS, terdapat penurunan BB sebesar 14,3% (BB sebelum sakit
10,5 kg, BB saat sakit/saat ini 9 kg) dan nafsu makan menurun, pada pemeriksaan fisik
didapatkan wajah pucat, ubun-ubun cekung, pada kedua mata cekung, air mata kering,
konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, abdomen didapatkan perut cembung, turgor kulit
kembali lambat, inspeksi terdengar hipertimani di 4 kuadran abdomen, dan auskultasi
terdengar bising usus positif dan kuat, serta hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan MCV
69 fL (turun), Natrium darah 132 mEq/L (turun), dan Kalium darah 3,0 mEq/L (turun).
Mekanisme terjadinya diare pada pasien An.A kemungkinan campuran antara
gangguan osmotik dan gangguan sekretorik, ditegakkan berdasarkan gejala klinis, anamnesis,
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium. Sebelum BAB cair An.A makan kue
talem, kue talem berasal dari beras ketan yang dicampur dengan sedikit santan, pada bayi usia
7 bulan sistem pencernaan belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan bahan makanan
belum terserap dengan lancar atau tidak terserap, hal ini menyebabkan bahan intraluminal
pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usus dan darah maka pada
segmen usus jejenum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah lumen jejenum,
sehingga air akan banyak terkumpul dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam
lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na
yang normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan
tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa,
sukrosa, laktosa, maltosa di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon, sehingga
terjadi diare.
Pengobatan pada pasien An.A kurang tepat karena pada dehidrasi ringan sedang dapat
diberikan secara oral dengan dosis 75 mL/kgBB dalam 3 jam, kemungkinan pemberian
rehidrasi secara parenteral karena pada An.A terdapat muntah sehingga tidak bisa diberikan
secara oral. Dosis rehidrasi yang diberikan sudah sesuai berdasarkan BB An.A 9 kg yaitu 200
mL/kgBB/hari dengan tetesan makro. Untuk cairan maintenance sudah sesuai berdasarkan
literatur yaitu menggunakan rumus holiday sugar berdasarkan BB anak, pada pasien ini
diberikan cairan KA-EN3B dengan ditambah KCL karena kadar kalium pada An.A termasuk
rendah (3,0 mEq/L) dengan tetesan makro selanjutnya maintenance diberikan KA-EN3B
polos tanpa tambahan KCL.
Pemberian obat simptomatik untuk gejala pada An.A sudah sesuai dengan literatur
yaitu diberikan antiemetik (ondancentron) injeksi dengan dosis 0,1 mL/kgBB, zink dosis 10
mg, prebiotik dan probiotik 1 kali 1 sachet, antipiretik (paracetmol) syrup dosis 10
mg/kgBB/kali dibagi 4 dosis, dan puyer batuk yang berisi CTM, kortikosteroid
(deksametason), dan ambroxol.
DAFTAR PUSTAKA
1.
masyarakat;
Barkin RM. Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric Diagnosis.
Little Brown and Company. 2008.
3.
Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa
dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba
Medika hal 73.
4.
5.
6.
Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna. dalam Sari
pediatri Vol 2, No. 4 maret 2010
7.
Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen diare pada bayi dan
anak. Dikutip dari www.pediatric.com, diakses tgl 10 november 2014
8.
Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2012
Selemba Medika.
9.
10.