Anda di halaman 1dari 36

1

LAPORAN KASUS
PROLAPS ISI BULBI OCULI DEXTRA ET CAUSA TRAUMA OCULI

Pembimbing :
dr. Rety Sugiarti, Sp.M.

Oleh :
Aneta Tria Sari, S.Ked.
2011730006

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaykum, Wr. Wb

Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat sehat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan
kasus ini dengan judul Prolaps Isi Bulbi Oculi Dextra Et Causa Traumatika.
Penyusunan laporan refreshing ini merupakan tugas selama mengikuti program studi
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Mata RSU Kota Banjar. Saya menyadari bahwa
laporan ini jauh dari sempurna, baik mengenai materi maupun tekhnik penyusunannya.
Mengingat kemampuan saya yang masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sebagai perbaikan
laporan ini.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing saya
dr.Rety Sugiarti, Sp.M yang telah membimbing saya selama di bagian Ilmu Penyakit Mata
ini dan semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Akhir kata, saya selaku penyusun laporan kasus ini mengharapkan penyusunan laporan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaykum, Wr.Wb
Banjar, 07 April 2015

Aneta Tria Sari, S.Ked.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Trauma mata merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa
muda, kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Kecelakaan
di rumah, kekerasan, ledakan, cedera akibat olah raga, dan kecelakaan lalulintas
merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata. Trauma mata
merupakan kejadian yang lazim saat ini dan cenderung meningkat pada masyarakat
umum. Secara garis besar trauma ocular dibagi dalam 3 kategori yaitu trauma tumpul,
trauma tajam dan trauma kimia.1
Kejadian trauma ocular lebih banyak pada laki-laki yaitu 3-5 lebih besar
dibandingkan dengan perempuan. Hasil studi United States Eye Injury Register (USEIR)
di AS dominan laki-laki usia 29 tahun (trauma tajam okuli) sedangkan berdasarkan
Studi epidemiologi internasional lebih dominan pada laki-laki usia 25-30 tahun (trauma
tajam okuli).2
Perforasi bola mata merupakan keaadaan yang gawat untuk bola mata karena
pada keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat mengakibatkan
kerusakan susunan anatomic dan fungsional jaringan intraokuler. Trauma tembus dapat
berbentuk perforasi skelera, prolaps badan kaca maupun prolaps badan siliar. 3
Trauma dapat merusak mata, terkadang sangat parah dimana terjadi kehilangan
penglihatan, dan lebih jauh lagi, mata harus di keluarkan. Kebanyakan trauma mata
adalah ringan, namun karena luka memar yang luas pada sekeliling struktur, maka dapat
terlihat lebih parah dari sebenarnya.4

BAB II
STATUS PASIEN

2.1. Identitas Pasien


Nama

: Ny. Kaminah

No. Rekam Medik

: 292097

Usia

: 65 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Langensari 5/01, Karangpaningal, Purwodadi, Ciamis.

Hari, Tgl Masuk RS

: Kamis, 26 Maret 2015

2.2. Anamnesis
Keluhan Utama :
Mata kanan pasien tertusuk bambu sejak 1 minggu yang lalu SMRS (sebelum masuk
rumah sakit)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RSU Banjar dengan keluhan utama mata sebelah kanan
tertusuk bambu sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan ini disertai dengan rasa nyeri, sakit,
berair, sulit membuka kelopak mata, silau, dan gatal yang tidak nyaman yang sangat
mengganggu pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien belum pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal, pasien memiliki riwayat tekanan darah
tinggi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga mengeluhkan hal yang sama seperti pasien.
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum melakukan pengobatan apapun.
Riwayat Alergi :
Alergi obat dan makanan disangkal oleh pasien.
2.3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran

: composmentis

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Suhu

: afebris

2.4. Status Generalisata


Kepala : Mata
Hidung

: pada status ophthalmicus


: tidak dijumpai kelainan

Leher

: tidak dijumpai kelainan

Thorax

: tidak dijumpai kelainan

Abdomen

: tidak dijumpai kelainan

Ekstremitas superior/inferior

: tidak dijumpai kelainan

2.5. Status Ophtalmicus


Pemeriksaan

Oculi Dextra

Oculi Sinistra

Visus

NLP

3/60

Pinhole

(No Light Perception)

3/60

Kedudukan bola mata

Sulit dinilai

Ortoforia

Pergerakan bola mata

Sulit dinilai

Baik ke segala arah

Palpebra superior

Edema (+), sulit dibuka

Dalam batas normal

Palpebra inferior

Edema (+), sulit dibuka

Dalam batas normal

Conjungtiva tarsalis
posterior

Conjungtiva tarsalis
inferior

Conjungtiva bulbi

Sklera
Kornea

- Hiperemis (+)

- Hiperemis (-)

- Papil (+)

- Papil (-)

- Folikel (+)

- Folikel (-)

- Membrane (+)

- Membrane (-)

- Hiperemis (+)

- Hiperemis (-)

- Papil (+)

- Papil (-)

- Folikel (+)

- Folikel (-)

- Membrane (+)

- Membrane (-)

- Injeksi siliar (+)

- Injeksi siliar (-)

- Injeksi konjungtiva (+)

- Injeksi konjungtiva (-)

Anikterik

Anikterik

- Keruh (+)

- keruh (+)

- Infiltrate (+)

- Infiltrate (-)

COA (Camera Oculi


Anterior)

Iris
Pupil

- Edema (+)

- Edema (-)

- Ulkus (+)

- Ulkus (-)

- Hipopion (+)

- Hipopion (-)

- Dangkal (+)

- Dangkal (-)

- Hifema (+)

- Hifema (-)

- Hipopion (+)

- Hipopion (-)

Prolaps (+), sulit dinilai,


gambaran kripta sulit dinilai

Coklat, gambaran kripta baik

- Edema (+)

- Sentral

- Tidak beraturan/tidak sentral

- Bulat

- Refleks cahaya (-)

- Refleks cahaya (+)

Lensa

Keruh

Keruh

Gambar

prolaps isi bulbi

normal

Injeksi konjungtiva
2.6. Resume
Seorang perempuan usia 65 tahun datang ke poli mata RSU Banjar dengan keluhan
utama mata sebelah kanan tertusuk bambu sejak 1 minggu yang lalu SMRS. Keluhan ini
disertai dengan rasa nyeri, berair, sulit membuka kelopak mata, fotofobia, dan pruritus
yang tidak nyaman yang sangat mengganggu pasien

2.7. Diagnosis

Prolaps isi bulbi oculi dextra et causa trauma oculi


2.8. Rencana Pemeriksaan
Pemiriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di segmen
anterior bola mata. Tes fluoresin dapat digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga
cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk mengetahui
tekanan bola mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek
penting dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler. Bila benda asing
yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel untuk mengetahui adanya cairan
yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata yang
akan di periksa, kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit
lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat
perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.5
2.9. Terapi
1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit3,7,5,8,9 :
- Mata tidak bolah dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak
- Tidak boleh dilakukan menipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata
- Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan
- Sebaiknya pasien di puasakan untuk mnegantisipasi tindakan operasi
2. Penatalaksanaan di rumah sakit 10,7,11 :
- Pemberian antibiotik spectrum luas
- Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi
- Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi

- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila bila mata
intak)
- Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.
2.10. Prognosa
- Quo ad Vitam

: malam

- Quo ad Funftionam

: malam

- Quo ad Sanationam

: dubia ad malam

10

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi Bola Mata dan Fungsinya

Gambar 1 : anatomi bola mata

Gambar 2 : persarafan pada bola mata

10

11

Indera pengelihatan yang terletak pada mata (organ visus) terdiri dari organ okuli assesoria
(alat bantu mata) dan oculus (bola mata).
1. Okuli Assesoria
A. Kavum Orbita
Merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah
ke depan, dan ke dalam.
Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang:
1. Os frontalis
2. Os zigomatikum
3. Os slenoidal
4. Os etmoidal
5. Os palatum
6. Os lakrimal
Rongga mata mempunyai beberapa celah yang menghubungkan rongga mata
dengan rongga otak, rongga hitung, rongga etmoidalis dan sebagainya. Rongga bola
mata ini berisi jaringan lemak, otot, fasia, saraf, pembuluh darah dan aparatus
lakrimalis.
B. Alis
Dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh rambut pendek yang berfungsi
sebagai pelindung mata dari sinar matahari dan sebagai alat kecantikan.

12

C. Kelopak Mata (Palpebra)


Kelopak atau palpebra terdiri dari 2 bagian kelopak mata atas dan kelopak mata bawah,
mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang
membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang
berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola
mata. Kelopak mata dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola
mata yang dibutuhkan untuk penglihatan. Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan
bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai
akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan
debu yang masuk. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang
di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga
terjadi keratitis et lagoftalmos.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
a. Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis
pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
b. Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat
otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi
menutup bola mata yang dipersarafi N. Facial. M. levator palpebra, yang berorigo
pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian
menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit
tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini
dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka
mata.

13

c. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
d. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
e. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang
merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di
kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
f. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
g. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. Konjungtiva tarsal yang terletak di
belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva
tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran
mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.
D. Otot Mata (Muskulus Okuli)
Gerakan mata dikontrol oleh enam otot okuler yang dipersarafi oleh saraf kranial III,
IV, dan VI. Merupakan otot ekstrinsik mata terdiri dari 7 buah otot, 6 buah otot
diantaranya melekat dengan os kavum orbitalis, 1 buah mengangkat kelopak mata ke
atas.
1. Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya mengangkat kelopak mata.
2. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata
3. Muskulus rektus okuli inferior ( otot sekitar mata ) fungsinya untuk menutup mata.
4. Muskulus rektus okuli medial (otot sekitar mata) fungsinya menggerakkan mata dalam
(bola mata)

14

5. Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan
ke dalam.
6. Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah dan
keluar. Muskulus rektus okuli berorigo pada anulus tendineus komunis, yang
merupakan sarung fibrosus yang menyelubungi nervus optikus. Strabismus (juling)
disebabkan tidak seimbangnya atau paralisa kelumpuhan fungsi dari salah satu otot
mata.
E. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva
mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi
bola mata terutama kornea. Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata
seperti bulu mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang
mata. Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini
turut menjaga agar cornea tidak kering.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari
tarsus.
2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.
3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks
berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata
mudah bergerak.

15

2. Okulus (Mata)
Meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus: optikus saraf otak II, merupakan saraf otak
yang menghubungkan bulbus okuli dengan otak dan merupakan bagian penting dari pada
organ visus.
Bola mata terdiri atas :
a. Dinding bola mata
b. Isi bola mata.
Dinding bola mata terdiri atas :
a. Sklera
b. Kornea.
Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.
1. Sklera
Pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, jaringan ini pada dan berwarna
putihserta bersambung dengan kornea di sebelah anterior dan dura mater nervus optikus
di belakang. Beberapa lembar jaringan sclera berjalan melintang bagian anterior nervus
optikus disebut lamina cribrosa. Permukaan luar sclera anterior dibungkus oleh sebuah
lapisan tipis dari jaringan elastic halus apisklera yang mengandung banyak pembuluh
darah yang memasok sklera.
Sklera bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai
kornea.Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening,
tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm.

16

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai
kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Dibagian
belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar
sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh
konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian
dalamnya berwarna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan koroid oleh filamenfilamen jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruangan
suprakoroid. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau
merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular.
Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki
darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil
yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot
dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh
parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk
kebutuhan akomodasi.
a. Iris adalah perpanjangan korpus siliar ke anterior. Iris terletak bersambungan dengan
permukaan anterior lensa yang memisahkan kamera anterior dan kamera posterior yang
berisi humor aquous. Iris berwarna karena mengandung pigmen. Pasok darah ke iris
adalah dari circulus major iris. Persarafan iris dari serat-serat di dalam nervi siliares. Di
bagian tengah iris terdapat bagian berlubang yang disebut pupil. Iris berfungsi untuk
mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada
prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara kontriksi akibat aktivitas parasimpatis
yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas
simpatik.

17

b. Korpus siliaris secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang.


Membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris, terdiri dari suatu zona
anterior yang berombak-ombak, pars plikata, dan zona posterior yang datar, pars plana.
Musculus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler, dan radial. Fungsi
serat serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat serat zonula yang
beorigo di lembah lembah diantara processus siliaris. Pembuluh pembuluh darah
yang mendarahi korpus siliar berasal dari lingkaran utama iris. Saraf sensorik iris adalah
melalui saraf saraf siliaris.
c. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos
humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
3. Retina
Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang
akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas
dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya
menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam
badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina
4. Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan hampir transparan
sempurna.di belakang iris lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan
korpus siliare. Di sebelah anterior terdapat humor aquaeus dan di sebelah posterior
terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane yang semi permiabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Lensa ditahan di temaptnya oleh ligamentum

18

yang dikenal dengan zonula ( zonula Zinnii ) ke badan siliare. Lensa mata berfungsi untuk
membiaskan cahaya.
5. Humor Aquaeus
Humor aquaeus diproduksi oleh korpus siliare, setelah memasuki kamera posterior
humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior. Humor aquaeus adalah suatu
cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Tekanan intraocular
ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor aquaeus.
6.Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskuler yang membentuk
duapertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang yang dibatasi oleh
lensa, retina, dan diskus optikus.1
3.2. Trauma mekanis pada mata
Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
atau rongga orbita karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata dengan
keras/cepat ataupun lambat.3
1) Trauma Tumpul
Trauma pada mata dapat menyebabkan munculnya beberapa gejala klinis yaitu :
a) Perdarahan di palpebra (echymosis, black eye)
Pada perdarahan yang berat, palpebra menjadi bengkak, kebiru-biruan, karena
jaringan ikat palpebra halus. Perdarahan dapat menjalar ke bagian lain di muka, juga
dapat menyeberang ke mata yang lain menimbulkan hematoma kacamata atau
menjalar ke belakang menyebabkan eksoftalmus.5

19

b) Emfisema palpebra
Emfisema palpebra teraba sebagai pembengkakan dengan krepitasi, disebabkan
adanya udara di dalam jaringan palpebra yang longgar. Hal ini menunjukkan adanya
fraktura dari dinding orbita, sehingga menimbulkan hubungan langsung antara
rongga orbita dengan ruang hidung atau sinus-sinus sekeliling orbita. Sering
mengenai lamina papyricea os etmoidalis, yang merupakan dinding medial dari
rongga orbita, karena dinding ini tipis.5
c) Luka laserasi di palpebra
Trauma tumpul dapat menimbulkan luka laserasi pada palpebra. Bila luka ini
hebat dan disertai dengan edema yang hebat pula, bersihkan lukanya dan tutup
dengan pembalut basah yang steril. Jika edemnya telah berkurang baru dijahit.5
d) Ptosis
Dapat terjadi oleh karena :
- parese atau paralise dari m. Levator palpebra (N.III)
- Pseudoptosis, oleh karena edema palpebra.5

e) Edema konjungtiva dan hematoma subkonjungtiva


Edema konjungtiva terjadi jika konjungtiva tidak tertutup saat terpajan benda
tumpul, dalam keadaan yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup
sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva.

20

Hematoma subkonjungtiva terjadi akbiat pecahnya pembuluh darah yang


terdapat pada atau dibawah konjungtiva seperti arteri konjungtiva dan arteri
episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat diakibatkan oleh batuk rejan, trauma
tumpul basis kranii (hematoma kaca mata), atau pada keadaan pembuluh darah yang
rentan dan mudah pecah. Kadang-kadang hematoma subkonjungtiva menutupi
keadaan mata yang lebih buruk seperti perforasi bola mata.3
f) Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan
edema kornea sampai rupture membrane descement, yang ditandai dengan keluhan
penglihatan kabur dan terlihat pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang
dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji palsido yang positif. Edema kornea
yang

berat

dapat

mengakibatkan

masuknya

neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea.3

Gambar : edema kornea

Gambar : neovaskularisasi kornea

serbukan

sel

radang

dan

21

g) Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat


mengakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Gambaran klinis pada erosi
pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat
sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh
media yang keruh. Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila
diberi fuorosein akan berwarna hijau.

h) Erosi kornea rekuren


Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau
tukak metaherpetik. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan
membran basal epitel kornea sebagai sebagai tempat duduknya sel basal epitel
kornea.
i) Iridoplegia
Kelumpuhan otot sfingter pupil yang dapat diakibatkan karena trauma tumpul
pada uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis. Gambaran
klinis Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan
silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak
sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya
tidak bereaksi terhadap sinar.

gambar : iridoplegia

22

j) Timbulnya lipatan-lipatan pada M. Descement dan M. Bowman


Hal ini karena menurunnya tekanan intra okuler pada waktu terjadinya trauma
yang kemudian disusul dengan naiknya tonus menjadi normal kembali. Lipatanlipatan ini akan hilang bila tonus normal kembali. Keluhannya visus menurun, yang
menjadi baik lagi bila tonus normal kembali.5
k) Perdarahan di dalam bilik mata depan (hifema)
Hifema adalah terkumpulnya darah dalam bilik depan bola mata (camera oculi
anterior). Perdarahan bilik mata depan akibat ruda paksa ini merupakan akibat yang
paling sering dijumpai karena trauma. Perdarahan bilik depan bola mata ini terutama
berasal dari pembuluh darah corpus ciliare dan sebagian kecil dari pembuluh darah
iris, sedang penyerapan darahnya sebagian besar akan diserap melalui trabekular
meshwork dan selanjutnya ke kanal schlemm, sisanya akan diabsorbsi melalui
permukaan iris.
Rakusin membagi hifema menurut :
- Hifema tingkat I : perdarahan mengisi bagian bilik depan mata
- Hifema tingkat II : perdarahan mengisi bagian bilik depan mata
- Hifema tingkat III : perdarahan mengisi bagian bilik depan mata
- Hifema tingkat IV : perdarahan mengisi penuh bilik depan mata.5

Gambar : hifema

23

l) Pupil midriasis
Disebabkan iridoplegia, akibat serabut saraf yang mengatur otot sfingter pupil.
Iridoplegia ini dapat terjadi temporer 2-3 minggu, dapat juga permanen, tergantung
adanya parese atau paralise dari otot tersebut. Dalam waktu itu mata terasa silau.
m) Iridodialisis/iridoreksis/robekan iris
Merupakan robekan pada akar iris, sehingga pupil agak ke pinggir letaknya,
pada pemeriksaan biasa terdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada
dasar iris terdapat iridodialisa. Pada pemeriksaan oftalmoskopi terdapat warna
merah pada pupil dan juga pada tempat iridodialisa, yang merupakan refleks
fundus.5

Gambar : trauma iridodialisis


n) Kelainan lensa
Dislokasi lensa oleh karena ruptur di zonula zinni. Dapat sebagian (subluksasi),
dapat pula total (luksasi). Lepasnya dapat ke depan dapat pula ke belakang.6

24

(a)

(b)

Gambar : (a) dislokasi lensa (b) Traumatic Dislocation of Intraocular


Lens under Conjunctiva (Colour Image)
o) Perdarahan badan kaca
Dapat berasal dari badan siliar, koroid dan retina. Jika terdapat perdarahan di
dalam badan kaca, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi, untuk
mengetahui keadaan di bagian posterior mata.5
p) Kelainan retina berupa edema dan ruptur retina
Edema retina biasanya di daerah polus anterior dekat makula atau di perifer.
Tampak seolah-olah retina dilapisi susu. Bila terjadi di makula, visus sentral sangat
terganggu dengan skotoma sentralis.5
q) Perdarahan retina
Dapat timbul bila trauma menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Bentuk
perdarahan tergantung dari lokalisasinya. Bila terdapat di lapisan serabut saraf
tampak sebagai bulu ayam, bila letak lebih keluar tampak sebagai bercak yang
berbatas tegas, perdarahan di depan retina (preretina) mempunyai permukaan datar di
bagian atas dan cembung di bagian bawah. Darahnya dapat pula masuk ke dalam
badan kaca. Penderita mengeluh terdapat bayangan-bayangan hitam di lapangan
penglihatannya, kalau banyak dan masuk ke dalam badan kaca dapat menutupi
jalannya cahaya, sehingga visus terganggu.5

25

r) Robekan sklera
Kalau robekannya kecil, sekitar robekan didiatermi dan robekannya dijahit.
Pada robekan yang besar, lebih baik dilakukan enukleasi bulbi, untuk hindarkan
oftalmia simpatika. Robekan ini biasanya terletak dibagian atas.5
s) Eksoftalmus
Biasanya disebabkan perdarahan retrobulber, berasal dari a.optalmika beserta
cabang-cabangnya. Dengan istirahat di tempat tidur, perdarahan diserap kembali,
juga diberi koagulansia. Bila eksoftalmus disertai pulsasi dan souffles, berarti ada
aneurisma arteriovena antara arteri karotis interna dan sinus kavernosa.5
t) Enoftalmus
Disebabkan robekan besar pada kapsula tenon, yang menyelubungi bola mata
di luar sklera atau disebabkan fraktur dasar orbita. Seringkali enoftalmus tidak
terlihat selama masih terdapat edema.5
u) Glaukoma sekunder
Segera setelah trauma sampai beberapa hari timbul hipotoni, yang kemudian
disusul dengan hipertoni, yang mungkin disebabkan :
- mekanisme pengaturan cairan humor aquous terganggu
- ada subluksasi atau luksasi lensa
- ada hifema.5
v) Kelainan gerakan mata
- Kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna (lagoftalmus), yang dapat
disebabkan lumpuhnya N.VII

26

- Kelopak mata tak dapat membuka dengan sempurna (ptosis), yang mungkin
disebabkan edema atau perdarahan pada palpebra. Ptosis dapat juga terjadi akibat
lumpuhnya m.levator palpebra.
- Pada trauma tumpul dapat juga terlihat gangguan gerak bola mata, karena
perdarahan di rongga orbita atau adanya kerusakan di otot-otot mata luar.5
w) Pada pemeriksaan funduskopi mungkin terlihat atrofi saraf optik yang menyebabkan
visus sangat menurun. Disebabkan adanya perdarahan retrobulber, fraktura dinding
orbita bagian posterior, fraktura basis kranii. Untuk menentukannya diperlukan foto
tulang tengkorak.5
2) Trauma Akibat Benda Tajam / Trauma Tembus Bola Mata
Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan :
1. Luka pada palpebra
Jika pinggiran palpebra luka dan tidak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan
koloboma palpebra akuisita. Bila besar dapat mengakibatkan kerusakan kornea oleh
karena mata tidak dapat menutup dengan sempurna.
2. Luka pada orbita
Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, saraf optik,
menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga timbul paralise dari
otot dan diplopia. Mudah terkena infeksi, menimbulkan selulitis orbita (orbital
phlegmon), karena adanya benda asing atau adanya hubungan terbuka dengan
rongga-rongga di sekitar orbita.
3. Luka mengenai bola mata
Harus dihentikan : - luka dengan atau tanpa perforasi
- luka dengan atau tanpa benda asing

27

Jika terdapat perforasi di bagian depan (kornea) : bilik mata depan dangkal, kadangkadang iris melekat atau menonjol pada luka perforasi di kornea, tensi intra okuler
merendah, tes fistel positif. Bila perforasinya mengenai bagian posterior (sklera) :
bilik mata depan dalam, perdarahan di dalam sklera, koroid, retina, mungkin ada
ablasi retina, tensi intra okuler rendah.
4. Luka mengenai konjungtiva
Bila kecil dapat sembuh dengan spontan, biloa besar perlu dijahit, disamping
pemberian antibiotik lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi sekunder.
5. Luka di kornea
Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes fluoresin (+).
Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga dapat timbul ulkus serpens akut atau
herpes kornea, dengan pemberian antibiotika atau kemoterapeutika yang
berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea di angkat, setelah diberi
anastesi lokal dengan pantokain 1 %. Kalau mulai ada neovaskularisasi dari limbus,
berikanlah kortison lokal atau subkonjungtiva. Tetapi jangan diberikan kortison
pada luka yang baru atau bila ada herpes kornea.
Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang berdekatan,
kemudian di tarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap konjungtiva). Bila
luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian ditutup dengan flap
konjungtiva. Jika luka di kornea itu disertai dengan prolaps iris, iris yang keluar
harus dipotong dan sisanya di reposisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup
denganh flap konjungtiva. Kalau luka telah berlangsung beberapa jam, sebaiknya
bilik mata depan dibilas terlebih dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc,
sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika dengan
spektrum luas lokal dan sistemik, juga subkonjungtiva.

28

6. Luka di sklera
Luka yang mengenai sklera berbahaya karena dapat mengakibatkan perdarahan
badan kaca, keluarnya isi bola mata, infeksi dari bagian dalam bola mata, ablasi
retina. Luka kecil, tanpa infeksi sekunder pada waktu terkena trauma, dibersihkan,
tutup dengan konjungtiva, beri antibiotik lokal dan sistemik, mata ditutup. Luka
dapat sembuh. Luka yang besar, sering disertai dengan perdarahan badan kaca,
prolaps badan kaca, koroid atau badan siliar, mungkin terdapat di dalam luka
tersebut. Bila masih ada kemungkinan, bahwa mata itu masih dapat melihat, maka
luka dibersihkan, jaringan yang keluar dipotong, luka sklera dijahit, konjungtiva
dijahit, beri atropin, kedua mata ditutup. Sekitar luka didiatermi. Bila luka cukup
besar dan diragukan bahwa mata tersebut masih dapat melihat, maka sebaiknya di
enukleasi, untuk menghindarkan timbulnya optalmia simpatika pada mata yang
sehat.
7. Luka pada corpus siliar
Jika terjadi luka dibagian corpus siliaris mempunyai prognosis yang buruk,
karena kemungkinan besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang
dapat berakhir dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma, sedang pada mata
yang sehat dapat timbul oftalmia simpatika. Karena itu bila lukanya besar, disertai
prolaps dari isi bola mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya
di enukleasi bulbi, supaya mata yang sehat tetap baik.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata ,
maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti ;
- Mata merah, nyeri, fotofobia, blepharospasme dan lakrimasi
- Tajam penglihatan yang menurun akibat tedapatnya kekeruhan media refrakta
secara langsung atau tidak langsung akibat ruma tembus tersebut
- Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata

29

- Bilik mata dangkal akibat perforasi kornea


- Bentuk dan letak pupil berubah.
- Terlihatnya rupture pada kornea atau sclera
- Adanya hifema pada bilik mata depan
- Terdapat jaringan yang di prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau
retina.5
3) Trauma Kimia
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam
laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan
peperangan yang memakai bahan kimia di abad modern. Bahan kimia yang dapat
mengakibatkan kelainan pada mata dibedakan dalam dua bentuk :
a. Trauma asam
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik
(asetat, forniat), dan organik anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata maka
akan terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali, bisanya
hanya terjadi kerusakan superfisial, sedangkan bahan asam dengan konsentrasi tinggi
dapat bereaksi seperti pada trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya
akan lebih dalam.
b. Trauma basa atau alkali
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat
pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat pada bagian kornea, bilik mata
depan, sampai jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan
kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses

30

persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke


dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik.
Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang menambah kerusakan
kolagen kornea, alkali menembus ke dalam bola mata akan merusak retina sehingga
akan berakhir dengan kebutaan.
Menurut klasifikasi Thoft trauma basa dibedakan dalam 4 derajat :
- Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
- Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilangnya epitel kornea
- Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel
kornea
- Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.3
4) Trauma Radiasi Eleltromagnetik
a. Trauma sinar inframerah
Sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada
saat bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsetrasinya
sinar inframerah yang terlihat. Kaca yang mencair pada tempat pemanggangan
kaca akan mengeluarkan sinar inframerah, bila seseorang berada pada jarak 1 kaki
selama satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau nidriasis
maka suhu lensa akan naik sebanyak 90C. Iris yang mengabsorbsi sinar inframerah
akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya,
absorbs sinar inframerah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi
kapsul lensa.3

31

b. Trauma sinar ultra violet (sinar las)

Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat,
mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM. Sinar ultra violet akan segera
merusak epitel kornea, kerusakan ini akan membaik setelah beberapa waktu dan
tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap. Pasien yang
terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma
dengan keluhan mata snagat sakit seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia,
blefarospasme, dan konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukan infiltrate pada
permukaannya, kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji
fluoresein positif.3

32

BAB IV
PEMBAHASAN

3.1. Prolaps isi bulbi oculi dextra et causa trauma oculi


Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra
penglihat. Ada 2 jenis trauma okuli, yaitu :
1. Trauma okuli non perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :
a. Tidak menembus dinding orbital (kornea dan sklera masih utuh)
b. Mungkin terjadi robekan konjungtiva
c. Adanya perlukaan kornea dan sklera
d. Kontaminasi intra okuli dengan udara luar tidak ada
2. Trauma okuli perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :
a. Adanya dinding orbita yang tertembus
b. Adanya kontaminasi intra okuli dengan udara luar
c. Prolaps bisa muncul, bisa tidak.

32

33

Tanda dan gejala yang sering timbul pada cedera mata :


1. Nyeri
2. Perdarahan Subkonjunctiva
3. Laserasi konjunctiva
4. Enoftalmia (perpindahan mata yang abnormal ke belakang atau ke bawah akibat
hilangnya isi atau patah tulang orbita)
5. Defek iris
6. Berpindahnya pupil yang disebabkan karena kolapsnya COA (Camera Oculi
Anterior).
7. Hifema
8. Tekanan Intra Okuli rendah (mata lunak)
9. Ekstrusi isi okuler (iris, lensa, vitereus, dan retina)
10. Hipopion, yaitu adanya bahan purulen dalam kamera anterior.
Pada skenario, seorang perempuan dengan keluhan utama mata sebelah
kanan tertusuk bambu sejak 1 minggu lalu, pasien mengeluh mata nyeri, berair, sulit
membuka kelopak mata, silau, dan gatal yang sangat mengganggu. Keadaan ini
dimasukan ke dalam jenis trauma oculi perforans akibat benda tajam yang terjadi
pada bola mata sehingga terjadi prolaps pada isi bulbi oculi dextra dan prolaps iris.
Dimana terdapat empat mekanisme pada trauma oculi yaitu10:
1. Coup yaitu kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma
2. Countercoup merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan
diteruskan melalui okuler dan struktur orbita.
3. Equatorial merupakan equator dari bola mata yang cenderung mengambang dan
merubah arsitektur dari okuli normal.
4. Repositioning

34

Trauma okuli perforans yang terjadi pada pasien dapat menimbulkan beberapa
keadaan yang dialami pasien, seperti :
1. Ruptur yang menyebabkan perlukaan pada kornea sehingga tajam penglihatan
menurun, kemudian rupture juga mengenai bagian iris dan pupil yang
mengganggu pengaturan cahaya yang masuk dan penurunan daya akomodasi.
2. Perdarahan

inraokuli

dan

kontaminasi

intraokuli

dengan

dunia

luar

mengakibatkan terjadinya potensial yang menimbulkan koagulasi darah dalam


bilik mata depan (hifema) sehingga fokusisasi bayangan oleh lensa terganggu,
penglihatan pasien menjadi menurun sampai tidak melihat sama sekali.
3. Diskontinuitas jaringan menyebabkan terjaidnya radang sehingga pasien merasa
nyeri pada bagian mata yang tertusuk.
4. Perdarahan bilik mata belakang maenyebabkan terjadinya ablasio retina yang
mengganggu penurunan lapang pandang.
3.2. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit3,7,5,8,9 :
- Mata tidak bolah dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak
- Tidak boleh dilakukan menipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata
- Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan
- Sebaiknya pasien di puasakan untuk mnegantisipasi tindakan operasi
2. Penatalaksanaan di rumah sakit 10,7,12 :
- Pemberian antibiotik spectrum luas
- Pemberian obat sedasi, antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi

35

- Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi


- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila bila mata
intak)
- Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.
3.3. Komplikasi
- Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis
- Katarak traumatik
- Galukoma sekunder
- Oftalmika simpatika
3.4. Prognosis
Prognosis trauma okuli perforans bergantung pada banyak factor, seperti:
- Besarnya luka tembus, makin kecil makin baik
- Tempat luka pada bola mata
- Bentuk trauma apakah dengan atau tanpa benda asing
- Benda asing megnetik atau non megnetik
- Dalamnya luka tembus, apakahvtumpul atau luka ganda
- Sudah terdapat penyulit akibat luka tembus

36

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan kasus, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami trauma okuli jenis
perforans pada mata sebelah kanan akibat tertusuk bamboo sejak 1 minggu yang lalu. Keadaan
mata pasien sudah terjadi prolaps isi bulbi, prolaps iris, hifema, penglihatan sudah tidak ada
(NLP/No Light Perception), pasien juga mengeluh mata nyeri, berair, sulit membuka kelopak
mata, silau, dan gatal yang sangat mengganggu. Keadaan ini terjadi karena adanya ruptur yang
menyebabkan perlukaan pada kornea, iris dan pupil, terjadi perdarahan intraokuli disertai
kontaminasi intraokuli dengan udara luar yang menyebabkan hifema, diskontinuitas jaringan
yang menyebabkan terjadinya radang, serta perdarahan pada bilik mata belakang yang
menyebabkan penurunan pada lapang pandang.
Pentalaksanaan pada pasien dengan trauma okuli tergantung dari jenis trauma dan gejala
yang dirasakan pasien. Pada kasus yang diperoleh, keadaan pasien sudah sangat parah pasien
merasa aktivitasnya terganggu serta kondisi mata pasien yang terkena trauma sudah prolaps
dengan penglihatan nol, sehingga perlu dilakukan tindakan pembedahan jenis eviserasi untuk
menghilangkan rasa nyeri pada pasien sehingga pasien dapat beraktivitas kembali.

36

Anda mungkin juga menyukai