LAPORAN KASUS
PROLAPS ISI BULBI OCULI DEXTRA ET CAUSA TRAUMA OCULI
Pembimbing :
dr. Rety Sugiarti, Sp.M.
Oleh :
Aneta Tria Sari, S.Ked.
2011730006
KATA PENGANTAR
Assalamualaykum, Wr. Wb
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat sehat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan
kasus ini dengan judul Prolaps Isi Bulbi Oculi Dextra Et Causa Traumatika.
Penyusunan laporan refreshing ini merupakan tugas selama mengikuti program studi
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Mata RSU Kota Banjar. Saya menyadari bahwa
laporan ini jauh dari sempurna, baik mengenai materi maupun tekhnik penyusunannya.
Mengingat kemampuan saya yang masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sebagai perbaikan
laporan ini.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing saya
dr.Rety Sugiarti, Sp.M yang telah membimbing saya selama di bagian Ilmu Penyakit Mata
ini dan semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Akhir kata, saya selaku penyusun laporan kasus ini mengharapkan penyusunan laporan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaykum, Wr.Wb
Banjar, 07 April 2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
: Ny. Kaminah
: 292097
Usia
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Alamat
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama :
Mata kanan pasien tertusuk bambu sejak 1 minggu yang lalu SMRS (sebelum masuk
rumah sakit)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RSU Banjar dengan keluhan utama mata sebelah kanan
tertusuk bambu sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan ini disertai dengan rasa nyeri, sakit,
berair, sulit membuka kelopak mata, silau, dan gatal yang tidak nyaman yang sangat
mengganggu pasien.
: composmentis
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Suhu
: afebris
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas superior/inferior
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
Visus
NLP
3/60
Pinhole
3/60
Sulit dinilai
Ortoforia
Sulit dinilai
Palpebra superior
Palpebra inferior
Conjungtiva tarsalis
posterior
Conjungtiva tarsalis
inferior
Conjungtiva bulbi
Sklera
Kornea
- Hiperemis (+)
- Hiperemis (-)
- Papil (+)
- Papil (-)
- Folikel (+)
- Folikel (-)
- Membrane (+)
- Membrane (-)
- Hiperemis (+)
- Hiperemis (-)
- Papil (+)
- Papil (-)
- Folikel (+)
- Folikel (-)
- Membrane (+)
- Membrane (-)
Anikterik
Anikterik
- Keruh (+)
- keruh (+)
- Infiltrate (+)
- Infiltrate (-)
Iris
Pupil
- Edema (+)
- Edema (-)
- Ulkus (+)
- Ulkus (-)
- Hipopion (+)
- Hipopion (-)
- Dangkal (+)
- Dangkal (-)
- Hifema (+)
- Hifema (-)
- Hipopion (+)
- Hipopion (-)
- Edema (+)
- Sentral
- Bulat
Lensa
Keruh
Keruh
Gambar
normal
Injeksi konjungtiva
2.6. Resume
Seorang perempuan usia 65 tahun datang ke poli mata RSU Banjar dengan keluhan
utama mata sebelah kanan tertusuk bambu sejak 1 minggu yang lalu SMRS. Keluhan ini
disertai dengan rasa nyeri, berair, sulit membuka kelopak mata, fotofobia, dan pruritus
yang tidak nyaman yang sangat mengganggu pasien
2.7. Diagnosis
- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila bila mata
intak)
- Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.
2.10. Prognosa
- Quo ad Vitam
: malam
- Quo ad Funftionam
: malam
- Quo ad Sanationam
: dubia ad malam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
Indera pengelihatan yang terletak pada mata (organ visus) terdiri dari organ okuli assesoria
(alat bantu mata) dan oculus (bola mata).
1. Okuli Assesoria
A. Kavum Orbita
Merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah
ke depan, dan ke dalam.
Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang:
1. Os frontalis
2. Os zigomatikum
3. Os slenoidal
4. Os etmoidal
5. Os palatum
6. Os lakrimal
Rongga mata mempunyai beberapa celah yang menghubungkan rongga mata
dengan rongga otak, rongga hitung, rongga etmoidalis dan sebagainya. Rongga bola
mata ini berisi jaringan lemak, otot, fasia, saraf, pembuluh darah dan aparatus
lakrimalis.
B. Alis
Dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh rambut pendek yang berfungsi
sebagai pelindung mata dari sinar matahari dan sebagai alat kecantikan.
12
13
c. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
d. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
e. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang
merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di
kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
f. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
g. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. Konjungtiva tarsal yang terletak di
belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva
tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran
mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.
D. Otot Mata (Muskulus Okuli)
Gerakan mata dikontrol oleh enam otot okuler yang dipersarafi oleh saraf kranial III,
IV, dan VI. Merupakan otot ekstrinsik mata terdiri dari 7 buah otot, 6 buah otot
diantaranya melekat dengan os kavum orbitalis, 1 buah mengangkat kelopak mata ke
atas.
1. Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya mengangkat kelopak mata.
2. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata
3. Muskulus rektus okuli inferior ( otot sekitar mata ) fungsinya untuk menutup mata.
4. Muskulus rektus okuli medial (otot sekitar mata) fungsinya menggerakkan mata dalam
(bola mata)
14
5. Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan
ke dalam.
6. Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah dan
keluar. Muskulus rektus okuli berorigo pada anulus tendineus komunis, yang
merupakan sarung fibrosus yang menyelubungi nervus optikus. Strabismus (juling)
disebabkan tidak seimbangnya atau paralisa kelumpuhan fungsi dari salah satu otot
mata.
E. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva
mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi
bola mata terutama kornea. Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata
seperti bulu mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang
mata. Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini
turut menjaga agar cornea tidak kering.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari
tarsus.
2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.
3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks
berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata
mudah bergerak.
15
2. Okulus (Mata)
Meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus: optikus saraf otak II, merupakan saraf otak
yang menghubungkan bulbus okuli dengan otak dan merupakan bagian penting dari pada
organ visus.
Bola mata terdiri atas :
a. Dinding bola mata
b. Isi bola mata.
Dinding bola mata terdiri atas :
a. Sklera
b. Kornea.
Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.
1. Sklera
Pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, jaringan ini pada dan berwarna
putihserta bersambung dengan kornea di sebelah anterior dan dura mater nervus optikus
di belakang. Beberapa lembar jaringan sclera berjalan melintang bagian anterior nervus
optikus disebut lamina cribrosa. Permukaan luar sclera anterior dibungkus oleh sebuah
lapisan tipis dari jaringan elastic halus apisklera yang mengandung banyak pembuluh
darah yang memasok sklera.
Sklera bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai
kornea.Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening,
tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm.
16
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai
kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Dibagian
belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar
sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh
konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian
dalamnya berwarna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan koroid oleh filamenfilamen jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruangan
suprakoroid. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau
merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular.
Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki
darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil
yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot
dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh
parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk
kebutuhan akomodasi.
a. Iris adalah perpanjangan korpus siliar ke anterior. Iris terletak bersambungan dengan
permukaan anterior lensa yang memisahkan kamera anterior dan kamera posterior yang
berisi humor aquous. Iris berwarna karena mengandung pigmen. Pasok darah ke iris
adalah dari circulus major iris. Persarafan iris dari serat-serat di dalam nervi siliares. Di
bagian tengah iris terdapat bagian berlubang yang disebut pupil. Iris berfungsi untuk
mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada
prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara kontriksi akibat aktivitas parasimpatis
yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas
simpatik.
17
18
yang dikenal dengan zonula ( zonula Zinnii ) ke badan siliare. Lensa mata berfungsi untuk
membiaskan cahaya.
5. Humor Aquaeus
Humor aquaeus diproduksi oleh korpus siliare, setelah memasuki kamera posterior
humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior. Humor aquaeus adalah suatu
cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Tekanan intraocular
ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor aquaeus.
6.Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskuler yang membentuk
duapertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang yang dibatasi oleh
lensa, retina, dan diskus optikus.1
3.2. Trauma mekanis pada mata
Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
atau rongga orbita karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata dengan
keras/cepat ataupun lambat.3
1) Trauma Tumpul
Trauma pada mata dapat menyebabkan munculnya beberapa gejala klinis yaitu :
a) Perdarahan di palpebra (echymosis, black eye)
Pada perdarahan yang berat, palpebra menjadi bengkak, kebiru-biruan, karena
jaringan ikat palpebra halus. Perdarahan dapat menjalar ke bagian lain di muka, juga
dapat menyeberang ke mata yang lain menimbulkan hematoma kacamata atau
menjalar ke belakang menyebabkan eksoftalmus.5
19
b) Emfisema palpebra
Emfisema palpebra teraba sebagai pembengkakan dengan krepitasi, disebabkan
adanya udara di dalam jaringan palpebra yang longgar. Hal ini menunjukkan adanya
fraktura dari dinding orbita, sehingga menimbulkan hubungan langsung antara
rongga orbita dengan ruang hidung atau sinus-sinus sekeliling orbita. Sering
mengenai lamina papyricea os etmoidalis, yang merupakan dinding medial dari
rongga orbita, karena dinding ini tipis.5
c) Luka laserasi di palpebra
Trauma tumpul dapat menimbulkan luka laserasi pada palpebra. Bila luka ini
hebat dan disertai dengan edema yang hebat pula, bersihkan lukanya dan tutup
dengan pembalut basah yang steril. Jika edemnya telah berkurang baru dijahit.5
d) Ptosis
Dapat terjadi oleh karena :
- parese atau paralise dari m. Levator palpebra (N.III)
- Pseudoptosis, oleh karena edema palpebra.5
20
berat
dapat
mengakibatkan
masuknya
serbukan
sel
radang
dan
21
gambar : iridoplegia
22
Gambar : hifema
23
l) Pupil midriasis
Disebabkan iridoplegia, akibat serabut saraf yang mengatur otot sfingter pupil.
Iridoplegia ini dapat terjadi temporer 2-3 minggu, dapat juga permanen, tergantung
adanya parese atau paralise dari otot tersebut. Dalam waktu itu mata terasa silau.
m) Iridodialisis/iridoreksis/robekan iris
Merupakan robekan pada akar iris, sehingga pupil agak ke pinggir letaknya,
pada pemeriksaan biasa terdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada
dasar iris terdapat iridodialisa. Pada pemeriksaan oftalmoskopi terdapat warna
merah pada pupil dan juga pada tempat iridodialisa, yang merupakan refleks
fundus.5
24
(a)
(b)
25
r) Robekan sklera
Kalau robekannya kecil, sekitar robekan didiatermi dan robekannya dijahit.
Pada robekan yang besar, lebih baik dilakukan enukleasi bulbi, untuk hindarkan
oftalmia simpatika. Robekan ini biasanya terletak dibagian atas.5
s) Eksoftalmus
Biasanya disebabkan perdarahan retrobulber, berasal dari a.optalmika beserta
cabang-cabangnya. Dengan istirahat di tempat tidur, perdarahan diserap kembali,
juga diberi koagulansia. Bila eksoftalmus disertai pulsasi dan souffles, berarti ada
aneurisma arteriovena antara arteri karotis interna dan sinus kavernosa.5
t) Enoftalmus
Disebabkan robekan besar pada kapsula tenon, yang menyelubungi bola mata
di luar sklera atau disebabkan fraktur dasar orbita. Seringkali enoftalmus tidak
terlihat selama masih terdapat edema.5
u) Glaukoma sekunder
Segera setelah trauma sampai beberapa hari timbul hipotoni, yang kemudian
disusul dengan hipertoni, yang mungkin disebabkan :
- mekanisme pengaturan cairan humor aquous terganggu
- ada subluksasi atau luksasi lensa
- ada hifema.5
v) Kelainan gerakan mata
- Kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna (lagoftalmus), yang dapat
disebabkan lumpuhnya N.VII
26
- Kelopak mata tak dapat membuka dengan sempurna (ptosis), yang mungkin
disebabkan edema atau perdarahan pada palpebra. Ptosis dapat juga terjadi akibat
lumpuhnya m.levator palpebra.
- Pada trauma tumpul dapat juga terlihat gangguan gerak bola mata, karena
perdarahan di rongga orbita atau adanya kerusakan di otot-otot mata luar.5
w) Pada pemeriksaan funduskopi mungkin terlihat atrofi saraf optik yang menyebabkan
visus sangat menurun. Disebabkan adanya perdarahan retrobulber, fraktura dinding
orbita bagian posterior, fraktura basis kranii. Untuk menentukannya diperlukan foto
tulang tengkorak.5
2) Trauma Akibat Benda Tajam / Trauma Tembus Bola Mata
Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan :
1. Luka pada palpebra
Jika pinggiran palpebra luka dan tidak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan
koloboma palpebra akuisita. Bila besar dapat mengakibatkan kerusakan kornea oleh
karena mata tidak dapat menutup dengan sempurna.
2. Luka pada orbita
Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, saraf optik,
menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga timbul paralise dari
otot dan diplopia. Mudah terkena infeksi, menimbulkan selulitis orbita (orbital
phlegmon), karena adanya benda asing atau adanya hubungan terbuka dengan
rongga-rongga di sekitar orbita.
3. Luka mengenai bola mata
Harus dihentikan : - luka dengan atau tanpa perforasi
- luka dengan atau tanpa benda asing
27
Jika terdapat perforasi di bagian depan (kornea) : bilik mata depan dangkal, kadangkadang iris melekat atau menonjol pada luka perforasi di kornea, tensi intra okuler
merendah, tes fistel positif. Bila perforasinya mengenai bagian posterior (sklera) :
bilik mata depan dalam, perdarahan di dalam sklera, koroid, retina, mungkin ada
ablasi retina, tensi intra okuler rendah.
4. Luka mengenai konjungtiva
Bila kecil dapat sembuh dengan spontan, biloa besar perlu dijahit, disamping
pemberian antibiotik lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi sekunder.
5. Luka di kornea
Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes fluoresin (+).
Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga dapat timbul ulkus serpens akut atau
herpes kornea, dengan pemberian antibiotika atau kemoterapeutika yang
berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea di angkat, setelah diberi
anastesi lokal dengan pantokain 1 %. Kalau mulai ada neovaskularisasi dari limbus,
berikanlah kortison lokal atau subkonjungtiva. Tetapi jangan diberikan kortison
pada luka yang baru atau bila ada herpes kornea.
Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang berdekatan,
kemudian di tarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap konjungtiva). Bila
luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian ditutup dengan flap
konjungtiva. Jika luka di kornea itu disertai dengan prolaps iris, iris yang keluar
harus dipotong dan sisanya di reposisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup
denganh flap konjungtiva. Kalau luka telah berlangsung beberapa jam, sebaiknya
bilik mata depan dibilas terlebih dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc,
sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika dengan
spektrum luas lokal dan sistemik, juga subkonjungtiva.
28
6. Luka di sklera
Luka yang mengenai sklera berbahaya karena dapat mengakibatkan perdarahan
badan kaca, keluarnya isi bola mata, infeksi dari bagian dalam bola mata, ablasi
retina. Luka kecil, tanpa infeksi sekunder pada waktu terkena trauma, dibersihkan,
tutup dengan konjungtiva, beri antibiotik lokal dan sistemik, mata ditutup. Luka
dapat sembuh. Luka yang besar, sering disertai dengan perdarahan badan kaca,
prolaps badan kaca, koroid atau badan siliar, mungkin terdapat di dalam luka
tersebut. Bila masih ada kemungkinan, bahwa mata itu masih dapat melihat, maka
luka dibersihkan, jaringan yang keluar dipotong, luka sklera dijahit, konjungtiva
dijahit, beri atropin, kedua mata ditutup. Sekitar luka didiatermi. Bila luka cukup
besar dan diragukan bahwa mata tersebut masih dapat melihat, maka sebaiknya di
enukleasi, untuk menghindarkan timbulnya optalmia simpatika pada mata yang
sehat.
7. Luka pada corpus siliar
Jika terjadi luka dibagian corpus siliaris mempunyai prognosis yang buruk,
karena kemungkinan besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang
dapat berakhir dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma, sedang pada mata
yang sehat dapat timbul oftalmia simpatika. Karena itu bila lukanya besar, disertai
prolaps dari isi bola mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya
di enukleasi bulbi, supaya mata yang sehat tetap baik.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata ,
maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti ;
- Mata merah, nyeri, fotofobia, blepharospasme dan lakrimasi
- Tajam penglihatan yang menurun akibat tedapatnya kekeruhan media refrakta
secara langsung atau tidak langsung akibat ruma tembus tersebut
- Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata
29
30
31
Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat,
mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM. Sinar ultra violet akan segera
merusak epitel kornea, kerusakan ini akan membaik setelah beberapa waktu dan
tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap. Pasien yang
terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma
dengan keluhan mata snagat sakit seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia,
blefarospasme, dan konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukan infiltrate pada
permukaannya, kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji
fluoresein positif.3
32
BAB IV
PEMBAHASAN
32
33
34
Trauma okuli perforans yang terjadi pada pasien dapat menimbulkan beberapa
keadaan yang dialami pasien, seperti :
1. Ruptur yang menyebabkan perlukaan pada kornea sehingga tajam penglihatan
menurun, kemudian rupture juga mengenai bagian iris dan pupil yang
mengganggu pengaturan cahaya yang masuk dan penurunan daya akomodasi.
2. Perdarahan
inraokuli
dan
kontaminasi
intraokuli
dengan
dunia
luar
35
36
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami trauma okuli jenis
perforans pada mata sebelah kanan akibat tertusuk bamboo sejak 1 minggu yang lalu. Keadaan
mata pasien sudah terjadi prolaps isi bulbi, prolaps iris, hifema, penglihatan sudah tidak ada
(NLP/No Light Perception), pasien juga mengeluh mata nyeri, berair, sulit membuka kelopak
mata, silau, dan gatal yang sangat mengganggu. Keadaan ini terjadi karena adanya ruptur yang
menyebabkan perlukaan pada kornea, iris dan pupil, terjadi perdarahan intraokuli disertai
kontaminasi intraokuli dengan udara luar yang menyebabkan hifema, diskontinuitas jaringan
yang menyebabkan terjadinya radang, serta perdarahan pada bilik mata belakang yang
menyebabkan penurunan pada lapang pandang.
Pentalaksanaan pada pasien dengan trauma okuli tergantung dari jenis trauma dan gejala
yang dirasakan pasien. Pada kasus yang diperoleh, keadaan pasien sudah sangat parah pasien
merasa aktivitasnya terganggu serta kondisi mata pasien yang terkena trauma sudah prolaps
dengan penglihatan nol, sehingga perlu dilakukan tindakan pembedahan jenis eviserasi untuk
menghilangkan rasa nyeri pada pasien sehingga pasien dapat beraktivitas kembali.
36