Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN OBSERVASI

PENGELOLAAN LABORATORIUM

OLEH:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO

2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sistem pendidikan sekarang, peserta didik dipacu dan dilatih untuk mengembangkan
ketrampilan ilmiah seperti mencari, mengumpulkan, mengamati, bereksperimen, dan
menyimpulkan data yang telah ada. Salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan adalah
laboratorium.
Laboratorium merupakan salah satu infrastruktur di sekolah dan Perguruan Tinggi yang
mendukung kegiatan belajar mengajar dan perkuliahan, seperti bidang ilmu bahasa dan ilmu
pengetahuan alam (fisika, biologi, dan kimia) di sekolah dan dalam bidang sains di Perguruan
Tinggi. Dengan adanya laboratorium kita bisa melakukan pembuktian antara teori yang didapatkan
dengan realita yang sebenarnya.
Banyak fungsi dan manfaat yang dapat diambil dari penggunaan laboratorium. Oleh karena itu
untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium perlu dikelola secara baik untuk kelancaran proses
belajar melajar mengajar dan perkuliahan.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
Apa yang dimaksud dengan Laboratorium serta Fungsi dan Manfaat Laboratorium?
Bagaimana cara mengelola Laboratorium?
Bagaimana cara mengelola dan menggunakan alat laboratorium?
Bagaimana Teknik Standarisasi?
Bagaimana cara mengenal Bahan dan membuat Larutan Standar?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
Untuk menjelaskan pengertian Laboratorium serta Fungsi dan Manfaat Laboratorium
Untuk menjelaskan cara mengelola Laboratorium
Untuk menjelaskan cara mengelola dan menggunakan alat laboratorium
Untuk menjelaskan Teknik Standarisasi

Untuk menjelaskan cara mengenal Bahan dan membuat Larutan Standar.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian, Fungsi dan Manfaat Laboratorium
a. Pengertian Laboratorium
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun
pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya
kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim, 2007).
Sementara menurut Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan
percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi
atau bidang ilmu lain.
Pengertian lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana dilakukan
kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup,
kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain. Berdasarkan definisi tersebut,
laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan
yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan
suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.
Fungsi Laboratorium
Fungsi laboratorium yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai metode pengamatan dan
metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau sebagai wadah dalam proses belajar
mengajar.
Menurut Soejitno (1983) secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut:
Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga antara teori dan
praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah. Keduanya saling kaji-mengkaji dan saling
mencari dasar.
Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa/siswa.
Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari sesuatu
obyek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.

Menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia untuk mencari dan
menemukan kebenaran.
Memupuk rasa ingin tahu mahasiswa/siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang calon ilmuwan.
c. Manfaat Laboratorium
Dalam proses belajar mengajar kegiatan laboratorium atau praktikum juga memiliki peran penting
yang bermanfaat dalam mencapai 3 tujuan pembelajaran, antara lain:
Keterampilan kognitif, misalnya:
Melatih agar teori dapat dimengerti.
Agar teori dapat diterapkan pada keadaan problem nyata.
Keterampilan afektif, misalnya:
Belajar bekerja sama.
Belajar menghargai bidangnya.
Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri.
Keterampilan psikomotorik, misalnya:
Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan.
Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu.
Pengelolaan Laboratorium
a. Pengertian, Kedudukan dan Fungsi
Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan
keberlanjutan fungsi sumber daya.
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan,
peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di
laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium
merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang
yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan
mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar
laboratorium selalu tetap berfungsi

sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk
selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan
penangannya bila terjadi kecelakaan.
b. Penanganan dan Penataan Laboratorium
1. Penanganan Laboratorium
Penanganan laboratorium secara umum adalah sebagai berikut:
Mencampur zat-zat kimia
Jangan campur zat kimia tanpa mengetahui sipat reaksinya. Jika tidak tahu tanyakan pada
orang yang mengetahuinya.
Zat-zat baru atau kurang diketahui
Berkonsultasilah bagi keamanan laboratorium sebelum menggunakan zat-zat kimia baru atau
yang kurang diketahui. Harus dicheck secara teratur semua zat-zat kimia yang digunakan,
karena mungkin menimbulkan resiko.
Membuang material-material yang berbahaya
Sebelum membuang material-material yang berbahaya harus diketahui resiko yang mungkin
terjadi. Karena itu pastikan bahwa cara membuangnya tidak menimbulkan bahaya. Jika tidak
tahu tanyakan pada orang yang mengetahuinya. Demikian juga terhadap air buangan dari
Laboratorium. Apakah ada bak penampung khusus atau dibuang begitu saja. Sebaiknya harus
ada bak penampung khusus, karena disitu telah banyak tercemar dengan bahan-bahan kimia
yang berbahaya. Bak ini juga harus ditreatment, agar dapat dinetralisasi.
Tumpahan
Tumpahan asam diencerkan dahulu dengan air dan dinetralkan dengan CaC03 atau soda ash,
dan untuk basa dengan air dan dinetraliser dengan asam encer. Setelahnya dipel, dan pastikan
kain-kain yang digunakan bebas dari asam atau alkali. Tumbahan minyak, harus ditaburi
dengan pasir, kemudian disapu dan dimasukkan dalam tong yang terbuat dari logam dan
ditutup rapat.

2. Penataan Laboratorium
Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan di
laboratorium, sehingga laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan untuk
beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang sangat luas,
yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu laboratorium yang layak operasi diperlukan
penempatan perlatan yang tersusun yang rapi berdasar kepada proses dan langkah-langkah
penggunaan/aktivitas dalam laboratorium yang diharapkan, begitu pula dengan daerah
kerja harus memiliki luas yang memungkinkan pengguna/pekerja/operator dapat bergerak
bebas, aman dan nyaman, di samping lalu lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai
ke tempat kerja dengan mudah dan lancar.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak peralatan dan perabotan
laboratorium adalah:
mudah dilihat
mudah dijangkau
aman untuk alat
aman untuk pemakai c. Administrasi Laboratorium

Administrasi merupakan suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan aktifitas
laboratorium, supaya semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat terorganisir dengan
sistematis. Komponen laboratorium yang perlu dilakukan administrasi meliputi:
Bangunan/Ruangan laboratorium
Fasilitas umum laboratorium
Peralatan dan bahan
Ketenagaan laboratorium
Kegiatan laboratorium
Adapun administrasi alat praktek IPA menurut sukarso (2005), terdiri dari beberapa bagian
antara lain :

Kartu stok adalah untuk mengetahui jumlah alat/bahan yang tersedia di laboratorium dan
tempat penyimpanannya
Buku inventaris, memuat catatan tentang jumlah semua macam barang yang ada di
laboratorium termasuk perabot laboratorium
Daftar alat/bahan sesuai LKS
Buku harian kegiatan laboratorium berguna untuk merekam semua kejadian dalam
kegiatan laboratorium
Label, memuat kode alat, nama alat dan jumlah alat dan keterangan mengenai kondisi alat
tersebut
Format permintaan alat/bahan, biasanya diisi oleh guru bila akan melaksanakan kegiatan
laboratorium dan diberikan kepada laboran sebelum kegiatan dilakukan
Jadwal kegiatan laboratorium. d. Struktur Organisasi Laboratorium
Di Sekolah Menengah, pengelola laboratorium bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.
Selain pengelola laboratorium biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium. Tugas
teknisi laboratorium membantu penyiapan bahan-bahan / alat-alat praktikum, pengecekan
secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan.
Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Struktur organisasi
laboratorium IPA SMA
Kepala Sekolah
Memberi tugas kepada penangung jawab laboratorium IPA, penanggung jawab mata
pelajaran (fisika, kimia, dan biologi), dan laboran.
Memberikan bimbingan, motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada petugas-petugas
laboratorium IPA.
Memberikan motivasi kepada guru-guru IPA dalam hal kegiatan laboratorium IPA.
Menyediakan dana keperluan operasional laboratorium.
Wakasek Kurikulum
Membantu tugas kepala sekolah terkait kegiatan pembelajaran/praktikum di
laboratorium.

Wakasek Sarana dan Prasarana


Membantu tugas kepala sekolah dalam pengadaan dan pengelolaan sarana dan prasarana
laboratorium.
Penanggung Jawab Laboratorium
Mengkoordinir tenaga laboratorium dibawahnya (koordinator laboratorium dan guru-guru
IPA) dalam penggunaan laboratorium.
Mengusulkan dana untuk pengadaan alat dan bahan praktikum.
Mengatur penjadwalan penggunaan laboratorium.
Bertanggung jawab atas kelancaran semua kegiatan laboratorium.
Bertanggung jawab atas penyelidikan, pemeliharaan dan optimalisasi laboratorium.
Menyusun tata tertib laboratorium, program kerja laboratorium, dan jadwal pelaksanaan
kegiatan praktikum.
Mengusulkan peningkatan sumber daya manusia di laboratorium pada kepala sekolah.
Teknisi Laboratorium
Membantu tugas-tugas penangung jawab laboratorium.
Mengecek kelengkapan dan fungsi alat dan bahan lab serta mengawasi pengelolaan
laboratorium.
Bertanggung jawab atas perbaikan alat-alat yang rusak atau tidak berfungsi.
Melatih guru-guru IPA tentang alat-alat yang belum diketahui penggunaannya oleh guruguru tersebut.
Membantu penyiapan bahan-bahan atau alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik,
kalibrasi serta pemeliharan alat dan bahan.
Koordinator Laboratorium
Mengkoordinir guru mata pelajaran (fisika, kimia, biologi) dalam penggunaan
laboratorium.
b.Mengusulkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk pengadaan alat/bahan
praktikum.
Bertanggung jawab tentang kebersihan, penyimpanan, perawatan, dan perbaikan alat.

d.Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium.

Inventarisasi dan pengadministrasian peminjaman alat-alat laboratorium.


Menyusun laporan pelaksanaan kegiaan laboratorium.
Guru Mata Pelajaran
Merencanakan dan mengatur pelaksanaan praktikum secara teratur sesuai bidangnya
(fisika, kimia atau biologi).
Membimbing kegiatan praktikum.
Memantau dan mengevaluasi kegiatan praktikum
Struktur Organisasi Laboratorium Ipa Sekolah Menengah Atas
(SMA)
Kepala

Wakasek
Wakasek
Kurikum
Sarana & Prasarana

Penanggung Jawab Laboratorium

Teknisi

Koordinator

Koordinator
Koordinator
Lab. Biologi
Lab. Fisika
Lab. Kimia

Guru Biologi
Guru Fisika
Guru Kimia

Laboran
Laboran
Laboran

Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi

e. Standar Design Laboratorium


Pemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan laboratorium.
Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada seorang arsitektur
bangunan. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas. Banyak faktor yang
harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain
lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang. Persyaratan lokasi pembangunan
laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin yang menuju bangunan lain atau
pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya.
Bangunan laboratorium tidak berdekatan atau dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan
laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan lainnya. Lokasi laboratorium harus mudah
dijangkau untuk pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya misalnya apabila terjadi
kebakaran, mobil kebakaran harus dapat menjangkau bangunan laboratorium. Selain
persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan laboratorium untuk
pembelajaran sain umumnya terdiri dari ruang utama dan ruang-ruang pelengkap. Ruang
utama adalah ruangan tempat para siswa atau mahasiswa melakukan praktikum. Ruang
pelengkap umumnya terdiri dari ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan
digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai praktikum atau
percobaan baik untuk siswa maupun untuk guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama
digunakan untuk menyimpan bahan-bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat
yang penggunaannya tidak setiap saat (jarang). Selain ruangan-ruangan tersebut, mungkin juga
sebuah laboratorium memiliki ruang gelap (dark room), ruangan spesimen, ruangan khusus
untuk penyimpanan bahan-bahan kimia dan ruang adminitrasi / staf . Hal ini didasarkan atas
pertimbangan keamanan berbagai peralatan laboratorium dan kenyamanan para pengguna
laboratorium. Penyimpanan alat-alat di dalam gudang tidak boleh disatukan dengan bahan
kimia. Demikian pula penyimpanan alat-alat gelas tidak boleh disatukan dengan alat-alat yang
terbuat dari logam.
Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruang persiapan dan ruang penyimpanan.
Contoh apabila luas lantai untuk sebuah bangunan laboratorium 100m2, 70
80 m2 diguanakan untuk ruang utama tempat praktikum. Ruang penyimpanan harus dapat
ditempati lemari yang akan digunakan untuk menyimpan alat-alat atau bahan.

Demikian juga ruang persiapan, harus dapat ditempati meja dan alat-alat untuk keperluan
penyiapan bahan-bahan atau alat-alat untuk percobaan. Contoh tata letak ruangan-ruangan
laboratorium beserta ukurannya dapat dilihat pada gambar berikut:

Contoh Design Standar Laboratorium


2.3 Pengelolaan dan Penggunaan Alat
Pengelolaan dan penggunaan peralatan Lab adalah merupakan hal yang harus diketahui
dengan pasti oleh setiap petugas Lab yang akan mengoperasikan alat tersebut. Setiap alat yang
akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi :
o

Siap untuk dipakai (Ready for use)

Bersih

Terkalibrasi

Tidak rusak

Beroperasi dengan baik

Peralatan yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk (manual-operation), mana
tahu sesewaktu ada kerusakan kecil/atau kerusakan besar, maka buku manual ini akan dapat

dimanfaatkan oleh technician/technisi lab. Technisi Lab yang ada harus senantiasa berada di
tempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan kemungkinan alat tidak beroperasi dengan baik
dapat terjadi. Bagi petugas Lab maupun tenaga skill yang ada. Dengan adanya Manajemen
Laboratorium yang baik akan tercipta pekerjaan yang mantap.
Beberapa peralatan Lab yang dimiliki kiranya dapat disusun secara teratur pada suatu tempat
tertentu/rak atau pada pelataran (bench) yang disediakan. Peralatan berfungsi untuk melakukan
suatu kegiatan pekerjaan, penelitian atau studi tertentu yang menghendaki adanya bantuan
peralatan. Karenanya alat-alat ini harus stand-by, sewaktu-waktu dapat dipakai segera. Untuk itu
alat-alat Lab harus dalam keadaan yang baik. Alat-alat ini disusun secara teratur, sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Kelompokkanlah alat-alat ini dalam kelompok yang aman dan
terkendali. Setelah habis dipakai kembali dibersihkan dan disusun seperti semula.
Semua alat-alat ini sebaiknya diberi cover/penutup (misal plastik transparant), terutama bag! alatalat yang memang memerlukannya. Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat berdebu, kotor
dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan.
Teknik Standarisasi
Standarisasi Larutan
Cara menstandarkan larutan baku sekunder adalah sebagai berikut.
Siapkan alat-alat untuk melakukan titrasi( Erlenmeyer, gelas kimia kecil, kaca arloji, corong
pendek, pipet gondok, buret, statip, klem buret, alas yang berwarna putih, tabung reaksi, kertas
isap, larutan indikator, larutan baku primer, dan larutan baku sekunder).
Bilas alat-alat ukur (alat untuk mengukur volume larutan)dengan larutan yang akan digunakan.
Misalnya Buret dibilas dengan larutan baku sekunder, pipet gondok dengan larutan baku primer.
Selain itu lakukan juga pembilasan ini untuk alat-alat bantu yang berhubungan dengan alat ukur
tersebut, misalnya corong pendek dan gelas kimia kecil berhubungan dengan buret jadi harus
dibilas dengan larutan sekunder, sedangkan tabung reaksi berhubungan dengan pipet gondok jadi
harus dibilas dengan larutan baku primer.
Isi buret dengan larutan baku sekunder(NaOH) yang akan ditentukan konsentrasinya. (perhatikan
buret dicapit dengan klem buret dan disimpan tegak pada statif harus benar-benar tegak). Cara
mengisi buret adalah tuangkan larutan baku sekunder dari gelas kimia

ke dalam buret melalui corong pendek sampai sedikit di atas batas tertentu. Buka kran buret
dan biarkan cairan mengalir beberapa saat sampai bagian bawah buret(bagian kran) terisi
penuh. (perhatikan bahwa semua bagian bawah dari ukuran buret harus terisi penuh).
Keringkan bagian atas buret kemudian tanda bataskan buret pada volume tertentu misalnya 0
3
cm
3

Pipet sejumlah volume tertentu dari larutan baku primer misalnya 25 cm asam oksalat 0,1 M
dengan cara menyedot larutan baku ini menggunakan pipet gondok. Perhatikan cara memipet
larutan ini yaitu ibu jari dan jari tengah memegang pipet, sedangkan jari telunjuk dapat
bergerak bebas. Masukkan pipet pada larutan baku primer dan sedot larutan ini sampai
melewati tanda batas. Angkat pipet dengan cara ujung pipet ditutup oleh jari telunjuk dan
keringkan bagian luar pipet dengan kertas isap. Tanda bataskan larutan dalam pipet dengan
cara membuka ujung pipet yang ditutup telunjuk secara perlahan-lahan. Setelah larutan berada
pada tanda batas, ujung pipet ditutup kembali dengan telunjuk dan pipet diangkat, lalu
dipindahkan ke Erlenmeyer.Tuangkan isi dari pipet tadi ke Erlenmeyer dengan cara pipet
berdiri tegak lurus dan erlenmeyer pada posisi miring dengan sudut kemiringan 45 . Tunggu
sampai cairan semua berpindah dan biarkan pipet berada pada posisi seperti semula selama 30
detik(perhatikan jangan sekali-kali meniup pipet). Angkat pipet dan disimpan dalam tabung
reaksi. Bilas pinggiran Erlenmeyer dengan menggunakan botol semprot, lalu teteskan 3 tetes
larutan indikator(larutan fenolftalein).
Lakukan titrasi dengan cara meletakkan Erlenmeyer di bawah buret, jangan lupa alas untuk
titrasi harus putih. Kran buret dipegang dengan tangan kiri dan Erlenmeyer dipegang tangan
kanan. Buka kran buret dan teteskan larutan baku sekunder, ke dalam Erlenmeyer yang berisi
larutan baku primer, sambil Erlenmeyer ini digoyangkan berlawanan arah jarum jam. Amati
terus penambahan larutan ini(jangan palingkan mata Anda dari paduan alat yang sedang Anda
pegang dan jangan hentikan goyangan pada Erlenmeyer), sampai terjadi perubahan warna dari
indikator dan tutup kran dengan segera. Baca volume larutan baku sekunder pada buret. Dan
3
catat pada bukuMisalnya 24,5cm
Tuliskan data-data ini dalam tabel pengamatan dan berdasarkan data-data yang telah dilakukan
tentukan konsentrasi larutan baku sekunder.

Pengenalan Bahan dan Pembuatan Larutan Standar


Pengenalan Bahan
Untuk mengenali bahan-bahan kimia, dapat dilihat dari sifatnya yaitu:
Bahan kimia mudah terbakar.
Pelarut dan pereaksi
Bahan anorganik seperti
Gas
Bahan kimia pengoksidasi.
suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang
dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.
Bahan kimia mudah meledak.
suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga
menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Bahan radioaktif.
bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis
lebih besar dari 0,002 microcurie/gram. Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih
golongan di atas karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat
Bahan korosif dan penyebab korosi.
bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan
jaringan tubuh atau bahan lain. Menyebabkan cacat permanen pada jaringan tubuh yang terkena
bahan korosif. Bahan yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang dapat menyebabkan imflamasi
pada kulit.
Bahan beracun (toksik)
bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan
kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat
kulit.

b) Pembuatan Larutan Baku (Larutan Standar)


Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku
biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai
alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya,
diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat
melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi
larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana,
setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume
tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer :
Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat
celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat
terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial.)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat
tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung. b.
Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan

pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.


Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan
yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan
suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain, yang berfungsi
sebagai wadah dalam proses pembelajaran. Tujuan dari laboratorium sendiri yaitu keterampilan
kognitif, keterampilan afektif, dan keterampilan psikomotorik.
Pada dasarnya pengelola laboratorium merupakan tanggung jawab bersama milik pengelola
maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan
merasa terpanggil untuk mengatur memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Pengelolaan
dan penggunaan peralatan Lab merupakan hal yang harus diketahui dengan pasti oleh setiap
petugas Lab yang akan mengoperasikan alat tersebut. Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus
benar-benar dalam kondisi siap untuk dipakai(Ready for use), bersih, berkalibrasi, tidak rusak,
beroperasi dengan baik.
Di dalam laboratorium terdapat bahan-bahan kimia, dan untuk mengenalinya kita dapat melihat
dari sifat-sifatnya yaitu bahan kimia yang mudah terbakar, bahan kimia pengoksidasi, bahan kimia
mudah meledak, bahan radioaktif, bahan korosif dan penyebab korosii, dan bahan beracun(toksik).
Jika kita memperhatikan dengan baik sifat-sifat dari bahan-bahan tersebut maka kecelakaan saat
melakukan praktikum dapat diminimalisir.
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku
biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai
alat ukur volume larutan baku.
B. Saran
Sebagai pengelola dan pengguna laboratorium, kita wajib menjaga dan merawat laboratorium itu
sendiri agar semua kegiatan di dalam laboratorium dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai