Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, karena
ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang
sampai dewasa agar dapat berguna bagi masyarakat. Walaupun pertumbuhan dan
perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, seorang anak dalam
banyak hal bergantung kepada orang dewasa, misalnya mengenai makan,
perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh
karena itu semua orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti
persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang, misalnya keperluan dan
lingkunagan anak pada waktu tertentu agar anak dapat tumbuh dan berkembang
sebaik-baiknya. Bila lingkungan akibat sesuatu hal menjadi buruk, maka keadaan
tersebut hendaknya segera diubah sedemikian rupa sehingga pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena
sel-sel dan jaringan diantara sel bertambah banyak. Selama pembiakan, sel
berkembang menjadi sebuah alat (organ) dengan fungsi tertentu. Pada
permulaannya, organ ini masih sederhana dan fungsinya belum sempurna. Lambat
laun organ tersebut dengan fungsinya akan tumbuh dan berkembang menjadi
organ yang matang, seperti yang diperlukan orang dewasa. Dengan demikian
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan tidak dapat dipisahkan satu dari
yang lain.
Untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu
bersamaan dengan kematangan fungsi. Untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak yang optimum diperlukan berbagai faktor misalnya makanan harus
disesuaikan dengan keperluan anak yang sedang tumbuh. Penyakit infeksi akut
maupun kronis menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga
pencegahan penyakit menular merupakan hal yang penting, di samping diperlukan
bimbingan, pembinaan, perasaan aman dan kasih sayang dari ayah dan ibu yang
hidup rukun, bahagia dan sejahtera dalam lingkungan yang sehat. Sebelum bayi
1

lahir terdapat pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sekali, yaitu dari
seorang makhluk yang terdiri hanya dari satu sel sampai terjadi seorang bayi yang
setelah dilahirkan dapat hidup sendiri terpisah dari ibunya Periode penting dalam
tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat.
Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara
anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.
Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan
proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari
lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa.
Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem, perolehan
ketrampilan, kemampuan yang lebihsiap untuk beradaptasi terhadap stress dan
kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh
kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memberi informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan balita yang kami amati. Kami melakukan
pengamatan

pada

pertumbuhan

dan

perkembangan

anak

secara

menyeluruh.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dibuatnya makalah ini agar mahasiswa mampu


menjelaskan hal-hal sebagai berikut.
1. Menjelaskan definisi, tahap dan faktor-faktor pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak pada usia 4-6 tahun.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak


2.1.1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Istilah tumbuh kembang pada anak terdiri dari dua peristiwa yang sifatnya
berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dam
3

perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan


ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkatan sel, organ maupun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehinggan dapat diukur dengan satuan berat
(gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan
(development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel
jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 1998 dalam Chamidah,
2009).
Pertumbuhan memiliki ciri- ciri khusus, yaitu perubahan ukuran,
perubahan proporsi, hilang ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan
pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok
umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda.
Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0-1 tahun,
dan masa pubertas (Chamidah, 2009). Sedangkan, perkembangan adalah
penigkatan

fungsi

dan

kapabilitas

seorang

anak.

Dalam

mempelajari

perkembangan dapat dibagi atas beberapa kategori yang spesifik seperti gerakan
motorik kasar, gerakan motorik halus, perkembangan bahasa, sosial dan
emosional. Pada anak yang normal, proses perkembangan terjadi dalam kecepatan
yang berbeda misalnya ada anak yang berjalan dalam usia yang lebih cepat dari
sebagian anak lain namun lambat dalam perkembangan (Doyle, 2009).
2.1.2 Prinsip dan Ciri-Ciri Pertumbuhan
Pertumbuhan bersifat irreversibe atau tidak dapat kembali pada keadaan
semula. Pertumbuhan mencakup perubahan fisik yang terjadi sejak periode
prenatal sampai massa dewasa lanjut yang dapat berupa kemajuan atau
kemunduran. Anak yang berusia muda pertumbuhannya lebih cepat disbanding
anak yang lebih tua, dan pada waktu dewasa pertumbuhan tinggi badan terhenti.
Memasuki usia lanjut, akan terjadi penurunan tinggi badan yang diikuti
penyusutan otot dan tulang (Berger, 2005 ; Alamdani dkk., 2011).

Ciri-ciri pertumbuhan adalah sebagai berikut.


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Terjadi perubahan fisik dan perubahan ukuran.


Terjadi peningkatan jumlah sel.
Terdapat penambahan kuantitatif individu.
Dapat dinyatakan dalam ukuran panjang maupun berat.
Dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Bersifat terbatas, pada usia tertentu manusia sudah tidak dapat tumbuh
lagi.

2.1.3 Prinsip dan Ciri-Ciri Perkembangan


Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif terhadap
lingkungan. Perkembangan yang terjadi pada anak merupakan suatu perubahan
yang dinamis, dimana perubahan tersebut mencakup perubahan terhadap kondisi
biologis dan psikologis pada anak.
Ciri-ciri pada perkembangan anak dapat dinilai dengan berbagai teori yang
telah dinyatakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut.
a. Perkembangan Psikoseksual
Freud menyatakan bahwa, manusia dilahirkan dengan libido. Pada
tahun pertama kehidupan, energi yang bersifat seksual ini diduga lebih
terkait pada mulut dan kebutuhan akan kepuasan sensual serta nutrisi
dengan cara menghisap.Pada tahun kedua dan ketiga kehidupan, Freud
menyatakan bahwa energi libidal lebih difokuskan pada daerah rektum
atau anus, khususnya karena caregivers lebih sering memfokuskan
perhatiannya pada hal tersebut ketika toilet learning dibutuhkan (Honig,
2000).
Berdasarkan

teori

Freud

diatas,

fase-fase

perkembangan

psikoseksual dibagi menjadi seperti berikut.


1. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
Fase oral adalah fase pertama yang harus dilalui oleh seorang anak
sejak dilahirkan. Pada bulan-bulan pertama kehidupan, bayi manusia lebih
tidak berdaya dibandingkan dengan bayi binatang menyusui lainnya, dan
5

ketidakberdayaan ini berlangsung lebih lama dari pada spesies lain. Pada
mulanya bayi tidak dapat membedakan antara bibirnya dengan puting susu
ibunya, yaitu asosiasi antara rasa kenyang dengan pemberian asi. Bayi
hanya sadar akan kebutuhannya sendiri dan pada waktu menunggu
terpenuhi kebutuhannya, bayi menjadi frustasi dan baru sadar akan adanya
obyek pemuas pada waktu kebutuhannya terpenuhi. Inilah pengalaman
pertama kesadaran akan adanya obyek diluar dirinya. Jadi, kelaparan
menuntutnya untuk mengenal dunia luar. Reaksi primitif pertama terhadap
obyek yaitu bayi berusaha memasukkan semua benda yang dipegangnya
ke mulut. Bayi merasa bahwa mulut adalah tempat pemuasan (oral
gratification). Rasa lapar dan haus terpenuhi dengan menghisap puting
susu ibunya. Kebutuhan-kebutuhan, persepsi-persepsi dan cara ekspresi
bayi secara primer dipusatkan di mulut, bibir, lidah dan organ lain yang
berhubungan dengan daerah mulut.
Dorongan oral terdiri dari dua komponen, yaitu dorongan libido
dan dorongan agresif. Dorongan libido, yaitu dorongan seksual pada anak,
yang berbeda dengan libido pada orang dewasa. Dorongan libido
merupakan dorongan primer dalam kehidupan yang merupakan suber
energi dari ego dalam mengadakan hubungan dengan lingkungan,
sehingga memungkinkan pertumbuhan ego. Ketegangan oral akan
membawa pada pencarian kepuasan oral yang ditandai dengan diamnya
bayi pada akhir menyusui. Sedangkan, dorongan agresif dapat terlihat
dalam perilaku menggigit, mengunyah, meludah, dan menangis. Pada fase
oral ini, peran Ibu penting untuk memberikan kasih sayang dengan
memenuhi kebutuhan bayi secepatnya. Jika semua kebutuhannya
terpenuhi, bayi akan merasa aman, percaya pada dunia luar. Hal ini
merupakan dasar perkembangan selanjutnya dalam berhubungan dengan
dunia luar. Jika pada fase oral ini bayi merasakan kekecewaan yang
mendalam, hal ini akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2. Fase Anal (1 1/2 - 3 tahun)
Fase ini ditandai dengan matangnya syaraf-syaraf otot sfingter anus
sehingga anak mulai dapat mengendalikan rasa ingin buang air besar. Pada
6

fase ini, kepuasan dan kenikmatan anak terletak pada anus. Oleh karena
itu, sikap orang tua yang benar yaitu mengusahakan agar anak merasa
bahwa alat kelamin dan anus serta kotoran yang dikeluarkannya adalah
sesuatu yang biasa (wajar) dan bukan sesuatu yang menjijikkan. Hal ini
penting, karena akan mempengaruhi pandangannya terhadap seks
nantinya.

Jika

terjadi

hambatan

pada

fase

anal,

anak

dapat

mengembangkan sifat-sifat tidak konsisten, kerapian, keras kepala,


kesengajaan, kekikiran yang merupakan karakter anal yang berasal dari
sisa-sisa fungsi anal. Jika pertahanan terhadap sifat-sifat anal kurang
efektif, karakter anal menjadi ambivalensi (ragu-ragu) berlebihan, kurang
rapi, suka menentang, kasar dan cenderung sadomsokistik (dorongan
untuk menyakiti dan disakiti). Karakter anal yang khas terlihat pada
penderita obsesif kompulsif. Penyelesaian fase anal yang berhasil,
menyiapkan

dasar

untuk

perkembangan

kemandirian,

kebebasan,

kemampuan untuk menentukan perilaku sendiri tanpa rasa malu dan raguragu, kemampuan untuk menginginkan kerjasama yang baik tanpa
perasaan rendah diri.
3. Fase Uretral
Pada fase ini merupakan perpindahan dari fase anal ke fase phallus.
Erotik uretral mengacu pada kenikmatan dalam pengeluaran dan
penahanan air seni seperti pada fase anal. Jika fase uretral tidak dapat
diselesaikan dengan baik, anak akan mengembangkan sifat uretral yang
menonjol yaitu persaingan dan ambisi sebagai akibat timbulnya rasa malu
karena kehilangan kontrol terhadap uretra. Jika fase ini dapat diselesaikan
dengan baik, maka anak akan mengembangkan persaingan sehat, yang
menimbulkan rasa bangga akan kemampuan diri. Anak laki-laki meniru
dan membandingkan dengan ayahnya. Penyelesaian konflik uretra
merupakan awal dari identitas gender dan identifikasi selanjutnya.
4. Fase Phallus (3-5 tahun)
Pada fase ini anak mula mengerti bahwa kelaminnya berbeda
dengan kakak, adik atau temannya. Anak mulai merasakan bahwa
kelaminnya merupakan tempat yang memberikan kenikmatan ketika ia
7

mempermainkan bagian tersebut. Tetapi orang tua sering marah bahkan


mengeluarkan

ancaman

bila

melihat

anaknya

memegang

atau

mempermainkan kelaminnya. Pada fase ini, anak laki-laki dapat timbul


rasa takut bahwa penisnya akan dipotong (dikebiri). Ketakutan yang
berlebihan tersebut dapat menjadi dasar penyebab gangguan seksual
seperti impotensi primer dan homoseksual. Pada fase ini muncul rasa
erotik anak terhadap orang tua dari jenis kelamin yang berbeda.
Daya erotik anak laki-laki terhadap ibunya, disertai rasa cemburu
terhadap ayahnya, dan keinginan untuk mengganti posisi ayah disamping
ibu, disebut kompleks oedipus. Untuk anak wanita disebut kompleks
elektra. Kompleks elektra biasanya disertai rasa rendah diri karena tidak
mempunyai kelamin seperti anak laki-laki dan merasa takut jika terjadi
kerusakan pada alat kelaminnya. Bila kompleks oedipus/elektra tidak
dapat diselesaikan dengan baik, dapat menyebabkan gangguan emosi pada
kemudian hari.
5. Fase Latensi (5/6 tahun-11/13 tahun)
Pada fase ini semua aktifitas dan fantasi seksual seakan-akan
tertekan, karena perhatian anak lebih tertuju pada hal-hal di luar rumah.
Tetapi keingin-tahuan tentang seksualitas tetap berlanjut. Dari temanteman sejenisnya anak-anak juga menerima informasi tentang seksualitas
yang sering menyesatkan. Keterbukaan dengan orang tua dapat
meluruskan informasi yang salah dan menyesatkan itu. Pada fase ini dapat
terjadi gangguan hubungan homoseksual pada laki-laki maupun wanita.
Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan kurang berkembangnya kontrol
diri sehingga anak gagal mengalihkan energinya secara efisien pada minat
belajar dan pengembangan ketrampilan.
6. Fase genital (11/13 tahun-18 tahun)
Pada fase ini, proses perkembangan psikoseksual mencapai "titik
akhir". Organ-organ seksual mulai aktif sejalan denga mulai berfungsinya
hormon-hormon seksual, sehingga pada saat ini terjadi perubahan fisik dan
psikis. Secara fisik, perubahan yang paling nyata adalah pertumbuhan
tulang dan perkembangan organ seks serta tanda-tanda seks sekunder.
8

Remaja putri mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal pada usia


sekitar 12-13 tahun, sedangkan remaja putra sekitar 14-15 tahun. Akibat
perbedaan waktu ini, biasanya para gadis tampak lebih tinggi daripada
anak laki-laki seusia pada periode umur 11-14 tahun Perkembangan tanda
seksual sekunder pada gadis adalah pertumbuhan payudara, tumbuhnya
rambut pubes dan terjadinya menstruasi, pantat mulai membesar, pinggang
ramping dan suara feminin. Sedangkan pada anak laki-laki terlihat buah
pelir dan penis mulai membesar, tumbuhnya rambut pubes, rambut kumis,
suara mulai membesar. Terjadi mimpi basah, yaitu keluarnya air mani
ketika tidur (mimpi basah). Bersamaan dengan perkembangan itu,
muncullah gelombang nafsu birahi baik pada laki-laki maupun wanita.
Secara psikis, remaja mulai mengalami rasa cinta dan tertarik pada lawan
jenisnya. Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan kekacauan identitas.
b. Perkembangan Psikososial
Dalam bukunya Childhood and Society (1963), Erikson
membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah
mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal
dengan istilah delapan tahap perkembangan manusia .

Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut


Erik Erikson dalam Perkembangan Psikososial Anak oleh Scania
Riendravi pada tahun 2013.
1. Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)
Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan
pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan
anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat
mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak
pernah terselesaikan, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam
membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu
meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil keuntungan
dari dirinya.
9

2. Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)


Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol
atas tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya
untuk mengontrol keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan
perlakuan yang kasar. Mereka melatih kehendak mereka, tepatnya
otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka
mengenai otonomi, inilah resolusi yang diharapkan.
3. Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun)
Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan
melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini
akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat
keputusan karena takut berbuat salah. Anak memiliki rasa percaya diri
yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan ketika ia dewasa.
Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego
yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.
4. Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun)
Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan
kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik.
Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang
dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh.
Ketrampilan ego yang diperoleh adalah kompetensi. Di sisi lain, anak yang
tidak mampu untuk menemukan solusi positif dan tidak mampu mencapai
apa yang diraih teman-teman sebaya akan merasa inferior.
5. Tahap V : Identity versus Role Confusion (12-18 tahun)
Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa
biologis seperti orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi
bahwa di lain pihak ia dianggap dewasa tetapi di sisi lain ia dianggap
belum dewasa. Tahap ini merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak
mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang
tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai menurun. Adapun
peran kelompok atau teman sebaya tinggi.
10

6. Tahap VI : Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda)


Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi
dengan orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk
membentuk ikatan sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila
individu berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang
diperoleh adalah cinta.
7. Tahap VII : Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah)
Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai
balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan
sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa
depan. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan
menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan.
Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka keterampilan
ego yang dimiliki adalah perhatian.
8. Tahap VIII : Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir)
Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali
masa lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa
lalu itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk
mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun.
Kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa
putus asa.
c. Perkembangan Kognitif
Jean Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anakmelewati empat
tahap yang terpisah dan berubah secara kualitatif di setiap tahapnya. Ia
menekankan pentingnya pematangan dan lingkungan yang merangsang
anak-anak

untuk

bereksplorasi

(A Basic

Introduction

to

Child

Development Theories, 2006).


Tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget adalah sebagai
berikut.
1. Tahap Sensorik-Motorik (0-2 tahun)
Tahap ini terdiri dari enam sub tahap yang menunjukkan
peningkatan pada pemikiran anak-anak yang merupakan perkembangan
yang tejadi sejak lahir. Anak-anak menggunakan kemampuan fisik dan

11

motorik serta kepekaan untuk bereksplorasi dan mengembangkan


pemahaman kognitif mereka.
2. Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini anak-anak tidak bergantung pada kepekaan dan
eksplorasi secara fisik, berdasarkan pernyataan Piaget, yaitu illogical
thinkers. Pada tahap ini, sebagai contoh, kita dapat menunjukkan dua
adonan yang mempunyai ukuran yang hampir mirip, dan mereka akan
setuju bahwa ukuran kedua adonan adalah sama. Beberapa saat
kemudian setelah mereka mengamati, maka mereka akan mengatakan
bahwa ada perbedaan diantara kedua adonan tersebut. Ketidakmampuan
untuk membedakan ukuran adalah ciri dari tahap praoperasional.
3. Tahap Konkret (7-12 tahun)
Pada tahap ini, yang sejalan dengan pertengangah masa kanakkanak, anak-anak mulai mampu menunjukkan pemikiran yang lebih
logis, meskipun mereka memerlukan beberapa material untuk
membantu mereka mencapai kesimpulan yang benar. Jadi, pada tahap
ini kita akan melihat anak-anak mengerjakan hal-hal yang memerlukan
pemikiran yang matematis.
4. Tahap Operasional (12 tahun ke atas)
Pada tahap akhir ini meliputi sisa hidup kita. Piaget percaya bahwa
sekali kita mencapai usia 12 tahun, maka kita mampu berpikir jauh
lebih abstrak dan mampu memecahkan masalah. Kita mampu
menangani masalah-masalah yang jauh lebih kompleks
d. Perkembangan Fisik
Arnold Gesell mengidentifikasi peran alam atau lingkungan sekitar
dan faktor keturunan dalam perkembangan anak. Ada perdebatan panjang
bahwa sifat biologis yang diturunkan oleh orang tua lebih penting dari
pada lingkungan dimana kita dibesarkan. Dalam konteks ini, lingkungan
atau pengasuhan dipandang sebagai faktor eksternal yang memberikan
kontribusi dalam perkembangan, seperti strategi dalam memberikan
perawatan, cara orang tua memperlakukan anaknya dan pengaruh lainnya.
Gesell mengumpulkan data normatif dari anak-anak dan mengumpulkan
informasi mengenai perkembangan fisik anak agar dapat diakses oleh
masyarakat umum. Ia sangat yakin bahwa perkembangan setiap anak

12

adalah timeable ((A Basic Introduction to Child Development Theories,


2006).
e. Perkembangan Bahasa
Lev Vygotsky mengidentifikasi empat tahap yang berbeda dari
perkembangan bicara, yaitu sebagai berikut.
1. Primitive speech stage (0-2 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai blajar untuk bicara, seperti
menirukan kata-kata dan penamaan pada benda, atau merespon
secara emosional seperti menangis atau sosial (tertawa).
2. Naive psycholigical stage (2-4 tahun)
Pada tahap in, anak mulsi menyadari bahwa kata yang
diucapkan merupakan simbol dari suatu objek. Mereka memiliki
rasa keingintahuan yang tinggi tentang bagaimana orang lain
menyebutkan suatu benda.

3. Egocentric or private speech stage (4-7 tahun)


Anak-anak sering berbicara dengan

lantang

untuk

menunjukkan apa yang sedang mereka kerjakan atau menyelesaikan


masalah dalam tahap perkembangan. Private speech adalah
demonstrasi dari pemikiran anak.
4. Ingrowth or inner speech stage (8 tahun ke atas)
Pada tahap ini, anak-anak memecahkan masalah yang ada
di kepala mereka. Dengan kata lain kita masih dapat mendengar
suara orang yang sedang berpikir dan mencoba memecahkan
masalah yang tidak biasa ataupun kompleks (Aldwinckle dalam A
Basic Introduction to Child Development Theories, 2006).
2.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan dimulai sejak fertilisasi sampai dewasa. Meskipun ada
beberapa variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola tertentu.
Menurut Hurlock, dalam Tinjauan Tentang Anak, Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anak Usia Dini oleh Pusat Penitipan dan Pendidikan Anak Usia
13

Dini di Yogyakarta, perkembangan anak dibagi menjadi 5 periode, yaitu sebagai


beikut.
a. Periode pra lahir yang dimulai dari saat pembuahan sampai lahir. Pada
periode ini terjadi perkembangan fisiologis yang sangat cepat yaitu
pertumbuhan seluruh tubuh secara utuh.
b. Periode neonatus adalah masa bayi yang baru lahir. Masa ini terhitung
mulai 0 sampai dengan 14 hari. Pada periode ini bayi mengadakan
adaptasi terhadap lingkungan yang sama sekali baru untuk bayi
tersebut, yaitu lingkungan di luar rahim ibu.
c. Masa bayi adalah masa bayi berumur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada
masa ini bayi belajar mengendalikan ototnya sendiri sampai bayi
tersebut mempunyai keinginan untuk mandiri.
d. Masa kanak-kanak terdiri dari 2 bagian yaitu masa kanak-kanak dini dan
akhir masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak dini adalah masa anak
berusia 2 sampai 6 tahun, masa ini disebut juga masa pra sekolah, yaitu
masa anak menyesuaikan diri secara sosial. Akhir masa kanak-kanak
adalah anak usia 6 sampai 13 tahun, biasa disebut sebagai usia sekolah.
e. Masa puber adalah masa anak berusia 11 sampai 16 tahun. Masa ini
termasuk periode yang tumpang tindih karena merupakan 2 tahun masa
kanak-kanak akhir dan 2 tahun masa awal remaja. Secara fisik tubuh
anak pada periode ini berubah menjadi tubuh orang dewasa.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak
Faktor faktor yang berpengaruh digolongkan ke dalam dua golongan,
internal dan eksternal atau faktor lingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan adalah perbedaan ras, etnik atau bangsa, usia
mengalami pubertas, jenis kelamin (wanita lebih cepat dewasa dibandingkan laki laki), kelainan gen atau kromosom. Faktor eksternal atau peranan lingkungan
adalah faktor prenatal ibu yang termasuk status gizi ibu pada saat hamil, posisi
14

fetus normal atau tidak, salah satu kelainan kongenital yang bisa disebabkan oleh
abnormalitas posisi fetus adalah club foot. Toksin atau obat-obatan yang bisa
menyebabkan kelainan kongenital seperti thalidomide. Kelainan gejala endokrin
seperti yang dialami oleh ibu hamil yang menderita gestational diabetes mellitus,
(GDM), bayinya bisa mengalami makrosomia atau kardiomegali atau hiperplasia
adrenal. Paparan terhadap sinar radiasi seperti X-ray dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata dan jantung. Ibu yang
mengalami infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dan penyakit menular seksual dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali,
retardasi mental dan kelainan jantung congenital (Hanafiah, 2011).
Faktor eksternal yang lainnya adalah faktor pasca natal, yaitu bila gizi
yang diperlukan bayi untuk bertumbuh dan berkembang mencukupi. Jika sang
anak atau bayi mengalami penyakit kronis atau kelainan congenital, serta
lingkungan fisik dan kimia, contohnya adalah tempat tinggal anak sanitasinya
baik atau tidak, kecukupan terpapar dengan sinar matahari untuk membentuk
vitamin D, terpapar terhadap rokok, merkuri dan biji timah hitam, yang
memberikan dampak negatif pada anak. Psikologis sang anak, caranya
berhubungan dan berinteraksi dengan orang sekitarnya, apakah sang anak tidak
dikehendaki oleh orang tuanya dan merasa tertekan. Gangguan hormon tiroid anak
dapat mengakibatkan anak mengalami dwarfnism (hypothyroid) atau gigantism
(hyperthyroid) dan juga retardasi mental pada hypothyroid. Sosio-ekonomi
keluarga sang anak, apakah kebutuhannya ditemui, serta apakah ia tumbuh pada
lingkungan yang mendukung atau tidak (Tanuwidjaya dalam Hanafiah, 2011).
Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi empat, yaitu motorik
kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara dan kemampuan bahasa, serta
sosial emosi dan perilaku. Kemajuan perkembangan anak mengikuti suatu pola
yang teratur dan mempunyai variasi pola batas pencapaian dan kecepatan. Batasan
usia menunjukkan bahwa suatu patokan kemampuan harus dicapai pada usia
tertentu.

15

2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak Prasekolah


Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 6 tahun. Mereka
biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia
pada umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak 2 5 tahun dan
kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4
6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak. (Biechler dan
Snowman dalam Hanafiah, 2011).
Snowman (1993) dikutip dari Padmonodewo (2003) mengemukakan ciriciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
a. . Ciri Fisik
Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah dibedakan dengan
anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
1) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai
kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan
kepada anak untuk lari, memanjat, dan melompat. Usahakan
kegiatan-kegiatan tersebut sebanyak mungkin sesuai dengan
kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan.
2) Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan lebih
terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas
motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki
apabila dia tidak terampil. Jauhkan dari sikap membandingkan
lelaki-perempuan, juga dalam kompetensi ketrampilan.
b. Ciri Sosial
Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat
yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara
sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya
yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat
yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.
1. Ciri Emosional

16

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan


terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka
seringkali memperebutkan perhatian guru atau orang sekitar.
2. Ciri Kognitif
Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian besar
dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaliknya anak
diberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik.

2.5 Parameter Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah


2.5.1 Parameter Penilaian Perumbuhan pada Anak Prasekolah
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada
konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan
intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi
organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya.
Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.
Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional pada
tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses
pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala penurunan
ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau hambatan proses pertumbuhan.
Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah
dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada
Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya
bertambah pula berat dan tinggi badannya. Cara lainnya, yaitu dengan
pemantauan status gizi. Parameter yang diukur antara lain BB, TB, LLA, Lingkar
kepala, Lingkar dada, Lemak subkutan. Indeks antropometri bisa merupakan rasio
dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan
dengan umur (Hartriyanti dkk, 2007). Sedangkan, indeks yang digunakan untuk

17

mengukur status gizi balita adalah berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi
badan terhadap umur (TB/U), berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan
Indeks Massa Tubuh terhadap Umur (IMT/U) (Penuntun Diet Anak Edisi ke 3
Tahun 2014).

Tabel 2.1 Berat badan dan Tinggi Badan berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok umur
0-6 bulan
7-11 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun

Berat Badan (kg)


6
9
13
19
27

Tinggi Badan (cm)


61
71
91
112
130

Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2014

Tabel 2.2 Pembakuan Indikator Status Gizi Balita


Indikator Pertumbuhan
PB/TB
Z-Score

terhadap
umur
Sangat tinggi

+3 SD
+2 SD

BB terhadap

BB terhadap

umur

PB atau TB

(lihat catatan
1)
Normal

0 (median
-1 SD
-2 SD

Normal

Normal
Pendek (lihat

terhadap
umur

Obes

Obes

BB lebih
Kemungkinan

BB lebih
Kemungkinan

risiko BB

risiko BB

lebih (lihat

lebih (lihat

catatan 3)
Normal
Normal
Normal
BB kurang
Kurus (Gizi

catatan 3)

Masalah
pertumbuhan
(lihat catatan

+1 SD

IMT

2)

Normal
Kurus

18

-3 SD

catatan 4)
Sangat pendek

BB sangat

kurang)

(lihat catatan

kurang (lihat

4)

catatan 5)

Sangat kurus
(Gizi buruk)*

Sangat kurus

Sumber : Kemenkes RI, tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, Kemenkes RI,
Dirjen Bina Gizi dan KIA, Direktorat Bina Gizi tahun 2011 dalam Penuntun Diet Anak Edisi ke 3
Tahun 2014
*Gizi buruk : Bila ada edema bilateral, BB/TB bisa >-3 SD

Catatan :
1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi. Seorang anak yang
sangat tinggi merupakan masalah yang jarang ditemui, kecuali jikan anak
tersebut mengalami gangguan kelnjar endokrin, seperti adanya tumor yang
mengganggu produksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika
diduga mengalami gangguan kelenjar endokrin (misalnya, jika orang tuan
tingginya norml tetapi anaknya tinggi sekali).
2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada kategori ini, kemungkinan
mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi hal ini perlu dilihat lagi
berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB.
3. Hasil ploting +1 SD menyatakan kemungkinan anak mempunyai risiko BB
lebih. Bia kecenderungannya menuju ke garis +2SD, menunjukkan anak
benar-benar mempunyai risiko gizi lebih.
4. Untuk anak yang pendek atau sangat pendek, kemungkinan akan menjadi
kegemukan.
5. Mengacu pada berat badan sangat rendah dalam modul Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS).
2.5.2 Parameter Penilaian Perkembangan pada Anak Prasekolah
Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya pada
diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan (maturasi)
kemampuan personal dan kemampuan sosial.
Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat
pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.
a. Kemampuan fungsi pengindraan meliputi sebagai berikut.
19

1) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan


lain-lain.
2) Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak
pembicaraan dan lain-lain.
3) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.
4) Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba
benda, dan lain-lain.
5) Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan
minuman.
Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi sebagai berikut.
1) Tangan,

misalnya

menggenggam,

mengangkat,

melempar,

mencoret-coret, menulis dan lain-lain.


2) Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.
3) Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.
4) Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan
lain-lain.
5) Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia,
percaya diri, empati, rasa iba dan lain-lain.
6) Kognitif, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami,
mengerti, membandingkan dan lain-lain.
7) Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat,
merangkai, menciptakan objek dan lain-lain.
b. Kemampuan sosial.
Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari
kemampuan personal yang makin meningkat. Dari situ lalu
dihadapkan dengan beragam aspek lingkungan sekitar, yang
membuatnya secara sadar berinterakasi dengan lingkungan itu.
20

Sebagai contoh pada anak yang telah berusia satu tahun dan mampu
berjalan, dia akan senang jika diajak bermain dengan anak-anak
lainnya, meskipun ia belum pandai dalam berbicara, ia akan merasa
senang berkumpul dengan anak-anak tersebut. Dari sinilah dunia
sosialisasi pada ligkungan yang lebih luas sedang dipupuk, dengan
berusaha mengenal teman-temannya itu.
2.6 Nutrisi pada Anak Prasekolah
Pada tahun-tahun prasekolah, makanan memiliki makna yang lebih
kompleks. Makanan memiliki makna khusus yang ditentukan oleh anak-anak itu
sendiri. Misalnya, permen bisa berarti imbalan (reward) untuk perilaku yang baik.
Selain itu, pengasuh harus menyadari bahwa kesan awal yang terkait dengan
penggunaan makanan akan mempengaruhi sikap yang berhubungan makanan dan
praktik-praktik yang dapat bertahan sepanjang kehidupan anak. Penerimaan
makanan melalui rasa dan tekstur yang baru memang membutuhkan waktu dan
kesabaran. Pengasuh perlu diberi dorongan agar menyediakan makanan yang
bergizi dengan jumlah yang cukup untuk anak prasekolah (Preschool Nutrition, A
Healthy Start In Life).
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk membiasakan pola makan
yang baik dan memantau asupan makan pada anak prasekolah adalah sebagai
berikut.
a. Membangun kebiasan dimana anak dan pengasuh atau ibu duduk
bersama pada saat makan utama dan makan selingan.
b. Membangun kebiasaan seperti susu dengan makanan dan air untuk
membantu memastikan variasi dan kecukupan gizi.
c. Menyimpan makanan selingan yang sehat seperti buah dan sayuran
yang sudah dipotong-potong atau camilan yang rendah kalori di lemari
penyimpanan makanan yang mampu dijangkau oleh anak.
d. Jangan memberikan porsi makanan yang besar kepada anak.
Berikanlah porsi makan yang kecil, namun jika anak ingin tambah
maka diperbolehkan dengan porsi yang sesuai pula.
e. Sediakan makanan yang disukai oleh anak, namun sediakan pula
makanan baru untuk mereka coba
21

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Identitas Anak
Nama
Nama Ayah
Nama Ibu
Pekerjaan Ayah
Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ayah
Pendidikan Ibu
Tanggal lahir
Usia
Jenis kelamin
Riwayat Penyakit

: AJ
: Eri Susanto
: Siswanti
: Karyawan Instalasi Jacketing
: Karyawan Salon
: SLTA
: SLTA
: 3 September, 2011
: 4 tahun 3 bulan
: Laki-laki
: Campak

3.2 Penilaian Pertumbuhan Anak


Oktober

November

Desember

TK : 24 Oktober 2015

TK : 27 November 2015

TK : 16 Desember 2015

BB (kg)

TB (cm)

BB (kg)

TB (cm)

BB (kg)

TB (cm)

24

112,5

25

112,5

24

112,5

Status Gizi
BB/U
TB/U
BB/TB
IMT/U

Okt
: +2.80 SD
: +1.94 SD
: +2.27 SD
: +2.48 SD

Nov
+3.00 SD
+1.77 SD
+2.69 SD
+2.91 SD

Des
+2.64 SD
+1.68 SD
+2.27 SD
+2.46 SD

Pengkajian :
1. Status Gizi
Status gizi anak menurut berat badan terhadap umur (BB/U) di
dapatkan hasil z-score lebih dari +2 SD pada 3 bulan selama
observasi yang berarti status gizi responden berada dalam kategori

BB lebih.
Status gizi anak menurut tinggi badan terhadap umur (TB/U)
didapatkan hasil z-score sekitar +1.7 SD pada 3 bulan selama
observasi yang menandakan bahwa tinggi responden berada dalam
kategori normal.
22

Status gizi anak menurut berat badan terhadap tinggi badan


(BB/TB) diperoleh hasil z-score lebih dari +2 SD pada 3 bulan
selama observasi yang menandakan bahwa responden dalam

kategori BB lebih.
Status gizi anak menurut indeks massa tubuh terhadap umur
(IMT/U) diperoleh hasil z-score lebih dari +2 SD pada 3 bulan
selama observasi yang menandakan bahwa responden berada
dalam kategori BB lebih.

2. Perbandingan Berat Badan


Aktual

AKG 2014

Ideal

24 kg

19 kg

(Usia x 2) + 8 = 16 kg

Berdasarkan perbandingan yang dilakukan pada berat badan aktual


anak dengan berat badan sesuai kelompok umur pada AKG 2014 dan
perhitungan berat badan ideal, anak dapat dikatakan mengalami kelebihan
berat badan pada usianya. Hal ini disebabkan oleh kesenangan anak pada
makanan cemilan berupa jajanan yang biasa terpajang di warung-warung di
sekitar rumahnya. Kemudian, hal ini mungkin juga dapat disebabkan oleh
ibu yang terus menuruti anak untuk menambahkan porsi makan utamanya
apabila anak memintanya atau merasa belum kenyang dan memberikan
minum susu rasa cokelat apabila anak merasa haus.
3. Penurunan Berat Badan
Berdasarkan data pengukuran berat badan yang didapatkan
sebelumnya dari posyandu dan juga melalui pengukuran berat badan
langsung dengan menggunakan timbangan digital selama 3 bulan
belakangan menunjukkan bahwa sempat terjadi berat badan yang naik dan
turun. Data posyandu pada bulan September menunjukkan bahwa telah
terjadi penurunan berat badan pada anak di bulan Oktober sebanyak
kurang lebih 1.5 kg, hal ini mungkin terkait dengan sakit campak yang
anak alami di bulan Oktober. Pada saat itu, anak mengalami kurang nafsu
makan dan hanya makan dalam jumlah sedikit. Berdasarkan keterangan
dari ibu, pada saat anak sakit, frekuensi makan anak hanya tiga kali dalam
23

sehari sudah dengan selingan. Berbeda jauh dalam keadaan sehat, yaitu
lima sampai enam kali dalam sehari sudah dengan selingan.
3.3 Penilaian Perkembangan Pada Anak
Beberapa teori perkembangan anak telah menunjukkan fase-fase
perkembangan yang berbeda. Dalam waktu tiga bulan kemampuan anak
berdasarkan

perkembangannya

cenderung

sama.

Berdasarkan

teori-teori

perkembangan tersebut, hasil penilaian perkembangan balita (anak prasekolah)


yang kami amati adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan teori perkembangan psikoseksual oleh Freud, anak yang berusia 4
tahun 1 bulan ini sedang mengalami fase phallus. Fase ini berpusat pada
genetalia dan daerah yang sensitif, dan timbul rasa cemburu terhadap sesaa
jenis. Beberapa perilaku anak yang kami amati adalah anak mulai mengerti
bahwa kelaminnya berbeda dengan kakak, adik atau temannya, anak dapat
membedakan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya dan yang tidak,
anak memiliki rasa cemburu apabila ibu lebih memperhatikan kakak lakilakinya atau ayahnya, anak sudah mampu memahami adanya perbedaan jenis
kelamin sebagai contoh anak lebih senang bermain dengan teman yang sama
lawan jenisnya.
2. Berdasarkan teori psikososial oleh Erikson, anak berusia 4 tahun 1 bulan ini
sedang mengalami tahap ke tiga, yaitu Initiative versus Guilt. Pada periode
inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya.
Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut
mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat salah. Bila
anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang
diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya. Beberapa perilaku anak
yang kami amati adalah kemampuan indranya seperti merasakan rasanya
makanan yang pedas, asin, manis, dan lain-lain dengan menggerakkan salah
satu organ tubuhnya, seperti memejamkan mata saat merasakan makanan pedas
dan asin. Inisiatif anak untuk memcicipi makanan ini merupakan bentuk dari
respon anak terhadap makanan yang ia lihat. Kemudian, anak sudah mampu
memakai celana sendiri dan memiliki inisiatif untuk membantu ibunya dengan
mencuci piring dan menyapu lantai untuk membantu ibunya. Orang tua
menyambut dengan positif sikap anak yang memiliki inisiatif untuk melakukan
24

beberapa hal secara mandiri ini, sehingga anak tidak merasa melakukan hal
yang salah di hadapan orang tuanya.
3. Berdasarkan teori perkembangan kognitif oleh Jean Piaget, anak yang berusia 4
tahun 1 bulan ini sedang mengalami tahap pra-operasional. Pada tahap ini
anak-anak tidak bergantung pada kepekaan dan eksplorasi secara fisik,
berdasarkan pernyataan Piaget, yaitu illogical thinkers. Anak dapat berpikir
dengan pola yang abstrak dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Seperti
yang kami lakukan dengan menunjukan dua gambar yang berbeda tetapi
hampir mirip. Anak menganggukan kepalanya saat kami menanyakan bahwa
kedua gambar tersebut sama. Kemudian saat kami menunjukkan kembali kedua
gambar tersebut dan mengajak anak melihat lebih dekat dan kami menanyakan
kembali, anak menggelengkan kepalanya.
4. Berdasarkan teori perkembangan bahasa oleh Ley Vygotsky, anak yang berusia
4 tahun 1 bulan ini sedang mengalami tahap Egocentric or private speech
stage. Pada tahap ini, anak-anak sering berbicara dengan lantang untuk
menunjukkan apa yang sedang mereka kerjakan atau menyelesaikan masalah
dalam tahap perkembangan. Private speech adalah demonstrasi dari
pemikiran anak. Beberapa perilaku anak yang kami amati adalah ketika kami
menanyakan tentang penjumlahan angka, anak bersuara pelan saat sedang
berhitung. Ketika anak sedang menggambar dan mewarnai, anak menunjukkan
sambil menyebutkan apa yang ia gambar.
Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi empat, yaitu motorik
kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara dan kemampuan bahasa, kognitif
serta sosial emosi dan perilaku. Berdasarkan dengan perkembangan fase awal
tersebut, hasil penilaian perkembangan balita (anak prasekolah) yang kami amati
adalah sebagai berikut.
1. Gerakan Motorik Kasar
Berdasarkan parameter ini, anak sudah mampu menendang bola sesuai
arah, melompat dengan satu kaki saat bermain dan berlari.
2. Gerakan Motorik Halus
Berdasarkan parameter ini, anak sudah mampu menggambar dan
mewarnai tetapi belum bisa menulis, menggenggam sendok, membawa
dan mencuci piring sendiri, menggenggam gagang sapu, dan memakai
celana sendiri.
25

3. Berbicara dan Kemampuan Bahasa


Berdasarkan parameter ini, anak sudah mampu menjawab sesuai dengan
pertanyaan yang ditanyakan seperti ya atau tidak, mengatakan apa yang
diinginkan dan yang tidak diinginkan, jika anak ingin membeli mainan,
makan, atau menolak makanan yang tidak disukai, anak akan langsung
mengatakan ya atau tidak.
4. Kognitif
Berdasarkan parameter ini, anak sudah mampu berhitung dan menebak
nama benda yang ditunjukkan pada gambar.
5. Sosial Emosi dan Perilaku
Berdasarkan parameter ini, anak sudah mampu berinteraksi dengan
lingkungannya, sebagai contoh anak akan menjawab jika diajak bicara
oleh tetanggnya dan teman-teman yang sering bermain dengannya.
Namun, jika bertemu orang asing atau yang baru dikenal, anak akan
menunjukkan rasa sungkan ataupun malu jika ingin mengatakan atau
menunjukkan sesuatu atau keinginannya. Rasa malu dan sungkan ini
merupakan hal yang baik, karena anak dapat dianggap bisa mencegah
pengaruh atau ajakan orang yang tidak dikenal.

26

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan dan perkembangan yang kami
lakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan data yang diambil meliputi berat badan, tinggi badan dan
status gizi didapatkan hasil bahwa berat badan melebihi normal tetapi
untuk tinggi badan normal dan kemudian untuk status gizi berada dalam
kategori berat badan lebih menurut BB/U, BB/TB, dan IMT/U
2. Berdasarkan teori perkembangan psikoseksual, psikososial, kognitif dan
bahasa, anak dianggap mengalami perkembangan yang sesuai dengan
patokan kemampuan yang harus dicapai pada anak seusianya.
3. Berdasarkan parameter perkembangan anak pada fase awal, yaitu motorik
kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara dan kemampuan bahasa,
kognitif serta sosial emosi dan perilaku, anak dianggap memiliki
perkembangan yang baik pada usianya.

DAFTAR PUSTAKA
27

Asosiasi Dietisien Indonesia,. Ikatan Dokter Indonesia,. apersatuan Ahli Gizi Indonesia..
(2014). Penuntun Diet Anak (edisi ketiga). Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Chamidah, Atien N. (2009). Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak. Jurnal Pendidikan Khusus Volume 5, No. 2 h 84.
Alamdani, dkk. (2011). Pertumbuhan dan Perkembangan Selama Masa Kehidupan.
Makalah Konsep Dasar Keperawatan. Fakultas Ilmu Universitas Indonesia.
A Basic Introduction to Child Development Theories. (2006). Department of Education
and Training. New South Wales.
Riendrawi, Scania. (2013). Perkembangan Psikososial Anak. DePsikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Tinjauan tentang Anak, Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini dan Konsep
Ruang bagi Anak. Pusat Penitipan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Yogyakarta.
Preschool Nutrition. A Healthy Start In Life. Queensland Health.
Honig, Sterling A. (2000). Psychosexual Development in Infants and Young Children.
Klesges RC., Stein RJ., Eck RJ., Isbell TR., Klesges LM.(1991). Parental influence on
food selection in young children and its relationships to childhood obesity.
American Journal of Clinical Nutrition.
http://e-journal.uajy.ac.id/828/3/2TA12160.pdf. Diakses pada tanggal 17 Desember 2015
pukul 9.32 wib
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ekapujihas-5541-3-babii.pdf.
Diakses pada tanggal 17 Desember 2015 pukul 15.02 wib
jtptunimus-gdl-muksing2a2-5767-2-babii.pdf. Diakses pada tanggal 17 Desember 2015
pukul 15.03 wib

28

Anda mungkin juga menyukai