Anda di halaman 1dari 30

Konsep Dasar Administrasi Pendidikan

A. Pengertian Administrasi Pendidikan


Sebelum menguraikan apakah administrasi pendidikan itu, ada baiknya kita mengetahui terlebih
dahulu apakah yang dimaksud dengan administrasi.
Kata administrasi berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata ad dan ministrare. Kata ad
mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa inggris, yang berarti ke atau
kepada. Dan ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti
melayani, membantu, atau mengarahkan. Dalam bahasa inggris to administer berarti pula
mengatur, memelihara (to look after), dan mengarahkan.
Jadi, kata administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu,
melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan.
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu,
baik personel, spiritual maupun material, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan
pendidikan. Jadi, di dalam proses administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang
terlibat di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan, diorganisasi dan
dikoordinasi secara efektif, dan semua materi yang diperlukan d
Administrasi pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang
pendidikan yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan,
pengkoordinasian, pengawasan dan pembiayaan, dengan menggunakan atau memanfaatkan
fasilitas yang tersedia, baik personel, materiil, maupun spiritual, untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Atau secara lebih singkat dapat juga dikatakan : administrasi pendidikan ialah pembinaan,
pengawasan, dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan-urusan
sekolah.
Jadi, administrasi pendidikan itu mencakup kegiatan-kegiatan yang luas, yang meliputi antara
lain kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan sebagainya, yang
menyangkut bidang-bidang materil, personel dan spiritual dalam bidang pendidikan pada
umumnya, dan khususnya pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.
B. Tujuan dan Manfaat Administrasi Pendidikan
Tujuan administrasi pendidikan tidak lain adalah agar semua kegiatan itu mendukung
tercapainya tujuan pendidikan atau dengan kata lain administrasi digunakan di dalam dunia
pendidikan adalah agar tujuan pendidikan tercapai.
Seperti yang diutarakan Sergiovanni dan Carver (1975), ada empat tujuan administrasi, yaitu :
efektivitas produksi, efisiensi, kemampuan menyesuaikan diri (adaptiveness), dan kepuasan
kerja. Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai criteria untuk menentukan keberhasilan
suatu penyelenggaraan sekolah.
Tujuan administrasi pendidikan di sekolah adalah mempersiapkan situasi di sekolah, agar
pendidikan dan pengajaran berlangsung baik, sehingga tercapai tujuan khusus sekolah tersebut
yaitu :
1. Supaya anak-anak tamatan suatu sekolah memiliki pengetahuan dan pengertian dasar,

mengenai hak dan kewajiban sebagai manusia pancasila sesuai dengan ketetapan MPRS
No. IV / 1973 dan berbuat selaras dengan pengertian itu.
2. Supaya anak-anak tamatan suatu sekolah memiliki salah satu keterampilan atau
kecakapan khusus, yang merupakan bekal untuk hidupnya dalam masyarakat.
3. Supaya anak-anak tamatan suatu sekolah memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan yang
kokoh serta keterampilan untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah yang lebih tinggi.
Secara singkat, administrasi pendidikan di sekolah brtujuan menciptakan situasi yang
memungkinkan anak mempunyai pengetahuan dasar yang kuat untuk melanjutkan pelajaran,
mempunyai suatu kecakapan dan keterampilan khusus untuk dapat hidup sendiri dan dalam
masyarakat, serta mempunyai sikap hidup sebagai manusia pancasila dengan pengabdian untuk
pembangunan masyarakat pancasila Indonesia.
C. Fungsi Administrasi Pendidikan
Fungsi umum administrasi yang oleh Henri Fayol dikatakan berlaku bagi setiap organisasi. Lima
fungsi administrasi yang dikemukakannya (1916) adalah: planning, organization, comamd,
coordination dan control. Kelima fungsi ini kemudian diulang, direvisi dan disempurnakan oleh
ahli-ahli lain dengan mengidentifikasikan elemen-elemen dalam proses administrasi. Akhirnya
pada 1950, Sears menyangkal klasifikasi Fayol tersebut, dan Fowlkee pada 1951 mengenal
bahwa administrasi pendidikan merupakan sesuatu yang sifatnya kompleks dan tentu
mengandung unsure: perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Sebagai penyimpul adalah Gregg,
ahli ini menyarankan dilakukannya analisis terhadap proses administrasi.
Adapun proses administrasi pendidikan itu meliputi fungsi-fungsi sebagai berikut :
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk
dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian (Organizing)
Kerja sama sekelompok manusia yang terlibat dalam kegiatan ini disebut sebagai
pengorganisasian.
Dengan demikian maka pada tahap perencanaan telah terwujud adanya bagian-bagian atau unitunit, yang secara keseluruhan membentuk satu berjenjang, yang dikenal dengan nama struktur
organisasi. Gambarnya disebut organigram.
Penunjukkan Personal (Staffing)
Staffing adalah pengisian sesuatu bidang atau unit dengan personal yang akan melaksanakan
tugas kegiatannya.
Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah suatu usaha untuk memberikan penjelasan, petunjuk serta pertimbangan dan
bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara structural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
Pengkoordinasian (Coordinating)
Pengkoordinasian adalah suatu usaha untuk memadu, menyatukan, menserasikan,
mengintegrasikan semua kegiatan yang ada dalam suatu organisasi agar pencapaian tujuan
bersama dapat berjalan dengan serasi dan seimbang.
Pelaporan (Reporting)
Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh bawahan untuk menyampaikan hal-hal

yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu.
Pembiayaan (Budgeting)
Pembiayaan adalah semua urusan yang berkaitan dengan masalah dana
Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
Bidang-bidang yang tercakup dalam administrasi pendidikan adalah sangat banyak dan luas.
Yetapi yang sangat penting dan perlu diketahui oleh para kepala sekolah dan guru-guru pada
umumnya ialah sebagai berikut:
Bidang tata usaha sekolah, ini meliputi:
1) Organisasi dan struktur pegawai tata usaha
2) Anggaran belanja keuangan sekolah.
3) Masalah kepegawaian dan personalia sekolah.
4) Keuangan dan pembukuannya
5) Korespondensi / surat menyurat
6) Masalah pengangkatan, pemindahan, penempatan, laporan, pengisian buku induk, raport
dan sebagainya
Bidang personalia murid, yang meliputi antara lain:
1) Organisasi murid
2) Masalah kesehatan murid
3) Masalah kesejahteraan murid
4) Evaluasi kemajuan murid
5) Bimbingan dan penyuluhan bagi murid
Bidang personalia guru, meliputi antara lain:
1) Pengangkatan dan penempatan tenaga guru
2) Organisasi personel guru
3) Masalah kepaegawaian
4) Masalah kondite dan evaluasi kemajuan guru
5) Refreshing dan up-grading guru-guru
Bidang pengawasan (supervisi), yang meliputi anatara lain:
1) Usaha membangkitkan semangat guru-guru dan pegawai tata usaha dalam menjalankan
tugasnya masing-masing sebaik-baiknya.
2) Mengusahakan dan mengembangkan kerjasama yang baik antara guru, murid dan pegawai
tata usaha sekolah.
3) Mengusahakan dan membuat pedoman cara-cara menilai hasil-hasil pendidikan dan
pengajaran.
4) Usaha mempertinggi mutu dan pengalaman guru-guru pada umumnya.
Bidang pelaksanaan dan pembinaan kurikulum:
1) Berpedoman dan mengetrapkan apa yang tercantum dalam kuriulum sekolah yang
bersangkutan, dalam usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran.
2) Melaksanakan organisasi kurikulum beserta metode-metodenya, disesuaikan dengan
pembaruan pandidikan dan lingkungan masyarakat.
Prinsip-prinsip Administrasi
Administrasi sebagai sebuah sistem dan mekanika, harus memenuhi syarat-syarat atau prinsipprinsip. Prinsip-prinsip administrasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Adanya kegiatan kerjasama yang dilakukan sekelompok manusia.
2) Adanya penataan atau pengaturan dalam kerjasama.

3) Adanya sumber daya (manusia dan non manusia) untuk ditata.


4) Adanya tujuan yang akan dicapai dari kegiatan bersama
Keempat prinsip diatas harus ada dalam administrasi. Apabila salah satu hilang, tidak dapat
dikatakan lagi sebagai administrasi.
Tujuan Administrasi
Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa tujuan administrasi adalah untuk menyelenggarakan
dan mendayagunakan segala tenaga sarana dan dana secara optimal, teratur, relevan, efektif dan
efisien agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Maka seharusnya sebuah organisasi memiliki tujuan yang terarah ini dan mengaplikasikannya
dalam seluruh kegiatan agenda organisasi karena akan memberi hasil yang memuaskan

Pengertian Dasar-Dasar, Tujuan dan Administrasi Pendidikan


Ditulis pada 3 June 2010
Pengertian Administrasi Pendidikan
Untuk dapat memahami administrasi pendidikan secara keseluruhan, maka perlu terlebih dahulu
membahas titik awal pengertian administrasi. Secara sederhana administrasi ini berasal dari kata
latin ad dan ministro. Ad mempunyai arti kepada dan ministro berarti melayani. Secara
bebas diartikan bahwa administrasi itu merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subjek
tertentu. Kini administrasi ini mempunyai pengertian atau konotasi yang luas. Secara garis
besarnya pengertian itu antara lain:
1) Mempunyai pengertian sama dengan manajemen
2) Menyuruh orang agar bekerja secara produktif
3) Memanfaatkan manusia material, uang metode secara terpadu
4) Mencapai suatu tujuan melalui orang lain
5) Fungsi eksekutif pemerintah
Bahkan banyak orang yang beranggapan bahwa administrasi itu sama dengan pekerjaan juru
tulis, klerk, tata usaha, yang dimaksudkan administrasi di sini tentu saja bukan pengertian yang
terakhir itu. Administrasi adalah upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan
memanfaatkan orang-orang dalam suatu pola kerja sama. Efektif dalam arti hasil yang dicapai
upaya itu sama tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisien berhubungan dengan
penggunaan sumber dana, daya dan waktu yang ekonomis. Selain manusia dan tujuan,
administrasi sangat memperdulikan keadaan sumber. Sumber adalah segala hal yang membantu
tercapainya tujuan, baik berupa tenaga, material uang ataupun waktu
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya yang menjadi perhatian
administrasi adalah tujuan, manusia sumber dan juga waktu. Maka akan menampakkan dirinya
sebagai suatu kesatuan sosial tertentu, yang sering disebut organisasi. Dan demikian dapat
disimpulkan bahwa administrasi itu adalah subsistem dari organisasi itu sendiri yang unsurunsurnya terdiri dari unsur organisasi yaitu tujuan, orang-orang, sumber dan waktu
Secara umum dapat dinyatakan bahwa organisasi itu adalah sistem kerjasama antara dua orang
atau lebih yang secara sadar dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Menurut jenisnya organisasi
itu terdiri dari tiga jenis yaitu :
@ Organisasi formal
Organisasi yang secara formal menetapkan tujuan yang akan dicapainya itu dengan tertulis

berdasarkan peraturan atau hukum yang berlaku, menetapkan pola kegiatan, dan menekan pada
koordinasi dan hierarki kewenangan
@ Organisasi sosial
Organisasi yang dibentuk berdasarkan tujuan yang tidak formal tetapi secara implisit terpaut
dengan pola kerja yang longgar dan bahkan tidak ada hierarkis kewenangan termasuk kedalam
jenis ini
@ Organisasi informal
Organisasi yang terbentuk dalam organisasi formal tetapi tidak termasuk dalam struktur atau
peraturan yang tertulis.
Dasar dan Prinsip Administrasi Pendidikan
Dalam kamus bahasa Indonesia (Poerwadarminta). Pengertian dasar semua dengan asas, yang
berarti suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir atau pendapat.
Administrasi akan berhasil baik bila memiliki dasar-dasar yang tepat. dasar diartikan sebagai
suatu kebenaran fundamental yang menjadi landasan dan pedoman bertindak dalam kehidupan
masyarakat.
Berikut ini merupakan dasar yang perlu diperhatikan agar administrator dapat dicapai sukses
dalam tugasnya. Beberapa dasar dalam administrasi, antara lain :
@ Prinsip efisien yaitu
Seorang administrasi akan berhasil dalam tugasnya bilamana dia efisien dalam menggunakan
semua sumber tenaga dana dan fasilitas yang ada.
@ Prinsip pengelolaan yaitu :
Administrator akan memperoleh hasil yang paling efektif dan efisien dengan cara melakukan
pekerjaan manajemen, yakni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan melakukan
pemeriksaan (pengontrolan)
@ Prinsip pengutamaan tugas dan pengelolaan
Bila diharuskan untuk memilih pekerjaan manajemen dan pekerjaan operatif dalam waktu yang
sama, seorang administrator cenderung memprioritaskan pekerjaan operatif. Namun ia sebaiknya
tidak memfokuskan perhatiannya pada pekerjaan operatif saja karena bila ia hanya
berkecimpung dalam tugas-tugasnya operatif saja, maka pekerjaan pokoknya akan terbengkalai.
Makin rendah taraf suatu organisasi, berarti semakin banyak pekerjaan operatif yang harus
dilakukan oleh administrator
@ Prinsip kepemimpinan yang efektif
Seorang administrator yang berhasil dalam tugasnya apabila ia menggunakan gaya
kepemimpinan yang efektif, yakni yang memperhatikan dimensi-dimensi hubungan antar
manusia (human relationship), dimensi pelaksanaan tugas dan dimensi situasi dan kondisi (sikon)
yang ada. Prinsip keempat ini perlu penjelasan. Administrator akan berhasil dalam
melaksanakan tugasnya apabila ia sebagai pemimpin harus memelihara hubungan baik antara
bawahannya. Di samping itu ia juga harus memperhatikan pembagian dan penyelesaian tugas
bagi setiap anggota organisasi yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Ia tidak boleh terlalu
mementingkan hubungan baik dengan anggotanya sehingga mengorbankan penyelesaian tugas
secara baik dan tepat waktu. Dengan demikian, gaya kepemimpinan yang tepat adalah
memperhitungkan taraf kematangan anggota organisasi dengan situasi yang ada, bila telah
terbina hubungan dengan baik, tetapi kesadaran untuk bekerja dari para anggota belum
memadai, maka pemimpin harus berusaha menciptakan kesadaran kepada bawahannya untuk

menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin.


@ Prinsip kerjasama
Administrator dikatakan berhasil dalam melakukan tugasnya bila ia mampu mengembangkan
kerjasama antara seluruh anggota organisasi baik secara horizontal maupun vertikal.
Pelaksanaan kerja, bertujuan untuk mencapai efisiensi dalam menggunakan dana, tenaga, waktu
serta adanya semangat untuk bekerja pada seluruh anggota organisasi. Dengan usaha berbagai
sumber kerja yaitu, pikiran, tenaga, waktu dana yang tersedia.
Ada dua asas yang merupakan landasan kerja kegiatan administrasi pendidikan di sekolah yaitu :
@ Asas adil
Pelaksanaan administrasi pada suatu negara bergantung pada sistem pendidikan yang dianut oleh
negara tersebut
@ Asas operasional / Prinsip
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
disebutkan bahwa sistem pendidikan sekolah di Indonesia mengalami pembaharuan yang
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
Bentuk pembaharuan sistem pendidikan sekolah dicantumkan dalam bentuk kurikulum 1975.
yang merupakan landasan operasional dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia.
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam kurikulum 1975 yaitu:
1. Prinsip fleksibilitas
2. Prinsip efisien dan efektifitas
3. Prinsip berorientasi pada tujuan
4. Prinsip kontinuitas
5. Prinsip pendidikan seumur hidup
Tujuan Administrasi Pendidikan
Tujuan administrasi pendidikan pada umumnya adalah agar semua kegiatan mendukung
tercapainya tujuan pendidikan atau dengan kata lain administrasi yang digunakan dalam dunia
pendidikan diusahakan untuk mencapai tujuan sederhana. Sergiovanni dan Carver (1975)
menyebut empat tujuan administrasi yaitu :
1. Efektifitas produksi
2. Efisiensi
3. Kemampuan menyesuaikan diri (adaptivenes)
4. Kepuasan kerja
Tujuan administrasi pendidikan ini adalah menunjang tercapainya tujuan pendidikan. tujuan
institusional pendidikan untuk semua tingkat dan jenis sekolah telah dibakukan oleh pemerintah
dalam kurikulum 1975. tujuan institusional dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus.
Di mana tujuan umum itu dibentuk pertanyaan yang lebih mencakup hal yang luas sedang tujuan
khusus dibentuk pertanyaan yang diajukan sudah dijabarkan secara khusus yang ditinjau dari tiga
bidang pengembangan tingkah laku manusia melalui pendidikan, yaitu bidang pengetahuan,
bidang keterampilan, dan bidang nilai dan sikap.
Bahwa tujuan administrasi adalah tidak lain agar semua kegiatan itu mendukung tercapainya
tujuan pendidikan atau dengan kata lain administrasi digunakan di dalam dunia pendidikan agar
pendidikan muda tercapai. Dan administrasi pendidikan semakin lama dirasakan semakin rumit
karena pendidikan juga menyangkut masyarakat atau orang tua murid yang terlibat langsung di
dalam dunia pendidikan, apabila administrasi pendidikan semakin baik, bahwa kita harus yakin
bahwa tujuan pendidikan itu akan tercapai dengan baik, seperti yang diutarakan Sergiovani. Dan

Carver (1975), ada 4 tujuan administrasi yaitu


- Efektivitas produksi
- Efisien
- Kemampuan menyesuiakan diri (adaptiveness)
- Kepuasan kerja
Fungsi Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan merupakan tindakan mengoordinasikan perilaku manusia dalam
pendidikan untuk menata sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya. Sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai secara produktif. Ada tiga pola pandang tentang sekolah yang
produktif, yakni administrator, psikolog dan ekonomi
berikut ini merupakan dasar yang perlu diperhatikan agar administrator dapat mencapai
sukses dalam tugasnya. Beberapa dasar dalam administrasi antara lain :
1. Prinsip Efisiensi
Administrator akan berhasil dalam tugasnya bila dia menggunakan semua sumber, tenaga, dana,
dan fasilitas yang ada secara efisien
. Prinsip Pengelolaan
Administrator akan memperoleh hasil yang paling efektif dan efisien dengan cara melakukan
pekerjaan manejemen, yakni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan melakukan
pemeriksaan (pengontrolan).
3. Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan
Bila diharuskan untuk memilih pekerjaan manajemen dan pekerjaan operatif dalam waktu yang
sama, seorang administrator cenderung memprioritaskan pekerjaan operatif. Namun ia sebaiknya
tidak memfokuskan perhatiannya pada pekerjaan operatif saja karena bila ia hanya
berkecimpung dalam tugas-tugas operatif saja, maka pekerjaan pokoknya akan terbengkalai.
4. Prinsip Kepemimpinan yang Efektif
Seorang administrator akan berhasil dalam tugasnya apabila ia memiliki gaya kepemimimpinan
yang efektif, yakni memperhatikan hubungan antar manusia (human relationship), Pelaksanaan
tugas serta memperhatikan situasi dan kondisi (sikon) yang ada.
Adapun tentang gaya kepemiminan yang efektif adalah mampu memelihara hubungan baik
dengan bawahannya. Di samping itu ia juga harus memperhatikan pembagian dan penyelesaian
tugas bagi setiap anggota organisasi yang sesuai dengan jenis pekerjaanya.
5. Prinsip Kerjasama
Administrator dikatakan berhasil dalam melakukan tugasnya bila ia mampu mengembangkan
kerjasma antara seluruh anggota baik secara horizontal maupun secara vertikal.
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam kurikulum 1975 sebagai landasan
operasional kegiatan administrasi di sekolah adalah berikut ini:
1. Prinsip Fleksibilitas
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus memperhatikan faktor-faktor ekosistem dan
kemampuan menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan pendidikan sekolah.
2. Prinsip Efisien dan Efektivitas
Efisiensi tidak hanya dalam penggunaan waktu secara tepat, melainkan juga dalam
pendayagunaan tenaga secara optimal.
3. Prinsip berorientasi pada Tujuan

Semua kegiatan pendidikan harus beriorientasi untuk mencapai tujuan. Administrasi pendidikan
di sekolah merupakan komponen dalam sistem pendidikan maka untuk menjamin tercapainya
tujuan tersebut, tujuan operasional yang sudah dirumuskan harus menjadi sandaran orientasi bagi
pelaksanaan kegiatan administrasi pendidikan di sekolah.
4. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas ini merupakan landasan operasional dalam melaksanakan kegiatan
administrasi di sekolah. Karena itu, dalam tiap jenjang pendidikan harus memiliki hirarki yang
saling berhubungan.
5. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup
Setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalu berkembang. Karena itu masyarakat ataupun
pemerintah diharapkan dapat menciptakan situasi yang dapat mendukung dalam proses belajar
mengajar. Dalam pelaksanaan administrasi pendidikan, prinsip tersebut perlu digunakan sebagai
landasan operasional.
Prinsip merupakan sesuatu yang di buat sebagai pegangan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Diantara prinsip-prinsip administrasi pendidikan antara lain :
1. Adanya sumber daya manusia (SDM) atau sekelompokmanusia (sedikitnya dua orang)
untuk ditata
2. Adanya tiugas/fungsi yang harus dilaksanakn maksudnya ada sebuah kerjasama dari
sekelompok orang
3. Adanya penataan/pengaturan dari kerjasama tersebut
4. Adanya non manusia seperti peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dan yang harus
ditata
5. Adanya tujuan yang hendak di capai bersama dari kerjasama tersebut.(Purwanto:2007

3. Kekuasaan, Kewenangan dan Legitimasi


BAB I
PENDAHULUAN
Wewenang dan legitimasi sangat erat hubungannya dengan kekuasaan. Untuk memahami
wewenang dan legitimasi, ada baiknya kita memahami konsep kekuasaan terlebih dahulu.
Kekuasaan adalah kemampuan pelaku untuk mempengaruhi perilaku seorang pelaku lain,
sehingga perilakunya menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai
kekuasaan. Singkatnya kekuasaan merupakan cara seseorang merubah pikiran orang lain agar
bertindak sesuai dengan kehendak pelaku, tanpa menghiraukan kerelaan atau keterpaksaan orang
tersebut.
Dengan demikian berarti negara sebagi pelaku kekuasaan mempunyai kekuatan untuk
menggunakan pemaksaan baik fisik maupun non fisik terhadap warga negaranya. Untuk

membatasi kekuasaan, negara yang demikian maka dibuatlah undang-undang, dan konstitusi
suatu negara. Inti dari pelaksanaan kekuasaan ialah apabila terdapat kerelaan dari seluruh warga
negara untuk menerima perintah dan patuh.

BAB II
ISI
2.1 KEKUASAAN
2.1.1. Pengertian
Kekuasaan adalah kemampuan sesorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah
laku sesorang atau sekelompok orang lain sehingga tingkah lakunya menjadi sesuai dengan
keinginan/tujuan seseorang/kelompok orang yang mempunyai kekuasaan tersebut. (Miriam
Budiarjo)
Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat
akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakantindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. (Max Webber)
Kekuasaan adalah hasil pengaruh yang diinginkan sesorang atau sekelompok orang. Kekuasaan
merupakan konsep kuiantitaif, karena dapat dihitung hasilnya. Misalnya, berapa lias wilayah
jajajahan, berapa banyak orang yenag berhasil dipengaruhi, berapa lama berkuasa, dll. (Inu
Kencana Syafiie)
Kekuasaan Politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik
terbentuknya mapun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan penegang kekuasaan sendiri.
Kekuasaan politik merupakan bagian kekuasaan sosial yang fokusnya ditujukan kepada
pengendalian negara terhadap tingkah laku sosial masyarakat, ketaatan masyarakat, dan
mempengaruhi aktivitas negara di bidang administratif, legislatif, dan yudikatif. (MIRIAM
BUDIARJO)
2.1.2. Sumber Kuasaan
1. Legitimate Power. Kekuasaan yang berasal dari pengangkatan.
Contohnya, Camat diangkat oleh kepala daerah.Termasuk pengangkatan seorang putera mahkota
(pangeran) untuk menjadi raja.
2. Coersive Power. Kekuasaan yang berasal dari hasil kekerasan.
Contohnya, hasil kudeta, pemberontakan, pembunuhan politik, dan revolusi. Jatuhnya presiden
Marcos di Philipina oleh Corazon Aquino lewat people power. Jatuhnya kekaisaran Lousie di
Perancis, ditandai dengan penyerbuan ke penjara Bastille dan pemotongan kepala keluarga raja.
3. Expert Power. Perolehan kekuasaan yang berasal dari keahlian.

Misalnya, dokter diangkat menjadi kepala rumah sakit atau menjadi menteri kesehatan, tentara
diangkat dan diberi kewenangan di bidang pertahanan dan keamanan, dll.
4. Reward Power. Sumber kekusaan yang berasal dari pemberian.
Misalnya, tuan tanah yang kaya raya akan dituruti perintahnya oleh para pekerja selama tuan
tanah tersebut memberikan gaji/upah. Apabila tidak ada gaji/upah sebagai bentuk pemberian,
maka pekerja tidak akan bekerja atau menuruti perintah tuan tanah.
5. Reverent Power. Sumber kekusaan yang berasal dari daya tarik atau kharisma. Kekaguman
orang kepada Bung Karno, orator ulung, pidato berapi-api, pandai membangkitkan semangat
rakyatsehingga dipilih kembali menjadi presiden. Kekaguman orang kepada Soeharto, The
Smilling General dan kepiwaiannya membangunsehingga dipilih kembali menjadi presiden.
2.1.3. Unsur-Unsur Kekuasaan
1. Wewenang : adalah kekuasaan yang resmi, mengandung keabsahan (legitimacy), melalui suatu
proses pengangkatan, adanya surat tugas. Keabsahan adalah konsep bahwa kedudukan seseorang
atau kelompok penguasa diterima baik oleh masyarakat, karena sesuai dengan azas-azas dan
prosedur yang berlaku dan yang dianggap wajar.
Contoh : Seorang atasan mempunyai hak dan kewajiban menegur bawahannya ketika melakukan
sesuatu yang menyalahi aturan. Misalnya dengan teguran secara lisan maupun tulisan (surat
peringatan).
2. Paksaan : adanya tekanan/ancaman/tuntutan untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak
diinginkan. Hal ini sesuai dengan teori Obidience, yang definisinya adalah patuh, perilaku
seseorang yang disebabkan adanya tuntutan tertentu dari pihak lain (seperti orang
tua,kelompok,lingkungan atau instansi pemerintah).
Contoh : Tindakan premanisme,, seorang preman yang merasa dirinya memiliki kekuasaan di
suatu daerah, senantiasa dia bertindak semena-mena, misal dalam sebuah pasar,,seringkali dia
meminta uang secara paksa kepada para pedagang yang berjualan disana.
3. Manipulatif : adalah sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan, pensembunyian,
penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan,
fakta-fakta ataupun sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem perancangan sebuah tata sistem
nilai. Manipulatif erat kaitannya dengan Cuci Otak (Brain Wash) yang artinya adalah sebuah
upaya rekayasa pembentukan ulang tata berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu menjadi
sebuah tata nilai baru, praktik ini biasanya merupakan hasil dari tindakan indoktrinasi, dalam
psikopolitik diperkenalkan dengan bantuan penggunaan obat-obatan dan sebagainya.

Contoh : Penipuan dalam angkutan umum,,pelaku senantiasamempengaruhi targetnya dengan


berbagai cara, agar si target bisa masuk kedalam jebakannya. Mereka juga menggunakan
tindakan manipulasi agar si target bisa percaya pada kata-katanya.
4. Kerjasama : adalah sebuah kata yang sangat sering kita dengar dan sangat akrab di telinga kita.
Kata kerjasama adalah gabungan dari kata kerja dan sama, yang berarti bekerja secara bersamasama dalam mengerjakan sesuatu dan mencapai suatu tujuan. Kerjasama dibentuk karena adanya
dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai suatu keinginan atau tujuan yang
mereka ingin capai. Manfaat dari kerjasama adalah membuat sutu permasalahan atau pekerjaan
lebih mudah.
Contoh : Dalam suatu lingkungan/kelompok kerjasama senantiasa terjadi diantara anggotanya,
Misal kerjasama suatu kelompok dalam memecahkan suatu permasalahan. Hal ini akan
menimbulkan saling ketergantungan antara anggota kelom[ok yang satu dengan yang lainnya.
Saling ketergantungan antar individu dalam satu kelompok ini disebut promotive
interpendence(Deutsch. 1973)
5. Upah dan prestasi kerja : prestasi kerja seseorang akan sesuai dengan upah yang
dibayarkannya. Erat kaitannya dengan proses industri, perusahaan dan sebuah instansi.
Contoh : Seorang karyawan akan memenuhi apa yang diperintahkan oleh atasannya, sematamata bukan karena patuh terhadap atasannya tersebut, tapi melainkan karena upah/reward yang
diberikan.
2.1.4. Penerapan Kekuasaan
1. Be Strong Approach. Dengan cara paksaan dan kekerasan. Biasanya menjalankan kekuasaan
seperti ini tidak bertahan lama.
2. Be Good Approach. Dengan cara pemanjaan pemberian dan asal bapak senang (ABS). Atasan
pura-pura memperhatikan bawahan dengan berbagai pemberian, bawahan melaporkan yang baikbaik saja atau ABS selama masih ada pemberian. Kondisi ini biasanya tidak bertahan lama, bila
atasan pemberi perintah tidak dapat mengadakan pemberian.
3. Competition. Memotivasi bawahan (masyarakat yang diperintah) dengan cara membuat
persaingan atau mengadu mereka antarindividu, atau antarkelompok. Persaingan tersebut
mepiluti kerajinan, keterampilan, ketangkasan, prestasi, kinerja, keteladanan, dll. Daya saing
global, dibangun dari daya saing lokal, regional, dan nasional. Pendekatan ini dinilai baik.

4. Internalized Motivation. Memotivasi bawahan atau masyarakat melalui penanaman kesadaran


kerja kepada mereka. Misalnya tata cara kerja, etika, sumpah jabatan, penataran P4, dll. Cara ini
dapat bertahan sepanjang kesadaran itu muncul dari niat tulus.
5. Implicit Bergaining. Memotivasi bawahan atau masyarakat melalui perjanjian (kontrak sosial,
kontrak kerja). Cara ini bisa membuat kekuasaan bertahan (sepanjang masih bisa memenuhi
kontrak kerja/sosial) atau cepat berakhir (bila gagal memenuhi kontrak kerja/sosial).
2.1.5. Pembagian Kekuasaan
Menurut Inu Kencana Syafiie, pembagian kekuasan negara meliputi:
1. Eka Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh satu badan.
2. Dwi Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh dua badan
3. Tri Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh tiga badan
4. Catur Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh empat badan
5. Panca Praja, apabila kekuasaan negara dipegang oleh lima badan.
Menurut Gabriel Almond, pembagian kekuasaan negara meliputi:
1. Rule Making Function
2. Rule Application Function
3. Rule Adjudication Function
Menurut UUD NKRI 1945 (amandemen ke-4), pembagian kekuasaan negara meliputi:
1. MPR (kekuasaan konstitutif)
2. DPR dan DPD (kekusaan legislatif)
3. Presiden (kekuasaan eksekutif)
4. BPK (kekuasaan inspektif)
5. MA dan MK (kekuasan yudikatif)
2.2 KEWENANGAN
2.2.1

Pengertian
Wewenang adalah kekuasaan yang terdapat pada seseorang karena mendapat pengakuan
atau dukungan dari masyarakat. Kewenangan menimbulkan hak-hak tertentu pada penguasa
yang memungkinkan ia melakukan suatu kebijakan.
Sifat dari kewenangan adalah top-down, dari penguasa ke rakyat. Wewenang timbul,
karena dukungan dari rakyat tersebut memberikan semacam hak bagi penguasa untuk melakukan

kebijakan berkaitan dengan tugasnya. Hubungan timbal-balik tersebut timbul karena adanya
suatu kesepahaman antara yang memimpin dan dipimpin.
Kekuasaan dalam arti kewenangan diartikan bahwa pemegang kekuasaan memiliki sifatsifat yang sesuai dengan cita-cita dan keyakinan sebagian besar masyarakatnya. Kewenangan ini
tidak sama pada setiap pemegang kekuasaan.
2.2.2

Sumber Kewenangan
Sumber kewengan untuk memerintah diuraikan sebagai berikut

Hak memerintah berasal dari tradisi. Artinya, kepercayaan yang telah berakar dipelihara secara
terus menerus oleh masyarakat,

Hak memerintah berasal dari Tuhan, Dewa, atau Wahyu. Atas dasar itu, hak memerintah
dianggap bersifat sakral,

Hak memerintah berasal dari kualitas pribadi sang pemimpin, baik penampilannya yang agung
dan diri pribadinya yang populer maupun karena kharisma,

Hak memerintah masyarakat berasal dari peraturan perundang-undangan yang mengatur


prosedur dan syarat-syarat menjadi pemimpin pemerintahan,

Hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental seperti keahlian dan kekayaan
Kelima sumber kewenangan itu disimpulkan menjadi dua tipe kewenangan utama, yaitu
kewenangan yang bersifat prosedural dan substansi ,
Kewenangan yang bersifat prosedural ialah hak memerintah berdasarkan peraturan
perundangundangannya yang bersifat tertulis maupun tak tertulis, Kewenangan yang bersifat
substansi ialah hak memerintah berdasarkan faktor yang melekat pada diri pemimpin seperti
tradisi, sakral, kualitas pribadi dan instrumental,
Struktur masyarakat yang kompleks ditandai oleh diferensiasi struktur dan spesialisasi
peranan, dan hubungan impersonal yang sudah meluas sehingga masyarakat ini memerlukan
pengaturan-pengaturan yang bersifat tertulis dan rasional,
Sebaliknya masyarakat yang stukturnya masih sederhana cenderung menggunakan tipe
kewenangan substansial karena kehidupan lebih banyak berdasarkan pada tradisi, kepercayaan
pada kekuatan supranatural, dan kesetiaan pada tokoh pemimpin

2.2.3

Peralihan Kewenangan

Menurut Paul Conn, secara umum terdapat tiga cara peralihan kewenangan, yakni secara turun
temurun, pemilihan dan paksaan.
Secara turun temurun ialah jabatan dan kewenangan dialihkan pada keturunan atau keluarga
pemegang jabatan terdahulu.
Peralihan dengan pemilihan dapat dilakukan secara langsung melalui badan perwakilan rakyat,
Hal ini dipraktekan dalam sistem politik demokrasi.
Peralihan kewenangan secara paksaan ialah jabatn dan kewenangan terpaksa dialihkan kepada
orang atau kelompok lain tidak menurut prosedur yang telah disepakati, melainkan dengan
menggunakan kekerasan seperti revolusi dan kudeta, dan ancaman kekerasan (paksaan tak
berdarah)
2.2.4

Sikap Terhadap Kewenangan


Pada umumnya sikap terhadap kewenangan dikelompokkan dalam sikap menerima,
mempertanyakan (skeptis ), dan kombinasi keduanya.
Pertama sikap masyarakat Amerika Serikat terhadap kewenangan prosedural merupakan
perpaduan antara sikap legalistik dan skeptis atas hukum yang tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman. Masyarakat yang semacam ini menganggap hukum bukan hal yang
sakral.
Kedua, sikap masyarakat Inggris atas kewenangan prosedural tidak sekental sikap
masyarakat Amerika karena Inggris tidak memiliki konstitusi. Hal ini tidak berarti seseorang
yang memiliki kewenangan dapat dengan semaunya menggunakan kewenangan untuk
kepentingan pribadi atau golongan.
Sebaliknya di Indonesia, sikap itu masih beraneka ragam. Masyarakat suku Jawa
cenderung menerima kewenangan pribadi, sedangkan masyarakat dari Minang dan Batak
cenderung menerima kewenangan prosedural atau hukum adat.

2.3 LEGITIMASI
2.3.1

Pengertian
Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan. Artinya
apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk membuat dan
melaksanakan keputusan yang mengikat masyarakat maka kewenangan itu dikategorikan sebagai

berlegitimasi. Hanya anggota masyarakat saja yang dapat memberikan legitimasi pada
kewenangan pemimpin yang memerintah,
Legitimasi dapat dibedakan pengertian kekuasaan, kewenangan, dan legitimasi. Apabila
kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber yang
mempengaruhi proses politik, sedangkan kewenangan merupakan hak moral untuk menggunakan
sumber-sumber yang membuat dan melaksanakan keputusan politik (hak memerintah). Adapun
legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral tersebut.
2.3.2

Obyek Legitimasi
Suatu sistem politik dapat lestari apabila sistem poltik secara keseluruhan mendapatkan
dukungan seperti penerimaan dan pengakuan dari masyarakat.
Menurut Easton terdapat tiga objek dalam sistem politik yang memerlukan legitimasi
agar suatu sistem politik tidak hanya berlangsung secara terus-menerus, tetapi mampu pula
mentransformasikan tuntutan menjadi kebijakan umum, ketiga objek legitimasi ini meliputi
komunitas politik, rezim dan pemerintahan,
Sementara itu Andrain menyebutkan lima objek dalam sistem politik yang memerlukan
legitimasi agar suatu sistem politik tetap berlangsung dan fungsional, Kelima objek legitimasi ini
meliputi masyarakat politik, hukum, lembaga politik, pemimpin politik dan kebijakan.
Yang dimaksud dengan legitimasi terhadap komunitas politik ialah adanya kesediaan para
anggota masyarakat yang berasal dari berbagai kelompok yang berbeda latar belakang untuk
hidup secara rukun sebagai komunitas, Apabila dukungan terhadap komunitas politik belum
cukup tinggi maka dalam masyarakat terdapat masalah penciptaan identitas nasional (krisis
identitas). Manakala dukungan terhadap lembaga-lembaga politik masih lemah maka dalam
masyarakat terdapat krisis kelembagaan, Krisis kepemimpinan akan terjadi pada masyarakat
yang kurang mempercayai para pemimpin politik.

2.3.3
a.

Kadar Legitimasi
Pra legitimasi, ada dalam pemerintahan yang baru terbentuk yang meyakini memiliki
kewenangan tapi sebagian kelompok masyarakat belum mengakuinya

b.

Berlegitimasi, yaitu ketika pemerintah bisa meyakinkan masyarakat dan masyarakat menerima
dan mengakuinya.

c.

Tak berlegitimasi, ketika pemimpin atau pemerintah gagal mendapat pengakuan dari
masyarakat tapi pemimpin tersebut menolak untuk mengundurkan diri, akhirnya muncul tak
berlegitimasi. Untuk mempertahankan kewenangannya biasanya digunakan cara-cara kekerasan.

d.
2.3.4

Pasca legitimasi, yaitu ketika dasar legitimasi sudah berubah.


Cara Mendapatkan Legitimasi
Cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan dan mempertahankan legitimasi dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu simbolis, procedural dan materiil.

Pertama memanipulasi kecenderungan kecenderungan moral, emosional, tradisi dan


kepercayaan, dan nilai nilai budaya pada umumnya dalam bentuk simbol-simbol ,

Kedua, dengan cara menjanjikan dan memberikan kesejahteraan materiil kepada masyarakat,
seperti menjamin tersedianya kebutuhan dasar (basic needs).

Ketiga, dengan cara menyelenggarakan pemilihan umum untuk menentukan para wakil rakyat
untuk mengesahkan suatu kebijakan umum,

2.3.5. Tipe Tipe Legitimasi


Tradisional tradisi yang dipelihara dan dilembagakan contoh kerajaan.
Ideologi penafsir dan pelaksana ideologi, untuk mendapat dan mempertahankan legitimasi bagi
kewenangannya juga menyingkirkan pihak yang membangkan terhadap kewenangannya.
Kualitas pribadi kharisma, penampilan pribadi, atau prestasi
Prosedural peraturan perundang-undangan
Instrumental menjanjikan dan menjamin kesejahteraan materiil..
2.3.6. Manfaat Legitimasi
1. Menciptakan stabilitas politik dan perubahan sosial
2. Mengatasi masalah lebih cepat
3. Mengurangi penggunaan saran kekerasan fisik
4. Memperluas bidang kesejahteraan atau meningkatkan kualita kesejahteraan.
2.3.7

Krisis Legitimasi
Krisis legitimasi biasanya terjadi pada masa transisi. Selain itu, perubahan yang terjadi
dari suatu tingkat dan kualitas perkembangan menuju ke tingkat dan kualitas perkembangan
masyarakat berikutnya. Masyarakat semacam ini akan cenderung mempertanyakan setiap
kewenangan yang dianggap tidak mencerminkan aspirasi hidup dalam masyarakat,
Lucyan Pye menyebutkan empat sebab krisis legitimasi:

Pertama, prinsip kewenangan beralih pada prinsip kewenangan yang lain

Kedua, persaingan yang sangat tajam dan tak sehat tetapi juga tak disalurkan melalui prosedur
yang seharusnya diantara para pemimpin pemerintahan sehingga terjadi perpecahan dalam tubuh
pemerintah

Ketiga, pemerintah tak mampu memenuhi janjinya sehingga menimbulkan kekecewaan dan
keresahan di kalangan masyarakat

Keempat, sosialisasi tentang kewengan mengalami perubahan


Krisis legitimasi akan semakin gawat manakala pihak yang berwenang tidak tanggap atas
perubahan sikap terhadap kewenangan dalam masyarakat

2.4 HUBUNGAN ANTARA KEKUASAAN, WEWENANG DAN LEGITIMASI


Kekuasaan yang telah memiliki wewenang yang kemudian diakui atau terlegitimasi,
maka akan ada sebuah siklus hubungan yang saling mempengaruhi.
Kekuasaan hanyalah sebuah bentuk kekuatan atau pengaruh yang tertanam pada setiap
anggota, namun tidak terstruktur atau resmi maka kekuasaan itu hanya sebuah bentuk yang semu
dan tanpa disadari akan hilang dengan sendirinya kekuasaan itu dan juga tidak bisa mendorong
ataupun memberikan hak untuk mengeluarkan perintah, membuat peraturan dan memberikan
sanksi pada yang tidak patuh atau yang salah.
Dan sebuah wewenang itu menjadi kunci untuk bisa memberikan perintah, dan hak lain
sebagai pennguasa. Ketika kekuasaan telah memiliki wewenang, akan ada sebuah tantangan
untuk bisa membuat anggota untuk patuh dan mengikuti perintah dan aturan yang dibuat
penguasa, maka harus ada sebuah keterkaitan antara penguasa dan anggota masyarkat untuk
membuat sebuah Negara menjadi tenang dan tanpa kekerasan dalam pelaksanaan kekuasaannya.
Dibutuhkan sebuah pengakuan atau keabsahan dari kekuasaan yang berwewenang, hal
tersebut untuk menghindari kekerasan dan juga pemaksaan pada anggota masyarakat untuk
mengikuti aturan dan perintah dari penguasa.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Unsur-unsur yang harus diketahui dalam memahami konsep kekuasaan, yaitu
kewenangan dan legitimasi. Keduanya merupakan dua hal yang sangat vital. Tanpa adanya
legitimasi dari masyarakat sangat sulit bagi penguasa untuk menjalankan kewenangannya.
Kewenangan tanpa legitimasi penuh masyarakat menyulitkan penguasa dalam menjalankan
program dan kebijakannya. Kewenangan merupakan akibat (hak moral) yang timbul sebab
adanya legitimasi (dukungan) dari masyarakat.
4. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

A.

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha untuk memansiakan manusia. Subyek, obyek atau
sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu manusia
untuk

menumbuhkembangkan

keberadaan

manusia

yang

potensi-potensi

tidak

dapat

kemanusiaannya.

terlepas

dari

Oleh

lingkungannya

karena
maka

berlangsungnya proses pendidikan itu selamanya akan berkaitan erat dengan


lingkungan dan akan saling mempengaruhi secara timbal balik.
Potensi-potensi

manusia

dapat

dikembangkan

melalui

pengalaman.

Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi secara efektif dan efisien antara
manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
manusia. Interaksi manusia dengan lingkungannya secara efektif dan efisien yang
memberikan

pengalaman

yang

dapat

mengembangkan

potensi-petensi

kemanusiaan itulah yang disebut pendidikan.


Interaksi manusia dengan lingkungannya dalam ruang lingkup pendidikan
mengandung banyak aspek atau elemen-elemen yang sifatnya sangat kompleks.
Kompleksitas elemen-elemen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi
dalam ruang lingkup pendidikan itu membentuk suatu sistem yang disebut sistem
pendidikan.

B.

PENGERTIAN SISTEM
Sistem berasal bari bahasa Yunani, yakni systema yang berarti sehimpunan
bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan
suatu keseluruhan . Istilah sistem merupakan suatu konsep yang bersifat abstrak.
Sistem dapat diartikan sebagai seperangkat komponen atau unsur-unsur yang
saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan.
Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah kesatuan yang
terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai
sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak acak,
dan saling membantu untuk mencapai suatu hasil (produk). Sistem dapat pula
diartikan sebagai suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh (Amirin: 1992).
Mc. Ashan (1983) mendefinisikan sistem sebagai suatu strategi yang menyeluruh
atau

terencana

dikomposisi

oleh

suatu

set

elemen

yang

harmonis,

mempresentasikan kesatuan unit, masing-masing mempunyai tujuan sendiri yang


semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis. Sementara itu Immegart
(1772) menyatakan bahwa esensi sistem merupakan suatu keseluruhan yang
memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, bagian-bagian itu berelasi
antara yang satu dengan yang lain, serta peduli terhadap konteks lingkungannya.
Sebuah sistem memiliki struktur yang teratur. Sistem memiliki beberapa sub
sistem, sub sistem dapat terdiri dari beberapa sub-sub-sistem, sub-sub-sistem
dapat memiliki sub-sub-sub-sistem, dan seterusnya hingga sampai pada bagian
yang tidak dapat dibagi lagi yang disebut komponen atau elemen. Komponen dapat
pula berupa suatu sistem yang menjadi bagian dari sistem yang berada di atasnya.
Komponen-komponen itu mempunyai fungsi masing-masing (fungsi yang berbedabeda) dan satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu kesatuan
yang hidup. Dengan kata lain, semua komponen itu saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi hingga membutuk sebuah sistem. Sebagai contoh, tubuh manusia
merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang berupa
kepala,

perut,

kaki,

tangan

dan

sebagainya.

Tiap-tiap

komponen

tersebut

merupakan sub sistem yang memiliki komponen-komponen yang disebut sub-subsistem, misalnya tangan memiliki komponen-komponen seperti tulang, kulit, daging,

urat, dan sebagainya. Demikianlah seterusnya sehingga sampai kepada komponen


yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Tiap-tiap komponen, baik yang berupa sistem
maupun yang berupa komponen yang tidak dabat dibagi-bagi lagi, kesemuanya
menjalankan

fungsinya

masing-masing

namun

saling

berkaitan

atau

saling

berinteraksi satu sama lain sehingga merupakan suatu kesatuan yang hidup.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan ciri-ciri umum suatu sistem
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Sitem merupakan satu kesatuan yang holistik


Sistem memiliki bagian-bagian yang tersusun sistematis dan berhierarki
Bagian-bagian sistem itu berelasi antara satu dengan lainnya
Tiap-tiap bagian sistem konsen/peduli terhadap konteks lingkungannya.
Sistem sebagai strategi, cara berpikir, atau model berpikir. Demikian ini
berarti cara berpikir itu dapat dibedakan menjadi cara berpikir sistematis dan cara
berpikir nonsistematis. Misalnya, berpikir untuk melaksanakan ajaran agama yang
menekankan pada semua aspeknya secara berimbang dan proporsional seperti
pemahaman, hafalan, penghayatan, pengamalan ibadah ritual, pengamalan ibadah
dalam kehidupan sehari-hari pada kehidupan bermasyarakat, dan sebagainya
merupakan cara berpikir yang sistematis. Sebaliknya, jika cara berpikir untuk
melaksanakan ajaran agama itu hanya menekankan pada aspek tertentu dengan
menomorduakan atau bahkan mengabaikan aspek-aspek yang lain, maka cara
berpikir yang demikian ini dapat dikatakan sebagai cara berpikir nonsistematis.
Misalnya,

mengutamakan

mengutamakan

aspek

aspek

hafalan

ritual
dengan

dengan

mengabaikan

mengabaikan

aspek

aspek

sosial,

pemahaman,

megutamakan aspek pengmalan dengan mengabaikan aspek pemahaman dan


sebagainya. Secara konsep, cara berpikir sistematis dipandang lebih baik dari cara
berpikir nonsistematis dalam melaksanakan atau menyelesaikan berbagai masalah
kehidupan.

C.

PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM


Segala sesuatu yang ada di dunia ini, dari yang besar hingga yang kecil, dari
tata surya hingga seekor semut, dapat dipandang sebagai sistem. Apabila
pandangan ditujukan pada sebuah sistem tertentu maka sistem-sistem lain di luar

sistem dimaksud di pandang sebagai supra sistem. Misalnya saja kita sedang
menujukan pandangan kepada pendidikan maka sistem-sistem yang lain di luar
sistem pendidikan seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem
pasar, dan sebagainya dapat dipandang sebagai supra sistem.
Berjalannya

sebuah

sistem

adakalanya

berhubungan

dengan

supra

sistemnya dan adakalanya tidak berhubungan dengan supra sistemnya. Apabila


berjalannya sebuah sistem berhubungan dengan supra sistemnya maka sistem
tersebut dinamakan sistem terbuka. Misalnya sekolah, pasar, rumah sakit, manusia
(orang), sapi, tanaman, dan sebagainya. Sebaliknya, jika sebuah sistem berjalan
tanpa berhubungan dengan supra sistemnya melainkan hanya berhubungan
dengan komponen-komponen yang ada di dalam sistem saja maka sistem yang
demikian disebut sebagai sistem tertutup. Misalnya jam, kipas angin, AC, dan
sebagainya. Namun demikian perlu disadari bahwa sebenarnya tidak ada sistem
yang sepenuhnya terbuka dan tidak ada pula sistem yang sepenuhnya tertutup.
Pendidikan merupakan salah satu sistem terbuka, karena pendidikan itu tidak
akan dapat berjalan dengan sendirinya tanpa berhubungan dengan sistem-sistem
lain di luar sistem pendidikan.

Ciri-ciri pendidikan sebagai sebuah sistem

terbuka antara lain:


1.

Mengimpor energi, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan mendatangkan


pengajar, uang, alat-alat belajar, para peserta didik, dan sebagainya dari luar

2.

lembaga pendidikan.
Memiliki pemroses. Pendidikan memproses peserta didik dalam aktivitas belajar

3.
4.

dan pembelajaran.
Menghasilkan output atau mengekspor energi, materi, dan informasi.
Merupakan kejadian yang berantai. Memproses peserta didik (input pendidikan)

merupakan kegiatan yang beruang-ulang dan saling berkaitan.


5. Memiliki negative entroppy, yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan
cara membuat impor lebih besar dari pada ekspor. Dalam pendidikan hal ini
dilakukan dengan cara mengantisipasi perubahan lingkungan dan memperbaiki
6.

kerusakan.
Memiliki alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri.Segala
informasi yang terkait dengan pendidikan dimanfaatkan oleh penyelenggara

pendidikan untuk mengambil keputusan dalam rangka mempertahankan dan


7.

memperbaiki pendidikan.
Ada kestabilan yang dinamis. Pendidikan selalu dinamis mencari yang baru,
memperbaiki diri, memajukan diri agar tidak ketinggalan zaman, bahkan berusaha

8.

mengantisipasi dan menyongsong masa depan.


Memiliki deferensiasi, yakni spesialisasi-spesialisasi. Dalam organisasi pendidikan
ada bagian pengajaran, keuangan, kepegawaian, kesiswaan/ kemahasiswaan dan
sebagainya. Masing-masing bagian ini masih dapat dipilah-pilah menjadi bagian-

9.

bagian yang lebih kecil lagi.


Ada prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan yang sama. Para
pendidik boleh berkreasi menciptakan cara-cara baru yang lebih baik dalam usaha
memajukan pendidikan.

D.

FAKTOR-FAKTOR (SUPRASISTEM) YANG MEMPENGARUHI PEDIDIKAN


Sebagimana telah dikemukakan, pendidikan dikatakan sebagai sistem
terbuka karena tidak mungkin sebuah sistem pendidikan dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik apabila pendidikan itu tidak menjalin hubungan dengan
lingkungannya (supra sistemnya) terlebih lagi bila jika pendidikan itu mengisolasi
diri dari lingkungannya. Pendidikan itu ada di tengah-tengah masyarakat dan ia
adalah milik masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah/
sekolah, orang tua, dan masyarakat.Oleh karena keberadaan pendidikan yang
seperti itu maka apa yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat akan
berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Filsafat negara
Agama
Sosial
Budaya
Ekonomi
Politik
Demografi
Ketujuh faktor tersebut merupakan supra sistem dari sistem pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu sistem berada bersama, terikat, dan berada dalam
tekanan supra sistemnya. Pendidikan tidak mungkin selalu mendahului gerak

ketujuh sistem yang berada dilingkungannya. Namun demikian, jika pendidikan


hanya menyesuaikan diri atau menjadi pengikut setia dari supra sistem atau faktorfaktor tersebut maka pendidikan akan selalu berada di belakang tanpa kreativitas
dan tanpa inisiatif apapun. Oleh karena itu, di samping mengikuti kemauan atau
tekanan faktor-faktor yang ada dalam lingkungannya, pendidikan hendaknya dapat
melakukan antisipasi terhadap arah gerak faktor-faktor luar atau supra sistemnya.
Antisipasi ini dapat menjadi dasar untuk mengadakan pembaharuan di dalam tubuh
pendidikan itu sendiri. Dengan demikian pendidikan tampak memiliki kreasi dan
inisiatif yang bisa ditunjukkan kepada faktor-faktor luar (supra sistemnya) dan
sekaligus dapat berfungsi sebagai mercusuar terhadap lingkungannya sehingga
pendidikan dapat menjadi penerang, contoh, dan teladan bagi lingkungannya.

E.

LEMBAGA PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM


Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa sebuah sistem memiliki
sejumlah komponen dan tiap-tiap komponen disebut sebagai sub-sistem. Ketika
pendidikan

dipandang

sebagai

suatu

sistem,

maka

lembaga

pendidikan

berkedudukan sebagai salah satu sub-sistem dari sistem pendidikan. Selanjutnya,


jika lembaga pendidikan itu dipandang sebagai sistem yang berdiri sendiri, maka ia
memiliki sejumlah komponen yang menjadi sub-sistemnya. Sistem sekolah atau
perguruan tinggi (lembaga pendidikan) secara garis besar memiliki komponenkomponen sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Subsistem
Subsistem
Subsistem
Subsistem

tujuan
manajemen
prosesing peserta didik
lingkungan

Selanjutnya apabila lembaga atau organisasi pendidikan dipandang sebagai


instrumen untuk memproses peserta didik maka ia akan memiliki subsistem dan
sub-subsistem sebagai berikut:
1.
a.
b.
c.
d.
e.

Subsistem perangkat lunak yang mencakup:


Sub-subsistem manajemen
Sub-subsistem struktur
Sub-subsistem teknik
Sub-subsistem bahan pelajaran
Sub-subsistem informasi

2.
a.
b.

Subsistem perangkat keras yang mencakup:


Sub-subsistem prasarana, seperti jalan, lapangan olah raga, dan halaman sekolah
Sub-subsistem sarana/fasilitas, seperti gedung, laboratorium, perpustakaan, media

c.
d.

pembelajaran, alat-alat belajar, alat-alat peraga


Sub-subsistem biaya
Sub-subsistem personalia (orang) yang mencakup pengelola, pengawas, pendidik,
pelatih, pembimbing, dan tenaga-tenaga penunjang pendidikan lainnya.
Jika manajemen lembaga pendidikan (skolah/perguruan tinggi) dipandang
sebagai sistem, maka akan memiliki subsistem-subsistem sebagai berikut:

1.

Subsistem struktur, yang menyangkut unit kerja, deskripsi tugas, persyaratan

2.

kemampuan/keterampilan, teman kerja, tim, dan atasan


Subsistem teknik, terdiri dari teknik memproses peserta didik atau proses belajar

3.

dan pembelajaran dan teknik tata kerja administrasi atau ketatausahaan


Subsistem personalia yang menyangkut semua kegiatan bertalian dengan

4.

personalia, memotivasi, kepangkatan, kesejahteraan, dan pembinaan profesi


Subsistem informasi yang mencakup menjaring informasi, menganalisis informasi,

5.

dan menyimpan semua informasi yang bertalian dengan pendidikan


Subsistem lingkungan (HUMAS), ialah bagian yang menangani kerjasama antara
lembaga dengan lingkungan atau masyarakat.
Apabila lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) dipandang sebagai
sistem pengembangan peserta didik, maka akan memiliki subsistem-subsistem
sebagai berikut:
1. Subsistem input (peserta didik yang baru masuk)
2. Subsistem proses (proses pembelajaran)
3. Subsistem output (lulusan)
Apabila proses belajar dan pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem,
maka akan akan memiliki subsistem-subsistem sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Subsistem
Subsistem
Subsistem
Subsistem
Subsistem
Subsistem
Subsistem
Subsistem

materi pembelajaran
metode pembelajaran
alat dan media pembelajaran
lingkungan pembelajaran
manajemen dan administrasi kelas
siswa/mahasiswa
pendidik
pengawas atau supervisor

9.

F.

Subsistem evaluasi dan umpan balik

ANALISIS SISTEM DALAM PENDIDIKAN


Penggunaan

analisis

sistem

dalam

pendidikan

dimaksudkan

untuk

memaksimalkan pencapaian tujuanpendidikan secara efektif dan efisien. Prinsip


utama penggunaan analisis sistem dipersyaratkan dalam menangani permasalahan
pendidikan agar para pelaksana pendidikan berpikir secara sistematis, yakni
memperhitungkan segenap komponen pendidikan dalam menangani permasalahan
pendidikan. Cara demikian diperlukan agar setelah melihat adanya suatu alternatif
tidak terburu-buru mengambil keputusan dengan menganggap atau menetapkan
bahwa alternatif tersebut merupakan satu-satunya yang dapat digunakan. Jika
seorang guru mendapati siswanya sering tidak hadir, tidak seharusnya sang guru
langsung menetapkan pemecahan masalah dengan hukuman karena siswa tersebut
dianggap pemalas. Anggapan bahwa hukuman tersebut merupakan satu-satunya
cara atau alternatif yang paling ampuh disertai pelaksanaan hukuman yang
terkesan terburu-buru, maka cara pemecahan masalah yang demikian itu sangatlah
tidak bijaksana karena tidak didasarkan pada cara pemecahan masalah yang
sistematis. Guru yang menempuh pendekatan sistematis (menyeluruh, terstruktur,
teratur, dan terukur) baru mengambil keputusan setelah lebih dulu melacak semua
hal yang diperkirakan menjadi penyebab terjadinya suatu masalah atau peristiwa.
Terkait

dengan

permasalahan

tersebut,

patut

diduga

bahwa

siswa

yang

bersangkutan memang benar-benar pemalas (komponen murid), atau ada guru


yang tidak disukainya sehingga menimbulkan keengganan untuk belajar (komponen
guru),

atau

ada

sejumlah

mata

pelajaran

tidak

disukai

sehingga

enggan

mempelajarinya (komponen kurikulum), atau karena ada sebab-sebab lain yang


terdapat di lingkungan sekolah sehingga menimbulkan keengganan untuk hadir dan
belajar di sekolah.
Semua hal sebagaimana tersebut patut diduga dan perlu ditelusuri agar guru
dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan porsi dan proporsinya dalam
mengmbil

tindakan

untuk

memecahkan

masalah.

Misalnya

saja,

jika

dari

penelusuran ditemukan bahwa penyebab ketidkhadiran siswa adalah tugas-tugas


rumah tangga yang terlalu banyak dari keluarga di mana siswa menumpang, maka

pemecahan masalah yang tepat tidak dengan hukuman melainkan melakukan


pendekatan kepada keluarga yang ditumpangi siswa dan memberikan pengertian
agar keluarga tersebut memberikan waktu yang cukup untuk belajar kepada siswa
yang bersangkutan.
Gambaran sebagaimana tersebut di atas menunjukkan bahwa untuk dapat
memecahkan masalah pendidikan, berbagai komponen dalam pendidikan perlu
dikenali secara tuntas agar dapat ditemukan komponen mana yang bermasalah dan
perlu dibenahi atau dikembangkan sehingga segenap komponen dapat berfungsi
secara maksimal. Bila semua komponen sudah baik, mungkin saja hubungan antar
komponen yang bermasalah. Jika demikian halnya, maka yang perlu diperbaiki
adalah hubungan antar komponen, sementara itu komponen-komponennya sendiri
belum memerlukan perbaikan. Jika tujuan sistem tidak tercapai sepenuhnya, maka
hal-hal

yang

mengandung

perlu

diusahakan

kelemahan,

antara

menemukan

lain;

menemukan

hubungan

antar

komponen

yang

komponen

yang

mengandung kelemahan, dan memperbaiki komponen atau hubungan antar


komponen yang mengandung kelemahan. Demikian inilah cara berfikir sistematis
dalam memecahkan masalah, dan inilah arti efisiensi serta efektifitas analisis
sistem.
Dalam situasi tertentu, bukanlah hal yang mustahil jika analisis sistem
terhadap permasalahan pendidikan membuahkan keputusan tentang perlunya
dilakukan perombakan sistem secara total. Misalnya, jika komponen-komponen
pokok sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan umum situasi dan hubungan antar
komponen tidak lagi berjalan dengan baik. Dalam situasi seperti ini secara
keseluruhan sistem harus diganti karena perbaikan terhadap komponen-komponen
tertentu akan berarti pemborosan yang amat sangat.
Penggunaan analisis sistem merupakan strategi yang sangat baik untuk
memecahkan berbagai permasalahan pendidikan. Analisis sistem tidak sja berguna
untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang bersifat mikro meleinkan juga
sangat berguna ntuk memecahkan permasalahan pendidikan yang bersifat makro.

G.

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan sistem terbuka dimana berjalannya sistem pendidikan


tidak

hanya

dipengaruhi

dipengruhi
oleh

oleh

faktor-faktor

faktor-faktor
eksternal

internal

sebagai

melainkan

supra

juga

sistemnya.

sangat
Sebagai

komponen dari sistem kehidupan yang bersifat makro, di samping harus mengikuti
kemauan atau tekanan faktor-faktor yang ada dalam di dalam sistemnya sendiri,
pendidikan harus mampu melakukan antisipasi terhadap arah gerak faktor-faktor
luar atau supra sistemnya yang dapat menjadi dasar untuk mengadakan
pembaharuan di dalam tubuh pendidikan itu sendiri. Pendidikan hendaknya
memiliki kreasi dan inisiatif yang bisa ditunjukkan kepada supra sistemnya dan
sekaligus dapat berfungsi sebagai mercusuar terhadap lingkungannya sehingga
pendidikan dapat menjadi penerang, contoh, dan teladan bagi lingkungannya.
Sebagai suatu sistem, pendidikan memiliki komponen-komponen yang sangat
kompleks dan saling terkait serta berelasi satu sama lain. Penggunaan analisis
sistem merupakan cara yang tepat untuk memecahkan berbagai permasalahan
pendidikan. Prinsip utama penggunaan analisis sistem adalah berpikir secara
sistematis,

yakni

memperhitungkan

segenap

komponen

dalam

menangani

permasalahan pendidikan.

Pendidikan sebagai suatu sistem


By RISKI AMALIA PUTRI
email:
kieq_putri02@yahoo.co.id
KOMUNITAS BLOGGER UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENDIDIKAN SUATU SISTEM
A. Pengertian system
B.
Istilah sistem berasal dari bahasa yunani "systema" yang berarti sehimpunan bagian
atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.
Menurut Zahara Idris(1987) Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas
komponen-komponen atau
elemen-elemen atau unsusr-unsur sebagai sumber yang mempunyai hubungan
fungsional yang teratur, tidak secara
acak yang salaing membantu untuk mencapi suatu hasil (Product). Contoh tubuh
manusia merupakan satu jaringan
daging, otak, urat-urat, dll yang komponen mempunyai fungsi masing-masing yang
satu dengan yang lain satu sama
lain saling berkaitan sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan..

B. Pengertian Pendidikan Nasional


Menurut sunarya (1969) pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang
berdiri diatas landasan dan dijiwai
oleh filsafah hidup suatu bangsa dan tujuanya bersifat mengabdi kepada
kepentingan dan cita-cita nasional bangsa.
Depertemen pendidikan dan kebudayaan (1976) merumuskan bahwa pendidkan
nasional adalah suatu usaha untuk
membimbing para warga Negara Indonesia menjadi pancasila, yang berpribadi,
berdasarkan akan kebutuhan
berkesadaran akan kebutuhan berkesadaran masyarakat dan mampu
membudayakan alam sekitar.
C. Pendidikan sebagai suatu system
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu
usaha pendidikan menyangkut
tiga unsur pokok yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur
hasil usaha
Masukan Proses Usaha Keluaran atau Hasil
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan bahwa pendidikan
merupakan suatu sistem yang
mempunyai unsur-unsur tujuan sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola
pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum
dan fasilitas. Setiap sistem pendidikan ini saling mempengaruhi.
PH Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan sebagai berikut:
a. Tujuan dan Prioritas adalah fungsi mengarahkan kegiatan. Hal ini merupakan
informasi apa yang hendak
dicapai oleh sisitem pendidikan dan urutan pelaksanaanya
b. Peserta didik adalah fungsinya belajar diharapkan peserta didik mengalami
proses perubahan tingkah laku
sesuai dengan tujuan sistem pendidikan
c. Manajemen atau pengelolan adalah fungsinya mengkoordinasi, mengarahkan
dan menilai sistem pendidikan
d. Struktur dan jadwal waktu adalah mengatur pembagian waktu dan kegiatan
e. Isi dan bahan pengajaran adalah mengambarkan luas dan dalamnya bahan
pelajaran yang harus dikuasai
peserta didik.
f. Guru dan pelaksanaan adalah menyediakan bahan pelajaran dan
menyelengarakan proses belajar untuk
peserta didik
g. Alat bantu belajar adalah fungsi membuat proses pendidikan yang lebih menarik
dan bervariasi
h. Fasilitas adalah fungsinya untuk tempat terjadinya proses pembelajaran
i. Teknologi adalah fungsi memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses
pendidikan
j. Pengawasan mutu adalah fungsi membina peraturan dan standar pendidikan
k. Penelitian adalah fungsi memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan

l. Biaya adalah fungsinya memperlancar proses pendidkan


Menurut UU republik Indonesia no.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional
adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui bimbingan , pengajaran, atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang.
Menurut Zahar Idris (1987) pendidikan nasional sebagai suatu sistem adalah karya
manusia`yang terdiri dari
komponen- komponen yang mempunyai hubungan fungsional dalam rangka
membantu terjadinya proses transformasi atau
perubahan tingkah laku seseorang

Anda mungkin juga menyukai