FRAKTUR CRURIS
A. Pengertian
Fraktur
cruris
adalah
terputusnya
kontinuitas
tulang
tibia
dan
fibula.
Fraktur
terjadi
jika
b.
Terjadi
di
bagian
distal
menuju
leher
cruris
tipe
di
atas
ada
lebih
dari
150
fraktur
dari
tulang
melibatkan
dan
frgmen
seluruh
tulang
potongan
biasanya
berupa tempat
3. Tertutup (simple)
Fraktur tidak meluas melewati kulit
4. Terbuka (complete)
Fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit
dimana potensial untuk terjadi infeksi
5. Patologis
Fraktur terjadi pada penyakit tulang (seperti
kanker, osteoforosis) dengan tak ada trauma hanya
minimal.
C. Etiologi
1. Trauma
langsung
menyebabkan
fraktur
pada
titik
metastase
kanker
tulang
dapat
melunakkan
5. Adanya
penyakit
primer
seperti
osteoporosis
E.
D. Pathway
1.
2.
Trauma langsung
kecelakaan
Trauma
tidak
langsung jatuh
Kerusakan
Integritas kulit
( actual/resti )
Fraktur/Patah Tulang
Kerusakan
jaringan
Resti Infeksi
Pergeseran
fragmen tulang
Deformitas
Kerusakan
Pembuluh darah
Spasme otot
Kerusakan
Pembuluh darah
Spasme otak
Gangguan
Fungsi
Nyeri
Perdarahan
Kerusakan
Pembuluh
darah
Gangguan
Mobilitas
Fisik
Inflamasi
Resti trauma
Nekrosis
Itematum
seluruh medula
Nyeri
waktu
24
jam
timbul
perdarahan,
edema,
24
jam
suplai
darah
di
sekitar
fraktur
meningkat
2. Fase granulasi jaringan
a. Terjadi 1 5 hari setelah injury
b. Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis
c. Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang
berisi
pembuluh
darah
baru
fogoblast
dan
osteoblast.
3. Fase formasi callus
a. Terjadi 6 10 harisetelah injuri
b. Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus
4. Fase ossificasi
a. Mulai pada 2 3 minggu setelah fraktur sampai
dengan sembuh
b. Callus
dengan
permanent
endapan
akhirnya
garam
terbentuk
kalsium
yang
tulang
kaku
menyatukan
Deformitas
Daya
terik
kekuatan
otot
menyebabkan
fragmen
Bengkak
Edema
muncul
ekstravaksasi
darah
secara
dalam
cepat
jaringan
dari
lokasi
yang
dan
berdekatan
dengan fraktur
3.
4.
5.
Tenderness/keempukan
6.
Nyeri
berpindah
mungkin
tulang
disebabkan
dari
oleh
tempatnya
spasme
dan
otot
kerusakan
8.
Pergerakan abnormal
9.
10. Krepitasi
G. Komplikasi
1. Malunion: tulang patah telahsembuh dalam posisi yang
tidak seharusnya.
dengan
kecepatan
yang
lebih
lambat
dari
keadaan normal.
3. Non union: tulang yang tidak menyambung kembali
H. Pemeriksaan Penunjang
1.
Foto Rontgen
a. Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur
secara langsung
b. Mengetahui tempat dan type fraktur
Biasanya
operasi
diambil
dan
sebelum
selama
dan
proses
sesudah
dilakukan
penyembuhan
secara
periodik
2.
dapat
digunakan
mengidentifikasi
kerusakan
jaringan lunak.
3.
Artelogram
dicurigai
bila
ada
kerusakan vaskuler
4.
5.
Peningkatan
respon stres normal setelah trauma
jumlah
SDP
adalah
6.
I. Penatalaksanaan Medis
1.
Faktor Reduction
a. Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non
bedah
penyusunan
fragmen-fragmen
kembali
tulang
secara
terhadap
manual
posisi
dari
otonomi
sebelumnya.
b. Penurunan
terbuka
merupakan
perbaikan
tulang
internal
kawat,
intramedulasi,
viksasi
sekrup
dan
terhadap
fraktur
peniti
plates
batang
Type
lokasi
fraktur
paku.
Traksi
kulit
biasanya
untuk
Traksi
otot
atau
pembedahan
Fraktur Immobilisasi
a) Pembalutan (gips)
b) Eksternal Fiksasi
c) Internal Fiksasi
d) Pemilihan Fraksi
3.
Fraksi terbuka
a) Pembedahan debridement dan irigrasi
b) Imunisasi tetanus
c) Terapi antibiotic prophylactic
d) Immobilisasi
berhubungan
dengan
spasma
otot
dan
kerusakan
tinggi
barhubungan
terhadap
dengan
kerusakan
perubahan
integritas
sirkulasi
kulit
sekunder
tinggi
terhadap
infeksi
berhubungan
dengan
berhubungan
dengan
spasma
otot
dan
kerusakan
R/
Nyeri
dan
spasma
otot
dikontrol
oleh
imobilisasi
2) Pertahankan fraksi yang diprogramkan
R/ Mengobilisasikan fraktur dan mengurangi nyeri
3) Pantau
TD,
nadi,
respirasi,
intensitas
nyeri,
Untuk
mengenal
indikasi
kemajuan
atau
obat
analgesik
dan
evaluasi
keefektifannya
R/ Anal gesik mengurangi imbang nyeri
5) Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman
R/ Posisi yang nyaman berfungsi untuk relaksasi
2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan
gips
a. Tujuan
Mendemontrasikan tidak adanya komplikasi otot
dengan kakauan sendi, BAB konsistensi lunak.
b. Intervensi
1)
mengidentifikasi
kemajuan
atau
penyimpangan
cedera
atau
pengobatan
dan
perhatian
R/
klien
dibatasi
keterbatasan
fisik
oleh
persepsi
aktual
diri
memerlukan
tentang
informasi
Klien
dalam
rentan
gerak,
klien
aktif
meningkatan
gerak
sendi
tonus
mencegah
otot,
mempertahankan
kontraktur
dan
resorobsi
Ubah
posisi
secara
periodik
dan
dorong
mencegah
onsiden
komplikasi
kulit
atau
pernafasan
5)
meningkatkan
kekuatan
otot
dan
sirkulasi,
melakukan
aktivitas
Awasi
TD
saat
tinggi
barhubungan
terhadap
dengan
kerusakan
perubahan
integritas
sirkulasi
kulit
sekunder
a. Kaji
kulit
untuk
luka
terbuka
benda
asing,
menurunkan
tekanan
pada
area
yang
sama
dan
tekanan
dapat
mengakibatkan
ulserasi
nekrosis
tinggi
terhadap
infeksi
berhubungan
dengan
Infeksi
kulit
adanya
iritasi
robekan
kontinuitas
R/ deteksi tanda mulianya peradangan
2)
3)
kekuatan
otot
sepasme
tonik
otot
rahang,
Selidiki
gerak
odema
nyeri
lokal
tiba
dan
tiba
eritema
keterbatasan
extrimitas
cedera.
R/ Mengindikasikan terjadinya osteomilitas
yang
DAFTAR PUSTAKA
Oerswari .1989.
Jakarta
Brunner
Bedah
dan
Perawatannya.
Keperawatan
PT
Gramedia:
Medikal
Bedah,