Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Kelenjar Prostat merupakan salah satu organ urogenital pria yang paling sering
berkembang menjadi tumor jinak atau ganas. Kelenjar prostat adalah salah satu organ
genitalia pria yang terletak disebelah inferior buli-buli dam membungkus uretra posterior.
Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra pars prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat
normal pada orang dewasa ± 20 gram. McNeal (1976) membagi kelenjar prostat dalam
beberapa zona ,antara lain : zona perifer, merupakan 70 % bagian volume dari kelenjar
prostat dewasa muda, zona sentral, sebanyak 25 %, zona transisional, zona fibromuskuler
anterior dan zona periuretra. Sebagian besar hiperplasia prostat berasal dari zona transisional,
60 – 70 % pertumbuhan karsinoma prostat (CaP) berasal dari zona perifer, 10 – 20 % berasal
4
dari zona transisional dan 5 – 10 % dari zona sentral(McNeal et al, 1988).

Ukuran normal prostat bagian basal 3-4 cm, bagian cephocaudal : 4-6 cm, bagian
anteroposterior 2-3 cm.4

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Embriologi

Prostat berkembang sebagai multipel padat yang tumbuh dari epitelhium urettra atas
dan bawah dari pintu masuk saluran duktus mesonephric. Bagian yang simpel dari tubulus ini
mulai berkembang dari menjadi 5 bagian pada saat terakhir minggu ke 11 dan selesai pada
minggu ke 16. Mereka bercabang-cabang hingga berakhir dengan suatu sistem pembuangan
kompleks yang terdiri dari differensiansi sel mesenchymal disekitar segmen dari sinus
urogenital. Sel mesenchymal ini mulai berkembang lagi disekitar tubulus mulai dari 16
minggu dan menjadi lebih ke perifer untuk membentuk kapsul prostatik. Pada umur 22
minggu sel stroma muskular berkembang secara bertahap dan proses ini berlanjut terus
meningkat hingga kelahiran.5,6

Dari 5 bagian kumpulan sel-sel epitel, terbentuk 5 lobus; anterior, posterior, median
dan 2 lobus lateral. Awalnya, lobus-lobus ini terpisah satu sama lain, namun nanti mereka
akan bertemu tanpa ada septum pembatas diantara mereka. Tubulus dari masing-masing lobus
tidak berikatan dengan yang lainnya tapi berdampingan satu sama lain. Tubulus lobus
anterior mulai berkembang secara simultan dibandingkan dengan lobus yang lain. Meskipun
di tahap awal tubulus lobus anterior besar dan menunjukkan banyak percabangan, nantinya
banyak dari percabangan itu akan menghilang. Mereka berlanjut untuk mengecil, jadi pada
saat kelahiran mereka menunjukkan tidak mempunyai lumen dan terlihat sebagai epitelial
embrionik solid yang kecil. Dengan kontras, tubulus dari lobus posterior terdapat beberapa
yang berkembang jadi besar dengan percabangan yang ekstensive. Tubulus-tubulus ini,
sebagaimana mereka tumbuh, lobus posterior berekstensi berkembang ke lobus median dan
lobus lateral dan membentuk bagian posterior dari kelenjar prostat, yang dapat dirasakan
melalui rektal. 4,5,6

Fungsi reproduksi prostat menjadi aktif saat pubertas di mana sekresi prostat
memberikan kontribusi mayoritas dengan volume ejakulasi mengandung
spermatozoa.Kelenjar prostat umumnya diinformasikan sebagai awal perkembangan
pertumbuhan dewasa, pembesarannya bisa menyebabkan hyperplasia nodular jinak, dan

2
berpengaruh terhadap kesehatan pria bahkan bisa menyebabkan kanker prostat.Kanker prostat
merupakan tumor ganas kedua yang paling banyak pada pria barat dan paling sering
mengenai prostat zona perifer. Tahapan pembentukan prostat :

a. Testosteron janin merangsang mesenkim sinus urogenital melalui reseptor androgen


b. Mesenkim sinus urogenital beraksi pada epitel diatasnya untuk merangsang proliferasi
sel
c. Epitel sinus urogenital kemudian membentuk sumber duktus prostat, tunas (bakal)
epitel prostat.
d. Tunas prostat kemudian tumbuh menjadi mesenkim sinus urogenital5

2.2.Anatomi

2.2.1. Lokasi dan Deskripsi

Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars prostatica.
Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak di antara collum vesicae di atas
dan diaphragm urogenitale di bawah.3

Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa.Di luar capsula terdapat selubung fibrosa yang
merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis.Prostat yang berbentuk kerucut mempunyai
basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum vesicae dan apex
prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragm urogenitale. Kedua
ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostatae untuk bermuara ke
urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.3

3
Hubungan:


Ke superior : Basis prostatae berhubungan dengan collum vesicae. Otot polos prostate
terus melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Urethra masuk pada
bagian tengah basis prostatae

Ke inferior : Apex prostatae terletak pada fascies superior diaphragm urogenitale.
Urethra meninggalkan prostate tepat di atas apex pada fascies anterior

Ke anterior : Facies anterior prostatae berbatasan dengan symphysis pubica,
dipisahkan oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat di dalam spatium retropubicum
(cavum retzius). Selubung fibrosa prostate dihubungkan dengan aspek posterior os
pubis oleh ligament puboprostatica. Ligamenta ini terletak di samping kanan dan kiri
linea mediana dan merupakan penebalam fascia pelvis

Ke posterior: Facies posterior prostatae berhubungan erat dengan facies anterior
ampulla recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum retrovesicale (fascia
Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah
excavation retrovesicalis peritonealis, yang semula meluas ke bawah sampai ke
corpus perineale.

Ke lateral : fascies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus levator
ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.3

2.2.2.Struktur Prostat

Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan
jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica.

Prostat secara tidak sempuran terbagi menjadi lima lobus. Lobus anterior terletak di
depan urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau lobus medianus
adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak di antara urethra dan ductus
ejaculatorius.Permukaan atas lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian
ini mengandung banyak kelenjar.Lobus posterior terletak di belakang urethra dan di
bawah ductus ejaculatorius, juga mengandung kelenjar. Lobi prostatae dexter dan sinister
terletak di samping urethra dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh alur vertical
dangkal yang terdapat pada fascies posterior prostatae. Lobi laterals mengandung banyak
kelenjar.3

4
2.2.3.Fungsi Prostat

Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung asam
sitrat dan fosfatase asam. Cairan ini ditambahkan pada semen pada waktu ejakulasi. Bila
otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi , secret yang berasal dari banyak kelenjar
diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat alkalis dan membantu
menetralkan suasana asam di dalam vagina.3

2.2.4.Perdarahan

Arteriae

Cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media.

Vena

Vena membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara capsula


prostatica dan selubung fibrosa.Plexus venosus prostaticus menampung darah dari
vena dorsalis profunda penis dan sejumlah venae vesicales, selanjutnya bermuara ke
vena iliaca interna.

Aliran Limfe

5
Pembuluh limf dari prostate mengalirkan cairan limf ke nodi iliaci interni.

Persarafan

Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatis


merangsang otot polos prostat saat ejakulasi.3

2.3.Histologi

Menurut konsep terbaru, kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran yang terdiri atas
berbagai unsure glandular dan non glandular.Setiap zona glandular memiliki fitur arsitektur
dan stroma yang spesifik. Telah ditemukan lima daerah/zona tertentu yang berbeda secara
histology maupun biologi, yaitu :

a. Zona Anterior

Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular.Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.

b. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona
ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma prostat terbanyak.

c. Zona Sentralis
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulotarius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.Zona pusat
relative tahan terhadap kanker dan penyakit lainnya.

d. Zona transisional

6
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar
preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi
dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostat
hyperplasia (BPH)
e. Kelenjar-kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar
sepanjang segmen uretra proksimal

Dalam semua zona, baik saluran dan asinus , dipisahkan oleh epitel sekresi. Dalam
setiap zona, terdapat lapisan sel basal di bawah lapisan sekretori, serta diselingi sel-sel
endokrin-parakrin.5

2.4. Definisi

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-
buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu
uretra pars prostatica dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli.

BPH terutama terjadi di zona transisi kelenjar prostat.2,4

2.5 Epidemiologi

BPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada laki-laki dan insidennya
berdasarkan dari umur. Prevalensi dari hasil studi otopsi BPH menunjukkan peningkatan kira-
kira sebanyak 20% pada pria dengan umur 41-50 tahun, menjadi 50 % pada pria dengan umur
51-60 tahun dan menjadi > dari 90% pada pria > dari 80 tahun(Berry et al, 1984). 1,2 Walaupun
bukti klinis dari penyakit lebih jarang muncul, gejala dari obstruksi prostat juga berhubungan
dengan umur. Pada umur 55 tahun, kira-kira sebanyak 25% pria mengeluhkan gejala voiding
symptoms. Pada umur 75 tahun, 50% dari pria mengeluhkan penurunan dari pancaran dan
jumlah dari pembuangan urin. Faktor resiko dari BPH masih belum terlalu dimengerti.
Beberapa hasil studi menyebutkan predisposisi genetik dan beberapa studi lainny memberi
perhatian pada perbedaan ras. Kira-kira 50% dari pria dibawah umur 60 tahun yang telah
menjalani operasi pembedahan BPH mungkin memiliki suatu bentuk genetika dari penyakit.
Bentuk ini paling banyak merupakan bentuk autosomal dominan trait(Sanda et al, 1994).2,4

2.6. Etiologi

7
Hingga sekarang, masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hyperplasia
prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostate rat kaitannya
dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging.4

Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa penelitian secara laboratorium maupun klinik menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor
yang erat kaitannya dengan BPH yaitu; peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan
proses aging (menjadi tua) (McConnell, 1995). Beberapa hipotesis yang diduga sebagai
penyebab timbulnya hiperplasia prsostat adalah ; 1) teori dihidrotestoteron, 2) adanya
ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron, 3) interaksi antara sel stroma dan sel
epitel prostat, 4) berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan 5) teori stem sel.4

1) Teori Dihidrostestosteron
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalan sel prostat
oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah
terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) yang membentuk kompleks DHT-
RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang
menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa
kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya
saja pada BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih
banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif
terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat
normal.

2) Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron


Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen
relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosteron relatif meningkat.
Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi
sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap
rangsangan hormon androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel
prostat(apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan
terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat
yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih
besar.

8
3) Interaksi sel stroma dan sel epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat
secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator (grwoth factor)
tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel
stroma itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel
secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel
maupun sel stroma.

4) Berkurangnya kematian sel prostat


Program kematian sel prostat (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi
kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis
akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan
kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa,
penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah
sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan
pertambahan massa prostat.

5) Teori Sel Stem


Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru.
Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu suatu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada
keberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti
yang terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi
sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga
terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

2.7. Patofisiologi Hiperplasia Prostat

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan


menghambat aliran urine.Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.Untuk

9
dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan
itu.Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomic buli-buli berupa
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada
saluran kemih bagian bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) .4

Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak


terkecuali pada kedua muara ureter.Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter.

Hiperplasia Prostat

Penyempitan lumen uretra posterior

Tekanan intravesikal

Buli-buli Ginjal dan Ureter

- Hipertrofi otot detrusor - Refluks vesiko ureter


- Trabekulasi - Hidroureter
- Selula - Hidronefrosis
- Divertikel buli-buli - Pionefrosis pilonefritis
-Gagal ginjal

Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya disebabkan
oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi juga disebabkan oleh
tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada leher buli-
buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus.

Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Kalau pada
prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, pada BPH, rasionya
meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot polos
prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa prostat yang menyebabkan

10
obstruksi komponen statik sedangkan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik
sebagai penyebab obstruksi prostat.

2.8. Gambaran Klinis

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di
luar saluran kemih.

”Lower Urinary Track Symptom” terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif seperti
terlihat pada tabel di bawah.

Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah,
beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi
dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah
International Prostatic Symptom Score (I-PSS).

Obstruksi Iritasi

 Hesitansi  Frekuensi (Anyanganyangan)


 Pancaran Miksi Lemah  Nokturia (Sering kencing
 Intermitensi (Kencing tiba-tiba malam hari)
berhenti dan lancar kembali)  Urgensi (Merasa ingin
 Miksi Tidak Puas kencing yang tidak bisa
 Menetes setelah miksi ditahan)
 Disuria ( Rasa tidak enak
saat kencing)

Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan
miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap
pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5,
sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7. Dari
skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, (1) Ringan : 0 -7 –
Watchfull waiting, (2) Sedang : 8 - 19 – Medikamentosa, (3) Berat : 20 - 35 – Operasi.

11
2.9.Diagnosis Banding

Kondisi obstruksi dari saluran kemih bagian bawah seperi striktur uretra, contracture
leher buli-buli, batu buli-buli atau karsinoma prostat (CaP) harus ditunjukkan saat melakukan
evaluasi laki-laki dengan kecurigaan BPH. Riwayat melakukan tindakan pada saluran kemih,
radang atau trauma harus ditanyakan untuk menyingkirkan kemungkinan striktur uretra atau
contrrcture leher buli-buli. Hematuria dan nyeri biasanya berhubungan dengan batu buli-buli.
CaP mungkin dideteksi saat melakukan pemeriksaan DRE atau elevasi dari kadar penanda
tumor PSA. Infeksi saluran kemih bisa mirip gejalanya seperti pada iritatif BPH, bisa
diidentifikasi dengan pemeriksaan urinalisa dan kultur urin; bagaimanapun juga infeksi
saluran kemih bisa juga sebagai komplikasi dari BPH.4

12
2.10.Pemeriksaan Penunjang

2.10.1.Laboratorium

Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman
yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa
antimikroba yang diujikan.

Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai
saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk ,mencari kemungkinan
adanya penyakit diabetes melitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli
(buli-buli neurogenik).4

2.10.2.Pencitraan

Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang
penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Pemeriksaan IVP dapat
menerangkan kemungkinan adanya: (1) kelainan pada ginjal maupun ureter berupa
hidroureter atau hidronefrosis, (2) memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan
oleh adanya indentasi prostat/”filling defect” (pendesakan buli-bli oleh kelenjar prostat) atau
ureter disebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish dan (3) penyulit yng
terjadi pada buli-buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli.
Pemeriksaan ini sekarang tidak direkomendasikan pada BPH.1,4

2.11.Terapi

Ada beberapa pilihan terapi BPH, dimana terapi spesifik dapat diberikan untuk pasien
kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score 0-7), dapat dengan
hanya dilakukan watchful waiting. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi.
Indikasi absolute dilakukan operasi adalah :

a. Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin yang gagal dengan pemasangan
kateter urin sedikitnya satu kali
b. Infeksi saluran kencing berulang
c. Gross hematuria berulang

13
d. Batu buli-buli
e. Insufisiensi ginjal
f. Divertikula buli-buli

2.11.1.Watchful waiting

Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7, yaitu keluhan
ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan terapi apapun dan
hanya diberi penjelasan ,mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya, misalnya :

1. Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam


2. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi atau
cokelat)
3. Batasi penggunaan obat-obatan yang mengandung fenilpropanolamin
4. Kurangi makanan pedas dan asin, dan
5. Jangan menahan kencing terlalu lama
Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya keluhannya apakah
menjadi lebih baik, disamping itu dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urine, atau
uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek, perlu dipikirkan memilih terapi lain.

2.11.2.Medikamentosa

a.Penghambat Alpha (Alpha Blocker)

Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-ɑ1 , dan prostat


memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis. Komponen yang berperan dalam
mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer diperantarai oleh reseptor ɑ1a.
Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hasil berupa perbaikan subjektif dan
objektif terhadap tanda dan gejala BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat
diklasifikasikan berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu paruhnya.

b.Penghambat 5ɑ- Reduktase (5ɑ-Reductase inhibitors)

Finasteride adalah penghambat 5ɑ- Reduktase yang bekerja menghambat testosterone


menjadi dyhydratestosteron. Obat ini mempengaruhi komponan epitel prostat, yang
menghasilkan pengurangan kelenjar dan memperbaiki gejala. Dianjurkan pemberian terapi ini

14
selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%) dan
perbaikan gejala-gejala.4

c.Terapi kombinasi

Terapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5ɑ- Reduktase memperlihatkan
bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin hanya ditemukan pada pasien
yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian terapi kombinasi sedang diteliti lebih lanjut.4

d.Fitoterapi

Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk tujuan


medis. Fitoterapi paling umum untuk BPH adalah palmetto (Serenoa repens),
African plumb (pygeum africanum), dan South African Star Grass (Hypoxis rooperi).
Saw Palmetto adalah Phytotherapy paling sering digunakan untuk LUT. Permixon, sebuah
liposterolic ekstrak repens S. (diekstraksi dari kelapa muda di bagian tenggara Amerika
Serikat dan Hindia Barat) adalah persiapan yang paling banyak dipelajari. Secara tepatnya
mekanisme kerja repens S. masih belum jelas. Namun, penelitian baru menunjukkan
kontraksi epitel, terutama di zona transisi, menunjukkan kemungkinan
mekanisme aksi, namun perubahan volume prostat atau PSA belum diamati.
Tersedia informasi tentang saw palmetto ekstrak terdiri sebagian besar dari dalam percobaan
in vitro dan penelitian di Eropa, yang banyak telah membatasi nilai seperti dicatat oleh
peneliti. Keterbatasan serupa telah diamati dalam beberapa studi menilai bentuk lain terapi
alternatif. Tidak ada data dari yang dirancang dengan baik, jangka panjang, acak, penelitian
plasebo-terkontrol untuk menunjukkan bahwa terapi alternatif memiliki efek pada jangka
panjanghasil atau perkembangan penyakit.

2.11.3.Operasi Konvensional

a.Transurethral resection of the prostate (TURP)

Sembilan puluh lima persen simple prostatectomy dapat dilakukan melalui endoscopy.
Umumnya dilakukan dengan anestesi spinal dan dirawat di rumah sakit selama 1-2 hari.
Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP lebih tinggi dan bersifat invasive
minimal. Resiko TURP adalah antara lain ejakulasi retrograde (75%), impoten (5-10%)
dan inkontinensia urin (<1%).

15
b. Transurethral incision of the prostate

Pasien dengan gejala sedang dan berat, prostat yang kecil sering terjadi hyperplasia
komisura posterior (menaikan leher buli-buli). Pasien dengan keadaan ini lebih-lebih
mendapat keuntungan dengan insisi prostat. Prosedur ini lebih cepat dan kurang
menyakitkan dibandingkan TURP. Retrograde ejakulasi terjadi pada 25% pasien

c.Open simple prostatectomy

Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka enukleasi terbuka
diperlukan. Kelenjar lebih dari 100 gram biasanya dipertimbangkan untuk dilakukan
enukleasi. Open prostatectomy juga dilakukan pada BPH dengan divertikulum buli-buli,
batu buli-buli dan pada posisi litotomi tidak memungkinkan. Open prostatectomy dapat
dilakukan dengan pendekatan suprapubik atau retropubik.

2.11.4.Terapi Minimal Invasive

a.Laser

Dua sumber energy utama yang digunakan pada operasi dengan sinar laser adalah Nd
:YAG dan Holomium : YAG

Keuntungan operasi dengan sinar laser :

Keuntungan operasi dengan sinar laser adalah :

a. Kehilangan darah minimal


b. Sindroma TUR jarang terjadi
c. Dapat mengobati pasien yang sedang menggunakan antikoagulan
d. Dapat dilakukan out patient procedure

Kerugian operasi laser

a. Sedikit jaringan untuk pemeriksaan patologi


b. Pemasangan kateter postoperasi lebih lama
c. Lebih iritatif
d. Biaya besar

b.Transurethral electrovaporization of the prostate

16
Transurethral electrovaporization of the prostate adalah terapi menggunakan
resekstoskop. Arus tegangan tinggi menyebabkan penguapan jaringan karena panas,
meghasilkan cekungan pada uretra pars prostatika. Prosedurnya lebih lama dari TUR

c.Hyperthermia

Hipertermia dihantarkan melalui kateter transuretra. Bagian alat lainnya mendinginkan


mukosa uretra. Namun jika suhu lebih rendah dari 45⁰C, alat pendingin tidak diperlukan

d.Transuretral needle ablation of the prostate

Transuretral needle ablation of the prostate menggunakan kateter khusus yang dimasukan
melalui uretra

e.High Intensity Focused Ultrasound

High Intensity Focused Ultrasound berarti melakukan ablasi jaringan dengan panas.
Ultrasound probe ditempatkan pada rectum

f.Intrauteral stents

Intrauteral stents adalah alat yang ditempatkan pada fossa prostatika dengan endoskopi
dan dirancang untuk mempertahankan uretra pars prostatika tetap paten

g.Transurethtral ballon dilatation of the prostate

Balon dilator prostat ditempatkan dengan kateter khusus yang dapat melebarkan fossa
prostatika dan leher buli-buli. Lebih efektif pada prostat yang ukurannya kecil. Tehnik ini
jarang digunakan sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA

17
1. Potts, J.M. Essential Urology: A Guide to Clinical Practice. Humana Press Inc.,
Totowa, NJ. Pg 191
2. Schwartz.Manual of Surgery,in Urology, Benign Prostatic Hyperplasia.Mc Graw Hills
Companies. 2006. Pg. 1061
3. Snell, Richard S. Clinical Anatomy For Medical Students 6th edition in cavitas Pelvis
Part II.Lippincot William & Wilkins Inc. 2006. USA. Pg.350-352.
4. Presti JC. Smith’s General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16 th edition.
USA : Lange Medical Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420

5. WebMD, Men’s Health, Human Anatomy section, topic of Prostate Gland, Subject of
Prostate Picture, Definition, Function, Condition, Test, and Treatment. Last reviewed on
April 28th 2010 by WebMD, downloaded from http://men.webmd.com/picture-of-the-
prostate. on April 2th 2011.

6. UNSW Embriology, Categories of Genital, Prostate, Subject of Prostate development


Overview. Last modified on October 28th 2010 by Dr Mark Hill, downloaded from
http://php.med.unsw.edu.au./embryology/index.php/title=prostate_development on April
2nd 2011

18

Anda mungkin juga menyukai