Proposal Nilam
Proposal Nilam
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kabupaten Tasikmalaya berada di Propinsi Jawa Barat dengan luas kurang lebih 2.680,4 km2,
dan jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak 2.049.688 jiwa. Dari jumlah tersebut sekitar
80% berprofesi petani yang bermukim di pedesaan.
Kondisi daerah pada umumnya bergelombang (undulating ground) dengan
ketinggian antara 0 s/d 2000 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan cukup tinggi.
Untuk daerah-daerah yang tidak bisa dijangkau oleh pengairan pada umumnya hanya
ditanami tanaman keras atau tanaman campuran sehingga belum memberikan nilai tambah
yang signifikan untuk kepentingan hidup petani di pedesaan.
Pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dan moneter secara Nasional sehingga laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya mengalami penurunan sangat drastis sampai
minus 13,21% serta diperburuk oleh tingkat inflasi mencapai 73,55%. Dampak dari krisis ini
dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya dicirikan dengan jumlah
pengangguran (yang kehilangan lapangan kerja) mencapai 283.000 orang, dan ini belum
termasuk tingkat masyarakat Sejahtera I dan Pra Sejahtera yang jumlahnya sebelum krisis
moneter mencapai 92.266 KK, dan pada Bulan Maret Tahun 2004 menjadi 221.154 KK,
tidak menutup kemungkinan akan bertambah, apabila tidak ada usaha jalan keluarnya.
Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah pada tanggal 1 Januari 2001, maka
Pemerintah Daerah berkewajiban untuk menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya
dengan menggali potensi daerah secara optimum yang memberikan peningkatan nilai tambah
cukup signifikan kepada masyarakat, serta memberikan peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Kabupaten Tasikmalaya
melalui pembangunan agrobisnis yang diarahkan pada upaya peningkatan sumberdaya secara
optimal untuk membentuk sikap kemandirian guna mengembangkan usaha yang efisien,
produktif dan berdaya saing.
Pembudidayaan tanaman nilam serta pembangunan pabrik penyulingan di daerah
merupakan alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani serta untuk
menggalakan ekspor non migas.
Usaha untuk meningkatkan produksi minyak nilam dengan cara pengembangan
tanaman nilam terbuka lebar. Hal ini ditunjang juga oleh semakin banyaknya permintaan
konsumen akan minyak nilam, karena semakin berkembangnya industri kosmetika dan
parfum (wangi-wangian) baik di luar maupun di dalam negeri.
2. Maksud dan Tujuan
a. Meningkatkan mutu minyak nilam hasil industri petani agar memenuhi persyaratan ekspor,
sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
b. Meningkatkan penghasilan para petani agar bisa hidup layak, dengan adanya peningkatan
mutu dan hasil rendemennya yang baik.
c. Menambah dan meningkatkan pengetahuan petani mengenai budidaya tanaman nilam dan
pengetahuan proses penyulingan (destilasi) daun nilam yang baik, sekaligus menambah
income perkapita daerah Tasikmalaya.
3. Lokasi
Pengembangan budidaya tanam pohon nilam tersebar di kecamatan dan desa di wilayah
Kabupaten Tasikmalaya yang disesuaikan dengan kondisi ketinggian tanah yang menjadi
persyaratan pertumbuhan pohon nilam. Untuk pembangunan pabrik/penyulingan minyak nilam
direncanakan pada lokasi/sentra produksi yang tingkat produksi dan lahan perkebunan terluas.
Download Lengkap Via Ziddu
BAB II
TINJAUAN UMUM
TANAMAN NILAM DAN MINYAK NILAM
Nilam yang sering disebut Pogostemon patchoulli Pelet atau dilem wangi (Jawa),
merupakan tanaman yang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Nilam banyak ditanam orang
untuk diambil minyaknya. Minyak nilam merupakan salah satu dari beberapa jenis minyak atsiri.
Minyak ini banyak digunakan oleh industri kosmetika dan banyak dicari konsumen dari luar
negeri.
Minyak atsiri atau dikenal orang dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile) dihasilkan oleh tanaman tertentu. Minyak tersebut mudah menguap pada
suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan
bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut pada umumnya larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air. Pada tanaman minyak atsiri mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu : membantu
proses penyerbukan beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh
serangga, dan sebagai makanan cadangan bagi tanaman. Minyak atsiri pada industri banyak
digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik, dan lain-lain. Minyak atsiri
sendiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme pada tanaman, yang terbentuk karena
reaksi berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air.
Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 200 species
tanaman, antara lain yang termasuk dalam famili Pinanceae, Labrate, Compositoe, Lauraceae,
Mytaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri ini dapat bersumber dari setiap bagian tanaman
yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, dan akar. Untuk tanaman nilam, minyak atsirinya
banyak diambil dari daunnya.
Minyak nilam memberikan sumbangan yang paling besar dalam menghasilkan devisa
negara diantara minyak atsiri lainnya. Kebutuhan minyak atsiri dunia untuk keperluan industri
kosmetik, setiap tahunnya mencapai 2.000 ton. Sementara kemampuan pasokan minyak atsiri
sampai saat ini baru terpenuhi kurang dari 5% (lima persen) saja. Padahal untuk memenuhi
kebutuhan industri lokal saja, diperlukan tidak kurang 300 400 ton per tahun. Melihat dari
data-data di atas tadi jelas budidaya nilam maupun proses produksi minyak nilam/minyak atsiri
menunjukkan prospek yang cukup menggembirakan. Namun pada tahun-tahun terakhir ini
ekspor Indonesia dari minyak nilam menunjukan kecenderungan yang menurun. Adapun
penyebab penurunan tersebut adalah kemampuan produksi Indonesia akan minyak nilam yang
terbatas (terbatas luas areal tanamannya dan kualitas minyaknya masih rendah).
Mutu minyak nilam bergantung pada proses destilasinya. Destilasi uap dengan
menggunakan pembangkit uap yang letaknya terpisah dari ketel penyulingan merupakan cara
destilasi minyak nilam yang paling baik. Daun nilam mengandung komponen yang bertitik didih
tinggi yang merupakan komponen yang paling bernilai dalam menentukan mutu minyak, maka
perlu memperpanjang waktu destilasi. Waktu destilasi yang baik berkisar antara 12 36 jam
tergantung pada tekanan dan jumlah uap yang digunakan. Destilasi uap yang digunakan dalam
penyulingan daun nilam dari daerah-daerah petani nilam yang sudah ada masih sangat sederhana.
Untuk memperoleh hasil minyak dengan mutu yang optimal, perlu dirancang sistem
pembangkit uap dan perangkat destilasi uap yang lebih baik. Hal ini membutuhkan dana yang
sangat besar dan di luar kemampuan para penyuling. Dalam usaha meningkatkan mutu minyak
nilam hasil industri petani agar memenuhi persyaratan ekspor, sehingga mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi, maka perlu perbaikan distribusi uap dalam ketel. Hal ini dilakukan dengan
cara menambah pipa-pipa uap yang terbuat dari pipa stainless steel, selain itu dinding ketel yang
terbuat dari besi juga perlu dilapisi dengan lembaran stainless steel. Perbaikan sistem pendingin
dengan memperpanjang koil pendingin, diikuti dengan pembuatan saluran destilat ke dalam ketel
yang berguna untuk menyalurkan kembali destilat ke dalam ketel sehingga rendemen proses
penyulingan dapat meningkat.
BAB III
BUDIDAYA TANAMAN NILAM
Nama lainnya pogostemon patchouli atau pogostemon metha. Jenis ini sering juga
disebut nilam Aceh dan diusahakan secara komersial. Nilai jenis ini jarang berbunga,
oleh karena itu kandungan minyaknya tinggi yaitu 2,5 5 %, banyak diminati di
pasaran.
- Pogostemon heyneanus
Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jenis ini sering berbunga, karena
itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,5 1,5%. Kurang diminati di pasaran
- Pogostemon hortensis
Disebut juga nilam sabun. Jenis ini hanya terdapat di Banten. Kandungan minyaknya
0,5 1,5%. Komposisi minyak yang dihasilkan jelek, sehingga untuk jenis nilam ini
kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan.
b. Data Botani Tanaman Nilam
Tanaman nilam merupakan jenis tanaman dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Akar : Serabut
Bentuk daun : Bulat dan lonjong
Batang : Berkayu dengan diameter 10 20 mm.
Sistem percabangan banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara (3-5 cabang
pertingkat). Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat mencapai 1 meter dengan
radius cabang selebar lebih kurang 60 cm.
c. Ekologi Tanaman Nilam
Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti herba lainnya. Untuk
memperoleh produksi yang tinggi, maka dalam pengelolaannya perlu memperhatikan
beberapa hal. Pengelolaan ini juga bertujuan agar produksi yang dilakukan dapat optimal
dan menguntungkan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
- Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran tinggi yang
mempunyai ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut, dan berproduksi tinggi
pada ketinggian tempat 10 400 meter di atas permukaan laut.
- Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 2.5003.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
- Sedangkan suhu yang baik untuk tanaman ini adalah 24 0C 28 0C dengan kelembaban
lebih dari 75%.
- Agar pertumbuhan optimal, tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran matahari
yang cukup.
- Tanah yang subur dan gembur serta kaya akan humus sangat diperlukan oleh tanaman
nilam.
- Pada tanah yang kandungan airnya tinggi, perlu dilakukan sistem drainase yang baik
dan insentif.
d. Cara Penanaman Nilam
- Ada 2 cara penanaman nilam, yaitu penanaman langsung dan tidak langsung.
Penanaman langsung ialah menanam stek nilam langsung di areal pertanaman. Cara
ini hanya sesuai untuk penanaman nilam di lahan sempit. Sedang untuk areal yang
luas sebaiknya menggunakan cara penanaman tidak langsung. Karena dengan cara ini
kemungkinan bibit hidup lebih besar, sehingga jumlah bibit yang diperlukan tidak
terlalu banyak.
- Stek dapat langsung ditanam di kebun yang sudah diolah tanahnya. Namun yang lebih
bagus adalah stek ditanam dahulu di bedeng persemaian supaya akar telah terbentuk
sebelum tanaman dipindah ke kebun pembesaran.
- Stek ditaman dalam posisi miring, bersudut 450 sedalam 10 cm, dengan jarak tanam 10
x 10 cm. Setelah 3 4 minggu, tanaman sudah mempunyai cukup akar, tunasnya
sudah tumbuh dan berdaun.
- Sebelum bibit ditanam, kebun sudah disiapkan sedemikian rupa agar penanaman
mengikuti cara yang dianjurkan.
e. Penanaman
- Tanaman nilam membutuhkan tanah yang lembab pada masa pertumbuhannya, oleh
karena itu penanaman sangat baik dilakukan pada awal musim hujan. Di areal miring
atau berlereng, waktu penanaman harus disesuaikan dengan intensitas tinggi,
sebaiknya tanaman sudah mampu menahan tanah. Dengan demikian tidak terjadi
erosi, hujan deras sesaat setelah penanaman juha bisa sia-sia.
Waktu tanam juga harus diatur sedemikian rupa sehingga waktu panen dari satu areal
dapat dilakukan secara bertahap. Cara demikian bukan hanya dapat menjamin
kelangsungan penyulingan yang kontinue, tetapi dapat juga mencegah agar tanah
tidak erosi.
- Penanaman secara tidak langsung
Bibit stek setelah dicabut dari persemaian pasti telah berakar. Bila akarnya terlalu
panjang sebaiknya dipotong, sebab dalam penanaman nanti akar panjang ini akan
berlipat-lipat. Dan lipatan-lipatan akar ini dalam tanah bisa terserang penyakit busuk
akar. Setiap lubang akar ditanami 1 2 bibit stek.
- Penanaman secara langsung
Untuk setiap lubang tanam diperlukan 2 3 stek. Stek sebanyak ini dimaksudkan
untuk menjaga kemungkinan ada stek yang mati. Kebutuhan stek yang banyak inilah,
maka cara ini tidak disarankan diterapkan di perkebunan.
f. Jarak Tanam
Jarak tanam nilam bervariasi sesuai dengan tingkat kesuburan tanah.
Dataran rendah yang tanahnya subur, jarak tanam 100 x 100 cm, sedangkan pada
tanah yang kandungan liatnya tinggi, jarak tanamnya 50 x 100 cm.
Pada tanah lipatit, jarak tanamnya 75 x 75 cm.
Pada tanah berbukit dengan mengikuti garis contour adalah 50 x 100 cm atau 30 x
100 cm.
2. Pemeliharaan
Dalam usaha budidaya nilam, pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang penting.
Hal ini untuk diperhatikan agar usaha untuk mencapai hasil yang optimal dari tanaman dapat
tercapai.
Adapun pemeliharaan tanaman nilam antara lain meliputi :
a. Pemupukan
Pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Karena hasil yang diharapkan dari
tanaman nilam adalah daun dan batangnya, maka faktor kesuburan tanaman merupakan
suatu hal yang perlu diusahakan pertumbuhan vegetatif tanaman dapat semaksimal
mungkin. Untuk pertumbuhan yang maksimal perlu dilakukan pemupukan, baik dalam
bentuk pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau, maupun untuk
pupuk anorganik seperti Fertab. Cara pemberian pupuk tanaman nilam biasanya
dilakukan dengan cara dibenamkan sedalam 10 15 cm di sekitar pangkal tanaman
nilam. Adapun jumlah pemberian pupuk maupun macamnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
DOSIS PUPUK FERTAB UNTUK TANAMAN NILAM
Jenis Pupuk
Fertab
Dosis/Kg/Ha/x
pemupukan
90
Keterangan
b. Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atan tanaman yang tertekan
pertumbuhannya. Pekerjaan ini dikerjakan kurang lebih satu bulan setelah penanaman,
karena pada waktu itu telah diketahui bibit yang mati atau pertumbuhannya kurang
normal. Sehingga dengan dilakukannya penyulaman akan didapatkan pertumbuhan
tanaman yang seragam.
c. Penyiangan
Setelah tanaman berumur 2 bulan atau saat tanaman mencapai tinggi 20-30 cm dan
mempunyai cabang bertingkat dengan radius 20 cm, areal pertanaman perlu disiangi.
Penyiangan selanjutnya dilakukan secara periodik, yaitu setiap tiga bulan sekali.
d. Pemangkasan
Setelah tanaman nilam berumur 3 bulan, tanaman ini telah membentuk perdu yang
rimbun dan saling menutupi satu sama lain. Untuk itu perlu dilakukan pekerjaan
penjarangan dan pemangkasan. Tujuannya adalah agar sinar matahari dapat menyinari
seluruh bagian tanaman, sehingga proses fotosintesa dapat berlangsung dengan
sempurna. Disamping itu sinar matahari juga dapat berfungsi untuk menghindari tanaman
dari serangan hama dan penyakit.
Daun yang banyak mengandung minyak adalah tiga pasang daun yang termuda,
sehingga kita harus dapat menciptakan daun muda ini sebanyak mungkin dengan cara
melakukan pemangkasan.
e. Pembumbunan
Cara ini sebagai suatu sistem pemindahan vegetasi tanpa pemindahan areal
tanaman. Pembumbunan biasanya dilakukan setelah panen. Adapun caranya adalah
seagai berikut : Cabang-cabang yang ditinggalkan sesudah panen dan letaknya dengan
tanah ditimbun dengan tanah dekat ujungnya setinggi 10-15 cm. Sedangkan cabangcabang yang letaknya jauh dari tanah dipatahkan dibagian ujungnya, tetapi tidak terputus
dari barangnya, sesudah itu bagian yang patah ditimbun dengan tanah. Dengan
pembumbunan ini, maka akan terbentuk rumpun tanaman nilam yang padat dengan
anaknya.
3. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Dalam usaha meningkatkan produksi, maka perlindungan terhadap serangan hama dan
penyakit mempunyai peranan yang sangat penting dan menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari usaha tani. Hal ini penting karena usaha pengendalian hama dan penyakit
memberikan jaminan bahwa produksi yang diharapkan dari penggunaan bibit yang baik
(varietas unggul), pemupukan, pengairan, dan perbaikan cara bercocok tanam dapat diatasi.
Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman nilam antara lain serangga perusak
daun, nemtoda, penyakit buduk, gejala lodoh, busuk batang, kua batang dan gejala defisiensi.
Adapun serangan hama dan penyakit erat sekali hubungannya dengan faktor keberhasilan
kebun, cara penanaman, cara pemanenan, serta keadaan tanah dan iklim.
Cara untuk mengatasi serangan hama dan penyakit antara lain dengan cara bercocok
tanam yang baik, pengendalian secara mekanik pada serangan seawal mungkin, serta
pengendalian dengan cara kimiawi yaitu menggunakan insektisida sesuai dengan anjuran
penggunaannya.
Adapun spesifikasi dari hama-hama tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ulat penggulung daun
Ulat penggulung daun merupakan jenis hama yang dapat digolongkan hama perusak
daun.
b. Belalang (Orthoptera)
Tanda-tanda serangan :
Daun nilam dimakannya, yang kadang-kadangan menyebabkan tanaman menjadi
gundul.
BAB IV
ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
Minyak nilam yang dihasilkan ini tidak dipergunakan untuk keperluan lokal, tetapi untuk ekspor
biaya penyuling menjual hasilnya ke agen-agen eksportir yang ada di kota kecamatan.
Selanjutnya eksportir melakukan pengetesan terhadap warna, bau, dan kelarutan dalam alkohol.
Cara pengetesan yang paling sederharna adalah membakar kertas sigaret yang telah ditetesi
minyak nilam. Cara yang lebih modern lagi adalah dengan menggunakan alat baume, yaitu untuk
menentukan derajat Baurmenya.
Standar mutu minyak nilam ini masih belum seragam untuk seluruh dunia. Masingmasing negara baik penghasil maupun pengimpor menentukan standar mutu minyak nilam
sendiri: standar minyak nilam Indonesia telah ditetapkan oleh Direktorat Standarisasi dan
Pengembangan Mutu, Departemen Perdagangan.
Suatu hal yang menguntungkan dari minyak nilam adalah sampai saat ini belum ada
sintetiknya. Negara tujuan ekspor adalah Singapura, India, USA, Uni Kingdom, Belandan dan
Prancis.
Secara klinis minyak atsiri, sampai saat ini belum bisa diganti dengan minyak sintesis.
Sehingga penanaman pohon nilam, memiliki prospek yang sangat baik untuk jangka waktu
cukup lama. Karena komoditas perkebunan ini, selain untuk memenuhi industri komestik
domestik, juga sangat dibutuhkan industri dunia. Padahal tanaman ini hanya tumbuh baik di
daerah tropis yang salah satu diantaranya ialah Indonesia.
1. Analisis Usaha Tani Budidaya Tanaman Nilam
Analisis usaha, luas 1 hektar tanpa sewa lahan :
a. Biaya Produksi
- Bibit 15.000 pohon @ Rp. 350,-/pohon Rp. 5.250.000,- Biaya pengolahan tanah Rp. 1.960.000,- Biaya tanam dan biaya pemeliharaan Rp. 980.000,- Pemupukan : Fertab 90 Kg x @ Rp. 5.000,- Rp. 450.000,- Biaya panen pertama Rp. 300.000,- Biaya tak terduga Rp. 175.000,Total Biaya Produksi Rp. 9.115.000,b. Nilai Produksi
Dari lahan 1 hektar minimal menghasilkan 20 ton daun nilam basah atau 4 ton daun
nilam kering dengan harga jual Rp. 500,-/Kg basah.
c. Pendapatan
- Hasil Panen Pertama 20.000 Kg x Rp. 500,- = Rp. 10.000.000,- Biaya produksi panen pertama = Rp. 9.115.000,-
a. Total biaya produksi ke-3 Rp. 2.860.000,b. Pendapatan dari panen ketiga, 20.000 kgx Rp.500 Rp. 10.000.000,Keuntungan bersih panen ketujuh Rp. 7.140.000,-
Genset Rp. 25.000.000,Jumlah Rp. 489.500.000,- Pembuatan 1 (satu) unit perangkat alat destilasi kapasitas 1 ton per kali proses senilai
Rp. 700.000.000,Terdiri dari :
Tangki air cadangan
Pompa 3 buah
Tangki bahan bakar
Boiler 1000 liter
Regulator
Tangki distilasi
Separator
Chiller
Colling tower
Pipa-pipa
Cerobong boiler
Sertifikat
Satu limsum total
Jumlah biaya investasi Ro. 489.500.000,- + Rp. 700.000.000,= Rp. 1.189.500.000,b. Perkiraan Pengembalian Modal
Dalam pengolahan daun nilam, dari satu kali penyulingan untuk mendapatkan 1 ton daun
nilam kering memerlukan 5 ton daun nilam basah, dengan biaya produksi :
- Pembelian daun nilam basah 5.000 Kg x @ Rp. 500,- = Rp. 2.500.000,- Biaya proses penyulingan = Rp. 1.000.000,-
- Pengeluaran Rp. 90.600.000,- Laba sebelum pajak Rp. 34.200.000,- Pajak 10 % Rp. 3.400.000,-
Grash periode (pembangunan, pemasangan alat dan uji coba) 6 bulan jangka waktu
pengembalian = 79 + 6 bulan = 85 bulan
Untuk mencapai kebutuhan bahan dasar minyak nilam agar proses produksi dapat
berjalan lancar optimal, maka membutuhkan budidaya tanaman nilam seluas 100 Ha.
Apabila kebutuhan biaya budidaya tanaman nilam per hektar sebesar Rp. 9.115.000,-,
maka dana yang dibutuhkan untuk lahan seluas 100 Ha sebesar Rp. 911.500.000,Mekanisme pemberian dana untuk pembudidayaan tanaman nilam kepada para petani
adalah melalui sistem pengairan (revolving) sedangkan dana untuk pembangunan pabrik
penyulingan minyak nilam koperasi atau salah satu PT.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pengembangan budidaya tanaman nilam memiliki prospek yang sangat baik, karena tanaman
ini hanya dapat tumbuh baik di daerah tropis dan peluang pasar komoditas minyak nilam
memenuhi kebutuhan industri kosmetik baik di dalam maupun di luar negeri masih sangat
besar.
2. Analisa usaha budidaya tanaman nilam seluas 1 Ha selama 2 tahun :
a. Pendapatan
- Hasil Panen I = Rp. 10.000.000,- Hasil Panen II = Rp. 10.000.000,- Hasil Panen III = Rp. 10.000.000,- Hasil Panen IV = Rp. 10.000.000,- Hasil Panen V = Rp. 10.000.000,- Hasil Panen VI = Rp. 10.000.000,- Hasil Panen VII = Rp. 10.000.000,- Hasil Panen VIII = Rp. 10.000.000,Jumlah = Rp. 80.000.000,-
b. Pengeluaran
- Biaya Produksi Panen I = Rp. 9.115.000,- Biaya Produksi Panen II = Rp. 2.860.000,- Biaya Produksi Panen III = Rp. 2.860.000,- Biaya Produksi Panen IV = Rp. 2.860.000,- Biaya Produksi Panen V = Rp. 2.860.000,- Biaya Produksi Panen VI = Rp. 2.860.000,- Biaya Produksi Panen VII = Rp. 2.860.000,- Biaya Produksi Panen VIII = Rp. 2.860.000,Jumlah = Rp. 29.135.000,-
c. Keuntungan/laba bersih selama 2 tahun sebesar Rp. 50.865.000,- atau rata-rata/bulan Rp.
2.119.375,-/bulan
3. Analisa Usaha Pembangunan Pabrik Penyulingan Minyak Nilam :
a. Rencana pinjaman modal investasi
- Tanah dan bangunan Rp. 489.500.000,- Alat destilasi Rp. 700.000.000,Jumlah Rp. 1.789.500.000,-
b. Pendapatan :
- Hasil minyak selama 1 bulan, 30 kg x 26 kali Rp. 780 kg
- Hasil penjualan @Rp. 160.000,- x 780 kg Rp. 124.800.000,c. Pengeluaran per bulan :
- Biaya produksi 24 x Rp. 3.500.000,- Rp. 84.000.000,- Quality Control dan Analisa Produk Rp. 600.000,-
- Packing Rp. 2.400.000,- Listrik dan telepon Rp. 1.500.000,- Transportasi dan ongkos-ongkos Rp. 900.000,- Lain-lain Rp. 1.200.000,Jumlah Rp. 90.600.000,-