PENDAHULUAN
lahir terdapat pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sekali, yaitu dari
seorang makhluk yang terdiri hanya dari satu sel sampai terjadi seorang bayi yang
setelah dilahirkan dapat hidup sendiri terpisah dari ibunya Periode penting dalam
tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat.
Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara
anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.
Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan
proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari
lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa.
Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem, perolehan
ketrampilan, kemampuan yang lebihsiap untuk beradaptasi terhadap stress dan
kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh
kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memberi informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan balita yang kami amati. Kami melakukan
pengamatan
pada
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak
secara
menyeluruh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
fungsi
dan
kapabilitas
seorang
anak.
Dalam
mempelajari
perkembangan dapat dibagi atas beberapa kategori yang spesifik seperti gerakan
motorik kasar, gerakan motorik halus, perkembangan bahasa, sosial dan
emosional. Pada anak yang normal, proses perkembangan terjadi dalam kecepatan
yang berbeda misalnya ada anak yang berjalan dalam usia yang lebih cepat dari
sebagian anak lain namun lambat dalam perkembangan (Doyle, 2009).
2.1.2 Prinsip dan Ciri-Ciri Pertumbuhan
Pertumbuhan bersifat irreversibe atau tidak dapat kembali pada keadaan
semula. Pertumbuhan mencakup perubahan fisik yang terjadi sejak periode
prenatal sampai massa dewasa lanjut yang dapat berupa kemajuan atau
kemunduran. Anak yang berusia muda pertumbuhannya lebih cepat disbanding
anak yang lebih tua, dan pada waktu dewasa pertumbuhan tinggi badan terhenti.
Memasuki usia lanjut, akan terjadi penurunan tinggi badan yang diikuti
penyusutan otot dan tulang (Berger, 2005 ; Alamdani dkk., 2011).
teori
Freud
diatas,
fase-fase
perkembangan
ketidakberdayaan ini berlangsung lebih lama dari pada spesies lain. Pada
mulanya bayi tidak dapat membedakan antara bibirnya dengan puting susu
ibunya, yaitu asosiasi antara rasa kenyang dengan pemberian asi. Bayi
hanya sadar akan kebutuhannya sendiri dan pada waktu menunggu
terpenuhi kebutuhannya, bayi menjadi frustasi dan baru sadar akan adanya
obyek pemuas pada waktu kebutuhannya terpenuhi. Inilah pengalaman
pertama kesadaran akan adanya obyek diluar dirinya. Jadi, kelaparan
menuntutnya untuk mengenal dunia luar. Reaksi primitif pertama terhadap
obyek yaitu bayi berusaha memasukkan semua benda yang dipegangnya
ke mulut. Bayi merasa bahwa mulut adalah tempat pemuasan (oral
gratification). Rasa lapar dan haus terpenuhi dengan menghisap puting
susu ibunya. Kebutuhan-kebutuhan, persepsi-persepsi dan cara ekspresi
bayi secara primer dipusatkan di mulut, bibir, lidah dan organ lain yang
berhubungan dengan daerah mulut.
Dorongan oral terdiri dari dua komponen, yaitu dorongan libido
dan dorongan agresif. Dorongan libido, yaitu dorongan seksual pada anak,
yang berbeda dengan libido pada orang dewasa. Dorongan libido
merupakan dorongan primer dalam kehidupan yang merupakan suber
energi dari ego dalam mengadakan hubungan dengan lingkungan,
sehingga memungkinkan pertumbuhan ego. Ketegangan oral akan
membawa pada pencarian kepuasan oral yang ditandai dengan diamnya
bayi pada akhir menyusui. Sedangkan, dorongan agresif dapat terlihat
dalam perilaku menggigit, mengunyah, meludah, dan menangis. Pada fase
oral ini, peran Ibu penting untuk memberikan kasih sayang dengan
memenuhi kebutuhan bayi secepatnya. Jika semua kebutuhannya
terpenuhi, bayi akan merasa aman, percaya pada dunia luar. Hal ini
merupakan dasar perkembangan selanjutnya dalam berhubungan dengan
dunia luar. Jika pada fase oral ini bayi merasakan kekecewaan yang
mendalam, hal ini akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2. Fase Anal (1 1/2 - 3 tahun)
Fase ini ditandai dengan matangnya syaraf-syaraf otot sfingter anus
sehingga anak mulai dapat mengendalikan rasa ingin buang air besar. Pada
6
fase ini, kepuasan dan kenikmatan anak terletak pada anus. Oleh karena
itu, sikap orang tua yang benar yaitu mengusahakan agar anak merasa
bahwa alat kelamin dan anus serta kotoran yang dikeluarkannya adalah
sesuatu yang biasa (wajar) dan bukan sesuatu yang menjijikkan. Hal ini
penting, karena akan mempengaruhi pandangannya terhadap seks
nantinya.
Jika
terjadi
hambatan
pada
fase
anal,
anak
dapat
dasar
untuk
perkembangan
kemandirian,
kebebasan,
kemampuan untuk menentukan perilaku sendiri tanpa rasa malu dan raguragu, kemampuan untuk menginginkan kerjasama yang baik tanpa
perasaan rendah diri.
3. Fase Uretral
Pada fase ini merupakan perpindahan dari fase anal ke fase phallus.
Erotik uretral mengacu pada kenikmatan dalam pengeluaran dan
penahanan air seni seperti pada fase anal. Jika fase uretral tidak dapat
diselesaikan dengan baik, anak akan mengembangkan sifat uretral yang
menonjol yaitu persaingan dan ambisi sebagai akibat timbulnya rasa malu
karena kehilangan kontrol terhadap uretra. Jika fase ini dapat diselesaikan
dengan baik, maka anak akan mengembangkan persaingan sehat, yang
menimbulkan rasa bangga akan kemampuan diri. Anak laki-laki meniru
dan membandingkan dengan ayahnya. Penyelesaian konflik uretra
merupakan awal dari identitas gender dan identifikasi selanjutnya.
4. Fase Phallus (3-5 tahun)
Pada fase ini anak mula mengerti bahwa kelaminnya berbeda
dengan kakak, adik atau temannya. Anak mulai merasakan bahwa
kelaminnya merupakan tempat yang memberikan kenikmatan ketika ia
7
ancaman
bila
melihat
anaknya
memegang
atau
untuk
bereksplorasi
(A Basic
Introduction
to
Child
11
12
lantang
untuk
fetus normal atau tidak, salah satu kelainan kongenital yang bisa disebabkan oleh
abnormalitas posisi fetus adalah club foot. Toksin atau obat-obatan yang bisa
menyebabkan kelainan kongenital seperti thalidomide. Kelainan gejala endokrin
seperti yang dialami oleh ibu hamil yang menderita gestational diabetes mellitus,
(GDM), bayinya bisa mengalami makrosomia atau kardiomegali atau hiperplasia
adrenal. Paparan terhadap sinar radiasi seperti X-ray dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata dan jantung. Ibu yang
mengalami infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dan penyakit menular seksual dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali,
retardasi mental dan kelainan jantung congenital (Hanafiah, 2011).
Faktor eksternal yang lainnya adalah faktor pasca natal, yaitu bila gizi
yang diperlukan bayi untuk bertumbuh dan berkembang mencukupi. Jika sang
anak atau bayi mengalami penyakit kronis atau kelainan congenital, serta
lingkungan fisik dan kimia, contohnya adalah tempat tinggal anak sanitasinya
baik atau tidak, kecukupan terpapar dengan sinar matahari untuk membentuk
vitamin D, terpapar terhadap rokok, merkuri dan biji timah hitam, yang
memberikan dampak negatif pada anak. Psikologis sang anak, caranya
berhubungan dan berinteraksi dengan orang sekitarnya, apakah sang anak tidak
dikehendaki oleh orang tuanya dan merasa tertekan. Gangguan hormon tiroid anak
dapat mengakibatkan anak mengalami dwarfnism (hypothyroid) atau gigantism
(hyperthyroid) dan juga retardasi mental pada hypothyroid. Sosio-ekonomi
keluarga sang anak, apakah kebutuhannya ditemui, serta apakah ia tumbuh pada
lingkungan yang mendukung atau tidak (Tanuwidjaya dalam Hanafiah, 2011).
Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi empat, yaitu motorik
kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara dan kemampuan bahasa, serta
sosial emosi dan perilaku. Kemajuan perkembangan anak mengikuti suatu pola
yang teratur dan mempunyai variasi pola batas pencapaian dan kecepatan. Batasan
usia menunjukkan bahwa suatu patokan kemampuan harus dicapai pada usia
tertentu.
15
16
17
mengukur status gizi balita adalah berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi
badan terhadap umur (TB/U), berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan
Indeks Massa Tubuh terhadap Umur (IMT/U) (Penuntun Diet Anak Edisi ke 3
Tahun 2014).
Tabel 2.1 Berat badan dan Tinggi Badan berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok umur
0-6 bulan
7-11 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
terhadap
umur
Sangat tinggi
+3 SD
+2 SD
BB terhadap
BB terhadap
umur
PB atau TB
(lihat catatan
1)
Normal
0 (median
-1 SD
-2 SD
Normal
Normal
Pendek (lihat
terhadap
umur
Obes
Obes
BB lebih
Kemungkinan
BB lebih
Kemungkinan
risiko BB
risiko BB
lebih (lihat
lebih (lihat
catatan 3)
Normal
Normal
Normal
BB kurang
Kurus (Gizi
catatan 3)
Masalah
pertumbuhan
(lihat catatan
+1 SD
IMT
2)
Normal
Kurus
18
-3 SD
catatan 4)
Sangat pendek
BB sangat
kurang)
(lihat catatan
kurang (lihat
4)
catatan 5)
Sangat kurus
(Gizi buruk)*
Sangat kurus
Sumber : Kemenkes RI, tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, Kemenkes RI,
Dirjen Bina Gizi dan KIA, Direktorat Bina Gizi tahun 2011 dalam Penuntun Diet Anak Edisi ke 3
Tahun 2014
*Gizi buruk : Bila ada edema bilateral, BB/TB bisa >-3 SD
Catatan :
1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi. Seorang anak yang
sangat tinggi merupakan masalah yang jarang ditemui, kecuali jikan anak
tersebut mengalami gangguan kelnjar endokrin, seperti adanya tumor yang
mengganggu produksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika
diduga mengalami gangguan kelenjar endokrin (misalnya, jika orang tuan
tingginya norml tetapi anaknya tinggi sekali).
2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada kategori ini, kemungkinan
mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi hal ini perlu dilihat lagi
berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB.
3. Hasil ploting +1 SD menyatakan kemungkinan anak mempunyai risiko BB
lebih. Bia kecenderungannya menuju ke garis +2SD, menunjukkan anak
benar-benar mempunyai risiko gizi lebih.
4. Untuk anak yang pendek atau sangat pendek, kemungkinan akan menjadi
kegemukan.
5. Mengacu pada berat badan sangat rendah dalam modul Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS).
2.5.2 Parameter Penilaian Perkembangan pada Anak Prasekolah
Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya pada
diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan (maturasi)
kemampuan personal dan kemampuan sosial.
Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat
pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.
a. Kemampuan fungsi pengindraan meliputi sebagai berikut.
19
misalnya
menggenggam,
mengangkat,
melempar,
Sebagai contoh pada anak yang telah berusia satu tahun dan mampu
berjalan, dia akan senang jika diajak bermain dengan anak-anak
lainnya, meskipun ia belum pandai dalam berbicara, ia akan merasa
senang berkumpul dengan anak-anak tersebut. Dari sinilah dunia
sosialisasi pada ligkungan yang lebih luas sedang dipupuk, dengan
berusaha mengenal teman-temannya itu.
2.6 Nutrisi pada Anak Prasekolah
Pada tahun-tahun prasekolah, makanan memiliki makna yang lebih
kompleks. Makanan memiliki makna khusus yang ditentukan oleh anak-anak itu
sendiri. Misalnya, permen bisa berarti imbalan (reward) untuk perilaku yang baik.
Selain itu, pengasuh harus menyadari bahwa kesan awal yang terkait dengan
penggunaan makanan akan mempengaruhi sikap yang berhubungan makanan dan
praktik-praktik yang dapat bertahan sepanjang kehidupan anak. Penerimaan
makanan melalui rasa dan tekstur yang baru memang membutuhkan waktu dan
kesabaran. Pengasuh perlu diberi dorongan agar menyediakan makanan yang
bergizi dengan jumlah yang cukup untuk anak prasekolah (Preschool Nutrition, A
Healthy Start In Life).
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk membiasakan pola makan
yang baik dan memantau asupan makan pada anak prasekolah adalah sebagai
berikut.
a. Membangun kebiasan dimana anak dan pengasuh atau ibu duduk
bersama pada saat makan utama dan makan selingan.
b. Membangun kebiasaan seperti susu dengan makanan dan air untuk
membantu memastikan variasi dan kecukupan gizi.
c. Menyimpan makanan selingan yang sehat seperti buah dan sayuran
yang sudah dipotong-potong atau camilan yang rendah kalori di lemari
penyimpanan makanan yang mampu dijangkau oleh anak.
d. Jangan memberikan porsi makanan yang besar kepada anak.
Berikanlah porsi makan yang kecil, namun jika anak ingin tambah
maka diperbolehkan dengan porsi yang sesuai pula.
e. Sediakan makanan yang disukai oleh anak, namun sediakan pula
makanan baru untuk mereka coba
21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Identitas Anak
Nama
Nama Ayah
Nama Ibu
Pekerjaan Ayah
Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ayah
Pendidikan Ibu
Tanggal lahir
Usia
Jenis kelamin
Riwayat Penyakit
: AJ
: Eri Susanto
: Siswanti
: Karyawan Instalasi Jacketing
: Karyawan Salon
: SLTA
: SLTA
: 3 September, 2011
: 4 tahun 3 bulan
: Laki-laki
: Campak
November
Desember
TK : 24 Oktober 2015
TK : 27 November 2015
TK : 16 Desember 2015
BB (kg)
TB (cm)
BB (kg)
TB (cm)
BB (kg)
TB (cm)
24
112,5
25
112,5
24
112,5
Status Gizi
BB/U
TB/U
BB/TB
IMT/U
Okt
: +2.80 SD
: +1.94 SD
: +2.27 SD
: +2.48 SD
Nov
+3.00 SD
+1.77 SD
+2.69 SD
+2.91 SD
Des
+2.64 SD
+1.68 SD
+2.27 SD
+2.46 SD
Pengkajian :
1. Status Gizi
Status gizi anak menurut berat badan terhadap umur (BB/U) di
dapatkan hasil z-score lebih dari +2 SD pada 3 bulan selama
observasi yang berarti status gizi responden berada dalam kategori
BB lebih.
Status gizi anak menurut tinggi badan terhadap umur (TB/U)
didapatkan hasil z-score sekitar +1.7 SD pada 3 bulan selama
observasi yang menandakan bahwa tinggi responden berada dalam
kategori normal.
22
kategori BB lebih.
Status gizi anak menurut indeks massa tubuh terhadap umur
(IMT/U) diperoleh hasil z-score lebih dari +2 SD pada 3 bulan
selama observasi yang menandakan bahwa responden berada
dalam kategori BB lebih.
AKG 2014
Ideal
24 kg
19 kg
(Usia x 2) + 8 = 16 kg
sehari sudah dengan selingan. Berbeda jauh dalam keadaan sehat, yaitu
lima sampai enam kali dalam sehari sudah dengan selingan.
3.3 Penilaian Perkembangan Pada Anak
Beberapa teori perkembangan anak telah menunjukkan fase-fase
perkembangan yang berbeda. Dalam waktu tiga bulan kemampuan anak
berdasarkan
perkembangannya
cenderung
sama.
Berdasarkan
teori-teori
beberapa hal secara mandiri ini, sehingga anak tidak merasa melakukan hal
yang salah di hadapan orang tuanya.
3. Berdasarkan teori perkembangan kognitif oleh Jean Piaget, anak yang berusia 4
tahun 1 bulan ini sedang mengalami tahap pra-operasional. Pada tahap ini
anak-anak tidak bergantung pada kepekaan dan eksplorasi secara fisik,
berdasarkan pernyataan Piaget, yaitu illogical thinkers. Anak dapat berpikir
dengan pola yang abstrak dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Seperti
yang kami lakukan dengan menunjukan dua gambar yang berbeda tetapi
hampir mirip. Anak menganggukan kepalanya saat kami menanyakan bahwa
kedua gambar tersebut sama. Kemudian saat kami menunjukkan kembali kedua
gambar tersebut dan mengajak anak melihat lebih dekat dan kami menanyakan
kembali, anak menggelengkan kepalanya.
4. Berdasarkan teori perkembangan bahasa oleh Ley Vygotsky, anak yang berusia
4 tahun 1 bulan ini sedang mengalami tahap Egocentric or private speech
stage. Pada tahap ini, anak-anak sering berbicara dengan lantang untuk
menunjukkan apa yang sedang mereka kerjakan atau menyelesaikan masalah
dalam tahap perkembangan. Private speech adalah demonstrasi dari
pemikiran anak. Beberapa perilaku anak yang kami amati adalah ketika kami
menanyakan tentang penjumlahan angka, anak bersuara pelan saat sedang
berhitung. Ketika anak sedang menggambar dan mewarnai, anak menunjukkan
sambil menyebutkan apa yang ia gambar.
Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi empat, yaitu motorik
kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara dan kemampuan bahasa, kognitif
serta sosial emosi dan perilaku. Berdasarkan dengan perkembangan fase awal
tersebut, hasil penilaian perkembangan balita (anak prasekolah) yang kami amati
adalah sebagai berikut.
1. Gerakan Motorik Kasar
Berdasarkan parameter ini, anak sudah mampu menendang bola sesuai
arah, melompat dengan satu kaki saat bermain dan berlari.
2. Gerakan Motorik Halus
Berdasarkan parameter ini, anak sudah mampu menggambar dan
mewarnai tetapi belum bisa menulis, menggenggam sendok, membawa
dan mencuci piring sendiri, menggenggam gagang sapu, dan memakai
celana sendiri.
25
26
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan dan perkembangan yang kami
lakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan data yang diambil meliputi berat badan, tinggi badan dan
status gizi didapatkan hasil bahwa berat badan melebihi normal tetapi
untuk tinggi badan normal dan kemudian untuk status gizi berada dalam
kategori berat badan lebih menurut BB/U, BB/TB, dan IMT/U
2. Berdasarkan teori perkembangan psikoseksual, psikososial, kognitif dan
bahasa, anak dianggap mengalami perkembangan yang sesuai dengan
patokan kemampuan yang harus dicapai pada anak seusianya.
3. Berdasarkan parameter perkembangan anak pada fase awal, yaitu motorik
kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara dan kemampuan bahasa,
kognitif serta sosial emosi dan perilaku, anak dianggap memiliki
perkembangan yang baik pada usianya.
DAFTAR PUSTAKA
27
Asosiasi Dietisien Indonesia,. Ikatan Dokter Indonesia,. apersatuan Ahli Gizi Indonesia..
(2014). Penuntun Diet Anak (edisi ketiga). Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Chamidah, Atien N. (2009). Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak. Jurnal Pendidikan Khusus Volume 5, No. 2 h 84.
Alamdani, dkk. (2011). Pertumbuhan dan Perkembangan Selama Masa Kehidupan.
Makalah Konsep Dasar Keperawatan. Fakultas Ilmu Universitas Indonesia.
A Basic Introduction to Child Development Theories. (2006). Department of Education
and Training. New South Wales.
Riendrawi, Scania. (2013). Perkembangan Psikososial Anak. DePsikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Tinjauan tentang Anak, Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini dan Konsep
Ruang bagi Anak. Pusat Penitipan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Yogyakarta.
Preschool Nutrition. A Healthy Start In Life. Queensland Health.
Honig, Sterling A. (2000). Psychosexual Development in Infants and Young Children.
Klesges RC., Stein RJ., Eck RJ., Isbell TR., Klesges LM.(1991). Parental influence on
food selection in young children and its relationships to childhood obesity.
American Journal of Clinical Nutrition.
http://e-journal.uajy.ac.id/828/3/2TA12160.pdf. Diakses pada tanggal 17 Desember 2015
pukul 9.32 wib
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ekapujihas-5541-3-babii.pdf.
Diakses pada tanggal 17 Desember 2015 pukul 15.02 wib
jtptunimus-gdl-muksing2a2-5767-2-babii.pdf. Diakses pada tanggal 17 Desember 2015
pukul 15.03 wib
28