BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina
(Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong.
3.2 Latar Belakang
Dalam suatu industri perminyakan, banyak ditemukan alat-alat penukar
panas seperti Furnace, Heat Exchanger, Reboiler, Condensor dll. Semua peralatan
tersebut mempunyai fungsi dan kemampuan masing- masing, peralatan-peralatan
tersebut dalam pengoperasiannya memerlukan panas. Agar tidak terjadi
pemborosan energi yang digunakan maka diperlukan adanya suatu manajemen
energi, agar energi yang digunakan efisien, tanpa adanya pengurangan kualitas
dan kuantitas produk yang diperoleh.
Pada proses pengolahan minyak, fungsi dan peranan alat perpindahan
panas sangat penting. Proses perpindahan panas merupakan proses yang banyak
dipakai dalam industri perminyakan, salah satunya seperti Reboiler LS-E6 yang
dipakai bottom kolom de-propanizer pada Unit Stabilizer III di Sungai Gerong
Refinery Unit III Plaju Palembang.
Reboiler LS E-6 ini merupakan heat exchanger jenis sheel and tube yang
berfungsi untuk mengubah fase dari bottom kolom de-propanizer yang berupa
fase cair menjadi fase uap sebagai refluk dengan memanfaatkan steam sebagai
fluida panas.
Reboiler berfungsi untuk memanaskan fluida atau feed gas yang masuk ke
dalam kolom distilasi sehingga fungsi reboiler disini sangatlah penting untuk
memanaskan kembali fluida tersebut sampai fluida tersebut mencapai titik
didihnya sehingga dapat dipisahkan menjadi berbagai komponen.
Untuk mengetahui kemampuan alat perpindahan panas ini, perlu di
lakukan dengan cara perhitungan, sehingga kemampuan kerja dari alat
perpindahan panas dapat diketahui.
56
kinerja alat Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero)
RU III Plaju-Sei. Gerong yang dilakukan dengan perhitungan manual
berdasarkan data kondisi design dan aktual dengan menggunakan metode
Kern.
2. Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama proses pembelajaran di bangku
57
Proses perpindahan panas yang terjadi pada suatu fluida proses merupakan
bagian terpenting dalam proses industri kimia. Mekanisme perpindahan panas ini
disebabkan beda temperature antara fluida yang satu dengan fluida yang lain, baik
perpindahannya secara konduksi, konveksi maupun radiasi. Sifat perpindahan
panas adalah bila dua buah benda mempunyai suhu yang berbeda mengalami
kontak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka panas akan mengalir
dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah.
3.6.2 Macam macam Proses Perpindahan Panas
58
Adalah proses perpindahan panas yang terjadi karena adanya tenaga dari
luar, misalnya pengadukan. Jika dalam suatu alat dikehendaki pertukaran
panas, maka perpindahan panas terjadi secara konveksi paksa karena laju
panas yang dipindahkan naik dengan adanya aliran atau pengadukan.
3.6.2.3 Perpindahan Panas secara Radiasi
Radiasi adalah istilah yang digunakan untuk perpindahan energi panas
melalui ruang oleh gelombang elektromagnetik. Perambatan gelombang
elektromagnetik dapat berlangsung baik dalam suatu medium maupun dalam
ruang hampa (vacuum).
Jika radiasi berlangsung melalui ruang hampa, maka partikel partikel
tidak ditransformasikan menjadi kalor atau bentuk lain dari energi, dan tidak pula
terbelok dari lintasannya. Tetapi sebaliknya, apabila terdapat zat pada
lintasannya, maka radiasi akan terjadi transmisi, refleksi, dan absorpsi.
3.6.3 Pengertian Heat Exchanger
Heat Exchanger adalah suatu alat penukar panas yang digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida yang dipindahkan lainnya
melalui proses yang disebut proses perpindahan panas. Proses perpindahan panas
ini dapat terjadi pada fase cair ke fase uap atau fase uap ke fase cair secara
langsung dimana .
3.6.4 Jenis jenis Heat Exchanger
3.6.4.1 Jenis-jenis Heat Exchanger Berdasarkan Bentuknya
1. Preheater
Alat ini digunakan untuk mentransfer panas dari fluida bersuhu tinggi ke
fluida yang bersuhu rendah yang bertujuan untuk dimanfaatkan oleh fluida yang
bersuhu rendah sebelum masuk ke furnace agar kerja furnace lebih ringan.
59
Gambar 9. Reboiler
4. Cooler
Alat ini digunakan untuk mendinginkan liquid yang panas sampai
mencapai suhu tertentu yang dikehendaki. Peristiwa perpindahan panas yang
terjadi tanpa perubahan fasa.
60
menggunakan
3.6.4.2
61
Jenis-jenis Aliran
62
Keterangan :
To = Fluida panas yang keluar (0C)
Ti = Fluida panas yang masuk (0C)
63
Shell and Tube Exchanger sejauh ini paling umum digunakan untuk proses
perpindahan panas di industri kimia. Keuntungan yang diperoleh dari heat
exchanger jenis ini adalah :
a) Konfigurasinya memberikan luas permukaan yang besar dengan volume
yang kecil
b) Secara mekanis, bentuknya cocok untuk proses bertekanan
c) Teknik pembuatannya lebih mudah
d) Lebih mudah dibersihkan
e) Prosedur perancangannya mudah
f)
64
65
66
d. Triangular Pitch
3.6.7.3 Baffle
Komponen ini merupakan lempengan logam yang dipasang tegak lurus
poros shell dan berfungsi mengatur pola aliran fluida dalam shell, dengan
tujuan untuk memperbaiki kontak antara fluida dalam shell dengan tube nya,
sehingga pertukaran panas dapat berlangsung lebih sempurna.
3.6.7.4 Channel
Komponen alat ini berfungsi untuk membalikan arah aliran fluida dalam
tube pada jenis fixed tube exchanger. Pada konstruksi lain disebut juga channel
cover, shell cover dan head cover.
3.6.7.5 Nozzle
67
Komponen alat ini merupakan saluran masuk dan keluar fluida kedalam
shell dan kedalam tube.
3.6.8 Dasar Pertimbangan Fluida yang Mengalir di bagian Shell dan Tube
1. Fluida yang kotor selalu melalui bagian yang mudah dibersihkan, yaitu
melalui tube, terutama jika tube bundle bisa diambil. Tapi dapat melalui
shell, bila kotorannya mengandung banyak coke, maka harus melalui shell
karena lebih mudah dibersihkan.
2. Fluida yang cepat memberikan kotoran, tekanan tinggi, korosif dan air
selalu melalui tube tahan terhadap tekanan tinggi dan biaya pemeliharaan
tube lebih mudah dibersihkan.
3. Fluida dalam bentuk campuran non condensable gas melalui Tube agar
non condensable gas tidak terjebak.
Fouling factor (Rd)
Fouling factor adalah suatu angka yang menunjukkan hambatan akibat
adanya kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir dalam heat exchanger,
yang melapisi bagian dalam dan luar Tube. Fouling factor berpengaruh terhadap
proses perpindahan panas, karena pergerakannya terhambat oleh deposit. Fouling
factor ditentukan berdasarkan harga koefisien perpindahan panas menyeluruh
untuk kondisi bersih m kotor pada alat penukar panas yang digunakan.
Nilai fouling factor didapat dari perhitungan dan desain yang dapat dilihat
dari Tabel 12 Kern. Apabila nilai fouling factor hasil perhitungan lebih besar dari
nilai fouling factor desain maka perpindahan panas yang terjadi di dalam alat
tidak memenuhi kebutuhan prosesnya adan harus segera dibersihkan. Nilai
fouling factor dijaga agar tidak melebihi nilai fouling factor desainnya agar alat
heat exchanger dapat mentransfer panas lebih besar untuk keperluan prosesnya.
Perhitungan fouling factor berguna dalam mengetahui apakah terdapat kotoran di
dalam alat dan kapan harus dilakukan pencucian.
Fouling dapat terjadi dikarenakan adanya :
68
1. Pengotor berat hard deposit, yaitu kerak keras yang berasal dari hasil
korosi atau coke keras.
2. Pengotor berpori porous deposit, yaitu kerak lunak yang berasal dari
dekomposisi kerak.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya fouling pada alat heat
exchanger adalah :
1. Kecepatan aliran fluida
2. Temperatur fluida
3. Temperatur permukaan dinding Tube
4. Fluida yang mengalir di dalam dinding Tube
Pencegahan fouling dapat dilakukan dengan tindakan tindakan sebagai
berikut :
1. Menggunakan bahan konstruksi yang tahan terhadap korosi.
2. Menekan potensi fouling, misalnya dengan melakukan penyaringan.
3.7 Pemecahan Masalah
Heat Exchanger Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU merupakan suatu alat
penukar panas yang digunakan untuk memanaskan fluida pada bottom Stabilizer
III dengan pemanas steam.
Untuk menghitung nilai fouling factor, pressure drop dan effisiensi HE
Reboiler LS-E6 pada Unit
b.
69
c.
d.
= m . Cp . t (D.Q. Kern)
...................... (1)
= m . h
........................................... (2)
LMTD =
T1 t 2 T2 t1
T t
ln 1 2
T2 t1
70
Shell Side
as = ID x C x B / (144 x PT)
Dimana :
ID = Inside Diameter (in)
C = Jarak antara Tube (in)
B = Jarak Baffle (in)
PT = Tube pitch (in)
Tube side
at = NT x at / (144 x n)
Dimana :
NT = Jumlah Tube
at = Internal area (Table 10 Kern)
n
Shell side
Gs = W / as
Dimana :
Gs = Mass Velocity fluida pada Shell side
W = Laju alir
Tube side
Gt = W / at
Dimana :
Gt = Mass Velocity fluida pada Tube side
W = Laju alir fluida dingin (lb/hr)
71
Tube side
Ret
= D x Gt /
Dimana :
D
Gt
Shell side
hio
x(Tc tc )
hio ho
Tw =
q
(qv / hc ) (qs / hs )
72
Tube side
hi
hio
Dimana :
ho
hio
= tc +
ho / s
x Tc t c
hio / t ho / s
hio x ho
hio ho
Dimana :
UC = Overall heat transfer coefficient (Btu/hr.ft2 oF)
l. Perhitungan Dirty Overall Coefficient, UD
UD merupakan overall heat transfer coefficient jika terjadi fouling/kerak.
A
= NT x a x L
Dimana :
A
73
NT
= Jumlah tube
= Panjang tube
Maka :
UD
Q
A x t
UC U D
UC x U D
Dimana :
Rd
f x Gs x Ds x N 1
Ps =
5,22 x1010 De x s x s
Dimana :
Ps
Gs
= Spec.Gravity
f x Gt x L x n
Pt =
5,22 x 1010 D x s x t
Dimana :
Pt
Gt
74
Spgr
= Spec.Gravity
Pr =
4xn V2
x
s
2g
Dimana :
Pr = Return pressure drop pada tube (psi)
V2
2g
Maka :
PT
= Pt + Pr
Dimana :
PT
o. Perhitungan Effisiensi
Q shell
75
Perhitungan
Flow Rate (lb/hr)
Temp. Inlet (oF)
Temp. Outlet (oF)
API
Total Duty (Btu/hr)
LMTD
Caloric Temperature (oF)
Tube Side
(Steam)
34.2751,1719
446,7
324,9
17,11
853.619,7096
127,8
267,752
2 o
52,9485
2 o
372,402
0,00596
Effisiensi (%)
11,2647
0,06
0,00334
77,84
3.8.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan Reboiler LS-E6 dengan metode Kern
terhadap data aktual selama 6 hari, maka diperoleh beberapa nilai yang berkaitan
dengan kinerja Heat exchanger Reboiler LS-E6 seperti: Heat Loss, Fouling factor,
Overall heat coefficient, pressure drop, dan effisiensi.
76
Reboiler LS-E6 pada Stab III unit RFCCU berfungsi untuk mengubah fase
dari bottom kolom de-propanizer yang berupa fase cair menjadi fase uap sebagai
refluk dengan memanfaatkan steam sebagai fluida panas. Reboiler sangat penting
untuk memanaskan kembali fluida tersebut sampai fluida mencapai titik didihnya,
sehingga dapat dipisahkan menjadi berbagai komponen.
Dari perhitungan data aktual, rata rata harga fouling faktor (Rd) di atas
desain, hal ini menunjukkan bahwa reboiler tersebut banyak mengandung
tumpukan coke dan kotoran yang berasal dari long residue bersuhu tinggi yang
berhubungan langsung dengan perpindahan panas di dalam heat exchanger.
Tumpukan coke ini dapat memperkecil ID sehingga menghambat proses
perpindahan panas antara butane-butylene dan steam sehingga mempengaruhi
efisiensi kerja Reboiler. Efisiensi alat Reboiler LS-E6 dari tanggal 14 Juli-19 Juli
mengalami penurunan dimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
77
pengotornya. Sehingga semakin besar fouling factor maka efisiensi kinerja alat
akan semakin menurun.
Harga Pressure Drop yang diperoeh baik di shell maupun di tube hasil
perhitungan tidak jauh berada di bawah desain, hal ini menunjukkan bahwa hilang
tekan pada saat proses berlangsung tidak begitu besar sehingga heat exchanger
tersebut dinyatakan masih layak dioperasikan.
3.9.2 Saran
Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada Heat Exchanger Reboiler LSE6, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1.
78
2.